BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini merupakan penjelasan lebih lanjut terhadap rumusan tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini merupakan penjelasan lebih lanjut terhadap rumusan tujuan"

Transkripsi

1 104 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan penjelasan lebih lanjut terhadap rumusan tujuan penelitaian sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya. Penjelasan pertama meliputi penjelasan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya yang terkait dengan dimensi keruangan. Penjelasan kedua berupa perkembangan struktur ruang perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Penjelasan ketiga adalah keterkaitan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Sementara itu penjelasan yang terakhir merupakan penjelasan keterkaitan temuan penelitian terhadap tinjauan pustaka dan pembelajaran terhadap hasil penelitian. 5.1 Pengeluaran Pembangunan Pemerintah dan Investasi Swasta di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Terdapat perbedaan kontribusi antara pemerintah dan swasta dalam postur pembiayaan pembangunan di perkotaan sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah. Kontribusi sektor swasta dalam pembiayaan pembangunan melalui investasi lebih dominan meskipun pengeluaran pembangunan pemerintah mengalami peningkatan tiap tahunnya. Namun demikian, kecilnya peran pemerintah dalam pembiayaan pembangunan ternyata berkontribusi besar terhadap peningkatan nilai investasi swasta di perkotaan pasca pemekaran wilayah. Hal ini akan diargumentasikan terutama pada subbab sebagai berikut. 104

2 Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Pengeluaran pembangunan pemerintah di perkotaan pasca pemekaran wilayah mengalami peningkatan sejalan dengan perkembangan kota serta fungsi kawasan kota yang lebih luas sebagai pusat pelayanan. Pengeluaran pembangunan pemerintah pada tahap awal pembangunan di perkotaan sebagian besar untuk penyediaan infrastruktur dasar sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah di perkotaan pasca pemekaran wilayah kontribusinya kecil terhadap pembiayaan pembangunan secara keseluruhan. Peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah ini dapat dilihat dari perkembangan beberapa kondisi yang mendasarinya. Pertama perkembangan pengeluaran pemerintah dilihat dari peningkatan nilai pengeluaran pembangunan tiap tahunnya. Kedua pengeluaran pembangunan pemerintah diimplementasikan dalam dimensi ruang berupa program-program pembangunan sarana dan prasarana perkotaan yang terus mengalami perkembangan bentuknya. Ketiga dimensi lokasi pengeluaran pembangunan pemerintah semakin luas cakupannya di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah Perkembangan Nilai Pengeluaran Pembangunan Pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai tiap tahunnya. Pengeluaran pembangunan pemerintah ini terkait dengan tahapan pembangunan di daerah merupakan tahap awal pembangunan. Pengeluaran pembangunan pemerintah pada tahap awal pembangunan ini mendominasi dalam postur

3 106 pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana di perkotaan tiap tahunnya. Namun demikian meskipun pengeluaran pembangunan pemerintah dalam tahap ini terus mengalami peningkatan, ternyata pengeluaran pemerintah berkontribusi kecil terhadap pembiayaan pembangunan secara keseluruhan di daerah pasca pemekaran wilayah. Tahap awal pembangunan sebagaimana dijelaskan di atas dicirikan dengan besarnya nilai pengeluaran pembangunan pemerintah untuk penyediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan sebagai upaya pelayanan pemenuhan kebutuhan penduduk perkotaan. Kondisi ini dapat dilihat dari porsi pembiayaan pembangunan bidang sarana dan prasarana yang lebih besar dari pembiayaan pembangunan non fisik lainnya. Pengalokasian pengeluaran pembangunan pemerintah dalam beberapa tahun anggaran pasca pemekaran wilayah masih terkonsentrasi untuk penyediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan. Pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya merupakan kebijakan yang diambil Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah ini tidak terlepas dari perkembangan kondisi internal kota serta penetapan fungsi kawasan Perkotaan Kubu Raya sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional di Provinsi Kalimantan Barat. Pengeluaran pembangunan pemerintah di perkotaan ini selain dibiayai oleh APBD murni Kabupaten Kubu Raya sebagai daerah otonom, juga mendapat dukungan pembiayaan pembangunan dari APBN maupun APBD Provinsi Kalimantan Barat. Tabel 5.1 berikut perkembangan nilai pengeluaran

4 107 pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah dari berbagai sumber pembiayaan pembangunan: Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Pengeluaran Pembangunan Pemerintah di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Menurut Sumber Pembiayaan Pembangunan Tahun APBN (Rp) Pengeluaran Pemerintah di Wilayah Perkotaan Kubu Raya % APBD Provinsi (Rp) % APBD Kabupaten (Rp) % Jumlah (Rp) 2009 *** 0,00 *** 0, , *** 0,00 *** 0, , , , , , , , *** 0,00 *** 0, , , , , , , , *** Data Tidak Tersedia Sumber: Peneliti, 2017 Perkembangan pengeluaran sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 5.1 di atas, menunjukkan porsi pembiayaan pembangunan pasca pemekaran wilayah terbesar masih bersumber dari pembiyaan APBD Kabupaten Kubu Raya. Hal ini terjadi karena pengelolaan pembangunan pemerintah bidang sarana dan prasarana perkotaan sebagian besar merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya sebagai daerah otonom baru pasca pemekaran wilayah. Kondisi ini juga tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya di kawasan Perkotaan Kubu Raya dimana pembangunan sarana dan prasarana perkotaan merupakan prioritas utama pembangunan dalam beberapa tahun anggaran.

5 108 Dukungan pengelolaan pembangunan di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah melalui APBN dan APBD Provinsi Kalimantan Barat merupakan implikasi kewenangan pengelolaan pembangunan yang lebih tinggi terkait dengan fungsi kawasan perkotaan. Dengan ditetapkannya kawasan Perkotaan Kubu Raya sebagai Pusat Kegiatan Nasional, pada kawasan perkotaan terdapat beberapa sarana dan prasarana perkotaan yang pengelolaannya menjadi kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Gambar 5.1 berikut perkembangan nilai pengeluaran pemerintah di Perkotaan Kubu Raya menurut sumber pembiayaan pembangunan: Rp Nilai Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Pasca Pemekaran Wilayah Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten Rp Rp Gambar 5.1. Perkembangan Nilai Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Pasca Pemekaran Wilayah Menurut Sumber Pembiayaan Pembangunan Sumber: Peneliti, 2017 Perkembangan nilai pengeluaran pembangunan sebagaimana dijelaskan di atas mengindikasikan peran penting posisi Perkotaan Kubu Raya terhadap Regional Kalimantan Barat. Perkotaan Kubu Raya secara geografis berada di pusat

6 109 pertumbuhan dan koridor utama perekonomian Kalimantan Barat. Dengan adanya keunggulan posisi strategis ini, pembiayaan pembangunan yang bersumber dari pegeluaran pemerintah di Kabupaten Kubu Raya khususnya wilayah perkotaan dapat memanfaatkan berbagai sumber pembiayaan pembangunan lain baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Nilai pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah semakin meningkat sejalan dengan perkembangan kota dalam aspek sosial, ekonomi dan fisiknya. Kondisi ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai pengeluaran pembangunan yang sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk (Tabel 4.4), pendapatan per kapita penduduk (Tabel 4.9) maupun luas permukiman perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah (Tabel 4.10). Pasca pemekaran wilayah menunjukkan perkembangan peningkatan nilai pengeluaran pembangunan pemerintah terhadap perkembangan kondisi ini. Perkembangan Perkotaan Kubu Raya dalam beberapa aspek ini telah mendorong peningkatan pembelanjaan pembangunan pemerintah bidang sarana dan prasarana di Perkotaan Kubu Raya. Gambar 5.2 berikut menjelaskan perkembangan pertumbuhan pengeluaran pemerintah terhadap perkembangan kota pasca pemekaran wilayah:

7 Pertumbuhan (%) ,00 100,00 50,00 0,00-50, Pengeluaran Pemerintah 0,00 83,81 36,32 97,36-42,61 157,73 28,38 Pendapatan/ Kapita Harga Konstan 0,00 117,84 12,45 5,17 4,19 9,50 5,08 Jumlah Penduduk 0,00 1,64 2,15 2,05 2,14 1,37 12,72 Luas Permukiman 0,00 2,67 2,60 16,84 17,10 15,59 4,86 Gambar 5.2. Perkembangan Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah terhadap Perkembangan Kota Sumber: Peneliti, Bentuk Pengeluaran Pembangunan Pemekaran wilayah sebagai pelaksanaan otonomi daerah menjadikan pengeluaran pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dalam dimensi ruang. Dengan adanya otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintah di bawahnya, terdapat keleluasaan pengelolaan pengeluaran pembangunan pemerintah yang diwujudkan kedalam dimensi ruang kota. Kondisi ini terlihat dari fokus utama pengeluaran pembangunan pemerintah di perkotaan pasca pemekaran wilayah berupa pembangunan bidang prasarana transportasi, bidang sumberdaya air, lingkungan permukiman dan sarana pusat pemerintahan. Bentuk pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah diwujudkan kedalam program-program pembangunan yang semakin berkembang bentuknya dalam dimensi ruang. Pengeluaran pembangunan ini dalam dimensi ruang berwujud pembangunan sarana dan

8 111 prasarana perkotaan yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis terkait sesuai dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing. Pengeluaran pembangunan pemerintah untuk pembangunan sarana dan prasarana di Perkotaan Kubu Raya dilakukan oleh tiga SKPD utama Kabupaten dan satu SKPD Provinsi Kalimantan Barat. SKPD Kabupaten Kubu Raya yang bertanggungjawab dalam bidang ini yaitu Dinas Bina Marga dan Pengairan, Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan serta Dinas Perhubungan Kabupaten Kubu Raya. Sementara itu penanggungjawab pengeluaran pembangunan yang bersumber dari APBN maupun APBD Provinsi Kalimantan Barat adalah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat. Wujud program-program pembangunan pasca pemekaran wilayah di Perkotaan Kubu Raya sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 5.2 berikut (rincian terhadap pengeluaran pembangunan masing-masing program dalam dimensi ruang perkotaan pasca pemekaran wilayah dapat dilihat pada Lampiran II): No Tabel 5.2. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Program Pembangunan Sumber Pengeluaran Pembangunan 1 Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum APBN dan APBD 2 Pengembangan Permukiman dan Perbatasan Provinsi Kalimantan 3 Penyehatan Lingkungan Permukiman Barat 4 Pembangunan Kawasan Bersejarah 5 Pengelolaan Sumberdaya Air 6 Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Pengamanan Pantai Serta Jaringan Pengairan 7 Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai 8 Penyelenggaraan Jalan 9 Pemeliharaan Rutin Jalan dan Jembatan 10 Penataan Bangunan dan Lingkungan 11 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur APBD Kabupaten 12 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan 13 Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong Kubu Raya

9 112 No Program Pembangunan 14 Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 15 Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainya 16 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 17 Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Perhubungan 18 Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ 19 Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor 20 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Masa 21 Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konversi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya 22 Program Pemeliharaan Lampu Penerangan Jalan Umum 23 Program Peningkatan Penerangan Jalan Umum 24 Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong 25 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan 26 Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 27 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Perumahan 28 Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku 29 Program Pengembangan Kinerja Pengolahan Air Minum dan Air Limbah 30 Pembangunan Sistem Informasi/data base Jalan dan Jembatan Sumber: Peneliti, 2017 Sumber Pengeluaran Pembangunan Belanja program pembangunan sebagaimana dijelaskan tabel 5.2 di atas, sebagian besar merupakan belanja program penyediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan. Pengeluaran pembangunan pemerintah dalam bentuk ini cukup mendominasi dalam postur pengeluaran pembangunan di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Kondisi ini terjadi mengingat Perkotaan Kubu Raya dikaitkan dengan tahapan pembangunan masih berada dalam tahap awal pembangunan daerah, dimana dalam tahap ini bentuk-bentuk pengeluaran pemerintah berupa pembangunan sarana dan prasarana utama perkotaan.

10 113 Perkembangan bentuk pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya masih difokuskan pada program-program pembangunan sebagaimana dijelaskan dalam tabel di atas. Hal ini dilakukan sebagai upaya pelayanan kepada masyarakat Perkotaan Kubu Raya sebagai pusat pelayanan utama kawasan Lokasi Pengeluaran Pembangunan Pusat pelayanan utama perkotaan merupakan konsentrasi terbesar pengeluaran pembangunan pemerintah pasca pemekaran wilayah. Pusat pelayanan utama perkotaan memiliki fungsi yang lebih tinggi dari bagian wilayah kota lainnya. Fungsi perkotaan yang lebih tinggi berimplikasi terhadap alokasi pengeluaran pembangunan pemerintah dalam dimensi ruang. Hal ini diargumentasikan lebih lanjut sebagai berikut. Pengeluaran pembangunan pemerintah berdasarkan dimensi lokasi pembangunan, menempatkan Perkotaan Sungai Raya sebagai lokasi utama pengeluaran pembangunan. Kondisi ini diindikasikan dari besarnya alokasi pengeluaran pembangunan dimana Perkotaan Sungai Raya mendapat alokasi pengeluaran pembangunan pemerintah terbesar (rata-rata mencapai 65%) dari total pengeluaran pembangunan pemerintah, sementara itu Perkotaan Sungai Kakap (21%) dan Perkotaan Sungai Ambawang (14%). Postur pengeluaran pembangunan pasca pemekaran wilayah di Perkotaan Sungai Raya seperti ini dapat terjadi karena beberapa hal yang melatarbelakangi. Pertama Perkotaan Sungai Raya merupakan pusat pelayanan utama di Kabupaten Kubu Raya pasca pemekaran wilayah, kedua Perkotaan Sungai Raya merupakan konsentrasi penduduk terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah penduduk Kota

11 114 Pontianak dan alasan yang ketiga yaitu Perkotaan Sungai Raya merupakan gerbang utama Provinsi Kalimantan Barat. Dengan kondisi seperti ini, pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Sungai Raya cenderung lebih besar daripada bagian wilayah kota lainnya. Tabel 5.3. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah berdasarkan Lokasi Pembangunan Pasca Pemekaran Wilayah Total Belanja Belanja Langsung Masing-Masing Wilayah Perkotaan Tahun Langsung di Sungai Anggaran % Sungai Kakap % Sungai Raya % Kawasan Perkotaan Ambawang 2009 Rp Rp ,39 Rp ,69 Rp , Rp Rp ,88 Rp ,26 Rp , Rp Rp ,68 Rp ,53 Rp , Rp Rp ,62 Rp ,99 Rp , Rp Rp ,26 Rp ,36 Rp , Rp Rp ,98 Rp ,90 Rp , Rp Rp ,13 Rp ,75 Rp ,13 Sumber: Peneliti, 2017 Perkembangan dimensi lokasi pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah semakin luas cakupannya. Kondisi ini terlihat dari perkembangan pengeluaran pembangunan pemerintah berdasarkan lokasi pengeluaran pembangunan.

12 Gambar 5.3. Dimensi Lokasi Pengeluaran Pembangunan Pemerintah di Perkotaan Kubu Raya Tahun 2009 Sumber: Peneliti,

13 Perkembangan Investasi Swasta di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah dalam dimensi ruang sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah mampu meningkatkan nilai investasi swasta di perkotaan. Meskipun investasi swasta merupakan kerangka utama pembiayaan pembangunan dalam pelaksanaan otonomi daerah, namun demikian pada dasarnya perkembangan nilai investasi swasta di perkotaan hanya bisa muncul jika dipicu oleh pengeluaran pembangunan pemerintah. Investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya terus tumbuh berkembang dan meningkat cukup pesat pasca pemekaran wilayah. Perkembangan kondisi investasi swasta ini dapat dilihat dari perkembangan nilai investasi yang semakin meningkat tiap tahunnya, bentuk investasi yang semakin beragam dan lokasi investasi sektor swasta yang semakin luas di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah Perkembangan Nilai Investasi Peningkatan nilai investasi swasta di perkotaan sejalan dengan peningkatan nilai pengeluaran pembangunan pemerintah pasca pemekaran wilayah (lihat Tabel 5.1). Selain itu juga nilai investasi swasta meningkat dengan semakin meningkatnya kondisi perekonomian perkotaan (Tabel 4.9). Peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah mampu mendorong pertumbuhan investasi swasta di perkotaan. Setelah investasi swasta berkembang di perkotaan, ternyata tercipta kondisi perekonomian yang tumbuh positif. Investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya sebagai daerah otonom baru menunjukkan perkembangan nilai investasi yang cukup pesat. Perkembangan

14 117 kondisi tersebut salah satunya dapat dilihat dari kecederungan peningkatan nilai investasi swasta yang terus tumbuh positif dan semakin meningkat tiap tahunnya. Perkembangan nilai investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah berasal dari penanaman modal baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi swasta melalui PMDN diinvestasikan untuk sektor sekunder dan sektor tersier. Sementara itu PMA hanya untuk sekunder saja. Tabel 5.4. berikut menjelaskan perkembangan nilai investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah berdasarkan asal modal investasi: Tabel 5.4. Perkembangan Nilai Investasi Swasta di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Menurut Asal Modal Investasi No Tahun PMDN PMA Total Investasi Swasta (Rp) Sekunder (Rp) Tersier (Rp) Sekunder (Rp) Sumber: Data Investasi BPMPT Kab. Kubu Raya diolah, 2017 Berdasarkan penjelasan tabel 5.4 sebagaimana di atas, terlihat adanya kecenderungan peningkatan nilai investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya secara keseluruhan pasca pemekaran wilayah meskipun terjadi penurunan nilai investasi swasta pada tahun 2015 yang disebabkan penurunan investasi sektor sekunder. Nilai investasi pada sektor sekunder dan tersier semakin mendominasi terhadap

15 118 total investasi di Perkotaan Kubu Raya. Sektor-sektor investasi swasta ini merupakan penopang utama investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya. Kondisi ini juga tercermin dari perkembangan perekonomian wilayah secara keseluruhan dimana sektor sekunder dan sektor tersier merupakan kontributor ekonomi wilayah dalam PDRB Kabupaten Kubu Raya dimana sektor-sektor ini hanya terdapat di Perkotaan Kubu Raya. Sementara itu adanya kondisi pergeseran investasi sektor primer ke sektor investasi sekunder dan tersier terjadi karena perkembangan yang terjadi pada kondisi sektor primer pasca pemekaran wilayah. Sektor primer umumnya merupakan sektor padat modal baik melalui PMDN dan PMA. Sektor primer yang semula ditopang oleh sumberdaya hutan dan pertambangan yang pada tahun-tahun sebelumnya merupakan sektor unggulan investasi saat ini sudah mengalami penurunan produktivitas. Selain itu juga perkembangan peraturan perundangan yang semakin ketat terhadap sektor primer menyebabkan sektor ini terbatas perkembangnnya pasca pemekaran wilayah. Investasi sektor primer yang masih berkembang saat ini berupa investasi sektor perkebunan yang semakin meningkat pasca deforestasi hutan di wilayah Kalimantan secara umumnya. Berdasarkan asal modal investasi sebagaimana dijelaskan di atas, perkembangan investasi sektor sekunder dan tersier di Perkotaan Kubu Raya masih didominasi oleh penanaman modal yang bersumber dari PMDN. Penanaman modal dari dalam negeri ini umumnya berasal dari investor setempat maupun lokal di luar Provinsi Kalimantan Barat. Berikut kecenderungan perkembangan investasi swasta sektor sekunder dan tersier menurut asal modal investasi pasca pemekaran wilayah:

16 Junlah Investasi 119 Perkembangan Nilai Investasi Sektor Sekunder & Tersier Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Tahun PMDN PMA Gambar 5.4. Perkembangan Nilai Investasi Swasta Di Perkotaan Menurut Asal Modal Investasi Sumber: Peneliti, 2017 Peningkatan nilai investasi swasta pada sektor ini menggambarkan iklim investasi yang cukup kondusif di Perkotaan Kubu Raya. Dengan kondisi seperti ini investor baik yang berasal dari dalam negeri maupun investor asing memiliki kepercayaan yang terus meningkat berinvestasi di Perkotaan Kubu Raya sebagai daerah otonom baru. Peningkatan nilai investasi swasta ini sejalan dengan semakin baiknya kondisi perekonomian Kabupaten Kubu Raya secara keseluruhan. Perekonomian Perkotaan Kubu Raya yang tumbuh positif dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita penduduk perkotaan turut mendorong pertumbuhan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Peningkatan pendapatan ini mendorong investor swasta di Perkotaan Kubu Raya meningkatkan nilai investasinya untuk melayani kebutuhan penduduk perkotaan yang mengalami peningkatan dengan ekspektasi adanya peningkatan usaha dari

17 120 kegiatan investasi yang sudah dikeluarkan. Tabel 5.5. berikut menunjukkan kecenderungan perkembangan nilai investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya terhadap total investasi wilayah pasca pemekaran: Tabel 5.5. Perkembangan Nilai Investasi Swasta di Perkotaan Kubu Raya terhadap Total Investasi Wilayah No Tahun Total Investasi Wilayah Kabupaten Kubu Raya Total Investasi Perkotaan Kubu Raya Rp Rp , Rp Rp , Rp Rp , Rp Rp , Rp Rp , Rp Rp , Rp Rp ,16 Sumber: Peneliti, 2017 % Peningkatan nilai investasi sebagaimana dijelaskan di atas, hanya didasarkan pada perhiungan investasi swasta yang tercatat di Badan Penanaman Modal Daerah. Oleh karena itu dalam kondisi yang sebenarnya, perkembangan nilai investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah melebihi nilai investasi sebagaimana dijelaskan tersebut. Banyak dijumpai investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya yang berkembang pasca pemekaran wilayah namun sebagian tidak tercatat secara resmi nilai investasinya. Gambar 5.5 Berikut adalah perkembangan nilai investasi sektor sekunder dan tersier terhadap total nilai investasi wilayah pasca pemekaran wilayah:

18 Jumlah Investasi 121 Perkembangan Nilai Investasi Swasta Rp Rp Rp Rp Rp Total Jumlah Investasi Jumlah Investasi Sektor Sekunder dan Tersier Jumlah Investasi Sektor Primer Rp Rp Tahun Gambar 5.5. Perkembangan Nilai Investasi Swasta Sektor Sekunder dan Tersier terhadap Total Investasi Wilayah Sumber: Peneliti, 2017 Berdasarkan gambar 5.5 di atas, peningkatan nilai investasi swasta sektor sekunder dan tersier di Perkotaan Kubu Raya sejalan dengan peningkatan nilai investasi wilayah secara keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontribusi sektor sekunder dan tersier sebagai penopang utama investasi wilayah Kabupaten Kubu Raya secara keseluruhan pasca pemekaran wilayah. Dalam hal ini yang menjadi catatan khusus bahwa seluruh investasi sektor sekunder dan sektor tersier hanya terdapat di Perkotaan Kubu Raya. Berdasarkan gambar 5.5 di atas, pada tahun 2015 terjadi kecenderungan penurunan nilai investasi swasta secara keseluruhan. Penurunan nilai investasi pada tahun ini dikarenakan adanya penurunan nilai investasi pada sektor primer sebagai salah satu penopang investasi wilayah secara keseluruhan. Dengan adanya penurunan nilai investasi sektor primer ini memberikan dampak terhadap sektor sekunder yang merupakan sektor turunan dari sektor primer. Penurunan nilai

19 Jumlah Investasi 122 investasi sektor primer lebih dikarenakan hasil produksi utama sektor-sektor primer yang semakin menurun tiap tahunnya. Selain itu juga ditambah dengan kondisi fluktuasi harga komoditas sektor-sektor primer di pasar dunia juga memberikan pengaruh terhadap nilai investasi sektor primer yang berkembang yang pada akhirnya memberikan pengaruh pada sektor sekunder. Penurunan kecenderungan investasi tersebut tidak berlaku bagi sektor tersier. Kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh investasi sektor tersier, dimana investasi pembangunan sektor ini terus menunjukkan grafik yang terus meningkat pasca pemekaran wilayah. Perkembangan kontribusi masing-masing sektor terhadap investasi secara keseluruhan dijelaskan dalam gambar 5.6 sebagai berikut: Rp Perkembangan Nilai Investasi Swasta Menurut Sektor Rp Jumlah Investasi Sektor Primer Rp Rp Jumlah Investasi Sektor Sekunder Rp Jumlah Investasi Sektor Tersier Rp Tahun Gambar 5.6. Perkembangan Nilai Investasi Swasta menurut Sektor Sumber: Peneliti, 2017 Perkembangan pertumbuhan nilai investasi swasta juga sejalan dengan pertumbuhan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Terlihat adanya peningkatan nilai investasi seiring

20 123 dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita penduduk. Kondisi ini menjelaskan pendapat sebagaimana yang disampaikan Samuelsons dan Nordhaus (1996) terhadap perkembangan investasi kaitannya dengan pendapatan per kapita penduduk. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah uang yang beredar di masyarakat sebagai implikasi adanya peningkatan pendapatan per kapita penduduk perkotaan, sektor swasta cenderung meningkatkan nilai investasinya dengan adanya dorongan terhadap hasil penjualan barang maupun jasa, biaya investasi maupun pengharapan. Berikut gambaran perkembangan pertumbuhan nilai investasi swasta terhadap pendapatan per kapita penduduk Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah: Gambar 5.7. Perkembangan Pertumbuhan Nilai Investasi Swasta Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita Sumber: Peneliti, 2017

21 Bentuk Investasi Swasta Bentuk utama investasi swasta yang terpicu oleh pengeluaran pembangunan pemerintah di perkotaan dalam era otonomi daerah merupakan investasi dalam bentuk aktivi riil (real asset) pada sektor-sektor yang merupakan kontributor utama dalam perkembangan perekonomian perkotaan. Investasi swasta ini berupa pembukaan pusat-pusat kegiatan pada sektor-sektor dominan ekonomi perkotaan yang mencakup sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor utama perkotaan ini meliputi kegiatan industri pengolahan, perdagangan dan jasa serta transportasi dan pergudangan. Sektor-sektor investasi tersebut pasca pemekaran wilayah mengalami perkembangan yang cukup positif sebagai sektor unggulan investasi perkotaan. Investasi pada sektor sekunder dan tersier tumbuh berkembang di Perkotaan seiring dengan perkembangan perekonomian perkotaan yang ada. Dengan memperhatikan kondisi tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah perkotaan yang positif dan bahkan tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat dalam beberapa tahun terakhir, ikut memberikan dorongan pertumbuhan investasi pada sektor sekunder dan tersier di Perkotaan Kubu Raya. Bentuk investasi swasta pada sektor sekunder dan tersier meliputi (rincian terhadap investasi swasta masing-masing sektor dalam dimensi ruang perkotaan pasca pemekaran wilayah dapat dilihat pada Lampiran III): A. Investasi Pembukaan Lahan bagi Kegiatan Sektor Sekunder Jenis investasi pembukaan lahan pada sektor sekunder pasca pemekaran wilayah di Perkotaan Kubu Raya umumnya berupa industri pengolahan yang terbagi kedalam beberapa sub sektor industri. Industri jenis ini merupakan industri

22 125 turunan sektor primer (lihat Tabel 5.6). Beberapa industri jenis ini tumbuh berkembang secara historis terkait dengan perkembangan sektor primer yang sempat menjadi sektor unggulan utama wilayah dalam beberapa waktu yang lalu. Tabel 5.6. Jenis Investasi Swasta Sektor Sekunder Di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah No Asal Modal Sektor Sub Sektor Lokasi 1 PMDN Sekunder Industri Makanan Sungai Raya Industri Kayu Sungai Raya Industri Kertas dan Percetakan Sungai Raya Industri Kimia dan Farmasi Sungai Raya Industri Karet dan Plastik Sungai Raya, Sungai Ambawang Industri Logam Dasar Sungai Raya Industri Lainnya Sungai Raya, Sungai Ambawang 2 PMA Industri Kayu Sungai Raya Industri Kimia dan Farmasi Sungai Raya Industri Karet dan Plastik Sungai Raya, Sungai Ambawang Industri Logam Dasar, Mesin dan Elektronik Sungai Raya Sumber: Peneliti, 2017 Sebagian besar sub sektor industri sebagaimana tabel 5.6 di atas umumnya sudah berkembang jauh sebelum pemekaran wilayah. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas sektor primer sebagai sumber utama bahan baku sub sektor industri seperti industri kayu, industri kertas serta industri karet dan

23 126 plastik, terdapat dinamika terhadap perkembangan kondisi sub sektor industri turunan tersebut. Perkembangan kondisi ini dapat dilihat dari jumlahnya yang semakin menurun baik dari unit industri dan juga nilai investasi yang ada pada sektor industri ini. Sub sektor industri jenis ini yang masih bertahan sampai dengan saat ini umumnya merupakan industri besar dengan modal usaha yang kuat dan umumnya berasal dari PMA dalam menjalankan keberlangsungan usahanya pasca pemekaran wilayah Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan perkembangan nilai investasi swasta sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, meskipun sub sektor ini mengalami kecenderungan penurunan nilai investasi terdapat beberapa jenis sub sektor industri yang merupakan kontributor utama investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya. Jenis investasi swasta pada sektor sekunder ini diantaranya meliputi: industri kayu, industri kimia dan farmasi, industri karet serta industri logam dasar. Industri kayu meskipun industri yang terus mengalami penurunan nilai investasi, industri ini masih menjadi industri dengan nilai investasi terbesar di Perkotaan Kubu Raya. B. Investasi Pembukaan Lahan bagi Kegiatan Sektor Tersier Perkembangan investasi pembukaan lahan pada kegiatan pada sektor tersier perkotaan pasca pemekaran wilayah menunjukkan kecenderungan perkembangan yang positif dan terus meningkat. Perkembangan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah sub sektor yang semakin bervariasi juga diikuti dengan nilai investasi usaha yang semakin meningkat nilainya pasca pemekaran wilayah. Selain itu juga dengan kecenderungan perkembangan kondisi investasi swasta sektor sekunder di Perkotaan Kubu Raya yang semakin menurun

24 127 menyebabkan pihak swasta beralih sektor investasi pada beberapa tahun terakhir. Pihak swasta lebih memilih investasi pembangunan pada sektor tersier di Perkotaan Kubu Raya. Jenis investasi swasta pada sektor ini menurut sub sektornya meliputi: transportasi gudang dan telekomunikasi, perdagangan, hotel dan restauran, perumahan, kawasan perindustrian dan perkantoran serta jasa-jasa lainnya. Sub sektor yang merupakan kontributor utama investasi sektor tersier pasca pemekaran wilayah di Perkotaan Kubu Raya adalah sub sektor perdagangan, sub sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi serta sub sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran. Sementara itu sub sektor lainnya juga tumbuh semakin meningkat baik dari ragam investasi maupun nilai investasi pasca pemekaran wilayah (Lihat lampiran perkembangan investasi swasta) Lokasi Investasi Swasta Pusat pelayanan utama perkotaan merupakan konsentrasi utama investasi swasta dalam dimensi ruang. Pusat pelayanan utama kota cenderung memiliki sarana dan prasarana perkotaan yang lengkap dan beragam sebagai pusat pelayanan penduduk. Dengan kondisi seperti ini, investasi swasta ternayata memiliki kecenderungan berkembang pada lokasi yang terdapat sarana dan prasarana perkotaan yang lengkap. Lokasi utama investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah adalah Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang. Kedua kawasan perkotaan ini sebagai lokasi utama investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah terlihat dari semakin luasnya lokasi investasi dan perkembangan nilai investasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kawasan

25 128 Perkotaan Sungai Kakap. Pada kedua wilayah perkotaan ini terdapat semua jenis investasi swasta baik yang berasal dari PMDN maupun PMA. Sementara itu, investasi swasta di Perkotaan Sungai Kakap hanya berupa investasi sektor tersier yang berasal dari modal PMDN. Perkembangan nilai investasi yang lebih tinggi ini pada kedua kawasan perkotaan ini didorong oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi utama di Provinsi Kalimantan Barat yang terdapat di Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang. Keberadaan Bandar Udara Supadio dan Jalan Arteri Supadio di Perkotaan Sungai Raya serta Terminal ALBN dan Jalan Trans Kalimantan di Perkotaan Sungai Ambawang merupakan akses utama menuju Pusat Kegiatan Nasional di Kalimantan Barat. Kondisi ini memberikan akses perkotaan yang mudah dan pilihan utama sektor swasta untuk berinvestasi di Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang pasca pemekaran wilayah. Perkembangan investasi swasta pada kedua wilayah perkotaan ini berkembang lebih pesat dibandingkan dengan wilayah lainnya di Perkotaan Kubu Raya. Sementara itu kondisi jumlah penduduk Perkotaan Sungai Ambawang yang lebih rendah dari jumlah penduduk Perkotaan Sungai Kakap ternyata terlihat tidak mempengaruhi lokasi investasi di perkotaan. Perkembangan investasi swasta perkotaan ini lebih didorong oleh kemudahan transportasi sebagai akses sektor swasta berinvestasi. Perkotaan Sungai Kakap bukan merupakan akses utama dalam skala regional menuju pusat pelayanan di Kalimantan Barat, dimana kawasan perkotaan ini secara fisik geografis berbatasan dengan wilayah perairan. Lokasi Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang yang memiliki akses

26 129 tinggi pada akhirnya mampu mendorong perkembangan investasi swasta pada kedua wilayah perkotaan ini pasca pemekaran wilayah. Namun demikian dalam perkembangannya, kawasan yang menjadi lokasi utama investasi pada kedua wilayah perkotaan ini memiliki kecenderungan berkembang hanya di sekitar jalur transportasi utama perkotaan. Investasi swasta yang ada cenderung memanfaatkan jaringan transportasi yang dibangun oleh pemerintah untuk mendukung investasinya. Selain itu juga dengan minimnya dukungan transportasi publik di perkotaan, mengakibatkan kecenderungan perkembangan investasi swasta hanya berkembang pada jalur-jalur utama transportasi kota. Tahun Tabel 5.7. Perkembangan Nilai Investasi Swasta Berdasarkan Dimensi Lokasi di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Total Investasi Perkotaan Kubu Raya (Rp) Sungai Ambawang (Rp) Lokasi Investasi % Sungai Kakap (Rp) % Sungai Raya (Rp) ,10 0 0, , ,71 0 0, , , , , , , , , , , , , , , , ,55 Sumber: Peneliti, 2017 %

27 130 Gambar 5.8. Peta Perkembangan Nilai Investasi Menurut Lokasi Sumber: Peneliti, Skema Pengeluaran Pembangunan Pemerintah dan Investasi Swasta di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Pengelolaan pembangunan perkotaan dalam era otonomi daerah pasca pemekaran wilayah menunjukkan peran sektor swasta yang lebih dominan daripada peran pemerintah terhadap pembiayaan pembangunan di daerah secara

28 131 keseluruhan. Investasi swasta memiliki andil besar terhadap postur pembiayaan pembangunan kota dalam bentuk pembukaan pusat-pusat pelayanan kegiatan pada sektor sekunder dan tersier kota. Namun demikian, besarnya peran swasta ini harus dipicu oleh pengeluaran pembangunan pemerintah berupa pembangunan sistem jaringan dan utilitas utama perkotaan. Terpicunya investasi swasta oleh pengeluaran pemerintah ini di perkotaan pasca pemekaran wilayah terlihat perkembangan pusat-pusat pelayanan kegiatan yang terdapat di sekitar jaringan transportasi utama perkotaan yang disediakan oleh pemerintah. Sektor swasta mampu mendominasi pengelolaan pembangunan melalui investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah dengan ratarata nilai investasi mencapai 92,06% sementara peran pemerintah melalui pengeluaran pembangunan hanya sebesar 7,94% dari total investasi (lihat Tabel 5.8). Peran sektor swasta yang cukup dominan ini berwujud pusat-pusat pelayanan kegiatan yang terus mengalami perkembangan baik nilai, jenis dan kualitasnya dalam melayani kebutuhan penduduk Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Sementara itu peran pemerintah berupa pelayanan penyediaan sistem jaringan melalui program dan kegiatan pembangunan yang juga mengalami perkembangan baik nilai, bentuk yang semakin beragam dan juga cakupan lokasi yang semakin luas.

29 132 Tabel 5.8. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah dan Investasi Swasta di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Tahun Total Investasi Perkotaan (Rp) Pengeluaran Pemerintah (Rp) % Investasi Swasta (Rp) , , , , , , , , , , , , , ,31 Sumber: Peneliti, 2017 % Pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah bersumber dari APBN, APBD Provinsi Kalimantan Barat dan APBD Kabupaten Kubu Raya. Kondisi ini merupakan perwujudan Perkotaan Kubu Raya sebagai bagian dari PKN Kalimantan Barat. Dengan adanya peningkatan fungsi kota pasca pemekaran wilayah, dalam pengelolaan pembangunan di daerah selain bersumber dari APBD Kabupaten Kubu Raya juga mendapat dukungan pembiayaan pembangunan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan asal sumber pembiayaan pembangunan tersebut, APBD Kabupaten Kubu Raya merupakan sumber pengeluaran pembangunan terbesar di Perkotaan Kubu Raya. Pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah yang bersumber dari APBD Kabupaten Kubu Raya mencapai rata-rata 75% dari total pengeluaran pemerintah berdasarkan sumber pembiayaannya. Sementara itu pengeluaran pembangunan yang berasal dari APBN

30 133 maupun APBD Provinsi Kalimantan Barat dengan rata-rata hanya sebesar 25%. Proporsi pengeluaran pemerintah seperti ini terjadi terkait dengan kewenangan pengelolaan pembangunan berdasarkan fungsi dan kewenangan masing-masing pemerintah, dimana sebagain besar pengelolaan pembangunan sarana dan prasarana di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah merupakan tanggungjawab dan wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya. Selain itu juga dengan perkembangan kondsi sosial, ekonomi dan fisik perkotaan juga mendorong peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah yang bersumber dari APBD Kabupaten Kubu Raya sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Pasca pemekaran wilayah, pengeluaran pembangunan pemerintah di Perkotaan Kubu Raya berdasarkan seluruh sumber pengeluaran pembangunan terus mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan pengeluaran pembangunan pemerintah secara keseluruhan rata-rata mencapai 51,57%. Pertumbuhan pengeluaran pembangunan pemerintah yang berasal dari APBD Kabupaten Kubu Raya rata-rata mencapai 29,59% terhadap total pengeluaran pembangunan. Bentuk pengeluaran pembangunan pemerintah di perkotaan ini berupa pembangunan prasarana transportasi, bidang sumberdaya air, lingkungan permukiman dan sarana pusat pemerintahan yang terwujud kedalam programprogram pembangunan. Program pembangunan perkotaan ini dilakukan oleh SKPD Teknis sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Berdasarkan dimensi lokasi pengeluaran pembangunan pemerintah, Perkotaan Sungai Raya mendapat alokasi pengeluaran pembangunan pemerintah terbesar (rata-rata mencapai 65%) disusul Perkotaan Sungai Kakap (21%) dan Perkotaan Sungai Ambawang (14%).

31 134 Kondisi ini dapat terjadi karena fungsi Perkotaan Sungai Raya sebagai pusat pelayanan utama kawasan baik dalam skala regional, nasional dan internasional. Pasca pemekaran wilayah, Perkotaan Kubu Raya tumbuh berkembang menjadi lokasi investasi swasta. Perkembangan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya bersumber dari investasi PMA dan PMDN. Perkembangan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya didominasi oleh investasi PMDN dengan rata-rata nilai investasi mencapai 79,74% sementara nilai investasi melalui PMA rata-rata sebesar 20,26%. Perkembangan nilai investasi swasta di perkotaan mampu tumbuh berkembang dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 36,26%. Pertumbuhan nilai investasi pasca pemekaran wilayah berdasarkan bentuk investasi dalam dimensi ruang untuk sektor sekunder mencapai rata-rata 20,75% sementara pertumbuhan nilai investasi pada sektor tersier mampu tumbuh dengan rata-rata mencapai 72,42% (*pertumbuhan investasi sektor tersier dihitung menggunakan tahun dasar data Tahun 2011). Wujud investasi swasta dalam dimensi ruang berupa investasi pada sektor sekunder dan tersier kota yang semakin beragam dalam membentuk pusat-pusat pelayanan di Perkotaan Kubu Raya. Wujud investasi sektor sekunder berupa kegiatan industri-industri pengolahan, sementara itu wujud investasi sektor tersier berupa pusat perdagangan dan jasa, transportasi, pergudangan dan telekomunikasi serta perumahan dan konstruksi. Berdasarkan perkembangan lokasi investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah, Perkotaan Sungai Raya merupakan lokasi investasi utama dengan nilai investasi rata-rata mencapai 85,41%, kemudian disusul Perkotaan Sungai Ambawang 13,82% dan Perkotaan

32 135 Sungai Kakap sebesar 0,77%. Berdasarkan dimensi lokasi, Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang merupakan lokasi utama investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya. Kondisi ini terjadi karena pada kedua kawasan perkotaan ini terdapat sistem jaringan transportasi utama di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Pasca pemekaran wilayah geliat pembangunan di Perkotaan Kubu Raya mulai memperlihatkan kondisi pembangunan kawasan kota yang semakin berkembang pesat sebagai pusat pelayanan utama kawasan baik dalam skala regional, nasional bahkan internasional. Kondisi ini dapat dilihat dari perkembangan pembangunan yang terjadi di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Pembangunan Perkotaan Kubu Raya dalam dimensi ruang merupakan perwujudan dari pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta yang semakin meningkat tiap tahunnya. Perkembangan kondisi tersebut dapat diamati melalui perkembangan nilai pembangunan yang semakin meningkat, bentuk program maupun kegiatan dalam ruang yang semakin beragam serta cakupan lokasi pembangunan di Perkotaan Kubu Raya yang semakin luas pasca pemekaran wilayah. Kondisi ini sebagai wujud terhadap peningkatan pelayanan penduduk perkotaan yang semakin meningkat. Perkembangan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta sebagaimana dijelaskan di atas, semakin menegaskan fungsi Perkotaan Sungai Raya sebagai salah satu pusat pelayanan utama di Provinsi Kalimantan Barat. Perkembangan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya yang terus mengalami peningkatan pasca pemekaran

33 Pertumbuhan 136 wilayah sejalan dengan kondisi perekonomian yang semakin membaik dan tumbuh positif pasca pemakaran wilayah sebagaimana dijelaskan dalam gambar 5.9 berikut: Perkembangan Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap Perkembangan Kota (Sosial- Ekonomi- Fisik) Pasca Pemekaran Wilayah 150,00 100,00 50,00 0,00-50, Pengeluaran Pemerintah 0,00 83,81 36,32 97,36-42,61 157,73 28,38 Investasi Swasta 0,00 20,74 40,90 38,48 98,33 72,77-17,40 Pendapatan/ Kapita Harga Berlaku Pendapatan/ Kapita Harga Konstan 0,00 35,44 9,30 8,14 21,01 18,59 13,34 0,00 117,84 12,45 5,17 4,19 9,50 5,08 Jumlah Penduduk 0,00 1,64 2,15 2,05 2,14 1,37 12,72 Luas Permukiman 0,00 2,67 2,60 16,84 17,10 15,59 4,86 Keterangan: Penurunan tahun 2013 karena kekosongan data APBN dan APB Provinsi Gambar 5.9. Perkembangan Pertumbuhan Nilai Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Peneliti, 2017

34 Perkembangan Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya Yang Terbentuk Pasca Pemekaran Wilayah Terdapat perbedaan peran yang tegas antara kontribusi pemerintah dan swasta dalam perkembangan struktur ruang kota. Sektor swasta dalam pelaksanaan otonomi daerah berkontribusi lebih dominan dalam perkembangan struktur ruang kota berupa pembentukan sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan. Namun demikian, besarnya peran swasta pada awalnya harus dipicu oleh peran pemerintah melalui pembangunan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Perkembangan struktur ruang perkotaan dapat diamati dari berkembangnya pusat-pusat pelayanan kegiatan yang terbentuk, berkembangnya jaringan transportasi dan utilitas utama kota, berkembangnya kawasan fungsional dalam struktur ruang serta berkembangnya bentuk dan model struktur ruang kota pasca pemekaran wilayah Berkembangnya Sistem Pusat-pusat Pelayanan Kegiatan Pelaksanaan otonomi daerah melalui pemekaran wilayah menjadi pemicu berkembangnya sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota pasca pemekaran wilayah. Berkembangnya sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan dapat terjadi melalui menguatnya fungsi ruang kota dan munculnya sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan baru. Pusat-pusat pelayanan kegiatan di Perkotaan Kubu Raya terus mengalami perkembangan seiring dengan dinamika perkotaan yang terjadi pasca pemekaran wilayah.

35 Menguatnya Fungsi Ruang Perkotaan Pemekaran wilayah berimplikasi terhadap menguatnya fungsi ruang perkotaan yang sudah terbentuk sebelum adanya pemekaran wilayah. Penguatan fungsi ruang perkotaan ini terjadi dengan meningkatnya hierarki fungsi ruang yang ada. Dengan adanya pemekaran wilayah, fungsi ruang yang sudah terbentuk sebelumnya merupakan kawasan dengan hierarki kota lebih tingi daripada wilayah lainnya hasil pemekaran wilayah. Ruang-ruang pelayanan kegiatan yang sudah terbentuk ini merupakan salah satu kawasan utama Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Perkotaan Kubu Raya yang secara geografis terbentuk pada area hinterland Kota Pontianak berkembang menjadi kawasan terbangun mengikuti perkembangan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya pada kawasan tersebut. Pada area perkotaan ini berkembang beberapa pusat kegiatan yang meliputi pusat-pusat pelayanan kawasan perumahan dan permukiman, pusat pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa, pusat pelayanan kegiatan industri, pusat pelayanan transportasi dan pusat pelayanan kegiatan peribadatan. Perkembangan area kota sebelum pemekaran wilayah yang terjadi merupakan wujud adanya dorongan keterbatasan lahan untuk mendukung aktivitas Kota Pontianak yang semakin beragam dan juga tekanan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Perkembangan kawasan kota pada area ini terjadi sebelum pemekaran wilayah, dimana area ini merupakan kawasan lahan-lahan kosong yang potensial untuk perkembangan aktivitas penduduk kota. Selain itu juga dengan kedekatan dan aksesibilitas yang tinggi dengan Kota Pontianak sebagai

36 139 pusat pelayanan utama semakin meningkatkan fungsi ruang pada area pinggiran Kota Pontianak ini yang merupakan wilayah Kabupaten Kubu Raya sebelum pemekaran. Secara hierarki terjadi loncatan skala pelayanan pada pusat-pusat pelayanan kegiatan Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah (lihat Tabel 5.9). Beberapa pusat-pusat pelayanan kegiatan ini sebelum pemekaran wilayah merupakan pusat pelayanan kegiatan berskala lokal dan regional. Pasca pemekaran wilayah, pusat-pusat pelayanan kegiatan tersebut berkebang dengan skala pelayanan hingga nasional dan internasional. Pusat-pusat pelayanan kegiatan secara umum terdapat di seluruh bagian wilayah perkotaan dengan Perkotaan Sungai Raya sebagai pusat utama pelayanan kawasan. Perkembangan kondisi ini dapat dilihat dari jumlah dan sebarannya yang memusat dan sebagian besar terdapat pada Perkotaan Sungai Raya. Berdasarkan jenis dan skala pelayanan pusat kegiatan juga menempatkan Perkotaan Sungai Raya sebagai pusat pelayanan utama perkotaan, dimana pelayanan fasilitas yang ada lebih lengkap dan sebagian besar merupakan fasilitas yang melayani Perkotaan Kubu Raya secara keseluruhan. Tabel 5.9 berikut berupa pusat-pusat kegiatan yang semakin meningkat fungsi ruangnya pasca pemekaran wilayah:

37 140 No Tabel 5.9. Pusat-Pusat Pelayanan Kegiatan yang Meningkat Fungsi Ruangnya Pasca Pemekaran Wilayah Pusat-Pusat Kegiatan 1 Pusat Pelayanan Kawasan Perumahan Permukiman dan 2 Pusat Pelayanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa 3 Pusat Pelayanan Kegiatan Industri 4 Pusat Pelayanan Transportasi 5 Pusat Pelayanan Kegiatan Peribadatan Sumber: Peneliti, 2017 Sebaran Lokasi Jalan Sungai Raya Dalam, Jalan Adi Sucipto, Jalan Wonodadi I, Jalan Parit Bugis, Jalan Batas Kota Jalan Perdamaian, Jalan Pramuka, Jalan Ampera Jalan Sungai Raya Dalam, Jalan Adi Sucipto, Jalan Batas Kota Jalan Perdamaian, Jalan Pramuka Sebelum Pemekaran Wilayah Lokal Lokal dan Regional Skala Pelayanan Setelah Pemekaran Wilayah Lokal dan Regional Nasional dan Regional Jalan Adisucipto Regional Regional dan Nasional Bandar Udara Supadio Nasional Nasional dan Internasional Jalan Adi Sucipto, Jalan Supadio Lokal Regional dan Nasional

38 141 Gambar Peta Pusat-Pusat Kegiatan yang Meningkat Fungsi Ruangnya Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Peneliti, Munculnya Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kegiatan Baru Perkotaan Pemekaran wilayah berimplikasi terhadap munculnya sistem pusat-pusat pelayanan baru dalam dimensi ruang kota. Pasca pemekaran wilayah terbentuk pusat-pusat pelayanan kegiatan baru dalam berbagai skala dalam melayani kebutuhan penduduk perkotaan. Pusat-pusat pelayanan kegiatan ini tersebar sesuai dengan fungsi kota pasca pemekaran wilayah.

39 142 Munculnya sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan baru di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah, dapat dilihat dari semakin berkembangnya pusatpusat pelayanan kegiatan baru di perkotaan (lihat Tabel 5.10 dan Gambar 5.11). Pusat-pusat pelayanan kegiatan baru di Perkotaan Kubu Raya dapat diamati melalui elemen-elemen pembentuk struktur ruang kota yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Pusat-pusat pelayanan kegiatan baru ini terbentuk oleh peran pemerintah dan sektor swasta di Perkotaan Kubu Raya sebagai bentuk pelayanan kebutuhan penduduk kota yang semakin meningkat baik jenis maupun kualitasnya. Kawasan Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang merupakan kawasan utama munculnya pusat-pusat pelayanan baru perkotaan. Pusat-pusat pelayanan kegiatan baru di perkotaan ini meliputi: pusat pelayanan pemerintahan dan perkantoran, pusat pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa, pusat pelayanan kegiatan industri dan pergudangan, pusat pelayanan kawasan perumahan dan permukiman, pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, pusat pelayanan transportasi serta pusat pelayanan rekreasi dan ruang terbuka publik. Perkembangan pusat-pusat pelayanan kegiatan utama pada kedua kawasan perkotaan ini menunjukkan peran penting Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang sebagai pusat pelayanan kawasan perkotaan pasca pemekaran wilayah. Tabel 5.10 berikut penjelasan perkembangan pusat-pusat pelayanan kegiatan baru yang terbentuk pasca pemekaran wilayah di Perkotaan Kubu Raya:

40 143 No Tabel Pusat-Pusat Pelayanan Kegiatan Baru di Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Pusat-Pusat Sebaran Lokasi Perkembangan Wujud Dalam Struktur Ruang Kegiatan Baru 1 Pusat Pelayanan Kegiatan Pemerintahan dan Perkantoran 2 Pusat Pelayanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa Jalan Supadio Jalan Sucipto Adi Jalan Sungai Raya Dalam Jalan Trans Kalimantan Jalan Supadio Jalan Trans Kalimantan Mulai dibangunnya kawasan-kawasan perkantoran pemerintah dan swasta di Perkotaan Sungai Raya dan Sungai Ambawang Perkembangan fasilitas perkantoran di sekitar koridor Perkotaan Semakin pusat-pusat utama berkembang perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lokal hingga nasional baik dari jenis maupun jumlahnya 3 Pusat Pelayanan Kegiatan Industri dan Pergudangan Jalan Supadio Jalan Adi Sucipto Jalan Trans Kalimantan Berkembang kawasankawasan industri baru berupa industri kayu, industri kimia dan farmasi, industri karet dan farmasi, industri kertas serta industri logam Munculnya kompleks pergudangan baru di koridor jalur transportasi utama perkotaan

41 144 No Pusat-Pusat Kegiatan Baru 4 Pusat Pelayanan Kawasan Perumahan Permukiman dan 5 Pusat Pelayanan Pendidikan 6 Pusat Pelayanan Transportasi Sebaran Lokasi Perkembangan Wujud Dalam Struktur Ruang Jalan Sungai Raya Dalam, Jalan Parit H. Mukhsin Jalan Wonodadi II Jalan Kapur Kumpai Jalan Kapur Batas Kota Jalan Mekarsari Jalan Trans Kalimantan Jalan Perdamaian Jalan Sungai Rengas Jalan Pal IX Jalan Supadio Sungai Raya Jalan Trans Kalimantan Jalan Trans Kalimantan Perkembangan kawasan-kawasan perumahan baru perkotaan yang semakin bertambah Sebaran lokasi kawasan perumahan yang sporadis di seluruh wilayah Perkotaan Kubu Raya Berkembang kawasan pusat pelayanan pendidikan tinggi di Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang pasca pemekaran wilayah baik jenis maupun jumlahnya Mulai beroperasinya Terminal Antar Lintas Batas Negara (ALBN) di Perkotaan Sungai Ambawang

42 145 No Pusat-Pusat Kegiatan Baru 7 Pusat Pelayanan Kegiatan Rekreasi dan Ruang Terbuka Publik Sumber: Peneliti, 2017 Sebaran Lokasi Perkembangan Wujud Dalam Struktur Ruang Jalan Supadio Sungai Raya Muncul wahanawahana bermain dan ruang terbuka publik untuk kebutuhan penduduk Kubu Raya pelayanan rekreasi Perkotaan Perkembangan pusat-pusat kegiatan baru pasca pemekaran wilayah sebagaimana dijelaskan dalam tabel 5.10 di atas dalam dimensi ruang Perkotaan Kubu Raya dapat dilihat perkembangannya dalam Gambar 5.11 sebagai berikut: Gambar Peta Perkembangan Pusat-Pusat Pelayanan Kegiatan Baru Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Peneliti, 2017

43 Berkembangnya Sistem Jaringan Transportasi dan Utilitas Utama Perkotaan Kubu Raya Peningkatan fungsi perkotaan yang lebih tinggi sebagai implikasi pelaksanaan otonomi daerah melalui pemekaran wilayah, mendorong berkembangnya sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Berkembangnya sistem prasarana kota ini berupa meningkatnya sistem jaringan transportasi dan meluasnya cakupan pelayanan utilitas utama kota pasca pemekaran wilayah. Kondisi ini sebagai respon terhadap pelayanan penduduk kota yang semakin meningkat Meningkatnya Sistem Jaringan Transportasi Utama Perkotaan Meningkatnya sistem jaringan transportasi utama perkotaan merupakan respon meningkatnya fungsi kota yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Peningkatan fungsi kota yang lebih tinggi memberikan tuntutan terhadap peningkatan sistem jaringan transportasi kota yang sudah ada maupun pembangunan jaringan baru. Sistem jaringan transportasi utama ini umumnya sudah terbentuk sebelum pemekaran wilayah, sementara itu pembuatan jaringan baru merupakan salah satu wujud keleluasaan pemerintah dalam pengelolaan pembangunan di daerah. Meningkatnya sistem jaringan ini berupa peningkatan status pengelolaan maupun peningkatan kualitasnya. Jaringan jalan utama yang mengalami peningkatan status umumnya merupakan jaringan jalan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten. Sementara itu peningkatan kualitas jaringan transportasi merupakan Jalan Nasional dan Jalan Provinsi. Keberadaan jaringan jalan pada

44 147 Perkotaan Kubu Raya ini menjadi jalur vital pergerakan penduduk perkotaan maupun regional dan internasional di Provinsi Kalimantan Barat. a. Meningkatnya Sistem Jaringan Jalan Nasional Jaringan jalan nasional di Perkotaan Kubu Raya mencakup Jalan Supadio dan Jalan Trans Kalimantan dengan Jalan Trans Kalimantan. Jalan Supadio mulai dibangun pada Tahun 1993 yang terletak di Perkotaan Sungai Raya. Jalur ini merupakan penghubung kawasan Bandar Udara Supadio Batas Kota Pontianak. Gambar Jalan Supadio Sungai Raya Sumber: Observasi Lapangan, 2016 Jalan Nasional yang kedua adalah ruas Jalan Trans Kalimantan. Jalur transportasi ini merupakan penghubung antar wilayah di Provinsi Kalimantan Barat dan juga merupakan jalur transportasi utama internasional menuju Malaysia dan Brunei Darussalam. Pada Perkotaan Kubu Raya jalur ini merupakan penghubung bagian utara wilayah perkotaan dengan Jalan Adi Sucipto Sungai Raya. Ruas Jalan Trans Kalimantan menjadi penting keberadaanya setelah jalur ini resmi dibuka pada Tahun 2000 dan semakin

45 148 penting keberadaanya sejak jalan penghubung ruas Jalan Supadio dengan Jalan Adi Sucipto dibuka untuk umum pada Tahun Jalur ini merupakan jalur penghubung Jalan Supadio Sungai Raya dengan Jalan Trans Kalimantan Sungai Ambawang. Gambar Jalan Trans Kalimantan Perkotaan Sungai Raya Perkotaan Sungai Ambawang Sumber: Observasi Lapangan, 2016 b. Meningkatnya Sistem Jaringan Jalan Provinsi Meningkatnya sistem jaringan Jalan Provinsi berupa peningkatan aksesibilitas jalan dengan status Jalan Provinsi. Jalan dengan status Jalan Provinsi meliputi Jalan Kota Pontianak Pal IX, Jalan Ampera, Jalan Kota Baru Ampera, Jalan Sungai Rengas dan Jalan Adi Sucipto. Jaringan jalan ini tersebar di seluruh wilayah Perkotaan Kubu Raya. Keberadaan jaringan jalan ini menghubungkan jaringan-jaringan jalan nasional yang ada di Perkotaan Kubu Raya.

46 149 c. Meningkatnya Sistem Jaringan Jalan Kabupaten Meningkatnya sistem jaringan jalan kabupaten dapat dilihat dari meningkatnya aksesibilitas transportasi Perkotaan Kubu Raya. Jalan dengan status Jalan Kabupaten merupakan jaringan jalan penghubung antara jaringan jalan nasional dengan jalan provinsi. Jalan dengan status Jalan Kabupaten tersebar di seluruh Perkotaan Kubu Raya. Gambar Peta Perkembangan Jaringan Transportasi Utama Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Observasi Lapangan, Meningkatnya Sistem Jaringan Drainase dan Pengairan Lainnya Meningkatnya sistem jaringan drainase dan pengairan sebagai salah satu elemen struktur ruang kota pasca pemekaran wilayah berupa peningkatan fungsi

47 150 jaringan pada sistem Perkotaan Kubu Raya. Hal ini terwujud dalam normalisasi fungsi saluran serta pembuatan saluran-saluran baru untuk meningkatkan kinerjanya. Perkotaan Kubu Raya secara keseluruhan merupakan wilayah yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar dan hampir seluruh bagian wilayah kota terdapat jaringan perairan berupa parit-parit yang terkoneksi dengan saluran primer yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Punggur. Keberadaan saluran ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kubu Raya dan untuk kawasan perkotaan keberadaan saluran ini difungsikan sebagai saluran drainase utama dan juga pembuangan domestik. Pengelolaan sistem drainase Perkotaan Kubu Raya tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sungai maupun anak sungai yang melintas di wilayah perkotaan. Keberadaan sungai besar maupun anak sungai di Perkotaan Kubu Raya berfungsi sebagai saluran primer kota. Gambar Peningkatan Fungsi Saluran Drainase Perkotaan Sumber: Observasi Lapangan, 2016

48 Meluasnya Cakupan Sistem Jaringan Air Bersih Perkembangan penduduk perkotaan yang semakin meningkat, memberikan tekanan terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih yang juga mengalami peningkatan. Dengan adanya keleluasaan pengelolaan pembangunan di daerah, memberikan peluang kepada daerah untuk meningkatkan cakupan layanan kebutuhan air bersih penduduk perkotaan. Namun demikian, meskipun meluasnya cakupan pelayanan air bersih perkotaan pasca pemekaran wilayah, ternyata belum mampu melayani tingginya kebutuhan layanan air bersih perkotaan. Kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan Kubu Raya sebagian besar dipenuhi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kubu Raya. Perkembangan pelayanan jaringan air bersih melaui PDAM pasca pemekaran wilayah dilakukan melaui sistem perpipaan dengan sumber air baku berasal dari Sungai Kapuas. Jangkauan pelayanan jaringan air bersih ini belum mampu menjangkau seluruh wilayah Perkotaan Kubu Raya. Oleh karena itu untuk memenuhi pelayanan kebutuhan air bersih penduduk perkotaan, sebagian layanan air bersih dilakukan secara swakelola oleh penduduk perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat Perkotaan Kubu Raya yang tidak terlayani jaringan perpipaan PDAM menggunakan sumur dalam dan beberapa penduduk menggunakan bak-bak penampungan air hujan. Jangkauan pelayanan air bersih melalui sistem perpipaan PDAM sebagian besar hanya mampu melayani kebutuhan air bersih di Perkotaan Sungai Raya. Lokasi-lokasi utama yang mendapat layanan jaringan air bersih ini meliputi koridor Jalan Sungai Raya Dalam, Koridor Jalan Supadio dan Sebagian koridor Jalan Adi Sucipto Sungai Raya.

49 152 Gambar Perluasan Cakupan Jaringan Air Bersih Perkotaan Sumber: Observasi Lapangan, Meluasnya Cakupan Sistem Jaringan Pengelolaan Sampah Perkotaan Meluasnya cakupan pengelolaan sistem jaringan persampahan Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah terlihat dari semakin luasnya jangkauan pengelolaan sampah perkotaan. Perkembangan jaringan pengelolaan sampah Perkotaan Kubu Raya sampai dengan saat ini masih memfungsikan Tepat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Rasau Jaya sebagai prasarana pengelolaan sampah perkotaan. TPA ini dikelola masih dengan prinsip konvensional yaitu dilakukan dengan open dumping. Pengelolaan sampah Perkotaan Kubu Raya oleh pemerintah daerah melalui SKPD teknis terkait menempatkan beberapa kontainer pengelolaan sampah sementara pada beberapa titik Perkotaan Kubu Raya. Kontainer-kontainer pengelolaan sampah ini secara berkala akan diangkut menuju TPA Rasau Jaya untuk proses akhirnya. Gambar 5.17 berikut berupa penempatan kontainerkontainer pengelolaan sampah perkotaan sementara.

50 153 Gambar Perluasan Cakupan Prasarana Pengelolaan Sampah Perkotaan Sumber: Observasi Lapangan, 2016 Gambar Peta Perkembangan Cakupan Prasarana Pengelolaan Sampah Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Observasi Lapangan, 2016

51 Berkembangnya Kawasan Fungsional Perkotaan Kubu Raya Pemekaran wilayah berimplikasi terhadap perkembangan kawasan fungsional kota. Berkembangnya kawasan fungsional dalam struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah berupa bertambahnya hierarki pusat-pusat pelayanan yang ada. Pasca pemekaran wilayah berkembangnya kawasan fungsional di Perkotaan Kubu Raya meliputi bertambahnya kawasan fungsi primer dan kawasan fungsi sekunder Bertambahnya Kawasan Fungsi Primer Fungsi utama kota mencakup dua fungsi utama meliputi fungsi pokok dan fungsi penunjang. Bertambahnya kawasan fungsi primer di Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah meliputi: a. Fungsi Pokok Fungsi pokok Perkotaan Kubu Raya terdapat di Perkotaan Sungai Raya dan Perkotaan Sungai Ambawang, dimana pada masing-masing wilayah perkotaan terdapat pusat-pusat kegiatan berupa: 1. Pusat transportasi Nasional dan Internasional: Terminal Antar Lintas Batas Negara (ALBN) Sungai Ambawang. 2. Pusat perdagangan regional dan nasional: Koridor Jalan Sungai Raya Dalam, Jalan Supadio dan Pasar Teluk Mulus di Jalan Adi Sucipto. 3. Pusat pergudangan regional: Korido Jalan Supadio Sungai Raya dan Koridor Jalan Trans Kalimantan Sungai Ambawang. 4. Pusat kawasan industri regional: Koridor Jalan Adi Sucipto Sungai Raya.

52 155 b. Fungsi Penunjang Fungsi penunjang kawasan perkotaan berupa lingkungan perumahan, pusat pendidikan, kesehatan dan pemerintahan. Kawasan fungsional ini sebagian besar terdapat di Perkotaan Sungai Raya Bertambahnya Kawasan Fungsi Sekunder Bertambahnya kawasan perkotaan dengan fungsi sekunder merupakan respon perkembangan kota dalam dimensi ruang. Pada kawasan ini berkembang fungsi-fungsi sekunder kota berupa kawasan hunian, pusat perdagangan lokal dan angkutan transportasi lokal kota. Kawasan-kawasan ini semakin bertambah pasca pemekaraj wilayah. Bertambahnya bagian wilayah Perkotaan Kubu Raya yang berkembang menjadi kawasan perkotaan dengan fungsi sekunder umumnya terdapat pada daerah yang merupakan unit-unit permukiman yang berada pada perbatasan administrasi kota. Kawasan ini berkembang menjadi kawasan dengan fungsi sekunder yang meliputi Perkotaan Sungai Kakap dan sebagian Perkotaan Sungai Ambawang. Perkembangan fungsi ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah dijelaskan lebih lanjut dalam Gambar 5.19 sebagai berikut:

53 156 Gambar Peta Perkembangan Fungsi Ruang Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Observasi Lapangan, Berkembangnya Bentuk dan Model Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Terdapat perbedaan peran antara pemerintah dan swasta dalam kontribusinya terhadap perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Sektor swasta lebih dominan berkontribusi terhadap perkembangan struktur ruang kota melalui terciptanya pusat-pusat pelayanan kegiatan. Namun demikian, perkembangan sektor swasta ini hanya bisa muncul dengan dipicu oleh pengeluaran pembangunan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berkontribusi melalui pembangunan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Adanya perbedaan kontribusi tersebut berdampak pada

54 157 perkembangan bentuk dan model struktur ruang yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah terbentuk kawasan-kawasan fungsional di Perkotaan Kubu Raya yang tercermin dari perkembangan fisik spasial yang dominan. Bentuk dan model struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah dapat diidentifikasi melalui perkembangan kawasan terbangun di perkotan dan pola perkembangannya, ekspresi keruangan morfologi perkotaan dan ekologi keruangan struktur ruang kota pasca pemekaran wilayah Bentuk Perkembangan Kawasan Terbangun Perkotaan Perkembangan kawasan kota dalam dimensi ruang terwujud dalam pola penggunaan lahan kota. Pola-pola penggunaan lahan kota berkembang mencerminkan karakteristik struktur ruang kota yang membedakannya dengan wilayah lain. Bentuk-bentuk penggunaan lahan ini akan menunjukkan perkembangan kota yang terjadi secara kompak maupun tidak. Bentuk perkembangan kawasan terbangun Perkotaan Kubu Raya berdasarkan perkembangannya menunjukkan pola perkembangan perkotaan yang linier menerus. Pola perkembangan linier menerus di Perkotaan Kubu Raya merupakan pola perkembangan perkotaan yang terjadi dengan memanfaatkan jaringan transportasi utama perkotaan sebagai pendorong perkembangan fisik kota. Kecenderungan perkembangan perkotaan dengan pola ini menunjukkan kawasan terbangun akan berkembang hanya disekitar jaringan transportasi tersebut.

55 158 Pasca pemekaran wilayah, perkembangan kawasan terbangun Perkotaan Kubu Raya menunjukkan perkembangan kota dengan bentuk yang linier menerus. Hal ini dapat dilihat dari pola perkembangan fisik kota yang berkembang dekat dengan jaringan jalan pada masing-masing bagian Perkotaan Kubu Raya sebagai akses utama transportasi. Perkembangan bentuk kawasan kota ini berdasarkan jenisnya merupakan perkembangan yang berasal dari wilayah desa menjadi wilayah yang bercirikan kekotaan pasca pemekaran wilayah. Perkembangan struktur ruang kota secara keseluruhan didominasi oleh sektor swasta, namun demikian perkembangan ini dipicu oleh pembangunan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota yang disediakan oleh pemerintah pasca pemekaran wilayah. Kontribusi pengeluaran pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah mampu mendorong perkembangan sektor swasta dalam penggunaan lahan permukiman kota. Pasca pemekaran wilayah terlihat perkembangan struktur ruang kota yang berada di sekitar jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Tabel 5.11 berikut menjelaskan bentuk-bentuk perkembangan fisik Perkotaan Kubu Raya yang terjadi secara linier menerus pada masing-masing bagian wilayah perkotaan pasca pemekararan wilayah:

56 159 Bagian Wilayah Perkotaan Perkotaan Sungai Raya Tabel Bentuk Perkembangan Fisik Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Pola Umum Perkembangan Kota (Branch, 1995) Sebelum Pemekaran Wilayah (Tahun 2005) Perkembangan Fisik Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah (Tahun 2015) Perkembangan Kawasan Terbangun mengikuti Jalur Transportasi Utama Perkotaan Sungai Ambawang Jaringan Transportasi Utama Perkotaan Mampu Mendorong Perkembangan Kawasan Terbangun dengan memanfaatkan jaringan jalan yang ada 159

57 160 Bagian Wilayah Perkotaan Perkotaan Sungai Kakap Pola Umum Perkembangan Kota (Branch, 1995) Sebelum Pemekaran Wilayah (Tahun 2005) Perkembangan Fisik Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah (Tahun 2015) Perkembangan Kawasan Terbangun mengikuti Jalur Transportasi Utama Perkotaan Sumber Peneliti, 2017 Perkembangan kawasan kota yang terjadi secara linier menerus sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 5.11 di atas, terjadi karena dorongan faktor adanya internal dan eksternal kota. Faktor internal kota mencakup: 1. Kondisi Geografis Perkembangan fisik Perkotaan Kubu Raya tidak terlepas dari peran kota sebagai pusat pelayanan kegiatan industri dan kawasan perumahan. Sebelum dibangunnya jalur transportasi utama berupa Jalan Arteri Supadio dan Jalan Trans Kalimantan, 160

58 161 perkembangan kawasan kota utama berada di sekitar Sungai Kapuas dan Koridor Jalan Adi Sucipto, Jalan Sungai Raya Dalam dan Jalan Perdamaian Sungai Kakap. Perkembangan kota ini didukung oleh keberadaan beberapa industri pengolahan hasil hutan yang sempat mengalami masa keemasan dalam beberapa waktu yang lalu. Adanya pusat-pusat industri ini mendorong perkembangan lahan-lahan non terbangun di sekitar pusat-pusat kegiatan industri. 2. Tapak/ Site Perkembangan kawasan Perkotaan Kubu Raya dapat terjadi ke segala arah wilayah kota. Hal ini dapat terjadi mengingat seluruh wilayah merupakan dataran dengan topografi wilayah yang relatif datar. Perkembangan aktivitas perkotaan memungkinkan berkembang pada seluruh bagian wilayah kota. 3. Fungsi Kota Dengan semakin beragamnya fungsi Perkotaan Kubu Raya, secara ekonomi Perkotaan Kubu Raya lebih kuat dan berkembang semakin pesat pasca pemekaran wilayah. Perkotaan Kubu Raya saat ini fungsinya berkembang sebagai pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan pergerakan dan transportasi, pusat tempat tinggal, pusat investasi serta tempat bekerja. 4. Kebijakan Pembangunan Kota Kebijakan pembangunan kota melalui penyediaan fasilitas dan prasana kota turut memberikan peran dalam perkembangan Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Sebagai daerah otonom baru, Pemerintah Daerah

59 162 Kabupaten Kubu Raya memiliki keleluasaan pengelolaan keuangan daerah untuk pembangunan sarana dan prasarana wilayah yang pada akhirnya akan menarik perkembangan kawasan kota pada arah tertentu. Sementara itu dari sisi eksternal, perkembangan Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah dapat terjadi melalui peran hubungan dengan wilayah lainnya yang lebih luas serta peningkatan investasi sektor swasta yang semakin meningkat tiap tahunnya. Pasca pemekaran wilayah, faktor-faktor eksternal ini semakin berkembang di Perkotaan Kubu Raya Model Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya yang Terbentuk Pasca Pemekaran Wilayah Pelaksanaan otonomi daerah melalui pemekaran wilayah berimplikasi terhadap perkembangan model struktur ruang kota. Dengan adanya otonomi daerah ini, berkembang pusat-pusat pelayanan kegiatan baik melalui menguatnya fungsi ruang yang sudah ada maupun munculnya pusat pelayanan baru. Perkembangan pusat-pusat pelayanan kegiatan ini pada akhirnya akan membentuk pola-pola dalam dimensi ruang berupa penggunaan lahan kota. Model struktur ruang yang terbentuk pasca pemekaran wilayah dalam penjelasan pada bagian ini dilihat dari 2 pendekatan model struktur ruang, yaitu model struktur ruang berdasarkan ekologi dan model struktur ruang berdasarkan morfologinya. Pendekatan terhadap 2 model struktur ruang ini dipakai untuk menjelaskan perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Kedua model struktur ruang ini merupakan model struktur ruang yang

60 163 paling mendekati model struktur ruang perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Model struktur ruang menurut pendekatan ekologinya, struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah merupakan transformasi dari model struktur ruang sektor menjadi model struktur ruang pusat kegiatan banyak (multiple nuclai). Model struktur ruang ini dianggap paling mendekati karena terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang saling terhubung satu sama lainnya. Pasca pemekaran wilayah, terbentuk pusat pelayanan kegiatan baru di Perkotaan Kubu Raya dalam hal ini terdapat di Perkotaan Sungai Raya sebagai pusat pelayanan utama yang terhubung secara langsung dengan sub pusat pelayanan Perkotaan Sungai Kakap dan Sungai Ambawang. Perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya bermula dari pusatpusat kegiatan yang sudah terbentuk sebelum pemekaran wilayah. Pusat-pusat kegiatan ini berkembang sebagai sektor-sektor meliputi kawasan permukiman dan kawasan industri dengan pusat kegiatan utama di Kota Pontianak. Kota Pontianak yang merupakan daerah perbatasan dengan Perkotaan Kubu Raya berkembang sebagai pusat kegiatan yang memiliki skala pelayanan yang lebih besar, sebagian penduduk yang tinggal di Perkotaan Kubu Raya cenderung melakukan aktivitasnya di Kota Pontianak. Struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah kemudian tumbuh berkembang menjadi bentuk yang semakin kompleks. Bentuk struktur ruang perkotaan yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus baru sebagai kutub pertumbuhan kawasan. Perkembangan nukleus-nukleus baru ini

61 164 berkembang sesuai dengan penggunaan lahan dengan fungsionalnya yang pada akhirnya membentuk struktur ruang perkotaan yang memiliki sel-sel pertumbuhan. Perkembangan penggunaan lahan Perkotaan Kubu Raya menunjukkan kecenderungan perkembangan kawasan perumahan dan permukiman yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan baru di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Gambar Model Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya yang Terbentuk Pasca Pemekaran Wilayah Menurut Ekologi Keruangan Sumber: Peneliti, 2017 Model perkembangan kedua terhadap struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah terlihat dari ekspresi morfologi keruangannya. Berdasarkan ekspresi keruangan morfologi yang terbentuk

62 165 menunjukkan bentuk kota yang tidak kompak (non compact form). Bentuk tidak kompak dari ekspresi keruangan morfologi nampak dari pola perkembangan kotanya yang tidak beraturan bahkan terpecah antar bagian wilayah kota. Ekspresi keruangan berdasarkan morfologi keruangan yang terbentuk berupa bentuk kota yang terpecah (fragmented cities). Bentuk kota terpecah pada perkembangan Perkotaan Kubu Raya merupakan bentuk kompak dalam skala wilayah kecil, namun dalam perkembangnnya perluasan areal kota yang terbentuk tidak langsung menyatu dengan induknya, melainkan membentuk exclave pada daerah-daerah pertanian di sekitarnya (lihat Gambar 5.21). Pada awal pertumbuhan Perkotaan Kubu Raya mempunyai bentuk yang kompak dalam skala wilayah yang kecil. Perkembangan selanjutnya pasca pemekaran wilayah, perluasan areal kekotaan baru yang terbentuk tidak langsung menyatu dengan kota induknya. Areal-areal kekotaan baru ini membentuk exclave pada wilayah-wilayah non terbangun berupa lahan pertanian dan kawasan hutan sekunder. Kenampakan-kenampakan areal kekotaan baru dikelilingi oleh kawasan non terbangun yang semakin berkurang dari segi luasannya di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Kenampakan areal perkotaan ini terhubung dengan beberapa jalur transportasi utama perkotaan. Perkembangan ini dapat terjadi melihat tersedianya lahan diluar kawasan utama kota yang cukup. Selain itu juga dengan semakin berkembangnya bagian wilayah Perkotaan Kubu Raya oleh aktivitas hunian berupa kawasan perumahan yang dikembangkan oleh Privat Developers memberikan andil tersendiri dalam menciptakan struktur ruang kota yang seperti ini. Pada kawasan

63 166 perkotaan ini umumnya berupa daerah permukiman baik permukiman lama yang sudah ada sebelum pemekaran wilayah maupun permukiman baru yang terbentuk pasca pemekaran wilayah yang telah mengalami transformasi sifat dari perdesaan menjadi kawasan perkotaan. Gambar Model Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya yang Terbentuk Pasca Pemekaran Wilayah Menurut Morfologi Keruangan Sumber: Peneliti, 2017

64 Keterkaitan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah dan Investasi Swasta terhadap Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya yang Terbentuk Pasca Pemekaran Wilayah Dalam pelaksanaan otonomi daerah terdapat perbedaan peran antara pemerintah dan swasta dalam kontribusinya terhadap perkembangan struktur ruang kota. Investasi swasta jauh lebih besar berkontribusi dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan pemerintah. Namun demikian, perannya di dalam menentukan perkembangan struktur ruang kota, pengeluaran pembangunan pemerintah memiliki peran yang cukup penting. Keterkaitannya yang bisa dijelaskan adalah bahwa pemerintah menjadi inisiasi dalam pembentukan sistem jaringan utama kota sementara swasta berperan dalam pembentukan sistem pusatpusat pelayanan kegiatan kota. Pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya berkontribusi terhadap 75% perkembangan struktur ruang yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Peran pemerintah dalam hal ini berupa pembentukan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Sementara itu sektor swasta berperan dalam pembentukan sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan. Keterkaitan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang kota ini ditunjukkan dari perkembangan elemen pembentuk struktur ruangnya yaitu guna lahan permukiman kota dalam dimensi ruang yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Selain itu juga dengan melihat keterkaitan output peran pemerintah dan swasta dalam dimensi ruang. Perkembangan guna lahan permukiman merupakan implikasi dari pengeluaran

65 168 pembangunan pemerintah dan investasi swasta dalam dimensi ruang kota. Sementara ouput pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta merupakan bentuk peran masing-masing terhadap perkembangan struktur ruang kota. Perkembangan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta ternyata berimplikasi terhadap penambahan luas permukiman pasca pemekaran wilayah. Pada tahun 2009 berdasarkan data penggunaan lahan, luas permukiman di Perkotaan Kubu Raya teridentifikasi sebesar 42,15 Km 2. Sepanjang tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 terjadi penambahan luas permukiman sebesar 75% dari luas awal atau sebesar 31,48 Km 2 di Perkotaan Kubu Raya (lihat Tabel 5.12). Tahun 2015 teridentifikasi luas permukiman Perkotaan Kubu Raya secara keseluruhan mencapai 73,63 Km 2. Peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta yang terjadi berkontribusi terhadap pertambahan luas permukiman Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Tabel 5.12 Keterkaitan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah dan Investasi Swasta terhadap Perkembangan Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Pengeluaran Pemerintah Investasi Swasta Perkembangan Struktur Ruang Tahun Total Nilai Investasi % % Luas Pertambahan Jumlah terhadap Jumlah terhadap Permukiman Luas Investasi Investasi 2009 Rp Rp ,33 Rp ,67 42,15 0, Rp Rp ,33 Rp ,67 43,27 1, Rp Rp ,06 Rp ,94 44,40 1, Rp Rp ,43 Rp ,57 51,88 7, Rp Rp ,94 Rp ,06 60,75 8, Rp Rp ,77 Rp ,23 70,22 9, Rp Rp ,69 Rp ,31 73,63 3,41 Sumber: Peneliti, 2017

66 169 Berdasarkan penjelasan Tabel 5.12 di atas, terlihat peningkatan nilai investasi baik melalui pengeluaran pemerintah maupun investasi swasta sejalan dengan pertambahan luas permukiman Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Rata-rata pertambahan luas permukiman Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah mencapai 4,5 Km 2 /tahun. Pengeluaran pembangunan pemerintah melalui program pembangunan sistem jaringan (Tabel 5.2) merupakan pemicu perkembangan investasi swasta pada pembukaan lahan untuk investasi sektor sekunder dan tersier kota pasca pemekaran wilayah (subbab ). Berdasarkan perkembangan morfologi struktur ruang (Tabel 5.11) diketahui bahwa perkembangan guna lahan permukiman yang sebagian besar dilakukan oleh sektor swasta pasca pemekaran wilayah umumnya terjadi di sekitar sistem jaringan dan utilitas utama kota yang disediakan oleh pemerintah melalui pengeluaran pembangunan. Selain itu juga berdasarkan perkembangan model struktur ruang yang merupakan transformasi model sektoral ke inti ganda pasca pemekaran wilayah (Gambar 5.20), terlihat bahwa pengeluaran pemerintah merupakan pemicu investasi swasta dalam dimensi ruang. Perkembangan sistem-sistem pusat pelayanan kegiatan yang sebagian besar dibentuk oleh sektor swasta mulai bermunculan di sekitar sistem jaringan transportasi yang disediakan oleh pemerintah pasca pemekaran wilayah. Tabel 5.13 dan Gambar 5.22 berikut menjelaskan keterkaitan pengeluaran pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah:

67 170 Tabel 5.13 Keterkaitan Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta dalam Dimensi Ruang Perkotaan No Pengeluaran Pemerintah Investasi Swasta Yang Terpicu Tahun Bentuk Wujud Dalam Dimensi Ruang Tahun Bentuk Wujud Dalam Dimensi Ruang Pembangunan 2014 Pusat 2015 Sistem Perdagangan Jaringan dan Jasa Transportasi Perkotaan Utama Lokasi Jalan Supadio Sungai Raya 2015 Pusat Pelayanan Rekreasi 2012 Pusat Pelayanan Industri dan Pergudangan 170

68 171 No Pengeluaran Pemerintah Investasi Swasta Yang Terpicu Tahun Bentuk Wujud Dalam Dimensi Ruang Tahun Bentuk Wujud Dalam Dimensi Ruang Peningkatan 2013 Pusat Sistem Pelayanan Jaringan dan Kawasan Utilitas Perumahan Utama Kota dan Permukiman Lokasi Jalan Sungai Raya Dalam 2014 Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa Lingkungan 171

69 172 No Pengeluaran Pemerintah Investasi Swasta Yang Terpicu Tahun Bentuk Wujud Dalam Dimensi Ruang Tahun Bentuk Wujud Dalam Dimensi Ruang Pembangunan 2015 Pusat Simpul Pelayanan Transportasi Industri dan Darat Pergudangan (Terminal ALBN) Lokasi Jalan Trans Kalimantan Sumber: Observasi Lapangan,

70 173 Gambar Perkembangan Luas Permukiman Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Peneliti,

71 174 Terdapat perbedaan peran pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Meskipun pemerintah memiliki peran kecil terhadap perkembangan struktur ruang kota, namun pengeluaran pembangunan pemerintah berkontribusi dalam menginisiasi pembangunan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Pengeluaran pemerintah ini dalam dimensi ruang mampu mendorong sektor swasta berinvestasi berupa pembentukan sistemsistem pusat kegiatan di sekitar jaringan transportasi utama perkotaan yang terus mengalami perkembangan tiap tahunnya yang pada akhirnya akan mendorong perkembangan permukiman pada kawasan tersebut. Berdasarkan penjelasan terhadap hal tersebut, pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang dapat disederhanakan keterkaitannya kedalam gambar 5.23 sebagai berikut: Gambar 5.23 Keterkaitan Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta terhadap Perkembangan Struktur Ruang Kota Sumber: Peneliti, 2017

72 175 Keterkaitan peran pemerintah dan swasta terhadap perkembangan struktur ruang dijelaskan lebih lanjut dengan melihat ouput skema pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta dalam dimensi ruang pasca pemekaran wilayah. Pemerintah lebih berperan dalam program pembangunan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Sementara itu investasi swasta berperan dalam pembangunan pusat-pusat pelayanan kegiatan. Pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah secara keseluruhan merupakan input bagi program dan kegiatan pembangunan di Perkotaan Kubu Raya. Program dan kegiatan pembangunan selanjutnya diwujudkan kedalam bentuk kegiatan pada dimensi ruang kota berupa aspek lokasi (lihat Tabel 5.14 dan Gambar 5.25). Program dan kegiatan pembangunan yang bersumber dari pengeluaran pemerintah dan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya dilakukan secara terus menerus dan pada lokasi yang sama yaitu Perkotaan Kubu Raya akan membentuk kawasankawasan fungsional yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan struktur ruang di Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Berdasarkan model struktur ruang Perkotaan Kubu Raya diketahui dua hal penting yang menjelaskan perkembangan model struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Berdasarkan hal tersebut terjadi transformasi model struktur ruang yang terbentuk sebagai wujud dari semakin berkembangnya pusat-pusat kegiatan perkotaan yang ada serta perkembangan sistem jaringan transportasi utama dan utilitas kotanya. Seiring dengan dimensi waktu dan dinamika perkembangan kotanya, pusat-pusat kegiatan yang terbentuk

73 176 pasca pemekaran wilayah ikut berkembang pula kawasan fungsional di Perkotaan Kubu Raya. Gambar 5.24 berikut secara skematis menjelaskan keterkaitan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah: Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Rata-rata nilai pengeluaran pembangunan pemerintah 7,94% total investasi di daerah dengan pertumbuhan rata-rata 51,57% Investasi Swasta Rata-rata nilai investasi swasta 92,06% terhadap total investasi di daerah Perkembangan Struktur Ruang Struktur ruang kota mengalami perkembangan luas 75% dari luas awal Terjadi penambahan luas permukiman sebesar 31,48 Km2 (75% dari luas awal) Rata-rata pertumbuhan luas permukiman sebesar 4,5 Km2 Berkembangnya pusat-pusat pelayanan kegiatan 1. Menguatnya fungsi ruang 2. Berkembangnya pusat-pusat pelayanan kegiatan baru Berkembangnya Sistem Jaringan Transportasi dan Utilitas Utama Kota 1. Meningkatnya Sistem Jaringan Jalan Nasional, Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten 2. Meningkatnya Sistem Jaringan Drainase dan Perairan Lainnya 3. Meluasnya Cakupan Sistem Jaringan Air Bersih 4. Meluasnya Cakupan Sistem Jaringan Persampahan Berkembangnya Kawasan Fungsional Kota 1. Bertambahnya Kawasan Fungsi Primer 2. Bertambahnya Kawasan Fungsi Sekunder Berkembangnya Model Struktur Ruang Model Ekologi Transformasi model struktur ruang (model sektor menjadi model inti ganda) Model Morfologi Perkembangan kota berupa bentuk kota yang terpecah (fragmented cities) Gambar Skema Keterkaitan Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta terhadap Perkembangan Struktur Ruang Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Peneliti, 2017 Keterkaitan output pengeluaran pemerintah dan investasi swasta ini terhadap perkembangan struktur ruang, diamati melalui bentuk akhir dari pengeluaran pemerintah maupun investasiswasta dalam dimensi ruang. Bentuk output ini terwujud dalam perkembangan struktur ruang kota berupa elemen-

74 177 elemen pembentuk struktur ruang kotanya pasca pemekaran wilayah. Peran pemerintah dan swasta dalam era otonomi daerah terkait dengan perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah dijelaskan dalam tabel 5.14 sebagai berikut:

75 178 Tabel Peran Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta Terhadap Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah No Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta (input) 1 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Output Program/ Kegiatan Dalam Dimensi Ruang Sarana Pelayanan Pemerintahan Wujud Program/ Kegiatan dalam Struktur Ruang Kota 2 Program Pembangunan Fasilitas Perhubungan Sarana Pusat Pelayanan Transportasi 178

76 179 No Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta (input) 3 Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku Output Program/ Kegiatan Dalam Dimensi Ruang Sistem Jaringan Pengolahan Air Baku Wujud Program/ Kegiatan dalam Struktur Ruang Kota 4 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Publik yang bisa diakses 179

77 180 No Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta (input) 5 Program Penyelenggaraan Jalan, Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Output Program/ Kegiatan Dalam Dimensi Ruang Jaringan Jalan dan Jembatan yang berfungsi baik Wujud Program/ Kegiatan dalam Struktur Ruang Kota 6 Program Pengendalian Banjir Sistem Jaringan Drainase Perkotaan berfungsi dengan baik 180

78 181 No Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta (input) 7 Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku Output Program/ Kegiatan Dalam Dimensi Ruang Sistem Jaringan Pengolahan Air Baku Wujud Program/ Kegiatan dalam Struktur Ruang Kota 8 Program Lingkungan Sehat Perumahaan Sistem Jaringan Pengelolaan Sampah Perkotaan 181

79 182 No Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta (input) 9 Pembangunan Kawasan Perkantoran Output Program/ Kegiatan Dalam Dimensi Ruang Sarana Perkantoran Swasta Wujud Program/ Kegiatan dalam Struktur Ruang Kota 10 Pembangunan Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa Fasilitas pelayanan perdangan dan jasa perkotaan 182

80 183 No Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta (input) 11 Pembangunan Pusat Pelayanan Kegiatan Industri dan Pergudangan Output Program/ Kegiatan Dalam Dimensi Ruang Sarana Pergudangan Perkotaan Wujud Program/ Kegiatan dalam Struktur Ruang Kota 12 Pembangunan Pusat Pelayanan Kawasan Perumahan dan Permukiman Kawasan Perumahan dan Permukiman Kota 183

81 184 No Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Swasta (input) 13 Pembangunan Pusat Pelayanan Kegiatan Rekreasi Output Program/ Kegiatan Dalam Dimensi Ruang Sarana Rekreasi Perkotaan Wujud Program/ Kegiatan dalam Struktur Ruang Kota 14 Pembangunan Pusat Pelayanan Kesehatan Sarana Kesehatan Sumber: Peneliti,

82 185 Output kegiatan yang terbentuk dalam struktur ruang Perkotaan Kubu Raya sebagaimana dijelaskan pada tabel di atas, menunjukkan adanya keterkaitan antara pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Output kegiatan dari pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya, merupakan elemen-elemen dalam struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang mengalami perkembangan pasca pemekaran wilayah. Pengeluaran pemerintah melalui belanja program pembangunan akan menghasilkan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota baik peningkatan fungsi maupun pembangunan baru pada pusat-pusat kegiatan kota. Sementara itu, investasi swasta berupa pembentukan pusat-pusat kegiatan baru maupun peningkatan pusat kegiatan yang sudah ada di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Berdasarkan tabel ini, terdapat beberapa elemen dalam struktur ruang Perkotaan Kubu Raya merupakan bentukan bersama dari pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya. Gambar 5.25 berikut menjelaskan keterkaitan output pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yag terbentuk pasca pemekaran wilayah.

83 186 Input Progam/ Kegiatan Output Pengeluaran Pemerintah Investasi Swasta Pusat Pelayanan Kegiatan Perkotaan 1 9 Pusat Pelayanan Kegiatan Pemerintahan dan Perkantoran 10 Pusat Pelayanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa 11 Pusat Pelayanan Kegiatan Industri dan Pergudangan Pusat Pelayanan Transportasi Pusat Pelayanan Kawasan Perumahan dan Permukiman Pusat Pelayanan Kegiatan Rekreasi dan Ruang Terbuka Publik Pusat Pelayanan Kesehatan STRUKTUR RUANG PERKOTAAN KUBU RAYA Pasca Pemekaran Wilayah Sistem Jaringan Transportasi dan Utilitas Kota 5 Sistem Jaringan Jalan 6 Jaringan Drainase Perkotaan dan Pengairan Lainnya 7 Jaringan Air Bersih 8 Pengeluaran Pemerintah Jaringan Pengelolaan Persampahan Investasi Swasta Gambar Keterkaitan Output Pengeluaran Pembangunan Pemerintah dan Investasi Swasta terhadap Perkembangan Struktur Ruang Perkotaan Kubu Raya Pasca Pemekaran Wilayah Sumber: Peneliti, 2017

84 Keterkaitan Temuan Penelitian dengan Kerangka Teori Keterkaitan temuan penelitian dengan konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan upaya pemahaman lebih lanjut terhadap konsep pelaksanaan otonomi daerah kaitannya dengan perkembangan kota dalam aspek struktur ruang kota yang terbentuk sebagai implikasi dari pelaksanaan otonomi daerah. Berdasarkan penjelasan sebagaimana dibahas pada bagian sebelumnya, berikut keterkaitan temuan penelitian dengan kerangka teori penelitian. Berdasarkan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya, hal penting dalam penelitian ini diketahui bahwa investasi swasta ternyata lebih dominan daripada peran pemerintah dalam pembiayaan pembanguan terkait dengan tahapan pembangunan sebagai implikasi pelaksanaan otonomi daerah. Meskipun postur pengeluaran pembangunan pemerintah pada tahap awal pembangunan sebagian besar digunakan untuk penyediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan, ternyata pengeluaran pembangunan pemerintah tidak cukup dominan dalam kontribusinya terhadap total nilai investasi di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Dalam penelitian ini terlihat peran sektor swasta justru lebih dominan dalam tahap awal pembangunan. Kondisi sebagaimana tersebut ternyata sedikit bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Rostow dan Musgrave dalam Mangkoesoebroto (1993) dimana dinyatakan bahwa nilai pengeluaran pemerintah dalam tahap awal pembangunan sangat dominan terhadap total investasi, dimana pengeluaran pemerintah terbesar adalah untuk penyediaan sarana dan prasara dasar kota. Berdasarkan penelitian ini, pengeluaran pemerintah pada tahap awal pembangunan memang terkonsentrasi pada penyediaan infrastruktur dasar, namun demikian

85 188 pengeluaran pemerintah tidak mendominasi terhadap total investasi. Peran investasi swasta lebih dominan terhadap investasi secara keseluruhan pada tahap awal pembangunan. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah sejalan dengan peningkatan perekonomian perkotaan yang diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Kondisi ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Adolf Wagner dalam Mangkoesoebroto (1993) dimana pengeluaran pemerintah memiliki kecenderungan semakin besar dengan semakin meningkatnya perekonomian wilayah yang ditandai dengan peningkatan pendapatan per kapita penduduk kota. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai pengeluaran pembangunan pemerintah ternyata mampu mendorong meningkatnya nilai swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Hal ini sejalan sebagaimana disampaikan oleh Keynesian dalam Bachtiar (2013) bahwa kebijakan fiskal secara ekspansif dapat meningkatkan nilai investasi. Namun Demikian, ternyata kondisi sebagaimana tersebut bertentangan dengan pandangan monetaris klasik dalam Wahyuningtyas (2010), dimana dinyatakan bahwa peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah akan semakin mendesak investasi swasta keluar. Kondisi tersebut tidak berlaku di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Temuan penelitian menunjukkan kondisi yang berbeda, bahwa pengeluaran pembangunan pemerintah yang semakin meningkat tiap tahunnya justru mampu menarik investasi masuk bahkan nilainya semakin meningkat melebihi pengeluaran pembangunan

86 189 oleh permerintah. Dalam penelitian ini pengeluaran pembangunan pemerintah pasca pemekaran wilayah justru menjadi pemicu peningkatan nilai investasi swasta pada sektor-sektor dominan kota. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa peningkatan kondisi perekonomian perkotaan Kubu Raya Pasaca pemekaran wilayah yang diindikasikan dengan semakin meningkatkan pendapatan per kapita penduduk perkotaan mendorong sektor swasta meningkatkan investasinya. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Samuelsons dan Nordhaus (1996) yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat sebagai implikasi dari peningkatan pendapatan per kapita akan menyebabkan sektor swasta cenderung meningkatkan nilai investasinya dengan dorongan terhadap peningkatan hasil penjualan, biaya investasi maupun pengharapan. Perkembangan investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya memperkuat apa yang telah disampaikan oleh Adhisasmita (2005) bahwa kawasan perkotaan umumnya mengalami perkembangan yang lebih pesat bila dibandingkan dengan daerah lainnya, kenaikan permintaan akan mendorong pendapatan dan permintaan yang selanjutnya akan meningkatkan investasi pada daerah tersebut. Temuan penelitian menunjukkan bahwa perkembangan investasi swasta cenderung lebih cepat pada kawasan yang memiliki fungsi lebih tinggi daripada daerah lainnya. Dengan fungsi kawasan yang memiliki hierarki lebih tinggi. Pada kawasan kota dengan fungsi yang lebih tinggi umumnya memiliki didukung sarana dan prasarana perkotaan yang lengkap yang pada akhirnya dapat menarik perkembangan investasi pada kawasan tersebut.

87 190 Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah berperan penting sebagai pemicu perkembangan investasi swasta. Meskipun berkontribusi kecil terhadap total investasi pasca pemekaran wilayah, pemerintah dalam era otonomi daerah sebenarnya mempunyai peran besar untuk menentukan perkembangan kota. Pemerintah berkontribusi dalam penyediaan sistem jaringan transportasi utama kota sedangkan swasta berperan dalam pembentukan sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. Perkembangan kota terbentuk dari perkembangan elemen-elemen pembentuk struktur ruang kotanya, yang secara wujud dapat dilihat dari hirarki pusat pelayanan kawasan, prasarana dan kawasan fungsional kota. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya terjadi akibat adanya perkembangan elemen-elemen pembantuk struktur ruangnya pasca pemekaran wilayah. Perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya memperkuat apa yang telah disampaikan oleh Branch (1995) bahwa perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal kota. Investasi secara besar-besaran pada aspek kota akan memberikan andil terhadap perkembangan fisik kota. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa pengeluaran pengeluaran pemerintah dan investasi swasta berkontribusi terhadap 75% perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Terdapat perbedaan peran pemerintah dan swasta dalam perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk dimana pemerintah melalui pengeluaran pembangunan

88 191 berperan dalam menginisiasi pembangunan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota. Sementara itu sektor swasta lebih berperan pada pembentukan sistemsistem pusat kegiatan. Dalam era otonomi daerah ini terlihat sektor swasta lebih dominan kontribusinya dalam perkembangan struktur ruang kota meskipun harus dipicu oleh pemerintah dalam penyediaan sistem jaringan utama kota. Penelitian ini juga menjelaskan apa yang telah disampaikan Hommer Hoyt dengan model sektornya serta C.D Harris dan F.L Ullman dengan model inti ganda. Penelitian ini menunjukkan transformasi model struktur ruang untuk menjelaskan model struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Sementara itu model struktur ruang yang kedua dengan pendekatan morfologi digunakan untuk menjelaskan perkembangan struktur ruang berdasarkan ekspresi morfologinya. Kedua model struktur ruang sebagaimana yang digambarkan oleh teori ini tidak sama persis dengan temuan penelitian, namun kedua model ini merupakan model modifikasi yang paling mendekati untuk digunakan dalam menjelaskan perkembangan model struktur ruang Perkotaan Kubu Raya yang terbentuk pasca pemekaran wilayah. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan hubungan antara investasi baik melalui peran pemerintah maupun sektor swasta terhadap perkembangan struktur ruang kota, yaitu peningkatan investasi pada dimensi ruang akan mempengaruhi perkembangan struktur ruang kota. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini apabila dikaitkan dengan perkembangan beberapa penelitian terdahulu memberikan kontribusi perkembangan ilmu pengetahuan kaitannya dengan implikasi otonomi daerah

89 192 dalam perspektif keruangan. Sebagaimana diketahui bahwa beberapa penelitian terdahulu cenderung menjelaskan keterkaitan pengeluaran pembangunan pemerintah maupun investasi swasta terhadap perkembangan kota dalam dimensi ekonomi maupun sosial. Sementara itu, penelitian ini lebih fokus pada pembahasan pengelolaan pembangunan dalam era otonomi daerah terkait dengan perkembangan struktur ruang kota. Melalui penelitian ini memberikan kontribusi pemahaman implikasi pelaksanaan otonomi daerah terhadap perkembangan kota secara menyeluruh dalam melengkapi perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada. Penelitian ini berkontribusi memberikan penjelasan lebih lanjut implikasi pelaksanaan otonomi daerah dalam dimensi ruang kota. Adapun keterkaitan temuan penelitian terhadap penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya akan dijelaskan pada gambar 5.27

90 193 Konsep Otonomi Daerah Implikasi pelaksanaan otonomi daerah berupa desenralisasi pembangunan dan desentralisasi fiskal dalam pengelolaan pembangunan di daerah (Sjafrizal, 2014) Konsep Kota dan Perkembangannya Kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 1999) Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Investasi Swasta Struktur Ruang Kota Nilai pengeluaran pemerintah dalam tahap awal pembangunan sangat dominan terhadap total investasi (Rostow dan Musgrave dalam Mangkoesoebroto 1993) X Pengeluaran pemerintah memiliki kecenderungan semakin besar dengan semakin meningkatnya perekonomian wilayah yang ditandai dengan peningkatan pendapatan per kapita penduduk kota (Adolf Wagner,1993) V Kebijakan fiskal secara ekspansif dapat meningkatkan nilai investasi (Keynesian dalam Bachtiar 2013) Peningkatan pengeluaran Semakin meningkatnya jumlah uang pembangunan pemerintah akan yang beredar dalam masyarakat semakin mendesak investasi sebagai implikasi peningkatan pendapatan per kapita akan swasta (Monetaris Klasik dalam mempengaruhi sektor swasta Wahyuningtyas 2010) meningkatkan investasinya (Samuelsons dan Nordhaus, 1996) V X V Kawasan perkotaan mengalami perkembangan lebih pesat yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan investasi pada daerah tersebut (Adhisasmita, 2005) V Investasi modal secara besarbesaran pada beberapa aspek kota akan memberikan andil terhadap perkembangan fisik kota (Branch, 1995) V Perkembangan model struktur ruang (Yunus, 1999) V Transformasi model struktur ruang pasca pemekaran wilayah Nilai pengeluaran pembangunan pemerintah pada tahap awal pembangunan di kawasan perkotaan rata-rata hanya 8% dari total investasi, sementara sektor swasta lebih dominan dengan rata-rata sebesar 92% X V Keterkaitan Teori Keterkaitan Temuan Penelitian dengan Kerangka Teori Mempertanyakan Teori Memperkuat Teori Peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah sejalan dengan peningkatan perekonomian yang diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita penduduk perkotaan Peningkatan nilai pengeluaran pembangunan pemerintah mampu mendorong peningkatan nilai investasi swasta di Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah Pengeluaran pembangunan pemerintah yang semakin meningkat mampu mendorong peningkatan nilai investasi swasta Peningkatan perekonomian dengan semakin meningkatkan pendapatan per kapita penduduk perkotaan mendorong sektor swasta investasinya meningkatkan Perkembangan investasi swasta cenderung lebih cepat pada kawasan yang memiliki fungsi lebih tinggi daripada daerah lainnya. Dengan fungsi kawasan yang memiliki hierarki lebih tinggi memiliki kelengkapan fasilitas Pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta berkontribusi terhadap 75% perkembangan struktur ruang kota pasca pemekaran wilayah Terdapat perbedaan peran pemerintah dan swasta dalam perkembangan struktur ruang perkotaan, dimana pemerintah lebih berperan pada pembangunan sistem jaringan transportasi dan utilitas utama kota sementara swasta pada pembentukan sistem pusat-pusat kegiatan Sektor swasta lebih dominan dalam kontribusinya terhadap perkembangan struktur ruang meskipun harus dipacu oleh pengeluaran pemerintah Gambar 5.26 Keterkaitan Temuan Penelitian terhadap Kerangka Teori Sumber: Peneliti,

91 194 Pengeluaran publik bidang infrastruktur berpengaruh signifikan sebesar 72,03% terhadap perkembangan PDRB (Priyantoro, 2012) Konsep Otonomi Daerah Implikasi pelaksanaan otonomi daerah berupa desenralisasi pembangunan dan desentralisasi fiskal dalam pengelolaan pembangunan di daerah (Sjafrizal, 2014) Konsep Kota dan Perkembangannya Kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 1999) Pengeluaran Pembangunan Pemerintah dan Investasi Swasta Aspek Ekonomi Aspek Sosial-Budaya Peningkatan belanja pemerintah daerah hasil pemekaran berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan rata-rata pertumbuhan PDRB (Widada 2014) Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah (Widodo dkk, 2011) Pengeluaran pempengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia (Winarti, 2014) Pengeluaran pemerintah dan investasi swasta berkontribusi terhadap 75% perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah Perkembangan Penelitian Sebelumnya Temuan Penelitian Keterkaitan Aspek Fisik Terdapat perbedaan peran pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta terhadap perkembangan struktur ruang Perkotaan Kubu Raya pasca pemekaran wilayah. Pemerintah berperan dalam pembentukan sistem jaringan transortasi dan utilitas utama kota sementara sektor swasta berperan dalam pembentukan sistem-sistem pusat kegiatan Perkembangan struktur ruang perkotaan sebagian besar dibentuk oleh investasi swasta meskipun harus dipicu oleh pengeluaran pembangunan pemerintah. Gambar 5.27 Keterkaitan Temuan Penelitian terhadap Penelitian Sebelumnya Sumber: Penulis,

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Sintang Tahun... Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun 2010... Jumlah Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016 POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Persentase prasarana aparatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT (Rp) SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Amanat undang-undang dalam penyempurnaan sistem perencanaan dan

BAB V PEMBAHASAN. Amanat undang-undang dalam penyempurnaan sistem perencanaan dan 104 BAB V PEMBAHASAN Musrenbang di Kabupaten Gunungkidul Amanat undang-undang dalam penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran akan merubah paradigma pada proses perencanaan dan penganggaran mulai

Lebih terperinci

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 2016

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 2016 INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 0 Pada tahun 0 ini telah ditetapkan target realisasi investasi sebesar Rp. 9, trilliun. Dengan rincian Rp., trilliun untuk PMDN dan Rp., triliun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA SKPD Dinas Bina Marga dan PSDA Kota Salatiga

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar Tahun

Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar Tahun Indikasi Rencana dan Kebutuhan Pendanaan Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2016-2021 Tujuan Capaian dan Kerangka Pendanaan (jutaan rupiah) akhir periode 1 URUSAN WAJIB 1 03 DINAS PEKERJAAN UMUM 1 03 01 Pelayanan

Lebih terperinci

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016 INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016 Pada tahun 2016 ini telah ditetapkan target realisasi investasi sebesar Rp. 39,33 triliun. Dengan rincian Rp. 13,77 triliun untuk PMDN dan

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013

REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH (BPPMD) Website : http://bppmd.kaltimprov.go.id Email : humas@bppmd.kaltimprov.go.id / humas.bppmdkaltim@gmail.com Jalan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Wilayah dan Hirarki Wilayah Secara yuridis, dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

Lebih terperinci

5.1 Perkembangan Investasi Swasta di Kabupaten Indramayu. terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi

5.1 Perkembangan Investasi Swasta di Kabupaten Indramayu. terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui kegiatan investasi akan terjadi V. PERKEMBANGAN INVESTASI KABUPATEN INDRAMAYU 5.1 Perkembangan Investasi Swasta di Kabupaten Indramayu Kegiatan investasi di Kabupaten Indramayu diharapkan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR & PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 2010-1 Tan. Pangan & Perkebunan 1 4.669.131.070 2.442-27 2.889.931.158.529 5.200-3 Kehutanan - - - - - - - - 5 Pertambangan 1 500.000.000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Beberapa masalah ekonomi makro yang perlu diantisipasi pada tahap awal pembangunan daerah adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang diikuti

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah ini bertujuan untuk melihat pola atau klasifikasi perkembangan keterkaitan antara tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1. Isu di Bidang Sumber Daya Manusia Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dapat dilihat dari rendahnya angka Indek Pembangunan Manusia (IPM), terutama yang berhubungan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 No. 06/05/62/Th.VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2012 dibanding Triwulan yang sama tahun 2011 (year on year) mengalami sebesar 6,26

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu strategi pembangunan haruslah ditekankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012 Halaman : i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumberdaya sesuai dengan kewenangan atau mandat

Lebih terperinci

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, DAN PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci