OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... /POJK.04/2019 TENTANG PELAKSANAAN PENAWARAN AWAL, PENAWARAN, PENJATAHAN DAN DISTRIBUSI EFEK BERSIFAT EKUITAS, EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : 1. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan penawaran umum efek serta mendukung peningkatan kapasitas pemodal pasar modal dan peran serta perusahaan efek dalam penawaran umum; 2. bahwa perkembangan teknologi informasi mampu menyediakan akses terhadap informasi dan transaksi keuangan bagi publik melalui jaringan internet; 3. bahwa dalam rangka mendorong partisipasi publik dalam penawaran umum efek, Otoritas Jasa Keuangan perlu menetapkan peraturan mengenai penggunaan sistem teknologi informasi dalam penawaran umum efek oleh emiten; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

2 - 2 - Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PELAKSANAAN PENAWARAN AWAL, PENAWARAN, PENJATAHAN DAN DISTRIBUSI EFEK BERSIFAT EKUITAS, EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud dengan: 1. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. 2. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaanya. 3. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. 4. Pihak adalah orang perserorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. 5. Sistem Penawaran Umum Elektronik adalah sistem

3 - 3 - teknologi informasi dan/atau sarana yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam Penawaran Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. 6. Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik adalah Pihak yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk menyediakan Sistem Penawaran Umum Elektronik. 7. Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik adalah perusahaan efek yang telah memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan dan mempunyai hak untuk mempergunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. 8. Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. 9. Emiten Skala Kecil adalah Emiten dengan aset skala kecil sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di sektor pasar modal mengenai pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum dan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu oleh emiten dengan aset skala kecil atau emiten dengan aset skala menengah. 10. Emiten Skala Menengah adalah Emiten dengan aset skala menengah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor pasar modal mengenai pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum dan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu oleh emiten dengan aset skala kecil atau emiten dengan aset skala menengah. 11. Pernyataan Pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan oleh Emiten dalam rangka Penawaran Umum atau perusahaan publik. 12. Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran Umum dengan tujuan agar Pihak lain membeli Efek. 13. Prospektus Awal adalah dokumen tertulis yang memuat seluruh informasi dalam Prospektus yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai bagian dari

4 - 4 - Pernyataan Pendaftaran, kecuali informasi mengenai nilai nominal, jumlah dan harga penawaran efek, penjaminan emisi efek, tingkat suku bunga obligasi, atau hal lain yang berhubungan dengan persyaratan penawaran yang belum dapat ditentukan. 14. Penawaran Awal adalah ajakan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan Prospektus Awal yang antara lain bertujuan untuk mengetahui minat calon pembeli atas Efek yang akan ditawarkan dan/atau perkiraan harga penawaran Efek. 15. Penjamin Emisi adalah adalah Pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual. 16. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, perantara pedagang Efek, dan/atau manajer investasi. 17. Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. 18. Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. 19. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain. 20. Bank Kustodian adalah bank umum yang telah memperoleh persetujuan Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan kegiatan usaha sebagai kustodian. 21. Biro Administrasi Efek adalah Pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan Efek. 22. Pemesan Ritel adalah Pihak yang menyampaikan minat atas efek yang akan ditawarkan dan/atau pesanan atas

5 - 5 - efek yang ditawarkan dengan nilai paling besar Rp ,00 (seratus juta rupiah). 23. Penjatahan Pasti adalah mekanisme penjatahan Efek yang dilakukan dengan cara memberikan alokasi Efek kepada pemesan sesuai dengan jumlah pesanan Efek. 24. Penjatahan Terpusat adalah mekanisme penjatahan Efek yang dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh pemesanan Efek dan kemudian dijatahkan sesuai dengan prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. 25. Penjatahan Terpusat Ritel adalah bagian dari Penjatahan Terpusat yang dilaksanakan untuk Pemesan Ritel. 26. Nomor Tunggal Identitas Pemodal (Single Investor Identification) yang selanjutnya disebut SID adalah nomor tunggal identitas pemodal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan KSEI mengenai nomor identitas tunggal. 27. Rekening Dana Nasabah yang selanjutnya disebut RDN adalah rekening dana nasabah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian mengenai rekening dana. 28. Sub Rekening Efek yang selanjutnya disebut SRE adalah Sub Rekening Efek sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian mengenai sub rekening efek. BAB II PENYEDIAAN SISTEM PENAWARAN UMUM ELEKTRONIK Pasal 2 (1) Sistem Penawaran Umum Elektronik wajib disediakan oleh Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik. (2) Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik dapat menerbitkan ketentuan terkait penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 3 Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik sebagaimana

6 - 6 - dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) wajib mengikuti dan menerapkan pengendalian dan keamanan (control and security) yang memadai atas Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 4 (1) Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik berwenang dan bertanggung jawab atas pengoperasian dan pengelolaan Sistem Penawaran Umum Elektronik. (2) Kewenangan dan tanggung jawab Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. BAB III PENGGUNAAN SISTEM PENAWARAN UMUM ELEKTRONIK Bagian Kesatu Penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik Pasal 5 (1) Penawaran Umum Efek yang akan dicatatkan pada Bursa Efek wajib menggunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik. (2) Penawaran Umum Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. Penawaran Umum Efek bersifat ekuitas; b. Penawaran Umum Efek bersifat utang dan/atau sukuk; dan c. Penawaran Umum Berkelanjutan Efek bersifat utang dan/atau sukuk. (3) Pemberlakuan ketentuan kewajiban penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik untuk Penawaran Umum Efek bersifat ekuitas, Efek bersifat utang dan/atau sukuk dan Penawaran Umum Berkelanjutan Efek bersifat utang dan/atau sukuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

7 - 7 - Pasal 6 Pelaksanaan Penawaran Umum oleh Emiten yang menggunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik wajib mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal mengenai tata cara Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum dan mengenai pemesanan dan penjatahan Efek dalam Penawaran Umum, kecuali diatur khusus dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Bagian Kedua Kegiatan dalam Sistem Penawaran Umum Elektronik Pasal 7 (1) Sistem Penawaran Umum Elektronik meliputi kegiatan dalam Penawaran Umum sebagai berikut: a. Penawaran Awal; b. penawaran Efek; c. penjatahan Efek; dan d. penyelesaian pemesanan atas Efek yang ditawarkan. (2) Dalam hal Penawaran Umum dilaksanakan tanpa melalui Penawaran Awal, penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik tidak mencakup kegiatan pada ayat (1) huruf a. Bagian Ketiga Tanggung Jawab Pengguna dan Penjamin Pelaksana Emisi Efek Pasal 8 Setiap pengguna Sistem Penawaran Umum Elektronik bertanggung jawab atas kebenaran dan keabsahan informasi dan data yang diinput pada Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 9 (1) Penjamin Emisi Efek yang menjadi penjamin pelaksana

8 - 8 - emisi Efek bertanggung jawab atas penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik. (2) Dalam hal terdapat lebih dari satu penjamin pelaksana emisi Efek, Emiten menunjuk salah satu penjamin pelaksana emisi Efek sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik. BAB IV PENGUMUMAN INFORMASI MENGENAI PENAWARAN UMUM, PROSPEKTUS DAN JADWAL Bagian Kesatu Penginputan dan Pengunggahan Informasi dan Prospektus Pasal 10 Emiten melalui Penjamin Emisi Efek yang bertanggung jawab atas penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 wajib melakukan input data dan informasi serta mengunggah dokumen sehubungan dengan Penawaran Umum pada Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 11 (1) Data dan informasi mengenai Penawaran Umum dan Prospektus yang wajib diinput dan diunggah pada Sistem Penawaran Umum Elektronik paling kurang meliputi: a. data dan informasi yang diwajibkan untuk diisikan pada Sistem Penawaran Umum Elektronik; b. Prospektus Awal (jika ada); c. Prospektus ringkas atau keterbukaan informasi mengenai Penawaran Umum; d. perbaikan dan/atau tambahan atas Prospektus ringkas; dan e. Prospektus. (2) Batas waktu penginputan data dan informasi mengenai Penawaran Umum dan pengunggahan Prospektus

9 - 9 - sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Sistem Penawaran Umum Elektronik mengikuti batas waktu pengumuman sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal yang mengatur mengenai tata cara Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum. Pasal 12 Dalam hal terjadi penundaan masa penawaran Efek atau pembatalan Penawaran Umum sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal mengenai tata cara Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum, pengumuman yang disyaratkan dalam peraturan tersebut juga dilakukan melalui Sistem Penawaran Umum Elektronik. Bagian Kedua Pengumuman di Media Masa Pasal 13 (1) Dalam hal Emiten yang bukan Emiten Skala Kecil atau Emiten Skala Menengah akan melakukan Penawaran Awal, Emiten tersebut wajib mengumumkan informasi mengenai Penawaran Umum pada paling sedikit 1 (satu) surat kabar yang mempunyai peredaran nasional paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah Otoritas Jasa Keuangan menyatakan Emiten dapat mengumumkan Prospektus Ringkas dan/atau melaksanakan Penawaran Awal. (2) Informasi yang wajib diumumkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mengenai hal-hal sebagai berikut: a. nama Emiten; b. alamat, logo (jika ada), nomor telepon, nomor faksimili, surat elektronik, situs web; c. kegiatan usaha utama dari Emiten; d. informasi mengenai Efek: 1) jenis dan jumlah Efek;

10 - 10-2) uraian singkat tentang Efek yang ditawarkan; dan 3) rentang harga Penawaran Awal; e. masa Penawaran Awal, prakiraan tanggal Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan, prakiraan masa penawaran Efek, prakiraan tanggal penjatahan dan prakiraan tanggal distribusi Efek dan prakiraan tanggal pencatatan jika Efek tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek; f. Penjamin Emisi Efek; g. keterangan bahwa Penawaran Awal, penawaran Efek, penjatahan dan distribusi Efek akan dilakukan menggunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik; dan h. pernyataan bahwa informasi lebih rinci mengenai Penawaran Umum dapat diperoleh pada Sistem Penawaran Umum Elektronik dengan disertai informasi tautan ke situs web Sistem Penawaran Umum Elektronik. Bagian Ketiga Jadwal Kegiatan dalam Penawaran Umum Pasal 14 Ketentuan batas waktu pelaksanaan kegiatan dalam Penawaran Umum yang dilakukan dengan menggunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik adalah sebagai berikut: a. masa Penawaran Awal dapat dimulai setelah penginputan data dan informasi mengenai Penawaran Umum dan pengunggahan Prospektus Awal dan Prospektus ringkas atau pengunggahan keterbukaan informasi mengenai Penawaran Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) selesai dilaksanakan; b. masa penawaran Efek dapat dimulai setelah penginputan data dan informasi mengenai Penawaran Umum dan pengunggahan perbaikan dan/atau tambahan atas Prospektus ringkas dan Prospektus sebagaimana

11 dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) selesai dilaksanakan; c. penjatahan Efek wajib dilaksanakan setelah berakhirnya masa penawaran Efek; d. penyelesaian pemesanan Efek wajib dilaksanakan setelah penjatahan Efek dan paling lambat sebelum pencatatan Efek di Bursa Efek; dan e. pencatatan Efek di Bursa Efek wajib dilaksanakan pada hari kerja berikutnya setelah berakhirnya masa penawaran Efek. BAB V PENYAMPAIAN MINAT DAN PESANAN Bagian Kesatu Persyaratan dan Tata Cara Pasal 15 Pemodal yang dapat menyampaikan minat atas Efek yang akan ditawarkan dan yang dapat menyampaikan pesanan atas Efek yang ditawarkan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. memiliki SID; dan b. bagi pemodal yang bukan merupakan pemodal kelembagaan yang menjadi nasabah Bank Kustodian, memiliki SRE dan RDN. Pasal 16 (1) Melalui setiap Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik, setiap pemodal hanya dapat menyampaikan satu minat dan/atau pesanan untuk tiap Penawaran Umum Efek. (2) Penyampaian minat dan/atau pesanan oleh setiap pemodal hanya dapat dilakukan pada salah satu jenis alokasi penjatahan Efek. (3) Dalam hal terdapat minat atau pesanan pada alokasi Penjatahan Pasti dan alokasi Penjatahan Terpusat dari pemodal yang sama, maka minat atau pesanan pada

12 porsi Penjatahan Terpusat akan dibatalkan. Pasal 17 (1) Pemodal menyampaikan minat atas Efek yang akan ditawarkan dan pesanan atas Efek yang ditawarkan melalui Sistem Penawaran Umum Elektronik dengan cara: a. menyampaikan minat dan/atau pesanan secara langsung melalui Sistem Penawaran Umum Elektronik; b. menyampaikan minat dan/atau pesanan melalui Perusahaan Efek yang merupakan Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dimana pemodal yang bersangkutan menjadi nasabahnya; atau c. menyampaikan minat dan/atau pesanan melalui Perusahaan Efek yang bukan merupakan Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dimana pemodal yang bersangkutan menjadi nasabahnya. (2) Minat dan/atau pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diteruskan ke Sistem Penawaran Umum Elektronik oleh Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik. (3) Minat dan/atau pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diteruskan oleh Perusahaan Efek yang bukan Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik kepada Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 18 (1) Minat dan/atau pesanan pemodal yang disampaikan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a dan b wajib diverifikasi oleh Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dimana pemodal terdaftar sebagai nasabah. (2) Minat dan/atau pesanan pemodal yang disampaikan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c wajib diverifikasi oleh Perusahaan Efek dimana pemodal terdaftar sebagai nasabah.

13 Pasal 19 (1) Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dan Perusahaan Efek yang menerima minat dan/atau pesanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan c wajib mendokumentasikan permintaan nasabahnya untuk penyampaian minat dan pesanan. (2) Dokumentasi sebagaimana dimaksud paling kurang meliputi data dan informasi yang diwajibkan dalam pengisian formulir penyampaian minat dan penyampaian pesanan pada Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 20 Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik hanya dapat meneruskan satu minat dan/atau satu pesanan dari pemodal yang sama. Bagian Kedua Peminatan atas Efek yang akan Ditawarkan Pasal 21 (1) Pemodal menyampaikan minat atas Efek yang akan ditawarkan melalui Sistem Penawaran Umum Elektronik pada masa Penawaran Awal. (2) Peminatan yang disampaikan paling sedikit memuat informasi: a. untuk Penawaran Umum Efek bersifat ekuitas meliputi: jumlah Efek dan harga Efek yang diminati; b. untuk Penawaran Umum Efek bersifat utang meliputi: nilai Efek dan tingkat bunga yang diminati; dan c. untuk Penawaran Umum sukuk meliputi: nilai sukuk dan besaran nisbah pembayaran bagi hasil, marjin, atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik akad syariah yang diminati. (3) Harga Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mengikuti ketentuan mengenai fraksi harga Efek yang

14 ditetapkan Bursa Efek. Pasal 22 (1) Pemodal dapat mengubah dan/atau membatalkan peminatannya selama masa Penawaran Awal belum berakhir. (2) Perubahan dan/atau pembatalan peminatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik atau melalui Perusahaan Efek yang bukan merupakan Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik. (3) Dalam hal terjadi perubahan atas peminatan yang telah disampaikan, peminatan yang diperhitungkan adalah peminatan yang terakhir disampaikan. Bagian Ketiga Pesanan atas Efek yang Ditawarkan Pasal 23 (1) Dalam hal pada akhir masa Penawaran Awal harga Efek yang disampaikan dalam peminatan oleh pemodal sama atau lebih tinggi dari harga penawaran Efek yang ditetapkan, peminatan tersebut akan diteruskan menjadi pesanan Efek dengan harga sesuai harga penawaran Efek setelah terlebih dahulu dikonfirmasi oleh pemodal. (2) Konfirmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pemodal dengan menyatakan bahwa pemodal telah menerima atau memperoleh kesempatan untuk membaca Prospektus berkenaan dengan Efek yang ditawarkan sebelum atau pada saat pemesanan dilakukan. Pasal 24 (1) Pesanan pemodal atas Efek yang akan ditawarkan disampaikan melalui Sistem Penawaran Umum Elektronik pada masa penawaran Efek. (2) Pesanan yang disampaikan paling sedikit memuat

15 informasi: a. untuk Penawaran Umum Efek bersifat ekuitas meliputi: jumlah Efek yang dipesan; b. untuk Penawaran Umum Efek bersifat utang meliputi: nilai Efek yang dipesan; dan c. untuk Penawaran Umum sukuk meliputi: nilai sukuk yang dipesan. Pasal 25 (1) Pemodal dapat mengubah dan/atau membatalkan pesanannya selama masa penawaran Efek belum berakhir. (2) Perubahan dan/atau pembatalan pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik atau Perusahaan Efek. (3) Dalam hal pemodal melakukan perubahan atas pesanan, pesanan yang diperhitungkan adalah pesanan yang terakhir disampaikan. Pasal 26 (1) Pesanan yang akan mendapatkan alokasi Penjatahan Pasti ditentukan oleh penjamin pelaksana emisi Efek. (2) Pesanan yang akan mendapatkan Penjatahan Pasti diinput ke Sistem Penawaran Umum Elektronik oleh penjamin pelaksana emisi Efek. (3) Input pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada masa penawaran Efek. Bagian Keempat Penyediaan Dana Pemesanan Efek Pasal 27 (1) Pemesanan Efek wajib disertai dengan ketersediaan dana yang cukup. (2) Pemesanan Efek yang tidak disertai dengan dana yang cukup akan dibatalkan.

16 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dana atas pemesanan Efek ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. BAB VI HARGA DAN JUMLAH EFEK DALAM PENAWARAN UMUM Bagian Kesatu Rentang Harga dan Jumlah Efek yang akan Ditawarkan Pasal 28 Penawaran Awal atas Efek yang akan ditawarkan menggunakan rentang harga tertentu. Pasal 29 (1) Rentang harga pada masa Penawaran Awal dapat diubah dengan besaran perubahan paling besar 25% (dua puluh lima persen) dari harga batas bawah dan harga batas atas. (2) Dalam hal terjadi perubahan rentang harga, masa Penawaran Awal wajib paling sedikit 3 (tiga) hari kerja setelah perubahan dimaksud. (3) Perubahan rentang harga dapat dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum batas waktu konfirmasi ada atau tidak adanya perubahan informasi atau penyampaian informasi mengenai jumlah dan harga penawaran Efek, penjaminan emisi Efek, dan/atau besaran nisbah pembayaran bagi hasil, marjin, atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik akad syariah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal mengenai tata cara Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum. (4) Informasi perubahan rentang harga diinput pada Sistem Penawaran Umum Elektronik dan disampaikan kepada pemodal yang telah menyampaikan peminatan.

17 Bagian Kedua Harga dan Jumlah Efek yang Ditawarkan Pasal 30 Harga dan jumlah Efek yang ditawarkan ditetapkan oleh Emiten dan Penjamin Emisi Efek berdasarkan hasil Penawaran Awal. Pasal 31 Dalam hal terdapat perbedaan yang signifikan antara harga dan jumlah Efek yang ditetapkan untuk ditawarkan dengan harga yang terbentuk dari hasil Penawaran Awal melalui Sistem Penawaran Umum Elektronik, Emiten wajib mengungkapkan penjelasan atas pertimbangan penetapan harga dan jumlah Efek tersebut dalam Prospektus. BAB VII ALOKASI DAN PENYESUAIAN ALOKASI EFEK Bagian Kesatu Alokasi Efek untuk Penjatahan Terpusat Pasal 32 (1) Sejumlah tertentu dari Efek yang ditawarkan dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat. (2) Sejumlah tertentu dari alokasi Efek untuk Penjatahan Terpusat dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat Ritel. (3) Besaran alokasi Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 33 (1) Sejumlah tertentu dari Efek untuk Penjatahan Terpusat dapat dialokasikan untuk pemodal dengan kategori tertentu. (2) Besaran alokasi untuk pemesan dengan kategori tertentu pada Penjatahan Terpusat wajib diungkapkan dalam Prospektus.

18 (3) Ketentuan mengenai alokasi Efek untuk pemodal dengan kategori tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Bagian Kedua Penyesuaian Alokasi Efek Pasal 34 (1) Dalam hal terjadi kelebihan pemesanan dengan batasan tertentu pada Penjatahan Terpusat, jumlah Efek yang dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat wajib disesuaikan. (2) Penyesuaian alokasi Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan jumlah pemesanan pada Penjatahan Terpusat dibandingkan dengan batasan jumlah tertentu yang wajib dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyesuaian alokasi Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. (4) Informasi mengenai penyesuaian alokasi efek yang akan diterapkan dalam rangka memenuhi ketentuan pada ayat (1) dan ayat (2) wajib diungkapkan dalam Prospektus. BAB VIII PENJATAHAN EFEK Bagian Kesatu Penjatahan Terpusat Pasal 35 Dalam hal terdapat lebih dari satu pesanan dari pemodal yang sama melalui Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik yang berbeda, pesanan tersebut akan digabungkan menjadi satu pesanan.

19 Pasal 36 (1) Pesanan yang berasal dari peminatan pada masa Penawaran Awal dapat diberikan tambahan alokasi dalam penjatahan Efek. (2) Ketentuan mengenai tambahan alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. (3) Tambahan alokasi dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) di atas wajib diungkapkan dalam prospektus. Pasal 37 (1) Dalam hal terjadi kekurangan pemesanan pada Penjatahan Terpusat Ritel, sisa Efek yang tersedia dialokasikan terlebih dahulu untuk selain Penjatahan Terpusat Ritel. (2) Dalam hal terjadi kekurangan pemesanan pada Penjatahan Terpusat selain Penjatahan Terpusat Ritel, sisa Efek yang tersedia dialokasikan terlebih dahulu untuk Penjatahan Terpusat Ritel. Pasal 38 Dalam hal jumlah Efek yang dipesan melebihi jumlah Efek yang dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat, termasuk setelah memperhitungkan adanya penyesuaian alokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, penjatahan Efek dilakukan sebagai berikut: a. Pada masing-masing Penjatahan Terpusat, untuk setiap pemodal yang pesanannya tidak dikecualikan akan dilakukan penjatahan Efek terlebih dahulu paling banyak sampai dengan 10 (sepuluh) satuan perdagangan atau sesuai pesanannya untuk pemesanan yang kurang dari 10 (sepuluh) satuan perdagangan. b. Dalam hal jumlah Efek yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi penjatahan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Efek tersebut dialokasikan kepada pemodal yang melakukan pemesanan terlebih dahulu.

20 c. Dalam hal masih terdapat Efek yang tersisa, setelah penjatahan sebagaimana dimaksud pada huruf a, sisa Efek dialokasikan secara proporsional dalam satuan perdagangan berdasarkan sisa jumlah pesanan yang belum terpenuhi. Pasal 39 (1) Dalam hal perhitungan penjatahan secara proporsional menghasilkan angka pecahan satuan perdagangan, pembulatan satuan perdagangan dilakukan ke bawah. (2) Dalam hal terdapat sisa Efek hasil pembulatan penjatahan Efek secara proporsional, sisa Efek dialokasikan kepada para pemodal yang pesanannya belum terpenuhi berdasarkan urutan waktu penyampaian pesanan masing-masing 1 (satu) satuan perdagangan hingga Efek yang tersisa habis. Pasal 40 (1) Untuk pemodal yang memiliki pesanan melalui lebih dari satu Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik, Efek yang diperoleh dialokasikan secara proporsional untuk pesanan pada masing-masing Partisipan tersebut. (2) Dalam hal jumlah Efek yang dijatahkan untuk pemodal pada ayat (1) lebih sedikit daripada jumlah pemesanan yang dilakukan atau terdapat sisa Efek hasil pembulatan, Efek tersebut dialokasikan berdasarkan urutan waktu penyampaian pesanan masing-masing 1 (satu) satuan perdagangan hingga Efek yang tersisa habis. Pasal 41 (1) Dalam hal terdapat alokasi Efek untuk kategori pemodal tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan pelaksanaan prosedur penjatahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 telah memenuhi alokasi Efek untuk kategori pemodal tertentu tersebut atau terjadi kekurangan pemesanan, prosedur pada ayat (2) berikut ini tidak dilaksanakan.

21 (2) Prosedur penjatahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dilakukan pada kelompok pemodal yang memenuhi kategori pemodal tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 sesuai dengan jumlah Efek yang dialokasikan. Bagian Kedua Penjatahan Pasti Pasal 42 (1) Dalam hal terjadi penyesuaian alokasi Efek untuk Penjatahan Terpusat sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 dengan sumber Efek yang digunakan dari alokasi untuk Penjatahan Pasti, pemenuhan pesanan pada Penjatahan Pasti disesuaikan dengan jumlah Efek yang tersedia. (2) Ketentuan mengenai penyesuaian pemenuhan pesanan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. BAB IX PENYELESAIAN PEMESANAN EFEK Pasal 43 (1) Bagi pemodal yang bukan merupakan pemodal kelembagaan yang menjadi nasabah Bank Kustodian, penyelesaian pemesanan Efek dilaksanakan menggunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur penyelesaian pemesanan Efek yang ditawarkan ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 44 (1) Berdasarkan hasil penjatahan Efek, Sistem Penawaran Umum Elektronik menarik dana dari rekening pemodal untuk penyelesaian pemesanan Efek. (2) Dana hasil Penawaran Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada penjamin pelaksana

22 emisi Efek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. (3) Penjamin pelaksana emisi Efek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyerahkan dana hasil Penawaran Umum Efek kepada Emiten paling lambat sebelum pembukaan perdagangan Efek pada tanggal pencatatan Efek di Bursa Efek. BAB X PELAPORAN Pasal 45 (1) Sistem Penawaran Umum Elektronik menghasilkan laporan hasil pelaksanaan Penawaran Awal, hasil Penawaran Umum, penjatahan dan distribusi Efek sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal mengenai tata cara Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum dan mengenai pemesanan dan penjatahan Efek dalam Penawaran Umum. (2) Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sistem Penawaran Umum Elektronik dapat menghasilkan laporan lain yang diperlukan. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diakses oleh Otoritas Jasa Keuangan dan para pihak sesuai kewenangannya. BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 46 Dalam hal terjadi kegagalan Sistem Penawaran Umum Elektronik atau kegiatan pemeliharaan yang terjadi lebih dari 12 (dua belas) jam dalam suatu hari, maka batas waktu untuk setiap tahapan kegiatan terkait Penawaran Umum yang terdampak diperpanjang sebanyak 1 (satu) hari kerja atau sebanyak jumlah hari terjadinya kegagalan Sistem Penawaran Umum Elektronik atau kegiatan pemeliharaan, mana yang

23 lebih banyak. Pasal 47 (1) Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik dapat mengenakan biaya atas penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik. (2) Ketentuan mengenai biaya penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik diatur oleh Penyedia Sistem Penawaran Umum Elektronik dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan. BAB XII KETENTUAN SANKSI Pasal 48 (1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, termasuk pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut berupa: a. peringatan tertulis; b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. pembatasan kegiatan usaha; d. pembekuan kegiatan usaha; e. pencabutan izin usaha; f. pembatalan persetujuan; dan g. pembatalan pendaftaran. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. (3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan secara tersendiri atau secara bersama-sama dengan pengenaaan sanksi sebagaimana

24 dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g. Pasal 49 Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Pasal 50 Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 kepada masyarakat. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 51 Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku: a. Peraturan Nomor IX.A.2 tentang Tata Cata Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-122/BL/2009 tanggal 29 Mei 2009: 1) angka 2 huruf b terkait pengumuman Prospektus Ringkas dan penyampaian bukti pengumuman; 2) angka 4 huruf i angka 1) terkait pengumuman perbaikan dan/atau tambahan atas Prospektus ringkas; 3) angka 5 huruf b; 4) angka 5 huruf e; 5) angka 5 huruf f; 6) angka 5 huruf g; 7) angka 5 huruf i; 8) angka 5 huruf k;

25 - 25-9) angka 5 huruf m; 10) angka 5 huruf n; b. Peraturan Nomor IX.A.7 tentang Pemesanan dan Penjatahan Efek dalam Penawaran Umum, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-691/BL/2011 tanggal 30 Desember 2011: 1) angka 1 huruf e; 2) angka 1 huruf f; 3) angka 2 huruf a, khusus terkait tanda tangan pemesan pada formulir; 4) angka 2 huruf b; 5) angka 2 huruf c; 6) angka 2 huruf d; 7) angka 2 huruf e; 8) angka 3 huruf b; 9) angka 5; dan 10) angka 6 huruf a, dinyatakan tidak berlaku bagi Emiten dan para Pihak yang terkait dengan Penawaran Umum Efek yang menggunakan Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 52 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal...

26 KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, ttd. WIMBOH SANTOSO Diundangkan di Jakarta pada tanggal... MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H. LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR...

27 PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2019 TENTANG PELAKSANAAN PENAWARAN AWAL, PENAWARAN, PENJATAHAN DAN DISTRIBUSI EFEK BERSIFAT EKUITAS, EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK SECARA ELEKTRONIK I. UMUM Pasar Modal menjadi salah satu alternatif sumber pendanaan bagi Emiten untuk mengembangkan bisnis dalam jangka panjang. Pasar Modal mempertemukan antara Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana dengan pemodal sebagai pemilik dana. Untuk mendukung Pasar Modal yang kuat dalam menjalankan perannya dalam industri keuangan, dilaksanakan program pendalaman pasar keuangan baik dari sisi permintaan (demand) maupun penawaran (supply). Dalam rangka mendukung program pendalaman pasar keuangan, perlu ditingkatkan efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan Penawaran Umum. Efisiensi dalam Penawaran Umum diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemodal maupun Emiten dan pelaku pasar lainnya pada aspek ekonomi maupun waktu. Transparansi dan akuntabilitas dapat meningkatkan kepercayaan publik kepada Pasar Modal untuk melakukan investasi maupun bagi Emiten untuk menghimpun dana. Namun demikian, terdapat permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan Penawaran Umum, khususnya pada pasar perdana saham (Initial Public Offering/IPO). Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun jumlah Emiten yang melakukan IPO cenderung meningkat, terdapat penurunan jumlah pemodal dan Perusahaan Efek yang berpartisipasi pada IPO

28 - 2 - tersebut. Model bisnis pelaksanaan IPO yang ada saat ini diindikasikan kurang mendukung perbaikan peningkatan partisipasi pemodal dan Perusahaan Efek. Untuk mendorong peningkatan partisipasi pemodal publik dalam Penawaran Umum, kemudahan untuk melakukan pemesanan Efek dan alokasi Efek untuk Penjatahan Terpusat perlu ditingkatkan. Proses bisnis Penawaran Umum untuk Penjatahan Terpusat saat ini relatif sulit diakses mengingat dilaksanakan secara manual melalui gerai pemesanan. Pemanfaatan teknologi informasi dapat memberi kemudahan bagi pemodal untuk melakukan pemesanan Efek pada Penawaran Umum. Sementara itu, ketersediaan Efek yang memadai untuk pemodal publik memberikan kesempatan yang lebih baik bagi pemodal untuk mendapatkan penjatahan Efek. Selain itu, penentuan harga penawaran Efek dan jumlah Efek yang ditawarkan dalam IPO juga penting untuk ditingkatkan transparansi dan akuntabilitasnya. Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan atas pelaksanaan Penawaran Umum sehingga dapat lebih mendorong peningkatan Emiten yang melakukan Penawaran Umum, khususnya IPO, dan mendorong peningkatan partisipasi pemodal. Bahwa perkembangan teknologi informasi telah mampu menyediakan akses kepada masyarakat terhadap informasi dan transaksi keuangan, maka perlu adanya Sistem Penawaran Umum Elektronik yang dikembangkan berdasarkan teknologi internet untuk memperluas kesempatan masyarakat menjadi pemodal dalam pasar perdana Efek. Sistem tersebut juga didesain untuk meningkatkan efisiensi, transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kegiatan Penawaran Umum secara keseluruhan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Yang dimaksud dengan ketentuan terkait penggunaan Sistem Penawaran Umum Elektronik adalah petunjuk teknis penggunaan sistem.

29 - 3 - Pasal 3 Kewajiban untuk mengikuti dan menerapkan pengendalian dan keamanan (control and security) yang memadai bertujuan agar Sistem Penawaran Umum Elektronik dapat beroperasi dengan baik, aman dan terjaga kerahasiaan data dan informasinya sesuai dengan standar keamanan sistem teknologi informasi pada industri pasar modal. Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Khusus untuk pemberlakukan Penawaran Umum Efek bersifat utang dan/atau Sukuk juga termasuk Penawaran Umum Efek bersifat utang dan/atau Sukuk kepada Pemodal Profesional. Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Penyelesaian pemesanan Efek yang ditawarkan mencakup kegiatan penyelesaian pembayaran atas Efek yang dipesan oleh pemodal dalam Penawaran Umum dan distribusi Efek

30 - 4 - Ayat (2) tersebut sesuai hasil penjatahan. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) Huruf a Informasi yang diwajibkan untuk diisikan pada Sistem Penawaran Umum Elektronik merupakan data dan informasi terkait Penawaran Umum yang akan disimpan, ditampilkan dan/atau diolah oleh Sistem Penawaran Umum Elektronik dalam rangka pelaksanaan Penawaran Umum Efek terkait. Data dan informasi tersebut diisikan sesuai isian pada tampilan antarmuka (interface) Sistem Penawaran Umum Elektronik. Huruf b Prospektus Awal wajib diunggah pada Sistem Penawaran Umum Elektronik apabila Emiten akan melaksanakan Penawaran Awal sebagai bagian dari pelaksanaan Penawaran Umum Efeknya. Huruf c Yang dimaksud dengan keterbukaan informasi mengenai Penawaran Umum adalah keterbukaan informasi yang wajib diumumkan oleh Emiten Skala Kecil dan Emiten Skala Menengah yang melakukan Penawaran Umum sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di sektor Pasar Modal mengenai Pernyataan Pendaftaran dalam rangka penawaran umum dan

31 - 5 - penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu oleh Emiten dengan Aset Skala Kecil atau Emiten dengan Aset Skala Menengah. Huruf d Ayat (2) Pasal 12 Yang dimaksud dengan masa penawaran Efek dalam Pasal ini adalah masa Penawaran Umum sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal mengenai tata cara Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum. Selain mengumumkan dalam paling kurang satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional, pengumuman penundaan atau pembatalan Penawaran Umum tersebut juga harus diunggah ke Sistem Penawaran Umum Elektronik. Pasal 13 Ayat (1) Ketentuan terkait pengumuman keterbukaan informasi mengenai Penawaran Umum oleh Emiten Aset Skala Kecil dan Emiten Aset Skala Menengah tetap mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor pasar modal mengenai Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum dan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu oleh Emiten Skala Kecil atau Emiten Skala Menengah. Ayat (2) Pasal 14 Huruf a Pengunggahan pengunggahan Prospektus Awal dan Prospektus ringkas atau pengunggahan keterbukaan informasi mengenai Penawaran Umum dilaksanakan setelah Emiten menerima

32 - 6 - pemberitahuan dari Otoritas Jasa Keuangan bahwa Emiten dapat mengumumkan Prospektus ringkas atau keterbukaan informasi mengenai Penawaran Umum sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal mengenai tata cara Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum. Penawaran Awal dapat segera dimulai setelah data dan informasi mengenai Penawaran Umum dan Prospektus ringkas atau keterbukaan informasi mengenai Penawaran Umum tersedia untuk publik dalam situs web Sistem Penawaran Umum Elektronik. Huruf b Penginputan data dan informasi mengenai Penawaran Umum dan pengunggahan perbaikan dan/atau tambahan atas Prospektus ringkas dan Prospektus dilaksanakan setelah Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum tersebut menjadi efektif. Huruf c Penyelesaian pemesanan Efek yang ditawarkan mencakup kegiatan penyelesaian pembayaran atas Efek yang dipesan oleh pemodal dalam Penawaran Umum dan distribusi Efek tersebut sesuai hasil penjatahan. Huruf d Pasal 15 Kewajiban memiliki SID bagi pemodal adalah terkait proses penjatahan Efek yang akan dilaksanakan dengan berdasarkan SID yang mewakili tiap pemodal. Kewajiban memiliki SRE adalah sehubungan dengan penyediaan dana atas pesanan yang disampaikan dan distribusi Efek. RDN terkait dengan penyediaan dana oleh pemodal yang selanjutnya akan dipindahkan ke SRE pemodal tersebut. Pemodal kelembagaan yang menjadi nasabah Bank Kustodian untuk melaksanakan transaksi di Pasar Modal tidak menggunakan SRE dan RDN pemodal yang bersangkutan melainkan menggunakan jasa Bank Kustodian. Pasal 16

33 - 7 - Ayat (1) Ayat (2) Salah satu jenis alokasi penjatahan Efek yang dimaksud pada ayat ini adalah alokasi Penjatahan Pasti atau alokasi Penjatahan Terpusat. Ayat (3) Pasal 17 Pasal 18 Verifikasi terhadap minat dan/atau pesanan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan (2) meliputi informasi antara lain mengenai kesesuaian identitas pemodal, SID, SRE dan RDN beserta jumlah Efek yang diminati atau dipesan. Partisipan Sistem Penawaran Umum dan Perusahaan Efek dapat melakukan tindakan lebih lanjut yang diperlukan untuk melakukan verifikasi. Pasal 19 Ayat (1) Dokumentasi permintaan nasabah yang dimaksud pada ayat ini dapat dilakukan dengan menggunakan formulir isian berbasis kertas maupun berbasis teknologi informasi. Sebagai contoh, dalam hal pesanan dilakukan melalui panggilan suara (telepon) atau panggilan vidio (video call), rekaman panggilan tersebut disimpan sebagai dokumentasi. Ayat (2) Pasal 20 Pasal 21 Ayat (1)

34 - 8 - Ayat (2) Ayat (3) Indikasi harga Efek yang disampaikan dalam penyampaian minat mengikuti ketentuan Bursa Efek mengenai fraksi harga sebagaimana diatur oleh Bursa Efek dalam ketentuan mengenai perdagangan Efek. Pasal 22 Ayat (1) Ayat (2) Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dan Perusahaan Efek yang dimaksud pada ayat ini adalah Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dan Perusahaan Efek yang telah melakukan verifikasi dan penerusan atas minat yang akan diubah dan/atau dibatalkan oleh pemodal. Ayat (3) Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Ayat (1) Ayat (2) Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dan Perusahaan Efek yang dimaksud pada ayat ini adalah Partisipan Sistem Penawaran Umum Elektronik dan Perusahaan Efek yang telah melakukan verifikasi dan penerusan atas pesanan pemodal yang akan diubah dan/atau dibatalkan oleh pemodal.

35 - 9 - Ayat (3) Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Ayat (1) Kategori tertentu yang dimaksud antara lain kelompok usia, wilayah geografis atau jenis kelamin. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 34 Ayat (1) Penyesuaian jumlah Efek yang dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat ketika terjadi kelebihan pemesanan dilakukan dengan

36 menambah jumlah Efek yang dialokasikan untuk penjatahan tersebut. Penambahan alokasi Efek tersebut akan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi pemesan pada porsi penjatahan tersebut untuk mendapatkan Efek dibandingkan dengan alokasi Efek semula. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Informasi mengenai penyesuaian alokasi efek mencakup antara lain informasi mengenai jumlah efek yang akan dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat apabila terjadi kelebihan pemesanan untuk tiap tingkatan penyesuaian, prosedur penyesuaian, dan sumber Efek yang akan digunakan untuk memenuhi penyesuaian alokasi Efek. Pasal 35 Pasal 36 Tambahan alokasi dapat diberikan bagi pemodal yang mempunyai pesanan yang berasal dari minat pada Penawaran Awal dengan tujuan mendorong pemodal untuk menyampaikan minat dan ikut serta dalam Penawaran Awal. Peningkatan partisipasi pemodal dalam Penawaran Awal diharapkan dapat menghasilkan informasi yang lebih baik dalam rangka penentuan harga penawaran Efek dan jumlah Efek yang ditawarkan. Pasal 37 Ayat (1) Penjatahan Terpusat terdiri dari Penjatahan Terpusat Ritel dan Penjatahan Terpusat selain Penjatahan Terpusat Ritel. Apabila terdapat kelebihan Efek yang dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat Ritel, maka Efek tersebut dialokasikan terlebih dahulu untuk Penjatahan Terpusat selain Penjatahan Terpusat Ritel sehingga Efek tersebut masih dialokasikan untuk pemodal pada

37 Penjatahan Terpusat. Ayat (2) Kondisi sebaliknya dari ayat (1), apabila terdapat kelebihan Efek yang dialokasikan untuk selain Penjatahan Terpusat Ritel, maka Efek tersebut dialokasikan terlebih dahulu untuk Penjatahan Terpusat Ritel. Pasal 38 Huruf a Yang dimaksud dengan pada masing-masing Penjatahan Terpusat adalah penjatahan Efek atas Efek yang dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat Ritel dilakukan bagi Pemesan Ritel dan penjatahan atas Efek yang dialokasikan untuk selain Penjatahan Terpusat Ritel dilakukan bagi pemodal selain Pemesan Ritel. Huruf b Yang dimaksud dengan jumlah Efek yang tersedia tidak mencukupi adalah ketika jumlah Efek yang tersedia dalam satuan perdagangan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pemodal. Contoh: Efek yang tersedia sebanyak satuan perdagangan dan jumlah pemodal yang melakukan pemesanan sebanyak Pihak. Dengan demikian, jumlah Efek tidak cukup untuk dijatahkan terlebih dahulu masing-masing 1 (satu) satuan perdagangan untuk setiap pemodal. Dalam kondisi tersebut, penjatahan Efek dilakukan dengan mengalokasikan satuan perdagangan bagi pemodal pertama berdasarkan urutan waktu penyampaian pesanan masingmasing 1 (satu) satuan perdagangan. Huruf c Pasal 39 Pasal 40

38 Ayat (1) Ayat (2) Contoh kondisi jumlah Efek yang dijatahkan untuk pemodal pada ayat (1) lebih sedikit daripada jumlah pemesanan adalah ketika pemodal mendapatkan penjatahan sebanyak 5 (lima) satuan perdagangan sementara pemodal tersebut memiliki 7 (tujuh) pemesanan yang disampaikan melalui 7 (tujuh) Partisipan Sistem Penawaran Umum yang berbeda. Dalam kondisi tersebut, Efek sejumlah 5 (lima) satuan perdagangan dialokasikan untuk 5 (lima) pemesanan pertama berdasarkan urutan waktu penyampaian. 2 (dua) pemesanan lainnya tidak mendapatkan penjatahan. Pasal 41 Ayat (1) Prosedur penjatahan Efek untuk Penjatahan Terpusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 merupakan prosedur baku sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Apabila hasil penjatahan Efek berdasarkan prosedur tersebut telah memenuhi batasan alokasi Efek untuk kategori pemodal tertentu yang telah ditetapkan, maka penjatahan cukup dilakukan dengan menggunakan prosedur tersebut. Ayat (2) Dalam hal hasil penjatahan Efek berdasarkan prosedur dalam Pasal 38 tidak memenuhi batasan alokasi Efek untuk kategori pemodal tertentu yang telah ditetapkan, maka penjatahan atas Efek yang dialokasikan tersebut dilakukan dengan cara menerapkan prosedur tersebut hanya untuk kategori pemodal tertentu yang telah ditetapkan. Pasal 42 Pemenuhan ketentuan penyesuaian alokasi Efek untuk Penjatahan Terpusat sebagaimana dimaksud pada Pasal 34 dapat menggunakan Efek yang dialokasikan untuk Penjatahan Terpusat. Dalam hal terjadi penyesuaian alokasi, jumlah Efek yang tersedia untuk Penjatahan Pasti akan berkurang sehingga alokasi untuk pemodal

39 pada Penjatahan Pasti juga harus disesuaikan. Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK KEPADA PEMODAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2017 TENTANG PENYAMPAIAN PERNYATAAN PENDAFTARAN ATAU PENGAJUAN AKSI KORPORASI SECARA ELEKTRONIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN 1 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.123, 2017 KEUANGAN OJK. Info Memo. Prospektus Awal. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6070) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No tentang Kegiatan Perusahaan Efek di Berbagai Lokasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Neg

2017, No tentang Kegiatan Perusahaan Efek di Berbagai Lokasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.294, 2017 KEUANGAN OJK. Perusahaan Efek. Berbagai Lokasi. Kegiatan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6162) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.125, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Saham. Pembatasan. Penawaran Umum. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6072) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2017 KEUANGAN OJK. Transaksi Efek. Pelaporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6069) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN 32 /POJK.04/2015 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /POJK.04/2017 TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.293, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Perusahaan Efek. Subordinasi Perjanjian Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6161) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2017 KEUANGAN OJK. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Pemeliharaan Dokumen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6160) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2017 TENTANG PROSPEKTUS AWAL DAN INFO MEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2017 TENTANG PROSPEKTUS AWAL DAN INFO MEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2017 TENTANG PROSPEKTUS AWAL DAN INFO MEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2017 KEUANGAN OJK. Efek. Bersifat Ekuitas, Utang, dan/atau Sukuk. Penawaran Umum. Pendaftaran. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK. BAB I KETENTUAN U

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK. BAB I KETENTUAN U No.378, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Efek Bersifat Utang. Sukuk. Penawaran Umum. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5648) PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb No.299, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Transaksi Efek. Orang Dalam. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6167) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.133, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6080) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBATASAN ATAS SAHAM YANG DITERBITKAN SEBELUM PENAWARAN UMUM

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBATASAN ATAS SAHAM YANG DITERBITKAN SEBELUM PENAWARAN UMUM - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBATASAN ATAS SAHAM YANG DITERBITKAN SEBELUM PENAWARAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.135, 2017 KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Target Waktu. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6082) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /POJK.04/2017 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI BAGI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK YANG DIMOHONKAN PERNYATAAN PAILIT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2015 KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Terproteksi. Penjaminan. Indeks. Pedoman Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5817).

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR / POJK.04 / 2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR / POJK.04 / 2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR / POJK.04 / 2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.126, 2017 KEUANGAN OJK. Pernyataan Pailit. Emiten. Perusahaan Publik. Keterbukaan Informasi Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.04/2016 TENTANG DANA PERLINDUNGAN PEMODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.124, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Kustodian. Bank Umum. Laporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6071) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH DAN/ATAU SUKUK DAERAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH No.395, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Perusahaan Terbuka. Hak. Penambahan Modal. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5652) PERATURAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. / TENTANG SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK UNTUK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. / TENTANG SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK UNTUK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. / TENTANG SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK UNTUK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo No.132, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Kontrak. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6079)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2017 KEUANGAN OJK. Pemeliharaan Dokumen. Wali Amanat. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6075) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.405, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Tender Sukarela. Penawaran. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5823) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.291, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Kliring dan Penjaminan. Pemeliharaan Dokumen (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6159) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2017 KEUANGAN OJK. Perseroan. Reksa Dana. Penyimpanan. Kontrak. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6074) PERATURAN

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /POJK.04/2018 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN MELALUI SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN INVESTASI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN INVESTASI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN INVESTASI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2017 KEUANGAN OJK. Saham. Nominal Berbeda. Pengeluaran. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6078) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2016 KEUANGAN OJK. PT. Peleburan. Penggabungan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5997). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/201... TENTANG PENGAJUAN PERNYATAAN PENDAFTARAN ATAU AKSI KORPORASI SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa No.137, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Efek. Syariah. Kriteria. Penerbitan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6083) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2017 TENTANG PENGELUARAN SAHAM DENGAN NILAI NOMINAL BERBEDA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2017 TENTANG PENGELUARAN SAHAM DENGAN NILAI NOMINAL BERBEDA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2017 TENTANG PENGELUARAN SAHAM DENGAN NILAI NOMINAL BERBEDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN BAGI MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERAGUN ASET SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF YANG UNIT PENYERTAANNYA DIPERDAGANGKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.129, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Wali Amanat. Laporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6076) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2017 TENTANG REKSA DANA TARGET WAKTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2017 TENTANG REKSA DANA TARGET WAKTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2017 TENTANG REKSA DANA TARGET WAKTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2017 KEUANGAN OJK. Saham. Perusahaan Terbuka. Pembelian Kembali. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6077) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /POJK.04/2015 TENTANG EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PELAPORAN DAN PENGUMUMAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DRAFT OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH DAN/ATAU

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SSALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN ATAS INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERAGUN ASET SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERAGUN ASET SYARIAH - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERAGUN ASET SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SSALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN ATAS INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.398, 2015. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana Terbuka. Nilai Aktiva Bersih. Pedoman Pengumuman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5816). PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2016 TENTANG PROSEDUR PENANGGUHAN PENAWARAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2016 TENTANG PROSEDUR PENANGGUHAN PENAWARAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2016 TENTANG PROSEDUR PENANGGUHAN PENAWARAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN No.293, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Manajer Investasi. Prinsip Syariah. Penerapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5983) PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.298, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Perusahaan Publik. Pernyataan Pendaftaran. Bentuk dan Isi. Pedoman (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6166)

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Biro Administrasi Efek dan Emiten yang Menyelenggarakan Administras

2016, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Biro Administrasi Efek dan Emiten yang Menyelenggarakan Administras LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Emiten. Administrasi. Dokumen. Pemeliharaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5978). PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGUMUMAN HARIAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSA DANA TERBUKA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGUMUMAN HARIAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSA DANA TERBUKA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGUMUMAN HARIAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSA DANA TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA DINAMIS TARGET WAKTU

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA DINAMIS TARGET WAKTU OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA DINAMIS TARGET WAKTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.48, 2017 KEUANGAN OJK. Saham. Kepemilikan. Laporan. Perubahan. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci