POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI OLAHRAGA DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI OLAHRAGA DI INDONESIA"

Transkripsi

1 POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI OLAHRAGA DI INDONESIA M. Irfan Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia Abstrak Olahraga tidak jamannya lagi dipandang sekedar bagaimana memenangkan pertandingan, atau memperoleh medali. Olahraga mulai dikembangkan kepada tujuan-tujuan seperti peningkat kegiatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan industri olahraga. Jumlah dan gaya hidup berolahraga masyarakat, pemberlakuan pasar bebas, keberpihakan dan kebijakan pemerintah merupakan unsur yang ikut berkontribusi dalam memberi pengaruh terhadap tumbuh dan kembangnya industri olahraga pada aspek potensi, peluang dan tantangan di negara Indonesia. Kata Kunci: Potensi, Peluang, Tantangan, Industri Olahraga Pendahuluan Indikator yang menjadi ukuran tingginya derajat kualitas kehidupan suatu negara diantaranya adalah apabila angka kemiskinan dan pengangguran masyarakatnyarendah. Kemiskinan dan pengangguran merupakan sebuah kompleksitas yang senantiasa menjadi persoalan bagi semua negara di seluruh dunia saat ini, terlebih lagi di negara berkembang seperti Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk tidak sebanding degan kesempatan kerja yang tersedia. Akhirnya jumlah pengangguran semakin meningkat dan jumlah penduduk miskin juga semakin bertambah. Kondisi tersebut terkadang juga diperparah lagi dengan tidak stabilnya perekonomian makro, yang mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan sebagai korban dari Pemutusan Hubangan Kerja (PHK). Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2005 sebesar 15%, dan tahun 2006, penduduk miskin di Indonesia sebesar 13,3% (Nurhadi, 2007). Data tersebut kelihatan bahwa jumlah persentase penduduk miskin di Indonesia dari rentang satu tahun kelihatannya menurun, namun absolut-kuantitatif yang terjadi bisa sajajumlah penduduk miskin di Indonesia sebenarnya tidak berkurang. Angka pengangguran pemuda secara nasional adalah sebesar 16,7%. Secara nasional angka pengangguran laki-laki sebesar 13,9%, sedangkan pengangguran perempuan sebesar 21,3%. Angka pengangguran di perkotaan lebih besar dari pada di pedesaan. Pengangguran di perkotaan sebesar 20,7% dan pengangguran di pedesaan 13,6%. (Data Kemenegpora dan BPS, 2006). Pengentasan kemiskinandalam tataran global merupakan agenda utama bagi negara-negara anggota PBB, dengan cara mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Developments Goals/MDGs). Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Developments Goals/MDGs) dicanangkan bulan November 189

2 2003 silam, majelis PBB mengeluarkan Resolusi 58/5 yang berjudul: Sport as a means to promote education, health, development and peace. Tujuan utama resolusi ini adalah mengelaborasi sekaligus memberikan penegasan bahwa olahraga memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals). Spirit ini dipertegas lagi oleh Kofi Annan (Sekjen PBB priode ) yang intinya mengajak pemerintah di setiap negara untuk memasukkan olahraga sebagai salah satu usaha memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Kesadaran bahwa olahraga dipandang sebagai suatu instrumen penting dalam pembangunanmulai muncul saat ini dan ini bukan hanya angan belaka, tetapi sudah merupakan komitmenyang dibuktikan dengan diadakannya konferensi internasional mengenai olahraga dan pembangunan (sportanddepelopment) di Switzerland pada Pebruari tahun 2003 silam. Konfernsi tersebut menghasilkan sebuah deklarasi yang diberi nama The Magglingen Declaration. Butir penting dari deklarasi tersebut salah satunya menyatakan bahwa olahraga merupakan salah satuwahana peningkatan kualitas hidup (sport is a part of the schooling system helps young people perform better, and improves their quality of life). Olahraga sudah tidak jamannya dipandang hanya sekedar bagaimana memenangkan pertandingan, atau memperoleh medali hingga melupakan esensi dasar dari olahraga itu sendiri. Olahraga sekarang ini sudah mulai dikembangkan kepada tujuan-tujuan seperti pembangunan karakter, wahana sebagai proses sosialisasi dan integrasi, serta sebagai unsur yang dapat memberidampakterhadap peningkatankegiatan ekonomi masyarakat yang berkontribusi kepada pengentasan kemiskinan dan pengangguran, sehingga terjadinya peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik melalui kegiatan industri keolahragaan. Perkembangan industri olahraga di Indonesia sebenarnya tidak luput hanya berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat Indonesia saja, secaraotomatis jugamempengaruhi peningkatan prestasi. Tidak bisa dipungkiri kurangnya fasilitas dan program pembinaan pasti mempunyai andil besar terhadap pencapaian prestasi yang tinggi. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) khususnya bidang pengembangan industri olahraga melihat bahwa, Indonesia sudah saatnya harus melakukan industrialisasi olahraga sebagai salah satu cara menanggulangi tersendatnya prestasi olahraga Indonesia. Negara-negara barat dan Amerika Serikat saat ini tertarik untuk berinvestasi dalam bidang olahraga di Asia, ini merupakan moment yang tepat untuk mengembangkan industri olahraga di Indonesia, Ibnu (2011). Industri olahraga diharapkan bukan hanya berdampak sebatas upaya untuk mencukupi dimensi internal keolahragaan, melainkan lebih daripada itu dapat menggeliatkan serta memperbaiki harkat dan martabat masyarakat secara keseluruhan. Industri olahraga merupakan bagian peluang dari upaya pemberdayaan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika industri olahraga mestinya digali lebih dalam dan dikembangkan lebih jauh agar menjadi sebuah solusi bagi upaya pengentasan 190

3 kemiskinan dan persoalan pengangguran, selain upaya meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia. Melirik keberadaan olahraga di Amerika Serikat bahwa, ternyata olahraga bukan hanya sebagai bisnis yang besar tetapi lebih dari itu telah menjadi komoditi industri yang tercepat pertumbuhan dan perkembangannya. Olahraga di Amerika keberadaannya sudah saling menjalin dengan link yang cukup baik dengan setiap aspek ekonomi yang ada, dari mulai media, pakaian sampai pada makanan dan periklanan, Onzanian dalam Harsuki (2007). Pertumbuhan industri olahragadi Amerika Serikat sudah sangat mapan. Industri olahraga dinegara tersebut sudah menjalin link yang cukup baik pada industri lainnya, bagaimana dengan keberadaan industri olahraga di Indonesia saat ini? Kajian tentang potensi, peluang dan tantangan dalam mengembangkan industri olahraga di Indonesia perlu dilakukan. Kajian yang dilakukan diharap dapat memberigambaran, atau sebagai bahan pendiskusian agar pertumbuhan dan perkembangan industri olahraga Indonesia mampu menuju kearah yang lebih baik dan berujung kepada percepatan solusi pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia melalui pemberdayaan industri olahraga yang mapan seperti layaknya di negara Amerika Serikat. Pembahasan Kajian mengenai potensi, peluang dan tantangan dalam mengembangkan industri olahraga di Indonesia penulisawali dahulu dengan penyampaian batasan definisi industri olahraga itu sendiri serta posisi keberadaan industri olahraga yang ada saat ini di Indonesia. Keadaan ini merupakan data yang diharapkan bisa menjadi dasar pengkajian, serta menjadi inspirasi yang menggugah agar lebih banyak lagi pelaku-pelaku usaha yang mau berkiprah pada bidang industri olahraga nantinya. Industri olahraga didefinisikan sebagai semua produksi barang, jasa, tempat, orang-orang, dan pemikiran yang ditawarkan kepada pelanggan, yang berkaitan dengan olahraga. Pitts, Fielding, and Miller (1994). Industri olahraga menurut UU SKN diatur pada Bab XVI yang menyatakan bahwa kegiatan bisnis bidang olahraga meliputi bentuk produk barang dan/atau jasa. Setiap pelaksana industri olahraga yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat wajib memperhatikan tujuan keolahragaan nasional serta prinsip penyelenggaraan kegiatan olahraga (pasal 78). Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi, diperjual belikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat. Jenis industri olahraga yang berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia menurut Harsuki (2007) meliputi: (1) Industri barang olahraga (sporting goods industry); (2) Olahraga amatir (yang dibawah naungan KOI/KONI dan induk organisasi cabang olahraga); (3) Olahraga profesional (Tinju, Golf, Balap mobil & motor; (4) Kompleks olahraga (Gelora Bung Karno, Gelanggang rekreasi Jaya Ancol); (5) Sponsor berbadan hukum; yang telaah banyak mendanai kegiatan olahraga; (6) Media berita olahraga baik cetak maupun penyiaran. 191

4 Departemen perindustrian tahun 1999 mengungkapkan data bahwa jumlah perusahaan industri alat olahraga ada 49 perusahaan, meliputi skala besar, menengah dan kecil. Sumatera Utara 1, Lampung 1, DKI 8, Jawa Barat 12, Jawa tengah 11, Jawa Timur 12, D.I. Yogyakarta 3, dan Sulawesi Selatan 1. Investasi yang tertanam Rp. 120 milyar rupiah. Tenaga kerja yang terserap sekitar 5000 orang, tidak termasuk tenaga musiman. Jenis dan kapasitas produksi: Bola Tenis lapangan buah; Bola sepak buah; Bola voli buah; Bola basket buah; Bulu tangkis buah; lain-lain buah. Raket tenis dan bulu tangkis buah; Stick golf buah; Senar raket buah; Meja billiard 130 buah; Meja Snooker 85 buah; Rel pancing buah; Meja pingpong buah; Peralatan hockey set; Sport protective eqpmt buah; Fibre matres ton. Ekspor alat olahraga tahun 1997 U.S. $ Impor alat olahraga tahun 1997 U.S. $ (Ditjen Industri Logam Mesin, Elektronika dan Aneka, 1999). Fakta mengenai keberadaan industri olahraga di Indonesia tersebut hendaknya dapat berkembang lebih pesat lagi dari yang sudah ada pada saat ini. Pemerintah, pelaku industri olahraga dan masyarakat olahraga hendaknya selalu berupaya mencari-cari formula yang tepat berkenaan dengan upaya pengembangan industri olaharaga di Indonesia. Unsur yang ikut berkontribusi dalam memberi pengaruh terhadaptumbuh dan kembangnyaindustri olahraga di Indonesia, khususnya industri peralatan olahraga ditinjau dari segi potensi, peluang dan tantangannya yaitu: (1) Jumlah masyarakat serta gaya hidup berolahraga; (2) Pemberlakuan pasar bebas; (3) Keberpihakan dan kebijakan pemerintah. Gaya Hidup Berolahraga Potensi Pengembang Industri Olahraga Indonesia Penduduk Indonesia yang jumlahnya mencapai 250 juta sangat berpotensi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan industri olahraga, sekaligus juga pasar yang potensial untuk marketingnya(james Tankudung, 2011). Kaitan jumlah penduduk terhadap potensi dan peluang dalam menumbuh kembangkan industri olahraga di Indonesia tidak terlepas terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini. Resolusi 58/5 yang dikeluarkan majelis umum PBB pada November 2003 berjudul Sport as means to promote education, helath, development and peace, menegaskan bahwa olahraga sebenarnya memiliki peran strategis untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dalam banyak hal. Pandangan masyarakat tentang olahraga sekarang inibahwa,beberapa bagian sudah banyak yangmemandang olahraga tidak hanyadipikirkanpada persoalan-persoalan perifersaja, yaitu cara-carameningkatkanperingkat/prestasi olahragasemata.masyarakat sudah banyak yang mengenal konsepolahraga untuk meningkatkan kualitas kebugaran jasmani. Olahraga untuk meningkatkan kebugaran jasmani inikan merupakan bagian dari konsep pemberdayaan olahraga yang sudah cukup dikenal masyarakat, atau yang lainnya seperti menjadikan olahraga sebagai media pembentuk watak/karakteryang baik (sportifitas, sportmanship), dan banyak lainnya lagi. 192

5 Fungsi-fungsi olahraga tersebut harus menjadi propaganda yang dilakukan terus menerus. Propaganda yang dilakukan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat. Target propaganda adalah mengkristalkan dipemikiran masyarakat bahwa olahraga itu adalah bagian dari gaya hidup. Pemikiran masyarakat tentang olahraga sebagai gaya hidup muaranya akan sampai pada fase yang real menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Kegiatan berolahraga yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat tentu akanmemberi dampak terhadap pemenuhan kebutuhan terhadap unsur-unsur yang berkaitan pada alat, sarana dan prasarana olahraga yang menjadi kebutuhan gaya hidup tersebut. Pasar Bebas Peluang dan Tantangan Perkembangan Industri Olahraga Indonesia Pasar bebas menjadikan setiap orang/masyarakat menjadi lebih leluasa memilih produk-produk olahraga yang diinginkan, dengan berbagai macam produk dari berbagai negara. Produk yang memiliki kualitas yang paling tinggi, dengan harga yang minim disertai layanan penjualan yang memuaskan dipastikan menjadi pemimpin pasar (marketleader). Keunggulan produk beserta layanan tersebut hanya dapat dicapai oleh pelaku-pelaku industri olahraga yang paling efisien, memiliki dinamika cepat pada akses teknologi yang berkualitas. Pasar bebasyang diberlakukan bagi perkembangan olahraga di Indonesia tentu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku industri olahraga. Alasan menjadi peluang karena luasnya pasar akan berpotensi untuk semakin berkembangnya industri yang dikelola, sisi lainmenjadi tantangan bahkan pengkhawatiran karena terjadinya persaingan yang bebas. Pelaku industri olahragaharus dapat membaca dan memanfaatkan peluang pasar. Pelaku-pelaku industry olahraga yang dapat membaca dan memanfaatkan peluang pasar dipastikan akan menjadi lebih berkembang pesat. Produk industri olahraga akan memperoleh peluang yang besar apabila pelaku industri olahraga mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh berbagai negara dengan berbagai keunggulannya. Kondisi ini bergantung pada kemauan dan kreativitas pengelola/pelaku industry olahraga tersebut. Produk industry olahraga akan mampu bersaing dengan produk dari berbagai negara, syaratnya adalah pemberdayaan industri tersebut. Pembinaan industry olahraga harus dilakukan. Pembinaan dimaksud cakupannya meliputi pemahaman bisnis olahraga itu sendiri dan lingkungan pasar sekarang, serta kemampuan membuat analisis pasar. Tantangan dan hal yang menjadi pengkhawatiran terhadap perkembangan industri olahraga terutama industri-industri olahraga yang masih kecil terletak pada: (1) permodalan, (2) perolehan peluang pasar, (3) teknologi, (4) strategi pemasaran, (5) jaringan usaha dan kerjasama dan (6) lemahnya mentalitas dan jiwa kewirausahaan, Faridah (2011). Pelaku bisnis industri olahraga banyak yang belum mengenal dan memanfaatkan lembaga perbankan, ditambah lagi para pengusaha industry olahraga (kecil) sulituntuk memperoleh kredit dari bank swasta. Fakta ini mengakibatkan pengusaha industry olahraga cenderung menggantungkan pembiayaan perusahaan dari modal sendiri, atau sumber-sumber lainnya seperti 193

6 keluarga, kerabat, bahkan rentenir. Meskipun mereka mempunyai agunan yang cukup, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan hendak kemana mereka harus mendapatkan modal yang mudah dan ringan. Kelemahan yang lain dalam mendapatkan modal yaitu pada umumnya pelaku bisnis industri olahraga lemah dalam menyusun studi kelayakan yang dapat diterima oleh pihak penyedia modal. Peluang pangsa pasar dalam industri olahraga di Indonesia masih dilakukan dengan cara-cara yang pasif. Pelaku bisnis industri olahraga baru hanya mengandalkan kekuatan promosi personel selling yaitu komunikasi antar personal. Promosi ini dipilih karena tidak mempunyai anggaran untuk mengadakan promosi yang lain. Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan teknologi merupakan dampak dari lemahnya sumber daya manusia. Lemahnya sumber daya manusia disebabkan minimnya pengetahuan dan tingkat strata pendidikan yang dimiliki sebagian besar tenaga kerja pada bisnis industri olahraga. Fakta ini mengakibatkan banyak pelaku bisnis industri olahraga khususnya yang masih kecil mengalami keterbatasan dalam memanfaatkan teknologi. Kendala besar bagi pelaku bisnis industri olahraga adalah menembus pasar bebas. Pemasaran produk dari industri olahraga yang masih kecil biasanya cendrung melalui mata rantai yang panjang dengan penetapan harga jual berada diluar kendali pelaku bisnis industri olehraga tersebut. Kondisi ini menyebabkan pendapatan keuntungan yang relatif tipis. Pemasaran produk merupakan salah satu masalah yang dipastikan menjadi kendala besar bagi para pelaku industry olahraga kecil untuk masuk ke dalam pasar bebas. Keadaan yang demikian disebabkan karena tingkat persaingan yang tajam, kualitas produk yang kurang baik, ketiadaan berbagai aspek penunjang (misalnya pelayanan para pengguna jasa industry olahraga), serta kurang tanggapnya manajer/pengusaha terhadap situasi pasar. Lemah dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha. Pelaku-pelaku industri olahraga yang masih kecil mungkin saja mempunyai keterbatasan dalam jaringan dan kerja sama usaha, tetapi harusnya berusaha untuk membangun jaringan dan kerja sama dengan industry olahraga menengah dan besar. Pelaku bisnis industri olahraga yang masih kecil umumnya sedikit yang memiliki kreatifitas dan inovasi. Pelaku industry olahraga yang demikian cendrung menjalani usahanya hanya mengandalkan rutinitas kesehariannya, tanpa sentuhan pemikiran dan pengembangan untuk selalu terus maju dan meningkat. Orientasinya hanya sebatas untuk mendapatkan penghasilan agar kebutuhan hidup terpenuhi, tidak lebih dari pada itu. Keberpihakan dan Kebijakan Merupakan Tantangan Bagi Pemerintah dalam Pengembangan Industri Olahraga di Indonesia. Pengkhawatiran terhadap eksistensi perkembangan industri olahraga Indonesia dalam menghadapi pasar bebas selain dari enam titik lemah yang telah dibahas sebelumnya, masalah lainnya lagi bahwa, secara rill bekerja di sektor industri olahraga belum menjanjikan, apalagi banyak pekerja home industri olahraga yang digaji dibawah Rp ,- per bulan, Agus Kristiyanto (2011). 194

7 Industri olahraga secara faktual baru sekedar memberi lapangan pekerjaan sampinganbagi sebagian masyarakat, belum berdampak secara besar bagi pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Penelitian ini dilakukan pada 11 pelaku industri olaharaga yang berada pada 7 kota di pulau jawa. Sebelas industri dimaksud meliputi: 4 industri yang bergerak pada layanan jasa kebugaran, 1 industri peralatan panahan, 2 industri shutllecock; 1 industri peralatan lengkap olahraga, 3 konveksi pakaian khusus olahraga. Upaya Pemerintah Daerah untuk membangun iklim usaha industri mikro olahraga ternyata belum memberikan kepuasan pada pelaku industri. Iklim usaha yang menjadi variabel meliputi: (1) Pendanaan; (2) Sarana prasarana; (3) Informasi usaha; (3) Kemitraan; (4) Perizinan usaha; (5) Promosi dagang; (6) Dukungan kelembagaan, Agus Kristiyanto (2011). Data tentang fakta-fakta ini semestinya mengharuskan pemerintahuntuk merasa tertantang membangun kontruksi- kontruksi yang sifatnya memberikan penguatan iklim usaha industri olahraga yang lebih baik. Tinjauan dari jumlah masyarakat indonesia yang begitu besar, kemudian ditambah lagi pada gaya hidup berolahraga yang sudah menjadi suatu kebutuhan, mestinya industri olahraga adalah industri yang berpotensi besar untuk menggerakkan perilaku ekonomi masyarakat secara kolektif. Jika hal itu terjadi maka industri olaharaga sebenarnya sangat berpotensi sebagai sektor yang dapat memberikan dampak signifikan bagi pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran. Industri olahraga perlu digugah melalui serangkaian kebijakan sistematis dari pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan investor. Kesimpulan Pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran dapat dilakukan dengan cara meningkatkan rintisan pengembangan industri olahraga terhadap pertumbuhan ekonomi. Terjadinya pengentasan kemiskinan dan penyediaan lapangan pekerjaan merupakan konsekuensi dari membaiknya pertumbuhan ekonomi baik secara mikro maupun makro. Pembudaayaan berolahraga bagi masyarakat haruslah menjadi upaya berkelanjutan. Budaya berolahraga merupakan potensi besar bagi masyarakat di Indonesia dalam meningkatkan sendi-sendi kualitas hidup dan berkehidupan di masyarakat. Besarnya budaya berolahraga masyarakat berdampak terhadap besarnya potensi industri olahraga untuk lebih dikembangkan. Kecendrungan kebutuhan peralatan olahraga dan jasa olahraga produk bangsa sendiri perlu terus digalakkan dalam rangka untuk memicu dan memacu kebutuhan dan prilaku pasar yang dapat memperbesar volume produk dan layanan jasa domestik. Pemberlakuan pasar bebas sebenarnya merupakan suatu peluang pasar yang baik sekaligus menjadi tantangan khususnya bagi pemerintah. Bimbingan teknis, penyaluran modal dan hal lainnya yang berkenaan dengan dimensi iklim usaha harus diupayakan terus menerus dengan pendekatan-pendekatan yang efektif, efisien dan kreatif oleh semua pihak baik pemerintah pusat dan daerah, termasuk pelaku industri olahraga itu sendiri. Pelaku industri olahraga tidak boleh 195

8 puas hanya dengan mempertahankan konsep yang tradisional, strategi usaha harus selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada. Perguruan tinggi juga harusnya ikut serta dalam mengembangkan elemenelemen yang dianggap sebagai unsur kontributordalam meningkatkan geliat industri olahraga di Indonesia. Perguruan tinggi bisa saja melakukan riset-riset yang lebih mendalam berkenaan dengan pengembangan industri mikro olahraga terkait dengan pengangkatan harkat masyarakat menengah ke bawah, atau diadakannya mata kuliah kewirausahaan yang diberikan kepada mahasiswa sebagai materi atau minat khusus pada pengembangan industri olahraga. Daftar Pustaka Harsuki, Manajemen Sentra Industri Olahraga. Makalah. Yogyakarta: UniversitasNegeri Yogyakarta. James Tankudung, Indonesia Potensi Besar bagi Pengembangan dan Pemasaran Industri Olahraga. Surabaya: Pidato sambutan seminar Internasional Industri Olahraga. Kristiyanto, Agus, Penguatan Kebijakan Publik Usaha Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan Industri Mikro Olahraga. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 12. Edisi: 2: Mutohir, T.C, Sport Development Index (Konsep, Metodologi dan Aplikasi), Jakarta: PT. Indeks. Nurhadi, Mengembangkan Jaminan Sosial, Mengentaskan Kemiskinan, Yogyakarta: Media Wacana. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: Biro Humas dan Hukum Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. 196

INDUSTRI OLAHRAGA, KEMISKINAN, DAN PENGANGGURAN (Apresiasi Industri Mikro Sektor Olahraga di Pulau Jawa) Oleh: Agus Kristiyanto 1

INDUSTRI OLAHRAGA, KEMISKINAN, DAN PENGANGGURAN (Apresiasi Industri Mikro Sektor Olahraga di Pulau Jawa) Oleh: Agus Kristiyanto 1 INDUSTRI OLAHRAGA, KEMISKINAN, DAN PENGANGGURAN (Apresiasi Industri Mikro Sektor Olahraga di Pulau Jawa) Oleh: Agus Kristiyanto 1 ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD Sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGUASAAN IPTEK OLAHRAGA

MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGUASAAN IPTEK OLAHRAGA Makalah/Paper MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGUASAAN IPTEK OLAHRAGA Oleh: Drs. Agus Kristiyanto, M.Pd Dosen pada Jurusan POK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Ditulis dalam Rangka Lomba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. Pemerintah berkewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi,

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)

SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI) SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI) Oleh : Farida Mulyaningsih A. Nama Kegiatan : Penelitian Sport Development

Lebih terperinci

Menganalisis lebih jauh jumlah angka BPS

Menganalisis lebih jauh jumlah angka BPS Dunia mencatat: salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015. Indonesia mencatat: potret kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia selalu menarik untuk diteliti dan diperbincangkan. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur kegiatan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan penting untuk suatu Negara atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan. Banyak jenis olahraga yang berkembang khususnya di Indonesia antara lain bulu tangkis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Industri Kecil Sampai saat ini industri kecil memiliki berbagai macam definisi. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan industri kecil pun beranekaragam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat 260 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa: 1. Tinggi rendahnya transformasi struktur ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang lebih dikenal dengan (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika krisis ekonomi terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA -------------------------------------------------------------------------------- I. Gambaran Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

MEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA

MEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA 286 Memilih Usaha Kecil Dan Pengembangannya MEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA Oleh Sri Wahyuningsih Abstract:Tulisan ini berusaha menjelaskan kiat memilih usaha kecil dan strategi pengembangannya.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan pemerintah, lembaga lembaga di sektor keuangan, dan para pelaku usaha. Percepatan pembangunan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 1 Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 TANGGAL 28 OKTOBER 2011 (DIKIR NEGERI ASSALAMU ALAIKUM WR.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menjelaskan bahwa pengertian UMKM: usaha mikro adalah usaha produktif

Lebih terperinci

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Safaruddin 1 1 Jurusan Adminstrasi Niagaˏ Politeknik Negeri Medanˏ Medan 20155 E-mail: safaruddin_60@yahoo.com ABSTRAK Peran penting keberadaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada Pancasila sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,

Lebih terperinci

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan PENGENTASAN KEMISKINAN & KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan Pengantar oleh: Rajiv I.D. Mehta Director Pengembangan ICA Asia Pacific 1 Latar Belakang Perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi terus melanda baik itu di negara maju maupun negara berkembang. Salah satu negara yang merasakannya yaitu Indonesia, dimana krisis moneter

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA Sambutan Pada PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-84 TAHUN 2012 Assalamualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Dengan menyebut nama Allah, marilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN 2008 Makassar, 25-28 Maret 2008 Penjabat Gubernur Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu diagung-agungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi persaingan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, peran pemerintah untuk ikut serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P PRESTASI Data dan Informasi PPLP DATA DAN INFORMASI PPLP ISBN: xxx-xxx-xxx-x Ukuran Buku:,7 cm x cm Jumlah Halaman: 83 + xvi Tim Penyusun Penanggung Jawab Ketua

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002). I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan proyeksi pemerintah pada tahun 2004, berada pada kisaran angka 4,5%-5% (BPS, 2003). Harapan yang optimis ini dibarengi dengan kebijakan

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Ini dilakukan agar daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau badan usaha, yang termasuk kriteria pada skim-skim kredit/pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau badan usaha, yang termasuk kriteria pada skim-skim kredit/pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaku usaha yang menjadi sasaran dari kerjasama penjaminan atau pertanggungan kredit kepada Lembaga Penjaminan adalah usaha perorangan dan/atau badan usaha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia (http://www.kkp.go.id). Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan luas laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) I. PENDAHULUAN Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan Pemerintah,

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA

E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA Meri Nur Amelia 1*, Yulianto Eko Prasetyo 1, Iswara Maharani 2 1 Pendidikan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia perbankan pada saat ini mengalami perubahan dengan sangat pesat. Kondisi tersebut berhadapan pula dengan sistem pasar global dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia olahraga pada saat ini mengalami kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia olahraga pada saat ini mengalami kemajuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia olahraga pada saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, banyak masyarakat yang mulai membiasakan diri dengan berolahraga di pagi hari sebelum

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272 REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272 Apa itu Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) MEA adalah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk meminimalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan Desember 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB menyetujui delapan butir Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, penduduknya berjumlah 2.109.339 dengan

Lebih terperinci

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda Merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Mempunyai luas wilayah berdasarkan PP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Pelayanan Kondisi lingkungan kerja yang diharapkan tentunya dapat memberikan dukungan optimal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun 17 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini banyak muncul industri-industri yang menawarkan serta memasarkan sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional. Indonesia - negara dengan ekonomi paling besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan manifestasi dari ekonomi rakyat, memiliki kedudukan, peran, dan potensi yang strategis dalam perekonomian

Lebih terperinci