KAITAN ANTARA KEJADIAN MENOPAUSE DENGAN PEMAKAIAN KB DMPA (DEPOMEDROXY PROGESTERONE ACETATE) JANGKA PANJANG TERHADAP PENURUNAN LUBRIKASI VAGINA
|
|
- Indra Darmali
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAITAN ANTARA KEJADIAN MENOPAUSE DENGAN PEMAKAIAN KB DMPA (DEPOMEDROXY PROGESTERONE ACETATE) JANGKA PANJANG TERHADAP PENURUNAN LUBRIKASI VAGINA Luh Ari Arini Jurusan DIII Kebidanan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha Abstract : The association between menopausal occurrence and long-term use of DMPA contraception to decrease vaginal lubrication. General purpose of this article is to examine the relationbetween incidences of menopause with long term of using DMPA contraception to decrease vaginal lubrication. The method in this research is literature study or review from the results of previous research. The result of this study showed that menopausal and long-term DMPA users experienced have hormonal disturbances in the body, beginning with a decrease in organ function is ovarium and directly affecting the working system of the HPG/ hypothalamuspituitary-gonad axis, which eventually generates to estrogen deficiency. The impact of this process is decreased in sexual function mainly characterized by decreased vaginal lubrication. Abstrak: Kaitan antara kejadian menopause dengan pemakaian KB DMPA jangka panjang terhadap penurunan lubrikasi vagina. Tujuan umum untuk mengetahui kaitan antara kejadian menopause dengan pemakaian KB DMPA jangka panjang terhadap penurunan lubrikasi vagina. Metode yang digunakan yakni studi literatur atau dari telaah hasil-hasil penelitian terdahulu. Hasil telaah menunjukan bahwa kejadian menopause dan pengguna KB DMPA jangka panjang mempunyai pengaruh yang sama, yaitu menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal dalam tubuh, baik diawali dengan penurunan fungsi organ seperti ovarium maupun langsung mempengaruhi sistem kerja dari poros HPG/hipotalamus-pituitary-gonad, lamakelamaan menimbulkan defisiensi estrogen sehingga pada akhirnya menyebabkan penurunan fungsi seksual terutama ditandai dengan penurunan lubrikasi vagina. Kata kunci: Menopause, KB DMPA, Penurunan lubrikasi vagina 1
2 Jurnal Genta Kebidanan, Volume 8, Nomor1, Juni 2018, hlm Fungsi seksual pada wanita berhubungan erat dengan kesehatan reproduksi wanita tersebut, jika seorang individu mengalami gangguan pada fungsi seksualnya maka fungsi reproduksi juga pasti terganggu. Fungsi seksual merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam kehidupan perkawinan. Berfungsi secara optimal atau tidaknya hubungan seksual dalam perkawinan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi lain yang kemudian dapat mempengaruhi pula kualitas hidup pasangan suami-istri (Elvira, 2006). Wanita yang mengalami penurunan bahkan gangguan pada fungsi seksual yang disebut juga dengan disfungsi seksual, maka akan menyebabkan pola aktivitas seksualnya bersama pasangan terganggu. Disfungsi seksual sendiri merupakan kegagalan yang menetap atau berulang, baik sebagian atau keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan respon lubrikasi dan vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Disfungsi seksual juga merupakan penurunan libido atau hasrat seksual baik pada pria maupun wanita.faktor risiko terpenting kejadian disfungsi seksual adalah vagina kering, yang terjadi karena tidak adanya lubrikasi vagina sehingga aktivitas seksual dapat terganggu, bahkan menyebabkan hilangnya minat atau dorongan seksual, tanpa cairan ini peristiwa senggama menjadi tidak nyaman bahkan terasa sangat menyakitkan. Cairan lubrikasi vagina merupakan cairan yang berguna dalam proses penetrasi penis ke dalam vagina, yaitu berfungsi untuk membasahi dinding vagina. Cairan ini dihasilkan oleh wanita saat mulai mengalami rangsangan seksual, dikatakan juga sebagai pelumas saat berhubungan seksual. Cairan lubrikasi akan menurun bahkan menghilang ketika wanita tersebut mengalami penurunan hormon estrogen.beberapa gejala yang ditemukan karena kadar estrogen yang rendah antara lain: nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)akibat berkurangnya lubrikasi vagina, peningkatan resiko infeksi saluran kencing akibat menipisnya dinding uretra, menstruasi tidak teratur, perubahan mood, nyeri payudara, susah berkonsentrasi, kelelahan dan osteoporosis (Stevanni, 2017). Mendukung pernyataan tersebut, Levitra (2003) dalam Pangkahila (2006), mengatakan gangguan fisik yang dapat menimbulkan disfungsi seksualyaitu, penyakit diabetes mellitus, gangguan neurologis, gangguan hormonal, menurunnya hormon estrogen seperti yang terjadi saat menopause, obat-obatan dan kontrasepsi hormonal serta alkohol. Masa menopause merupakan masa berhentinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat tidak aktifnya folikelsel telur di ovarium, oleh karena organ tersebut mengalami penurunan maupun hilangnya fungsi dalam memproduksi dan mensekresikan hormon-hormonnya seperti estrogen dan progesteron. Berhentinya produksi estrogen mengakibatkan perubahan pada organ genitalia seperti lubrikasi dan vasokongesti, yang mendorong menurunnya fungsi seksual sehingga menimbulkan kejadian disfungsi seksual.terbukti dari banyak wanita menopause yang melaporkan berkurangnya dorongan seksual saat memasuki masa menopause (McKhann, 2010). Wanita menopause sering mengalami gangguan pada saluran urogenital, yang merupakan organ yang sangat sensitif terhadap perubahan dari penurunan estrogen, dan hampir seluruh wanita menopause mengalami gejala yang berkaitan dengan atrofi genital. Atrofi genital terjadi oleh karena penipisan lapisan epitel vagina sehingga jaringan vagina menjadi berkerut(atrofi), dan terjadi gangguan dalam pengeluaran cairan lubrikasi secara alami, sehingga vagina menjadi kering. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi fungsi seksual karena menyebabkan nyeri saat melakukan 2
3 3 hubungan seksual dan mempengaruhi kualitas kehidupan seksual mereka (Sturdee & Panay, 2010). Menopause menyebabkan penipisan mukosa vagina, dispareunia, penurunan lubrikasi vagina dan keluhan-keluhan subyektif (Cuningham et al., 2010). Penelitian menunjukkan bahwa keluhan pada wanita menopause yang berkaitan dengan atropi genital yaitu dispareunia (40%), gatal genitalia (40,8%) dan hilangnya libido (51%) (Prastiwi et al., 2016). Penelitian oleh Cabral (2014), ditemukan dari 370 wanita usia tahun didapatkan 67% mengalami disfungsi seksual. Menurut Jaafarpour (2013), sekitar 75,7% wanita usia tahun mengalami disfungsi seksual dinilai menggunakan kuisioner FSFI. Hasil Penelitian Wahyuni dan Rahayu (2016), didapatkan data sebagian besar wanita menopause mengalami disfungsi seksual yaitu sebesar 82,4% atau sebanyak 28 orang responden. Penelitian yang menggunakan hewan coba telah dibuktikan oleh Irmayanti (2016), pada tikus betina yang post ovariektomi (pengangkatan ovarium) mengakibatkan penurunan drastis dari hormon estrogen, hal tersebut menyebabkan integritas struktural vagina seperti: ketebalan dinding epitelium vagina, luas area muskularis dan jumlah vaskular vagina yang berkurang.penelitian pada tingkat gen juga membuktikan bahwa jumlah ekspresi mrna (messanger ribonucleid acid) reseptor estrogen di vagina menurun secara signifikan pasca tikus betina diovariektomi (Armayanti, 2016). Jadi jika dianalogikan pada wanita menopause, dapat dipastikan bahwawanita yang mengalami penurunan bahkan hilangnya fungsi ovarium, oleh karena faktor penuaan menyebabkan terjadinya defisiensi estrogen dan akan berdampak terhadap penurunan fungsi seksualnya, yang ditunjukan oleh perubahan struktur vagina. Gangguan hormonal juga terjadi pada wanita yang menjadi pengguna KB/kontrasepsi DMPA. DMPA merupakan jenis kontrasepsi pada wanita yang hanya mengandung hormon progesteron yang diberikan secara intramuskular dengan dosis 150mg/ml. Pemberian hormon progesteron secara eksternalakan langsung beredar melalui darah kemudian mempengaruhi keseimbangan hormon dan mengganggu siklus hormonal alami tubuh, sehingga sekresi hormon estrogen yang berguna untuk proses lubrikasi vagina akan terhambat. Pemberian progesterone eksternal,akan menyebabkan proses feedbackke otak (hipotalamus dan hipofise), untuk mensekresikan FSH (follicle stimulating hormone) kembali tidakdapat berlangsung melainkan sebaliknya menyebabkan hipofise menunda pengeluaran FSH, maupun LH (Luteinizing hormone) oleh karena masih adanya hormon progesteron ini, dan akhirnya siklus hormonal pada wanita normal terganggu yang ditandai dengan siklus haid berikutnya tidak terjadi. Oleh karena itu, penggunakb hormonal dapat mengalami gangguan haid dan penurunan libido. Penurunan fungsi seksual pada pengguna KB DMPA jangka panjang terutama pemakaian lebih dari dua tahun, timbul karena faktor perubahan hormonal yang mengarah ke kondisi pengeringan pada vagina, sehingga menyebabkan nyeri saat bersanggama dan akhirnyamenurunkan gairah seksual (Saifuddin, 2006). Studi oleh Imronah (2011), persentase disfungsi seksual pada wanita usia subur/wus yang menggunakan kontrasepsi DMPAdi Bandar Lampung, dinilai menggunakan skor FSFIyaitu sebesar 66,2%. Angka kejadian disfungsi seksual wanita di setiap negara bisa berbeda-beda misalnya di Turki 48,3%, Ghana (72,8%) Nigeria (63%), dan Indonesia (66,2%), jika dirata-ratakan didapatkan angka prevalensi sebesar 3
4 Jurnal Genta Kebidanan, Volume 8, Nomor1, Juni 2018, hlm ,04%, artinya lebih dari separuh kaum wanita dalam suatu negara berpotensi mengalami gangguan fungsi seksual. Hasil wawancara singkat yang dilakukan oleh penulis dikota Singaraja Bali, pada 10 orang pengguna KB DMPA dan 10 orang wanita menopause. Sebagian besar pengguna KB DMPA (>2 th) dan wanita menopause, mengalami masalah dalam aktivitas seksual terutama masalah pada lubrikasi vagina, karena mereka mengeluhkan vaginanya terasa kering dan beberapa merasakan nyeri saat berhubungan seksual. Wanita yang terangsang secara seksual, mengalami proses transudasi maksimal yakni darah dalam dinding rahim akan mengalir lebih banyak ke organ-organ panggul sehingga menyebabkan cairan atau lendir vagina keluarlebih banyak. Jika terjadi masalah pada fungsi seksual maka proses lubrikasi vagina tersebut juga tidak akan terjadi, yang akhirnya mempengaruhi pola aktivitas seksual seorang wanita. Oleh karena itu disfungsi seksual pada wanita tidak bisa dipandang remeh, karena menyangkut kualitas hidup lebih dari separuh populasi wanita (Walwiener et al., 2010). Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik mengangkat masalahini dan selanjutnya menganalisis terkait dengan, hubungan antara peristiwa menopause dan penggunaan KB DMPA jangka panjangpada wanita terhadap menurunnya lubrikasi vagina, yang dapat mempengaruhi kehidupan seksualnya bersama pasangan.oleh karena diperkirakan ada kesamaan dalam penurunan hormon khususnya estrogen pada kedua kasus tersebut, dan selanjutnya menimbulkan penurunan pada fungsi seksual. Studi literatur Pengertian penurunan fungsi seksual Penurunan fungsi seksual yaitu berkurangnya kemampuan untuk menjalankan aktivitas seksual, yang ditandai dengan menurunnya keinginan atau minat dalam melakukan hubungan seksual oleh karena keadaan yang bersifat fisik seperti masalah hormonal, menderita suatu penyakit tertentu, kelainan sistem reproduksi maupun masalah psikis seperti stres, cemas maupun depresi, sehingga menyebabkan tidak berfungsinya secara opitimal kemampuan dalam segi seksualitas seseorang. Penurunan fungsi seksual dikatakan juga sebagaidisfungsi seksual yang menunjukan adanya gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual (Pangkahila, 2006). disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu atau lebih dari keseluruhan respons seksual yang normal (Elvira, 2006). Respon seksual manusia yakni: fase rangsangan (excitement phase), fase datar (plateau), orgasme dan resolusi, sehingga adanya gangguan atau hambatan pada setiap fase diatas maka dapat menyebabkan disfungsi seksual (Heffner et al., 2008). Macam-macam disfungsi seksual Berdasarkan Diagnostic and Statistic Manual VersionIV, disfungsi seksual dibagi menjadi empat kategori yaitu gangguan minat/keinginan seksual (desire disorders), gangguan gairah seksual (arousal disorder), gangguan mencapai orgasme (orgasmic disorder), dan gangguan nyeri senggama (sexual pain disorder) (American Phychiatric Assocation; Rosen, 2000). Skala yang digunakan dalam pengukuran disfungsi seksual yakni skor female sexual function index/fsfi, merupakan alat ukur yang valid dan akurat terhadap fungsi seksual wanita. Kuesioner ini terdiri dari 19 pertanyaan yang terbagi dalam enam subskor domain fungsi seksual seperti: minat seksual/desire, rangsangan seksual (arousal), lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan rasa nyeri yang diukurdalam empat minggu terakhir. Skor yang tinggi pada tiap domain 4
5 Luh Ari Arini, Kaitan Antara Kejadian Menopause Dengan Pemakaian KB 5 menunjukkan level fungsi seksual yang lebih baik (Walwiener et al., 2010). METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berdasarkan studi literatur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kaitan antara kejadian menopause dengan pengguna KB DMPA jangka panjang,dengan waktu penggunaan selama 2 tahun atau lebih, terhadap menurunnya lubrikasi vagina pada wanita melalui telaah literatur/pustaka. Literatur yang dipergunakan dalam pembahasan ini dikumpulkan melalui sumber sekunder (internet dan jurnal ilmiah). Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian dianalisis secara deskriptif pada isi artikelterkait dengan penurunan fungsi seksual pada wanita menopause dan wanita pengguna KB DMPA.Berdasarkan penelitian oleh para pakar sebelumnyaterkait dengan permasalahan yang penulis angkat ini, seperti yang dilakukanoleh: Cabral (2014), Jaafarpour (2013), Imronah (2011), Saputra (2013), Hurrahmi (2016), Batlajery et al (2015), Rifiana & Rahmawati (2015), Wahyuni & Rahayu (2016), Hartatik (2017), Royhanaty & Gitanurani (2016), Prastiwiet al (2017), Irmayanti (2016), Armayanti(2016). Dari hasil analisis tersebut selanjutnya ditarik kesimpulan mengenai keterkaitan peristiwa penurunan fungsi seksual dalam bentuk penurunan lubrikasi pada vagina antara wanita menopause dan pengguna KB DMPA. HASIL DAN PEMBAHASAN Kejadian penurunan fungsi seksual oleh karena menopause Berdasarkan penelitian oleh Rifiana dan Rahmawati (2015)menunjukan dari 84 responden sebagian besar yaitu sebanyak 51 orang (60,7%) mengalami penurunan seksual pada masa menopause.studi selanjutnya oleh Wahyuni dan Rahayu tahun 2016 di Jawa Tengah, diketahui dari 34 responden didapatkan data sebagian besar perempuan menopause mengalami disfungsi seksual yaitu sebesar 82,4% atau 28 orang responden. Penelitian oleh Hurrahmi tahun 2016 di RSUD Dr Sutomo Surabaya, didapatkan prevalensi disfungsi seksual dari 37 responden wanita menopause yaitu sebesar 78,4%. Angka disfungsi seksual khususnya pada domain lubrikasi vagina diketahui sebanyak 27 orang (73%) mengalami gangguan lubrikasi dan dispareunia sebanyak 26 orang (70,3%). Dapat disimpulkan bahwa prevalensi disfungsi seksual wanita menopause yang tinggi dipengaruhi oleh gangguan pada masing-masing domain seksual terutama lubrikasi dan dispareunia. Penurunan fungsi seksual oleh karena penggunaan KB hormonal (DMPA) jangka panjang Berdasarkan penelitian oleh Saputra tahun 2013 di Puskesmas Bandar Lampung, dari 110 responden yang menjadi subjek penelitian didapatkan bahwa prevalensi disfungsi seksual pada akseptor/pengguna kontrasepsi hormonal yakni 68,18% (75 orang). Angka disfungsi seksual tersebut didapat menggunakan total skor FSFI, pada domain lubrikasi vagina didapat prevalensi sebesar 62,73% dan dispareunia sebesar 58,18%. Berdasarkan hal tersebut menunjukan adanya masalah pada lubrikasi vagina yang dapat menyebabkan hambatan dalam fungsi seksual. Penelitian oleh Hartatik tahun 2017 di klinik Pratama Yogyakarta, didapatkan dari 25 akseptorkb DMPA dengan lama pemakaian > 2 tahun, sebanyak 24 akseptor (82,8%) mengalami disfungsi seksual. Penelitian sebelumnya oleh Royhanaty dan Gitanurani (2016)di kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan responden yang menggunakan DMPA selama 2 tahun memiliki tingkat fungsi seksual sekitar 72. Dari hasil analisis data diperoleh korelasi bermakna antara lama pemakaian KB 5
6 Jurnal Genta Kebidanan, Volume 8, Nomor1, Juni 2018, hlm DMPA dengan tingkat fungsi seksual, artinya semakin lama pemakaian DMPA akan semakin menurunkan tingkatfungsi seksual. Pemakaian DMPA yang lama mengakibatkan terjadi penumpukan progesteron di dalam tubuh. Progesteron yang berlebihan akan mengakibatkan hormon testosteron wanita tidak akan terbentuk, sehingga kadar estrogen menurundan akhirnya mengakibatkan gairah seksual wanita menurun. Salah satu jenis penurunan fungsi seksual yang penting dalam aktivitas seksual, juga tertera dalam kuisioner FSFI yakni gangguan pada proses lubrikasi vagina. Lubrikasi vagina berasal dari cairan sekresi vagina yang digunakan sebagai lubrikasi saat hubungan seksual. Cairan ini terdiri dari transudat, sel epitel yang terkelupas dan bakteri, juga cairan serviks, endometrium dan tuba fallopii (Bahar et al., 2010). Bagi wanita lubrikasi merupakan cairan yang penting saat senggama, yang menandakan bahwa vagina telah siap untuk penetrasi penis, sehingga mencegah iritasi dan nyeri. Lubrikasi terjadi secara alami saat terjadi rangsangan seksual. Jumlah pelumas alami yang dibutuhkan vagina dapat optimal selama kadar hormon estrogen cukup. Estrogen juga berfungsi menjaga lapisan vagina tetap elastis, tebal dan sehat, namun pada masa menopause produksi hormon estrogen mulai berkurang dan secara bertahap berhenti. Hal ini terjadi pada lebih dari 50% perempuan berusia tahun. Menurunnya kadar hormon estrogen menyebabkan atrofi vagina, yaitu kondisi vagina menjadi lebih tipis dan kurang elastis. Selain itu, jumlah pelumas alami yang tersedia ikut menurun sehingga membuat vagina kering (Moudy, 2016). Sejalan dengan proses penuaan yang pasti dialami oleh setiap wanita, terjadi pula kemunduran fungsi organ-organ tubuh termasuk salah satunya organ reproduksi wanita yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa penurunan atau gangguan pada aspek fisikbiologis-seksual seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi(2017) tentang pengaruh penggunaan lubrikan terhadap peningkatan fungsi seksual pada wanita menopause. Pengamatan tersebut dilakukan pada 12 wanita menopause, diketahui 11 orang kesulitan mendapatkan lubrikasi saat melakukan hubungan seksual (Prastiwi et al., 2017).Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa saat wanita mengalami menopause, terjadi penipisan lapisan epitel vaginasehingga vagina menjadi atrofi, dan terjadi gangguan dalam pengeluaran cairan lubrikasi secara alami yaitu pengeluarannya menjadi lambat dan lama atau bahkan tidak keluar (Sturdee & Panay, 2010). Setelah penggunaan lubrikan terjadi perubahan pada aspek fungsi seksual, yaitu 11 wanita menopause tersebut mengalami peningkatan kepuasan seksual dan 12 wanita mengatakan nyeri saat melakukan hubungan seksual berkurang (Prastiwi et al., 2017).Jadi terbukti bahwa penggunaan cairan lubrikan berguna sebagai pelumas untuk melakukan aktivitas seksual, serta dapat meningkatkan fungsi seksual wanita menopause. Oleh sebab itu cairan lubrikasi ini sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan seksual seseorang untuk mencapai kesejahteraan dalam hubungan intim bersama pasangannya. Hormon estrogen pada wanita membantu menjaga jaringan vagina yang sehat dengan mempertahankan pelumasan vagina, elastisitas jaringan normal dan keasaman. Estrogen sangat berperan dalam struktur dan fungsi genital normal, merangsang proliferasi epitel sel di vagina dan remodeling dari pembuluh darah. Faktor-faktor ini membuat pertahanan alami terhadap infeksi vagina dan saluran kemih, namun ketika tingkat estrogen 6
7 Luh Ari Arini, Kaitan Antara Kejadian Menopause Dengan Pemakaian KB 7 menurun, pertahanan alami ini pun menurun. Pada akhirnya membuat lapisan vagina menjadi kurang elastis, rapuh, tipis dan meningkatnya resiko infeksi pada saluran kemih. Mekanisme estrogen mempengaruhi vagina adalah melalui efek langsungnya pada target sel di vagina, dimediasi oleh reseptor estrogen yang terdapat di sel epitelium, sel endotelial, dan sel otot polos genetalia. Reseptor estrogen dalam jumlah banyak ditemukan pada daerah vagina, vulva, vestibulum, labia, dan uretra yang mengindikasikan bahwa genetalia tersebut memerlukan estrogen untuk pemeliharaan fungsi dan strukturnya. Penurunan kadar estrogen akan menyebabkan jaringan genetalia tersebut menjadi rentan mengalami atrofi (Goldstein et al., 2013). Jaringan epitelium, vaskular, muskular, dan jaringan ikat vagina yang mengalami atrofi menyebabkan vagina menjadi pucat, dan hilangnya lipatan (rugae) yang biasanya ditemukan pada vagina yang terpapar estrogen. Hal yang sama juga terjadi pada klitoris yang merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap sentuhan, sehingga wanita tidak dapat merasakan rangsangan seksual, hal itu menyebabkan lubrikasi menjadi terhambat. Atrofi pada lamina propia pembuluh darah akan mengurangi aliran darah ke jaringan, yang berdampak pada dinding vagina, sehingga menyebabkan kekeringan vagina, rasa iritasi, dispareunia, dan perubahan flora normal vagina oleh karena penurunan lubrikasi vagina. Penipisan lapisan jaringan epitel juga akan meningkatkan kerapuhan dan penurunan elastisitas jaringan vagina. Ketika aktivitas seksual terjadi saat kondisi defisiensi estrogen, maka vagina akan menjadi memendek dan menyempit, terlebih lagi terjadi penurunan lubrikasi dan elastisitas akan menyebabkan aktivitas seksual menjadi menyakitkan, tidak menyenangkan, dan tidak memuaskan (Freedman, 2002; Kovalevsky, 2004; Gordon, 2007). Oleh karena itu atrofi vagina yang terjadi karena penurunan kadar estrogen berkontribusi terhadap terjadinya disfungsi seksual. Proses berjalannya siklus hormonal pada wanita awal mulanya dikontrol melalui poros hipotalamus di otak, hipotalamus akan merangsang hipofise (kelenjar pituitary) untuk menghasilkan hormon gonadotropin dalam bentuk FSHdan LH, yang akan merangsang ovarium untuk menghasilkan hormonnya kembali yakni estrogen dan progesteron.estrogen dan progesteron berfungsi untuk memelihara dinding endometrium, untuk proses menstruasi dan integritas struktural vagina. Saat menopause terjadi penurunan dari dua hormon yang disekresikan oleh ovarium, disebabkan karena organ tersebut mengalami penurunan fungsi oleh karena pertambahan usia. Jadi walaupun FSH dan LH tetap diproduksi oleh kelenjar namun tetap tidak dapat mempengaruhi organ ovarium yang telah menurun efekivitasnya tersebut, sehingga hormon estrogen tetap tidak dapat disekresikan. Sama halnya pada pengguna obata-obatan yang mengandung hormonal seperti kontrasepsi hormonal, dimana hormon diberikan secara eksternal (dari luar) pada wanita, akan menghambat poros HPG/hipotalamus-pituitary-gonad (ovarium) untuk menjalankan siklus reproduksinya. Menopause sendiri merupakan keadaan yang identik dengan penurunan produksi estradiol ovarium. Walaupun beberapa produksi estrogen perifer yang merupakan konversi dari androstenedion menjadi estron terjadi di jaringan adiposa, namun penurunan kadar estrogen terjadi dengan cepat selama masa transisi menopause. Wanita yang memiliki kadarestradiol serum dibawah 50 pg/ml melaporkan vagina kering, dispareunia, dan nyeri selama aktivitas seksual (Goldstein et al., 2013). Defisiensi estrogen akan memperpanjang waktu untuk mencapai vasokongesti vagina, dimana hal ini akan 7
8 Jurnal Genta Kebidanan, Volume 8, Nomor1, Juni 2018, hlm menyebabkan lubrikasi vagina yang inadekuat serta penurunan intensitas dan frekuensi kontraksi uterus dan vagina selama orgasme. Rendahnya aktivitas seksual akan memperberat atrofi vagina, dispareunia, dan memicu keengganan, kecemasan, dan penurunan gairah seksual (Goldstein & Alexander, 2005; Irmayanti, 2016). Oleh sebab itu keadaan vagina yang kering dan dispareunia sering menyebabkan keengganan untuk melakukan hubungan seksual, karena takut merasakan nyeri saat hubungan seksual. Vagina kering merupakan tanda dari atrofi vagina, yakni penipisan dan peradangan pada dinding vagina akibat defisiensi estrogen, yang merupakan salah satu gejala yang dirasakan oleh wanita menopause seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.selama fase menopause, gangguan seksual makin banyak dilaporkan. Prevalensi gangguan ini cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Gejala mengarah ke penurunan fungsi seksual termasuk penurunan libido, lubrikasi vagina, dispareunia dan vaginismus. Proses menopause mempunyai dampak yang signifikan terhadap respon seksual seorang wanita (Bahar et al., 2010). Proses menopause merupakan peristiwa berhentinya siklus haid atau siklus reproduksi wanita secara fisiologis, yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia wanita yang terjadi pada usia tahun. Ketika memasuki usia 40 tahun, wanita mulai mengalami siklus haid tanpa ovulasi. Kondisi ini berkaitan erat dengan menurunnya fungsi ovarium (indung telur) dalam memproduksi folikel de graft, karena pada masa itu hanya beberapa folikel primordial yang tersisa dan dirangsang oleh FSH dan LH, serta produksi estrogen dari ovarium akan berkurang sewaktu jumlah folikel primordial mencapai nol.(proverawati, 2010). Penurunan fungsi indung telur dimulai dari ketidakmampuan sel granulose untuk menghasilkan inhibin yang mengakibatkan peningkatan kadar folikel mencapai IU/ml, dengan kadar estrogen normal. Setelah fase ini terdapat suatu fase dengan kadar estrogen yang fluktatif dan ditandai dengan adanya siklus haid yang mulai tidak teratur. Ketika ovarium tidak lagi produktif, folikel de graft tidak dapat berkembang maka rangsangan untuk produksi hormon estrogen dan progesteron menurun (Nirmala, 2003). Haid yang mulanya tidak teratur lambat laun menjadi terhenti, akibat dari endometrium yang kehilangan rangsangan oleh hormon estrogenkarena kadar estrogen diketahui turun mencapai pg/ml (Prawirohardjo, 2008). Ketika produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi menghambat produksi gonadotropin. Sebaliknya, gonadotropin terutama FSH diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2014). Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hipotalamus, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin sehingga membuat pola hormonal wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan menurunnya kadar estrogen di dalamtubuh maka fungsi fisiologis hormon tersebut akan menjadi terganggu. Perubahanfisiologik sindroma kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinisberupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, dangangguan siklus haid (Baziad, 2008). Dari beberapa penelitian yang lalu membuktikan berbagai keluhan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh wanita menopause, yaitu perubahan fungsi seksual yang terdiri dari penurunan gairah seksual, adanya keluhan nyeri saat 8
9 Luh Ari Arini, Kaitan Antara Kejadian Menopause Dengan Pemakaian KB 9 melakukan hubungan seksual dan penurunan durasi dalam berhubungan seksual. Berbagai keluhan ketidaknyamanan tersebut menyebabkan adanya ketidakpuasan setelah berhubungan seksual, dan penurunan frekuensi hubungan seksual oleh karena adanya penurunan gairah dalam melakukan hubungan seksual (Palupi, 2010). Masalah tersebut ternyata juga terjadi pada penggunaan kontrasepsi hormonal yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan hormonal dalam tubuh. Pada pemakaian hormon estrogen dan progesteron sintetis, misalnya etinilestradiol akan memberikan efek-efek tertentu bagi tubuh. Efektivitas hormon ovarium terhadap fungsi gonadotropik dan hipofisis yang menonjol yakni, hormon estrogen yang menghambat sekresi FSH dan progesteron menghambat sekresi LH. Sehingga jelas bila sekresi FSH dan LH dihambat maka akan terjdi ketidaksimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh (Hartanto, 2009). Depomedroksi progesteron asetat merupakan salah satu regimen kontrasepsi progestin yang sering digunakan dan bekerja jangka panjang. DMPA merupakan analog sintetik dari hormon progesteron steroid alami yang dapat menekan sekresi gonadotropin hipofisis yang menghambat produksi FSH dan LH, sehingga digunakan sebagai kontrasepsi hormonal pada wanita. DMPA aktif bekerja secara biologis dan farmakologis setelah pemberian melalui oral dan parenteral. Secara umum, DMPA berpengaruh terhadap jaringan atau organ sistem reproduksi beserta fungsinya (Commitee for Veterinary Medical Products. Medroxyprogesterone acetate; yunardi et al., 2008). Penggunaan estrogen dan progestin secara terus menerus menimbulkan penghambatan sekresi GnRH dan gonadotropin, sedemikian rupa hingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi. Progestin akan menyebabkan bertambah kentalnya mukus serviks sehingga penetrasi sperma terhambat, terjadi gangguan keseimbangan hormonal dan hambatan progesteron menyebabkan hambatan gangguan pergerakan tuba. Penggunaan KB DMPA jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi dan jerawat (Saifudin, 2010). Peristiwa hormonal yang terjadi pada pengguna kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi efek umpan balik positif estrogen dan umpan balik negative progesteron. Pemberian hormon yang berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen maupun progesteron menyebabkan peningkatan kadar kedua hormon tersebut di darah, hal ini akan di deteksi oleh hipofisis anterior dan akan menimbulkan umpan balik negatif dengan menurunkan sekresi hormon FSH dan LH, dan dengan keberadaan progesteron efek penghambatan estrogen akan berlipat ganda (Moudy, 2016). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Varney (2007), terkait mekanisme kerja KB hormonal yaitu dengan cara menghambat sekresi hormon pemicu folikel serta dengan menghambat lonjakan LH. Penelitian Batlajery et al (2015), membuktikan bahwa suntikan DMPA, memiliki efek utama yaitu mencegah ovulasi dengan kadar progestin yang tinggi akan menghambat lonjakan LH secara aktif. Hal ini lambat laun akan menyebabkan gangguan fungsi seksual berupa penurunan libido dan potensi seksual lainnya. Estrogen dan progesteron yang diberikan secara eksternal dalam waktu yang lama akan menghambat gonadotropin dan hipotalamus untuk menghasilkan hormon-hormon secara alami, tidak bisa merangsang ovarium untuk menghasilkan hormonnya kembali, sehingga proses terhambat dan tidak dapat berjalan atau dengan kata lain mekanisme feedback terganggu. Dalam jangka waktu tertentu 9
10 Jurnal Genta Kebidanan, Volume 8, Nomor1, Juni 2018, hlm tubuh dapat mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi estrogen agar tetap dalam keadaan normal, namun dalam jangka waktu lama menyebabkan hilangnya kompensasi tubuh dan menurunnya sekresi hormon terutama estrogen (Zettira dan Nisa, 2015).Bukti penelitian yang mendukung teori tersebut yakni oleh Hassan (2014) bahwa kejadian disfungsi seksual terjadi seiring dengan lama penggunaan kontrasepsi hormonal. Pada 6 bulan pertama 53,6% akseptor mengalami disfungsi seksual, 1 tahunnya meningkat menjadi 70,8%, 2 tahunnya meningkat menjadi 73,9% dan penggunaan 3 tahun meningkat 77,8% (Hassan etal., 2014). Hasil penelitian lain yang sama disampaikan oleh Batlajery (2015) dari studi yang dilakukan di puskesmas Palmerah, terjadi disfungsi seksual pada akseptor KB hormonal lebih tinggi (32,7%) dibandingkan dengan akseptor KB non hormonal (29,1%). Hal berbeda disampaikan oleh Tekin (2014), bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal mempunyai skor FSFI lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan, namun pada dimensi nyeri saat senggama pengguna kontrasepsi hormonal mempunyai skor yang lebih tinggi dari kelompok yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, hal ini disebabkan karena berkurangnya lubrikasi saat senggama (Tekin et al., 2014). Hal tersebut menunjukan walaupun didapat skor FSFI tidak terganggu, tapi lubrikasi vagina mengalami gangguan terbukti dari nyeri yang dirasakan saat berhubungan seksual. Penelitian oleh Irmayanti(2016), penggunaan kontrasepsi DMPA jangka panjang menimbulkan keadaan hipoestrogenisme yang menyebabkan terjadinya disfungsi seksual. Hasil penelitiannya menunjukan peningkatan angka kejadian disfungsi seksual seiring dengan lamanya menggunakan DMPA. Dari data didapatkan bahwa prevalensi disfungsi seksual pada akseptor KB DMPA 2 th (44,44%) dan 4 th (55,56%). Penelitian berikutnya oleh Rahmalia (2017), dari 38 responden didapatkan sebagian besar yakni 26 orang (68,4%) mengalami disfungsi seksual, yang mana sebanyak 20 orang (76,9%) diantaranya menggunakan KB DMPA jangka panjang. Efek dari progesteron sintetik adalah mengurangi sekret, peningkatan viskositas dan menurunkan spinbarkeit. Sedangkan manfaat estrogen sendiri membantu adanya sekresi pada organ reproduksi, sehingga hipoestrogen yang terjadi pada tubuh wanita dapat menurunkan libido, nyeri saat berhubungan seksual serta penurunan densitas tulang (Baziad, 2008). Penurunan libido akibat efek hipoestrogenik dari KB DMPA dapat menurunkan frekuensi hubungan seksual seseorang dan menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan seksual seseorang oleh karena gairah seksual menurun. Hal tersebut membuktikan bahwa, sebagian besar akseptor DMPA jangka panjang mengeluh mengalami penurunan fungsi seksual. Hal ini diakibatkan pemakaian KB DMPA dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan kadar estrogen, dan mempengaruhi metabolisme hormon dalam tubuh serta efek samping yang dirasakanbisa semakin banyak. DMPA memberikan dampak terhadap rendahnya estradiol serum seiring lamanya pemakaian, sejalan pada pernyataan oleh Manuaba (2008) bahwa penggunaan yang lebih dari 2 tahun dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala dan jerawat. Winkjosastro (2009), juga mengatakan bahwa DMPA mengandung progesteron yang efek kerjanya adalah antiestrogenik, sehingga penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan defisiensi estrogen sebagian. Penyebab dari disfungsi seksual pada wanita terutama karena adanya ganguan di sistem saraf pusat, yang menyebabkan produksi hormon mengalami masalah. 10
11 Luh Ari Arini, Kaitan Antara Kejadian Menopause Dengan Pemakaian KB 11 Sistem saraf pusat tersebut memainkan peran penting dalam meregulasi sistem hormonal maupun metabolisme tubuh pada pria dan wanita khususnya yang berperan dalam fungsi seksualnya. Penyimpangan dari regulasi sistem saraf pusat akan mengahasilkan disfungsi seksual. Oleh karena itu terapi farmakologi yang dapat diberikan terutama berfokus pada mekanime kerja dari sistem saraf pusat yang ada di otak, sehingga secara aman dan efektif dapat menolong wanita yang mengalami kesulitan karena masalah kesehatan seksual tersebut (Goldstein, 2007). Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada menopause terjadi penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan gangguan pada mekanisme kerja dari sistem saraf pusat, sama halnya pada pengggunaan KB DMPA jangka panjang yang lama-kelamaan juga akan menggangu mekanisme dari sistem saraf pusat dalam meregulasi hormon dalam tubuh. Jadi berdasarkan penelitian-penelitian para pakar yang telah dibahas sebelumnya dapat dianalisis antara kejadian menopause dengan penggunaan KB DMPA jangka panjang, yakni terjadi penurunan hormon estrogen yang merupakan hormon wanita yang terpenting dan berguna dalam pemeliharaan struktur maupun jaringan vagina untuk aktivitas seksual (peristiwa senggama) dan sebagai media wanita untuk menjalankan fungsi reproduksinya. Mekanisme penurunan hormon estrogen memang berbeda antarawanita yang telah menopause dan wanita usia subur yang memakai KB DMPA ini. Pada wanita yang telah menopause penurunan estrogen disebabkan oleh menurunnya atau hilangnya fungsi dari organ ovarium untuk menghasilkan estrogen, sedangkan pada wanita pengguna KB DMPA jangka panjang estrogen menurun karena adanya efek penghambatan oleh progesteron terhadap siklus hormonal dalam tubuh yang akhirnya mempengaruhi produksi estrogen oleh ovarium, oleh karena penambahan hormon progesteron ini secara eksternal atau dengan kata lain progesteron sebagai inhibitor bagi estrogen alami dari tubuh. SIMPULAN Peristiwa menopause dengan penggunaan KB DMPA jangka panjang pada wanita, memiliki hubungan yang erat yakni menyebabkan penurunan fungsi seksual, yang terjadi oleh karena gangguan keseimbangan hormon alami dalam tubuh. Salah satu domain dalam FSFI yang terganggu yakni lubrikasi vagina, sehingga penurunan lubrikasi vagina merupakan bagian dari penurunan fungsi seksual yang disebabkan oleh karena keadaan defisiensihormon estrogen. Jadi pada akhirnya wanita menopause dan wanita pengguna KB DMPA akan menimbulkan rasa sakit ketika berhubungan seksual karena tidak adanya pelumas atau cairan lubrikasi vagina. DAFTAR RUJUKAN Armayanti, L.Y. (2016). Pemberian Kombinasi Estrogen Progesteron dan Testosteron Meningkatkan Ekspresi Messenger Ribonucleaic Acid (mrna) Reseptor Estrogen Alpha dan Androgen pada Vagina Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Dewasa yang Diovarektomi. Journal Intisari Sains Medis; 7 (1): Bahar,E. (2010). Jurnal kedokteran & kesehatan. Palembang: FK Universitas Sriwijaya. Batlajery, J. Hamidah. Mardiana. (2015). Penggunaan metode kontrasepsi suntikan DMPA berhubungan dengan disfungsi seksual wanita padaakseptor KB suntik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 2(2) Baziad, A. (2008). Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: Media Aesculapius. Cabral,P.U.L.Canario, A.C.G. Spyrides, M.H.C. Uchoa, S.A.D. Junior, J.E. 11
12 Jurnal Genta Kebidanan, Volume 8, Nomor1, Juni 2018, hlm Giraldo, P.C. Goncalves, A.K. (2014). Physical Activity And Sexual Function In Middle-Aged Women. Rev Assoc Med Bras; 60 (1): Chandra, L.(2005). Gangguan Fungsi Atau Perilaku Seksual Dan Penanggulangannya. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran. Cuningham, G. F. Levono,K.J. Bloom, S.L. Hauth, J.C. Rouse, D.J. Spong, C.Y. (2010). Williams Obstetrics 23 rd ed. USA: The McGraw-Hill Company. Deborah, G. (2006). Management of Menopausal Symptoms. N Engl Journal Med; 355: Elvira,D. (2006). Disfungsi Seksual Pada Perempuan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Goldstein, I. (2007). Female Sexual Dysfunction and The Central Nervous System. Journal Sexual Medicine: Pubmed. PMID: Goldstein, I. Dicks. B. Kim. N. Hartzell. R. (2013). Multidiciplinary Overview of Vaginal Atrophy and Associated Genitourinary Symptoms in Postmenopausal Women. USA: Journal of Sexual Medicine. P Gordon, J.D Obstetrics, Gynecology & Infertility: Handbook For Clinicians Ed-6 th. Scrub Hill Press, Inc. Guyton, A.C. Hall, J.E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta: EGC. Hartanto, H. (2009). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta.: Pustaka Sinar Harapan. Hartatik.(2017). Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik Dmpa Dengan Kejadian Disfungsi Seksual Di Klinik Pratama Bina Sehat Kabupaten Bantul.Naskah Publikasi. Prodi Bidan Pendidik Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Hassan, R.S. Eraky, E.M. Khatwa, ama. Ghonemy,G.I. (2014). Studi The Effect Of Hormonal Contraceptive Method On Female Sexual Function. Med Journal Cairo Univ. 83(1): Heffner, L.J. Schust, D.J. (2008). At A Glance, Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC pp Hurrahmi, M. (2016). Gambaran Fungsi Seksual Menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI) Pada Wanita Pasca Menopause RSUD Dr Soetomo Surabaya. (Tesis). Universitas Airlangga. URL: pada tanggal 10 April Imronah. (2011). Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik DMPA Dengan Disfungsi Seksual Pada Wanita di Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung (Tesis). STIKES MITRA Lampung. hal. 40. Irmayanti, P.C. (2016). Pemberian Kombinasi Estrogen, Progesteron, dan Testosteron Lebih Meningkatkan Integritas Struktural Vagina Dibandingkan dengan Kombinasi Estrogen dan Progesteron pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Betina Dewasa Post Ovarektomi.Journal Intisari Sains Medis; 7 (1): Jafaarpour, M. Khanf, A. Khajavikhan, J. Suhrabi, Z. (2013). Female Sexual Dysfunction: Prevalence And Risk Factors. Journal Of Clinical And Diagnostic Research, 7: Manuaba, C. (2008). Gawat Darurat Obstetric-Gynekologi & Obstetric & Gynekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Mckhann, G. Marylin. (2010). Keep Your Brain Young. Yogyakarta: Media Pressindo. 12
13 Luh Ari Arini, Kaitan Antara Kejadian Menopause Dengan Pemakaian KB 13 Melba, R.A. Utami, S. Rahmalia,S. (2017). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan Terhadap Disfungsi Seksual. Artikel. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Moudy, E.U. (2016). KB Suntik DMPA Dan Fungsi Seksual Akseptor KB. URL: wordpress.com. Diunduh pada tanggal 19 April 2018 Nirmala. (2003). Hidup Sehat Dengan Menopause. Jakarta: Buku Populer Nirmala.p Pangkahila,W. (2006). Seks Yang Membahagiakan: Menciptakan Keharmonisan Suami Istri. Jakarta: Kompas. Prastiwi, E.N. Niman, S. Susilowati, Y.A. (2017). Pengaruh Penggunaan Lubrikan Terhadap Peningkatan Fungsi Seksual Pada Wanita Menopause Di RW 01 Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah Bandung. Ejournal StikesBorromeus. Di unduh pada tanggal 15 April Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Proverawati. (2010). Menopause Dan Syndrome Premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika. Puspita, P. (2010). Pengalaman Seksualitas Perempuan Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. (Tesis). Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Depok. Rifiana, A.J. Rahmawati, D. (2015). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Penurunan Seksual Pada Ibu Menopause Di Puskesmas Menes Kabupaten Pandeglang Banten. Journal UNAS Repository. Farmakologi, 6 (1). PP Issn Rosen, C. Brown, J. Heiman, S. Leiblum, C. Meston. R, Shabsigh. D, Ferguson.D agostino, J.R. (2000). The Female Sexual Function Index (FSFI): A Multidimensional Self- Repor t Ins trument for the As ses sment of Female Sex ual Function. Journal of Sex & Marital Therapy, 26: Royhanaty, I. Gitanurani, A.(2016). Penurunan Tingkat Fungsi Seksual Sebagai Salah Satu Efek Samping Pemakaian Kontrasepsi Dmpa Jangka Panjang. Artikel. Prodi Kebidanan, STIKES Karya Husada Semarang. Saifuddin, A.B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Saifuddin, A.B. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saputra. (2013). Perbandingan Angka Kejadian Disfungai Seksual Menurut Skoring FSFI pada Akseptor IUD dan Hormonal Di Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung. Jurnal Fakultas Kedokteran Lampung, 1(2). Stevanni, P. (2017). Ciri-ciri Hormon Estrogen Terlalu Rendah Pada Wanita. URL: Diunduh pada tanggal 19 April Sturdee. Panay. (2010). Rekomendasi Penanganan Atrofi Vagina Perempuan Postmenopause. Journal Internasional menopause society. Diunduh pada tanggal 14 April Tekkin, Y.B. Mete, U. Ustuner, I. Balik, G. Guven, E.S.G. (2014). Evaluation Of Female Sexual Function Index And Associated Factors Among Married Woman In North Eastern Black Sea Region Of 13
14 14 Turkey. J Turk Soc Obstet Gynecol. 3: Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta : EGC. Wahyuni, S.Rahayu, T. (2016). Fungsi Sexual Perempuan Pada Masa Menopause Di Wilayah Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Artikel. Departemen Maternitas, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Walwiener, M. Walwiener, L. Seeger, H. Mueck, A. Zipfel, S. Bitzer, J. Walwiener, C. (2010). Effect of Sex Hormones in Oral Contraceptives on the Female Sexual Function Score :A Study in German Female Medical Student. In Contraception (Ed) New York, Springerverlag. pp: 26. Wiknjosastro,H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Winkjosastro. H. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yunardi.Asmida,Y.Suryandari, D.A.Moeloek, N.Wahjoedi, B. (2008). Penentuan Dosis Minimal DMPA Dan Pengaruhnya Terhadap Konsentrasi, Viabilitas Spermatozoa, Dan Kadar Hormon Testosteron Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley.Maj Kedok Indon; 58(6); Zettira. Nisa. (2015). Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Disfungsi Seksual Pada Wanita. Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, 4(7). 14
I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disfungsi seksual pada wanita merupakan masalah kesehatan reproduksi yang penting karena berhubungan dengan kelangsungan fungsi reproduksi seorang wanita dan berperngaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan
Lebih terperinciAnalisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita
Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita Zahra Zettira, Khairun Nisa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Disfungsi seksual pada wanita merupakan
Lebih terperinciThe Comparison of the Incidence of Sexual Dysfunction According to the FSFI Scoring on IUD and Hormonal Acceptor at Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung
The Comparison of the Incidence of Sexual Dysfunction According to the FSFI Scoring on IUD and Hormonal Acceptor at Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung Saputra, MAR., Sutyarso Medical Faculty of Lampung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah pesisir yang sangat ter-marginal-kan, kesulitan mengatasi masalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Propinsi Lampung yang memiliki daerah pesisir. Keberadaan desa pesisir merupakan salah satu bagian wilayah pesisir yang
Lebih terperinciThe Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013
The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 Dewi AT, Sutyarso, Berawi MM, Angraeni ID Medical Faculty of Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN LUBRIKAN TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA MENOPAUSE DI RW 01 DESA PAKUHAJI KECAMATAN NGAMPRAH
PENGARUH PENGGUNAAN LUBRIKAN TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA MENOPAUSE DI RW 0 DESA PAKUHAJI KECAMATAN NGAMPRAH Elisabeth Novilia Abri Prastiwi Susanti Niman., M.Kep., Ns., S.Kep.J Yuanita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PREMENOPAUSE Prameopause adalah masa sekitar usia 40 thn dengan dimulainya dengan siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, yang kadang kadang disertai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan khususnya di Indonesia. Prevalensi DM cukup tinggi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai sebuah gangguan dalam proses yang memiliki karakteristik siklus respon seksual atau rasa sakit terkait
Lebih terperinciKONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)
1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
Lebih terperinciUMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE
UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE Elisabeth Tiwi*, Arimina Hartati Pontoh* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id
Lebih terperinciSiklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12
Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka
Lebih terperinciSistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;
Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut Hiperglikemia dengan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang Indonesia yang diselenggarakan secara terstruktur dan menjadi tanggung jawab Kemendiknas. Tingkat pendidikan dibagi kedalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
Lebih terperinciFUNGSI SEXUAL PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE DI WILAYAH KECAMATAN NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH
FUNGSI SEXUAL PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE DI WILAYAH KECAMATAN NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH Sri Wahyuni 1, Tutik Rahayu 2 Departemen Maternitas, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan
Lebih terperinciPERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR
PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciAnatomi/organ reproduksi wanita
Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,38%. Berdasarkan hasil perhitungan pusat data
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No 1. Februari 2015 GAMBARAN PEMAKAIAN DAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG KONTRASEPSI SUNTIK
GAMBARAN PEMAKAIAN DAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG KONTRASEPSI SUNTIK Eka Riyanti 1) Nurlaila 2) Tri Ratna Ningsih R 3) 1, 2, 3 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong ABSTRAK Banyak wanita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinci32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017
32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017 EFEK SAMPING AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERONE ACETAT (DMPA) SETELAH 2 TAHUN PEMAKAIAN Side Effects Acceptors KB Depo Injection
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga membutuhkan terciptanya keharmonisan agar tujuan-tujuan dalam pembentukan keluarga dapat tercipta. Keharmonisan keluarga terbentuk ketika nilai-nilai dalam
Lebih terperinciTugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif
Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui penginderaan yaitu : penglihatan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui penginderaan yaitu :
Lebih terperinciMasa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun
KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,
Lebih terperinciBAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal seorang wanita dan suatu proses alamiah.
Lebih terperinciThe Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency
The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency Jatmiko Susilo, Suci Irina ABSTRACT Depo Medroxy Progesterone
Lebih terperinciGangguan Hormon Pada wanita
Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan khususnya manusia pasti akan mengalami penuaan baik pada wanita maupun pria. Semakin bertambahnya usia, berbanding terbalik dengan kadar hormon seseorang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. Menopause yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering menjadi ketakutan
Lebih terperinciAnatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang
Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat penting yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Gani Puspitasari NIM : 201110104253 PROGAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIKAN 3 BULAN TERHADAP DISFUNGSI SEKSUAL
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIKAN 3 BULAN TERHADAP DISFUNGSI SEKSUAL Restu Arahman Melba 1, Sri Utami 2, Siti Rahmalia 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Email: melba.restu@gmail.com
Lebih terperinciMasri, CS., Sutyarso Medical Faculty of Lampung University. Abstract. Key words: Sexual dysfunction, stress, women of productive age couples
Correlation of Stres According to The Scale of Social Readjustment Rating Scale and The Incident of Sexual Dysfunction in Women Of Productive Age Couples in Puskesmas Kota Karang Teluk Betung Bandar Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Keluarga Berencana Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.
Lebih terperinciTelp /
HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA (Depo Medroxyprogesterone Acetate) DENGAN PENURUNAN LIBIDO PADA AKSEPTOR KB DMPA Herlina Tri Damailia (1), Kuni Saadati M (2) 1,2 Prodi Kebidanan Magelang, Poltekkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel
Lebih terperinciHUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE
HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total
BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)
KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN WANITA PRE MENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI DUSUN WONOLOPO RW 6 KECAMATAN MIJEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN DEPO MEDOKRASI PROGESTRONE ASETAT (DMPA) DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN Ayu Safitri *, Holidy Ilyas **, Nurhayati ** *Alumni Jurusan Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
Lebih terperinciKata Kunci: Akseptor KB suntik 1 bulan, Akseptor KB suntik 3 bulan, pemenuhan kebutuhan seksual.
PERBEDAAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS MRANGGEN Oleh: Ns.Sri Wahyuni, M.Kep., Sp.Kep.Mat *, Ns. Tutik Rahayu, M.Kep.,Sp.Kep.Mat**, Anik Juwariyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi
Lebih terperinciKAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI
KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI Oleh: ALIN YAMA PUSPITA K100100081 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan
Lebih terperinciYuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB 3 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO Yuyun Oktaviani Dano Nim: 841410147 Program Studi
Lebih terperinciPERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN SEKSUALITAS PADA LANSIA
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN SEKSUALITAS PADA LANSIA Pengertian Lansia Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi
TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang
Lebih terperinciMIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2
Artikel Penelitian KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2 MIKIA Maternal And Neonatal Health Journal Diterbitkan Oleh: 1, 2 STIKes Widya Cipta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga
Lebih terperinciGYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception
GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS Contraception DEFINISI Kontrasepsi adalah suatu proses pencegahan kehamilan yang dilakukan dengan 2 cara yaitu : Menghambat sperma mencapai ovum yang telah matang (i.e
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program KB (Keluarga Berencana) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program
Lebih terperinciJENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Laode Muhamad Sety 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari Email: setydinkes@yahoo.co.id
Lebih terperinciJANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA
JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK
HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada
Lebih terperinciKontrasepsi Hormonal (PIL)
Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (tua) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun endokrinologik dari
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita yang berumur 40 tahun akan mengalami penurunan fungsi ovarium. Keadaan ini dinamakan fase premenopause. Fase premenopause merupakan awal dari periode peralihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari
Lebih terperinciHUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.
HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,
Lebih terperinci