PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Disusun Oleh : Nunung Harijati Retno Mastuti Wahyu Widoretno

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Disusun Oleh : Nunung Harijati Retno Mastuti Wahyu Widoretno"

Transkripsi

1 PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Disusun Oleh : Nunung Harijati Retno Mastuti Wahyu Widoretno LAB. FISIOLOGI DAN KULTUR JARINGAN TUMBUHAN JURUSAN BIOLOGI-FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

2 TERTIB PRAKTIKUM Sebelum Praktikum 1. Mahasiswa harus datang 10 menit SEBELUM acara praktikum dimulai. 2. Batas toleransi keterlambatan adalah 10 menit sesudah acara praktikum dimulai atau sebelum pengarahan oleh asisten berakhir. 3. Setiap kali praktikum, mahasiswa harus membawa jas praktikum, buku penuntun praktikum, dan peralatan menulis. 4. Sebelum masuk laboraturium, mahasiswa diwajibkan sudah menulis dasar teori, tujuan dan metode praktikum untuk hari itu di Buku Laporan Praktikum, dan diserahkan kepada asisten yang bertugas. A. Selama dan Sesudah Praktikum 1. Hasil pengamatan harus mendapat persetujuan (acc) asisten yang bertugas. 2. Setelah praktikum selesai setiap kelompok harus membersihkan semua alat yang dipakai dan mengembalikannya kepada asisten sesuai dengan jumlahnya. 3. Setiap kelompok atau mahasiswa wajib mengganti alat yang rusak atau hilang selama dipinjam, sebelum ujian akhir praktikum (UAP). 4. Test (Pre test atau pos test) diadakan sebelum atau sesudah praktikum. 5. Mahasiswa harus mengisi daftar hadir praktikum yang telah disediakan. B. Laporan Praktikum 1. Pada laporan praktikum hendaknya ditulis judul praktikum, tanggal dan nama asisten pada tempat yang disediakan. Praktikum Fisiologi Tumbuhan

3 2. Laporan praktikum yang sudah dilengkapi dengan hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan daftar pustaka, dikumpulkan segera pada hari dimana pengamatan itu selesai / berakhir. 3. Mahasiswa yang tidak mengumpulkan laporan praktikum sampai tiga kali (kumulatif) praktikumnya dianggap gugur. C. Tidak Dapat Mengikuti Praktikum 1. Mahasiswa yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum yang sudah dijadwalkan harus melapor ke koordinator asisten supaya mendapatkan ijin untuk mengikuti susulan 2. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum sampai tiga kali tanpa keterangan, praktikumnya dianggap gugur D. Susulan Praktikum dan Ujian Praktikum 1. Mahasiswa yang mendapatkan ijin untuk mangikuti susulan praktikum menanggung semua biaya keperluan bahan praktikumnya sendiri sesuai dengan materi yang dikerjakan 2. Ujian praktikum dilakukan setelah semua acara praktikum selesai E. Mahasiswa dilarang : Makan, minum, merokok selama praktikum. Memakai sandal serta kaos oblong selama praktikum. 2

4 DAFTAR ISI Halaman Tata tertib praktikum 1 Daftar isi... 3 Topik 1. Pengukuran potensial air jaringan tumbuhan Topik 2. Transpirasi 10 Topik 3. Pengukuran kandungan gula sebagai hasil fotosintesis.. 13 Topik 4. Nutrisi mineral. 16 Topik 5. Peran auksin dan sitokinin dalam pembentukan tunas dan akar adventif. 20 Topik 6. Pengaruh stres kekeringan terhadap pertumbuhan kecambah dan kandungan prolin.. 23 Format Laporan.. 26 Praktikum Fisiologi Tumbuhan

5 TOPIK I PENGUKURAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN Dasar Teori Pemeliharaan aktivitas fisiologis pada sel baik secara individu maupun pada seluruh tubuh tanaman tergantung pada kestabilan relatif beberapa kondisi. Salah satu diantaranya adalah keseimbangan air. Bila pada masa perkembangan tanaman kekurangan air maka umumnya laju perkembangan dan seluruh fungsi vital tanaman berkurang. Apabila kekurangan air tersebut berlangsung berkepanjangan atau tanaman berada pada keadaaan sangat kekurangan air maka akan menyebabkan kematian pada tanaman yang sedang aktif tumbuh. Pada tanaman yang sedang aktif tumbuh, apabila kandungan air dalam jaringan berkurang dan pada keadaan desikasi maka perkembangan tanaman tersebut akan terhambat. Kondisi terhambat tersebut sebenarnya menguntungkan tanaman dalam keperluan untuk survive. Kondisi temperatur yang tinggi maupun rendah sangat tidak menguntungkan bagi tanaman karena dapat mematikan bagian vegetatif. Berbeda dengan tubuh tanaman, pada biji kondisi temperatur tinggi dan rendah tidak menimbulkan kematian. Oleh karena itu adaptasi tanaman pada kondisi kering atau temperatur rendah seringkali melibatkan pengurangan kandungan air. Untuk memahami sepenuhnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan air maka perlu untuk mengenali beberapa prinsip termodinamika. Termodinamika adalah pengetahuan perubahan energi yang terjadi dalam proses fisik dan kimia; termasuk yang terjadi dalam jaringan. Hal pertama yang sebaiknya dimengerti adalah energi bebas atau energi bebas Gibb (G). Energi adalah satu sifat termodinamik suatu sistem atau komponen suatu sistem dan didefinisikan sebagai energi yang secara isotermal (pada temperatur tetap) tersedia untuk konversi kerja. Persamaan energi bebas tersebut adalah sebagai berikut: 4 G = E + PV TS

6 Dimana E = Energi internal (Jumlah transisi rotasi dan vibrasi energi substansi) PV = Hasil tekanan x volume. Jika P diekspresikan dalam atsmofer, V dalam liter, maka PV dapat dikonversikan menjadi kalori, karena satu liter atmosfer setara dengan 24,2 kalori. T = temperatur absolut (dalam Kelvin, 0 C = 273 K ) S = Entropi ( tingakat / derajat ketidakteraturan ; mempunyai unit : energi per derajat, kalori / derajat ) Energi bebas (Persamaan 1) dari subtansi apapun tergantung dari jumlah substansi yang ada. Sejumlah partikel mempunyai energi dan entropi khusus pada kondisi dan tekanan tertentu. Oleh karena itu energi bebas biasanya dinyatakan dalam energi per mol atau per gram substansi. Potensial kima air diekspresikan sebagai potensial air (ψ, psi). Potensial air ini penting untuk diketahui agar dapat mengerti pergerakan air dalam sistem tumbuhan, air, dan tanah. Potensial air (ψ, psi) seringkali dinyatakan dalam tekanan (bar), kadang-kadang dalam satuan energi (kalori per mol). Tanpa memperhatikan bagaimana potensial air itu dinyatakan, jika terdapat perbedaan diantara bagianbagian suatu sistem, maka air cenderung berpindah ke titik / tempat yang mempunyai potensial air paling rendah. Jadi diffusi (termasuk osmosis), terjadi sebagai respon terhadap suatu gradien energi bebas dari partikel yang berdiffusi. Nilai absolut potensial air (ψ) tidak mudah diukur, tetapi perbedaan potensial air (ψ) dapat diukur. Secara konvensional referensi standar diambil terhadap air murni. Potensial air (ψ) yang merupakan perbedaan energi bebas atau potensial kimia perunit mol volume antara air murni pada tekanan atmosfer sama dengan nol. Oleh karena itu potensial air dalam sel-sel dan larutan kurang dari nol atau negatif. Potensial air dipengaruhi oleh semua faktor-faktor yang merubah energi bebas atau aktifitas kimia molekul air. Potensial adalah ekspresi dari status bebas air, sebuah ukuran kekuatan penggerak yang menyebabkan air berpindah ke suatu sistem, Praktikum Fisiologi Tumbuhan

7 seperti jaringan tanaman, tanah atau atmosfer, atau dari suatu bagian ke bagian lainnnya. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman, atau atmosfer. Ekspresi dasar yang menggambarkan potensial air (ψ) adalah sebagai berikut: ψsel = ψs + ψp + ψm Dimana ψ sel = Potensial air sel ψ s (atau ψπ ) = Potensial osmotik ψ p = Potensial tekanan ( tekanan turgor ) ψ m = Potensial matriks Potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut, tandanya selalu negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang disebakan oleh tekanan hidrostatik isi sel terhadap dinding sel, nilainya bisa positif, nol atau negatif. Penambahan tekanan ( terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan tekanan potensial lebih positif. Potensial matrik disebabkan oleh ikatan pada koloid protoplasma dan permukaan (yaitu dinding sel). Potensial sel bertanda negatif, tetapi umumnya sel-sel yang bervakuola nilainya dapat diabaikan. Oleh karena itu persamaan (2) dapat disederhanakan menjadi: ψ = ψ + ψ s p Salah satu metode yang biasa dilakukan untuk penentuan potensial air jaringan adalah dengan cara meletakkan potongan jaringan sampel yang seragam pada satu seri larutan nonelektorit seperti sukrosa atau manitol. Dalam percobaan ini dicari larutan sukrosa yang tidak mengakibatkan perubahan berat atau volume jaringan, yang berarti bahwa antara jaringan dan larutan terjadi keseimbangan osmotik 6

8 sehingga potensial air antara jaringan pasti sama dengan potensial air larutan, maka persamaanya menjadi: ψ = ψ s Tujuan: 1) Menentukan potensial air umbi kentang (atau umbi lain) 2) Memperkenalkan salah satu metode populer dalam mengukur potensial air jaringan tanaman Alat dan Bahan: Umbi kentang (atau bahan lain yang ditentukan kemudian ) Larutan sukrosa berbagai konsentrasi (0.05; 0.1; 0.15; 0.2; 0.25; 0.3; 0.35; 0.4; 0.45; 0.5; 0.55; dan 0.6 molal) Bor sumbat botol gabus (cork borer) dengan garis tengah 1 cm untuk membuat silinder umbi kentang Pisau silet Timbangan elektrik (metler) 13 cawan Petri atau tabung reaksi 3 cm Cara kerja: 1. Siapkan 13 cawan petri atau tabung reaksi, masing masing isi dengan 20 ml (untuk tabung besar) atau 10 ml (untuk tabung kecil) larutan sukrosa dengan konsentrasi : 0 (aquades); 0.05; 0.1; 0.15; 0.2; 0.25; 0.3; 0.35; 0.4; 0.45; 0.5; 0.55; dan 0.6 molal 2. Lakukan dengan cepat: buat 13 (secukupnya) silinder umbi kentang dengan bor gabus. Masing masing dengan panjang 4 cm/seragam. Sebaiknya untuk satu set percobaan dibuat dari satu umbi saja. Letakkan pada wadah tertutup. 3. Dengan pisau silet potonglah satu silinder kentang menjadi irisan tipis-tipis yang seragam dengan tebal ± 2 mm sebanyak 4 irisan. 4. Bilas dengan cepat irisan tersebut dengan aquades, keringkan dengan tissue dan timbang (sbg berat awal) 5. Masukkan 4 irisan dari masing-masing umbi kentang ke dalam 13 larutan yang sudah disiapkan (no. 1). Praktikum Fisiologi Tumbuhan

9 6. Setelah 2 jam direndam, keluarkan irisan-irisan umbi kentang tersebut dari masing-masing cawan petri/tabung reaksi lalu keringkan dengan kertas tissue dan timbang (sbg berat akhir). 7. Perubahan berat dihitung dengan rumus berikut : berat akhir berat awal %berat = 100% berat awal 8. Buat grafik dan plotkan: (a) berat atau persentase berat pada ordinat dan konsentrasi larutan (molal) pada absis serta (b) berat atau persentase berat pada ordinat dan potensial pada absis. Kalibrasikan tekanan potensial setelah menghitung potensial osmotik untuk tiap larutan sukrosa. Potensial osmotik dihitung dengan rumus berikut: Ψ s = mirt dimana m = Molalitas larutan i = Konstanta inonisasi (untuk sukrosa 1) R = Konstanta gas (0.083 liter bar/mol derajat) T = temperatur absolut (dalam Kelvin, 0 C = 273 K) 9. Hitung potensial osmotik lainnya dengan menggunakan rumus M 1 2 = (7) Ψ1 Ψ2 10. Tentukan (dengan interprestasi dari grafik) konsertasi sukrosa yang tidak menghasilkan perubahan berat. Juga hitung ψ s dari larutan ini. Nilai ψ s sebanding dengan potensial air (ψ) jaringan. M 8

10 Pertanyaan: 1. Mengapa untuk satu set percobaan sebaiknya digunakan satu sumber umbi yang sama? 2. Bagaimana perubahan berat potongan kentang yang terjadi pada masing-masing larutan yang bersifat isotonis, hipotonis dan hipertonis? Jelaskan mengapa demikian? 3. Apakah bisa digunakan umbi lain selain kentang? Praktikum Fisiologi Tumbuhan

11 TOPIK II TRANSPIRASI Dasar Teori Air memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan tanaman. Hampir semua proses fisiologi dalam tumbuhan berlangsung dengan adanya air. Air diperlukan untuk kelangsungan reaksi kimia penting seperti dalam fotosintesis. Dalam proses transport, air merupakan sarana vital, demikian juga untuk mempertahankan turgor sel, air adalah unsur utamanya. Meskipun peranannya penting, jumlah air yang dipergunakan dalam proses tumbuhan hanyalah merupakan sebagian kecil dari jumlah air yang diabsorpsi dari tanah. Sebagian besar air (sekitar 99%) yang masuk dalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air, melalui daun. Ada dua jenis transpirasi: transpirasi melalui stomata disebut transpirasi stomata dan transpirasi melalui kutikula disebut transpirasi kutikula. Laju transpirasi tergantung dari faktor dalam atau faktor tanaman seperti struktur daun yang menyangkut lebar daun, adanya kutikula dan letak serta jumlah stomata. Selain faktor dalam juga tergantung faktor luar atau faktor lingkungan seperti permukaan daun per waktu. Satuan yang paling banyak digunakan yaitu g m 2 jam -1 atau g m cm -2 det -1 Metode yang paling umum digunakan untuk mengukur transpirasi adalah metode grafimetrik. Metode ini disebut juga sebagai metode pot atau linsimeter yang mempunyai teknik pelaksanaan sederhana dan dapat digunakan bagi penelitian atau alat demonstrasi/alat peraga. Metode lain dengan menggunakan porometer diffusi, cobalt klorida, potometer, dan penganalisa infra merah/irga. Tujuan: Mengetahui perbedaan laju transpirasi tanaman pada 2 lingkungan tumbuh yang berbeda 10

12 Bahan dan alat: Dua jenis tumbuhan Kapas (daun + selotip lebar hitam dan daun sempit) Neraca bench top, kertas grafik Plastik hitam sebagai pencegah evaporasi LAM Cutex putih Kipas angin Cara kerja: 1. Masukkan masing-masing tanaman ke dalam Erlenmeyer/botol kultur 100 cc yang sebelumnya diisi 75 ml air, tutup permukaan leher dengan kapas dan lapisi permukaan kapas tersebut dengan selotip hitam, perhatikan gambar di bawah ini 2. Timbang tanaman pada kondisi di atas (sbg berat awal) 3. Letakkan satu tanaman (berdaun lebar dan sempit) dalam ruangan dan letakkan tanaman lainnnya (daun lebar dan sempit) di luar ruangan dan nyalakan kipas angin sebagai simulasi keadaan berangin. 4. Timbang Erlenmeyer beserta tanaman tersebut tiap 15 menit selama 45 menit (sbg berat akhir untuk masing-masing waktu pengamatan dan masing-masing lingkungan tumbuh). Selisih berat pot + tanaman merupakan banyaknya air yang hilang melalui transpirasi 5. Olesi permukaan daun di tiga wilayah dengan cutex putih Praktikum Fisiologi Tumbuhan

13 6. Setelah dirasa kering cutex dikelupas, dan diamati di bawah mikroskop, kemudian hitung kerapatan stomata per luas bidang pandang 7. Ambil 50 % jumlah daun dan ukur luas daun dengan menggunakan Leaf Area Meter (LAM) 8. Hitung kecepatan transpirasi per luas daun (g cm 2 detik 1 ) 9. Buat grafik yang menunjukkan hubungan antara laju transpirasi dengan waktu pada masing-masing lingkungan tumbuh yang diujikan. Pertanyaan: 1. Apa yang dimaksud evaporasi? Apa perbedaannya dengan transpirasi? 2. Bagaimanakah perbedaan konsentrasi uap air yang ditranspirasikan dari jenis tanaman dan lingkungan tumbuh yang berbeda? 3. Adakah hubungan kerapatan stomata dengan kecepatan transpirasi? Jelaskan! 12

14 TOPIK III PENGUKURAN KANDUNGAN GULA SEBAGAI HASIL FOTOSINTESIS Dasar Teori Fotosisntesis merupakan salah satu proses metabolisme penting dalam mendukung ketersediaan energi yang ada di biosfer. Energi cahaya yang ditangkap klorofil diubah menjadi nergi kemia yang tersimpan di ikatan-ikatan kimia yang ada di karbohidrat. Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengukur kandungan karbohidrat. Metode-metode tersebut diantaranya: No Uji Reagen Hasil Rdaeaksi 1 Molish H2SO4 pekat, alfa naftol Cincin ungu 2 Seliwanoff resorcinol Kompleks merah bata 3 Barfoed (gula reduksi) 4 Fehling (gula reduksi) 5 Benedict (gula red) Cu asetat, asam asetat CuSO4, K-Na tartrat, NaOH CuSO4, Na citrate, Nakarbonate Endapan merah bata Endapan merah bata Endapan merah bata 6 Anthrone Anthrone Kompleks-biru kehijauan 7 Nelson Somogy Kuprioksida, Arsenomilibdat 8 Phenol-sulfuric acid 9 Uji Iodin (Polisakarida) 10 Uji Pembentukan Ozason Phenol, sulfuric acid Iodin fenilhidrazin Kompleks-biru Kuning-oranye Biru Kristal putih (glusazon, fruktazon, dst) Praktikum Fisiologi Tumbuhan

15 Pada praktikum ini digunakan metode Anthrone untuk mengukur kadar gula. Reaksi anthrone merupakan metode yang cepat dan aman untuk penentuan karbohidrat, baik yang bebas atau ada dalam polisakarida. Prinsip dasar dari metode anthrone adalah kemampuan karbohidrat untuk membentuk turunan furfural dengan keberadaan asam dan panas, yang kemudian diikuti dengan reaksi dengan anthrone yang menghasilkan warna biru kehijauan. Uji Anthrone ini memiliki kelebihan dalam hal sensitifitas dan kesederhanaan ujinya. Warna biru tersebut yang diukur pada λ 620 nm menggunakan spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi gula. Warna hasil pembacaan spektrofotometer akan dikonversi nilainya terhadap warna yang dihasilkan oleh larutan gula yang sudah diketahui konsentrasinya dari kurva standar. Bahan dan Alat: Tabung reaksi bersih Labu takar 500 ml Beaker glass 250 ml Labu ukur 100 ml (jumlah disesuaikan) Neraca analitik Mortar+pestle Blue tip 5 buah (untuk kurva standart) Waterbath (segera nyalakan ketika praktikum dimulai) Spektrofotometer Foam Cara kerja: A. Penyiapan bahan dan ekstraksi: 1. Tanaman kedelai hasil perkecambahan berumur 7 hari ditanam/diletakkan dalam kondisi lingkungan cahaya yang berbeda; yaitu di dalam ruangan, di luar ruangan yang terkena sinar matahari langsung dan di luar ruangan di tempat teduh/naungan selama 10 hari. 2. Ambil daun dari ketiga tanaman dan keringkan pada suhu 70 o C selama 3 hari 14

16 3. Daun ditimbang seberat 2 g, digerus dan diekstrak dengan 20 ml alkohol panas (80%) 4. Campuran disentrifugasi pada 9000 g selama 15 menit, supernatan yang didapat dipisahkan 5. Volume supernatan ditera kembali sehingga mencapai volume 50 ml 6. Supernatan sebanyak 1 ml direaksikan dengan 5 ml reagen anthrone (100 mg anthrone, 50 ml 95% H 2 SO 4 ) pada suhu 100 o C selama 10 menit. 7. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es selama 5 menit 8. Kandungan gula total ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm 9. Hitung konsentrasi gula terlarut dengan menggunakan kurva standar, plotkan absorbasi yang diperoleh pada kurva standar 10. Sebagai standard digunakan 1 ml larutan gula ( µg) yang direaksikan dengan 5 ml reagen anthrone B. Membuat larutan dan kurva standart: Konsentrasi glukosa yang digunakan untuk membuat kurva standar gula terlarut adalah 50, 75, 100, 125, 150 ug. Untuk membuat konsentrasi glukosa dalam konsentrasi kecil maka perlu dibuat larutan stok. Larutan stok 1: 100 mg dilarutkan dalam 100 ml akuades Larutan stok 2: 10 ml stok 1 dilarutkan dalam 100 ml akuades [100 µg/ml] 1. Siapkan 5 tabung reaksi bersih dan kering 2. Pipet larutan stok 2 berturut-turut 0.5, 0.75, 1, 1.25, 1,5 ml pada masing-masing tabung reaksi 3. Masing-masing tabung ditambahkan dengan 5 ml reagen anthrone (100 mg anthrone, 50 ml 95% H 2 SO 4 ) 4. Panaskan tabung pada suhu 100 o C selama 10 menit. 5. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es selama 5 menit 6. Kocok larutan, diamkan 10 menit kemudian tera pada λ 620 nm dengan spektrofotometer Praktikum Fisiologi Tumbuhan

17 7. Buat grafik dengan sumbu x adalah konsentrasi glukosa dan sumbu Y adalah Absorbansi. Pertanyaan 1. Apa yang dimaksud gula reduksi? Berikan contohnya! 2. Apa yang dimaksud gula non-reduksi? Berikan contohnya! 3. Apa yang dimaksud dengan karbohidrat? 4. Apa yang dimaksud dengan pati? 5. Jelaskan dengan gambar struktur dari amilosa dan amilopektin 6. Apa yang anda ketahui tentang selulosa? 7. Apakah sama struktur selulosa dengan pati? 8. Bagaimana hasil kandungan gula daun pada tanaman kedelai di bawah kondisi cahaya berbeda? 16

18 TOPIK IV NUTRISI MINERAL Dasar Teori Tanaman autotrof umumnya memerlukan C, H, dan O yang diperoleh dari CO 2, H 2 O, dan O 2. Selain itu juga memerlukan 13 unsur anorganik lainnya. Enam dari 13 elemen tersebut diperlukan dalam jumlah besar dibandingkan dengan 7 sisanya. Unsur-unsur makro tersebut adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan 7 elemen mikro yang dimaksud adalah Mo, Cu, Zn, Mn, B, Fe, dan Cl. Dua belas dari 13 elemen yang diperlukan berasal dari batuan induk dan oleh karenanya disebut elemen mineral. Sumber nitrogen yang terdekat adalah nitrogen molekuler (N 2 ) yang diperoleh dari atmosfer. Selain tanaman dapat mengikat nitrogen langsung dari atmosfer baik langsung maupun melalui peristiwa simbotik, nitrogen dapat diperoleh dengan diserap sebagai garam organik (ion nitrat atau amonium) oleh tanaman autrotrof. Salah satu pendekatan untuk penentuan peran metabolik dari elemen-elemen esensial adalah menentukan akibat dari defisiensinya. Dalam semua unsur makro, ada gejala khusus yang menghasilkan cukup informasi terhadap kemungkinan hambatan metabolik dan tempat dimana suatu elemen berfungsi. Metode umum dari pelaksanaan pendekatan ini adalah menanam tanaman secara hidroponik dari larutan yang komposisinya diketahui secara tepat. Tujuan: agar mahasiswa memahami metode penanaman secara hidroponik; mempelajari tanda-tanda defisien yang berhubungan dengan tidak tercukupinya suplai elemen tertentu; memeriksa akibat serapan ion oleh tanaman dari larutan hara yang tidak seimbang. Alat dan bahan: Kecambah jagung yang berumur 2 minggu Larutan baku/larutan stok unsur hara Akuades 11 botol selai ukuran 300 ml 11 sumbat gabus berlubang 2 Praktikum Fisiologi Tumbuhan

19 Pinset, gelas ukur, lakmus/indikator ph Kapas dan kertas label Cara kerja: 1. Botol botol selai dicuci dan bilas dengan aquades (dilakukan seminggu sebelum perlakuan) 2. Tandai botol botol tersebut dengan label: lengkap; -Ca -S; -Mg; - K; -P; -Fe; -hara. 3. Isilah botol-botol tersebut dengan larutan hara seperti tertera pada tabel dibawah ini, kemudian tambahkan aquades sampai leher botol/tanda dan aduk agar tercampur dengan baik. 4. Dapatkan larutan hara yang tidak diketahui pada asisten. Selanjutnya ukur ph awal larutan masing-masing perlakuan. 5. Buat sumbat gabus seluas mulut botol lalu buat 2 lubang kecil dengan φ: ± 0.5 cm 6. Tanamlah kecambah jagung pada media cair dalam botol selai melalui lubang foam. Ikuti cara-cara berikut: a. Dengan hati-hati masukkan kecambah melalui lubang pada sumbat gabus/foam b. Perkuat kedudukan kecambah dengan melilitkan kapas kedalam lubang sekeliling hipokotil c. Sisi luar botol dilapisi dengan plastik hitam 7. Apabila telah selesai mintalah bantuan asisten untuk memeriksa apakah setiap perlakuan sudah lengkap dan periksa ph larutan masing masing botol. 8. Pada minggu 2 dan 3 amati keadaan kecambah, ukurlah panjang akar dan batang serta catat gejala-gejala kekurangan hara dari masing masing tanaman serta ukur ph larutan hara. Buang kecambah yang mati atau tumbuhnya sangat lambat pada masing masing botol. 9. Pada akhir pengamatan minggu ke 3, ambil foto pada tanaman yang menunjukkan defisiensi. Buanglah semua larutan hara dan cucilah botol-botol percobaan dan serahkan kembali pada penanggungjawab peralatan. 18

20 Tabel Komposisi Larutan Hara (300 ml) Perlakuan Ca (NO 3 ) KN O3 Mg SO4 K o m p o n e n y a n g d I t a m b a h k a n KH2 PO4 FeE DTA Mikr o nutri en NaN O3 Mg Cl2 Na2 SO4 NaH PO4 CaC l2 KCI Lengkap N K P Ca Mg S Fe Mikronu trien Catatan : Stok makro dibuat 1 M Mikronutrien (minus besi) per liter berisi : 2.86 g H3BO3 ; 1.81 g MnCl2 ; 4H2O ; 0.11 g ZnCl2 ; 0.65 CuCl2 ; dan g Na2Mo O4 NaFeDTA = Kompleks besi-khelat 1 ml stok mengandung 5 mg Fe metal (= 42 mg chelate commercial/sequestrene misalnya) Pertanyaan : 1. Gejala apa yang tampak pada tanaman yang diletakkan di larutan yang tidak mengandung unsur makronutrien tertentu? 2. Mengapa kadang-kadang larutan berwarna hijau pada akhir percobaan? Praktikum Fisiologi Tumbuhan

21 TOPIK V PERAN AUKSIN DAN SITOKININ DALAM PEMBENTUKAN TUNAS DAN AKAR ADVENTIF Dasar Teori Tanaman hidup selalu melibatkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan tanaman terutama berkaitan dengan peningkatan secara kuantitatif pada tubuh tanaman, misalnya ketika suatu kecambah sedang tumbuh terdapat suatu peningkatan panjang akar dan batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering dan launlain. Perkembangan yang merupakan perubahan kualitatif dapat dilihat pada proses perkecambahan biji, pembentukkan bunga dan bji, munculnya tunas llateral, jatuhnya daun dan buah. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh tumbuhan dikontrol oleh kedua perangkat internal yaitu nutrisi dan hormon. Perkembangan tubuh tumbuhan yang seimbang dan terkoordinasi dilakukan oleh suatu substansi pertumbuhan tanaman atau disebut sebagai zat pengatur tumbuh (hormon) yang merupakan senyawa organik selain nutrisi, yang dalam jumlah kecil dapat meningkatkan, mengurangi atau merubah proses-proses fisiologis dalam tumbuhan. Zat pengatur tumbuh terdiri dari senyawa kimia buatan dan senyawa-senyawa yang disintesis oleh tumbuhan itu sendiri. Secara garis besar ada 5 jenis hormon tumbuhan yaitu auksin, giberelin, siokinin, asam absisat (ABA) dan etilen. Masing masing hormon tersebut dapat dibedakan satu dengan yang lain oleh struktur kimia dan aktifitas fisiologisnya yang khas walaupun beberapa sifat-sifat fisiologisnya sering hampir sama. Untuk pertumbuhan normal dalam tubuh tanaman dibutuhan keseimbangan dari ke 5 hormon tersebut, masing-masing dengan aktifitas yang sama atau berbeda. Hasil akhir suatu proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dari hormon-hormon yang berbeda yang terdapat dalam tubuh tanaman. Melihat fungsi dan peranan zat pengatur tumbuh yang sangat penting maka senyawa-senyawa tersebut sering dipakai terutama di bidang holtikultura. 20

22 Untuk menghindari variasi genetik maka sering dipakai beberapa zat tumbuh untuk memacu perkembangan dan pertumbuhan dalam perbanyakkan tanaman secara vegetatif, misalnya stek batang karena beberapa tanaman tidak siap membentuk akar adventif. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pembentukan tunas dan akar adventif Bahan dan alat: Silet, Aluminium foil, foam 9 botol selai (jam) Kecambah kedelai umur 14 hari Larutan Hoagland (seperti larutan nutrisi pada praktikum nutrisi tumbuhan) Larutan stok zat pengatur tumbuh NAA dan Kinetin Perlakuan : 1. Lar. Hoagland tanpa penambahan zat pengatur tumbuh 2. Lar. Hoagland + NAA 5 mg/l 3. Lar. Hoagland + NAA 10 mg/l 4. Lar. Hoagland + Kinetin 5 mg/l 5. Lar. Hoagland + Kinetin 10 mg/l 6. Lar. Hoagland + NAA 5 mg/l + Kinetin 5 mg/l 7. Lar. Hoagland + NAA 5 mg/l + Kinetin 10 mg/l 8. Lar. Hoagland + NAA 10 mg/l + Kinetin 5 mg/l 9. Lar. Hoagland + NAA 10 mg/l + Kinetin 10 mg/l Cara kerja: 1. Isilah botol selai (vol 300 ml) dengan larutan Hoagland dan beri perlakuan zat pengatur tumbuh di atas 2. Sisi luar botol dilapisi dengan plastik hitam dan bagian atas botol ditutup dengan foam 3. Setiap kecambah kedelai (umur 14 hari) yang mempunyai daun pertama yang mulai berkembang penuh dan trifoliat pertama mulai mengembang dipotong pada bagian dasar hipokotil dengan silet Praktikum Fisiologi Tumbuhan

23 yang tajam sampai akar terputus (hati-hati jangan sampai mengoyak kotiledon) 4. Tanam 3 kecambah ke larutan perlakuan dengan menyisipkan pada foam yg telah dilubangi seperti gambar di bawah 5. Simpan tanaman pada tempat yang aman selama 2 minggu (hindari intensitas cahaya yang terlalu tinggi) 6. Periksa dan tambahkan aquades untuk menggantikan air yang hilang karena transpirasi 7. Setelah 2 minggu hitung jumlah akar adventif dan tunas serta ukur tinggi tanaman dari dari masing-masing perlakuan 8. Jangan lupa untuk membuat tabel pengamatan di tiap seri pengamatan Kecambah kedelai pada botol perlakuan Pertanyaan: 1. Diantara jenis zat pengatur tumbuh yang diperlakukan, jenis zat pengatur tumbuh apa yang paling efektif mempengaruhi pembentukan akar adventif atau tunas? Mengapa, jelaskan. 2. Sebutkan ciri khusus dari hormon auksin, sitokinin, giberelin. Etilen, dan asam absisat 22

24 TOPIK VI PENGARUH STRES KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH DAN KANDUNGAN PROLIN Teori dasar: Air merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan tanaman disamping unsur hara. Tanaman yang mengalami stres kekeringan secara umum mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kandungan air tanaman untuk mempertahankan turgor dijaga oleh keseimbangan laju transpirasi dan penyerapan air oleh akar. Pada kondisi ketersediaan air tanah menurun akan terjadi defisit kandungan air di jaringan tanaman yang selanjutnya menjadi faktor pemicu respon fisiologis dan biokimia dalam sel tanaman untuk mengatasi stres kekeringan. Respon tanaman terhadap stres kekeringan dapat teramati pada level perkembangan, morfologis, fisiologis dan biokimia. Toleransi tanaman terhadap stres kekeringan dapat terjadi jika tanaman dapat survive terhadap stres yang terjadi dan adanya toleransi/mekanisme yang memungkinan tanaman menghindar dari situasi stres tersebut. Tanaman mempunyai oleransi yang berbeda terhadap stres kekeringan karena perbedaan dalam mekanisme morfologi, fisiologi, biokimia dan molekuler. Toleransi stres kekeringan melibatkan akumulasi senyawa yang dapat melindungi sel dari kerusakan yang terjadi pada ssat potensial air rendah. Prolin merupakan salah satu senyawa yang memegang peranan penting untuk toleransi terhadap stres kekeringan. Akumulasi prolin dalam respon terhadap stres kekeringan telah dilaporkan pada beberapa tanaman secara in vitro dan in vivo. Jumlah prolin yang meningkat dianggap merupakan indikasi toleransi terhadap stres kekeringan karena prolin berfungsi sebagai senyawa penyimpan N dan osmoregulator dan/atau sebagai protektor ensim tertentu, osmotic adjustment, menjaga integritas membran dan stabilisator protein. Tanaman yang overproduksi prolin dianggap mempunyai sifat toleransi terhadap stres kekeringan yang lebih baik. Akumulasi prolin pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan

25 tanaman yang mengalami strres kekeringan disebabkan oleh aktivasi biosintesis prolin dan inaktivasi degradasi prolin. Tujuan: Mengetahui pengaruh stres kekeringan, yang disimulasi dengan PEG, pada fase perkecambahan terhadap pertumbuhan kecambah dan kandungan prolin Bahan dan Alat: Biji jagung Pasir Polietilena glikol (PEG): 5% dan 10% Etanol, Asam sulfosalisilat, Asam ninhidrin, Asetat glasial, Toluen Sentrifuse refrigerated, spektrofotometer, gelas plastik, tabung reaksi, mikropipet, beker glas, gelas ukur, mortal & pestel, lampu 200 watt, aluminium foil, kertas label Cara Kerja: Uji kekeringan pada fase perkecambahan 1. Perkecambahan dilakukan menggunakan media pasir yang dimasukkan ke dalam gelas plastik (± 220 ml). Bagian dasar gelas plastik dilubangi sebanyak empat lubang kemudian diisi pasir sampai ketinggian ± 1 cm di bawah mulut gelas. 2. Simulasi kekeringan dilakukan dengan PEG. Masing-masing gelas disiram dengan larutan perlakuan PEG (0, 5 dan 10%) untuk pertama kalinya sebanyak 50 ml. Tiap perlakuan diulang 3 kali (3 gelas plastik) 3. Setiap gelas diisi lima benih jagung lalu benih ditutup dengan pasir. Kemudian masing-masing gelas disiram lagi dengan larutan sesuai perlakuan sebanyak 15 ml. Sebagai kontrol benih yang ditanamn pada gelas disiram dengan air. 4. Benih dikecambahkan selama 14 hari dan disiram dengan larutan perlakuan setiap 3 hari sekali sebanyak 15 ml. 24

26 5. Kecambah jagung berumur 14 hari diamati pertumbuhan kecambah (meliputi jumlah & berat basah kecambah, panjang akar & pucuk, rasio akar/pucuk) dan dianalisis kandungan prolin daun. Analisis prolin 1. Kadar prolin dianalisis berdasarkan metode Bates et al. (1973). 2. Daun tanaman ditimbang seberat 2 g, digerus dan dihomogenasi dengan 10 ml asam sulfosalisilat (3%). 3. Campuran disentrifugasi pada 9000 g selama 15 menit, supernatan yang didapat dipisahkan. 4. Supernatan sebanyak 2 ml direaksikan dengan 2 ml larutan asam ninhidrin dan 2 ml asam asetat glacial dalam tabung reaksi dan dipanaskan pada penangas air dengan suhu 100 o C selama 60 menit. 5. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es selama 5 menit. 6. Hasil reaksi diekstraksi dengan 4 ml toluene dan divortek selama 1 menit sehingga terbentuk kromoform. 7. Kromoform yang terbentuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. 8. Sebagai standart digunakan DL-proline 5-30 µg yang dilarutkan dalam asam sulfosalisilat (3%). 9. Kadar prolin dinyatakan sebagai µg/g berat basah. 10. Konsentrasi prolin (ug/gbb)= [ug/ml x pengenceran (ml)]/ berat basah sampel (g) Praktikum Fisiologi Tumbuhan

27 LAPORAN LATIHAN 1 Judul Latihan : PENGUKURAN POTENSIAL AIR JARINGAN TANAMAN Tanggal Praktikum : Nama Asisten : A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum B. Dasar Teori C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram) D. Hasil Pengamatan Kons. Sukrosa (molal) 26 D-1. Perubahan berat jaringan dan potensial osmotik Berat Berat awal (g) akhir (g) Rata2 berat awal (g) Rata2 berat akhir (g) Perubah an berat (selisih rerata) % perubah an berat ψs

28 D-2. Pada konsentrasi berapa penambahan air tidak terjadi? D-3. Beri contoh perhitungan ψs pada no. b D-4. Beri 1 contoh perhitungan yang lain! D-5. Buat grafik % perubahan berat (y) dan ψs (x) dan grafik % perubahan berat (y) dan konsentrasi larutan (x) E. Pembahasan (difusi, isotonis, hipotonis, hipertonis, faktor-faktor yang mempengaruhi difusi F. Kesimpulan G. Jawaban Pertanyaan H. Daftar Pustaka Praktikum Fisiologi Tumbuhan

29 LAPORAN LATIHAN 2 Judul Latihan : TRANSPIRASI Tanggal Praktikum : Nama Asisten : A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum B. Dasar Teori C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram) D. Hasil Pengamatan D-1. Jenis tanaman 1:.. - Luas Daun dan kerapatan somata Daun ke - Luas daun Kerapatan stomata/lbb Rata-rata - Laju transpirasi Perlakuan Waktu Berat awal (g) Didalam kelas Di luar kelas, berangin Berat akhir (g) Selisih berat (g) Laju transpirasi Rata-rata laju transpirasi D-2. Jenis tanaman 2:. - Luas Daun dan kerapatan stomata Daun ke - Luas daun Kerapatan stomata/lbb 1 28

30 2 3 4 Rata-rata - Laju transpirasi Perlakuan Waktu Berat awal (g) Didalam kelas Di luar kelas, berangin Berat akhir (g) Selisih berat (g) Laju transpirasi Rata-rata laju transpirasi E. Pembahasan F. Kesimpulan G. Jawaban Pertanyaan H. Daftar Pustaka Praktikum Fisiologi Tumbuhan

31 LAPORAN LATIHAN 3 Judul Latihan : PENGUKURAN KANDUNGAN GULA REDUKSI Tanggal Praktikum : Nama Asisten : A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum B. Dasar Teori C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram) D. Hasil Pengamatan Glukosa (ug) Nilai Absorbansi pada λ 620 nm Perlakuan Tanaman di dalam ruangan Tanaman di luar ruangan terkena cahaya matahari langsung Tanaman di luar ruangan tidak terkena cahaya matahari langsung/di bawah naungan Nilai Absorbansi pada λ 620 nm Kandungan gula (ug) E. Pembahasan F. Kesimpulan G. Jawaban Pertanyaan H. Daftar Pustaka 30

32 LAPORAN LATIHAN 4 Judul Latihan : NUTRISI MINERAL Tanggal Praktikum : Nama Asisten : A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum B. Dasar Teori C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram) D. Hasil Pengamatan Jenis pengukuran Awal : ph Panjang akar Panjang batang Minggu 1: ph Panjang akar Panjang batang Minggu 2: ph Panjang akar Panjang batang Minggu 3: ph Panjang akar Panjang batang Leng kap -N -K -P -Ca -Mg -S -Fe - mikro nutri en E. Pembahasan F. Kesimpulan G. Jawaban Pertanyaan H. Daftar Pustaka Praktikum Fisiologi Tumbuhan

33 LAPORAN LATIHAN 5 Judul Latihan : PERAN AUKSIN DAN SITOKININ PADA PEMBENTUKAN TUNAS DAN AKAR ADVENTIF Tanggal Praktikum : Nama Asisten : A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum B. Dasar Teori C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram) D. Hasil Pengamatan No Perlakuan Tana man 1 Kontrol NAA 5 mg/l NAA 10 mg/l Kinetin 5 mg/l Kinetin 10 mg/l NAA 5 mg/l + Kinetin 5 1 mg/l NAA 5 mg/l + Kinetin 10 mg/l 8 NAA 10 mg/l + Kinetin 5 mg/l 9 NAA 10 mg/l + Kinetin 10 mg/l Tinggi Tanaman Jumlah tunas Jumlah akar Panjang akar 32

34 E. Pembahasan F. Kesimpulan G. Jawab Pertanyaan H. Daftar Pustaka Praktikum Fisiologi Tumbuhan

35 LAPORAN LATIHAN 6 Judul Latihan : PENGARUH STRES KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH DAN KANDUNGAN PROLIN Tanggal Praktikum : Nama Asisten : A. Latar Belakang & Tujuan Praktikum B. Dasar Teori C. Cara Kerja (dalam bentuk bagan alir atau diagram) D. Hasil Pengamatan Tabel. Pengaruh stres kekeringan pada pertumbuhan kecambah jagung dan kandungan prolin Konsentrasi PEG (%) Ulangan Pertumbuhan Kecambah Kandungan prolin Rerata Rerata Rerata Jumlah kecambah Berat basah kecambah Panjang akar Panjang pucuk Rasio akar/pucuk E. Pembahasan F. Kesimpulan G. Daftar Pustaka 34

36 Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2.

A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2. A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2. Berapakah konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian yang bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu pada medium Murashige-Skoog

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 di Laboratorium Botani (ruang penelitian in vitro), Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan dengan 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN Petunjuk Praktikum KULTUR JARINGAN TUMBUHAN SBG 147. Disusun Oleh : Victoria Henuhili victoria@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis.

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. Pendahuluan Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan enegi matahari oleh tumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

RESPIRASI DAN FOTOSINTESIS

RESPIRASI DAN FOTOSINTESIS Nama Faizal Ariqi NIM 175100300111052 Jurusan TIP Kelas F Kelompok F3 6 RESPIRASI DAN FOTOSINTESIS PRE-LAB 1. Apa yang dimaksud respirasi dan fotosintesis? Jelaskan! 2. Jelaskan pengertian dan perbedaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) dari bulan Oktober

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dimulai dari Maret sampai dengan Mei 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kuliah 11 KULTUR JARINGAN GAHARU Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi KULTUR JARINGAN Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan? Teknik menumbuhkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata

Lebih terperinci

KULTUR PROTOPLAS Berkembang pada tahun1960, setelah diketemukan cara menghilangkan dinding sel secara enzimatis

KULTUR PROTOPLAS Berkembang pada tahun1960, setelah diketemukan cara menghilangkan dinding sel secara enzimatis BIOTEKNOLOGI Victoria Henuhili, MSi *)., Jurdik Biologi FMIPA UNY Sub Topik : FUSI PROTOPLAS KULTUR PROTOPLAS Berkembang pada tahun1960, setelah diketemukan cara menghilangkan dinding sel secara enzimatis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah HCl 0,7 %, NaOH1 N, ZnSO4 5%, Ba(OH)2 0,3 N, Akuades, Pereaksi Cu, Alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN Terkadang ketika di laboratorium, ada rasa ingin tahu bagaimana cara membuat pereaksi molisch, barfoed, seliwanoff dan sebagainya. Nah, disini saya mencoba menyajikan bagaimana

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eskperimental yang menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu: 1. Faktor pertama: konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dua faktor yaitu faktor kombinasi larutan enzim

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari April 2016.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Agustus 2016 di Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Juni 2015 sampai Februari 2016 dan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. III. BAHA DA METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. Jendral Besar Dr. Abdul Haris asution Gedung Johor Medan Sumatera Utara, selama

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lay out penelitian I

Lampiran 1 Lay out penelitian I LAMPIRAN 65 Lampiran 1 Lay out penelitian I 66 Lampiran 2 B. humidicola tanpa N (A), B. humidicola dengann (B), P. notatum tanpa N (C), P. notatum dengan N (D), A. compressus tanpa N (E), A.compressus

Lebih terperinci

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Laporan Praktikum Biologi : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Kelompok : 1 Aditya Dedi Setyawan 2 Ilhamsyah Dwi Kurniawan P 3 Junita Putri 4 Kezia Angelica Suharto 5 Michael Sugita Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi fosfor dalam media kultur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pembuatan minuman instan daun binahong dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen. Menurut Nasution (2009) desain eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung. III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL ) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan.

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Sintesis partikel Fe 0 Uji degradasi dengan DBS (penentuan rasio konsentrasi partikel Fe 0 /sampel, waktu degradasi, dan ph terbaik) Uji degradasi dengan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Analisa Karbohidrat Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Definisi Karbohidrat Turunan aldehida atau keton yang memiliki rumus umum (CH 2 O) n atau C n H 2n O n. Karbohidrat terbentuk dari sintesa

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong, Tangerang. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci