SISTIM KEPEMIMPINAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTIM KEPEMIMPINAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU"

Transkripsi

1 SISTIM KEPEMIMPINAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU PADA MASA JEPANG Oleh Dra. Siti Fatirnah M. Pd. rrs*.-- (Ketua Tin1 Peneliti) I Pcnelilinn ini tlibiayai oleh [ Proyck Ol)c~-nsi dnn Pc~.n\vatan Fasilitns IKIP Padang Tohun Anggal-hn Surot Perjat~jinn Kc,-jn NO.: 2 50 /~~37.~9/~.3, , Tnnggnl 1 Juli 1992 INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PAD.4NG,,!lli [If 1>-.y ---I- x ' s. - -,,,'.>*,,. -;. ;!-'?;-;:!,;,:, ":!',.p,/.,:!,-, " 7. 3 r-, -.:. J. -. 'I, v\ I kc,,,- " :.,

2 SISTEM KEPEMIM? m AN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU PADA MASA JEPANG. Personalia Peneliti K e t u a : Dra. Siti Fatimah M.Pd Anggota : Drs. Wahidul Basri

3 Sistem. Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau pada Masa Jepang, Penelitian, Studi tentang Kepemimpinan sangat erat hubungannya dengan kondisi-kondisi politik dan perubahan-perubahan so- sial. Kondisi tersebut antara lain ; kondisi sosial-budaya, birokrasi, keputusan dan kebi jaksanaan penguasa, sistem ni- lai yang Umiliki, agama dan kepercayaan yang dianut, peran- an dan status yang diemban seseorang dalam masyarakat. nisi- si lain studi tentang masa Jepang sampai saat ini masih di- rasakan kurang sekali peminatnya, apalagi yang berlokasi di Minangkabau (Sumatera Barat). Persoalan yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana persisnya pola kepemimpinan tradisional masyarakat Minangkabau dan bagaimana pengaruh4epang terha- dap sistem kepemimpinan tradisional tersebut, khususnya ter- hadap masyarakat Minangkabau. Adapun tu juan dari peneli tian ini adalah ; (1 ), memahami secara lebih jelas bagaimana per- sisnya pola-pola kepemimpinan tradisional masyarakat Minang- kabau sebagai suath proses se jarah pada tingkat lokal, (2), mengungkapkan pengaruh-pengaruh asing, terutama Jepang ter- hadap pergeseran-pergeseran pola kepemimpinan itu sendiri dan sekaligus dampaknya terhadap masyarakat, ( 3), membanding kan perbedan pergeseran-pergeseran pola kepemimpinan tradi- sional masyarakat Minangkabau pada masa Jepang dengan perio-

4 de sebelumnya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, lebih khusus lagi metode se jarah. Dalam metode se jarah, peneli ti lebih banyak berurusan dengan ar- sip-arsip, peninggalan-peninggalan serta je jak-je jak. Oleh karena itu teknik pengumpulan data telah dilakukan lewat; studi pustaka, arsip dan wawancara dengan beberapa nara sumber, antara lain dengan beberapa orang mantan Heiho dan Giyugun, serta beberapa orang Penghulu. Dari hasil peneli tian telah dapat diungkapkan peri sti wa tentang proses kehadiran sistem kepemimpinan tradisional di Minangkabau sebagai sua tu fenomena his tori s. Disamping itu juga di jelaskan pengaruh kekuatan asing terwdap kepe- mimpinan tradisional di Minangkabau, khususnya pengarub pe- merintahan Jepang dengan sis tem yang bercirikan militer. Kemudian juga dibahas bagaimana dampaknya terhadap kehidup- an sosial masyarakat Minangkabau (Sumatera ~arat).

5 PENGANTAR Penelitian merupakan salah satu karya ilniah di perguruan tinggi. Karya ilrniah ini harus dilaksanakan oleh dosen IKIP Padang dalam rangka meningkatkan mutu, baik ssbagai dosen maupun sebagai peneliti. Oleh karena itu, Pusat Penelitian IKIP Padang berusaha mendorong dosen/perrelit i untuk nelakukari ~enelitian setagai bagian dari kegiatan akade~iknya. Dengan deinikian mutu dosen/peneliti dan hasil penelitiannya dapat ditingkatkan.! Akhirnya saya merasa gembira tahwa pmelit ian ini telah 1 I dapat diselesaikan oleh peneliti dengan melalui proses I pemeriksaan dari Tim Perrilai Usul dan Laporan Penelitian Puslit IKIP Padang. Padang, Maret Kepala Pusat' Penelit ian

6 DAFTAR IS1 ABSTRAK... i PENGANTAR... iii DAFTAR IS1... iv Bab I PENDAHULUAN... I A, Latar Belakang Masalah... 1 BQb I1 B. Pembatasan dan Perumusan Nasalah,... 3 C:. Tujuan Penelitian... 4 D. Metodologi Peneli tian... POLA KEPEMIMPINAN TRADIS ION AL MASYARAKAT MINANGK ABAU A. Beberapa Konsep Tentang Teori Kepemimpinan 7 B. Struktur Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau... CT. Analisis Historis terhadap Struktur Kepe- mirnpinan Masyarakat Minangkabau (Tungku Tigo ~a jarangan) Bab I11 FENGARUH JEPAPJG TEFNADAP SISTEN KEPDlIMPINAN TRADISIONAL MINANGKABAU A, Kedatangan Jepang di Surnatera B. Sistem Birokrasi Jepang di Minangkabau (sumatera ~arat) C, Organisasi Kemasyarakatan dan Dampak Kedatangan Jepang di Mi nangkabau (Sumatera ~arat)... 34

7 Bab IV PENUTUP A, Kesimpulan...,..., B. Saran-saran... DAFTAR PUSTMA

8 BAB I PENDAKULUAN A. Latar Belakang Masalah i Telaah tentang pola-pola dan sistem kepemimpinan ada- lah suatu ha1 yang menarik, karena konsep tentang kepemimpinan seringkali sangat erat hubungannya dengan kondi si - kondisi politik, perubahan-perubahan sosial, pergeseran- pergeseran dinamika lainnya yang berlaku ditengah masyara- kat. Disisi lain pola-pola kepemimpinan yang berlangsung di tengah-tengah suatu masyarakat tertentu tidak pula ter- lepas dari berbagai faktor yang mendukung masyarakat itu sendiri, umpamanya kondisi sosial budaya, sistem nilai yang dimiliki, agama dan kepercayaan yang dianut, peranan dan status yang di embannya. Minangkabau sebagai suatu kelompok etnis tertentu, ti- dak terlepas dari persoalan di atas. Dengan kondisi sosial budaya yang serba kompleks, suku Minangkabau sudah dikenal mempunyai struktur masyarakat yang teratur pada masa lalu. Dalam berbagai sumber yang terdapat, baik tertulis maupun tidak, masyarakat Minangkabau telah diperkenalkan dengan po la sistem kemasyarakatan/pemerintahan secara mum, yai tu; Bodhi Caniago dan Koto Piliang. Di Minangkabau sering dike- nal "orang yang di tuakanfl, kalaulah istilah orang yang di- tuakan ini tidak identik, tapi konsep ini biasanya diberikan terhadap seseorang yang dianggap sebagai pemimpin,, apakah I

9 itu dalam kelompok/cornrnun~l terkecil maupun kelompok yang lebih luas. Dalam perkembangan sejarah Minangkabau pola-pola kepe- mimpinan tradisional terlihat berjalan dengan harmonis sam- pai dengan masuknya pengaruh-pengaruh luar atau kekuatan- kekua-kn asing. Namun setelah dominasi kekuatan asing, pola kepemimpinan (masyarakat) tradisional men jadi rusak. Reaksi terhadap itu ditunjukkan oleh terjadinya berulangkali pergo lakan sosial dan intelektual. 1) Berbagai sumber dan li teratur telah banyak membi cara- kan tentang bagaimana kekuatan asing menggunakan saluran masyarakat tradisional dalam rangka menanamkan politik kolo nialnya di Indonesia. Se jauh itu belum terlihat secara le- 1 bih khusus bahasan tentang pengaruh kekuatan-kekuatan asing terhadap sistem kepemimpinan tradisional masyarakat Minang- kabau. Kekuatan asing yang dimaksud adalah Jepang, yang sa- ma-sama rumpun Asia, Menurut Anthony Reid dalam bukunya "the Japanese and Rival Indonesian Elite : Sumatera , inovasi yang sungguh luar biasa dari pernerintahan Jepang adalah dia jak- nya semua sumber-sumber kepemimpinan yang ada untuk masuk ke dalam berbagai' badan administratif, penasehat, propa- ganda, tempat mereka sedikit banyaknya harus bekerjasama, Bertitik tolak dari pendapat Reid dapat diduga bahwa Jepang yang dikenal dengan promosi 3A nya (Jepang Cahaya Asia, Je- pang pemimpin Asia dan Jepang Pelindung Asia) ternyata ti-

10 dak jauh berbeda dengan pendatang sebelumnya dalam pelaksanaan poli tik kolonialnya. Hanya yang men jadi persoalan adalah, apakah dalam penerapannya model-model yang diterapkan Jepang berbeda dengan yang sebelumnya?; bila berbeda, dalam segi-segi apakah ia berbeda dan bagaimanakah perbedaan tersebut khusus terhadap sistem kepemimpinan tradisional yang berlaku di Minangkabau?, B. Pembatasan - dan Perumusan Masalah Berangka t dari latar belakang masalah terdahulu, dico- ba untuk mempersempit ruang lingkup persoalannya, Karena pe nelitian ini termasuk penelitian se jarah, penulis mencoba mernberikan batasan waktu (temporal) sesuai dengan kajian yang diinginkan. Masalah utama adalah menyangkut sekitar sistem kepemimpinan tradisional masyarakat Minangkabau. Ka- rena begitu luasnya persoalan ini, maka peneliti membatasi- nya sekitar pada periode Jepang ( ). Dalam ha1 ini ditekankan pada persoalan sejauh mana pengaruh Jepang menim bulkan perubahan-perubahan terhadap kepemimpinan tradisio- nal masyarakat Mgnangkabau pada masa itu, Sejauh itu, tidak pula tertutup kemungkinan penulis menyinggung fakta-fakta yang ada sebelum dan sesudah perio- de tersebut, guna kepentingan analisa-analisa yang penulis lakukan dan dianggap masih relevan dalam tautan persoalan- nya. Sedangkan cakupan saptial sebagai objek peneli ti an ini adalah wilayah Sumatera Barat secara adminis tratif dan Mi-

11 nangkabau bila dipandang secara etnis kultural. Guna lebih memperjelas persoalan, penulis mencoba meru muskan persoalan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Bagaimanakan persisnya struktur kepemimpinan tradisional masyarakat Minangkabau?; Apakah struktur kepernim- 'pinan tradisional masyarakat Minangkabau mempunyai keunikan tersndiri?; Apakah terdapat pengaruh Jepang terhadap perubahan-perubahan pola kepemimpinan tradisional masyarakat Mi nangkabau?; Jika ada pengaruh tersebut, bagaimanakah perbedaan pola kepemimpinan masa Jepang dibanding dengan periode sebelmnya?; Adakah terdapat kesamaan pola kepernimpinan tradisional pada masa Jepang dengan pola kepemimpinan tradisional dewasa ini?. C:. Tujuan Peneli ti an Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memahami secara lebih jelas bagaimana persisnya pola-po la kepemimpinan tradisional masyarakat Minangkabau sebagai suatu proses sejarah pada tingkat micro. 2. Mengungkapkan pengaruh Jepang terhadap pergesemn-pergeseran pola kepemimpinan masyarakat Minangkabau. 3. Membandingkan pola kepemimpinan tradisional masyarakat Minangkabau pada masa Jepang dengan periode sebelumnya. D. Metodologi Peneli tian Secara mum penelitian ini tergolong ke dalam jenis pe~elitian kwalitatif. Lebih khusus lagi peneli tian ini ter-

12 golong peneli tian se jarah. Menumt aturan studi sejarah, ada beberapa langkah yang hams diikuti sejarahwan dalam melakukan kerjanya. Pertama, "Heuri stiki1, yaitu mengumpulkan seluruh sumber- sumber dan inf ormasi semaksimal mungkin sesuai dengan ka ji- annya. Kedua l1kritikf1, melakukan seleksi sebaik mungkin da- ri sumber-sumber yang diperoleh. Ketiga, melakukan interpre tasi atau penafsiran dari fake yang ditemukan menurut alur ihu pengetahuan. Keempat, melakukan penulisan sehingga da- pat disajikan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Khusus dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mendekati pada model. pedeli tian se jarah dengan teknik pe- ngumpulan data sebagai berikut : Melakukan wawancara terha- dap beberapa orang nara sumber dalam rangka memanfaatkan sumber lisan; Wawancara telah dilakukan terhadap beberapa orang pemimpin tradisional antara lain penghulu dan bebera- pa orang yang terlibat sebagai Heihi dan Giyugun pada masa Jepang; Kemudian pengumpulan data dilakukan lewat arsip Na- sional, serta bahan-bahan literatur yang relevan dengan ka- jian ini.

13 Catatan Bab 2 1 ). Lihat, Taufik Abdullah. I1Modernization -- in - the.- Sumatera in Early of the Minangkabau World: - West twentienth Century-11, (I thaca, London : C ornell University Press, 1972), danlf Schools Politics : The Kaum Muda Movement in West Sumatera 1927: 1933', (New York, lthaca: Coenell University Press, 1971 ), Periksa juga rladat $idislam An exmination 0 1 conflic t in Minangkabautldalam Indonesia, I?o 2 (Oktober 1966), Kernudian periltsa juga Schrieke. "Pergolakan Agama Sumatera Barat: Sebuah - Sumbangan Bibliografi, diterjemahkan oleh Soergata Poerbakawat ja, (Jakzrta: Bharata, 1973)

14 BAB I1 POLA KEPMB~PINAN TRADISIONAL MSYARAKAT MINANGKABAU A. Beberapa Konsepsi tentang Teori Kepemimpinan Guna memperjelas pengertian tentang I1kepemimpinan tra- disional1i, dicoba memin jam tipologi Weber mengenai konsepsi kepemimpinan itu sendiri. Menurut Weber ada tiga tipe kepe- mimpinan mat manusia : tradisional, rasional-legal dan ka- rismatik.' Tipologi Weber ini dilihat berdasarkan bentuk- bentuk aksi sosial dan dengan hubungan-hubungan sosial yang menjadi ciri khas berbagai masyarakat tertentu. Kepemimpinan tradisional menurut Weber adalah orde so- sial yang bersandar kepada kebiasaan-kebiasaan kuno,dengan mana status dan hak-hak pemimpin juga sangat ditentukan oleh adat kebiasaan. *) Kepemirnpinan tradisional juga rnemer lukan adanya mur-unsur kesetiaan pribadi yang menghubung- kan hamba dengan tuannya. Berbeda dengan tipe rasi onal-le- gal1', dimana semua peraturan tertulis dengan jelas dan di- undangkan dengan tegas, sedang batas wewenang para pejabat di tentukan oleh aturan main ; kepatuhan dan kesetiaan tidak di tu jukan kepada pribadi para pe jabat melainkan kepada lem- baga yang bersifat inpersonal, Sedangkan analisis Weber - ten tang kepemimpinan llkarismatikll adalah seorang pemimpin atau raja yang mempunyai sifat keramat, 3) Adakalanya sulit memberikan batasan yang tegas antara tipe tradisional dengan karismatik, karena dalam realitasnya ti-

15 dak jarang tipe tradisional sekaligus mengemban tipe karismatik. Untuk ini dapat ditemukan dalam beberapa kasus di Jawa dan Minangkabau. 4) Pada masyarakat Minangkabau bentuk kepemimpinan tradisi onal dapat dilihat dalam insti tusi-institusi adat yang ada. Berbeda dengan di Jawa, di Minangkabau pimpinan tertinggi tidak terletak di tangan raja melainkan di tangan penghulu, sekalipun di Minangkabau pernah terdapat suatu kerajaan di masa lalu. Kepemimpinan tradisional ini adalah berdasarkan stelsel matrilineal menurut tingkatannya masing-masing. Pada umumnya pemimpin rumah tangga disebut "tungganaifl, pemimpfnl kaum disebut "mamak kaumh, pemimpin suku adalah peng hulu. 5, Adakalanya terdapat penamaan yang berbeda pada setiap suku dalam terminologi yang sama. Hal ini dapat kita lihat dalam urai an-urai an berikut.. Disisi lain, dalam konsepsi kepemirnpinan di Minangkabau dikenal apa yang disebut dengan "Tigo Tungku Sajaranganu, yang erat kaitannya dengan pengelompokan sistem kepemimpinan masyarakat Minangkabau, yaitu : kepemimpinan ninik mamak, kepemimpinan alirn ulama dan kepemimpinan cerdik pandai. 6) B. Struktur Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau Struktur sosial Minangkabau tradisional dapat dibagi dalam dua sistem yang berbeda, yaitu; the Royal Family Sistem ( sis tem keluarga penguasa kera jaan/bangsawan) dan the Commoners (rakyat biasa). Bentuk pertama adalah sistem pat-

16 rilineal yang tak dapat dipisahkan dari alam Minangkabau. Ini juga dapat dianggap sebagai perwakilan -- dari the male principle, sedangkan yang kedua dapat dika takan mewakili model sistem matrineal (,the fame principle). Namun kedua bentuk ini disatukan kedalam - a sacral marriage. 7) Berdasarkan bukti-bukti se jarah setelah abad ke-i 6, setelah pemerintahan ~dityawaman,' terdapat tiga Raja di Minangkabau, yaitu; raja Alam, raja Ibadat dan raja Adat. Ketiga raja tersebut disebut raja tiga - selo. Yosselin de Jong menyebutkan bahwa raja adat adalah simbul kewani taan, oleh karena itu kadang-kadang disebut dengan - Tuan Gadis, 8) Raja ini boleh laki-laki dengan syarat hams meman jangkan rambutnya. Sedangkan raja Ibadat adalah simbol kaum laki-la ki. Keduanya disebut raja -- dua selo. Namun kekuasaan raja ti dak pernah berfungsi sebagai kepala pemerintahan di Minang- kabau, Wilayah ini terdiri dari - dua laras dan tiga luhak. Luhak itu sendiri strukturnya amorfik dan bukan merupakan unit politik dalam pengertian tradisional, Organisasi sosi- a1 politik tertinggi sebelum masuknya pengaruh asing adalah nagari yang terdiri dari beberapa kampung yang saling berde katan. Nagari bi asanya diperintahi oleh sebuah lembaga kepa la kampung yang biasanya adalah primus interpares. Tidak terdapat kaitan struktur secara formal antara nagari dengan nagari lainnya.') Oleh karena itu setiap nagari berdiri sen diri, dimana nagari yang satu terlepas dari nagari yang la-

17 innya, Dengan demikian orang sering menyebutnya dengan Republik Nagari, -,. Kampung bi asanya dikepalai oleh kepala kampung. Disam- ping itu juga terdapat kepala dari masing-masing suku. Bia- sanya ada bebera~a buah suku yang-termasuk ke dalam sebuah kampung. Kepala - suku yang tertua diantara kepala-kepala su- ku yang ada dalm kampung yang bersangkutan dipilih untuk men j adi kepala kampung, mereka dimuli akan dengan i sti lah datuk yang dipusakai. ) Pada mulanya terdapat empat suku pokok di Minangkabau yang berasal dari dua kelarasan. Suku Koto dan suku ~iliing termasuk kelarasan Koto Piliang, se- dangkan suku Bodhi dan Caniago termasuk kelarasan Bodhi Ca- niago, Dewasa ini menurut L. C. Westenenk telah berkembang bercabang-cabang suku, lebih kurang menjadi 96 suku yang berbeda-beda menyebar diseluruh nagari di Minangkabau. 12) Suku atau matri clan adalah unit utama dari struktur sosial masyarakat Minangkabau, dan seseorang tidak dapat di- pandang sebagai orang Minangkabau kalau tidak mempunyai suku, Tiap suku biasanya terdiri dari beberapa parui I. Pard I da- pat dibagi ke dalam jurai, dan jurai terbagi ke dalam saman- - de. 13) Cara pembagian suku seperti demikian adalah ke dalam berbagai tingkat jenis keturunan (lineage), namun dapat ber- beda antara satu daerah dengan daerah lainnya, Sebagaimana yang dikatakan de Jong, jurai adalah istilah yang kabur yang mungkin menunjukkan persamaan consanguineali tas sa ja atau pertalian kelompok di bawah atau di atas tingkatan paruit,

18 Sebaliknya samande sukar di pandang sebagai unit yang ber- diri sendiri oleh karena dua atau tiga samande bisa sama mendiami rumah yang satu. Sebuah nagari biasanya dapat berisikan empat sampai sepuluh suku bahkan lebih. Di Padang tahun 1833 terdapat de lapan sarnpai sepuluh suku di Koto Tangah. 14) Jadi suku bu- kanlah merupakan unit territorial. Oleh karena itu kesatuan territorial yang merupakan wilayah otonom adalah nagari. Terdapat beberapa tingkat bentuk unit territorial, dari ru- mah -- - adat, berikut taratak, dusun, koto, sampai pada nagari sebagai puncaknya. Setiap nagari memiliki sebuah balai adat, mesjid, jalan-jalan raya atau setapak, pandan pekuburan, medan laga, tepian mandi, lapangan olah raga dan tempat hi- buran. ) Bahkan nagari seharusnya juga memiliki sawah, perkebunan dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang ada didalamnya. 16) Pada masa pemerintahan Belanda terdapat istilah Laras, Laras dibentuk bila nagari mempunyai adat yang sama dalam - bentuk federasi (gabungan) yang sering diistilahkan dengan - Koto, seperti sebutan IV Koto, VI Koto, XI11 Koto dan seterusnya. ~ada masa kedatangan Belanda tahun 1837 di Tanah Datar terdapat empat belas kelarasan dan di Agam dua belas kelarasan. 17) Di dalam sukunya, penghulu paling berkuasa. Adakalanya penghulu bersama penghulu lainnya mengadakan rapat di balai adat nagari bila ada masalah-masalah dalam penduduk nagari, -

19 Sedang penghulu pada dasarnya tidak bekerja sendiri; dia dibantu oleh penghulu kecil, Sebagai contoh Matur yang ber- penduduk sekitar tiga ribu orang rnempunyai tiga penghulu I suku dengan sembilan puluh penghulu keci 1. 18) Di daerah lain adakalanya terdapat istilah atau sebutan yang berbeda untuk tujuan dan maksud yang sarna, Kadang-kadang bahkan terdapat perbedaan penamaan yang rnencolok untuk maksud yang sama di beberapa daerah, Di Bukittinggi masing-masing keluarga atau parui t dikepalai oleh penghulu 'Andiko, Di Payakumbuh kepala parui juga di sebut - - -' penghulu Andiko, Di Suliki disebut penghulu nan IV suku tapi penghulu Andiko tetap kepala parui'. Sedangkan menurut informasi Ronkel dan Pamuncak, di Agam kepala Paruit disebut penghulu, di Tanah Datar di sebut Tungganai, sedangkan orang yang terkemuka mengepalai nagari disebut Pucuak, di rantau pucuak sering disebut ra ja.19) Data mernperlihatkan kelompok geneologis dibentuk oleh nagari, setiap nagari ber bentuk Republik kecil, begi tu juga di rantau, kecuali Indra giri disebut berbeda. Unsur-unsur Koto Piliang dan Bodhi Caniago rnungkin ditemukan dalam nagari yang sama, Sekalipun nagari tersebut terdapat suku yang berlainan, akan tetapi biasanya di tandai dengan suku yang dominan. Oleh karena itu orang biasanya mengatakan bahwa Luhak Agam lebih di dominasi oleh Bodhi Caniago, Luhak Limo Puluh Koto oleh Koto Piliang dan Tanah Datar campuran diantara keduanya, 20) Sedangkan keluarga ke

20 rajaan lebih didominasi oleh Koto Piliang. 21 Luhak Tanah Datar yang merupakan gabungan antara adat Koto Piliang dengan Bodhi Caniago, tiga daerahnya yang ter penting adalah Solok, Singkarak dan Batu Sangkar. Di Solok keluarga disebut sesuku yang dikepalai oleh penghulu Andi- ko. Bila suku atau keluarga menempati beberapa rumah, maka penghulu Andiko mengepalai beberapa mamak. Sedangkan nagari dikepalai oleh penghulu pucuak, tetapi ia adalah seorang penghulu Andiko yang dianggap primus interpares. 22) Di Singkarak sama dengan di Solok, yang berbeda. hanya - kelu- arga tidak disebut suku tetapi kampung. Ada lima gamabaran yang memperlihatkan struktur sosial masyarakat Minangkabau dari ahli yang berbeda: 23) Joustra : Suku we---- Penghulu Ka-Ampek Suku Kampuang disebut Suku dalam wilayah Bodhi Caniago --- Penghulu Andiko Parui ' Kapalo Parui I, Tungganai, Mamak rwnah Kaum Mamak W i lken. : Suku Kampuang Parui ' Willinck : --- Kapalo Kampuang --- Tungganai, Penghulu Rumah S uku Parui ' Jurai --- Panghulu Andiko --- mamak ( saparui ' di sebut sakampuang)

21 Schafer : I Suku Parui ' = kaum = kampuang Jurai --- mamak, tungganai I - Van Vollenhoven : I Suku Kampuang Parui Jurai --- Penghulu Andiko --- Penghulu kampuang --- Mamak rumah, tungganai C. Anali sis Histori s terhadap Struktur Kepemimpinan Masyarakat Minangkabau (Tungku Tigo Sa j arangan) Berangkat dari konsepsi historis masyarakat Minangkabau, maka dapatlah ditelusuri bagaimana kehadiran sistem kepemimpinan dan pengelompokan struktur kepernimpinan yang berdasarkan Tungku Tigo Sajarangan, yaitu Kepemimpinan Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Panda. Ini dapat dilihat dan diamati I dalam proses perkembangan masyarakat Minangkabau pada realitas sosial masyarakat itu sendiri. Tidak terdapat bukti se jarah yang nyata, kapan persisnya dimulai dan berlaku pola kepernimpinan Tungku Tigo Sajarangan ini. Dalam Tambo Alam Minangkabau, 34) yang dianggap sebagai salah satu sumber sejarah Minangkabau selalu diternu- kan pola kepemirnainan dernikian. Sebelum masuk pengaruh Islam ke Minangkabau, masyarakat Minangkabau adalah penganut ke-

22 percayaan Animisme dan Hindw/~udha; seti dak-tidahya bai k Hindu maupun Budha pernah berpengaruh dalam kehidupan kebu dayaan Masyarakat Minangkabau pada masa sebelum masuknya pengaruh Islam, Sebagai bukti di Minangkabau pernah terda- pat satu keraaaan yang bercorak Hindu yang dikenal dengan kerajaan Melayu Minangkabau, sekalipun sampai saat ini be- lum dapat diakui eksistensinya sebagai Kerajaan Plinangkabau, Dari beberapa prasati yang ditemukan,. misalnya prasati Kubu Rajo (1349), dikatakan bahwa terdapat - Kubu Rajo atau Benteng Adityawarman dan prasasti Pagaruyung (1357) dalam prasati tersebut Adityawarman disebut sebagai Maharadj adira ja, se- olah-olah Adi tyawarman adalah penerus dari ra ja-ra ja sebe- lumny a, Sekalipun sampai saat ini masih banyak terdapat perbe- daan pendapat para ahli tentang keberadaan Adityawarman di Pagaruyung, namun bila dikaitkan dengan ekspedisi Pamalayu tahun 1275, 26) menurut kitab Pararaton, bahwa Singosari. mengutus bala tentaranya ke Malayu, mungkin sekali mtuk tu- juan persahabatan dan kontrol ekonomi, karena wilayah Minang kabau pada saat itu sangat terkenal dengan hasil ladanya, Disebutkan dalam ki tab Pararaton bahwa tentara Singosari kembali ke Jawa dengan membawa dua orang puteri Melayu yaitu; Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak menjadi isteri Karta- radjasa, raja Majapahi t yang kedua (I ). Dara Jingga dikawinkan dengan Ifdewaft seseorang kesatria tinggi yang kemu- dian melahirkan Adi tyawarman, Selan jutnya Adi tyawarman men ja-

23 di raja Melayu yang berkedudukan disekitar sungai Langsat, ~ambi.n Kemudian dalam tahun 1349 kera jaan dipindahkan kepedalaman Minangkabau. Menurut Cri stine Doblin, kepin- dahan ini dalam rangka memudahkan kontrol terhadap lada dan emas, karena daerah pedalaman Minangkabau terutama Buo, Suruaso dan Sumpur Kudus adalah penghasil emas ter- banyak dari pedalaman Minangkabau pada saat itu, 28 Adi tyawarman meninggal dunia pada tahun I 375. Tidak ada berita lagi siapa yang melan jutkan tahta kerajaan tersebut, kecuali dalam prasasti Suruaso -11, disebutkan nama putra mahkota Ananggawarman. Setelah itu tidak per- nah lagi tampil para penerusnya. Baru dua abad kemudian diketahui narna seorang raja Pagaruyung, tetapi tidak la- gi menganut agama Hindu/~udha, melainkan telah beragama Islam, yaitu Sultan Alif. 29 Dengan munculnya Sultan Alif yang beragama Islam pa da tahun 1560, akhirnya seluruh keluarga raja sudah meme luk agama Islam, namun tidak tertutup kernungkinan bahwa sebagian masyarakat telah terlebih dahulu memeluk agama Islam, terutama sekali yang berada di pantai ~arat, yang diperkenalkan lewat pedagang-pedagang Islam dari Aceh, Gujarat dan Arab. Pada masa ini kerajaan Pagaruyung sudah sangat lemah, karena dominasi politik dan ekonomi sudah berada di tangan Aceh. Nagari tetap diatur oleh para penghulu. Hukum tertulis tidak terdapat, yang ada hanya hukum tak tertulis yang diwariskan secara turun

24 temurun melalui "pepatah-peti tih". Rakyat patuh pada pe - merintahan penghulu yang teguh memegang adat, seperti yang terungkap dalam pepatah berikut ini : "Elok nagari dek Penghulu, rancak tapiak dek nan mudofl. 30) Setelah Sultan Alif wafat ( ) tidak diketahui lagi siapa penggantinya, tetapi lebih kurang seabad setelah itu muncul nama Sultan Ahmad S jah ( ). Timbul tenggelamnya keluarga kerajaan ini dapat diduga karena seringnya timbul kri sis dan peperangan dalam keluarga kera jaan. Berdasarkan bukti-bukti yang muncul dalam realitas kehidupan masyarakat Minangkabau, maka besar kemungkinan konsepsi kepemimpinan "Tungku Tigo SajaranganIt baru muncul setelah keluarga kerajaan meme- luk agama Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan ber- obahnya struktur pimpinan kerajaan dengan apa yang di-- sebut I1Rajo Tigo Selol1 yaitu Yang dipertuan Raja Alam di Pagaruyung, Raja Ibadat di Sumpur Kudus dan Raja A- dat di Buo, ketiga-tiganya tetap berkedudukan di Tanah Datar. Disamping itu Raja Tigo Selo dibantu oleh perda- na mentrinya "Basa Ampek BalaiI1, yaitu Datuk Bandaro di Sungai Tarab, Tuan Kadhi di Padang Gantiang, Tuan Indomo di Suruaso dan Tuan Machudum di Sumanik. 37 Basa Ampek Balai bertugas manjalankan pemerintahan yang digariskan oleh "Rajo Tigo Selo". Bila dihubungkan dengan dua kelarasan yang ada di vinangkabau Bodhi Caniagb dan Koto Piliang, maka sistem

25 keluarga kerajaan lebih mirip dengan sistem Koto Piliang. Oleh karena itu pada waktu terjadinya penyerangan Paderi secara besar-besaran, maka sasarannya tidak saja keluar- ga raja, melainkan juga pada wilayah-wilayah yang dido- minasi kelarasan Koto Piliang, Pada masa sebelum terjadinya gerakan Paderi, kelu- arga kerajaan dan para penghulu adalah kedudukan dan posisi yang sangat berwibawa dan mulia di mata rakyat, Istilah yang hampir mirip dengan :yang di berikan oleh Christinne Dobbin unkuk itu adalah. ltprestiselt. Akan tetapi setelah peristiwa Paderi, dapat dikatakan bahwa penghulu atau golongan adat, lebih-lebih lagi keluarga kerajaan sangat menurun dalam pandangan masya rakat Minangkabau, Penghargaan masyarakat mulai tertu- ju pada golongan agama. Tidak dapat dimungkiri, bahwa ter jadinya konf lik dalam masyarakat Minangkabau dipertajam dengan kehadir- an Belanda, 32 Contoh yang paling tarnpak adalah perjan- jian-perjan jian yang dilakukan pihak kolonial dalam memberi bantuan kepada golongan adat dan kerajaan mela- wan golongan agama, yang pada dasarnya untuk kepenting- an dan keberun tungan pihak kolonial, Berikutnya setelah kedudukan Belanda bertambah ma- pan di Minangkabau, Belanda mulai membuka sekolah-seko- lah untuk bumi putera guna men jadi pegawai rendahan da- lam birokrasi pemerintahan kolonial pada tingkat lokal,

26 terutama di pe rkebunan-perkebun an kopi. Kes empatan ini dipergunakan oleh kalangan rakyat biasa, bukan oleh bangsawan seperti di Jawa, 33) Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa yang tampil sebagai golongan intelektual sekuler dimasa pergerakan adalah kebanyakan berasal dari golongan biasa yang telah mendapatkan kesempatan memasuki pendidikan Barat. Akhirnya pada awal abad ke-20, tampillah tiga ke- lompok elit di Minangkabau, yaitu elit tradisional atau golongan adat, elit agma dan elit sekuler yaitu mereka-mereka yang telah diresupi oleh rationalisme Barat. Kalau ge jala historis ini dikaitkan, yaitu Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan dengan keberadaan kelompok elit dewasa ini, kese ja jarannya adalah : elit agama = alim ulama, elit tradisional = golongan adat, dan cerdik pandal = elit sekuler. Tentu saja ha1 ini bukanlah ha1 yang sederhana, karena bagaimanapun juga perlu analisis yang kritis dan tajam beserta bukti-bukti yang mendukung, Namun sejauh itu dapat dikatakan bahwa masyarakat Minangkabau memberi penghargaan yang tinggi terhadap orang-orang yang berpengetahuan, 34) Tiga kelompok pe- mimpin yang mendapat penghargaan tersebut dalam masyarakat Minangkabau, yakni ; golongan Alim Ulama, Cerdik Pandai dan Ninik Mamak. Ketiga kelompok inilah yang nanti tampil sebagai pelopor. pergerakan Nasional dan

27 pe juang di bidang politik : dalam merebut kernerdekaan. Hal ini dapat dilihat dengan tampilnya beberapa orang..- tokoh Minangkabau yang ' berasal dari eli t agama, eli t intelektual dan elit $radisional. 35) Bab berikut akan menguraikan bagaimana Jepang menggunakan saluran kepemimpinan ini, guna kepen tingan Jepang sendiri,

28 Catatan Bab I - - Organization, translated by A. 1). Max Webor, The Theory of Social and Econo~nic M. Henderson and.- Talcott Persons, (New York: Oxford University I Press, 19471, pp ). April. Cartlr. Otori.f;r:3 9 Demo!ir:?.:;i, Raja Wali, 19851, p. 55. (Jakarta: 3 ). Koent jaraningrat. ICepemimpinan dan Kekuasaan 'Tradisional, masa kini, Resmi dan Tak Resmi dalam Miriam Budiard jo. Aneka Eenulisan tentang Kuasa dan Wibawa. (Jakarta: Sinar Rarapan, 1986), pp;, ' 6). Herman Sihombing, Bukum Adat Minangkabau mengenai Tungku Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin, dalam A.A. Navis (~d. ) Dialektikz Minzngkabau - da- - lam Ramelut Sosial cia Politik, (Padulg: Genta Singgalang Press, 1983), p I I? 4 ). D i jawa umpamanya kepemimpinan Sunan-Sunan, dimana mereka bertipe tradisional sekaligus juga ber- tipe Karismatilt, 3i Minangkabau bdsa terdapat pada kepemimpinan Penghulu dan Repemimpinan para Ulama seperti Sech-Sech di Sumatera Barat. Untuk lebih jelasnya, bn.ca Sertono Kartodird j o - Ratu -9 Adil (Jakarta: Sinar Harapan, 1984 ). c; *- :! 5). A.A. Navis, Alam Takambanq Jadi Guru: Adat dan -- Kebuadayaan Minangkabau, (Jakarta: Grafiti Press, 19841, p ). Taufik Abdullah, Adat And Islam: An Exmina tion of Conflict in Minangkabau ' dalam Indonesia, no : 2 (Oktober 19661, p.4.

29 8). Ibid; 9). malah antara satu nzgari dengan hagari lainnya sering terjadi perkelahian. P.E. de Josselin de J-g. Qangkabauand - Negri Sembilan: Socio-Political Structure - i.n Indonesia, (Den Haag: Marti- nus Rijhoft ilitgeverij, 1980), pp ' 10). Ahmad Dt. Batuah dan A. Dt. p7adjoindo, Tarnbo. Alam Minangkabau, (Djakarta: Balai Pus taka, tanpa tahun penerbit), khususnya bagian-bagian yang menc eritakan tentang Nagari di Minangkabsa..$ cc ktc 11 ). Mochtar Naim. Merantau: Pola PligrasiY ~inangltabau, (Yokyakarta: Ga jahhlada University Press, 19841, p ). P.E. de Josselin de Jong. Minangkabau and... pp ). Mochtar Naim. Mt:rantau : p. 19, lihat. juga de Josselin de Jong pp ). &is tine Dobbi~~.!&he Minagkabau -- in Late C enturg, (~uala C. p.80. Exercise of Authorit1 & Lumpur, 1975 ), 15). Bahazan tentang Nagari pada awal abad ke-20, Lihat L.C. Wes tenenk, De Minangkabausche Na&, '!:Ed. 3, (Welstevreder, 1918). 16). S. RafEles (~d; ), Memoir of the Life and Public Service ol 5ir Thomas Stamford, vol. 1, p. 391 dalam, &istlne Dobbin,.The... Exanciifc.. A.p ). Ibid. -

30 18). Ibid ). P.E. de Josselin de Jong. Minanglcabau,... p ). Elizabeth E. Graves. The Minan kabau Res onse to Dutch Colonial --- R u l ~ i n e n & v pew York, lthnca: Cornell University Press,l98f), 2 1 ). Chris tine Dobbin. Economic Change in Minangkabau as a Factor in the Rise Padri, dalz Indonesia, 1977, p ). P.E. de Josselin de Jong. Minangkabau... p ). lbid. pp ). fihmad Dt. Batuah dan Dt. Mad joindo, Tambo - Alam Iglinangkabau. 25 ). Gambaran ini dapat dilihat dari penlmaan yang dil~eri!;:.?;~ Iryp::?.a ;:!npr?:t: f!.:xri ling, istri Sri Mah2- r j : J - j : ; i : 1 0, Kambing HuCan, Kucing Siam, An jing yang Mualim, lihat Mr. David S. Sjafroeddin, Pre- Islamic Minangkabau, Swnatera Reseach --- Bulletin, Vol, 111 no 1 (0ktoW 19731, ). Mr. David S, S ja.riroeddin, Pre- Islamic....p ). M.D. Mcnsoer. Se 'arah Minarrglcabau. (D jakarta: Bhratar:~, 157 k5b ). Christine Dobl~in. Economic Change......pp ). M.D. Mansoer. Sejcrah Minangkea~... p ). Libat, A.M. Datuk Maruhun Batuah dan D.H. Bagin- C. bagian yang mencerita1:an tentang penghulu, pp Ds.vid S. S jafiroeddin. Pre-Islamic....pp ). Christine Dobbin. Economic Change p ). Elizqbeth Gravcs. The Hinangkabau...., khususnya lihat bagian Pendahuluan. 34). Azmi. Se jarah Pembaharuan dan Pemurnian Islam di Sumatera Earat, skripsi (PUS IKIP Padang, 19671, pp

31 55).?.?.cn., Deliar Noer, Gerak3.n ~ oderen I:;lam di Lndo.. (. ;ll:c.rta: LP31<s, 1982j. --.

32 BAB I11.. PENGARUH JEPANG TEWDAP SISTEi*l KEPD1DIPINA.N TRADISIONAL M INANGKBAU A. Kedatangan Jepang - di Sumatera Pada tanggal 14 Maret 1942 Belanda meninggalkan Ba- tavia. Keesokan harinya penduduk kota menerima pengumum- an yang dikeluarkan bersama oleh residen Mr. C.W.A. Ab- bentunis dan wali kota Ir. E.A. Voorneman, 1 1 Pada hari itu auga 5 Maret 1942 ibu kota Hindia Belanda jatuh ke tangan tentara Jepang. Wilayah Hindia Belanda yang pertama-tama jatuh ke tangan Jepang adalah kepulau- an Tambelan di Laut Cina Selatan yang diduduki Jepang pada tanggal 27 Desember Tak lama kemudian menda- rat di Tarakan (Kalimantan Timur) dan Menado (Sulawesi Utara). Balik Papan diduduki tanggal 24 Januari, Ambon tanggal 2 Februari, Palemhang pada tanggal 15 Februari bersama dengan jatuhnya Singapura, dan demikian daerah- daerah sumber minyak di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan sudah berada di bawah tangan Jepang. 2, Timor, di duduki tanggal 20 Februari, Pendaratan di Sumatera Utara dan Timur tanggal 12 Maret dan pada tanggal 17 Ma ret kota Padang jatuh ke tangan Jepang. Berdasarkan kenyataan, jelaslah bahwa intensitas pendudukan Jepang di seluruh Nusantara di rasakan berbeda-beda, demikian pula penetrasi kekuasaan dan kebu-

33 dayaan Jepang tidak rnerata, Daerah yang masuk front per- tempuran lebih menderita dibanding dengan daerah yang ti- dak masuk, sementara itu pemerintahan pendudukan ( Jepang) lebih banyak mendapat kesempatan untuk melaksanakan policy (kebi jaksanaan) penduduk sesuai dengan rencananya, Wilayah yang diduduki Jepang dibagi dalam dua hagian besar; Pulau Sumatera dan Jawa berada di bawah kekuasaan pemerintah mili ter Angkatan Darat (Rikugun), dan Kaliman- tan serta wilayah yang dahulu dikenal sebagai daerah Timur Besar dikuasai oleh pemerintahan mili ter Angkatan Laut (Kaigun). Dalam melaksanakan kebi j aksanaan pemerin tah, penguasa militer berpegang kepada tiga prinsip utama, yai- - tu : (1 ) menguasahakan agar dapat dukungan rakyat un:tuk memenangkan perang, (2) memanfaatkan sebanyak mungkin.-;, struktur pemerintah yang telah ada, (3) meletakkan dasar agar supaya wilayah yang bersangkutan dapat memenuhi kebu- tuhannya Lasykar rakyat Swnatera atau Giyugun Sumatera adalah semacam tentara yang direkrut Jepang dari kalangan pemuda Indonesia pada tahun kedua setelah pendud-n Jepang, Di Jawa mereka lebih dikenal dengan PETA (Pembela Tanah Air). Keduanya dibentuk atas kebi jaksanaan pemerintah yang berkedudukan di Dallat (~ietnam). Setelah Peta di Jawa di- resmikan, Gunseibu Sumatera yang berkedudukan di Bukitti ng- gi baru mengeluarkan pengumuman ten tang Giyugun, Pelaksana- an pembentukan pun sama sekali tidak serentak untuk seluruh

34 Sumatera, Di Sumatera Barat pendaf taran tahap pertma. di- mulai pada bulan November 1943, kemudian diikuti oleh Aceh, lalu Sumatera 'Ilimur dan seterusnya baru keresidenan atah Shu - lainnya. Akan tetapi sebelum Giyugun dibentuk di Sumatera Barat, sudah diben tuk "Membangun Gerakan RakyatH Juli 1943 dipimpin oleh Mohammad Syafe 'i dan Chatib Sulai- man. 3, Gerakan ini cukup berpengaruh, karena rakyat telah memberikan tanggapan yang posi ti f ten tang Giyugun Sumatera sebelum Sumatera Gunseikanbu mengumumkannys secara resmi, 4) Antara pe jabat Militer Jepang yang berkedudukan di Ja wa dengan mereka yang berkedudukan di Sumatera hanya ada kontak yang terbatas. Masing-masing pusat pemerintahan le- bih ban-yak men jalankan tugas sendiri-sendiri, Namun demiki- an, tetap ada kemiripan pengaturan, seperti cara-cara memo- bilisasi calon-calon pemuda untuk men jadi mili ter; Jika di Jawa Jepang mengadakan pendekatan melalui kantor Shumubu (Kantor Urusan Agama), maka di Sumatera juga berlaku cara seperti ini. Bahkan di Sumatera, jauh sebelum : pengumuman resmi Giyugun dikeluarkan, para pe jabat mili ter Jepang yang mengurus pemerin tahan untuk masing-masing - Shu, te lah mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin agama seternpat. Para pemimpin agama yang berpengaruh dan para tokoh Nasionalis mulai mempropagandakan tujuan pernbentukan tentara sukarela dalam berbagai dakwah dan tempat mum. 5) Sentimen-sentimen agama seperti perang Jihad men jadi alat propaganda yang paling ampuh untuk mempengaruhi para pemu-

35 28 da di Sumatera. Di Sumatera Barat misalnya, Ulama Syekh Djamil Djambek dan seorang tokoh Nasionalis ~hatib Su- laiman adalah dua orang tokoh propaganda Giyugun yang terkenal. Syarat minimal untuk menjadi anggota Giyugun adalah lulusan Sekolah Dasar. Syarat ini berbeda dengan Heiho yang sama sekali tidak mencantumkan syarat pendidikan untuk perekrutan calon anggotanya. Tetapi dalam kenyata- annya mayoritas yang diterima adalah mereka yang telah mendapat pendidikan sekolah menengah pada zaman pemerin- tahan Hindia Belanda, 6) Jika dilihat dari jenis pekerjaan, sebagai calon Giyugun telah bekerja di kantor pemerintah, seperti men- jadi guru, baik di sekolah umum maupun di sekolah agama, dan ada pula yang menjadi pegawai di kantor swasla. Dari hasil serangkai an wawancara, s eleksi calon Gi yugun lebih didasarkan pada bidang pendidikan dan keahlian. Walaupun demikian, bukan tak berlaku sistem koneksi yang sangat memudahkan bagi seorang calon untuk masuk. Kelihatannya para pemimpin lokal yang dekat dengan Jepang menggunakan pengaruh dan kekuasaannya urrtuk memilih seorang calon. L Di Sumatera Barat umparnanya, Ulama Syekh Djamil Djambek yang berperan sebagai propagandis yang sukses untuk ten- tara sukarela ini, telah memasukkan ketiga orang putera- nya men jadi anggota Gi yugun angkatan pertama. Pembentukan pusat-pusat latihan Gi yugun, berkai tan

36 erat dengan pembagian Sumatera ke dalam lima daerah mi- liter, dan sama sekali tidak mengikuti pembagian daerah Sumatera secara Administratif atau keresidenan. Pemba- gian tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini, Penem~atan Pasukan Je~an~ di Sumatera Pasukan Berpusat Daerahnya Tentra ke -25 Buki ttinggi Bekas Residen- ( Tomi ) si Riau Devisi Kono ke-2 (~iya) Brigade Gabungan ke-25 Brigade Gabung- an ke-26 Devisi Penerbangan Medan Sibolga Lahat Padang Palembang Bekas Residensi Tapanuli Bekas Residen - si Tapanuli Bekas Residensi Jambi, Bengkulu, Bangka, Belitung dan Lampung. Bekas Residensi Pantai Barat Daerah sekitar Palembang dan Pangkalan Berandan, Dari tabel di atas terlihat bahwa pembentukan pusat- pusat latihan Giyugun yang mengiku ti pembagian wilayah mili ter ini, nampaknya adalah hasil strategi s pertahanan

37 30 baru Jepang yang dirancang dengan cermat dan teliti, dengan memperhi tungkan tempat-tempat s trategis yang men jadi incaran permulaan pihak lawan. Untuk maksud inilah Gi yugun Sumatera di bentuk dan dilatih dibawah kontrol masing-masing komando yang berkedudukan di lima ko-ta, yai tu; Buki ttinggi, Medan, Sibolga, Lahat dan Padang. Tidak seperti halnya Peta di Jawa, tempat latihan dipusatkan di Bogor, di Sumatera masing-masing pasukan bebas mengkoordinir dan mengontrol Gi yugunnya di tempattempat latihan yang terpi sah-pi sah. Pada mulanya anggo ta Giyugun yang diasramakan itu mendapat latihan dasar kemiliteran selama tiga sampai empat bulan, disamping di tempa dengan semangat cinta Tanah Air. Sebagian mereka yang 1010s seleksi dinaikkan pangkatnya men jadi Sersan berbintang satu, bertugas memimpin Giyugun Baru di dae- rah masing-masing dengan bantuan temannya yang seangkat- an. Dengan penyebaran Giyugun yang sudah terlatih diha- rapkan mampu melahirkan Giyugun-Gi yugun baru di wilayah- nya. Perekrutan Giyugun yang baru melalui kantor desa masing-masing. Unit komando terbawah dalam struktur organisasi Gi- yugun adalah pleton (~udan) yang dipegang oleh orang In- donesia. Di atasnya pang disebut Chutai. adalah kompi yang dalam bahasa Je- Untuk tingkat yang berada di atas kompi adalah batalyon atau daitai. Baik komando Chutai maupun daitai dipegang oleh orang Jepang. Setiap kompi

38 31 dipimpin oleh seorang instruktur Jepang, dibantu oleh empat sampai lima orang pembantu, terdiri dari 200 orang prajurit. Kadangkala jabatan instruktur diserah- kan kepada orang Indonesia. 7) Bagi Jepang pengemblengan pemuda secara mili ter dengan memakai semangat Nippon Seisin merupakan satu proses untuk men jepangkan pemuda Indonesia. Akan tetapi dalam banyak ha1 tidak banyak yang diharapkan Jepang dalam proyek semacam ini. Semangat membela Tanah Air yang ditanamkan Jepang justru memperkuat perasaan Nasio- nalisme di kalangan pemuda. Maka pada tanggal15 Agustus 1945, setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki, Jepang me- nyerah kepada sekutu yang sekaligus merupakan awal le- nyapnya kekuasaan mili ter Jepang di daerah pendudukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu sewaktu perang kemerdekaan Indonesia meletus, maka para Seinendan, Heiho, Keibodan dan Giyugun inilah yang ber- balik menyerang Jepang dan Sekutu.. Sebagian besar mere- ka pada tanggal 15 Oktober 1945 memasuki. Tentara Kea- manan Rakyat (TKR). Dan sebahagian besar diantara mere- ka memperoleh tempat tertentu dalam hirarkhi kemiliter- an pada masa Revolusi Kemerdekaan. Diantara perwira Gi- yugun yang memegang jabatan Komando dan Resimen pada masa Revolusi adalah S jafif Usman, Dahlan Ibrahim dan Ismael Lengah, semuanya dari Giyugun Padang, sedangkan Hasan Basri dan Abdul Halim dari Giyugun Bukittinggi. 8)

39 B. Sistem Biroltrasi J epang - di Plinanckabau (sumatera.. Barat ) Pada umumnya orang-orang Jepang yang pertama Sam- pai ke Sumatera Barat adalah para militer yang ti- dal~ berpengalaman di lapangan pemerintahan civil seperti Relanda sebagai pendahulunya. Oleh karena itu pemerintahan Jepang lebih bercorak militer", ti- dak seperti pernerintahan Hindia Telahda yang berco- rak pemerintahan civil. Karena dalarn keadaan pe- rang, rnalra orang-orang J epang yang datang pertama ke Sumatera Barat adalah orang-orang militer yang tidak me~npunyai ilmu dan pengalaman di lapangan pemerint.aklan civil. S ekalipun tenaga ahli pemerin- tah yahg didatangkan kemudizn tid-ak pernah snmpai ke Indonesia, lcarena kapalnya di tenggelamkan oleh terpedo selcutu. 9 1 Oleh lcarena isu pada awal ~kekuasaannya pendu- dulran J epang di Sumatera Barat terpaksa mempergu- nalcan orang-orang Swnatera Earat yang sebeiumnya telah duduk juga dzlam administrasi pernerintahan Hindia Eelanda dengan menggunakan pola pemerinta- han hindia Belanda, dengan syarat tidak melanggar otoritas Jepang. ~adi, terpaksa struktur pemerin- tallan J epang mengikuti s truktur pemerintahan Hindia Belanda. Hanyc saja semua nama-nama diganti dengan bailasa Jepang, dan seluruh posisi penting dalam pemerintahan dipegang oleh orang-orang Je- Pang. '

40 Sebagai pimpinan di Sumatera Barat, Kenzo Yano sam- pai di Padang tanggal 9 Agustus 1942 beserta dengan 68 orang pogavai civil lainnya.lo? Sumatera Barat yang bernama Sumatera Wes t-kus t diganti dengan nama Sumatera Neishi Kaigun - Shu. Kepalanya ditakak jadi Shu-Cho, Afdeeling yang dikepalai oleh. assis-. ten Residen diganti dengan nama - Bun, yang dikepalai oleh --- Bun Shu Cho. Onder-Afdeeling yang dikepalai oleh kontroler menjadi Faku Em Cho. Distrik yang dikepalai Demang dirubah men jadi - Gun dan dikepalai oleh -- Gun Cho. Onder Distrct yang dikepalai Assisten Demang diganti dengan nama -- Pmb Gun (kecama,tan) --- yang dikepalai ole:h Puko Gun Cho, Unit pemerinta- hcm yang terkecil yaitu nagari, tetap dikepalai oleh s eorang kepala nagari. 7.1) Di samping lembaga Administrasi pernerintahan terdapat 1agi.beberapa lembaga administrasi yang bergerak di bidang laimya. Diantaranya koperasi bentuk baru Kumiai dan rukun tetangga Tonariguni. Dan pada tanggal 1 Oktober 1942 Yano mendirikan Majlis Kerulcunzn Minangkabau yang bertujuan bagi Jepang untuk msrnpercileh informasi sebanyak-banyak- nya bagi wilayali tersebut. Anggotanya kadzng-kadarrg terdiri dari 10 nampai 20 orang, yamg diwakili da- ri setiap district, sub district, kepala nagari, kepala adat, para ulama,!)emuda dan kaum terpela- ' jar. 12)

41 ~ I C. Organisasi Kemassarakatan - dan Dampak Kedangan - Jepang a Minannlcabau (Sumat era ~zrat ) Pendudukan J~pang ( ) sering di.sebut I 1 sebagai garis pemisah dalam sejarah Indonesia mo- dren. Politik pemerintahan Jepang pada tahun-tahw. ini dianggap penting dalam memecahkan hubungan,so- sial tradisional pada tingkat lokal, ssrta menyiap- kan kondisi bagi terciptaxya latar belakang revoiu- ' I si nasional dan sosial tahun <!9. Di masa pendudulcan Jepang organisasi-organisasi pedesaan secara langsung dihubungkan dengan duhia luar dz- lam pengertian politik, ekonomi dan spiritual. Palam h21 j-~!.:,.kcntl~-;::1.3:~ :;:~IGJ.~ er;l,t ~!~I,~?IIIT~:~.T.~.;~~ dengan diperkenalkannya lembaga-lembaga sosial yang baru kepada masyrrakat desa, atau setidak-tidaknya bagcimana Jepang da2a.t memanfaatkan lembaga-lemba- ga sosial politik yang telah ada bagi kepentingan politik Asia Timur Kayanya. Sebagairnann halnya. pemerintahan Hindia Belan- da, orang-orang J epang juga menyandarkan dirinya terhadap orang-ozrang setempat yang berpengaruh dalam kelembagaan tradisional lokal, seperti: Raja di Swnatera Timur, penghulu atau ninik mamak di. Minangkabau, ~leebelan~ di Aceh dzn kelompok-kelom- polc serupa lainnya di daerah-daerah. Oleh kare- na itu tidak sedikit dampak dan reaksi yang timbul dari perlalcuan Jepang terhadap masyarakat, 5aik da- 1a.m bentuk positi! maupun negatif.

42 Di Minn.ng!.rabau, pemerintahan Yano telah be- Icerjasama dencan golongan adat, ulama dan kawn ter- pelajar. Pada lembaga adat Yano mencoba mendirilcan suatu lembaga yang bernama Ralai Penyelidikan ma- s yarakat Minangliabau pada tahun 1943 dengan anggo- tanya terdiri dari lebih kurang 56 orang penguzsa- pengua.sa ada,t Cari berbagai daerah dengan tujuan agar dapat mempelajari selulc beluk adat bagi Icepen- tingan pemerintclian adminis trasi J epang. Dan begi- tu juga memberi kesempatan bagi golongan terpelajar lchususnya para pemuda memasuki pendidikan di bidang militer seperti I..chzrnad S jafei dan Chatib Sulaiman. Di sisi lain, Jepang juga memberikan kebebasan ka- lun agama (para ulama), seperti: memberi kebeba~an terhadap m2t Islam mcrnperingati hari-hari besarnya, pu.:-sa pada bulan ram ad be^ dan s ebagainya, '?alaupun pada awalnya agnk dibatasi. Di pihak lain, seperti halnya dalam kelompok adat, Jepang juga berusaha rnengumpulkan para ulama, yang terlihat dengan diadakannya konfrensi Islam I di Singapura pada tanggal 5 sampai 6 Mai Sumatera mengirim 44 orang wakil, sementara Malaya mengirim 47 orang wakil. Arahan dari konprensi ter sebut adalah : (1) menjelaskan gambaran tentang dunia Jepang, (2) menjadikan orang Islam supaya memahami pentingnya bekerjasama dengan Jepang, (3) meyakinkan bahwa perkumpulan tersebut semata- mata untuk kepentingan Urnat Islam. 14)

43 Ualam konfrensi tersebut seols.11-olah Jepang sanga-l; memberilcan perhatian Icep2d.a golongan Islam dan bagaimma hendaknya dapat belter jazama dchgan pihak Jepang 'dalam perang Asia Timuz Rzya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil pidato yang dilontarkan Marquis konfrensi tersebut,"allah telah menciptaltan 13 Juta orang Muslim untulc belcer jasama dengan 3 epang, orang-orang.islam bzik hidup maupun matinya adalah bersama.jepang demi membzngun Asia baru dan orang-orang lslam hendaklah menerima uluran tangan ymg mulia dzri Jep3.ngvi.,Semangat-s ernangat yang dcmil-:ian hendaltlah diaampa.ika<n kepzda penduduk yang bera.garn3 1sla.m oleh.para tolcoh agcma. Oleh karena i->u setel311!:onfrensi di singapur, m~i.lta pada bu1a.n September 1943 dibentulclah ma jl is Islam Tinggi Minangkabau, yang anggotanya terdiri dari para. ulama Sumatera Bzrat. Kemudian ztas gaga.;an Yano lemba.ga ini digabung ke dalam Lemba.ga Studi Adat y2.n~ bernaung di bawah satu wadah Rebudaya.an ~inan~1:abau. Di sisi lain J epang berusaha. para terpela jar dan pernuda untulr dilctih jadi Gigujiun dan tentara sukarela, lewat inisiatif dcri para penghulu kawn. Dalzm awal Oktober 1943 para penghulu membuka kantor Barisan.'u!:zrela di Pzdmg ata.u ltantor Giyugun yang pertzma di Sumatera Earat. Pada waktu y?.ng

44 kelompok-1:elompolc yang sama. 15) Dorongan yong be- sar bagi perlremb~.ngzn Giyugun diberikan oleh Y ano d~lam surrtu rapat bes3.r pa.da. t~ngga.1 20 November 1947, di Bulrittinggi. Il'eralchir ia mampu mernpengco.ru- hi para. penghulu, yeng s e tidalr- t idalrmya telah dap2.t merekrut prajurit dari setiap anggot::. ketu- runannya. 'lerucn penghulu ini menda'pat sambutan. yanc bz.ik dzki kelompok kaunnya. Proprrgr7n:la Jepang s emalcin intensif dzlam t&w.! Herlngai macam kelompolr yang zda di..:z.tul:an dn.lam Hokolrai, yen6 dipimpin oleh hohamad S j?. Tii dm ~hntib Suleiman dzri golong??.n gerakm rjasiona- lis atau terpela jar, Datuk Parapatih Bzringek dan Uztu!r F.1: jo Ua.ng c:eri lrelompolr!:dat dm Sech D jamil JJ jzmbck d,m Sutan M:~n::ur dari kelompok agama,.se- da.n@can Mohamad Sja ei merupakan figur sentral da- ri keselurdian I:elompok gabungan iili. Di se.mping itu para 1;c.pcla lrampung dm nngri diberilran lati- han militcr ynng intensif dengan menmamkan sema- ng2.k A~ia. Timu- Raya. Bila di hubungkan dengan pola kepemimpinan tradisi onal yang dikemukakan pada bagi an terdahulu, jelaslah bahwa pemerintahan Jepang berusaha untuk memanfaatkan ktiga saluran tersebut, seperti hal- nya pemerintahan Hindia Belanda dalam kepentingan politik pemerintahannya di daerah ja jahan mereka.

45 mc1a.ti.h pa.ra pemudo. dalarn pendidikzn m.i.1 iter deng.1,~ dzlih d.cmi lc:,pentingn.n hi:- ber::am?, narnun dalam kenyctaanny:~ aamua pra.ktek-pra.l:tel: yang dilakukan Jepang: tid2.k kurang pzhitnya dz.ri 2.pa yang pernah dilaksana kan ole11 pemerint:,.ha.n kolonizl Relanda. Ternya ta lembaga-lembaga tr:idis iona.1 yang ada telzh merupnlc~n saluran-saluran yang digunakan dan d imanfaat1:cn J epa.ng un tuk lcepentingan 2l:a.l bukuk- nya. Dari beberapa hasil informasi, baik lewat wawancarz maupun studi arsip, d3.pat disimpulkan e bahl;~~ pendlritaan rakgat sungguh!-:?&n~at luar biasa sela.ma mas?. pendudulcan J epang. Ada beberapn ha1 yang dzpat dikernukakan pada bagian ini yngg sel1u::lungan denem I:es.~jl-'ssn-!:cgan:::;:j,n Jep;.->,z ~ ~ ~ j l. : ~, r1:rj-l:.~>-:~.~; l.. ~ ~.L:.!:! ~.~l::~.~]l;~:-, ~ Jlu~u~-., : 7. 1~1~~-,-1;,:ra Barat. Letrat salural-saluran tra- disional, scperti: para penghulu, kepsla-kepala l:ampurlg/r!c:a, i eps.ng berun3.ha merekrut para tena- ga-len~ga kerjz paksa vntuk pembuatan-pembuatan a. r -, j:?lan 1:ereta api, d.an jemb?.tan- jembztm. Pra.l:telc-pr~lc tck dernikian yang di1:enal dengan Romuza. KemuaCian, ada satu ha1 yang scngat erat Icai- tanny~. dengan politik ekonomi Jcpang, yaitu penye- rahan padi d:~n 119 s il.-has il panen l?.innya secara psl:sa, zehingg? I:clzidup:~n di pede aan sangat dipe- bera s pcndudulcan J epailg.

46 39 Pent~~pul;,?.!~- i?c?nuinpulr:..n!i as il pnncn nc1::lui pimpinan mi:; kin?.n d.z!.n!;elnparan al:j.bet has il pcnen yzng ti- dck d2.p t merek. nil;m,?ti. Dinntara do!:urnen-doku- men 57211~ ditcrnultan d..i. dzlam 7.r:;ip tcrdapzt laporan y~~i,: berisilcnn masalzh-masalah yang dizkibatk~.n' o- lc!.: pungut2.n. padi dzn situasi Lunwn sehubungan (;en Di a21,mping itu, l:el:e jr>ma.n-keke jaman yang dila- terlls.d~-~ Iraurn -;:z?.nfta. Tidal< s ed ikit para wr?nita/ gaciis-g?.dis deza ;rang menjadi Irorb;-n tentra Jep:-ng. Gadis-pdis d.i pcdeco.a.n direkrut u~tu!: C.ija$.ilcr..n \.I;-.nita-wa.nit pen. l1j.b~ tcrutr-ma di.!;c-mp-\:amp?.tau mar1:c.s-mzrlrp r: tc:n.tr.-; J ep7mg. ") Dari beberepa ha- sil v:3.~1ancr~rn, para orang tu2 terpzlcsa. mengawinlcan 2.n3.l~ gadisnj..?. p:?.dz. usi- yang :;::ingat muda ( I 1-1.' th), dan di3erhentil:z.n dzri se1:olah bila 2d.a y:lng ma.si11 bernel:cla.h,!;c.rcnc. ta.1:ut se1;l.l~ n k:?n C igoda obeh ten.l:zra d epnng. Di s is i lnin, pemerint.:han militer jug::. mcmb:l-n j iri lndonesia dengan ze juml~.h mo ta uang. Al:ib::.tny?- ps.da masa nelamn pendv.dukcln Jepang di In- tcl.?k men[;nl~.mi t inglt2t pendcr i taan yang t Lnggi, in ' lasi, liekerc.:;zn, gcncrtutan, korupsi, posar ge- lap d3.n t in&.% t Iremr: t inn yang p:j. ing t incgi.

47 40 Catatan -- Bab I11 1 ). Arsip Msional -Republik Indonesia, Di bawah pendudukan Jepang: Kenangan Ehpat Puluh Dua. orang yang Mengalarninya,, Penerbitan Sejarah usan -no 4, ). Nugroho Notosusanto. Tentara Peta pada 'aman Penduduk- - an Jepang di 1ndonesi'-a5 Gramekl pp Pola Kebi jaksanaan Jepang antara lain adalah menuju sasaran sumber ekonomi strategis di Indone-. sia yaitu penguasaan sumber-sumber minyak dan karet. 3). Aiko Kurasawa, "Mobilization and Training of Youth in Sumatera, during the Japanse Ocuupti on (paper Tang ditulis untuk sebuah tugas di Cornell Univerdity, dalam arsip Nasional RI, ). Akira Oki, Social Chan e in the West Sumatera, , (Disertasi Do T- tor &-AW Can'berra, 19'/7), pp ) Anthoni Reid, Per 'uan an Rak at: Revolusi dan Hancurn a Kera aan di. S u 6 6 ( ~ a & Sin ar Harapan, * I my* 6) Hasil wawancara yang diinformasikan oleh salah seorang tokoh Giyugun 7) Anthony Reid, Perjuangan Rakyat......, p ) Giyugun angkatan pertama adalah Giyugun Padang, sebelum Giyugun Bukittinggi dibuka, Giyugun Padang sudah melantik Perwira diantara lain; Moh. Dahlan Djambek, Ismael Lengah, Syarif Usman dan Abdul Muthalib (Laporan Hasan Basri tgl. 23 Juli 1986). 9) Akira Oki, Social Change... p ) Mardjani Martamin, Se 'arah Keban kitan Nasional di Sumatera Barat, (DEPB & 9 7 h p '7?"7, - 11 ) Ibid 12) Kita- Sumatera Simban, 23 September, 8 dan 11 Nofember 1943, dalam Akira Oki p ond don 13) M.C. Mcklefs, A Histor of Modern Indonesia, ' h and.~asingktokei b e ~acmnlan Press, 1982) p ) Benda et. al. Japanese Millitary Occupation - in Indonesia p.242 -* 15) Kita Sumatora Simbun, 28 Oktober 1945, dalam Akira Oki. 16) Yang jatuh di kaki tentara Jepang, Tempo no 21 tahun XXI~ ~5 JULI 1992, 4t,,i~\\( g!2.i pe$fvs 1 "i \b\s;r

48 A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sesuai dengan pokok per- soalan "Pengaruh Jepang Terhadap Sistem Kepemimpinan Tra disi onal Masyarakat Minangkabau", dapat di ungkapkan apa yang. dimaksud dengan sistem kepemimpinan tradisional itu sendiri di Minangkabau di tin jau dari perspektif historis. Pada masa sebelum masuknya pengaruh Islam, kepemimpinan tradisional dapat dikatakan identik dengan kepemimpinan penghulu yang berakar dari Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan. Namun setelah masuknya penga- ruh Islam dan pengaruh Barat, konsep ideal kepemimpinan tradi si onal Minangkabau mulai bergeser men jadi Tungku Ti - fi Sa jarangan yang terdiri dari ; Kepemimpinan Alim Ulama, Cerdik Pandai dan Penghulu. Sampai pada masa Jepang bahkan sampai saat ini, ma- syarakat Minangkabau masih tetap mengakui keberadaan po- la kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan. Pada masa peme- ri ntahan pendudukan Jepang, Jepang berusaha menggunakan ketiga saluran ini untuk kepentingannya di wilayah pendu- dukannya, seperti ; mensponsori dan mendirikan berbagai corak organisasi yang bernafashn Islam dengan memanfaat- kan para tokoh dan pemuka agama Islam, mengumpulkan para pemuda untuk dilatih menjadi tentara sukarela lewat para penghulu di daerah-daerah, dan memanfaatkan para cendekia- 41

49 wan untuk melakukan dan meyakinkan propaganda-propaganda Jepang. Pertama; agar para peneliti lain memberikan perha- tian pada penelitian se jarah pada periode Jepang, karena masih sedikit sekali terdapat penelitian-penelitian pada periode ini, khususnya yang berhubungan dengan kasus- kasus yang muncul di Minangkabau (sumatera ~arat). Kedua; berangkat dari hasil peneli tian ini, ternya- ta banyak aspek lain yang seharusnya dipelajari dan di- teli ti secara lebih mendalam. Aspek-aspek tersehut anta- ra lain; Heiho dan GXyugun di Sumatera Barat, kehidupan sosial wanita penghibur pada masa Jepang, Politik Padi Jepang, Romusa di Sumatera Barat dan sebagainya. Oleh ka- rena itu disarankan pere liti berikut untuk melan jutkan penelitian ini. Ketiga; diharapkan hasil peneli ti an ini dapat mengi- si kekosongan-kekosongan khasanah sejarah lokal, khusus- nya se jarah lokal Minangkabau pada masa periode Jepang.

50 DAFTAR PUS TAKA Abdullah, Taufik, Modernization in the Minan kabau world: West Sumatera in Early -- o f ~ h n w - n ~ Ithaca, ~ondon.unlverslty Press, 19'{2., School and Politics : The Kaum Muda Movement - in ~ e s t t e r a 192'/ : ,NewYork,1za cornen Wersi ty Press, 19'11., Ada% and Islam : An mimination of conflidt in Minangkabau dalam Indonesia, No. 2, Oktober Azmi, Se jarah Pembaharuan dan Pemurnian Islam di Sumatera Barat, Skripsi, FKPS IKIP Padang, Batuah, Dt.Ahmad dan A. Dt. Madjo Indo, Tambo Alam Minan kabau, - Djakarta : Balai Pustaka, tanpa tahun pener it Batuah, A. M. Dt. Maruhumdar~ D. H. Bagindo Tan Ameh, Hukum Adat dan Adat Minan kabau : Luhak nan Tigo, Laras nan Djakarta - - *akatse.- Benda, J. Harry, Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia ada masa endudukan Jepan.vrjemahkanam i b h m a h +aka Jaya, Budiardjo, Mirriam, Aneka enulisan tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta : SinZFHZ?m6. - Carter, April, Otoritas - dan Dernokrasi, Jakarta :. Ra jawali,i de jong, de josselin, Minan kabau and Negeri Sembilan :- Socio-Politic : S ruc ure In monesla, Den Haag : Mar- tinus Ni jhoft llltgwerl J, ,+- Dobbine, Christine, The Exercise of Authorit in ~inangkabau -- in Late Century, k uala Lumpur, Economic Change in Minangkabau as a factor in the ~ i s Padri, e dalarn Indonesia, Graves, E. Elizabeth, The Minan kabau Respons to Dustch Colonial Rule in &Centur, rn~= Tthaca TC6rEFlTTnlverslty Press, Kartodirdjo, Sartono, -- Ratu Adil, Jakarta, Sinar Harapan, 1984

51 Naim, ~ochtar, Merantau : Pola M i rasi Suku Minangkabau, Yogyakarta, Ga jah #sp&7994;- Nagazumi, ~kifa, ~emberontakan Indonesia Pada Masa Penduduk- - an Jepang, Yayasan Obor Indor!'esia,'=87 ina an-ad - Ti5 P r w Navis, A.A, Alam Terkemban Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan VB4. ( ed ) Dialektika Miaan kabau Dalam Kemelut Sosip a-- n PoLitik, Padang *nang Press, T$3 Noer, Deliar, Gerakan Moderen Islam di Indonesia : , Jakarta : L P 3 k S m Notosusanto, Nugroho, Ten tra Pets ada Jaman Pendudukan - Jepang I n d o n e s ~ Z F G %Fa-, Oki, Akira, Social Change in the West Sumatera Village : : 1945, Thesis, The Degree of Doctor of Philosophy in The A u m a n Nasional University, Canberra, April Ricklefts, A Histor of Modern Indonesia, London and Basing - toke-: e c a c m i l ~ e s LW, s d S jafroeddin, David, Mr. Pre-Islamic in r~linangkabau dalam Sumatera Research Bulletin, Vol 111, no. 1, Oktober *- Vieber, Max, The Theor of Social and Economic Or anization, trans~edivi~henderso~ndtalcott York : oxford University Press, Dibawah Pendudukan Jepang : Kenangan Empat Puluh Dua Orang Yang Mengalaminya, Penerbitan Se jarah Lisan no., 4, Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta, Tempo, No. 21 Tahun XXII - 25 Juli 1992.

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau pada Masa Pendudukan Jepang ================================================= Oleh: Siti Fatimah

Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau pada Masa Pendudukan Jepang ================================================= Oleh: Siti Fatimah Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau pada Masa Pendudukan Jepang ================================================= Oleh: Siti Fatimah ABSTARCT As an ethnic group Minangkabau people was influenced

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka membangkitkan semangat kebersamaan persatuan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB Rajo Tigo Selo Rabu, 11/06/2008 10:16 WIB Rajo Tigo Selo merupakan sebuah institusi tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung yang dalam tambo adat disebut Limbago Rajo. Tiga orang raja masing-masing terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Keberhasilan Jepang menghancurkan pangkalan laut Amerika di Pearl Harbour merupakan awal keterlibatan Jepang di Perang Dunia Kedua. Pecahnya Perang Dunia Kedua yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Berikut ini adalah daerah pertama di yang diduduki oleh tentara Jepang... a. Aceh, Lampung, Bali b. Morotai, Biak, Ambon c. Tarakan, Pontianak, Samarinda d. Bandung, Sukabumi,

Lebih terperinci

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU (Studi Pada Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari kaum penjajah adalah cita-cita untuk dapat mewujudkan kehidupan rakyat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

136 Kerajaan yang Telah Berdiri Datanglah!

136 Kerajaan yang Telah Berdiri Datanglah! 136 Kerajaan yang Telah Berdiri Datanglah! (Penyingkapan 11:15; 12:10) Capo fret 2 G C G A D A Ye - hu - wa, Kau s la - lu a - da Hing - I - blis se - ge - ra bi - na - sa; Di - Ma - lai - kat di sur -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah pasukan Sekutu membom atom dua kota di Jepang yakni Hirosima dan

I. PENDAHULUAN. Setelah pasukan Sekutu membom atom dua kota di Jepang yakni Hirosima dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah pasukan Sekutu membom atom dua kota di Jepang yakni Hirosima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 serta Uni Sovyet menyatakan perang terhadap Jepang seraya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah

Lebih terperinci

D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan

D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan Jumlah penduduk Solok Selatan berdasarkan Hasil SP2010 sebanyak 144.236 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,03 persen per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar, bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, atau kawasan Asia, tetapi dalam lingkup yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Indonesia, mengusahakann umat islam kembali kepada Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. islam di Indonesia, mengusahakann umat islam kembali kepada Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses terbentuknya Organisasi Militer di Indonesia, ditandai dengan masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945. Proses pembentukan tersebut terjadi ketika bangsa Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia.Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

Lebih terperinci

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja Masa Pra Penjajahan Pulau Kundur memiliki jejak sejarah sendiri sebelum masa penjajahan. Dikisahkan bahwa Kerajaan Singasari di Pulau Jawa yang berada di bawah kepemimpinan Kertanegara hendak melakukan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO : KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN : PENDIDIKAN DASAR SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR (/MI) MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) ALOKASI WAKTU : 120 MENIT JUMLAH SOAL

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 91 BAB 5 KESIMPULAN Pada masa Jawa Kuno, raja merupakan pemegang kekuasaan dan otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Seorang raja mendapatkan gelarnya berdasarkan hak waris yang sifatnya turun-temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PERATURAN NAGARI SIMARASOK NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG TERITORIAL DAN ULAYAT NAGARI SIMARASOK

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

Sementara faktor ekonomi-politik adalah faktor yang mempengaruhi tejadiya konnik tanah yang datang dari luar sistem masyarakat nagari Simawang.

Sementara faktor ekonomi-politik adalah faktor yang mempengaruhi tejadiya konnik tanah yang datang dari luar sistem masyarakat nagari Simawang. RXNGKASAN ZULKARh'ARV HARUN (95106lSPD) : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Konflik Tanah di Minangkabau : Studi Kasus di Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar (dibawah bimbingan

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

A a B b C c D d E e F f G g H h I i J j K k L l M m N n O o P p Q q R r S s T t U u V v W w X x Y y Z z. A I U E O a i u e o

A a B b C c D d E e F f G g H h I i J j K k L l M m N n O o P p Q q R r S s T t U u V v W w X x Y y Z z. A I U E O a i u e o A a B b C c D d E e F f G g H h I i J j K k L l M m N n O o P p Q q R r S s T t U u V v W w X x Y y Z z A I U E O a i u e o 1 Rumput Ketak Ke tak Tum buh nya di hu tan Ke tak Da un nya se per ti da un

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adat di Indonesia bersifat pluralistik sesuai dengan banyaknya jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat C. Van Vollenhoven

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG

LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG Jepang datang ke Indonesia karena: Ingin menguasai wilayah Asia-Pasifik pada Perang Dunia II Menyerahnya Belanda ke tangan Jepang pada 8 Maret 1942, di Kalijati Mencari

Lebih terperinci

ANGKA AGREGAT PER KECAMATAN. HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 KOTA JAMBI Angka Agregat Per Kecamatan 1

ANGKA AGREGAT PER KECAMATAN. HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 KOTA JAMBI Angka Agregat Per Kecamatan 1 ANGKA AGREGAT PER KECAMATAN HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 KOTA JAMBI Angka Agregat Per Kecamatan 1 SEKAPUR SIRIH SP2010 merupakan kegiatan besar yang terdiri dari rangkaian tahapan kegiatan yang diawali dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kota Pekanbaru Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin. Daerah yang mulanya

Lebih terperinci

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009 Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. 4. Hari/Tanggal : Selasa/ 11 September Politik sedang mengadakan riset mengenai tugas dan fungsi Wali Nagari

HASIL WAWANCARA. 4. Hari/Tanggal : Selasa/ 11 September Politik sedang mengadakan riset mengenai tugas dan fungsi Wali Nagari 1. Identitas informan 1. Nama : Fajri Kirana 2. enis Kelamin : Laki-Laki 3. abatan : Wali Nagari 4. Hari/anggal : Selasa/ 11 September 2012 : Pak, saya mahasiswa universitas Lampung dari fakultas Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah SEKAPUR SIRIH Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan narasi Buku Situs Cagar Budaya Minangkabau yang berada di Jorong Batur Sungai Jambu. Shalawat dan salam kita

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

Pendudukan Jepang di Indonesia

Pendudukan Jepang di Indonesia Pendudukan Jepang di Indonesia Kelas IX IPS Semester 2 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR STANDAR KOMPETENSI : 2. Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh barat sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG A. Sejarah Desa Terantang Sekalipun Desa Terantang merupakan suatu desa kecil, namun ia tetap mempunyai sejarah karena beberapa abad yang silam daerah ini sudah di huni

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam Di Indonesia Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Dalam bab ini kita

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi Islam merupakan sebuah ideologi yang melahirkan aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada awalnya kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 lampung masih merupakan sebuah karesidenan dari Provinsi Sumatera tahun 1 Kementerian Dalam Negeri dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya kepemimpinan situasional. Teori yang akan dijelaskan sejalan dengan fokus penelitian yaitu gaya kepemimpinan penghulu Minangkabau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUBU RAYA, Menimbang : a bahwa

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 Disusun Oleh : Kelompok 5 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 LATAR BELAKANG TOKOH PEMIMPIN KRONOLOGIS PETA KONSEP PERLAWANAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para

BAB VI KESIMPULAN. Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para 223 BAB VI KESIMPULAN Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para bangsawan, raja dan pemuka agama yang dianggap menjadi ancaman bagi VOC disingkirkan dengan cara ini. Lokasi awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh

Lebih terperinci

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah BAB VI KESIMPULAN Dari pengungkapan sejumlah fakta dan rekonstruksi yang dilakukan, penelitian ini menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut ini : Sultan Hamengku Buwono VII adalah seorang raja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

Bab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu

Bab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu BAB V PENEMUAN DAN DISKUSI Dari hasil analisis data yang dikemukakan dalam Bab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, pro gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu merumuskan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkawinan pada dasarnya merupakan manifestasi keinginan manusia untuk hidup berkelompok. Keinginan itu tercermin dari ketidakmampuan untuk hidup sendiri.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG AKSARA KA GA NGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG AKSARA KA GA NGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG AKSARA KA GA NGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG, Menimbang : a. bahwa Budaya masyarakat Adat Rejang merupakan kekayaan material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Aceh yang dahulu pernah menjadi sebuah negara tangguh di dunia kini menjadi sebuah provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. Ia berkedudukan di ujung barat

Lebih terperinci