HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK"

Transkripsi

1 1

2 2

3 Bab 1 HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK Apakah perlindungan anak itu? Istilah perlindungan anak (child protection) digunakan dengan secara berbeda oleh organisasi yang berbeda di dalam situasi yang berbeda pula. Dalam buku panduan ini, istilah tersebut mengandung arti perlindungan dari kekerasan, abuse, dan eksploitasi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak sang anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya yang secara inter alia menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar supaya mereka bertahan hidup, berkembang dan tumbuh. Perlindungan anak mencakup masalah penting dan mendesak, beragam dan bervariasi tingkat tradisi dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Banyak masalah, misalnya pelacuran, yang berkait erat dengan faktor-faktor ekonomi. Sementara masalah lain, seperti kekerasan di rumah atau di sekolah, mungkin berkaitan erat dengan kemiskinan, nilai-nilai sosial, norma, dan tradisi. Sering kriminalitas terlibat di dalamnya, misalnya perdagangan anak. Bahkan kemajuan teknologi memiliki aspek-aspek perlindungan di dalamnya, sebagaimana nampak dalam tumbuh berkembangnya pornografi anak. Bagian pertama dari buku panduan ini akan melihat secara lebih mendalam tentang apa yang dimaksudkan dengan perlindungan dan tanggapan umum apakah yang diperlukan untuk menghormati perlindungan hak-hak anak. Bagian dua akan membahas secara khusus peran-peran yang dimainkan oleh anggota dewan perwakilan rakyat dalam upaya menjamin bahwa semua anak dilindungi. Bab tiga akan membahas dan mencermati sejumlah masalah yang berkaitan dengan mereka yang bekerja untuk melakukan perlindungan terhadap anak. Apa yang dipertaruhkan? Pelanggaran terhadap perlindungan hak-hak anak, selain pelanggaran terhadap hak-hak azasi manusia juga merupakan penghalang sangat besar, kurang dikenali, dan terlalu sedikit dilaporkan bagi kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Anak yang dapat menjadi korban kekerasan, eksploitasi, abuse dan pengabaian, juga beresiko: hidup lebih pendek memiliki kesehatan mental dan fisik yang buruk mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikannya (termasuk putus sekolah) memiliki ketrampilan yang buruk sebagai orang tua; menjadi tunawisma, terusir dari tempat tinggalnya, dan tidak memiliki rumah. Di sisi lain, tindakan-tindakan perlidungan yang sukses akan meningkatkan peluang anak tumbuh sehat secara fisik dan mental, percaya diri dan memiliki harga diri, dan kecil kemungkinannya melakukan abuse atau eksploitasi terhadap orang lain, termasuk anak-anaknya sendiri. 3

4 Perlindungan anak merupakan sebuah isu bagi setiap anak di setiap negara di dunia: Pada saat ini, lebih dari tentara anak-anak, sebagian berusia sekitar delapan tahun, dieksploitasi dalam konflik bersenjata di lebih dari 30 negara. Lebih dari 2 juta anak-anak diperkirakan telah meninggal sebagai akibat langsung dari konflik bersenjata semenjak tahun Lebih dari 1 juta anak di seluruh dunia hidup di lembaga pemasyarakatan sebagai akibat berkonflik dengan hukum. Di Eropa Tengah dan Eropa Timur saja, hampir 1.5 juta anak-anak hidup di pusat-pusat perawatan umum/negara. Akibat AIDS saja, lebih dari 13 juta anak-anak diperkirakan menjadi yatim (piatu). 2 Sekitar 250 juta terlibat dalam kegiatan pekerja anak, dengan lebih dari 180 juta anak bekerja di dalam kondisi atau keadaan yang berbahaya. 3 Sekitar 1.2 juta anak-anak diperdagangkan setiap tahunnya. 4 Perkiraan tentang jumlah anak yang terlibat dalam perdagangan seks komersial tahun 1995 menunjukkan bahwa satu juta anak-anak (terutama anak perempuan, namun jumlah anak-lakilaki juga cukup signifikan) memasuki industri yang bernilai milyaran dollar setiap tahunnya. 5 Angka itu sekarang kemungkinan bisa lebih tinggi. Empat puluh juta anak-anak berusia di bawah 15 tahun menderita karena diperlakukan secara tidak sepatutnya dan diabaikan, dan memerlukan perawatan sosial dan perawatan kesehatan. 6 Diperkirakan juta wanita dan anak-anak perempuan yang tinggal di Benua Afrika saat ini telah mengalami berbagai bentuk mutilasi genital. 7 Perlindungan anak mendapat perhatian khusus dalam suatu krisis kemanusiaan dan keadaan darurat. Beberapa keadaan darurat tertentu terusir dari daerah tempat tinggalnya, kurangnya akses kemanusiaan, rusaknya struktur sosial dan keluarga, erosi sistem-sistem nilai tradisional, budaya kekerasan, pemerintahan yang lemah, tiadanya akuntabilitas dan buruknya akses terhadap pelayanan sosial dasar telah menciptakan masalah-masalah perlindungan anak yang cukup serius. Keadaan darurat bisa mengakibatkan sejumlah besar anak-anak menjadi yatim (piatu), terusir dari tempat tinggal atau terpisah dari keluarganya. Anak-anak mungkin menjadi pengungsi atau terusir di negaranya sendiri, atau terpisah dari keluarganya; diculik atau dipaksa bekerja untuk kelompok-kelompok bersenjata; menjadi cacat akibat bertempur, ranjau darat, atau senjata-senjata yang tidak meledak; dieksploitasi secara seksual selama dan setelah konflik; atau diperdagangkan untuk tujuan-tujuan militer. Mereka mungkin menjadi tentara, atau menjadi saksi dalam kejahatan perang atau dihadapkan pada mekanisme peradilan. Konflik bersenjata dan masa-masa represi meningkatkan resiko bahwa anak akan disiksa. Demi uang dan perlindungan, anak-anak mungkin akan berpaling ke seks untuk bertahan hidup, yang biasanya tidak terlindungi dan beresiko tinggi untuk terjangkit penyakit, termasuk HIV/AIDS. Kegagalan melindungi anak-anak mengancam pembangunan nasional dan memiliki pengaruh negatif dan akibat harus dibayar, yang akan terus terbawa sampai anak-anak tersebut menjadi individu yang dewasa nanti. Sementara anak-anak terus mengalami kekerasan, abuse dan eksploitasi, dunia akan gagal memenuhi kewajibannya terhadap anak-anak; dan akibatnya juga akan gagal memenuhi aspirasi pembangunannya sebagaimana digariskan dalam dokumen-dokumen seperti Agenda Milenium (Millenium Agenda ) dengan Millenium Development Goals-nya. 4

5 Bab STANDAR INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 2 Anak-anak memiliki hak-hak untuk diakui dalam hukum internasional semenjak tahun 1924, ketika Deklarasi tentang Hak-hak Anak internasional yang pertama diadopsi oleh Liga Bangsa-Bangsa. Instrumen-instrumen hak-hak azasi manusia berikutnya dari Perserikatan Bangsa-bangsa, seperti Deklarasi Universal Hak hak Azasi Manusia 1948, dan instrumen-instrumen regional seperti Deklarasi Amerika tentang Hak-hak dan Kewajiban Manusia yang dibuat pada tahun yang sama mengakui secara lebih umum hak manusia untuk bebas dari kekerasan, abuse, dan ekploitasi. Hak-hak ini berlaku bagi setiap orang, termasuk anak-anak, dan dikembangkan lebih jauh dalam instrumen-instrumen seperti Kovenan Internasional tentang Hak-hak Politik dan Hakhak Sipil Konsensus internasional yang dikembangkan mengenai perlunya suatu instrumen baru yang akan secara eksplisit meletakkan dasar-dasar mengenai hak-hak anak khusus dan istimewa. Pada tahun 1989, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak diadopsi oleh Sidang Majelis Umum. Konvensi ini dengan cepat menjadi perjanjian hak-hak azasi manusia yang paling luas diratifikasi dalam sejarah, diratifikasi hampir secara universal. Konvensi Hak-hak Anak, dalam beberapa hal meningkatkan standar internasional mengenai hakhak anak. Konvensi ini menjelaskan dan secara hukum mengikat beberapa hak-hak anak yang dicantumkan pada instrumen-instrumen sebelumnya. Konvensi ini memuat ketentuan-ketentuan baru yang berkaitan dengan anak, misalnya, yang berkenaan dengan hak untuk berpartisipasi, dan prinsip bahwa dalam semua keputusan yang menyangkut anak, kepentingan terbaik bagi bagi anak harus diutamakan. Konvensi juga untuk pertama kalinya membentuk suatu badan internasional yang bertanggung jawab untuk mengawasi penghormatan atas hak-hak anak, yakni Komite Hak-hak Anak ( Committee on the Rights of the Child). Pengakuan hak-anak atas perlindungan tidak hanya terbatas pada Konvensi Hak-hak Anak. Ada sejumlah instrumen, baik instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun instrumen dari badan internasional lainnya, yang juga memasukkan hak-hak ini. Instrumen-instrumen itu meliputi: Piagam Afrika tentang Hak-hak dan Kesejahteraan Anak, Organisasi Persatuan Afrika yang sekarang disebut Uni Afrika (The African Charter on the Rights and Welfare of the Child of the Organisation for African Unity) tahun Konvensi-konvensi Jenewa mengenai Hukum Humaniter Internasional (1949) dan Protokol Tambahannya (1977) Konvensi Buruh Internasional No. 138 (1973), yang menyatakan bahwa, secara umum, seseorang yang berusia di bawah 18 tahun, tidak boleh dipekerjakan dalam bidang-bidang pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan mereka, dan Konvensi Organisasi Buruh Internasional No. 182 (1999) mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera untuk Menghapus Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak. Protokol bagi Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Kejahatan Transnasional Terorganisasi untuk Mencegah, Menekan dan Menghukum Perdagangan Manusia, Khususnya Wanita dan Anak-anak. 5

6 Siapakah yang dimaksud dengan seorang anak? Pasal 1 Konvensi Hak-hak Anak menyatakan bahwa seorang anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun kecuali di bawah undang-undang yang berlaku bagi anak, usia dewasa dicapai lebih awal. Definisi ini digunakan dalam buku panduan ini. Lepas dari pasal 1 di atas yang membolehkan usia dewasa yang lebih rendah, ada beberapa hak dalam Konvensi yang terus berlaku bagi anak yang berusia 18 tahun, tanpa memandang usia dewasa itu. Ini meliputi pelarangan diberlakukannya hukuman mati bagi orang yang berusia di bawah 18 tahun dan, dalam Protokol Pilihan Konvensi tersebut, pelarangan pengerahan mereka yang berusia di bawah 18 tahun dalam angkatan bersenjata. Instrumen internasional lainnya juga menggunakan 18 tahun sebagai batasan untuk menentukan kapan seorang kehilangan haknya atas perlindungan khusus yang menjadi hak seorang anak. Lebih jauh UNICEF dan organisasi internasional utama yang bekerja dengan anak, menggunakan usia 18 tahun sebagai batas pasti untuk bekerja. Konvensi ini mengakui bahwa cara anak-anak melaksanakan hak-haknya dan batasan-batasan yang berlaku pada pelaksanaan hak-hak mereka dapat dan sejogjanya beragam, tergantung pada usia anak. Pasal 5 menyatakan bahwa: Negara-negara anggota harus menghormati tanggungjawab, hak dan kewajiban orang tua atau, dimana berlaku, anggota dari keluarga luas atau masyarakat sebagaimana diatur oleh adat setempat, wali-hukum, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab atas anak tersebut, untuk memberikan, dengan cara yang konsisten dengan perkembangan kapasitas anak tersebut, arahan dan bimbingan yang sesuai dalam pelaksanaan hak-hak oleh anak, yang diakui dalam Konvensi ini. Prinsip ini dilengkapi oleh prinsip lainnya yang termaktub dalam pasal 12 Konvensi tersebut, yang menyatakan bahwa: Negara-negara anggota harus menjamin anak yang mampu membentuk pandanganpandangannya sendiri untuk menyatakan pandangan-pandangannya itu secara bebas dalam segala hal yang menyangkut anak tersebut, dimana pandangan-pandangan anak itu diberi bobot yang semestinya sesuai dengan usia dan kematangan anak tersebut. Meskipun demikian, hak-hak anak atas perlindungan terhadap kekerasan, abuse dan eksploitasi abuse dan eksploitasi abuse tidak boleh dibatasi karena usianya. Kapasitas terbatas anak untuk melindungi diri sendiri selalu membawa makna bahwa pertimbangan-pertimbangan usia dan kapasitasnya hanya dapat memperkuat hak-hak atas perlindungan, bukan memperlemah. Misalnya, UN Rules for the Protection of Juvenile Deprived of their Liberty mengakui dalam pasal 67, kebutuhan untuk menafsirkan hak-hak atas perlindungan dengan cara yang sesuai bagi anak ketika peraturan tersebut menentukan bahwa pemenjaraan anak secara soliter merupakan kekejaman, perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi dan menistakan, sementara prinsip itu tidak dengan sendirinya akan berlaku untuk orang dewasa. 6

7 Mekanisme Internasional Perlindungan Anak Salah satu mekanisme internasional yang penting bagi perlindungan anak adalah Komite Hak-hak Anak (Committee on the Rights of the Child), yang terdiri dari 18 anggota yang dipilih oleh negaranegara anggota Konvensi dan yang bertugas dalam kapasitasnya sebagai perorangan. Fungsi utama dari Komite itu, yang bertemu tiga kali dalam setahun, adalah menelaah laporanlaporan dari negara negara anggota yang diminta untuk diserahkan secara berkala. Laporan itu diharapkan berisi informasi mengenai undang-undang dan berbagai upaya lain yang telah diadopsi oleh negara anggota, yang memberikan pengaruh pada hak-hak yang diakui dalam Konvensi tersebut dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam pelaksanaan hak-hak itu. Ketika suatu laporan telah diterima, Komite mengundang pemerintah untuk mengirimkan delegasinya guna mempresentasikan laporan dan menjawab segala pertanyaan yang mungkin diajukan oleh Komite. Anggota komite mungkin juga memberikan komentar mengenai informasi yang termuat dalam laporan, serta informasi relevan lainnya yang diterima dari badan-badan PBB lainnya serta lembaga swadaya masyarakat (NGO). Komite kemudian membuat observasi simpulan dan rekomendasi yang sering berkaitan dengan legislasi, termasuk rujukan mengenai celah-celah yang ada dalam legislasi yang sedang berlaku atau ketentuan-ketentuan hukum yang dianggap oleh Komite tidak cocok dengan Konvensi tersebut. Ada sejumlah mekanisme lain yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak. Secara fundamental, anak menikmati hak-hak azasi manusia dan oleh karena itu, semua mekanisme hak-hak azasi manusia di tingkat internasional dan regional harus memberikan perlindungan bagi mereka. Ini berlaku bagi Rapporteurs Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lembaga-lembaga hak azasi manusia regional seperti African Commission on Human and people s Right. Harus diingat bahwa hal yang sama berlaku di tingkat nasional, dimana mekanisme perlindungan hak-hak azasi manusia seperti mahkamah konstitusi (constitutional courts ) juga harus menjamin bahwa mereka menjunjung tinggi hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan. Keterkaitan antara Perlindungan dengan isu-isu lain Perlindungan anak bertalian erat dengan semua aspek kesejahteraan anak. Sering, seorang anak, yang sama rentan terhadap kurang gizi dan penyakit, tidak secara layak mendapatkan stimulasi awal, keluar dari sekolah dan lebih besar kemungkinannya diperlakukan salah dan dieksploitasi. Seorang anak terimunisasi yang secara konstan dipukuli bukanlah anak yang sehat; seorang anak yang dihina dan diperlakukan secara tidak patut karena etnisnya tidak menikmati lingkungan belajar yang menyenangkan; dan seorang remaja yang dijual untuk dilacurkan tidak akan mampu berpartisipasi dan memberikan andil kepada masyarakat. Perlindungan anak merupakan suatu bagian integral dari masalah pembangunan. Masalah-masalah perlindungan muncul selama masalah yang dihadapi oleh anak-anak pada saat ini diperbincangkan. Dalam pendidikan, pelecehan seksual dan kekerasan dapat menjadi faktor tersembunyi dibelakang tingkat retensi di kelas yang rendah. Dalam kesehatan, kekerasan dapat berada dibalik cedera-cedera yang tidak terjelaskan yang ditangani oleh pelayanan kesehatan, atau bahkan penyebab dari ketidakmampuan (cacat) jangka panjang. Keterkaitan ini telah banyak diakui oleh Committee on the Rights of the Chid. Merujuk pada masalah Anak dan AIDS, komite itu menyatakan: 7

8 Perawatan dan perlindungan yang memadai hanya dapat diberikan dalam suatu lingkungan yang mengedepankan dan melindungi semua hak, khususnya hak untuk tidak dipisahkan dari orang tua, hak atas privasi, hak untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan, hak atas perlindungan khusus dan bantuan dari negara, hak-hak anak penyandang ketidakmampuan (cacat), hak atas kesehatan, hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial, hak atas pendidikan dan bersenang-senang, hak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi, dari penggunaan narkoba, dan dari eksploitasi seksual, hak untuk dilindungi dari penculikan, penjualan/trafiking serta penyiksaan dan dari perlakuan/hukuman yang menistakan, tidak berperi-kemanusiaan atau kejam, dan hak atas pemulihan fisik dan psikis dan reintegrasi sosial. Tidak ada satu masalahpun yang berkaitan dengan anak yang tidak berkaitan dengan perlindungan anak. Sering, masalah perlindungan anak berada tersembunyi di bawah permukaan masalahmasalah yang sepertinya tidak berkaitan. Misalnya, perhatian perlindungan berkenaan dengan sanitasi sekolah mungkin tidak secara langsung jelas bagi mereka yang bekerja dalam masalahmasalah itu. Namun, keterkaitan antara pemakaian fasilitas sanitasi bersama dan pelecehan seksual anak-anak perempuan mempersyaratkan bahwa perlindungan harus dipertimbangkan. Dan seorang anak yang bekerja tidak dapat sekolah, sehingga ketika pekerja anak tumbuh dewasa, ia tidak terdidik dan juga lemah dan loyo karena telah bekerja keras semenjak anak-anak. Ini berarti bahwa ia, seperti halnya orangtuanya yang hanya memiliki pekerjaan yang kecil gajinya, atau malahan menganggur. Oleh karena itu, ia akan kembali bergantung pada uang yang dihasilkan oleh anak-anaknya untuk membiayai keluarganya... begitulah yang berlangsung secara terus menerus! Rose 17 tahun, dari Australia. Arti Penting Etika Hak-hak anak atas perlindungan dari kekerasan, abuse dan eksploitasi secara jelas digariskan dalam hukum internasional, standar hukum badan-badan regional dan hukum domestik dari sebagian besar negara di dunia. Ini juga mencerminkan suatu konsensus dasar kemanusiaan bahwa sebuah dunia yang sesuai bagi anak adalah dunia dimana semua anak dilindungi. Dalam Sidang Istimewa Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Anak pada tahun 2000, Negara-negara anggota mengikatkan diri dalam deklarasi tentang Sebuah Dunia yang Sesuai untuk Anak (A World Fit-for Children), sebagai dokumen hasil dari pertemuan itu, untuk membangun suatu dunia dimana anak-anak perempuan dan laki-laki dapat menikmati masa kanak-kanaknya dimana mereka dicintai, dihormati dan dihargai dimana keamanan dan kesejahteraannya menjadi hal yang paling penting dan dimana mereka dapat berkembang dan tumbuh secara sehat, damai dan bermartabat. Sentimen-sentimen ini melewati batas-batas standar hukum. Setiap budaya di dunia menghargai anak-anaknya; meskipun demikian kita terus saja gagal melindungi mereka. 8

9 Bab MENJAMIN PERLINDUNGAN ANAK 3 Tujuan mendasar dari perlindungan anak adalah untuk menjamin bahwa semua pihak yang berkewajiban mengawal perlindungan anak mengenali tugas-tugasnya dan dapat memenuhi tugas itu. Karena secara etika dan hukum harus ada, perlindungan anak merupakan urusan setiap orang di setiap tingkatan masyarakat, dan di setiap bidang tugas. Perlindungan anak menciptakan kewajiban/tugas bagi presiden, perdana menteri, hakim, guru, dokter, tentara, orang tua dan bahkan anak-anak sendiri. Tugas-tugas ini mungkin tercermin dalam standar hukum yang diberlakukan di suatu negara dan pilihan-pilihan yang diambil pemerintah, termasuk dalam alokasi sumber daya yang dimilikinya. Anak, Keluarga dan Negara Para pelaku yang paling penting dalam kehidupan seorang anak adalah, dan sebaiknya memang demikian, orang tuanya. Oleh karena itu, keluarga dapat menjadi faktor tunggal yang terpenting dalam menentukan apakah seorang anak dilindungi atau tidak. Meskipun demikian, karena begitu sentralnya keluarga dalam kehidupan anak, keluarga sering kali juga menjadi sumber kekerasan, perlakuan yang tidak patut, diskriminasi dan eksploitasi. Konvensi sangat menekankan peranan keluarga dalam mengasuh dan membesarkan anak dan, seperti halnya instrumen yang lebih dulu ada, mengakui hak keluarga atas perlindungan dan dukungan. Pasal 5 menjelaskan tanggungjawab Negara dalam melindungi dan menghormati peran keluarga, dengan menyatakan bahwa: Negara-negara anggota harus menghormati tanggung jawab, hak-hak dan kewajiban orangtua, atau dimana memungkinkan, anggota keluarga luas atau masyarakat sebagaimana ditentukan dalam adat setempat, wali sah atau orang lain yang secara sah bertanggung jawab atas anak tersebut, untuk memberikan, dengan cara yang konsisten dengan perkembangan kemampuan anak, arahan dan bimbingan yang sesuai pelaksanaan hak-hak anak sebagaimana diakui dalam Konvensi ini. Menurut Konvensi, tanggung jawab utama membesarkan anak berada di pundak orang tua. Ketika orang tua tidak mampu memikul tanggung jawab itu, Negara memiliki tanggungjawab untuk membantu mereka. Meskipun demikian, pada saat yang sama, pasal 19 merujuk tanggung jawab Negara untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan fisik dan mental, cedera atau perlakuan salah, pengabaian atau perlakuan menelantarkan, perlakuan yang tidak sepatutnya atau eksploitasi, termasuk penyalahgunaan seksual, ketika dalam perawatan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang merawat anak tersebut. Dalam kebanyakan kasus yang paling ekstrim, kewajiban Negara ini bahkan mungkin memerlukan tindakan diambilnya anak dari rumah tinggalnya. Meskipun demikian, hal ini sebaiknya dilakukan sebagai upaya terakhir. Ini dijelaskan dalam pasal 9 dari Konvensi tersebut, yang menetapkan bahwa: 9

10 Negara anggota harus menjamin bahwa seorang anak tidak akan dipisahkan dari orangtua di luar kemauannya, kecuali ketika pihak yang berwenang, sesuai dengan telaah judisial (judicial review) menetapkan, sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku, bahwa pemisahan sebagaimana dimaksud itu perlu dilakukan demi kepentingan terbaik anak. Penetapan semacam itu mungkin dipandang perlu dalam kasus yang melibatkan penelantaran atau kekerasan (abuse) yang dilakukan oleh orang tua. Diskrimasi Diskriminasi merupakan kenyataan sehari-hari bagi jutaan anak di dunia. Diskriminasi bisa mengakibatkan atau memperparah kekerasan, abuse dan eksplotasi. Misalnya, banyak anak yang terlibat dalam pekerjaan yang terburuk bagi anak berasal dari kelompok minoritas atau terkucil. Ada sejumlah bentuk diskriminasi, namun beberapa bentuk yang paling umum ditemukan adalah diskriminasi yang didasarkan pada: Gender Pembunuhan bayi, aborsi, kekurangan gizi dan pengabaian berdasarkan jender dipercaya berada dibalik hilangnya juta perempuan dari penduduk dunia. 8 Sembilan puluh persen dari pekerja rumah tangga, kelompok terbesar dari pekerja anak di dunia, adalah anak-anak perempuan yang berusia antara 12 dan tujuh belas tahun. 9 Ketidakmampuan (Cacat) Anak-anak dengan ketidakmampuan merupakan 20% dari seluruh anak-anak yang menghuni institusi (panti) di Eropa Tengah dan Eropa Timur dan Negara-negara Perkesemakmuran. 10 Etnis dan Ras Di sebuah negara Eropa Timur, sebuah kajian menemukan bahwa hanya setengah dari Anak dari kelompok etnis Roma yang berusia 7-10 tahun mengenyam pendidikan secara teratur. 11 Sepertiganya tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali atau telah putus sekolah. Anak-anak etnis Roma secara khusus ditempatkan di sekolah-sekolah khusus bagi anak-anak penyandang cacat mental, tanpa melihat kemampuan mereka yang sebenarnya. Kasta dan Kelas Di sebuah negara di Afrika Selatan, mayoritas dari 15 juta pekerja anak yang diijonkan berasal dari kasta-kasta terendah. 12 Konferensi menghimbau semua negara peserta: (a) melakukan upaya-upaya yang dipandang perlu, termasuk alokasi anggaran yang memadai untuk memastikan dinikmatinya semua hak azasi manusia dan kebebasan yang fundamental secara penuh dan setara oleh anak-anak dengan ketidakmampuan (cacat); (b) Mengembangkan dan memberlakukan peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk menjamin martabat, kemakmuran, dan kemandirian bagi anak-anak penyandang cacat dengan memfasilitasi peran serta aktif mereka dalam masyarakat, termasuk akses yang efektif dan memadai atas pendidikan khusus yang bermutu tinggi. 106 th IPU Conference (Ouagadougou, Burkina Faso, September 2001) 10

11 Standar Internasional Konvensi Hak-hak Anak (The Convention on the Rights of the Child) Pasal 2 menyatakan bahwa: 1. Negara-negara anggota harus menghormati dan menjamin hak-hak yang termaktub dalam Konvensi ini bagi masing-masing anak di dalam wilayah jurisdiksinya tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa melihat ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pendapat lainnya, kebangsaan, asal-usul etnis atau sosial, kekayaan, ketidakmampuan, kelahiran atau status lain dari orang-tua, atau wali hukumnya. 2. Negara negara anggota harus mengambil langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa anak dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau hukuman berdasarkan status, kegiatan, pernyataan pendapat, atau kepercayaan dari orang tua anak, wali sah, atau anggota keluarganya. Diskriminasi terus berlanjut, lepas dari adanya pengakuan kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai salah satu dari tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa lebih dari setengah abad yang lalu dan proliferasi instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Regional yang melarangnya. Komite Hakhak Anak dan badan-badan hak-azasi manusia internasional terus menemukan contoh-contoh undang-undang yang mendiskriminasikan perempuan atau kelompok sosial atau etnis tertentu, atau yang diskriminatif dengan cara lain. Diskrimininasi melampaui undang-undang, merasuk ke dalam tradisi, adat, sikap dan perilaku masyarakat, komunitas, keluarga dan individu. Misalnya, masyarakat dengan tingkat perkosaan, perkawinan anak-anak, dan penelentaran anak hasil perkawinan yang tinggi cenderung merendahkan nilai perempuan. Perempuan yang menolak peran-peran tradisional sering merasakan kekuatan mekanisme tradisional untuk menegakkan undang-undang yang tidak tertulis ini, mulai dari bentuk dipermalukan sampai pengucilan dari keluarga dan kekerasan fisik. Menyadari jender sebagai bentuk diskriminasi jauh dari sekedar hanya berfokus pada anak-anak perempuan. Sementara banyak pelanggaran hak-hak anak lebih sering menimpa anak perempuan, anak-laki-laki merupakan korban utama dari beberapa bentuk kekerasan. Lebih banyak anak lakilaki di banding perempuan yang menjadi korban pembunuhan, terutama pada saat akhir remaja. Di dunia, jauh lebih banyak anak-laki-laki yang menjadi pelaku pelanggaran hukum anak-anak bila dibanding anak perempuan. Sementara sebagian besar korban pemerkosaan adalah anak perempuan, mayoritas anak yang menjadi korban kekerasan fisik adalah anak-laki-laki. Kesadaran jender memerlukan pemahaman tingkat perbedaan dampak dari berbagai jenis kekerasan, abuse, dan eksploitasi pada anak-laki-laki dan anak perempuan. Kesadaran jender juga mempersyaratkan dilakukannya upaya-upaya untuk memahami mekanisme yang mendasari dan menggunakan pengetahuan ini untuk mengembangkan kebijakan ekonomi, sosial dan hukum. Membangun Lingkungan dan bersifat Melindungi Skala, luasan, hakekat, urgensi dan kompleksitas masalah perlindungan anak sungguh menakutkan. Meskipun demikian, ada sejumlah contoh mengenai berbagai cara di beberapa negara dimana pemerintah, para pelaku dalam masyarakat madani, komunitas dan anak-anak sendiri dapat membantu mencegah dan merespon kekerasan, abuse dan eksploitasi. Adalah jelas 11

12 bahwa respon terhadap perlindungan anak haruslah bersifat holistik, diketahui oleh semua pihak di semua tataran agar menghormati hak-hak perlindungan anak dan menerapkannya ke semua anak di segala keadaan tanpa adanya diskriminasi. Meraih suatu dunia dimana perlindungan hak-hak anak secara rutin dihormati membutuhkan suatu jaminan bahwa anak tumbuh di suatu lingkungan yang protektif, dimana setiap elemen lingkungan memberikan andil dalam perlindungan mereka dan dimana semua pelaku memainkan perannya masing-masing. Tidak ada definisi hukum atau sesuatu kesepakatan tentang apa yang membentuk suatu lingkungan yang protektif. Meskipun demikian, definisi itu paling tidak harus menjawab elemenelemen berikut: Komitmen pemerintah untuk memenuhi hak-hak perlindungan Kepentingan pemerintah dalam mengakui dan berkomitmen terhadap perlindungan anak merupakan suatu elemen esensial bagi lingkungan yang bersifat melindungi itu. Ini mencakup jaminan bahwa sumber-sumber daya yang mencukupi harus tersedia bagi perlindungan anak, misalnya, program untuk memerangi buruh anak. Ini mencakup pimpinan politik yang bersikap pro-aktif dalam meningkatkan perlindungan pada agenda mereka dan bertindak sebagai advokat dalam perlindungan. Sikap, tradisi, adat, perilaku dan sikap Dalam masyarakat dimana sikap atau tradisi memberikan kemudahan terhadap terjadinya abuse misalnya yang berkenaan dengan hubungan seks dengan anak di bawah umur, kepatutan hukuman fisik yang berat, penerapan praktek-praktek tradisional yang merugikan, atau perbedaan-perbedaan dalam memandang status anak laki-laki dan anak perempuan lingkungan tidak akan bersifat melindungi. Dalam masyarakat dimana segala bentuk kekerasan terhadap anak merupakan hal yang tabu, dan dimana hak-hak anak secara luas dijunjung tinggi oleh adat dan tradisi, anak-anak semakin besar kemungkinannya untuk dilindungi. Diskusi terbuka dan keterlibatan dengan masalah masalah perlindungan anak Di tingkatan yang paling dasar, anak perlu bebas berbicara lantang mengenai perlindungan anak terkait yang mempengaruhi mereka atau anak-anak lainnya. Di tingkat nasional baik perhatian media dan keterlibatan masyarakat sipil dengan masalah masalah perlindungan anak memberikan andil terhadap perlindungan anak. Kemitraan di kalangan para pelaku di semua tataran sangat penting untuk menghasilkan tanggapan yang terkordinasi dan efektif. Peraturan Perundang-undangan dan Penegakan Hukum Kerangka legislatif yang memadai, penerapannya yang konsisten, akuntabilitas dan tiadanya impunitas merupakan elemen yang penting dari suatu lingkungan yang protektif. Kapasitas Orang tua, pekerja kesehatan, guru, polisi, pekerja sosial, dan mereka yang berasal dari bidang lainnya yang menaruh perhatian dan hidup, berurusan dan bekerja dengan anak perlu dibekali dengan ketrampilan, kewenangan dan motivasi untuk mengidentifikasi dan merespon masalah-masalah perlindungan anak. 12

13 Keterampilan hidup, pengetahuan, dan partisipasi anak Bila anak tidak menyadari atas hak-haknya untuk tidak disalahgunakan, atau tidak diberitahu akan adanya bahaya, misalnya, perdagangan manusia, mereka rentan terhadap abuse. Anak-anak memerlukan informasi dan pengetahuan yang dijadikan bekal bagi mereka untuk melindungi diri. Anak-anak juga perlu diberi saluran yang protektif dan aman untuk melakukan partisipasi dan pernyataan/ekspresi diri. Dimana anak tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, mereka lebih mungkin menjadi terlibat dalam tindak kejahatan atau kegiatan kegiatan lain yang merugikan dan berbahaya. Pemantauan dan Pelaporan Suatu lingkungan yang protektif bagi anak memerlukan sistem pemantauan yang efektif yang mencatat kejadian dan sifat perlindungan anak dan memungkinkan dilakukannya respon yang strategis dan berdasar informasi yang diperoleh. Sistem semacam itu dapat menjadi lebih efektif dimana sistem tersebut berdasar pada peran serta dan lokal sifatnya. Adalah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk memastikan bahwa setiap negara mengetahui keadaan anak-anak di negara tersebut yang berkenaan dengan masalah kekerasan, abuse dan eksploitasi. Pelayanan pemulihan dan reintegrasi Korban anak dari setiap bentuk pengabaian, eksploitasi atau abuse, berhak atas perawatan dan akses yang tidak diskriminatif terhadap pelayanan sosial dasar. Pelayanan-pelayanan ini harus diberikan dalam suatu lingkungan yang mendorong meningkatnya kesehatan, martabat dan harga diri, anak. Beberapa elemen lingkungan yang protektif akan saling tumpang tindih. Misalnya, komitmen pemerintah mungkin mengatur apakah pelayanan bagi korban tindakan penyalahgunaan disediakan, atau apakah investasi dibuat dalam mekanisme pemantauan. Demikian juga, perhatian media dapat menjadi faktor penting dalam mempengaruhi sikap. Ada sejumlah cara untuk membangun atau mengembangkan suatu lingkungan yang protektif bagi anak-anak. Hal ini mencakup: Berbagai upaya untuk menjawab secara cermat dan mengikis dampak kemiskinan ekonomi dan kemiskinan sosial. Advokasi nasional dan prakarsa dialog di semua tingkatan dari pemerintah ke bawah, ke komunitas, keluarga dan anak-anak itu sendiri. Advokasi internasional, termasuk penggunaan mekanisme hak-hak azasi manusia internasional. Ini juga bisa mencakup upaya mendorong agenda mengenai perlindungan di tingkat pertemuan regional. Mencari perubahan perilaku masyarakat, menentang sikap dan tradisi yang dapat memperparah abuse terhadap perlindungan anak, dan memberikan dukungan bagi mereka yang protektif. Ini mungkin melibatkan juga kampanye nasional atau bekerja secara erat dengan media. Memperkuat kapasitas untuk mengukur dan menganalisa masalah-masalah perlindungan. Tanpa mengetahui apa yang tengah terjadi, pemerintah dan pihak lain yang terlibat akan terugikan ketika merespon masalah-masalah perlindungan. 13

14 Pemberlakukan mekanisme dan pemberian sumber-sumber daya sehingga mereka yang menaruh perhatian dan hidup serta bekerja dengan anak-anak memiliki ketrampilan dan pengetahuan untuk melakukan hal itu dengan cara yang menjamin perlindungan terhadap mereka melalui pendidikan dan pelatihan. Mengakui bahwa standar hukum penting khususnya bagi perlindungan anak dan standarstandar itu perlu diketahui, dipahami, diterima dan ditegakkan. Ini bisa melibatkan tinjauan/ telaah kembali peraturan perundang-undangan yang ada, revisi undang-undang atau bahkan pembuatan undang-undang yang baru. Pengakuan ini juga melibatkan pengawasan terhadap praktek-praktek aktual dari hal-hal yang diatur oleh undang-undang untuk menjamin bahwa standar hukum itu dihormati. Mengembangkan dan menelaah sistem pemantauan nasional untuk memastikan bahwa sistem itu mencakup masalah-masalah tersebut secara memadai. Khususnya, ini mungkin melibatkan disagregasi statistik nasional untuk memastikan bahwa pola pola diskriminasi menjadi jelas. Menjamin akses terhadap pelayanan bagi pemulihan dan reintegrasi bagi anak-anak yang telah mengalami abuse. Mendorong partisipasi dan memperkuat ketahanan anak-anak itu sendiri. Pada saat yang sama, upaya mencermiati perlindungan sebagai masalah terpisah dan berdiri sendiri adalah tindakan yang tidak efektif. Lantaran adanya hubungan antara perlindungan anak dan bidang lainnya, adalah sangat berharga untuk mempertimbangkan aspek-aspek perlindungan dari setiap isu yang dipertimbangkan. Misalnya: Ketika mempertimbangkan kebijakan pendidikan, adalah penting untuk mempertimbangkan keamanan dan keselamatan di sekolah dan mencegah penggunaan hukuman fisik yang berat. Hal ini mungkin menyangkut prakarsa-prakarsa untuk mengatasi masalah kekerasan di antara anak-anak di sekolah, seperti menggertak dan menakut-nakuti (bullying). Ketika mempertimbangkan praktek-praktek perawatan keluarga dan masa-kanak-kanak dini, orang tua sebaiknya dicegah untuk menggunakan bentuk-bentuk kekerasan dalam menegakkan disiplin dan didorong untuk memastikan bahwa kelahiran anak tercatat. Setiap pertimbangan untuk HIV/AIDS tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan stigma yang sering ditimpakan pada anak-anak yang terjangkit HIV/AIDS serta resiko-resiko perlindungan yang meningkat yang dihadapi oleh anak-anak rentan yang telah menjadi yatim karena AIDS? Jadi, suatu respon yang tepat terhadap perlindungan anak melibatkan perlindungan anak itu sendiri baik sebagai masalah atau sebagai pertimbangan yang berkenaan dengan masalah-masalah lainnya. Setiap respon juga mempersyaratkan bahwa setiap pelaku memainkan perannya dalam menjamin lingkungan protektif bagi anak-anak. 14

15 15

16 16

17 Bab BERBAGAI PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN ANGGOTA-ANGGOTANYA 4 Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga perwakilan dari sebuah Negara. Mereka bertanggungjawab untuk mewakili kepentingan-kepentingan semua lapisan masyarakat, mengartikulasikan kepentingan-kepentingan itu ke dalam berbagai kebijakan dan menjamin bahwa kepentingan-kepentingan tersebut diterapkan secara efektif. Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota-anggotanya harus menjadi salah satu dari pejuangpejuang utama dalam perlindungan anak. Mereka memiliki kapasitas tidak hanya mempengaruhi keputusan dan tindakan pemerintah saja, namun juga menghubungkan komunitas dan konstituennya untuk mempengaruhi berbagai pendapat dan tindakan. Tanpa melihat sifat dan strukturnya, dewan perwakilan rakyat melaksanakan tiga fungsi utama: Membuat undang-undang Mereka memberikan persetujuan, dan dapat memprakarsai, undang-undang yang mengatur masyarakat secara terstruktur. Mengawasi kegiatan pemerintah Mereka memantau kinerja pemerintah untuk menjamin bahwa pemerintah bertindak secara bertanggungjawab dan akuntabel demi kebaikan masyarakat secara keseluruhan. Mengalokasikan sumber-sumber daya keuangan Melalui proses penganggaran, dewan perwakilan bertanggung-jawab untuk memberikan persetujuan terhadap anggaran nasional. Jadi, dewan itu ikut menetapkan alokasi sumber-sumber bagi pemerintah dan memantau belanja pemerintah. Sebagai penentu arah berbagai pendapat dan sebagai perwakilan dari rakyat, dewan perwakilan rakyat juga memainkan peran advokasi yang penting, meningkatkan kesadaran mengenai masalah tertentu dalam masyarakat, yang menjadi perhatian di tingkat konstituen, di tingkat nasional, dan internasional. Perundang-undangan bagi Perlindungan Anak Salah satu dari peran terpenting dan sering lebih teknis bagi dewan perwakilan rakyat dan anggota-anggotanya adalah menjamin bahwa standar perundang-undangan nasional menawarkan perlindungan seluas-luasnya dari kekerasan, abuse dan eksploitasi bagi anak. Jelasnya, undang- undang saja tidak cukup memadai untuk melindungi hak-hak anak. Kebijakan ekonomi yang sesuai reformasi kelembagaan, pelatihan para profesional, mobilisasi sosial, dan modifikasi sikap dan nilai-nilai sosial sangat penting untuk mencapai perlindungan anak. Kendatipun demikian, reformasi hukum tetap merupakan hal yang paling fundamental bagi (tercapainya) tujuan perlindungan seluruh hak-hak anak yang terkordinasi dan luas, termasuk hak untuk dilindungi. 17

18 Instrumen-instrumen hukum Internasional dan Regional Menjadi bagian dari instrumen hukum regional dan internasional yang berurusan dengan perlindungan anak memberikan pesan yang sangat jelas kepada masyarakat internasional dan pemangku kepentingan (stakeholder) di tingkat domestik bahwa suatu negara berkomitmen untuk menjamin perlindungan anak, serta menjamin penerapan undang-undang, kebijakan, dan programprogram untuk mencapai sasaran-sasaran itu. Sebagaimana telah dipaparkan dalam bagian 1, ada sejumlah instrumen internasional yang mencermati dan menjawab masalah perlindungan anak. Instrumen-intrumen ini meliputi: Konvensi Hak-hak Anak Kovenan Internasional tentang Hak-hak Politik dan Hak-hak Sipil Kovenan Internasional Tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Konvensi ILO tentang Usia Minimum (no. 138). Konvensi ILO tentang Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (no. 182); Konvensi Den Haag mengenai Perlindungan Anak dan Kerjasama tentang Adopsi Antar Negara Protokol untuk Mencegah, Menekan, dan Menghukum Perdagangan Anak, Khususnya Wanita dan Anak-anak. Informasi tentang status ratifikasi terhadap instrumen-instrumen internasional ini dapat ditemukan dalam website Organisasi Buruh Dunia (ILO) yaitu atau dalam web-site Komisi Tinggi Hak-hak Azasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni Checklist untuk Melakukan Aksi Apa yang dapat dilakukan oleh dewan perwakilan rakyat dan anggota-anggotanya Ratifikasi instrumen-instrumen hukum internasional tentang perlindungan anak Bila negara Anda belum menjadi pihak dari berbagai instrumen-instrumen hukum internasional yang tercantum di atas, atau bila Negara anda telah menandatangani namun belum meratifikasi beberapa di antaranya, anda dapat: Mencari tahu apakah ratifikasi/aksesinya sedang dalam proses pertimbangan Menyampaikan pertanyaan tertulis atau lisan kepada Pemerintah anda untuk menentukan alasan pemerintah belum melakukan ratifikasi atau aksesi; Mempertimbangkan penggunaan hak anda untuk memperkenalkan draft undang-undang dari inisiatif anggota tentang hal tersebut; Mendorong diadakannya debat parlemen mengenai hal tersebut; Melakukan mobilisasi pendapat publik Informasi praktis mengenai bagaimana meratifikasi atau melakukan aksesi konvensi internasional dapat ditemukan dalam buku mengenai perjanjian (Treaty Book) yang dibuat oleh UN Treaty Section of the Office of Legal Affairs, yang dapat diperoleh melaui perwakilan tetap negara anda di New York, dan di website Treaty Section of the Office of Legal Affairs, yakni 18

19 Reservasi atau pernyataan kesepahaman Bila Pemerintah negara anda berniat untuk meratifikasi atau telah meratifikasi dengan reservasi atau deklarasi kesepahaman yang membatasi cakupan instrumen hukum, anda dapat: Menentukan atau menelaah ulang validitas reservasi yang disarankan; Mendorong suatu debat parlemen tentang reservasi tersebut Melakukan mobilisasi pendapat publik untuk mendorong Pemerintah guna meratifikasi atau melakukan aksesi tanpa reservasi atau deklarasi kesepahaman apapun ; Standar dan Perundang-undangan Nasional Ada sejumlah cara untuk memasukkan standar-standar perlindungan ke dalam hukum nasional. Konstitusi di berbagai negara menetapkan bahwa perjanjian-perjanjian yang diratifikasi secara semestinya atau perjanjian-perjanjian dalam kategori tertentu atau perjanjian-perjanjian khusus secara otomatis menjadi bagian dari hukum nasional. Dalam konstitusi lainnya, diperlukan perundang-undangan baru atau revisi perundang-undangan yang ada. Menjamin kelestarian prinsip-prinsip perlindungan anak dalam Konstitusi Prinsip-prinsip perlindungan anak dapat diakomodasikan dalam standar hukum nasional dengan memasukkannya (enshrine) dalam konstitusi sebuah negara. Konstitusi atau undang-undang dasar suatu negara merupakan pewujudan dari prinsip-prinsip dan hukum yang mengatur masyarakat dan mengandung bab-bab yang fundamental yang menentukan bentuk pemerintahan dan menggariskan prinsip-prinsip umum kontrak sosial sebuah negara. Konstitusi berfungsi sebagai kerangka kerja bagi perundang-undangan lainnya. Oleh karena itu, memasukkan (enshrine) prinsip-prinsip perlindungan anak dalam konstitusi nasional atau Undang-undang dasar sebuah negara memberikan dasar bagi adanya perlindungan anak dan kewajiban pemerintah di negara tersebut. Prinsip-prinsip perlindungan anak dalam konstitusi: Kasus Afrika Selatan Pasal 28 Undang-undang Dasar Republik Afrika Selatan yang disahkan pada tahun 1996, berbunyi: Setiap anak memiliki hak: a. Atas sebuah nama dan kebangsaan sejak lahir; b. Atas perawatan orang tua atau keluarga, atau perawatan alternatif lain yang sesuai ketika anak dipindahkan dari lingkungan keluarganya; c. Dilindungi dari perlakuan salah, penelantaran, abuse, atau perendahan martabat d. Dilindungi dari praktek-praktek perburuhan yang eksploitatif; e. Tidak diminta atau diijinkan melaksanakan pekerjaan atau memberikan jasa yang: (i) tidak sesuai bagi seseorang yang anak-anak; atau (ii) membahayakan kesejahteraan, pendidikan, kesehatan jasmani dan rohaninya; atau perkembangan sosial, moral dan spiritualnya; f. tidak ditahan kecuali sebagai upaya terakhir, dalam hal mana, selain hak-hak anak yang dimiliki berdasarkan ayat 12 dan 35, anak dapat ditahan hanya untuk waktu yang sesingkatsingkatnya, dan memiliki hak untuk: 19

20 (i) ditempatkan secara terpisah dari tahanan dewasa yang berusia di atas 18 tahun; dan (ii) diperlakukan sedemikian rupa dan ditempatkan dalam kondisi yang mempertimbangkan usia anak; (g) mendapatkan penasehat hukum yang disediakan oleh negara, dan atas biaya negara, dalam proses pengadilan perdata yang berkenaan dengan anak tersebut, yang bila tidak diberikan, mengakibatkan terjadinya ketidakadilan; dan (h) tidak dimanfaatkan secara langsung dalam konflik bersenjata, dan dilindungi pada saat terjadinya konflik. Kepentingan Terbaik Anak Pasal 3 Konvensi Hak-hak Anak mempersyaratkan bahwa: Dalam semua tindakan yang berkenaan dengan anak, apakah dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial negara atau swasta, pengadilan, penguasa administratif atau badan-badan legislatif, kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. Ketentuan ini berlaku terhadap perlindungan anak yang berkenaan dengan hak-hak anak, dan menciptakan dua kewajiban bagi dewan perwakilan rakyat. Pertama, setiap mereka mengadopsi standar hukum yang diajukan oleh otoritas administratif atau pengadilan, mengenai hal-hal yang relevan dengan perlindungan anak, mereka harus menjamin bahwa standar semacam itu yang menunjukkan bahwa kepentingan terbaik anak harus menjadi pertimbangan pertama pembuat keputusan. Kedua, dewan perwakilan rakyat sendiri harus menjadikan kepentingan terbaik anak sebagai prioritas dalam membuat draft undang-undang seluruhnya. Legislasi Nasional untuk Perlindungan Anak Ketika prinsip prinsip perlindungan anak dimasukkan (enshrined enshrined) dalam konstitusi, langkah berikutnya adalah mengembangkan dan mengadopsi perundang-undangan nasional untuk memberlakukan perlindungan anak. Satu cara yang efektif untuk melakukan hal ini adalah dengan melakukan telaah/tinjauan ulang terhadap standar dan hukum nasional untuk melihat apakah standar dan hukum nasional itu sesuai dengan ketentuan-ketentuan protektif standar internasional dimana negara tersebut menjadi anggotanya. Proses review dan amandemen perundang-undangan sering memakan waktu bertahuntahaun, dan mungkin tidak selesai selama periode kekuasaan pemerintahan ketika proses tersebut dimulai. Oleh karena itu, melakukan pendekatan hukum secara non-partisan dipandang perlu, dengan partisipasi aktif dari anggota dewan yang mewakili spektrum partai politik yang seluas-luasnya, untuk menjamin bahwa proses akan tetap berjalan meskipun terjadi perubahan dalam pemerintahan. Reformasi hukum untuk perlindungan anak tidak hanya menjadi urusan para ahli hukum saja. Pendekatan antar-disiplin, yang melibatkan para ahli dan praktisi dari bidang-bidang sosial, medis, dan hukum yang terkait, bisa menghasilkan perundang-undangan yang lebih baik dibanding bila hanya mempertimbangkan perspektif hukum semata. 20

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin Bahan Bacaan: Modu 2 Pengertian Anak Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin A. Situasi-Situasi yang Mengancam Kehidupan Anak Sedikitnya

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK 2012, No.149 4 PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL 1 K-144 Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar-Standar Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar

Lebih terperinci

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan di Indonesia 1. Undang-Undang 2.1 Undang-Undang nomor 20 tahun 1999 Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA 1 K-88 Lembaga Pelayanan Penempatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi

Lebih terperinci

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 K-173 Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR THE ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR ( KONVENSI

Lebih terperinci

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta 1 K 181 - Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951 2 R-90 Rekomendasi Pengupahan Setara, 1951 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa anak yang merupakan tunas dan generasi

Lebih terperinci

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ANAK. Sebuah buku panduan bagi anggota dewan perwakilan rakyat

PERLINDUNGAN ANAK. Sebuah buku panduan bagi anggota dewan perwakilan rakyat PERLINDUNGAN ANAK Sebuah buku panduan bagi anggota dewan perwakilan rakyat Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Agus Riyanto, M.Ed. Editor: Agus Riyanto, M.Ed. Perlindungan Anak, sebuah panduan bagi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia 23 Oktober 2017 Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Setelah mengikuti siklus ketiga Tinjauan Periodik Universal (Universal Periodic Review - UPR) Indonesia, saya menyambut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM Mengapa Instrumen Internasional? Anak berhak atas perawatan dan bantuan khusus; Keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah

Lebih terperinci

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN, PELAYANAN DAN PEMULIHAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan atas Eksploitasi dan Tindak Kekerasan Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.149, 2012 PENGESAHAN. Protokol. Hak-Hak. Anak. Penjualan. Prostitusi. Pornografi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5330) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menetapkan konsep

Lebih terperinci

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1 R-197 Rekomendasi Mengenai Kerangka Promotional Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 1 K 122 - Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak Melindungi Hak-Hak Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan K o n v e n s i 1 9 5 4 t e n t a n g S t a t u s O r a n g - O r a n g T a n p a k e w a r g a n e g a r a a n SERUAN PRIBADI DARI KOMISIONER TINGGI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2000 (1/2000) TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 32 BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan Anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE AKSI DAERAH, PENETAPAN RENCANA AKSI DAERAH, DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, SALINAN BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA 1 K 138 - Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

HAK ANAK. Lembar Fakta No. 10 (Revisi 1) Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

HAK ANAK. Lembar Fakta No. 10 (Revisi 1) Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia HAK ANAK Lembar Fakta No. 10 (Revisi 1) Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia Konperensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia, menyambut ratifikasi dini Konvensi Hak Anak oleh sejumlah besar Negara. mendorong

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah KONVENSI HAK ANAK Mukadimah Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan atas martabat yang melekat

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa anak adalah amanah dan

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) Konvensi Hak Anak (KHA) Perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan Hak Anak Istilah yang perlu

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL 1 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REHABILITASI EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

Annex 5: Panduan Maastricht mengenai Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 5: Panduan Maastricht mengenai Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 5: Panduan Maastricht mengenai Pelanggaran Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya I. Signifikansi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya 1. Sejak Prinsip Limburg diadopsi pada tahun 1986, kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal

Lebih terperinci