PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI AL-IHSAN PAMULANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI AL-IHSAN PAMULANG"

Transkripsi

1 PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI AL-IHSAN PAMULANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) DISUSUN OLEH M. Dzikri Abdul Rohman NIM JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

2

3

4

5

6

7 ABSTRAK M. Dzikri Abdul Rohman ( ). Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MI Al-Ihsan PAMULANG. Skripsi program strata satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kegiatan budaya disiplin siswa di sekolah bambu apus PAMULANG. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kulaitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi. berbicara budaya disiplin sekolah, dimana sekolah adalah sebuah organisasi yang setiap anggotanya mempunyai tujuan yang di cita-citakan bersama, maka kita juga akan akan berbicara tentang pimpinan organisasi tersebut yakni kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkkan peran kepala sekolah sangat mempengaruhi prestasi belajar dan prilaku siswa. Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu kepala sekolah harus bisa menanamkan prilaku disiplin kepada peserta didik, karena disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin. Kepala sekolah di tuntut untuk kreatif dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan zaman. Kepala sekolah harus mengetahui budaya sekolah mereka, mampu membentuk budaya disiplin yang baik dan pada akhirnya tujuan yang di cita-citakan oleh sekolah dapat tercapai. Berdasarkan hasil penelitian ini menujukkan pengelolaan budaya disiplin di MI Al-Ihsan Pamulang Sudah bagus, namun masih terdapat kekurangan dari konisitensi dalam menegakkan peraturan. kepala sekolah harus lebih berani mengontrol setiap elemen yang ada di sekolah. supaya budaya disiplin di sekolah bisa meningkat dan kegiatan belajar mengajar bisa lebih efektif. Setiap siswa juga bisa merasakan kenyamanan dalam melaksanakan pembelajaran. Kata Kunci: Budaya Disiplin, peran kepala sekolah I

8 ABSTRACT M. Dzikri Abdul Rohman ( ). Role of School Principals in Improving Student Discipline in MI Al-Ihsan PAMULANG. Undergraduate thesis program (S-1), Education Management Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta This study aims to describe the disciplinary cultural activities of students at Bambu Apus School PAMULANG. This research is included in descriptive descriptive research, namely research that aims to reveal events or facts, and the circumstances that occur when the research takes place by presenting what actually happened. Data collection techniques through observation, interviews, questionnaires, and documentation studies. speaking of school discipline culture, where school is an organization that each member has a common goal, then we will also talk about the leadership of the organization, the principal. The results of the study show that the role of the principal greatly influences student achievement and behavior. Discipline is very important for students. Therefore the school principal must be able to instill discipline behavior in students, because the discipline will become a habit for students. People who are successful in their respective fields generally have high discipline. Conversely people who fail, generally not disciplined. The principal is required to be creative and adapt to the changing times. Principals must know their school culture, be able to form a good culture of discipline and ultimately the goals aspired by the school can be achieved. Based on the results of this study, the management of disciplinary culture in MI Al-Ihsan Pamulang is already good, but there are still shortcomings in the consistency in enforcing regulations. the principal must be more courageous in controlling every element in the school. so that a culture of discipline in schools can improve and teaching and learning activities can be more effective. Every student can also feel comfortable in carrying out learning. Keywords: Discipline Culture, the role of the principal II

9 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamiin Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani. Berkat ridho, hidayah, dan inayah-nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MI Al-Ihsan Pamulang. Shalawat dan salam tak lupa tak lupa penulis curahkan kepada junjungan ku, Baginda Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan skripsi ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebersar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan skripsi ini. Dengan rendah hati penulis mengucapkan terimah banyak khususnya kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA,Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uneversitas Islam Negeri Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy ari M.Pd, selaku ketua Jurusan Manajemen Pendidikan. Terima kasih atas pengarahannya dalam kuliah selama ini sehingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Dr. Jejen Musfah, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. Terima kasih telah memberikan saran dan nasehat dalam perkuliahan selama ini. 4. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih banyak atas meluangkan waktunya untuk bimbingan, mengarahkan, memberikan motivasi, nasihat, dan saran dalam bimbingan skripsi sehingga pengerjaan skripsi ini terselesaikan dengan lancar dalam pengerjaan skripsi ini. 5. Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd selaku dosen pembimbing II. Terima kasih banyak atas meluangkan waktunya untuk bimbingan, memberikan motivasi, nasihat, saran dan terutama memberikan ilmu-ilmu mendalam tentang arsip III

10 dalam bimbingan skripsi sehingga pengerjaan skripsi ini terselesaikan dengan lancar. 6. Seluruh dosen FITK khususnya dosen Manajemen Pendidikan. Terima kasih atas ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat, mendidik, memotivasi dan membimbing penulis semoga ilmu yang telah diberikan berguna kedepanya. 7. Bapak Ali Daud S.Pd selaku Kepala Sekolah MI Al-Ihsan Pamulang. Terima kasih atas diberi pelayanan secara baik dalam proses penelitian selama pengerjaan skripsi ini 8. Bapak Regista S.Pd sebagai informan penelitian di MI Al-Ihsan Pamulang. Terima kasih atas informasi yang telah diberikan sehingga pengerjaan skripsi dapat dikerjakan secara lancar. 9. Yang tercinta Bapa dan Mama yang telah mendukungku, menyemangati, memotivasi, mendoakan dan selalu ada untuk penulis dalam pengerjaan skripsi ini sehingga dapat dikerjakan dengan lancar. 10. adik tercinta, terima kasih atas dukungan dan doanya sehingga penulis mendapatkan semangat dan motivasi pada pengerjaan skripsi ini. 11. Sahabat terdekat yaitu fikri, ade, irul, masluh, titin, erlita, dan indah Terima kasih selalu memberi motivasi, menjadi tempat curhatan drama skripsi dan selalu memberikan semangat sesama pejuang skripsi. 12. Teman-teman Manajemen Pendidikan Terima kasih atas dukungan, dan doa nya selama ini, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. 13. Keluarga PMII Manajemen Pendidikan Cabang Ciputat yang telah memberikan dukungan dan semangat selama proses penulisan skripsi. 14. Untuk teman-teman dari PMII Cabang Ciputat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan memberi dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. 15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan doa dan dukungan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas semua jasa yang telah mereka berikan dan menjadikannya sebagai amal shaleh. Amin IV

11 Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Ciputat, September 2018 Penulis V

12 DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT... II KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... IX DAFTAR LAMPIRAN... X BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Peran kepemimpinan kepala sekolah... 9 a) kepemimpinan... 9 b) Kepala sekolah c) peran kepala sekolah VI

13 2. Meningkatkan kedisiplinan peserta didik a) Pengertian Disiplin b) Pentingnya Disiplin c) Disiplin Peserta Didik d) Disiplin dan tata tertib e) pembinaan Disiplin peserta didik f) Problematika hukuman g) Kode etik peserta didik h) Pengadilan peserta didik i) Hukuman Peserta didik B. Kerangka Pikir C. Hasil Penelitian yang Relevan BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Populasi dan sampel D. Teknik Pengumpulan Data Observasi Wawancara Metode Kuisioner (Angket) Studi Dokumentasi E. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN VII

14 A. Gambaran Umum MI AL-Ihsan PAMULANG Profil sekolah dan letak Geografis Sejarah berdirinya MI Al Ihsan Pamulang Visi, Misi MI Al_Ihsan PAMULANG B. Deskripsi dan Analisis Data Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Kedisiplinan Siswa faktor yang mempengaruhi belajar siswa di sekolah Kendala-kendala pembinaan C. Penyajian data Angket BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN VIII

15 DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Rincian Kegiatan Penelitian Tabel 3. 2 Pedoman Wawancara Tabel 3. 3 Pedoman Studi Dokumentasi Tabel 4. 1 Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang Tabel 4. 2 Kepala sekolah bersama guru memberikan sanksi kepada siswa yang tidak disiplin Tabel 4. 3 kepala sekolah senantiasa melakukan pengawasan Tabel 4. 4 kepala sekolah mampu menciptakan kondisi yang baik disekolah Tabel 4. 5 kepala sekolah bersama guru menindak siswa yang tidak disiplin Tabel 4. 6 kepala sekolah memberikan teladan yang baik bagi siswa Tabel 4. 7 kepala madrasah bersama guru menetapkan aturan tata tertib Tabel 4. 8 kepala sekolah menjalankan aturan secara adil kepada seluruh siswa. 81 Tabel 4. 9 kepala madrasah selalu melibatkan guru dan orang tua menyelesaikan persoalan siswa Tabel Rekapitulasi hasil data angket IX

16 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 - LEMBAR UJI REFERENSI LAMPIRAN 2 - SURAT BIMBINGAN SKRIPSI LAMPIRAN 3 - SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN LAMPIRAN 4 - SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN LAMPIRAN 5 - PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 6 - HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 7 - KEGIATAN BELAJAR DAN EKTRAKULIKULER LAMPIRAN 8 REKAP SISWA LAMPIRAN 9 ANGKET LAMPIRAN 10 HASIL ANGKET X

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh sebab itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan semata-mata hanya beruang lingkup pembangunan material atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, pabrik, dan lain-lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik justru sangat ditentukan oleh keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang secara bulat diartikan pembangunan manusia. 1 Pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang belum dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Melalui pendidikan manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar di wariskan melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-nilai kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup berdampingan dengan manusia lain. Upaya pendidikan melalui internalisasi nilai-nilai kemanusiaan menuntun untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 2 Adapun dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia 1 Umar Tirtarahardja dan S. L. La sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cpta, 2008) h Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2014). h.1 1

18 2 serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 3 Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan harus direncanakan dengan matang mulai dari kepala sekolah, guru, metode belajar, bahkan mengenai budaya kedidiplinan di lingkungan sekolah, agar terwujud suasana belajar dan mengajar yang aktif dan efektif. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam peningkatan mutu, perlu dikelola, diatur, ditata dan diberdayakan, agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Secara internal, Sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Sedangkan secara eksternal, sekolah memiliki dan berhubungan dengan isntansi lain baik secara vertikal maupun horizontal. Untuk tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, maka diperlukan kerjasama yang baik antara setiap personel yang terdapat disekolah, seperti kepala sekolah, guru, Tu, dan siswa. dan saling sinergi antara lingkungan Sekolah dan lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan harus senantiasa memperhatikan kedisiplinan anak dalam setiap kegiatan yang di selenggarakan khususnya dalam setiap proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara kepala Sekolah, guru, dan orang tua siswa dalam rangka menumbuhkan atau membina kedisiplinan pada siswa. Kepala sekolah merupakan satu komponen yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, yang memiliki tanggung jawab lebih dibandingkan dengan personel lainnya disekolah. Sekolah seperti diberikan tanggung jawab yang berlebih untuk memajukan pendidikan yang ia pimpin. Seperti diungkapkan supriadi (1998) bahwa Erat hubungannya antara mutu kepala Madrasah dengan berbagai kehidupan 3 Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015), h. 9

19 3 sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya prilaku nakal peserta didik. 4 Dalam proses pelaksanaan pendidikan tentunya ada berbagai komponen yang mampu untuk menunjang proses keberhasilan belajar mengajar. Keberhasilan tersebut sangat dititik beratkan kepada kepemimpinan kepala sekolah selaku direktur yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya layaknya seorang leader ship. Begitupun komponen lain, dalam hal ini guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang mampu untuk mengkomunikasikan berbagai kepentingan dan kebutuhan proses mengajar. Dengan perkataan lain, kepala sekolah harus mampu memberikan suatu pengaruh terhadap keyakinan peserta didiknya dalam pelaksanaan pendidikan, karena hakikat imam baru akan sempurna jika dinyatakan dengan amaliah yang nyata. Salah satu aspek penting yang dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu proses pengaplikasian ketaatan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan fungsi siswa selaku peserta didik di lingkungan sekolah. Hal ini sejalan dengan pengertian kedisiplinan bahwa Kedisiplinan siswa dalam belajar perlu diupayakan oleh kepala sekolah selaku pimpinan pendidikan di lingkungannya dan dibantu oleh guru selaku tenaga pengajar dan pendidik. Sekolah yang disiplin akan melahirkan kondisi yang baik, nyaman, tentram dan teratur. Istilah disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple yang artinya seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. 5 Disiplin pada dasarnya taat aturan pada ketentuan yang berlaku. Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan perintah atau 4 E. Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003) h Choirun Nisak Aulia, Peneneman Disiplin Pada Anak Usia Dini, Jurnal Pedagogia, Vol 2, 2013, h. 37

20 4 peraturan yang berlaku. Kemudian disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Dengan demikian dapat disimpulkan disiplin itu merupakan kesediaan atau ketaatan seseorang untuk mematuhi aturan, tata tertib, norma yang telah dibuat oleh pemimpin dan guru yang dilandasi oleh kesadaran dan kesediaan dalam diri setiap siswa. Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat belarti bagi kemajuan sekolah. Disekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, disekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda dari sekolah yang disiplin. Pelanggaranpelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk meperbaiki keadaan demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk menubahnya, terutama kepala sekolah yang sangat berperan sekali dalam mendisiplinkan siswa. Salah satu cara mengukur kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya adalah dalam mendisiplinkan siswa. Bahkan berhasil tidaknya suatu sekolah dalam persoalan disiplin sangat tergantung kepada kepala sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam lembaga pendidikan tersebut. Oleh karenanya, disiplin dapat digunakan sebagai barometernya dan kepala sekolah memiliki andil yang sangat besar dalam menjalankan dan melaksanakan setiap peraturan yang dibuat dengan sebaik-baiknya. Peran disiplin disuatu sekolah bertujuan agar semua siswa bersedia dengan rela memenuhi dan mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku tanpa ada paksaan. Kemudian, aturan tersebut diterapkan melalui guru-guru kepada siswa, apabila guru-guru mampu melaksanakan aturan yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah, seharusnya setiap siswa dapat mengendalikan diri dan memenuhi semua norma yang berlaku, maka hal ini dapat dijadikan sebagai modal untuk menentukan pencapaian dalam pencapaian tujuan.

21 5 Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Pamulang, telah menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai pemimpin. Tetapi masih kurang dalam hal kordinasi dengan para guru. Sehingga masih cukup tingginya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa. Jadi sudah sepatutnya kepala sekolah harus mempunyai kordinasi yang baik dengan guru, Untuk bisa meminimalisir setiap pelanggaranpelanggaran yang dilakukan oleh para siswa dan para guru juga harus mempunyai pendekatan yang baik pula dengan para murid, suapay guru memgetahui apa saja penyebab para siswa tersebut melanggaran peraturan. berdasarkan hasil pengamatan awal di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG ada beberapa masalah yang sering dilanggar oleh para siswa, Pelanggaran tersebut seperti: 1. Adanya siswa yang berkeliaran di luar sekolah pada jam pelajaran. 2. Masih adanya siswa yang tidak berpakaian rafi. 3. Masih adanya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah. 4. Masih adanya siswa yang menyerahkan tugas pribadinya melebihi waktu yang telah ditentukan. 5. Adanya siswa yang mengganggu temannya pada saat jam pelajaran. 6. Adanya siswa yang datang terlambat. Seperti kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini disiplin siswa mengalami beberapa penurunan. Penurunan disiplin pada para siswa ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor. Seperti masih terdapatnya guru yang tidak mencontohkan sikap disiplin disekolah, faktor keluarga, faktor lingkungan atau faktor pergaulan. Selain itu juga banyaknya media yang dengan mudah dijumpai atau dimiliki siswa dapat menjadi salah satu penyebab menurunnya disiplin pada siswa. Adanya internet selain mempunyai pengaruh posistif juga mempunyai pengaruh negative. Hal ini dapat terlihat dari antusias anak menggunakan internet sebagai sarana bermain dari pada untuk sarana belajar. Akibatnya disiplin belajar hilang

22 6 karena terlalu asyik menikmati internet dan kurangnya kesadaran dari dalam dirinya untuk mengontrol prilakunya. Berprilaku tidak Disiplin juga berpengaruh banyak terhadap menurunnya prestasi siswa. Selain faktor lingkungan disiplin juga biasanya mengalami penurunan karena faktor teman dekat, seperti karena kita terlalu menghargai teman sehingga sering menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama-sama, ketimbang belajar. Padahal keesokan harinya akan menghadapi ujian atau ada tugas sekolah yang harus dikerjakan. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan prestasi sekolah menurun, yang nantinya akan membuat guru, dan orang tua menjadi kecewa. Kelalaian atau ketidak disiplinan dalam menyimak dan mengulang pelajaran seringkali membuat kita mengambil jalan pintas, menyontek pada waktu ulangan. Padahal ini hanya akan memperkeruh keadaan, menimbulkan persoalan baru seperti sanksi dari guru atau semakin tidak mengertinya siswa terhadap suatu pembelajaran. Sehubungan dengan gejala diatas, penulis tertarik dan berkeinginan untuk mengetahui lebih lanjut dengan melakukan penelitian ilmiah yang berjudulkan Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam meningkatkan Mendisiplinkan Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang, ada beberapa permasalahan yang dapat diindentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya kordinasi antara kepala Madrasah dan guru dalam menerapkan peraturan. 2. Kurangnya pendekatan dari kepala Madrasah dan setiap guru terhadap prilaku para siswa. 3. Tidak adanya tindak lanjut dari setiap pelanggaran yang sudah dilakukan oleh setiap siswa. 4. Masih terdapatnya guru yang tidak mencontohkan sikap disiplin di dalam lingkungan Madrasah.

23 7 C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang dimaksudkan untuk menetapkan batasanbatasan dan permasalahan yang akan diteliti. Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah di atas yang diidentifikasi, maka dilakukan pembatasan masalah agar tercapainya tujuan penelitian secara tepat yakni: Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mendisiplinkan Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG. D. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang di hadapi oleh kepala Madrasah dalam meingkatkan kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah PAMULANG. 3. Mengetahui faktor pendukung peran kepala Madrasah dalam mendisiplinkan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG. 4. Mengetahui faktor penghambat peran kepala Madrasah dalam mendisiplinkan siswa di Madrasah Ibtidaiyah PAMULANG. 5. Memberikan Masukan sebagai pertimbangan manajemen Madrasahdalam menjaga kedisiplinan di Madrasah Ibtidaiyah PAMULANG. F. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

24 8 1. Bagi Madrasah, penelitian ini dapat memberikan sebuah ide atau gagasan dalam upaya meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang sering dilakukan oleh peserta didik. 2. Bagi kepala Madrasah, penelitian ini sebagai bahan informasi dalam menyelesaikan permasalahan mengenai disiplin disekolah terkhusus kedisiplinan siswa. 3. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan masukan untuk menambah wawasan yang profesional bagaimana cara menangani permasalahan-permasalahan yang sering dilakukan oleh para peserta didik di lingkungan sekolah. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang penanganan kedisiplinan di lingkungan mereka tinggal. 5. Bagi penulis lainnya, penelitian ini sebagai informasi baru yang berguna untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme dalam menangani permasalahan-permasalahan kedisiplinan di Madrasah.

25 BAB II KAJIAN TEORI A. Peran Kepemimpinan Kepala sekolah 1. Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan menuju suatu sasaran bersama. Karena itu kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 6 Kepemimpinan dalam organisasi merupakan suatu hal yang sangat menarik dibicarakan, baik berkaitan dengan peranan, fungsi, ataupun gaya kepemimpinan. Berbagai hal yang melekat dalam kepemimpinan berpengaruh pada aktivitas organisasi (baik organisasi Formal ataupun Nonformal, organisasi Profit ataupun organisasi nonprofit) untuk mencapai tujuan. organisasi Formal memiliki Struktur yang relatif permanen, seperti pembagian kerja, baik secara berjenjang (vertikal) maupun merata (horisontal). Organisasi nonformal memiliki struktural semi permanen, mudah berubah dan berkembang, sehingga dapat berbeda-beda antara jenis organisasi yang sama. Organisasi dengan berbagai bentuk (formal atau non-formal) memerlukan seorang pemimpin (leader). Seseorang yang mengemban tugas sebagai pemimpin dalam melakukan kegiatannya memerlukan kemampuan kepemimpinan (leadership). Menurut sejarah, masa kepemimpinan muncul pada abad 18, dengan beragam definisi atau pengertian yang dibuat. 7 Kepemimpinan menurut surat keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No.27 /KEP/1972 ialah kegiatan untuk 6 Sri Purwanti, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Dan Pegawai Di SMA Bakti Sejahtera Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur, Ejurnal Administrasi Negara, Vol 1, 2013, h Alben Ambarita, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 52 9

26 10 menyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Kepemimpinan menurut surat edaran Kepala Badan Administrasi kepegawaian Negara No.02/SE/1980 ialah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk menyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal. 8 Kepemimpinan adalah (cara atau teknik= gaya) yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. 9 Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspect of Modern Public Administration menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang. 10 Kepemimpinan adalah sebagai ciri-ciri, perilaku, pengaruh, pola interaksi, hubungan peran, dan aktivitas posisi Administratif. 11 Kepemimpinan merupakan suatu aktivitas seseorang dalam menjalankan tugas dan fungsinya, secara terintegrasi untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi, melalui proses sitematis dan melibatkan atau adanya dukungan orang lain yang bersifat mengikuti atau melaksanakan perintah, arahan, dorongan serta larangan kepada anggota organisasi Kepala Sekolah Kepala Sekolah terdiri dari Dua Kata Yaitu Kepala dan Sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan 8 Husaini Usman, manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). H Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi, (Bandung: ALFABETA,2008). h.5 10 Kartini kartono, pemimpin dan kepemimpinan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016) h Gary Yuki, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT Indeks, 2015). h.3 12 Akif Khilmiyah, kepemimpinan Transformasional Berkeadilan Gender: Konsep dan Implementasi di Madrasah, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2015). h. 6

27 11 sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses pembelajaran, atau tempat di mana interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima palajaran. 13 Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan tertentu seperti latar belakang, pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas. 14 Sebuah organisasi sudah barang tentu memiliki sejumlah komponen yang terintegrasi serta terpadu. Efisiensi dan efektivitas tiap komponen biasanya bersimbiosis bebas sesuai peran yang disyaratkan untuk suatu tujuan tertentu. Organisasi dalam lingkup pendidikan misalnya, senantiasa berhubungan bebas dengan pluralitas komponen untuk mewujudkan visi dan misi serta target lembaga pendidikan tersebut. Karenanya, kemajemukan komponen dalam melakukan transaksi education diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai totalitas kompetensi Peran kepala Sekolah Sekolah adalah sebuah lembaga yang bersifat kompleks dan unik, bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menetukan. Sedangkan sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah karakteristik tersendiri di mana terjadi proses belajar menagajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia. 13 Kompri, Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekola Tinjauan Politik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) h Kompri, op. cit., h. 1

28 12 Karena sifatnya komplek dan unik tersebutlah sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Peran kepala sekolah dalam mengerakan kehidupan sekolah untuk mencapai tujuannya adalah peran yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam rumusan tersebut. a. Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah. b. Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian pada staf dan siswa. Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat Kompleks dan unik, tugas dan fungsi kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedang dari sisi lain kepala sekolah dapat berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin (leader), sebagai pendidik (educator), sebagai supervisor dan kepala sekolah juga berperan sebagai staf. Sebagaimana dijelaskan pada poin 1 di atas, bahwa betapa luasnya makna dan rumusan pengertian kata pemimpin dan banykanya variabel berarti yang terkandung atau kepemimpinan tersebut memberikan indikasi betapa luasnya pula peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin organisasi sekolah yang bersifat kompleks dan unik. 16 a. Kepala sekolah sebagai pejabat Formal Menurut schermerhon yang dikutip oleh Qomari Anwar (2002;99) bahwa di dalam lingkungan organisasi kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk: 1) Kepemimpinan formal (formal leadership) yang biasanya dipilih melalui seleksi dengan persyaratan tertentu dan kriteria tertentu yang menjadi bahan pertimbangan yang harus diperhatikan betul seperti latar belakang, pengalaman, usia, 16 Ibid., h. 21

29 13 kepangkatan, pembinaan karier, masa jabatan atau golongan, integritas, kepribadian atau harga diri. 2) Kepemimpinan informal yang biasanya diakui karena seseorang memiliki kemampuan tertentu untuk membantu memecahkan berbagai persoalan yang muncul di tengah masyarakat. Jadi kepemimpinan formal terjadi, apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui seleksi. Sedangkan informal terjadi di mana kedudukan pemimpin dalam satu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul karena mempunyai pengaruh atau kecakapan di tengah-tengah organisasi. Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang lain tanpa disadari oleh pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melaui proses serta persyaratan-persayaratan tertentu seperti: Latar belakang pendidikan, penagalaman, usia pangkat, dan integritas. Oleh karena itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal sebab pengangkatannya melalui proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Don Hellriegel menjelaskan bahwa, ada tiga macam peran pemimpin dilihat dari otoritas dan status formal seorang pemimpin. Tiga macam peran seorang pemimpin tersebut yaitu: Interpersonal, Informasional, dan Decisional Rules. Ketiga peran tersebut apabila dikaitkan atau diintegrasikan kedalam status formal kepala sekolah secara singkat dapat di jelaskan sebagai berikut: 1) Peran hubungan antar perseorangan (Interpersonal roles) peran ini timbul akibat otoritas dari seorang manajer meliputi: a) Figurehead, belarti lambang. Dalam pengertian sebagai lembaga kepala sekolah mempunyai kedudukan yang selalu

30 14 melekat dengan sekolah. Kepala sekolah dianggap lambang sekolah. b) Kepemimpinan (leadership) peran sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehingga lahir kerja dan produktivitas yang tinggi. c) Penghubungan (leasion) dalam fungsi ini kepala sekolah berperan menjadi penghubungan antara kepentingan sekolah dengan lingkungan luar sekolah. 2) Peran Informasional (Informasional roles). Kepala sekolah berperan menerima dan menyebarluaskan atau meneruskan informasi kepada guru, staf, siswa dan orang tua siswa. Dalam fungsi informasional inilah kepala sekolah berperan sebagai pusat urat syaraf (nerve senter) sekolah. 3) Berbagai pengambilan keputusan (Desicional Roles). Ada empat macam peran kepala sekolah sebagai pengambil keputusan. Yaitu: a) Entrepreneur. Dalam peran ini kepala sekolah selalu berusaha untuk memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru. b) Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance Handler) gangguan yang timbul pada suatu sekolah tidak hanya diakibatkan kepala sekolah yang tidak memperhatikan situasi, tetapi bisa juga akibat kepala sekolah yang tidak mampu mengantisipasi semua akibat pengambilan keputusan yang telah diambil. c) Orang yang menyediakan segala sumber (a Resource Allokater). Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menetukan siapa memperoleh atau menerima sumbersumber yang telah disediakan. Sumber yang dimaksud

31 15 meliputi sumber daya manusia, dana peralatan dan berbagai kekayaan sekolah lainnya. d) A Negotiator Rules. Dalam fungsi ini kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar. Menjalin dan memenuhi kebutuhan baik untuk sekolah maupun dunia usaha. 17 b. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik. (Educator) Arti dari definisi pendidik dapat digali dari berbagai sumber di antaranya dalam kemampuan individu, kamus besar bahasa indonesia pendidik adalah orang yang mendidik. Sedangkan mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sehingga pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam rangka mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Salah satu fungsi selaku kepala sekolah adalah sebagai pendidik. Dan jika di hubungkan dengan definisi dari berbagai sumber di atas, peran kepala sekolah sebagai pendidik merupakan peran yang sangat berat dan sekaligus mulia. Wahjosumidjo menjelaskan, sebagai seorang pendidik seorang kepala sekolah harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai: 1) Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia. 2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan. 3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriyah. 17 Ibid., h. 22

32 16 4) Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Suatu hal yang harus diperhatikan oleh sikap kepala sekolah terhadap peranannya sebagai pendidik, mencakup dua hal pokok yaitu: sasaran atau kepada siapa prilaku sebagai pendidik itu diarahkan dan bagaimana peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan. Ada 3 tugas utama yang dilakukan oleh seorang pendidik yaitu: enlight, educate, empower. Ketiga hal utama itu akan melahirkan iman, ilmu, dan amal. Apa yang dilakukannya mencerahkan. Dia mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan mempunyai kekuatan yang tangguh untuk menaklukkan dirinya sendiri. Dia harus mampu memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Selain itu, kepala sekolah yang ideal adalah kepala sekolah yang memiliki sifat kenabian seperti sidiq, tabligh, amanah, dan fatonah. Dia mampu berbuat jujur, tidak pernah berdusta, mampu berkomunikasi dengan baik, bertanggung jawab, cerdas. Dia memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi dan pantang mengeluh. Dia merupakan simbol dari perjuangan seorang guru tangguh berhati cahaya. c. Kepala sekolah sebagai manajer Seorang manajer atau seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Keberadaan manajer suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karier-karier sumberdaya manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

33 17 Menurut stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi, yaitu bahwa para manajer: 1) Bekerja dengan, dan melalui orang lain. 2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan. 3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan. 4) Berpikir secara realistik dan konseptual. 5) Adalah juru penengah 6) Adalah seorang politisi 7) Adalah seorang diplomat, dan 8) Pengambil keputusan sulit. Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh stoner tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apa pun, termasuk kepala sekolah sehingga kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti para guru, staf, siswa, dan orang tua siswa, dana, sarana, serta suasana dan faktor lingkungan di mana sekolah itu berada. Hersey membedakan ketiga macam jenjang manajer, yaitu: top manager, middle manager, dan supervisory manager. Masingmasing jenjang manager memerlukan tiga keterampilan tersebut. Demikian pula peran kepala sekolah sebagai manager sangat memerlukan ketiga macam keterampilan tersebut. Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat melaksanakan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memahami dan mampu mewujudkannya kedalam tindakan atau perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga keterampilan tersebut:

34 18 1) Tehnical Skills a) Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus. b) Kemampuan untuk memamfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan bersifat khusus tersebut. 2) Human Skills a) Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja sama. b) Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap, dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku. c) Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif. d) Kemampuan menciptakan kerjasama efektif, kooperatif, praktis, dan diplomatis. e) Mampu berprilaku yang dapat diterima. 3) Conceptual Skills a) Kemampuan analisis. b) Kemampuan berpikir rasional. c) Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi. d) Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecendrungan. e) Mampu mengantisipasi perintah. f) Mampu menganalisis macam-macam kesempatan dan problem-problem sosial. d. Kepala sekolah sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya sebagai administrasi pendidikan.

35 19 Kepala sekolah sebagai administrator hendaknya mampu mengaplikasikan fungsi-fungsi tersebut kedalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya. Menurut ngalim purwanto, fungsi yang harus dilaksanakan kepala sekolah selaku administrator yaitu: 1) Membuat perencanaan, salah satu fungsi utama dan pertama yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah adalah membuat dan penyusun perencanaan. Paling tidak setiap kepala sekolah harus membuat rencana tahunan. Setiap tahun menjelang tahun ajaran baru, kepala sekolah hendaknya sudah siap menyusun rencana yang akan dilaksanakan untuk tahun ajaran berikutnya. 2) Menyusun organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan perlu menyusun organisasi sekolah yang dipimpinnya. Melaksanakan pembagian tugas, serta wewenagnya kepada guru-guru dan pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama. 3) Bertndak sebagai kordinator dan pengarah. Adanya kordinasi serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat antar bagian atau antar personel sekolah. 4) Melaksanaan pengelolaan kepegawaian, yang mencakup di dalamnya penerimaan dan penempatan guru dan pegawai sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi atau promosi guru dan pegawai sekolah. Semuanya yang telah dibicarakan diatas memerlukan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan bijaksana disertai pengawasan dan pembinaan yang tepat dan berkelanjutan. e. Kepala sekolah sebagai supervisor Supervisi adalah salah satu tugas pokok dalam administrasi pendidikan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para inspektur

36 20 maupun pengawas saja melainkan juga tugas pekerjaan kepala sekolah terhadap pegawai-pegawai sekolahnya 18, seperti yang dikemukakan oleh ngalim purwanto, bahwa yang termasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, pemilik sekolah, dan para pengawas di tingkat kabupaten/kota madya serta staf kantor bidang yang ada di tiap provinsi. Oleh karena itu, salah satu fungsi kepemimpinan kepala sekolah adalah fungsi supervisor terhadap guru-guru dan pegawai lainnya. Kegiatan pengawasan kepala sekolah dalam keseluruhan proses pendidikan merupakan bagian yang integral terhadap keseluruhan proses kegiatan pendidikan lainnya, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat tercapai dengan efektif dan efisien melalui kegiatan guru-guru sebagai para pelaksananya. Tugas dan kewajiban kepala sekolah di samping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerja sama secara harmonis dengan guru-guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Ia berkewajiban membangkitkan semangat staf dan guru-guru, pegawai dan siswanya, mengembangkan kurikulum sekolah, memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawainya, merumuskan rencana sekolah dan tahun bagaimana melaksanakannya. Tugas-tugas kepala sekolah seperti itu adalah bagian dari fungsi-fungsi supervisi (pengawasan) yang menjadi kewajibannya sebagai pemimpin sekolah. Dalam penerapannya di lapangan secara umum kegiatan pengawasan kepala sekolah tersebut meliputi kegiatan meneliti, menilai, memperbaiki, membina dan bekerja sama dengan guruguru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu pada hakikatnya, tujuan pengawasan kepala sekolah ini adalah untuk membina dan membimbing guru-guru dalam 18 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 84

37 21 memperbaiki dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang optimal sehingga mendukung tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kurukulum. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan pengawasan kepala sekolah bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki kesalahan atau penyimpangan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru-guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajar. Proses pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa karakteristik: 1) Pelaksanaan pengawasan disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. 2) Pelaksanaan pengawasan diarahkan kepada menemukan faktafakta tentang bagaimana tugas-tugas yang dijalankan. 3) Pelaksanaan pengawasan mengacu kepada tindakan perbaikan. 4) Pelaksanaan pengawasan harus bersifat fleksibel. 5) Pelaksanaan pengawasan harus dapat dipahami. f. Kepala sekolah sebagai pemimpin (Leader) Kata memimpin mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan didepan. Sebagaimana telah dijelaskan juga sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh atau kiat memengaruhi orang lain sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah selaku seorang pemimpin harus mampu memengaruhi, membujuk dan menyakinkan para bawahannya yaitu guru-guru dan karyawan agar mereka dengan penuh kemauan serta sesuai dengan kemampuan secara maksimal berusaha mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah merupakan contoh teladan dalam setiap perilaku bagi semua bawahan dalam lingkungannya.

38 22 g. Kepala sekolah sebagai Staf Di samping peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal yang mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dan memberikan instruksi atau perintah, kepala sekolah juga berperan sebagai staf. Karena keberadaan kepala sekolah dalam organisasi yang lebih luas atau di luar sekolah berada di bawah kepemimpinan pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung yang berperan sebagai atasan kepala sekolah. Oleh sebab itu, sebagai bawahan, seorang kepala sekolah juga melakukan tugas sebagai staf, artinya seorang yang bertugas membantu atasan dalam proses pengelolaan organisasi. Pengertian membantu atasan, mengandung arti memberikan saran, pendapat, pertimbangan serta nasihat dalam merencanakan, dan mengendalikan kegiatan, pengambilan keputusan dan kegiatan manajemen lain, memecahkan masalah yang dihadapi, mengordinasikan kegiatan oprasional dan melakukan penilaian. 19 Agar tugas-tugas kepala sekolah sebagai staf dalam membantu atasan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka kepala sekolah selalu: 1) Melihat, memperhatikan dan mencari cara-cara baru untuk maju. 2) Memberikan informasi yang dipelukan tentang sebab-sebab dan akibat suatu tindakan. 3) Memiliki perasaan prioritas, cara berpikir tepat waktu, strategisc, perspektif dan pertimbangan-pertimbangan yang lain. 4) Menyadari kedudukannya sebagai pemikir (Brainpower), dari pemimpin bukan sebagai pengambil keputusan dan pemberi perintah. 19 Kompri, op.cit., h

39 23 B. Kedisiplinan peserta didik 1. Pengertian Disiplin Disiplin punya makna dan konotasi tersendiri yang berbeda- beda. Ada yang mengartikan disiplin sebagai hukuman, pengawasan, kepatuhan, latihan, kemampuan tingkah laku. 20 Tim kelompok kerja gerakan disiplin nasional 1995, merumuskan pengertian disiplin sebagai berikut: disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan keyakinan bahwa bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. 21 Pada sisi lain, menurut Martsiswati dan suryono menjelaskan bahwa disiplin merupakan suatu ketaatan terhadap peraturan yang telah disepakati bersama, sehingga disiplin perlu untuk diajarkan sedini mungkin kepada siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Dengan memiliki perilaku disiplin, siswa akan lebih mudah dalam memecahkan masalahyang dihadapi dihidupnya dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga, siswa yang memiliki perilaku disiplin diharapkan dapat membentuk pribadi dan sosial yang baik. 22 Rumusan tersebut menekankan disiplin sebagai alat dan sarana untuk membentuk, mengendalikan dan menciptakan pola perilaku seseorang sebagai peribadi yang berada dalam satu lingkungan atau kelompok tertentu. Disiplin muncul terutama karena adanyakesadaran 20 Piet sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di sekolah, (Surabaya: Usana Offset, 1994), cet 01, h Siti Haryuni, Penerapan Bimbingan Konseling Pendidikan Dalam Membentuk Kedisiplinan Layanan Bimbingan Pengembangan Diri, Jurnal Edukasia, vol. 8, 2013, h Jihan, Hariyono, dan M. Ramli, Bentuk Pola Asuh Demokratis Dalam Kedisiplinan Siswa SD, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, 2016, h. 669

40 24 batin dan iman kepercayaan bahwa yang dilakukan itu baik dan bermanfaat bagi diri dan lingkungan. 23 Sedangkan Ibnu Suwandi dan Anno D. sanjari menjelaskan secara rinci mengenai pengertian disiplin sebagai berikut: a. Latihan yang memperkuat Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya. Latihanlatihan dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat pada penanaman disiplin dikalangan Angkatan Bersenjata. Ibadah puasa dapat di golongkan sebagai suatu latihan dalam arti peneneman disiplin yang tujuannya untuk mempertinggi daya kendali diri. b. Koreksi dan sanksi Arti disiplin dalam kaitannya dengan koreksi dan snksi terutama di perlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan snksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama. c. Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan Orang-orang yang disiplin adalah orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya. Demikian ketertiban masyarakat, pembinaan disiplin harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan teknologi dan tingkat perkembangan masyarakat perpaduan antara ketertiban dan keteraturan menghasilkan suatu aturan tata laku. d. Sistem aturan dan tata laku 23 Siti Haryuni, loc. Cit.

41 25 Setiap kelompok manusia (masyarakat) atau bangsa selalu terikat pada berbagai peraturan yang mengatur hubungan sesama anggotanya maupun masyrakat, bangsa atau negara. Jika ingin masyarakat atau bangsa iitu disebut disiplin, dalam setiap peraturan harus melihat perkembangan teknologi dan perkembangan masyarakat. Karena disiplin tidak dapat ditanamkan dalam wkatu yang singkat, karena pembinaan generasi yang dimulai dari lingkungan keluarga khusunya pada masa anakanak adalah masa yang paling peka bagi pembentukan watak manusia. Berdasarkan prinsip ini maka pembinaan disiplin melalui pemanfaatan lembaga formal maupun non formal sangat penting artinya Pentingnya Disiplin Perilaku negatif sebagian remaja, pelajar, dan peserta didik pada akhir-akhir ini telah melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral agama, kriminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikatakan wajar, jika prilaku itu dilakukan dalam rangka mencari identitas diri, serta tidak membawa akibat yang membahayakan kehidupan orang lain dan masyarakat. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan, berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin diri (self-discipline). Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membantu peserta didik mengembangkan pola prilaku untuk dirinya. b. Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya. 24 M. Yusuf, Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran Melalui Etos Kerja Mandiri Guru SMK Negeri 1 Bireuen. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 25, 2016, h. 172

42 26 c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disilin. 25 Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menanamkan kedisiplinan, seperti kedisiplinan saat belajar mengajar. Karena disiplin belajar merupakan salah satu faktor pendukung proses belajar mengajar dengan baik. Sardiman menegaskan bahwa disiplin dalam pendidikan sangat diperlukan untuk menjaga suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar serta menciptakan pribadi yang kuat bagi peserta didik. Disiplin dapat mengajarkan anak untuk melakukan yang baik dan benar serta menghindari perbuatan yang tidak baik sehingga dapat menjadi investasi atau berdampak seumur hidup. 26 Winataputra menjelaskan bahwa disiplin itu perlu di ajarkan kepada siswa dengan alasan sebagai berikut: a. Disiplin perlu diajarkan serta di pelajari dan dihayati oleh siswa. Agar siswa mampu mendisiplinkan dirinya sendiri dan mampu mengendalikan diri sendiri tanpa di control guru. b. Disiplin sebagai mana diakui oleh pakar sejak dahulu, merupakan titik pusat dari tingkat ketercapaiannya dalam menerapkan disiplin yang sempurna. c. Tingkat ketaatan siswa yang sangat tinggi terhadap aturan kelas lebih-lebih jika ketaatan itu tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksa, akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang kondusip, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa terpaku untuk belajar. 25 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2009) h Angelia Prasastha Widi nugraheni, Meningkatkan Disiplin Belajar Di Kelas Melalui Metode Reward Berjenjang Dan Konsekuensi Logis Jurnal Pendidikan Penabur, No 21, 2013, h.15

43 27 d. Kebiasaan untuk mentaati aturan dalam kelas akan memberi dampak lebih lanjut bagi kehidupan di dalam aturan yang ada dalam masyarakat Disiplin peserta didik Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus di tanamkan secara terus menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin. Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli yang memberikan pengertiam sesuai dengan sudut pandang mereka. Menurut The Liang Gie disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang. 28 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung. Adapun pengertian peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang 27 Mardia Bin Smith, Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Terhadap Disiplin Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara, jurnal Penelitian dan pendidikan, Vol 8, 2011, h Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 172

44 28 mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak boleh dibantah. Dengan demikian, guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh guru. Kedua, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah di longgarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive ini merupakan antitesa dari konsep otoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub ekstrim. Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive di atas Disiplin dan Tata tertib Disiplin merupakan bagian dari solusi yang mampu menjadikan norma-norma aturan dapat teraplikasikan secara benar dan tepat sasaran, sehingga proses pendidikan dan pengajaran di sekolah menjadi kondusif. Peran sekolah dalam membentuk disiplin siswa menjadi kebutuhan pokok bagi sekolah yang mendambakan kemajuan. Sekolah yang selalu menambakan kemajuan. Sekolah yang selalu menegakkan disiplin kepada siswanya maka akan mampu menjadi sekolah yang berkualitas. Tu u menjelaskan bahwa membudayakan disiplin dalam kehidupan sekolah pada siswa dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan siswa di luar sekolah. Disiplin yang baik dapat menghasilkan 29 Ali Imron, op. cit., h.173

45 29 kehidupan teratur, sebab disiplin dapat mengatur perilaku dan menjadi unsur yang fundamental tersebut akan berpengaruh pada kemajuan pembangunan, martabat dan mengantarkan pada kesejahteraan bangsa. Menurut Tu u alasan yang menjadi dasar pentingnya disiplin dalam kegiatan disekolah adalah sebagai berikut: Pertama, disiplin yang muncul karena kedaran diri, maka siswa akan berhasil dalam belajarnya, sebaliknya siswa yang seringkali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat oleh optimalisasi potensi dan prestasinya. Kedua, tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ketiga, disiplin merupakan cara bagi siswa untuk belajar. Disiplin disekolah sangat penting untuk mendidik siswa berprilaku sesuai dengan norma yang telah ditentukan. Disiplin siswa disekolah merupakan cerminan langsung dari kepatuhan siswa dalam melakukan peraturan yang ada di sekolah. Kepatuhan siswa dalam menjalankan segala peraturan yang berlaku dapat mendukung terciptanya kondisi belajar mengajar yang nyaman, efektif dan berguna sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Pembentukan disiplin siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, dan kondisi sekolah. Guru memiliki peranan penting untuk pembentukan disiplin siswa. Hal ini karena guru memiliki kewajiban untuk mendidik, mengajar dan membimbing siswa untuk berprilaku yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang ada dimasyarakat. Guru diharapkan mampu membentuk pribadi siswa yang berbudi luhur dan meningkatkan disiplin siswa di sekolah. Dengan membiasakan siswa bersiakap disiplin suasana sekolah akan menjadi teratur dan tertib sehingga nantinya diharapkan apabila siswa sudah terbiasa bersikap disiplin maka ini akan mewujudkan perubahan yang lebih baik kedepannya. Pembentukan disiplin siswa dapat dilakukan melalui aktifitas intrakulikuler, kokulikuler maupun ekstrakulikuler. Pembentukan

46 30 disiplin melalui intrakulikuler dapat dilakukan melalui pengintegrasian terhadap mata pelajaran dan tata tertib. 30 Pada hakikatnya tat tertib sekolah baik yang berupa umum maupun khusus meliputi tiga unsur: a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan dilarang. b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar peraturan. c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan atau subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut. 31 Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus di patuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaannya tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika kepala sekolah, guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan disekolah. Peraturan sekolah adalah berupa tata tertib, di dalamnya terdapat kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat dilingkungan sekolah. Dari pengertian diatas Dapat dipahami bahwa tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Penegakan tata tertib di sekolah sangat penting dilakukan. Hal ini dikarenakan dengan melakukan implementasi tata tertib di sekolah dapat mengurangi tindakan-tindakan negatif dari siswa seperti terlambat datang sekolah atau kebiasaan membolos. Dengan 30 Dewi & Totok, Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk Disiplin Siswa di SMP NEGERI 28 Surabaya, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 2, 2014, h Leli Siti Hadianti, Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol 02, 2008, h. 3

47 31 melakukan penegakan disiplin yang ketat melalui implementasi tata tertib dapat menjadikan siswa untuk terbiasa bersikapp disiplin sehingga pelanggaran-pelanggaran di sekolah dapat dikurangi. Oleh karena itu, sekolah harus menjalankan tata tertib dengan konsisten baik guru maupun siswa sehingga mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa. 32 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tata tertib sekolah: a. Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menetukan perkembangan pendidikan seseorang., dan tentu saja merupakan faktor peratama dan utama pula dalam menentukan belajar seseorang. b. Faktor lingkungan sekolah Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat mulai dari ttk hingga perguruan tinggi. c. Faktor lingkungan masyarakat 1) Kegiatan siswa dala masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur waktu. 2) Teman bergaul. Pengaruh ini siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya. Dari pada yang kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan teman teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka begadang, pecandu rokok, dan sebagainya maka berpengaruh sifat buruknya. 32 Dewi & Totok, op. cit h. 344

48 32 3) Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak terpelajar, pejudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada di lingkungan itu Pembinaan disiplin peserta didik. Seorang kepala sekolah, para guru, dan tenaga fungsional yang lain, menyadari bahwa titik pusat tujuan sekolah adalah menyediakan program pendidikan yang direncanakan untuk memenuhi kebutuahan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pribadi dan kebutuhan masyarakat serta kepentingan individu siswa. Para siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, oleh sebab itu para siswa harus dilibatkan secara aktif dan tepat, tidak hanya di dalam proses belajar mengajar, melainkan juga dalam kegiatan sekolah. Langkah tepat harus diambil kepala sekolah dan para guru harus mengembangkan pengertian yang lebih besar dari dan memahami isi hati para siswa, untuk melibatkan para siswa secara aktif di dalam berbagai keputusan. Wahana yang paling tepat untuk melibatkan para siswa tersebut adalah kegiatan-kegiatan di luar kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler. Tanggung jawab legal kepada kepala sekoah dalam hal ini mengadakan pengendalian kehadiran para siswa, penerapan disiplin, kebebasan mengemukakan pendapat dan menghormati proses hak-hak seluruh siswa secara tepat. 34 Pembinaan disiplin peserta didik, kita dapat menganalisis: 2007), h Leli Siti Hadianti op. cit h Wahyusumidyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

49 33 a. Disiplin Kelas Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami frustasi kecemasan. Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan disiplin kelas yang baik. Kelas dinyatakan disiplin apabila setiap siswanya patuh pada aturan main/ tata tertib yang ada, sehingga dapat terlibat secara optimal dalam kegiatan belajar. Kelas yang disiplin tidak sama dengan kelas yang tenang. Penanggulangan pelanggaran disiplin dapat dilakukan dengan: 1) Pengenalan siswa 2) Tindakan korektif yang meliputi: a) Lakukan tindakan dan bukan ceramah. b) Do not bargain. c) Gunakan kontrol kerja. d) Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas 3) Tindakan penyembuhan b. Tahapan untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik dalam kelas Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas, yaitu sebagai berikut. 1) Perencanaan Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar. Jauh sebelum siswa datang, guru harus mencoba meramalkan organisasi apa yang diperlukan dan menentukan bagaimana merespons masalah yang tak terelakkan.

50 34 2) Mengajar Siswa Bagaimana mengikuti Aturan Pekerjaan ini harus dimulai dari hari pertama masuk kelas. Hasil dari penelitian yang kita bahas dalam bab ini menujukkan bahwa beberapa minggu pertama dalam kelas adalah masa kritis dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru harus mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian. 3) Merespon Secara tepat dan Kontruktif Ketika Masalah Timbul (seperti yang selalu guru lakukan). Contoh, apa yang akan kita lakukan ketika siswa menantang kita terbuka dimuka kelas; ketika seorang siswa menanyakan kita bagaimana menyelesaikan masalah yang sulit; ketika kita menangkap seorang siswa yang mencontek, ketika seorang siswa hilang, dan tidak mau berpartisipasi. c. Fungsi dan Tujuan pembinaan peserta didik Adapun secara khusus, pembinaan kesiswaan dotujukan untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik (siswa) melalui penyelenggaraan program bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan, agar peserta didik dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan di bawah ini: 1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa Bentuk kegiatannya antara lain: a) Pelaksanaan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. b) Kegiatan-kegiatan keagamaan. c) Peringatan hari-hari besar keagamaan. d) Perbuatan amaliah. e) Bersikap toleran terhadap penganut agama lain.

51 35 f) Kegiatan seni bernapaskan keagamaan. g) Lomba yang bersifat keagamaan. 2) Kepribadian utuh dan budi pekerti yang luhur. Kegiatannya dalam bentuk pelaksanaan: a) Tata tertib sekolah b) Tata krama dalam kehidupan sekolah. c) Sikap hormat kepada guru, orang tua, sesama siswa, dan lingkungan masyarakat. 3) Kepemimpinan. Kegiatan kepemimpinan antara lain siswa dapat berperan aktif dalam Osis, kelompok belajar, kelompok ilmiah, latihan dasar kepemimpinan, forum diskusi, dan sebagainya. 4) Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan. Dalam hal ini bentuk kegiatannya, antara lain: a) Keterampilan menciptakan suatu barang menjadi lebih berguna b) Kreativitas dan keterampilan di bidang elektronika, pertanian/perkebunan, pertukangan kayu atau batu, dan tata laksana rumah tangga (PKK). c) Kerajinan dan keterampilan tangan. d) Koperasi sekolah dan unit produksi. e) Praktek kerja nyata. f) Keterampilan baca-tulis. 5) Kualitas jasmani dan kesehatan. Kegiatannya dapat dalam bentuk: a) Berprilaku sehat di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. b) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) c) Kantin sekolah. d) Kesehatan mental. e) Palang merah remaja (PMR).

52 36 f) Pembiasaan 5 K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan.) 6) Seni-Budaya. Kegiatannya dapat dalam bentuk: a) Wawasan keterampilan siswa di bidang seni suara, tari, rupa, musik, drama, fotografi, sastra, dan pertunjukkan. b) Penyelenggaraan sanggar seni. c) Pementasan/pameran berbagai cabang seni. d) Pengenalan dan apresiasi seni-budaya bangsa 7) Pendidikan pendahuluan bela negara dan wawasan kebangsaan. Bentuk kegiatannya antara lain: a) Upacara bendera. b) Bakti sosial/masyarakat. c) Pertukaran pelajar. d) Baris-berbaris. e) Peringatan hari besar bersejarah bangsa. f) Pelestarian lingkungan. 35 d. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin Penanggulanagan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehati-hatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara penanggulanagan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik. Di samping itu juga harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau emosional. Namun demikian perlu disadari benar bahwa disiplin kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor 35 Badruddin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT INDEKS, 2014). H. 53

53 37 lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru juga perlu menjalin kerja sama dengan orang tua siswa, agar kebiasaan dsiplin di sekolah yang henadak dipelihara itu semakin tumbuh sumbur. Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas, yaitu: 1) Teknik Inner Control Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini menumbuhkan kepekaan/penyadaran akan tata tertib dari pada akhirnya disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self dicipline). Dengan kata lain peserta didik di harapkan dapat mengendalikan dirinya sendiri. 2) Teknik External Control Teknik external contol yaitu mengendalikan diri dari luar berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengaeasan (yang kadang perlu di perketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran). 3) Teknik Cooperative Control Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerja sama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas kearah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan. Dimana guru dengan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran tata tertib. Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembinaan disiplin kelas adalah perbedaan-perbedaan individual peserta didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri (intropeksi diri) dan pengendalian dirinya (Self control). Karena itu teknik cooperative control sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik inner control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).

54 38 e. Membentuk Disiplin Sekolah Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan situasi sekolah. Jika situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut disiplin. Kepala sekolah memegang peran penting dalam membentuk disiplin sekolah, mulai dari merancang, melaksanakan dan menjaganya. 1) Bagaimana cara merancang kedisiplinan sekolah? a) Penyusun rancangan harus melibatkan guru, staf administrasi, wakil siswa, dan wakil orangtua siswa. Dengan ikut menyusun, diharapkan mereka merasa bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya. b) Rancangan harus sesuai dengan misi dan tujuan sekolah. Artinya, disiplin yang dirancang harus dijabarkan dari tujuan sekolah. c) Rancangan harus singkat dan jelas, sehingga mudah dipahami. Jika rancangan cukup panjang perlu dibuat rangkumannya. d) Rancangan harus memuat secara jelas daftar prilaku yang dilarang beserta sanksinya. Sanksi yang diterapkan harus yang bersifat mendidik dan telah disepakati oleh siswa, guru, dan wakil orangtua siswa. e) Peraturan yang telah disepakati bersama harus disebarluaskan, misalnya melalui rapat, surat pemberitahuan, dan majalah sekolah sehingga semua pihak terkait memahaminya. Jika perlu dilakukan kampanye untuk itu,

55 39 f) Kegiatan yang terkait dengan aktifitas siswa, harus diarahkan dalam pembentukan disiplin sekolah. 2) Jika rencana sudah jadi, bagaimana agar dapat terlaksana dengan baik? Peraturan dapat terlaksana dengan baik, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. a) Memasyarakatkan peraturan tersebut, sehingga mendapat dukungan berbagai pihak. b) Yakinkan guru, siswa dan orangtua bahwa peraturan tersebut dapat menumbuhkan kedisiplinan warga sekolah. c) Berilah kepercayaan kepada guru, staf administrasi untuk melaksanakan kedisiplinan sehari-hari. d) Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan antara lain dengan mengunjungi kelas. e) Menjadi teladan, dengan berprilaku disiplin sesuai dengan peraturan, di setiap tempat dan setiap waktu. f) Segera atasi jika ada pelanggaran, dengan menetapkan sanksi secara konsisten. Dorong guru untuk memberi peringatan jika tampak ada gejala penyimpangan dari siswa. g) Secara periodik dilakukan peninjauan kembali, untuk mengetahui apakah peraturan tersebut masih cocok atau perlu penyempurnaan. 3) Apakah masih ada catatan di samping langkah-langkah tersebut? Di samping langkah-langkah diatas, masih ada strategi yang perlu dijalankan yaitu: a) Berilah penghargaan kepada guru, karyawan, dan siswa yang berprilaku disiplin, baik secara perorangan atau kelompok. Penghargaan dapat berupa piagam atau diumumkan dalam suatu acara tertentu atau yang lainnya.

56 40 b) Tumbuhkan lingkungan yang saling menghargai, sesuai dengan budaya setempat. Misalnya: jika memberi kritik, kritik pelakunya dan bukan orangnya, fokuskan pada kerjasama dan kompetisi yang sehat, dan hindari kata-kata dan hukuman fisik. c) Bangunlah rasa kepedulian, dan kebersamaan di sekolah, dengan menyakinkan semua pihak bahwa sekolah milik bersama, sehingga baik buruknya sekolah, termasuk disiplin, merupakan tanggung jawab semua pihak. d) Ikut sertakan orangtua siswa, sehingga mereka dapat mendorong anaknya untuk berprilaku disiplin, baik disekolah maupun di rumah. Dengan keikutsertaan ini, orang tua tidak akan kaget jika ternyata anaknya mendapatkan sanksi dari sekolah. e) Ikut sertakan osis. Seringkali siswa lebih mudah menerima jika diingatkan oleh teman sendiri. Dengan melibatkan osis, diharapkan akan terjadi mekanisme saling mengingat antar siswa. f) Hindarkan sekolah dari ancaman pihak luar, agar siswa merasa aman disekolah. Untuk itu periksa situasi lingkungan sekolah dan temukan di mana kemungkinan terjadi gangguan. g) Siapkan prosedur yang harus ditempuh jika ada keadaan darurat dan bila perlu keadaan tersebut dilaporkan ke pihak yang berwajib. h) Buatlah daftar siswa yang bermasalah (peta siswa) agar mereka memperoleh pembinaan khusus. i) Lakukan evaluasi tentang pelaksanaan kedisiplinan melalui pertemuan warga sekolah Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 95

57 41 6. Problematika Hukuman Membahas tentang disiplin maka tidak dapat lepas dengan hukuman. Pada pokoknya segala hukuman diberikan karena ada kesalahan dan bertujuan agar siswa jangan berbuat salah lagi, dengan demikian mengandung nilai positif. Menghukum tidak sama dengan balas dendam atau bertindak sewenang-wenang. a. Macam hukuman 1) Hukuman badan. 2) Penahanan di kelas. 3) Menulis sekian kali. 4) Menghilangkan hak tertentu (tidak boleh ikut ulangan, pelajaran). 5) Lain-lain seperti tatapan mata, teguran, ancaman, dsb. Perlu diingat bahwa berdasarkan penelitian, pengaruh ganjaran atau reinforcement lebih kuat dari pada hukuman, karena itu sebaiknya guru lebih banyak memberi ganjaran atau reinforcement kepada siswa dari pada menghukumnya. Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang perlu, kendati pun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari ganjaran yang perlu diambil. Karena itu hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. 1) Hukuman di berikan secara hormat dan penuh pertimbangan. 2) Berikan kejelasan/ alasan mengapa hukuman diberikan. 3) Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional. 4) Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir kejadian. 5) Hindari hukuman yang bersifat badaniah atau fisik. 6) Jangan menghukum kelompok/ kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang.

58 42 7) Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman. 8) Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan. 9) Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah. 10) Jangan menggunakan standar hukuman ganda. 11) Jangan mendendam. 12) Konsisten dengan pemberian hukuman. 13) Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan. 14) Jangan memberi hukuman berdasarkan selera Kode Etik Peserta didik Kode etik (ethical code), adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu, yang berisi rumusan baik-buruk, boleh-jangan, terpuji-tidak terpuji, yang menjadi pedoman dalam suatu lingkungan tertentu. Kode etik juga berasal dari kata kode dan etik. Kode berarti simbol atau tanda, sedangkan etik adalah norma, nilai, kaidah, dan ukuran bagi tingkah laku manusia. 38 Kode etik peserta didik adalah aturan-aturan, norma-norma yang dikenakan kepada peserta didik, berisi tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan, tentang baik dan buruk, tentang benar dan tidak benar, layak dan tidak layak, aturan tersebut bisa dalam bentuk tulisan yaitu peraturan yang berlaku, dan bisa juga dengan tidak tertulis yang di dalamnya terdiri dari tradisi atau budaya yang harus ditaati dalam dunia pendidikan. a. Tujuan Kode Etik 1) Merupakan standar tingkah laku yang dijadikan sebagai pedoman bagi peserta didik di sekolah tertentu. Standar itu sendiri amat penting diterapkan di suatu sekolah karena peserta didik tidak homogen akan tetapi berasal dari berbagai latar belakang dan kultur yang berbeda. 37 Ibid 38 Ali Imron, op. cit., 163

59 43 2) Agar tercipta kesamaan bahasa, gerak dan langkah antara sekolah, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Kesamaan arah sangat penting agar semuanya seirama untuk menuju pada tujuan yang telah ditetapkan berkaitan dengan peserta didik. 3) Menjungjung tinggi citra peserta didik, karena dengan adanya ucapan, tingkah laku, perbuatan serta sikap yang pantas. Hal itu juga pada akhirnya akan meningkatkan citra lembaga pendidikan itu sendiri. 4) Menciptakan suatu aturan yang ditaati bersama, khususnya peserta didik demikian juga oleh seluruh civitas akademika. Hal itu untuk menjaga harkat dan martabat peserta didik secara keseluruhan. 5) Mengajarkan serta menerapkan aturan yang harus di taati, sehingga kita harus selalu menjaga kepentingan orang lain dengan tidak berprilaku yang sesuai aturan, serta mengajarkan bahwa ketika berprilaku kita harus memperhitungkan dan melakukan instropeksi diri apakah prilaku kita sudah sesuai dengan aturan atau tidak. b. Isi yang Terkandung pada Kode Etik 1) Pertimbangan dan atau rasionalitas mengapa kode etik tersebut harus diterapkan serta di taati. 2) Standar tingkahlaku yang layak ditampilkan oleh peserta didik, baik ketika ada disekolah, dilingkungan keluarga mauapun di lingkungan sekolah. 3) Kedisiplinan yang wajib diikuti oleh peserta didik, seperti kapan waktunya disekolah, kapan waktunya dirumah, kapan waktu belajar, waktu istirahat. 4) Pakaian yang seperti apa yang patut/ layak dipakai dilingkungan sekolah. 5) Apa saja yang wajib dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan lembaga pendidikan/sekolah.

60 44 6) Bagaimana hubungan peserta didik dengan guru, kepala sekolah, personalia lainnya, dengan teman (junior dan senior, orang tua, masyarakat pada umumnya, tamu yang datang ke sekolah dll. c. Proses penyusunan kode etik 1) Mengundang wakil-wakil peserta didik yang terdiri dari mereka yang duduk secara formal dalam struktur organisasi sekolah dan mereka yang menjadi tokoh non-formal. 2) Memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyusun kode etik peserta didik, dengan memberikan bahan serta arahan seperti pentingnya kode etik, tata cara penyusunan kode etik, isi yang terkandung dalam kode etik, serta kemungkinan sanksi bagi yang melanggar. 3) Sampaikan masukan-masukan pada konsep kode etik yang telah disusun, maksudnya masukan tersebut akan mereka utarakan, seakan memiliki dan bertanggung jawab terhadap kode etik tersebut. 4) Berikan kepada peserta didik untuk menjadi tim perumus kode etik, dan menawarkan kepada mereka apakah memerlukan pembimbing untuk mendampingi mereka merumuskan kembali konsep yang sudah mendapatkan banyak masukan. 5) Konsep akhir kode etik hendaknya di tandatangani oleh ketua tim perumus dan ditanda tangani oleh ketua OSIS yang selanjutnya diajukan kepada kepada kepala sekolah untuk mendapatkan pengesahan. 6) Ketika sudah sampai di tangan kepala sekolah kemudian di sahkan melalui surat keputusan (SK), maka sejak itu kode etik sah untuk diberlakukan dan ditaati, berlaku sampai batas waktu yang telah ditentukan. 7) Kode etik yang telah disahkan disosialisasikan kepada seluruh peserta didik, yang menjadi pedoman peserta didik dalam

61 45 berperilaku, dan tentu saja pelanggaran yang terjadi akan di kenakan sanksi tergantung dari kesepekatan yang ada Pengadilan peserta didik Pengadilan peserta didik (student court s) adalah suatu lembaga pengadilan yang ada disekolah yang bertugas mengadili peserta didik yang mempunyai kesalahan atau tidak mentaati peraturan yang ada. Jadi apabila ada anak yang telah melakukan kesalahan tidak langsung diberikan sanksi akan tetapi harus dilakukan persidangan di pengadilan. Dengan memakai asas praduga tidak bersalah, maka sebelum dijatuhkan vonis maka ia tidak dapat disebutkan bersalah akan tetapi hanya sebagai tersangka. Dimana dalam persidangan tersebut diperlukan: a. BAP yang bertugas untuk menulis berita acara pemeriksaan. b. Penuntut peserta didik. c. Hakim bagi peserta didik. d. Saksi. e. Pembela. f. Pemeriksa/hakim. g. Tersangka. Tugas dari pemeriksa adalah melakukan pemeriksaan terhadap kesalahan apasaja yang diperbuat oleh peserta didik, kemudian dicatat dalam BAP. Penuntut bertugas untuk melakukan tuntutan kepada peserta didik sesuai dengan BAP yang diterima. Dewan hakim bertugas untuk menentukan vonis yang harus dijatuhkan kepada peserta didik yang terbukti bersalah, berdasarkan masuka dari BAP, tuntutan penuntut umum, pembela dan keterangan saksi. Pembela bertugas untuk melakukan pembelaan terhadap peserta didik yang menjadi kliennya, sedangkan saksi bertugas untuk memberikan kesaksian berdasarkan apa yang ia lihat. 39 Eka Prihatin, op. cit., h. 100

62 46 Keputusan final yang telah di jatuhkan dapat dipertanyakan kembali oleh tersangka, apakah ia menerima putusan tersebut atau tidak, dan apabila peserta didik merasa keberatan dengan vonis tersebut maka ia berhak untuk mengajukan banding dala arti vonis tersebut di tinjau kembali. 9. Hukuman Peserta Didik Setelah vonis dijatuhkan kepada peserta didik, maka hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik siap direalisasikan, dimana realisasi ini sangat penting kerana vonis, hal itu akan menjatuhkan wibawa dari pengadilan peserta didik tersebut. Hukuman adalah suatu sanksi yang diterima oleh peserta didik sebagai akibat dari pelanggraran pada aturan-aturan yang telah ditentukan. Sanksi tersebut dapat berupa material maupun non material. Tujuan dari hukuman itu sendiri adalah sebagai alat pendidikan. Intinya hukuman itu sendiri harus berhasil mendidik peserta didik untuk tidak melakukan pelanggaran kembali, hukuman juga bisa menunjukkan bahwa kode etik yang dibuat itu sungguh-sungguh dijalankan sesuai dengan perencanaan semula. Langeveld yang dikutipdari buku Ali Imron memberika pedoman hukum sebagai berikut: a. Punitur, qunnia no peccatum yang artinya adalah dihukum karena memang peserta didik bersalah. b. Punitur no peccatum, artinya adalah agar peserta didik tidak lagi berbuat kesalahan. Ada beberapa macam hukuman, yaitu hukuman badan, penahanan dikelas, dan menghilangkan privalage, denda dan sanksi tertentu. Hukuman badan misalnya memukul, menjewer, menendang, mencubit, menyepak, push up, lari, di jemur di matahari dsb, hukuman demikian sebaiknya tidak dipergunakan karena hal itu terbukti tidak efektif untuk mengubah perilaku peserta didik, di samping itu

63 47 hukuman tersebut bisa menyeret seorang tenaga pendidik ke pengadilan keran peserta didik tidak terima perlakuan tersebut. Penahanan dikelas adalah jenis hukuman yang diterapkan kepada peserta didik atas pelanggaran yang dilakukan, akan tetapi hukuman kelas ini bisa efektif dan bisa juga tidak, dikatakan efektif manakala hukuman tersebut dikaitkan dengan beban pekerjaan yang bersifat mendidik seperti, mengerjakan soal, menyapu kelas, melakukan pekerjaan-pekerjaan di perpustakaan atau laboratorium. Yang dimaksud menghilangkan privalage adalah pencabutan hak-hak istimewa yang berada pada diri peserta didik, hal itu perlu dilakukan agar peserta didik mengetahui bahwa setiap keslahan tidak boleh diperbuat dan tidak boleh diulangi. Hukuman denda dikenakan kepada peserta didik sepanjang hal tersebut dalam batas kewajaran/kemampuan peserta didik. Dengan adanya denda diharapkan peserta didik tidak akan mengulangi kesalahannya, dan pembayaran denda tersebut harus diikuti dengan pemberian kwitansi/tanda terima. Sanksi lain yang dapat dilakukan adalah skors untuk beberapa hari bagi peserta didik yang melakukan pelanggaran, prosedur pemberian skorsing adalah di mulai dengan teguran, peringatan ringan, keras, lisan dan tertulis. Hukuman lain yang biasa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan menatap tajam siswa, memberikan teguran dengan tembusan kepada orang tua atau wali, penyampaian secara lisan maupun tulisan yang pasti hendaknya hukuman tersebut tidak di berlakukan dalam keadaan si penghukum sedang marah Ibid

64 48 C. Kerangka berfikir Input Proses Output Kondisi yang ada Strategi Harapan 1. Kurangnya kordinasi antara kepala sekolah dan guru dalam menerapkan peraturan 2. kurangnya pendekatan dari kepala sekolah dan guru terhadap prilaku siswa. 3. Tidak adanya tindak lanjut dari setiap hukuman atas pelanggaran yang sudah dilakukan oleh setiap siswa. 4. Masih terdapatnya guru yang tidak mencontohkan sikap disiplin di dalam lingkungan sekolah. Masalah Kurang optimalnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam proses mendisiplinkan siswa. a. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar. b. Menerapkan kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstra kulikuler. 1. Budaya disiplin yang baik akan meningkat kegiatan belajar dari setiap siswa. 2. Budaya disiplin akan mempengaruhi karakter dari setiap siswa agar lebih patuh terhadap peraturan yang ada lingkungannya. 3. Budaya disiplin dapat meminimalisir pelanggaranpelanggran yang dilakukan oleh para siswa. 4. Meningkatnya kedekatan dari kepala sekolah dan guru terhadap semua siswa. 5. Setiap siswa bisa mempalajari tentang kedisiplinan di luar kegiatan belajar mengajar.

65 49 D. Hasil Penelitian yang Relevan Selama ini penelitian yang mengkaji tentang kedisiplinan telah ada yang meneliti. Meningkatkan kedisiplinan melalui keteladanan pada murid Raudhatul At-fhal Az-zahra Kecamatan Kandis Kabupaten Siak oleh Sri Astuti. Kemudian penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahmad wafi tahun 2017 mengenai Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Disiplin Peserta Didik di Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan dengan hasil mengenai kedisiplinan belum berejalan efektif. Karena pihak sekolah beralasan bahwa masih ada saja peserta didik yang melanggar tata tertib peraturan. pelanggaran seperti datang terlambat ke sekolah, dan berpakaian tidak sesuai aturan masih terus menerus dilnaggar oleh peserta didik. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa penilitian di atas memberikan suatu gambaran bahwa kedisiplinan siswa di atas sudah disiplin akan tetapi perlu ditingkatkan, sedangkan penelitian penulis lakukan siswa belum disiplin maka, apa tindakan kepala sekolah dalam mendisiplinkan siswa serta faktor pendukung dan penghambat peran kepala sekolah mendisiplinkan siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Pamulang.

66 Juli Juni Mei April Maret Feb Jan Des Nov Oktober september BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Setelah mempertimbangkan beberapa hal, maka peneliti memilih MI Al-Ihsan Pamulang sebagai objek penelitian untuk penulisan skripsi ini. 2. Waktu Penelitian Tabel 3. 1 Rincian Kegiatan Penelitian Bulan Ket No Jenis Kegiatan 1 Observasi Pendahuluan 2 Bimbingan dengan Dosen Pembimbing 3 Pembuatan Instrumen Penelitian 4 Wanwancara dan Pengambilan Data Lapangan 50

67 51 5 Pengolahan dan Analisis Data B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (survey reseach), yaitu penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus), terhadap variabel-variabel yang diteliti. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini juga merupakan library Reseach (penelitian lapangan) karena peneliti mengadakan kajian dengan mencari dan membaca buku-buku untuk mendalami teori yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Selain itu skripsi ini juga merupakan Field Reseach (penelitian lapangan) karena peneliti mengadakan penelitian langsung ke MI Al-Ihsan Pamulang. Adapun Penelitian Ini bersifat Deskriptif analisis, yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang dimaksud. C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah 1 orang, dikarenakan populasinya sedikit dan tidak memungkinkan untuk mengambil sampel, tetapi sangat di perlukan sumber data yang bisa mendukung penelitian ini maka penulis mengambil data dari 30 orang siswa. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kondisi, prasarana dan tata tertib. Observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sekolah, sarana dan prasarana serta penegakan hukum dari tata tertib yang yang sudah di tetapkan.

68 52 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden. Wanwancara ini dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara langsung dengan sekolah diantaranya kepala sekolah, kepala bagian kesiswaan, guru dan siswa untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang Peran Kepala sekolah dalam mendisiplinkan Siswa di MI Al-Ihsan pamulang. Tabel 3. 2 Pedoman wawancara Obyek penelitian Aspek Indikator Kepala sekolah Sejarah 1. Sejarah awal berdirinya sekolah 2. Visi, misi, dan tujuan sekolah Pengelolaan budaya 1. Keadaan budaya disiplin disiplin 2. Upaya untuk menciptakan budaya disiplin 3. Program yang di laksanakan 4. Mengadakan pertemuan dengan wali murid membahas tentang kedisiplinan 5. Penerapan tata tertib Pelaksanaan 1. Factor yang

69 53 mempengaruhi terciptanya kedisiplinan Hasil 1. Respon wali murid Guru Penerapan budaya disiplin 1. Pelaksanaan pembelajaran 2. Kinerja kepala sekolah 3. Penerapan tata tertib 4. Pengawasan kepada prilaku siswa 5. Tanggapan tentang adanya peraturan HAM Siswa Prilaku siswa 1. Tanggapan siswa tentang prilakunya sendiri 2. Konsekuensi bila melanggar peraturan 3. Tanggapan terhadap kinerja kepala sekolah 4. Tanggapan tentang prilaku guru 3. Metode Kuesioner (Angket) Metode Kuesioner adalah suatu daftar yang bersisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. 41 Angket ini untuk siswa, teknik ini penulis lakukan dengan cara mengajukan 41 Cholid narbuko & Abu Achmadi, Metodologi penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 76

70 54 sejumlah pertanyaan kepada responden yaitu siswa dengan myediakan alternatif jawaban untuk memperoleh data mengenai peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. 4. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isisnya pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti informasi kealamiahan untuk memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. 42 Pada tahap ini penulis mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, pedoman dan sebagainya yang berkaitan dengan Peran Kepala Sekolah. Tabel 3. 3 Pedoman Studi Dokumentasi NO Dokumentasi 1 Profil dan letak geografis 2 Sejarah berdirinya MI Al-Ihsan Pamulang 3 Visi dan Misi MI Al-Ihsan Pamulang. 4 Struktur Organisasi MI Al-Ihsan Pamulang. 5 Keadaan Guru dan Kependidikan MI Al-Ihsan Pamulang. 6 Keadaan siswa MI Al-Ihsan Pamulang. 7 Sarana dan Prasarana MI Al-Ihsan Pamulang. 8 Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang. E. Teknik Analisis Data Teknik analisi data merupakan suatu yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami. 42 Ibid., h. 183.

71 55 Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siwa di MI Al-Ihsan Pamulang, maka data yang peneliti peroleh dari angket diolah dengan menggunakan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Editing Dalam pengelolaan data, yang pertama kali dilakukan adalah editing, yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisannya. Dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian. 2. Tabulating dan skorsing Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel atau kartu-kartu tabulasi untuk memasukan jawaban-jawaban responden yang kemudian dicari prosentasenya untuk kemudian di analisis. Setelah data dibuat dalam tabel kemudian semua pernyataan angket diberi skor nilai setiap itemnya dengan cara jawaban yang berupa huruf akan diubah menjadi nilai angka sebagai berikut: a) Jawaban A, diberi nilai 3 b) Jawaban B, diberi nilai 2 c) Jawaban C, diberi nilai 1 Adapun data-data yang diperoleh dari wawancara diolah tanpa menggunakan daftar tabulasi dan angka prosentase. Dalam hal ini penulis mendeskrisikan datadata tersebut secara sistematis, logis dan bermakna kemudian di padukan dengan data-data yang diperoleh dari angket. 3. Analiting dan Interpretasi Dalam menganalisis data penelitian, penulis menyesuaikan dengan tujuan yang akan di capai dari penelitian ini, yakni berdasarkan jenis data yang dikumpulkan. Adapun data itu berupa data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif, dengan menggunakan rumus statistik prosentil (prosentase) setelah sebelumnya data ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif, dengan rumus sebagai berikut:

72 56 P = F/N x 100% Keterangan P = Angka presentasi K = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya N = Number of Case (jumlah responden) 43 Setelah dilakukan perhitungan, selanjutnya penulis mengkatagorikan hasil angket mengenai peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa tersebut berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu: Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan ketika sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian kuliatatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. 44 Dalam hal ini digunakan predikat kategori: berperan Baik sekali, Baik, Sedang, Rendah, dan Rendah seali. 81% - 100% : Baik sekali 61% - 80% : Baik 41% - 60% : Sedang/cukup 21% - 40% : Rendah 0% - 20% : Rendah sekali Demikian metode yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini. 4. Data Reduction (Reduksi Data) Reduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan. 43 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2011) Cet.11, h.245.

73 57 5. Data Display (Penyajian Data) Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antyar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 6. Conclusion Drawing/ Verification Pada tahap ini dalam analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan demikian dalam penelitian kuaitatif mungkin menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mukngkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PE,BAHASAN A. Gambaran Umum MI Al-Ihsan PAMULANG Berikut ini merupakan profil objek penelitian di MI Al-Ihsan PAMULANG diantaranya: 1. Profil dan Letak Geografis a. Identitas Madrasah 1) Nama Madrasah : MI AL IHSAN Pamulang 2) Nama Yayasan : AL IHSAN 3) Kepala madrasah : Ali Daud, S.Pd 4) NSM : ) Jenjang : Madrasah Ibtidaiyah / SD 6) Status : Swasta 7) Tahun Berdiri : ) Alamat : Jl. Bambu Apus Raya Komplek Departeman Agama Bambu Apus, Kec. Pamulang. Tangerang Selatan. 9) Desa/Kelurahan : Bambu Apus 10) Kecamatan : Pamulang 11) Kabupaten / Kota : Tangerang Selatan 12) Provinsi : Banten 13) Telepon : [021] b. Keadaan Madrasah 1) Luas Tanah : 1850 m2 2) Luas yang sudah dibangun : 1430 m2 3) Luas Tanah yang masih bias dibangun : 0 m2 4) d. Luas halaman : 420 m2 c. Gedung Bangun gedung yang tersedia 58

75 59 1) Ruang Kelas [Atas] : 8 ruang [standar] 2) Ruang Kelas [Bawah] : 6 ruang [non standar] 3) Ruang Kelas lantai 11 [Atas] : 2 ruang [standar] 4) Ruang Kepala : 1 ruang [ ukuran : 4x4 m ] 5) Ruang Guru : 1 ruang [ ukuran : 5x7 m ] 6) Ruang TU : 1 ruang [ ukuran : 4x7 m ] 7) WC Guru : 1 ruang [ ukuran : 2x3 m] 8) WC Siswa : 10 ruang 9) Perpustakaan : 1 ruang 10) Dapur : - 11) Kantin : 1 ruang 12) UKS : 1 ruang 13) Gudang : 1 ruang 2. Sejarah berdirinya MI Al-Ihsan Pamulang Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) AL IHSAN Pamulang berdiri tangga 1 Juni Madrasah Ibtidaiyah ini berada di bawah naungan Yayasan AL IHSAN yang berafiliasi ke Departemen Agama. Madrasah ini merupakan peralihan dari Sekolah Dasar AL IHSAN yang berafiliasi ke Departemen Pendidikan Nasional yang beroperasi tahun Atas pertimbangan pengurus yayasan, SD Islam ini berubah menjadi Ibtidaiyah yang kelas satunya dimulai pada Tahun Pelajaran 1999 / Tanggal 1 september 1999, Pengurus Yayasan AL IHSAN yang diketuai oleh Bapak Drs. H. Mustoha, MA dan sekretarisnya Bapak Drs. H.Idris Elby, MA mengangkat Bapak Drs. Agus Sunardi, salah seorang guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang, sebagai Kepala Sekolah untuk Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Bapak Drs. Agus Sunardi menggantikan Bapak H.M. Idris sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah

76 60 ( MI ) dan Ibu Dra. H. Yenni Triasih sebagai Kepala Sekolah Menengah pertama (MTs). Kemudian diangkat pula Bapak Yatiman, pensiunan Pegawai Departemen Agama, sebagai Kepala Tata Usaha (TU). Mulai saat itulah kedua sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah, yaitu Bapak Drs. Agus Sunardi yang masih berstatus sebagai guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang. Pagi hari Bapak Drs. Agus Sunardi bertugas sebagai Kepala Sekolah di Yayasan AL IHSAN dan sore hari bertugas sebagi guru dinas pada Madrasah Tsanawiyah ( MTs) Negeri Pamulang. Kemudian tanggal 5 Juni 2003 Bapak Drs. Agus Sunardi, resmi diangkat oleh pemerintah sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL IHSAN Pamulang berdasarkan Surat Keputusan Kepala Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Banten, Nomor : Kw.28/I/Kp.076/ 483/ 2003 tertanggal 05 Juni 2003, yang ditandatangani oleh Kepala Kanwil Bapak Drs. H. M. Suroh, M.Si atas nama Menteri Agama. Sejak saat itu Bapak Drs. Agus Sunardi resmi sebagai kepala sekolah difinitif yang diperbantukan pada yayasan AL IHSAN dan tidak lagi sebagai guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang. Seiring perkembangan zaman dan sejalan dengan visi Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL IHSAN Pamulang, yaitu Unggul Dalam Prestasi dan Berakhlakul Karimah, Madrasah yang didukung oleh pengurus yayasan terus berbenah diri dengan menyiapkan berbagai fasilitas yang memadai dan berupaya meningkatkan kualitas lulusannya. Alhamdu lillah, pada tahun Pelajaran 2011/ 2012 Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL IHSAN Pamulang bukan hanya memiliki Laboratorium Komputer besrta jaringan internet on line, bahkan sekolah ini mendapatkan bantuan perangkat Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Perangkat Pembelajaran IPS dan Jaringan Berbasis Pembelajaran dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Selain itu sekolah ini memiliki tenaga pendidik yang professional,

77 61 muda, cakap dan berpengalaman serta berpendidikan S1 dan S2. Mereka loyal dan berdedikasi tinggi menjalankan tugasnya dalam mengemban amanat orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan amanat Allah Subhanahu Wata ala. Dengan jerih payah dan dedikasi tinggi dari seluruh pendidik dan tenaga kependidikan disertai dengan tekad baik dari para siswa dan peran orang tua siswa, alumni Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL IHSAN Pamulang ada yang telah lulus sarjana dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Gajah Mada (UGM ) Yogyakarta, dan ada pula yang masih berstatus sebagai mahasiswa UGM, UIN, dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Tri Sakti dan Fakultas Kedokteran Universitas Syekh Kuala, Sumatra Utara, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Pengurus yayasan sebagai penyelenggara pendidikan, unsur pimpinan madrasah, dewan guru dan karyawan-karyawati terus berupaya mengembangkan misinya, yaitu memberikan sumbangan kepada Bangsa dan Negara dengan cara membentuk, menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan untuk membina umat secara mantap dan terencana serta dijiwai oeh ajaran Islam. 3. Visi dan Misi MI Al-Ihsan Pamulang. a. Visi Madrasah Unggul Dalam Prestasi Dan Berakhlakul Karimah b. Misi Madrasah Mengacu pada visi madrasah di atas, maka misi yang akan dirumuskan oleh Madrasah AL IHSAN Pamulang adalah sebagai berikut : 1) Menciptakan suasana belajar yang kondusif 2) Melasanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif dan efisien 3) Mengembangkan sikap dan prilaku sopan, tanggung jawab,

78 62 jujur dan dapat dipercaya 4) Menumbuhkan semangat keuanggulan secara intensif bagi seluruh warga madrasah 5) Mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa secara maksimal mealui kegiatan ekstrakurikuler 6) Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana 7) Mengembangkan dan membiasakan perilaku disiplin warga madrasah B. Deskripsi dan analisis data 1. Peran kepemimpinan kepala sekolah Sekolah adalah sebuah lembaga yang bersifat komplek dan unik, bersifat kompleks karena seolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lainnya saling berkaitan dan saling menetukan. Sedangkan unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Sekolah sebagai salah satu organisasi yang bersifat komplek dan unik membuat setiap kepala sekolah harus menjalankan peran yang sangat ektra di berbagai bidang. Baik itu yang berhubungan dengan pemerintah, guru, siswa, wali murid dan masyarakat. a. Peran kepala sekolah sebagai pendidik Dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidikan, kepala sekolah senantiasa harus bisa menciptakan budaya yang baik di lingkungan sekolah. hasil wawancara guru MI Al-Ihsan Pamulang menunjukkan bahhwa iklim yang baik itu di ciptakan dengan memberikan contoh yang baik kepada setiap elemen yang ada di sekolah, terutama kepada para siswa. kepala sekolah kita termasuk orang yang leadership. Dia suka berinisiatif untuk datang lebih awal sambil awal untuk mengawasi kegiatan greeting. Beliau juga memberi teladan yang baik seperti yang di katakan bapak Sodikin bapak kepala sekolah suka memberikan contoh tentang

79 63 kebersihan, Dia ga pernah malu dia nyapu dan ngepel semuanya dia lakukan 45 Menjalankan peran sebagai pendidik tidaklah semudah yang dibayangkan, selain harus memberikan teladan yang baik, kepala sekolah sebagai pendidik juga harus dapat memberikan memberikan dorongan dan nasehat kepada seluruh warga sekolah khusunya guru dan para siswa agar dana meningkatkan kinerja guru serta meningkatkan semangat belajar dari setiap siswa. b. Peran kepala sekolah sebagai manajer Melakukan peran fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif. kepala sekolah membuat program pertama masuk tepat waktu. Jam 7 anak-anak sudah harus masuk. Yang terlambat menunggu, di haruskan membaca doa melalui guru piket. Setelah selesai membaca doa anak-anak di persilahkan masuk dan siswa yang terlambat di catat. Kalau dia mengulang lagi maka kemudian dikenakan sangsi. Pada saat jam masuk sekolah juga kami mengadakan greeting (cium tangan). Jadi setengah jam sebelum masuk guru piket harus udah stay di gerbang untuk melaksanakan greeting. Greeting ini salah satu cara disiplin dan tatakrama. Dan juga guru sebagai orang yang melayani kemudian anak merasa di hormati dan di hargai. Karena saat mereka masuk gerbang sudah di sambut oleh para guru. Yang kedua shalat duha pada hari jum at stelah shalat ada penampilan anak-anak baik itu shalawat, doa, hafalan qur an dan yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada perwakilan yang tampil. Tujuannya untuk menanamkan keberanian dan sikap disiplin. 46 kepala sekolah sekolah MI Al-Ihsan Pamulang seharusnya membuat suatu strategi diantaranya: Hasil wawancara dengan bapak Sodikin S.Pd pada hari kamis 11 mei Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei

80 64 1) Kepala sekolah melakukan kerjasama yang baik dengan guru dalam pembuatan tata tertib dan penegakkan pelanggran yang terjadi di sekolah. seperti terus mengadakan evalusi pembelajaran sertiap seminggu sekali, dengan memfokuskan satu minggu dalam sebulan khusus membahs tentang kedisiplinan. 2) Kepala sekolah mendorong semua guru untuk melakukan tugas Disamping kepala sekolah bekerja sama dengan guru-guru dalam penyusunan tata tertib dan penegakkan pelanggran yang terjadi di lingkungan sekolah, kepala sekolah juga mendorong guru-guru melaksanakan tugasnya secara professional penuh dengan tanggung jawab. 3) Kepala sekolah mendorong guru agar terus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tugasnya. c. Kepala sekolah sebagai administrator Kepala sekolah sebagai administrator harus mampu menerapkan kemampuannya dalam tugas-tugas operasionalnya. Seperti halnya kepala sokolah MI Al-Ihsan Pemulang, ada beberapa kegiatan yang beliau lakukan sambil mengawasi setiap pengelolaan tugas-tugas operasional yang terjadi di sekolah. diantaranay: 1) Pengelolaan administrasi peserta didik 2) Pengelolaan kurikulum 3) Pengelolaan administrasi personalia 4) Pengelolaan administrasi sarana prasarana 5) Pengelolaan administrasi keuangan 6) Pengelolaan admintrasi kearsipan d. Kepala sekolah sebagai supervisor Kepala sebagai supervisor disini adalah untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap guru-guru, siswa dam personel lain untuk selalu membiasakan budaya disiplin yang baik di sekolah. salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh

81 65 kepala sekolah MI Al-Ihsan Pamulang adalah dengan melakukan kunjungan kelas. Kunjungan kelas yang sewaktu-waktu dilakukan oleh kepala sekolah untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang belajar. Kegiatan supervisi juga dilakukan dengan selalu mengadakan evaluasi, yang di mulai pada saat tahun ajaran baru. Seperti yang sudah dikatan kepala sekolah MI Al-Ihsan pamulang kegiatan kita diawali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada rapat wali kelas bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau dengan wali murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun pembelajaran yang ada di sekolah. 47 tujuannya biar setiap elemen yang ada di sekolah bisa saling mengadakan pengawasan satu sama lain untuk membuat kondisi yang baik di sekolah. e. Kepala sekolah sebagai pemimpin Sebagai pimpinan, kepala sekolah sudah sepatutnya harus memiliki kemampuan untuk memberikan petunjuk dan pengawasan. Menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis, kepala sekolah MI Al-Ihsan Pamulang suka memberikan masukan kepada setiap guru dengan memberikan pertunjuk-petunjuk yang diharapkan mampu meningkatkan budaya disiplinan yang baik di sekola. Seperti: 1) Mencontohkan datang tepat waktu ke sekolah 2) Memberikan kiat-kiat dalam menghadapi siswa yang sering melanggar peraturan. 3) Mengadakan pelatihan-pelatihan kepala guru dalam menangani siswa. f. Kepala sekolah sebagai inovator Dalam melakukan perannya sebagai inovator, sebaiknya kepala sekolah harus bisa memberikan teladan yang baik kepada setiap Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei

82 66 elemen yang ada di lingkungan sekolah. selain memberikan teladan yang baik kepala sekolah harus bisa membuat program yang tepat suapaya budaya disiplin bisa terus meningkat. Dalam meminimalisir pelanggaran-pelanggaran kepala sekolah harus tau kondisi yang di perlukan oleh setiap siswa. Seperti yang di lakukan oleh kepala sekoalah MI Al-Ihsan Pamulang yang mengadakan shalat duha pada hari jum at stelah shalat ada penampilan anak-anak baik itu shalawat, doa, hafalan qur an dan yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada perwakilan yang tampil. Tujuannya untuk menanamkan keberanian dan sikap disiplin. 48 g. Kepala sekolah sebagai staf Peran kepala sekolah sebagai staf disini, kepala sekolah selalu belajar untuk meningkatkan kinerjanya dan selalu bekerja sama dengan setiap elemen yang ada di sekolah dalam melakukan setiap tindakan yang akan dilakukan. Karena pemimpin tidak bisa melaksanakan semua kegiatan yang ada di sekolah sendiri, harus melibatkan setiap elemen agar nisa berjalan dengan optimal. 2. Kedisiplinan siswa a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di sekolah Sikap disiplin akan terwujud jika di tanamkan disiplin secara serentak di semua lingkungan kehidupan masyarakat, termasuk dakam lingkungan sekolah. Penanaman disiplin pelajar indonesia harus berlanjut dengan pemeliharaan disiplin dan pembinaan terus menerus, karena disiplin sebagai sikap mental dapat berubah dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya kedisiplinan di sekolah adalah: 1) Faktor internal Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei

83 67 Faktor internal adalah faktor yang ada di lingkungan sekolah itu sendiri, baik itu dari kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Oleh karena itu, kedisiplinan yang dipengaruhi faktor internal ini meliputi: a) Minat Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Apabila seorang guru atau siswa yang memiliki kesadaran atau respon yang baik terhadap aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh pihak sekolah sedikit akan berpengaruh terhadap kesadaran mereka untuk melakukan prilaku disiplin di sekolah. Seperti yang dilakukan oleh salah satu siswa MI Al-Ihsan Pamulng yang merasa Ga pernah telat 49 saat datang kesekolah. b) Emosi Emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu dan dapat dilihat melalui tingkah laku luar. Contohnya seperti prilaku rasyid, pada saat di tanyakan apa yang membuat adik tidak berprilaku disiplin di sekolah jawabannya cukup mencengangkan, rasyid menjawab palingan caper. 50 Emosi sangat menentukan sekali terhadap kedisiplinan di sekolah. Karena emosi menggerakkan rasa kepedulian dari seiap guru dan para murid dalam mentaati peraturan yang telah di tetapkan di sekolah. 2) Faktor eksternal 49 Hasil wawancara dengan hardi (siswa) pada hari Jum at 25 mei Hasil wawancara dengan Rasyid (siswa) pada hari jum at 25 mei 2018.

84 68 Faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar tetapi sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan di sekolah: a) Sanksi dan hukuman Fungsi hukuman di sekolah sebagai alat untuk membrikan sanksi kepada guru, siswa dan komponen sekolah lainnya terhadap pelangaran yang telah dilakukan, sehinggga sanksi atau hukuman ini sebagai bentuk penyadaran. Karena jika setiap individu mendapat hukuman dari perbuatan tidak baik yang dia lakukan, maka akan terjadi perubahan dalam sistem motivasi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi dalam sitem motivasi tersebut mengakibatkan penurunan pada para setiap individu untuk mengulangi atau menurunkan frekuensi perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan pelanggran karena atas dasar hukuman dia bisa dapatkan. Tujuan adanya hukuman untuk melatih kedaran tentang tatak rama bersosilisasi di masyarakat. Contohnya seperti di MI Al- Ihsan, salah seorang siswa yang bernama wika menuturkan bahwa dia akan mendapat hukuman Kadang berdiri dan ngerjain diluar 51 apabila ia tidak mengerjakan pekerjaan rumah tepat waktu, seperti yang sudah diperintahkan sebelumnya oleh guru oleh para guru. Tujuannya ada hukuman, untuk melatih para siswa rasa tanggung jawab dalam setiap kepercayaan yang orang lain berikan kepada dirinya. b) Situasi dan kondisi sekolah Faktor situasional sangat berpengaruh pada pembentukan prilaku manusia seperti faktor ekologis, suasana prilaku dan faktor sosial. Tetapi setiap mempunyai pemahaman yang berpariatif terhadap setiap situasi yang di hadapinya sesuai dengan karakteristik personal dan ilmu 51 Hasil wawancara dengan wika (siswa) pada hari jum at 25 mei 2018.

85 69 yang di milikinya. Perilaku manusia tentang interaksi memang begitu menarik karena melibatkan keunikan individu dengan keunikan situasional. b. Bentuk-bentuk kedisiplinan di sekolah Sikap disiplin bukanlah sesuatu yang ada sejak lahir. Faktor kebiasaan dan ilmu yang diajarkanlah yang dapat membentuk kedisiplinan dalam diri setiap siswa. Karena perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan tingkah laku yang diajarkan oleh orang tua beserta guru. Seperti yang sudah di utarakan oleh kepala sekolah MI Al-Ihsan Bahwa kedisiplinan itu lahir dari diri kita sendiri. jadi kita itu harus kompak. Pertama guru, memberikan contoh dulu kalau gurunya engga disiplin gimana dengan elemen lainnya. Terus kita selalu meningatkan tentang pakaian yang dipakai karena dengan tertib memakai pakaian yang sudah diinstruksikan itu salah satu sifat disiplin juga. Kadangjkadang mengadakan rajia untuk menciptakan budaya disiplin juga. Faktor pendukung lainnya dengan menggunakan pelayanan prima terhadap semua bidang. 52 Untuk merealisasikan kedisiplinan sekolah, maka kedisiplinan sekolah dapat berupa: 1) Disiplin dalam mentaati peraturan Kedisiplinan di sekolah pasti berhubungan dengan mentaati tata tertib, pada dasarnya tata tertib itu menjadi salah satu alat pendidikan bagi pengembangan kepribadian yang lebih dewasa. Tata tertib sekolah dibuat dan disusun tujuannya untuk menolong para siswa menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab. Supaya saat nanti berada di masyarakat, setiap siswa bisa cepat beradaptasi dengan baik serta Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 24 mei

86 berikut: 53 TABEL mempunyai kepribadian yang baik saat besrsosialisasi dengan warga sekitar rumahnya. MI Al_Ihsan Pamulang mempunyai tata tertib sebagai NO TATA TERTIB MI AL-IHSAN PAMULANG TATA TERTIB SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH AL-IHSAN PAMULANG 1 Kehadiran siswa a. Setiap siswa harus sudah hadir di sekolah 10 menit sebelum bel masuk ( ). b. Setiap siswa yang terlambat datang, harus melapor kepada guru piket. c. Siswa yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya karena suatu kepentingan, harus mendapat izin dari guru mata pelajaran dan guru piket. d. Jika bel masuk dibunyikan, seluruh siswa harus masuk ke kelas secara tertib dan mempersiapkan diri untuk mengikuti proses belajar mengajar. e. Jika guru belum hadir di ruang kelas 5 menit setelah bel masuk / pergantian jam pelajaran, maka Ketua Kelas memberitahukan kepada guru piket. f. Selama berada di ruang kelas atau di halaman sekolah, siswa tidak boleh mengganggu ketertiban dan kelancaran 53 Dokumentasi Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang

87 71 proses belajar mengajar. 2 Ruang kelas a. Ruang kelas dan perlengkapannya harus selalu bersih dan siap untuk dipakai. b. Menjaga kebersihan ruang kelas menjadi tanggung jawab warga kelas. c. Pemeliharaan alat pelajaran milik sekolah yang ada di ruang kelas mejadi tanggung jawab setiap warga kelas. d. Alat-alat pelajaran yang sudah dipakai harus dikembalikan pada tempat semula. 3 Kode etik siswa a. Semua siswa harus bersikap sopan santun kepada semua personil sekolah, sesama teman dan kepada siapapun. b. Pergaulan siswa putra dan putri harus sesuai dengan akhlak Islam. c. Setiap siswa harus mengucapkan salam apabila masuk kelas, ruang TU, ruang guru / kepala sekolah dan bila bertemu dengan guru atau sesasma teman. d. Siswa tidak boleh membawa HP dan barang terlarang, seperti rokok, ganja, dan sejenisnya, peledak, senjata tajam, senjata api, photo, gambar dan buku bacaan yang tidak sepantasnya bagi siswa. e. Bagi siswa putra tidak boleh berkuku panjang, memakai kalung, gelang, anting, atau giwang.

88 72 f. Bagi siswa putri tidak boleh berkuku panjang, memakai kutex dan memakai perhiasan, kecuali giwang atau anting. g. Bagi siswa putra harus berambut sopan, rapih, tidak bercat, pantas dan tidak mengenai krah baju. h. Semua siswa harus membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan, dan tidak boleh membang sampah di sembarang tempat. i. Semua siswa harus berpakain sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. j. Tidak dibenarkan mengganggu ataupun mengambil barang milik sekolah aau orang lain tanpa seizin pemiliknya. 4 Sanksi Jika siswa melanggar tata tertib di atas, maka kepadanya dikenakan sanksi / hukuman sebagai berikut : a. Diberi peringatan dan teguran b. Pemberitahuan kepada orang tua / wali siswa. c. Diskorsing / tidak diizinkan masuk sekolah selama waktu tertentu. d. Diserahkan kembali kepada orang tua / wali siswa. 2) Disiplin waktu sekolah

89 73 Waktu itu merupakan hal yang tidak bisa ternilai harganya. Karena waktu itu merupakan masa yang berjalan, sehingga yang tidak memamfaatkan waktu sebaik-baiknya, seseorang akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Waktu itu hal yang sangat berharga, tetapi seseorang bisa merasakan berharga atau tidaknya suatu waktu tergantung pandangan orang itu beserta dengan aktivitas sehari-hari yang ia kerjakan. Karena waktu sangat berharga, setiap siswa pada saat di sekolah diajarkan untuk selalu menghargai waktu, dan diberi masukan untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Untuk menanamkan soal waktu tiap sekolah salah satunya sering menetapkan peraturan untuk datang tepat waktu. Di MI Al-Ihsan Pamulang ada yang unik pada saat jam masuk sekolah, yaitu dengan adanya kegiatan greeting, jadi ada sebagian guru yang di tugaskan untuk menyambut para siswa pada saat jam masuk sekolah sambil mereka melaksanakan cium tangan. Di MI Al-Ihsan Pamulang apabila ada yang telat masuk sekolah pada saat jam masuk sekolah, maka akan adanya hukuman sambil mengintrogasi alasannya. Seperti yang sudah di paparkan oleh bapak Mu min pada saat wawancara, apabila ada yang terlambat masuk sekolah biasanya mempertanyakan dulu maslahanya apa. Biasanya yang bertanggung menanyakan itu guru piket, kemudian sesudah itu apabila guru piket sudah bisa memperbolehkan masuk kemudian baru wali kelas trakhir. Biasanya menanyakan dulu sih masalahnya apa yang menjadikan dia terlambat itu apa. Kemudian kalau memang ada masalah seperti bangun kesiangan belarti itu dari individunya yang kurang baik. Kadang-kadang ada non teknis kalau dia terlambat karena jemputannya motornya mogok, kena macet bisa kita maklumilah.kita pertanyakan dulu masalahnya apa.

90 74 baru kemudian kita bisa menilai, apakah mereka terlambat di sengaja atau tidak terhadap disiplin waktunya soalnya kita ga tau. 54 3) Disiplin dalam berpakaian Meskipun setip orang sebenarnya mempunyai hak untuk memakai pakaian sesuai dengan keinginannya, namun dalam hal-hal tertentu berpakaian juga harus diatur, lebih-lebih dalam lingkungan sekolah. Melatih para siswa untuk berseragam tujuannya mendidik. Karena hal ini akan menciptakan jati diri siswa yang bersih, peduli tentang penampilan dirinya. Di lingkungan sekolah biasanya peraturan pakaian sangat ketat di bandingkan dengan hal-hal yang lain. Seperti yang sudah di paparkan oleh bapak regi, dalam sebuah wawancara dia mengutarakan Kalau masalah disiplin saya biasanya pakaian atau aksesoris kalau ada siswa yang tidak berpakaian dengan semestinya pasti saya langsung tindak langsung siswanya 55. c. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa di sekolah antara lain. 1) Anak Agar siswa disiplin pihak sekolah bersama wali murid di harapkan bekerja sama. Tetapi sangat diharapkan juga kesadaran anak itu sendiri dalam upaya membina disiplin. Untuk memunculkan kesadaran dari setiap siswa sudah sepatutnya pihak sekolah selalu berkordinasi dengan baik dengan wali murid terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh setiap siswa. Kalau di MI Al-Ihsan suka berkondinasi diawali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada rapat wali kelas bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau dengan wali murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun 54 Hasil wawancara dengan bapak Mu min (Guru) pada hari selasa 29 mei Hasil wawancara dengan bapak regista (Guru) pada hari kamis 24 mei 2018

91 75 pembelajaran yang ada di sekolah. 56 Tujuannya untuk saling bekerja sama dalam mengoptimalkan pemblajaran, baik itu yang bersifat teori ataupun prilaku. 2) Hukuman Hukuman merupakan salah satu upaya untuk mempengaruhi prilaku seseorang. Apabila anak tersebut berbuat pelanggaran atau melakukan tindakan yang tidak baik dan tidak ada teguran dari para orang tua, maka hal tersebut akan menjadi kebiasaan yang tidak baik bagi para siswa saat berada di lingkungan sekolah. Di MI Al-Ihsan pamulang menurut Rasyid apabila ada siswa yang tidak berprilaku disiplin, maka suak ada guru yang memberikan Teguran 57. Untuk itu sudah sepatutnya para guru selalu bersifat tegas terhadap prilaku yang dilakukan oleh setiap siswa dan selalu memberikan teladan yang baik. Agar setiap siswa senantiasa berprilaku disiplin, baik itu di dalam lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. 3) Lingkungan Faktor lingkungan merupkan faktor yang tidak kalah penting dan sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyrakat. Apabila kehidupan lingkungannya baik, maka akan berdampak baik pula terhadap setiap perbuatan siswa dan begitu juga sebaliknya. d. Kendala-kendala pembinaan dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa Dalam usaha membimbing siswa akan muncul beberapa kendala yang harus dihadapi, dan berbagai macam respon dari Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 24 mei 57 Hasil wawancara dengan Rsyid (siswa) pada hari jum at 25 mei 2018

92 76 siswa yang menerima bimbingan. Demikian juga yang terjadi di MI Al-Ihsan PAMULANG berikut akan dipaparkan hasil observasi wawancara, telaah dokumentasi mengenai kendala yang dirasakan oleh kepala sekolah, wali kelas, dan guru bidang studi. Terdapat beberapa faktor yang dirasakan dalam upaya pembinaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu: 1) Faktor Sekolah: sarana dan prasarana yang belum memadai dan ketiadaan ruangan khusus untuk bimbingan menjadi salah satu kendala terciptanya budaya disiplin yang baik disekolah. Karena apabila para siswa kurang di pasilitasi seperti cukup tersedianya tong sampah, maka kedisiplinan akan semakin menurun. Seperti yang terjadi di MI Al-Ihsan PAMULANG yang kurang tersedianya tong sampa, yang menyebabkan sering adanya siswa yang tidak buang sampah pada tempatnya. Dan para siswa yang melanggar tidak ditempatkan di ruangan khusus, sehingga para siswa tidak bisa leluasa dalam membeberkan apa yang dialaminya. Oleh karena itu, sekolah harus berusaha mencukupi kekurangan tersebut dengan perkembanagan dan pembangunan. Tetapi bisa diminimalisir apabila pihak sekolah mampu mengontrol setiap aktivitas yang ada di sekolah. 2) Faktor Guru; kurangnya guru bimbingan yang berbasis pendidikan bimbingan dan konseling. Sehingga kesadaran guru untuk berdisiplin masih sangat kurang. Seperti masih adanya guru yang terlihat datang dan masuk kelas tidak tepat pada waktunya. 3) Faktor pribadi siswa ; keterbukaan siswa tentang masalah yang dihadapinya masih kurang, sehingga para guru perlu ekstra untuk mempengaruhi siswa yang melanggar tersebut supaya tidak melakukan pelanggaran kembali.

93 77 4) Faktor keluarga; Broken home adalah salah satu penyebab sering termenung. Sehingga psikologis dari siswa tersebut terganggu yang menyebabkan siswa tidak bisa optimal dalam melaksanakan belajar mengajar.di samping itu terkadang para siswa banyak yang kurang di perhatikan oleh orang tua yang menyebabkan mereka mencari perhatian dengan cara yang salah. 5) Faktor teman sebaya; ikut-ikutan adalah salah satu faktor yang paling sering terjadi hampir disetiap kasus pelanggaran kedisiplinan dan faktor pemahaman yang salah juga tentang pandangan perhatian. Banyak permaslahan kedisiplina itu terjadi karena faktor cari perhatian. Semua kendala-kendala yang sudah disebutkan diatas akan sangat berpengaruh terhadap peningktan dan penurunan kedisiplinan siswa di sekolah. sehingga memaksa pihak sekolah agar membuat suatu aturan da perencanaan yang tepat untuk menanggulangi kedisiplinan siswa pada saat di sekolah. 3. Penyajian data angket Penyajian data berikut ini berdasarkan penelitian yang sudah dilaksnakan di MI Al-Ihsan PAMULANG. Penelitian ini tujuannya untuk mendapatkan data tentang peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk pengumpulan data sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pada Bab III yaitu wawancara, angket dan dokumentasi. Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian yang diperoleh melalui angket dan disajikan dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Al-Ihsan PAMULANG, maka penulis menggunakan angket yang di tunjukan kepada peran siswa sebagai data pendukung

94 78 sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Angket di sebarkan kepada 30 responden. Angket ini disebarkan sebanyak 30 eksemplar, kemudian data yang terkumpul melalui angket disajikan dalam bentuk tabel, untuk mempermudah pemahaman terhadap tabel, maka penulis menggunaka symbol F untuk frekuensi dan symbol P untuk persentase, tiap-tiap pertanyaan diberi 3 option (pilihan jawaban) dan di beri bobot sebagai berikut: a. Option atau pilihan jawaban A, diberi bobot 3 b. Option atau pilihan jawaban B, diberi bobot 2 c. Option atau pilihan jawaban C, diberi bobot 1 Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pedoman angket yang telah disebarkan serta hasilnya yang diperoleh dalam bentuk tabel sebagai berikut: TABEL 4.2 KEPALA SEKOLAH BERSAMA GURU MEMBERIKAN SANKSI KEPADA SISWA YANG TIDAK DISIPLIN Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 14 46,66% B Kadang-kadang 16 53,33% C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 14 orang dengan persentase (46,66%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 16 orang dengan persentase (53,33%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dan guru telah memberikan sanksi kepada siswa yang tidak disiplin. Seperti tindakan yang dilakukan oleh bapak Regista

95 79 Kalau masalah disiplin saya biasanya pakaian atau aksesoris kalau ada siswa yang tidak berpakaian dengan semestinya pasti saya langsung tindak langsung siswanya. TABEL 4.3 KEPALA SEKOLAH SENANTIASA MELAKUKAN PENGAWASAN Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 10 33,33% B Kadang-kadang 20 66,66% C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 10 orang dengan persentase (33,33%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 20 orang dengan persentase (66,66%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah kadang-kadang melakukan pengawasan kepada setiap siswa. Kadang-kadang disini itu timbul pada saat proses pembelajaran dimulai. Karena pada saat observasi terdapat beberapa tindakan indisipliner dari para siswa dibiarkan saja oleh para guru. Sehingga menyebabkan kondisi pembelajaran menjadi tidak kondusif dan selalu muncul pelanggaran lainnya. TABEL 4.4 KEPALA SEKOLAH MAMPU MENCIPTAKAN KONDISI YANG BAIK DI SEKOLAH Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 17 56,66% B Kadang-kadang 13 43,33%

96 80 C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 17 orang dengan persentase (56,66%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 13 orang dengan persentase (43,33%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah mampu menciptakan kondisi yang baik di sekolah. Mampu disini itu kepala sekolah selalu berupaya terus untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan mengadakan programprogram baru untuk bisa meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para ssiswa. Dalam beberapa pandangan guru bahwa sekolah sekolah MI Al-Ihsan PAMULANG memang selalu mencontohkan hal-hal yang baik seperti membuang sampah pada tempatnya dan kadang mengepel kalau ada lantai yang keliatan tidak bersih. Tujuannya agar menanamkan kedisiplina kepada setiap siswa. TABEL 4.5 KEPALA SEKOLAH BERSAMA GURU MENINDAK TEGAS SISWA YANG TIDAK DISIPLIN Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 27 90% B Kadang-kadang 3 10% C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 27 orang dengan persentase (90%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 3 orang dengan persentase (10%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala

97 81 sekolah dan guru selalu menindak tegas para siswa yang melanggar peraturan. selalu menindak tegas para siswa yang melanggar disini contohnya seperti penerapan greeting pada saat masuk sekolah. Persentase keterlambatan jadi semakin berkurang karena kepala sekolah dan para guru konsisten dalam melakukan pengawasan pada saat penerapan program greeting. TABEL 4.6 KEPALA SEKOLAH MEMBERIKAN TELADAN YANG BAIK BAGI SISWA Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 16 53,33% B Kadang-kadang 14 46,66% C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 16 orang dengan persentase (53,33%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 14 orang dengan persentase (46,66%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah memberikan teladan yang bagi seiap siwa.. teladan disini kepala sekolah selalu memberikan contoh-contoh positif kepada setiap siswa dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan dateng tepat waktu pada saat jam masuk sekolah. TABEL 4.7 KEPALA MADRASAH BERSAMA GURU MENETAPKAN ATURAN TATA TERTIB Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 26 86,66% B Kadang-kadang 4 13,33%

98 82 C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 26 orang dengan persentase (86,66%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 4 orang dengan persentase (13,33%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah bersama para guru suka memuntuskan peraturan secara bersama-sama. Suka memutuskan bersama disini adalah bahwa kepala sekolah selalu mengadakan rapat dengan guru bersama wali murid pada saat masuk ajaran baru. Dan melakukan rapat seminggu sekali dengan para guru mengenai evaluasi kegiatan belajar mengajar, termasuk membuat tata tertib. TABEL 4.8 KEPALA MADRASAH MENJALANKAN ATURAN SECARA ADIL KEPADA SELURUH SISWA Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 12 40% B Kadang-kadang 18 60% C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 12 orang dengan persentase (40%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 18 orang dengan persentase (60%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dan guru kadang-kadang menetapkan aturan secara adil. Kadang-kadang disini karena terdapat beberapa pelanggran para siswa yang luput dari pengawasan kepala sekolah dan guru. Yang

99 83 menyebabkan adanya pelanggaran yang tidak di tindak lanjuti oleh kepala sekolah dan para guru. TABEL 4.9 KEPALA MADRASAH SELALU MELIBATKAN GURU DAN ORANG TUA MENYELESAIKAN PERSOALAN SISWA Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P) A Ya 23 76,66% B Kadang-kadang 7 23,33% C Tidak 0 0% Jumlah % Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menjawab Ya berjumlah 23 orang dengan persentase (76,66%). Yang menjawab kadang-kadang berjumlah 7 orang dengan persentase (23,33%) dan kemudian yang menjawab Tidak berjumlah 0 orang denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah selalu melibatkan para guru dalam setiap penyelesian persoalan prilaku siswa. Melibatkan disini kepala sekolah selalu memberikan peran para guru untuk menerapkan kedisiplinan disekolah dan memberikan informasi kepada para wali murid mengenai kondisi para siswa pasa saat pembelajaran berlangsung. 4. Analisis data angket TABEL 4.10 REKAPITULASI HASIL DATA ANGKET PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISISPLINAN SISWA DI MI-AL-IHSAN PAMUILANG Alternatif Jawaban Jumlah No A B C F P(%) F P(%) F P(%) F P(%)

100 ,66% 16 53,33% 0 0% % ,33% 20 66,66% 0 0% % ,66% 13 43,33% 0 0% % % 3 10% 0 0% % ,33% 14 46,66% 0 0% % ,66% 4 13,33% 0 0% % % 18 60% 0 0% % ,66% 7 23,33% 0 0% % Jumlah ,3% ,64 0 0% % Dari hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa: a. Alternatif jawaban A seluruhnya sebanyak : 145 b. Alternatif jawaban B seluruhnya sebanyak : 95 c. Alternatif jawaban C seluruhnya sebanyak : 0 Pada data angket, penulis menggunakan 3 option, yaitu : Ya, Kadang-kadang, dan tidak. Untuk memilih option Ya diberi bobot = 3 Untuk memilih option Kadang-kadang diberi bobot = 2 Untuk memilih option Tidak diberi bobot = 1 Untuk selanjutnya, jumlah setiap alternatif jawaban dikalikan dengan bobotnya masing-masing untuk mengetahui unsur N dan F, hasilnya sebagai berikut: Alternatif jawaban A : 145 x 3 = 435 Alternatif jawaban B : 95 x 2 = 190 Alternatif jawaban C : 0 x 1 = = 625 Jumlah nilai N = 250 x 3 = 750 Jumlah nilai F = 625 Maka, nilai N dan F dapat diketahui, selanjutnya di jabarkan kedalam rumus sebagai berikut:

101 85 F P = X 100% N 625 P = X 100% 750 P = 0,8333 X 100% P = 83,33% Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket tentang peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinkan siswa di MI Al-Ihsan Pamulang, dapat dikelompokkan atau di kategorikan berperan Baik sekali. Sedangkan faktor pendukung dan penghambat peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Al-Ihsan Pamulang sebagai berikut : a. Faktor pendukung : faktor ini merupakan faktor yang timbul dari kepala sekolah, guru, dan siswa. Baik itu mengenai program unggulan yang harus dilakukan dengan baik disertai pengontrolan dan evaluasi secara bertahap. Serta kemampuan kepala sekolah memimpin, bekerja sama dengan banyak pihak dalam membina kedisiplinan siswa. b. Faktor penghambat : faktor ini melihat dari kondisi sekolah dan kesadaran dari setiap elemen sekolah. Baik itu kepala sekolah, guru, TU, siswa dan wali murid. Disamping itu setiap elemen harus saling kerja sama dengan baik untuk menciptakan budaya disiplin yang baik di sekolah.

102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan penelitian, dapat dikemukakan bahwa faktor utama budaya disiplin bisa meningkat di sekolah berawal dari pemikiran kepala sekolah. kemudian para guru dan siswa mengaplikasikan apa yang sudah di atur dan di programkan oleh kepala sekolah. Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa 83,33% peran kepala sekolah MI Al-Ihsan Pamulang sudah sangat baik. Hasil tersebuat hasil dari angket yang sudah di sebar ke setiap-setiap siswa. Sedangkan peran kepala sekolah MI AL-Ihsan yang sudah dilakuakan: 1. Peran kepala sekolah sebagai pendidik ditunjukkan dengan datang tepat waktu kesekolah. 2. Peran kepala sekolah sebagai manajer dilakukan dengan mengadakan program greeting dan shalat dzuha bersama pada hari jum at. 3. Peran kepala sekolah administrator adalah dengan melakukan pengelolaan di berbagai bidang yang terdapa disekolah. 4. Peran kepala sekolah sebagai supervisi dengan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap guru, siswa dan semua elemen yang ada di lingkungan sekolah. 5. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dilakukan dengan selalu memberikan arahan (masukan) dan pengawasan kepada setiap guru dan siswa. 6. Peran kepala sekolah sebagai Inovator dengan pengadakan program greeting dan shalat duha bersama pada hari jum at. 7. Peran kepala sekolah sebagai staf dilakukan dengan selalu bekerja sama dengan semua stekholder yang ada di sekolah. B. Saran Berdasarkan temuan-temuan dan kesimpulan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan guna perbaikan di masa yang akan datang, yaitu: 86

103 87 1. Bagi Kepala Sekolah a. Membuat kalender pertemuan dengan orang tua para siswa, khusus membahas evaluasi tentang kedisiplinan. b. Membuat kalender akademik khusus untuk sekolah yang berisi tentang perencanaan kegiatan supervisi yang akan dilakukan. c. Melaksanakan supervisi individul seperti observasi atau kunjungan kelas untuk mengetahui kekurangan guru dalam menerapkan peraturan dan memberikan berbagai penguatan untuk guru dalam menjalankan kedisiplinan. 2. Bagi Guru a. guru agar meningkatkan tingkat kedisiplinan dengan datang ke sekolah tepat waktu. b. Melakukan tindakan atas pelanggran yang dilakukan para siswa dengan memperhatikan faktor psikologis siswa.

104 DAFTA PUSTAKA Ambarita, Alben. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: Graha Ilmu, Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan seni kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media, Bin Smith, Mardia. Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Terhadap Disiplin Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara, Jurnal Penelitian dan pendidikan, Vol 8, 2011 Cholid narbuko & Abu Achmadi, Metodologi penelitian.jakarta: Bumi Aksara, Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, Dewi & Totok, Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk Disiplin Siswa di SMP NEGERI 28 Surabaya, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 2, E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru,. Bandung : Remaja Rosda Karya, Hariyono, Jihan. dan M. Ramli, Bentuk Pola Asuh Demokratis Dalam Kedisiplinan Siswa SD, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, Haryuni, Siti. Penerapan Bimbingan Konseling Pendidikan Dalam Membentuk Kedisiplinan Layanan Bimbingan Pengembangan Diri. Jurnal Edukasia, vol. 8, Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, kartono, Kartini. pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, Khilmiyah, Akif. kepemimpinan Transformasional Berkeadilan Gender: Konsep dan Implementasi di Madrasah. Yogyakarta: Samudra Biru, Kompri. Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

105 89 M. Yusuf, Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran Melalui Etos Kerja Mandiri Guru SMK Negeri 1 Bireuen. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 25, Mulyasa. Menjadi Kepala sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya, Musfah, Musfah. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015 Nisak Aulia, Choirun. Peneneman Disiplin Pada Anak Usia Dini, Jurnal Pedagogia, Vol 2, 2013 Pasolong, Harbani. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: ALFABETA,2008. Prasastha Widi nugraheni, Angelia. Meningkatkan Disiplin Belajar Di Kelas Melalui Metode Reward Berjenjang Dan Konsekuensi Logis Jurnal Pendidikan Penabur, No 21, Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta, Purwanti, Sri. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Dan Pegawai Di SMA Bakti Sejahtera Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur, Ejurnal Administrasi Negara, Vol 1, Sahertian, Piet. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di sekolah. Surabaya: Usana Offset, Siti Hadianti, Leli. Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol 02, Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,2011Cet.11. Tirtarahardja, Uar dan S. L. La sulo, Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cpta, 2008 Triwiyanto,Teguh. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,2014

106 90 Usman, Husaini. manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekola Tinjauan Politik dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Wahyusumidyo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Yuki, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi.Jakarta: PT Indeks, 2015.

107 LAMPIRAN-LAMPIRAN

108 LAMPIRAN 1 LEMBAR UJI REFERENSI

109

110

111

112

113

114

115 LAMPIRAN 2 SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

116

117 LAMPIRAN 3 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

118

119

120 LAMPIRAN 4 SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN

121

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru. Dimana peranan guru sangatlah besar dalam menyiapkan generasi bangsa yang unggul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menguraikan kajian pustaka yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka dan kerangka dasar penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dalam bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan. Dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan fondasi yang sangat penting dan esensial bagi keunggulan suatu bangsa. Pendidikan tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan oleh siapapun terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keywords: Teachers Commitment, Principal Leadership and Teachers discipline

PENDAHULUAN. Keywords: Teachers Commitment, Principal Leadership and Teachers discipline KONTRIBUSI KOMITMEN GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU PENELITIAN KORELASIONAL DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BATUSANGKAR KABUPATEN TANAH DATAR Irnawati Pegawai Kantor Kementerian

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS KEPALA SEKOLAH DALAM KEBERHASILAN KURIKULUM 2013

PROFESIONALITAS KEPALA SEKOLAH DALAM KEBERHASILAN KURIKULUM 2013 PROFESIONALITAS KEPALA SEKOLAH DALAM KEBERHASILAN KURIKULUM 2013 Muklisin 1 Abstrak Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah shalat dalam membina kepribadian siswa di SMA merupakan program yang dirancang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan suatu sistim yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang harus digerakkan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan di Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Kerja 2.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang

Lebih terperinci

KEDISIPLINAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK WAHYU MAKASSAR. Andi Riswayanti Putri Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

KEDISIPLINAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK WAHYU MAKASSAR. Andi Riswayanti Putri Pendidikan Sosiologi FIS-UNM KEDISIPLINAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK WAHYU MAKASSAR Andi Riswayanti Putri Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuanuntukmengetahuigambarankedisiplinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Oleh karena itu, di era global seperti saat ini, pemerintahan yang kurang peduli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini berkembang dari waktu ke waktu, sehingga pendidikan saat ini jauh berbeda dengan pendidikan di masa lalu. Lembaga pendidikan mulai banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not educate, that there are teachers who do not successfully educate. No teacher who did not manage to educate,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen mempunyai arti penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan. Karena perusahaan merupakan suatu organisasi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang berilmu. Hal ini dapat diartikan bahwa selama kita hidup ilmu itu harus dicari, ilmu tidak datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai di masa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Untuk memahami apa itu manajemen sumber daya manusia, kita sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu dari empat tujuan negara yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini. Satu dari empat tujuan negara yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Tangerang yang bergerak pada bidang pengelolaan air minum untuk masyarakat sekitar wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari ke hari. Di dalam kegiatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

peringatan dini. Disiplin kerja karyawan yang digunakan pimpinan dalam menigkatkan

peringatan dini. Disiplin kerja karyawan yang digunakan pimpinan dalam menigkatkan ABSTRAK Pimpinan adalah orang yang sangat penting bagi karyawan maupun organisasi itu sendiri. Karena pimpinan adalah seseorang yang mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta

Lebih terperinci

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini adalah tentang kualitas layanan akademik pada jenjang sekolah dasar, karena pada zaman globalisasi seperti

Lebih terperinci

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen Bab I Pengantar 1.1. Latar Belakang Studi ini bermaksud untuk menjelaskan kondisi kinerja dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK Unib). Dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Lecture Note: Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom. Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom Manajemen Umum 1

Lecture Note: Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom. Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom Manajemen Umum 1 Lecture Note: Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom Trisnadi Wijaya, SE, S.Kom Manajemen Umum 1 Mengapa Organisasi Dibutuhkan? Ada 3 alasan utama mengapa organisasi itu penting: 1. Organisasi sebagai alat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal. Sekolah

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK Yuliana Susi yulianasusi888@yahoo.co.id Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAKSI Tujuan penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 5 KENDARI

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 5 KENDARI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 5 KENDARI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BENGKALIS, 25 JULI 2017

BENGKALIS, 25 JULI 2017 BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA ACARA PENYERAHAN SK BUPATI BENGKALIS TENTANG PENGANGKATAN CPNS MENJADI PNS DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS BENGKALIS,

Lebih terperinci

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ialah membelajarkan siswa yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengelolaan pendidikan terkait dengan Pemerintah secara makro sebagai pembuat kebijakan dan secara mikro Kepala Sekolah sebagai sebagai pengelola sekolah.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN EFEKTIF BAGI GURU DI SD NEGERI PABELAN 03 KARTASURA

IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN EFEKTIF BAGI GURU DI SD NEGERI PABELAN 03 KARTASURA IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN EFEKTIF BAGI GURU DI SD NEGERI PABELAN 03 KARTASURA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Progam Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2009:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Oleh : Sutarjo, Drs., M.Pd A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan negara, sebagaimana tertuang

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU PAI DI MTsS YASPENDI SUNGAI IYU. Skripsi.

KOMPETENSI KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU PAI DI MTsS YASPENDI SUNGAI IYU. Skripsi. KOMPETENSI KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU PAI DI MTsS YASPENDI SUNGAI IYU Skripsi Diajukan Oleh : JOKO RAMADHAN Nim : 1012011013 Program Studi Pendidikan Agama Islam FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS YANG DINAMIS SEBAGAI DAYA TARIK MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI SAMPANGAN NO. 26 TAHUN 2016

PENGELOLAAN KELAS YANG DINAMIS SEBAGAI DAYA TARIK MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI SAMPANGAN NO. 26 TAHUN 2016 PENGELOLAAN KELAS YANG DINAMIS SEBAGAI DAYA TARIK MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI SAMPANGAN NO. 26 TAHUN 2016 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam. kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam. kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada berbagai pendapat menyangkut pola, peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah pada suatu lembaga pendidikan. Ketika ada atau tidak ada Kepala Sekolah pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Menurut Sastrohadiwiryo (2005:291) Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelengaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Oleh : ISKANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Fitra Febri Annisa 1, Desriyeni 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan atau lembaga pemerintahan memiliki budaya kerja, yaitu suatu sistem nilai yang merupakan kesepakatan bersama dari semua yang terlibat dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dai kemajuan sekolah. Ia harus mampu memimpin dan menjalankan peranannya agar segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis (wahdatul anasir), manusia memiliki empat fungsi yaitu manusia sebagai makhluk Allah SWT, manusia

Lebih terperinci