HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Devi Sumadi
- 4 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2011 di nursery Gunung Batu, Bogor. Pembuatan larutan chitosan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kondisi tanaman anggrek Phalaenopsis bellina dan Phalaenopsis modesta sebelum perlakuan cukup baik, yaitu daun terlihat lebih cerah, lebih hijau, dan kondisi perakaran tebal berdaging (Tabel 3). Tabel 3. Deskripsi Standar Kriteria Tanaman Anggrek P. bellina dan P. modesta (Redaksi Trubus, 2005) Jenis Anggrek Keterangan P. bellina -Panjang daun berukuran cm - Lebar daun 8-12 cm - Jumlah daun 3-6 helai - Panjang Tangkai bunga dapat mencapai 30 cm P. modesta - Panjang daun sekitar 15 cm - Lebar daun sekitar 6 cm - Jumlah daun 1-4 helai - Panjang tangkai bunga 16 cm
2 20 Selama perlakuan kondisi tanaman secara umum baik, namun pada akhir bulan ketiga sampai awal bulan keempat yaitu pada akhir bulan Juni hingga awal Juli kira-kira pada 11 sampai 14 MSP tanaman mengalami kekeringan karena kondisi cuaca dan curah hujan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman anggrek, sehingga daun banyak yang kuning, layu, serta ada beberapa tanaman yang daunnya rontok (Gambar 2). a b c Daun Menguning Daun Keriput Daun Rontok Gambar 2. Kondisi Anggrek P. bellina (a, b): dan P. modesta (c) saat Tanaman Berumur 12 MSP Pada bulan Juni dan Juli 2011 rata-rata lama penyinaran matahari 7.04 dan 6.96 jam (Lampiran 2), sedangkan intensitas penyinaran matahari 253 dan 272 cal/cm 2 /hari (Tabel 4). Lama penyinaran adalah berapa lama matahari menyinari tanaman, seperti panjang hari sedangkan intesitas penyinaran matahari yaitu radiasi matahari yang diterima oleh tanaman atau jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu arah tertentu, dan salah satu syarat untuk proses fotosintesis. Lama penyinaran dapat mempengaruhi terhadap lamanya fasefase suatu perkembangan tanaman diantaranya perkecambahan, pertumbuhan vegetatif, dan fase berbunga (reproduktif) (Anonim, 2010). Data tersebut lebih tinggi dengan syarat tumbuh tanaman anggrek yaitu lama penyinaran matahari 10-30% (Dewi, 2006). Untuk mengatasi masalah seperti ini dilakukan penambahan penggunaan paranet dan pemberian vitamin B1 dengan konsentrasi 25 mg/l. Pengendalian tersebut memberikan efek positif bagi tanaman anggrek. Tanaman kemudian terlihat lebih segar dan cerah, daun yang kuning berkurang, dan tanaman yang rontok daunnya mulai tumbuh daun-daun yang baru.
3 Tabel 4. Data Suhu, Penyinaran Matahari, Curah Hujan, dan Kelembaban Bulan Maret-Agustus 2011 Curah Suhu Penyinaran Matahari Kelembaban Hujan Bulan ( C) Lama Intensitas (mm) (%) (jam) (cal/cm 2 /hari) Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sumber : Stasiun Klimatologi Dramaga Wilayah Gunung Batu, Bogor 21 Hama yang menyerang tanaman anggrek P. bellina dan P. modesta yaitu, Sitophilus sp. famili Curculionidae. Gejala serangan hama ini terlihat pada tangkai bunga, bekas gigitan meninggalkan lubang pada tangkai bunga dan menyebabkan ketahanan tangkai bunga dan bunga berkurang atau menurun. Pengendalian hama Sitophilus sp. ini dengan cara manual yaitu dibuang dan menggunakan insektisida. Aplikasi insektisida dilakukan setiap satu minggu sekali. Selain serangan hama, serangan penyakit juga terjadi. Sebanyak 20% tanaman anggrek P. bellina terserang penyakit busuk lunak. Serangan penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Gejala serangan ditandai dengan munculnya bintik kecil berwarna kecoklatan di permukaan daun (Gambar 3). Pengendalian penyakit ini dengan cara daun yang terserang dipotong atau dicabut. Hasil sidik ragam untuk anggrek P. bellina menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang, lebar, dan jumlah daun (Lampiran 3). Untuk anggrek P. modesta hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik guano dan chitosan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 14 sampai 16 MSP. Perlakuan yang sama tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang dan lebar daun (Lampiran 4).
4 22 Gambar 3. Gejala Serangan Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek P. bellina Untuk pertumbuhan bibit anggrek P. amabilis pengaruh pupuk organik guano dan chitosan berpengaruh nyata terhadap panjang daun dan tinggi tanaman, sedangkan untuk parameter lebar dan jumlah daun tidak berpengaruh nyata pada umur 0 MSP (sebelum perlakuan), dan berpengaruh nyata pada umur 2 MSP (Tabel 4). Perlakuan dengan pupuk chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm + pupuk guano 10 ml/l menunjukkan hasil yang tidak bagus karena saat bibit anggrek berumur 2 MSP akar mulai kering, daun mulai menguning dan ada sebagian daun yang menghitam (Gambar 4). Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan menghentikan aplikasi untuk semua perlakuan dan memberikan aplikasi vitamin B1 untuk memulihkan perakaran bibit anggrek yang kering, tetapi aplikasi vitamin B1 ini tidak berpengaruh terhadap bibit anggrek karena kondisi bibit anggrek dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l semakin buruk, akar semakin kering bahkan hingga mati. a b c Akar Kering Daun Menghitam Daun Menguning Gambar 4. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Taichung + Chitosan 10 ppm (c); dan Perlakuan Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l (a, b) saat Umur 2 MSP
5 23 Kondisi bibit anggrek dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan perlakuan pupuk pupuk guano 10 ml/l menunjukkan hasil yang baik dibandingkan dengan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l yaitu bibit anggrek lebih segar dan cerah dari awal sampai akhir aplikasi. Selain lebih segar dan cerah, jumlah daun tampak lebih banyak atau lebih rimbun dan daun lebih hijau (Gambar 5). a b Gambar 5. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Taichung 1 g/l (a); dan Perlakuan Guano 10 ml/l (b) saat Umur 8 MSP Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bibit Anggrek P. amabilis Parameter Umur Tanaman Koefisien Jenis Pemupukan Pengamatan (MSP) Keragaman (%) Panjang daun 0 * * Lebar daun 0 tn * Tinggi tanaman 0 * * Jumlah daun 0 tn * Keterangan : (tn) Tidak berbeda nyata; (*) Berbeda nyata pada taraf 5%; (**) Berbeda nyata pada taraf pada 1 %.
6 24 Phalaenopsis bellina Peubah Vegetatif Perlakuan pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang daun, lebar daun, jumlah daun dan tinggi tanaman. Meskipun demikian, pada kondisi panas dan kering tanaman yang diberikan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l untuk semua peubah vegetatif secara visual lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman yang diberi tambahan chitosan 10 ppm, guano 10 ml/l, serta tambahan kombinasi chitosan 10 ppm dan guano 10 ml/l hasilnya menurun saat tanaman berumur MSP. Pada peubah lebar daun dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l sedikit demi sedikit meningkat dari 0-17 MSP yaitu cm, sedangkan untuk peubah jumlah daun saat tanaman berumur 9-17 MSP rata-rata jumlah daun berkurang karena tanaman mulai mengalami kerontokan daun (Tabel 6). Kondisi tanaman yang diberi chitosan 10 ppm tidak begitu baik diduga karena saat kondisi panas dan kering tanaman tidak dapat menyerap unsur hara dan air karena tanaman tertutup oleh lapisan chitosan, sehingga daun menjadi keriput dan menguning, perakaran tanaman menjadi kering. Konsentrasi chitosan yang diberikan kemungkinan terlalu tinggi sehingga chitosan melapisi permukaan daun terlalu tebal dan berpengaruh buruk terhadap penyerapan air dan hara serta sirkulasi oksigen dan CO 2 untuk memenuhi kebutuhan fotosintesis atau respirasi tanaman. Perlakuan pupuk guano 10 ml/l dan perlakuan chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l lebih baik di banding perlakuan Taichung 1 g/l dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm saat tanaman berumur 1-8 MSP dimana kondisi cuaca belum kemarau (tidak terlalu kering dan panas), karena kondisi daun masih terlihat lebih hijau dan mengkilat (Gambar 6). Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan pembungaan Phalaenopsis. Suhu optimum untuk pertumbuhan anggek Phalaenopsis sekitar 18-26ºC. Anggrek Phalaenopsis epifit membutuhkan cahaya fc atau penyinaran sinar matahari sekitar 10-30%. Sementara kelembapan yang dibutuhkan cukup tinggi, sekitar 60-75% (Dewi, 2006).
7 Tabel 6. Peubah Vegetatif P. bellina pada Perlakuan Organik Guano dan Chitosan Minggu ke- Taichung 1 g/l Chitosan 10 ppm Perlakuan Guano 10 ml/l 25 Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l.panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (cm) a a b Gambar 6. Keragaan Tanaman P. bellina Perlakuan Guano 10 ml/l (a); Perlakuan Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l (b)
8 26 Peubah Generatif Berdasarkan uji t perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai, dan ukuran bunga. Jarak dari ujung lips (bibir bunga) ke ujung sepal tertinggi lebih besar dibandingkan dengan jarak dari ujung petal ke ujung petal lainnya untuk semua perlakuan yaitu pupuk Taichung 1 g/l, pupuk chitosan 10 ppm, pupuk guano 10 ml/l, dan pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l. Kondisi anggrek yang diberi tambahan perlakuan chitosan 10 ppm dan guano 10 ml/l baik, sebelum cuaca panas dan kering, sedangkan saat cuaca panas dan kering kondisi anggrek mulai tidak stabil, yaitu tangkai bunga menguning, kuntum bunga gugur, dan bunga tidak mekar sempurna (Tabel 7). Perlakuan pupuk organik guano dan chitosan pada anggrek P. bellina belum dapat mempercepat pembungaan, hal ini dapat dilihat pada ulangan pertama persentase berbunga 0%, tetapi pada ulangan kedua 100% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l; perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l; dan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l, sedangkan 50% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm. Untuk ulangan ketiga dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l memiliki persentase berbunga 100%, sedangkan ulangan keempat dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm memiliki persentase berbunga sebesar 50% (Tabel 8). Masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembungaan, karena masing-masing perlakuan berbunga meskipun tidak dalam waktu yang sama. Namun, dalam hal daya tahan bunga dan masa pembungaan perlakuan dengan pupuk chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk guano 10 ml/l lebih lama atau lebih tahan dibandingkan dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l. Selain itu, hal yang menyebabkan daya tahan bunga
9 tidak bertahan lama yaitu bunga terserang hama Sitophilus sp. sehingga bunga cepat layu. 27 Tabel 7. Rataan Nilai Peubah Generatif P. bellina pada Beberapa Perlakuan Minggu ke- Chitosan 10 ppm Guano 10 ml/l Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l Taichung 1 g/l Panjang Tangkai Bunga (cm) Jumlah Kuntum Bunga Jumlah Kuntum Bunga per Tangkai Ukuran Bunga.Jarak antara Ujung Petal ke Ujung Petal (cm) Jarak antara Ujung Lips dengan Ujung SepalTertinggi (cm) Keterangan : tanda (-) menunjukkan tanaman tidak berbunga
10 Tabel 8. Pengaruh Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek P. bellina Ulangan Perlakuan Persentase Daya Tahan Masa Berbunga Jumlah Bunga Pembungaan Bunga (%) (minggu) (minggu) 2 P1 100% (2/2 tanaman) P2 50% (1/2 tanaman) 2 P3 100% (2/2 tanaman) P4 100% (2/2 tanaman) P4 100% (2/2 tanaman) P2 50% (1/2 tanaman) Keterangan : P1 = Perlakuan pupuk Taichung 1 g/l ; P2 = pupuk chitosan 10 ppm ; P3 = pupuk guano 10 ml/l ; P4 = pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l 28 Waktu Keluar Bakal Bunga Waktu keluar bakal bunga diamati saat tanaman sudah memperlihatkan tangkai bunga. Pada anggrek P. bellina, tidak semua tanaman memiliki tangkai bunga, sehingga waktu keluar bakal bunga berbeda-beda. Tabel 9 menunjukkan waktu keluar bakal bunga pada anggrek P. bellina rata-rata setiap perlakuan berbeda, yaitu saat 0, 1, 3, 5, 8, 9, dan 17 MSP. Ulangan pertama dengan perlakuan P1, P3, dan P4 tidak muncul tangkai bunga dari awal hingga akhir pengamatan. Sebagian besar tidak munculnya tangkai bunga pada ulangan pertama karena berdasarkan pengelompokkan tanaman anggrek yaitu ukuran daun lebih kecil.
11 29 Tabel 9. Waktu Keluar Bakal Bunga Anggrek P. bellina Ulangan Perlakuan Waktu Keluar Bakal Bunga (MSP) 1 P1-1 P2 3 dan 9 1 P3-1 P4-2 P1 0 2 P P3 5 2 P4 1 3 P1 0 3 P2 0 3 P3 3 3 P4 0 4 P1 8 4 P2 1 4 P3 1 4 P4 3 Keterangan : P1 = Perlakuan pupuk Taichung 1 g/l ; P2 = pupuk chitosan 10 ppm ; P3 = pupuk guano 10 ml/l ; P4 = pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l Tanda (-) menunjukkan tanaman tidak berbunga Tingkat Kehijauan Daun Hasil uji t menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan daun anggrek P. bellina. Hal ini dapat terlihat dari hasil perbandingan pupuk Taichung 1 g/l dengan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm; perlakuan pupuk pupuk guano 10 ml/l; dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm + pupuk guano 10 ml/l tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Pada perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan perlakuan pupuk guano 10 ml/l terjadi peningkatan tingkat kehijauan pada awal dan akhir pengamatan, sedangkan untuk perlakuan pupuk chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l terjadi penurunan tingkat kehijauan daun (Tabel 10). Hal ini disebabkan kondisi cuaca yang kering dan panas, sehingga lama-kelamaan warna daun memudar atau menjadi pucat karena daun seperti menguning karena intensitas cahaya yang tinggi.
12 Tabel 10. Perbandingan Tingkat Kehijauan Daun P. bellina Diukur dengan Alat SPAD Perlakuan Minggu ke- P2 P3 P4 P1 Tingkat Kehijauan Daun Awal Akhir Keterangan : P1 = Perlakuan pupuk Taichung 1 g/l ; P2 = pupuk chitosan 10 ppm ; P3 = pupuk guano 10 ml/l ; P4 = pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l 30 Phalaenopsis modesta Peubah vegetatif Faktor tunggal pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang, lebar daun, tinggi tanaman, dan berbeda nyata terhadap jumlah daun pada MSP. Pada saat kondisi kering dan panas pertumbuhan anggrek P. modesta lebih rentan dibandingkan dengan P. bellina, karena daun lebih mudah kuning dan gugur. Anggrek yang diberi perlakuan pupuk Taichung 1 g/l lebih tahan saat kondisi panas dan kering bila dibandingkan dengan anggrek yang diberi perlakuan tambahan chitosan 10 ppm dan guano 10 ml/l (Tabel 11). Pertumbuhan peubah vegetatif tidak menunjukkan hasil yang signifikan baik anggrek P. bellina maupun P. modesta, karena anggrek merupakan tanaman tahunan sehingga pertumbuhannya lambat. Virnanto (2010) menyatakan bahwa tanaman anggrek merupakan tipe tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh yang relatif lambat. Cepat lambatnya pertumbuhan setiap jenis anggrek adalah berbedabeda karena sangat tergantung dari segi pemeliharaan anggrek itu sendiri. Gunawan (2006) menyatakan bahwa faktor cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi intensitas, lama penyinaran, serta kualitas sinarnya. Cahaya penuh akan membakar daun tanaman, dan apabila dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan kematian tanaman.
13 Tabel 11. Peubah Vegetatif P. modesta pada Perlakuan Organik Guano dan Chitosan Minggu ke- Taichung 1 g/l Perlakuan Chitosan 10 ppm Guano 10 ml/l Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun a 2.1ab 1.6b 2.1ab a 1.7b 1.6b 1.7b a 1.4b 1.7ab 1.7ab Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%. 31
14 32 Pertumbuhan Generatif Berdasarkan hasil uji t perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai, dan ukuran bunga. Jarak dari ujung petal ke ujung petal lainnya lebih besar dibandingkan dengan jarak ujung lips ke ujung petal tertinggi untuk semua perlakuan (Tabel 12). Pada anggrek P. modesta perlakuan pupuk Taichung 1 g/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, dan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l belum dapat mempercepat proses pembungaan. Pembungaan hanya terjadi pada ulangan pertama, karena pada ulangan pertama yang tumbuh tangkai bunga. Persentase berbunga pada ulangan pertama yaitu 100% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l, 100% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, 50% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, dan 100% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l sedangkan untuk ulangan 2, 3, dan 4 yaitu 0%. Daya tahan bunga dan masa pembungaan pada pupuk Taichung 1 g/l dan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm dari awal hingga akhir perlakuan semakin menurun, hal ini disebabkan karena kondisi iklim yang sangat panas sehingga bunga mudah layu dan gugur. Sedangkan pada pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l dan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l daya tahan bunga dan masa pembungaan cenderung stabil (Tabel 13). Utami (2007) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan anggrek berbeda-beda untuk setiap jenisnya, termasuk pembentukan primodial bunga. Anggrek agar cepat berbunga diperlukan perawatan, antara lain penyiraman sesuai kebutuhan, pemupukan diberikan sesuai fase pertumbuhan, pencegahan hama dan penyakit, suhu lingkungan, fotoperiodisitas (lama penyinaran terhadap rangsangan pembungaan) harus dilakukan. Anggrek Phalaenopsis akan berbunga setelah 8-10 bulan dalam pot tunggal.
15 Tabel 12. Rataan Nilai Peubah Generatif P. modesta pada Beberapa Perlakuan Minggu ke- Chitosan 10 ppm Guano 10 ml/l Taichung Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l Taichung 1 g/l Panjang Tangkai Bunga (cm) Jumlah Kuntum Bunga Jumlah Kuntum Bunga per Tangkai Ukuran Bunga Jarak antara Ujung Petal ke Ujung Petal (cm) Jarak dari Ujung Lips dengan Ujung Sepal Tertinggi (cm) Keterangan : tanda (-) menunjukkan tanaman tidak berbunga 33
16 Tabel 13. Pengaruh Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek P. modesta Ulangan Perlakuan Persentase Daya Tahan Masa berbunga Jumlah Bunga Pembungaan Bunga (%) (minggu) (minggu) 1 P1 100% (2/2 tanaman) P2 100% (2/2 tanaman) P3 50% (1/2 tanaman) P4 100% (2/2 tanaman) Keterangan : P1 = Perlakuan pupuk Taichung 1 g/l ; P2 = pupuk chitosan 10 ppm ; P3 = pupuk guano 10 ml/l ; P4 = pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l 34 Waktu Keluar Bakal Bunga Waktu keluar bakal bunga diamati saat tanaman sudah memperlihatkan tangkai bunga. Waktu keluar bakal bunga untuk tanaman anggrek P. modesta hanya pada ulangan 1, sedangkan untuk ulangan 3 dan 4 hanya bertahan 1-2 minggu karena tangkai bunga terkena serangan hama Sitophilus sp. sehingga tangkai bunga menjadi kuning dan kering. Selain itu, pada ulangan 2, 3, dan 4 tangkai bunga tidak muncul dari awal hingga akhir pengamatan. Rata-rata waktu keluar bakal bunga saat tanaman berumur 0, 1, 2, dan 3 MSP (Tabel 14).
17 35 Tabel 14. Waktu Keluar Bakal Bunga Anggrek P. modesta Ulangan Perlakuan Waktu Keluar Bakal Bunga (MSP) 1 P1 1 1 P2 0 1 P3 2 1 P4 2 3 P1-3 P2 3 3 P3 3 3 P4-4 P1-4 P2 3 4 P3-4 P4 3 Keterangan : P1 = Perlakuan pupuk Taichung 1 g/l ; P2 = pupuk chitosan 10 ppm ; P3 = pupuk guano 10 ml/l ; P4 = pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l Tanda (-) menunjukkan tanaman tidak berbunga Tingkat Kehijauan Daun Hasil uji t menunjukkan perlakuan pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan daun anggrek P. modesta. Hal ini disebabkan karena daun lama kelamaan menjadi pucat. Faktor yang menyebabkan daun menjadi pucat yaitu kondisi iklim yang tidak sesuai dengan syarat pertumbuhan anggrek, sehingga tingkat kehijauan daun anggrek menurun dari pengamatan awal ke akhir (Tabel 15). Selain itu, diduga hal yang menyebabkan tingkat kehijauan daun menurun karena kekurangan Nitrogen. Pada kondisi kemarau pupuk organik tidak dapat mensuplai unsur hara ke tanaman karena ketersediaan hara yang terbatas, sehingga pada perlakuan yang diberi tambahan pupuk guano 10 ml/l tingkat kehijauan daun menurun di akhir pengamatan yaitu dari menjadi
18 Tabel 15. Perbandingan Tingkat Kehijauan Daun P. modesta diukur dengan Alat SPAD Minggu ke- Perlakuan P2 P3 P4 P1...Tingkat Kehijauan Daun... Awal Akhir Keterangan : P1 = Perlakuan pupuk Taichung 1 g/l ; P2 = pupuk chitosan 10 ppm ; P3 = pupuk guano 10 ml/l ; P4 = pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l 36 Gunawan (2006) menyatakan bahwa nitrogen dibutuhkan untuk sintesis asam-asam amino, protein, asam nukleat, berbagai koenzim, dan sebagai konstituen molekul klorofil (zat hijau daun). Tanaman yang kekurangan nitrogen menunjukkan gejala daun yang berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan. Anggrek P. bellina dan P. modesta dengan pemberian pupuk guano 10 ml/l lebih peka atau lebih respon terhadap pertumbuhan vegetatif bila dibandingkan dengan pertumbuhan generatif karena secara garis besar pada peubah generatif pertumbuhannya lebih lambat daripada anggrek yang diberi perlakuan chitosan 10 ppm dan pupuk Taichung 1 g/l. Widiastoety (2002) menyatakan bahwa tersedianya unsur-unsur hara makro dan mikro pada tanaman sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas bunga yang akan terbentuk. Untuk pertumbuhan, tanaman membutuhkan unsur hara makro antara lain C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro yang meliputi Fe, Cl, Zn, Mn, Cu, dan B. Apabila kekurangan salah satu unsur essensial tersebut dapat menimbulkan penyakit fisiologi. Bibit Anggrek P. amabilis Faktor tunggal perlakuan pupuk guano dan chitosan berpengaruh nyata terhadap panjang, lebar, jumlah daun, dan tinggi tanaman. Pada parameter pengamatan panjang, lebar, dan jumlah daun meningkat dari minggu sebelum pengamatan sampai 2 MSP untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan perlakuan pupuk guano 10 ml/l, sedangkan untuk perlakuan pupuk
19 chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l menurun (Tabel 16). 37 Tabel 16. Pertumbuhan Bibit Anggrek P. amabilis pada Perlakuan Organik Guano dan Chitosan Peubah MSP Taichung 1 g/l Taichung + Chitosan 10 ppm Perlakuan Taichung + Guano 10 ml/l Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l Panjang Daun b 7.83a 6.89ab 6.88ab bc 6.86ab 7.57a 5.43c Lebar Daun a 1.49a 1.55a 1.41a ab 1.32b 1.83a 1.19b Tinggi Tanaman b 8.95a 8.03ab 8.21ab b 7.64ab 8.47a 6.49b Jumlah Daun a 4.53a 4.27a 5.13a a 3.07b 6.07a 3.80b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Berdasarkan hasil uji t, perlakuan pupuk guano 10 ml/l tidak berbeda nyata dengan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah tinggi tanaman, panjang, lebar, dan jumlah daun, tetapi secara fisiologis perlakuan pupuk guano 10 ml/l lebih baik dibandingkan dengan pupuk Taichung 1 g/l. Pada perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l lebih tinggi daripada perlakuan pupuk Taichung 1 g/l terhadap peubah panjang daun, lebar daun, dan tinggi daun, sedangkan untuk jumlah lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l (Tabel 17).
20 Tabel 17. Rataan Nilai Perbandingan antara Perlakuan Guano 10 ml/l dengan Perlakuan Taichung 1 g/l Peubah MSP guano 10 ml/l Taichung 1 g/l Panjang Daun Lebar Daun Tinggi Tanaman Jumlah Daun Kondisi bibit anggrek pada awal aplikasi yaitu saat bibit berumur 1-2 MSP masih menunjukkan hasil yang baik untuk semua perlakuan (P1, P2, P3, P4), tetapi saat bibit berumur 3-4 MSP kondisi perakaran mulai kering dan daun mulai menguning sehingga bibit anggrek mati untuk perlakuan pupuk chitosan 10 ppm dan pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l. Hal ini diduga konsentrasi chitosan yang diberikan terlalu tinggi untuk ukuran bibit atau perlakuan chitosan tidak cocok untuk bibit anggrek. Pada percobaan ini perlakuan yang baik secara visual adalah perlakuan guano 10 ml/l, hal ini ditandai dengan kondisi bibit anggrek dari awal sampai akhir aplikasi lebih cerah dan segar dibandingkan dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l. guano mengandung Nitrogen, Fosfor, dan Potasium sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar, dan kekuatan batang tanaman. Kotoran kelelawar yang sudah mengendap lama di dalam dasar gua akan bercampur dengan tanah dan bakteri pengurai (Sugianto, 2010).
Kata kunci: kompot, P.amabilis, rancangan kelompok lengkap teracak
Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Phalaenopsis spp. The Effect of Organic Fertilizer Guano and Chitosan on the Growth and Development of Phalaenopsis
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciBAHAN METODE PENELITIAN
BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN DURIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diminati orang (Widiastoety dkk, 2010). Tingginya minat akan bunga anggrek
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Bentuk dan warna bunganya yang unik menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak diminati
Lebih terperinciPEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT
PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program
Lebih terperinciKARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM
KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah
Lebih terperinciPengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman A. Tujuan Mengetahui pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. B. Dasar Teori Pertumbuhan adalah perubahan biologis yang dipengaruhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas
24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan
Lebih terperinciGambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)
PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,
II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan
Lebih terperinciPUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR
Lebih terperinciPUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam parameter tinggi tanaman pada lampiran 5a hingga 5h menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun, waktu aplikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman
Lebih terperinciBAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciPRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013
PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji
Lebih terperinci4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman
PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun pada tanaman sawi. 4.1 Tinggi Tanaman Hasil pengamatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperincirv. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciKompos Cacing Tanah (CASTING)
Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciNur Rahmah Fithriyah
Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium
14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya
Lebih terperinci