PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCE MELALUI SASTRA: SEBUAH ALTERNATIF PEMBELAJARAN. Wahyudi Siswanto Universitas Negeri Malang
|
|
- Iwan Rachman
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCE MELALUI SASTRA: SEBUAH ALTERNATIF PEMBELAJARAN Wahyudi Siswanto Universitas Negeri Malang Abstract: Teaching and learning process of literature does not involve intrinsic and extrinsic aspects of literary work. With the development of teaching models where quantum teaching is more involved and variations of teaching strategies are focused more on the creativity and the use of media are emphasized, literary teaching is now more fruitful. Variations of teaching are implemented using direct methods where students are involved and purposes of teaching are varied in response to the multiple intelligence strategies. This paper analyzes the role of literary teaching in relation to the power of multiple intelligence approach. The seven component of multiple intelligence that include (1) linguistics-verbal, (2) mathematic-logic, (3) visual-spatial, (4) rhythmic-music, (5) kinesthetic, (6) interpersonal, and (7) intrapersonal are discussed in this paper. Keywords: literary teaching, multiple intelligence Novel Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata mendapat sambutan hangat. Sambutan ini tidak hanya berasal dari masyarakat sastra, tetapi juga masyarakat pendidikan. Bagi para pendidik dan pelajar, disarankan untuk membaca novel ini. Novel ini memberi warna arah dan hakikat pendidikan kita. Ternyata, dari sebuah novel, kita bisa belajar bahwa pendidikan tidak hanya soal nilai. Pendidikan lebih pada pembentukan karakter siswa. Karakter siswa tidak hanya dibangun dari kecerdasan intelektual saja, tetapi dari seluruh kecerdasan siswa. Seluruh kecerdasan inilah yang disebut multiple intelligence (kecerdasan ganda). Kalau kita simak Kurikulum, mata pelajaran Bahasa Indonesia, antara lain, bertujuan agar peserta didik mampu (1) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan (2) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Dari hal di atas, ternyata, melalui karya sastra kita dapat banyak hal. Tulisan ini hendak membahas pembelajaran multiple intelligence melalui sastra. PENDIDIKAN SASTRA Ada tiga hal yang bisa kita bahas bila kita membicarakan sastra dan pendidikan. Ketiga hal itu adalah (1) pendidikan tentang sastra, (2) pendidikan sastra, dan (3) pendidikan melalui sastra (Siswanto, 2008). 201
2 202 Konstruktivisme, Volume 6, Nomor 2, Juli 2014 Pendidikan tentang sastra adalah pendidikan yang membahas hal ihwal tentang sastra. Pendidikan semacam ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi teori sastra. Aspek yang dikembangkan lebih pada aspek kognitif peserta didik. Siswa lebih banyak dituntut untuk menghafalkan pengertian, definisi, atau klasifikasi tentang karya sastra dan sejarah sastra. Mereka tidak dibelajarkan untuk secara langsung mengapresiasi dan mengkritik karya sastra (Siswanto, 2008). Pembelajaran semacam ini lebih banyak berkaitan dengan intrasastra. Pembelajaran ini membelajarkan siswa untuk menghafal definisi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik sastra tanpa bersentuhan dengan karya sastra. Bila mereka membahas prosa rekaan, yang dibicarakan lebih pada aspek menghafal pengertian pengertian tokoh (utama, pembantu, pelengkap), definisi watak (protagonis, antagonis), latar (tempat, waktu, suasana, budaya), atau unsur ekstrinsik karya seperti latar belakang sosiologis, psikologis, atau budaya sastrawan. Saat mereka membahas puisi, mereka akan menghafal pengertian unsur-unsur puisi dan jenis-jenis puisi. Mereka akan menghafal pengertian rima, macammacam rima, jenis gaya bahasa, pengertian pantun, talibun, pantun berkait, soneta, puisi baru, puisi bebas, atau sejenisnya. Saat mereka membahas drama, mereka juga membahas pada tataran kognitif. Mereka akan membahas pengertian drama, teater, sandiwara, prolog, dialog, monolog, atau epilog. Pendidikan tentang sastra juga mengajarkan sejarah sastra. Yang diajarkan di sejarah sastra lebih pada menghafal periodisasi sastra. Peserta didik dituntut untuk menghafal macam-macam angkatan yang ada di Indonesia, tokoh-tokoh yang menonjol di setiap angkatan, sebabsebab timbulnya angkatan, nama-nama sastrawan di setiap angkatan beserta (judul) karya sastranya (Siswanto, 2008). Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra. Kompetensi apresiasi yang diasah dalam pendidikan ini adalah kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra. Dengan pendidikan semacam ini, peserta didik diajak untuk langsung membaca, memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung. Dengan pendidikan sastra, peserta didik tidak hanya diajak untuk memahami dan menganalisis berdasarkan bukti nyata yang ada di dalam karya sastra dan kenyataan yang ada di luar sastra, tetapi juga diajak untuk mengembangkan sikap positif terhadap karya sastra. Pendidikan semacam ini akan mengembangkan kemampuan pikir, sikap, dan keterampilan peserta didiknya (Siswanto, 2008). Pendidikan melalui sastra adalah pendidikan kepribadian siswa melalui pembelajaran sastra. Melalui sastra kita bisa mengembangkan peserta didik dalam hal keseimbangan antara spiritual, emosional, etika, logika, estetika, dan kinestetika; pengembangan kecakapan hidup; belajar sepanjang hayat; serta pendidikan kemenyeluruhan dan kemitraan
3 Wahyudi Siswanto, Pembelajaran Multiple Intelligence 203 (Siswanto, 2008). Melalui pembelajaran sastra, kita dapat mengembangkan multiple intelligence. MULTIPLE INTELLIGENCE Apa yang dimaksud multiple intelligence? Multiple intelligence di sini merujuk pada tujuh komponen kecerdasan manusia, yang meliputi kecerdasan (1) lingusitik-verbal, (2) matematika-logis, (3) visual-spasial, (4) ritmik-musikal, (5) kinestetik, (6) interpersonal, dan (7) intrapersonal. Masing-masing jenis kecerdasan ini akan dikembangkan melalui pembelajaran sastra. Berikut ini akan dijelaskan serba singkat pengertian masing-masing jenis kecerdasan, kegunaannya dalam kehidupan siswa. Untuk bagian berikutnya akan diberikan beberapa contoh pembelajaran untuk mengasah kecerdasan ini melalui pembelajaran sastra. Kecerdasan lingusitik-verbal mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengemukakan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis (Amstrong, 1994:2; Lwin dkk., 2003:11). Seseorang yang dengan kecerdasan verbal yang tinggi tidak hanya akan memperlihatkan suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan berbicara dan menulis (Lwin dkk., 2003:11). Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketata mengikuti hukum dasar. Ada konsistensi dalam pemikiran logis (Amstrong, 1994:2; Lwin dkk., 2003:43). Anak yang cerdas secara matematis tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang masih muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat belajar menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Selain itu, mereka cepat memahami konsep waktu. Mereka senang melihat pola dalam informasi mereka, dan mereka dapat mengingat bilangan dalam pikiran mereka dalam waktu yang panjang. Menjelaskan konsep-konsep secara logis atau menyimpulkan informasi menggunakan matematika dapat meningkatkan pemahaman mereka. Mereka suka membuat kesimpulan ilmiah dari pengamatan mereka (Lwin dkk., 2003:43). Kecerdasan matematis-logis dapat (1) meningkatkan logika dan memperkuat keterampilan berpikir, (2) menemukan cara kerja pola dan hubungan, (3) meningkatkan pengertian bilangan, (4) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, (5) memperbaiki kemampuan untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan, dan (6) meningkatkan daya ingat (Lwin dkk., 2003:44 48). Kecerdasan visual-spasial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin, seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahat, dan penemu. Apa kesamaan yang dimiliki oleh professional yang kelihatannya
4 204 Konstruktivisme, Volume 6, Nomor 2, Juli 2014 berbeda ini? Mereka mempunyai kemampuan untuk melihat dengan tepat gambaran visual di sekitar mereka dan memperhatikan rincian kecil yang kebanyakan orang lain mungkin tidak memperhatikan. Anda dapat mengatakan bahwa mereka memiliki kekuatan persepsi yang besar. Apabila seorang seniman memperhatikan sebuah lukisan, dia dapat memperhatikan perbedaan yang takkentara dengan cara penggunaan warna dan perubahan dalam sapuan kuas (Amstrong, 1994:2; Amstrong, 1994:2; Lwin dkk., 2003:73). Seseorang yang cerdas dalam bidang ini akan dapat menghasilkan informasi visual dengan menciptakan atau memodifikasi gambaran atau objek fisik yang ada. Hal ini berarti mereka mempunyai kemampuan untuk menerjemahkan gambaran dalam pikiran mereka ke dalam bidang fisik melalui penggambaran pelukisan, pemahatan, pembangunan, atau pembentukan (Lwin dkk., 2003:74). Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kreativitas, (2) meningkatkan daya ingat, (3) mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan keterampilan memecahkan masalah, (4) mencapai puncak kinerja, dan (5) membantu anak mengungkapkan perasaan dan emosi (Lwin dkk., 2003:75 82) Kecerdasan irama musik adalah kemampuan menyimpan nada dalam benak seseorang, untuk mengingat irama itu, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kreativitas dan imajinasi, (2) meningkatkan kecerdasan, (3) meningkatkan daya ingat, (4) membantu mengajarkan kecerdasan lainnya, (5) mempunyai dampak terapi (Amstrong, 1994:3; Lwin dkk., 2003: ) Kecerdasan Kinestetik memungkinkan manusia membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan demikian memungkinkan tibuh untuk memanipulasi objek dan menciptakan gerakan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan tubuh secara serempak untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan (Amstrong, 1994:3; Lwin dkk., 2003: ) Kecerdasan ini penting untuk (1) meningkatkan kemampuan psikomotor, (2) meningkatkan keterampilan social, (3) membangun rasa percaya diri dan harga diri, (4) meletakkan fondasi bagi gaya hidup sporty, (5) meningkatkan kesehatan (Lwin dkk., 2003: ). Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain, dan menanggapinya secara layak. Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan dan membangun hubungan dengan masyarakat (Amstrong, 1994:3; Lwin dkk., 2003:197). Kecerdasan ini berkembang dari pembinaan dan pengajaran. Kecerdasan interpersonal penting untuk (1) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri, (2) menjadi
5 Wahyudi Siswanto, Pembelajaran Multiple Intelligence 205 berhasil dalam pekerjaan, dan (3) kesejahteraan emosional dan fisik (Lwin dkk., 2003: ). Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Orang yang berkecerdasan interpersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus-menerus membuat penilaian diri. Mereka selalu bersentuhan dengan dengan pemikiran, gagasan dan impian mereka dan mereka juga memiliki kemampuan untuk mengerahkan emosi mereka sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan membimbing kehidupan mereka sendiri. Mereka adalah individu yang sangat termotivasi dengan keputusan mereka. Akan tetapi, yang paling ekstrim, mereka bisa sangat individualistis dan introvert (Amstrong, 1994:3; Lwin dkk., 2003:233). Kecerdasan ini penting untuk (1) mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri yang membimbingnya kepada kestabilan emosi, (2) mengendalikan dan mengarahkan emosi, (3) mengatur dan memotivasi diri, (4) bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri, dan (5) mengembangkan harga diri yang tinggi (Lwin dkk., 2003: ). PEMBELAJARAN SASTRA DENGAN MULTIPLE INTELLIGENCE Pembelajaran sastra tidak hanya digunakan untuk mengasah kemampuan intrakarya sastra dan pengetahuan tentang sastra. Pembelajaran sastra bisa digunakan untuk mengembangkan kepribadian siswa. Salah satu kepribadian siswa akan tercermin dalam multiple intelligence. Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan lingusitik-verbal melalui pembelajaran sastra? Selama ini, kecerdasan inilah yang banyak diasah guru dalam pembelajaran sastra. Untuk itulah, tidak salah bila guru membelajarkan siswa untuk menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tentang karya sastra (puisi, prosa, dan drama). Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan matematis-logis melalui pembelajaran sastra? Dalam pembelajaran sastra, siswa bisa dibelajarkan untuk berpikir logis dan analitis terhadap karya sastra yang diapresiasi. Hal-hal yang dianalisis bisa berupa unsur intrakarya sastra bisa juga ekstrakarya sastra. Siswa dibelajarkan untuk berpikir logis tentang hal-hal yang ada di dalam dan di luar karya sastra. Siswa diminta untuk berhitung tentang hal-hal yang ada di dalam karya sastra (puisi, prosa, dan drama). Berhitung di sini bisa berupa berhitung tentang tokoh, kata tertentu, jumlah gaya bahasa, tempat, jangka waktu terjadinya peristiwa, atau yang lainnya. Siswa diminta untuk menduga dan menebak berandai-andai tentang peristiwanya akan terjadi dalam karya sastra dan yang akan terjadi pada peristiwa lain. Bisa juga siswa diminta untuk melengkapi cerita/puisi/dialog pada awal, tengah, atau akhir. Siswa diminta untuk
6 206 Konstruktivisme, Volume 6, Nomor 2, Juli 2014 melihat pola-pola karya sastra (puisi, prosa, dan drama). Bahan pembelajaran bisa berupa cerita detektif, cerita teka-teki, puisi teka-teki atau karya sastra pada umumnya. Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan visual-spasial melalui pembelajaran sastra? Dalam pembelajaran sastra, siswa dapat dibelajarkan untuk memahami informasi visual yang terdapat di dalam karya sastra yang mereka baca atau yang mereka amati di dunia nyata untuk kemudian dituliskan atau dimodifikasi ke dalam karya sastra mereka. Informasi visual itu misalnya berupa latar (fisik, suasana, waktu, peristiwa, budaya, musim, bahasa, dsb.), tingkah laku seseorang, atau peristiwa. Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan irama musik melalui pembelajaran sastra? Dalam pembelajaran sastra, dalam bentuk sederhana, siswa bisa diminta untuk membacakan puisi, berdeklamasi, bercerita, menirukan dialog dan dialek tokoh. Bisa juga siswa diajarkan untuk berpantun, berkidung, atau menyanyikan puisi. Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan kinestetik melalui pembelajaran sastra? Dalam pembelajaran sastra, siswa bisa diminta untuk menirukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tokoh dalam sebuah prosa atau drama. Proses ini hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia dan minat siswa. Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan interpersonal melalui pembelajaran sastra? Untuk mengasah kecerdasan ini, dalam pembelajaran sastra, siswa bisa diajak untuk mengapresiasi watak dan perwatakan yang ada di dalam karya sastra (prosa dan drama) atau apa yang dialami seseorang seperti yang ada di dalam puisi. Mereka bisa diminta untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan tokoh-tokoh yang ada di dalam karya sastra atau orang yang diceritakan di dalam puisi. Mereka diminta untuk menanggapi, menirukan, atau memerankannya secara layak. Bagaimana cara mengajarkan kecerdasan intrapersonal melalui pembelajaran sastra? Untuk mengasah kecerdasan ini, siswa diminta untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri dengan bercermin pada apa yang dialami, dirasakan, diinginkan oleh tokoh-tokoh dalam karya sastra. Dalam pembelajaran ini, diskusi yang intensif diperlukan sampai siswa memperoleh pemahaman tentang dirinya sendiri. CONTOH MODEL PEMBELAJARAN Pada bagian ini akan diberikan contoh dua model pembelajaran sastra. Pertama, model pendidikan kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra. Kedua, model pendidikan kecerdasan linguistikverbal melalui pembelajaran sasatra.
7 Wahyudi Siswanto, Pembelajaran Multiple Intelligence 207 Model Pendidikan Kecerdasan Linguistik-Verbal Ada beberapa model pendidikan kecerdasan linguistik-verbal yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran sastra. Model yang dimaksud adalah (1) membacakan puisi, (2) berdeklamasi, (3) bercerita, (4) menirukan dialog dan dialek tokoh, (5) berpantun, (6) berkidung, (7) menyanyikan puisi, (8) musikalisasi puisi. Berikut ini akan diberikan salah satu contoh modelnya, yaitu model musikalisasi puisi. Model Musikalisasi Puisi adalah model pembelajaran yang ingin mengembangkan kecerdasan irama musik kepada murid melalui karya sastra dengan cara menyanyikan puisi atau membuat pembacan puisi dengan iringan musik. Langkah yang ditempuh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut. (1) Guru memberi contoh bahwa puisi bisa dinyanyikan (2) Murid diminta untuk menulis puisi atau mencari puisi (3) Murid diminta untuk mencoba menyanyikan puisi. Irama yang digunakan bisa berupa irama lagu yang diciptakan orang lain, bisa juga ciptaan murid sendiri Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut. (1) Saat guru memberi contoh bahwa puisi bisa dinyanyikan, guru bisa memberikan model cara menyanyikannya (2) Tugas menulis puisi bisa merupakan pengembangan kompetensi murid tersendiri. Oleh karena itu, tugas ini bisa digabungkan dengan tugas menulis puisi yang sebelumnya dikerjakan murid. Tugas mencari puisi bisa dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung, bisa juga pada saat pembelajaran berlangsung. (3) Tugas merancangan nyanyian bisa dilakukan secara individual, bisa juga secara berkelompok Untuk lebih memberikan gambaran yang konkret, berikut ini akan diberikan contoh pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra. (1) Guru menunjukkan sebuah puisi dan membacakannya dengan cara biasa. DENGAN PUISI, AKU Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbatas cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian yang akan datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris
8 208 Konstruktivisme, Volume 6, Nomor 2, Juli 2014 Dengan puisi aku mengutuk Nafas zaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya (2) Guru membawakan puisi (yang telah dibacakannya) dengan irama nyanyian (3) Murid diminta untuk menulis puisi atau mencari puisi (4) Murid diminta untuk mencoba menyanyikan puisi. Irama yang digunakan bisa berupa irama lagu yang diciptakan orang lain, bisa juga ciptaan murid sendiri Ada beberapa variasi pembelajaran kecerdasan linguistik-verbal melalui pembelajaran sastra. Berikut ini akan diberikan variasnya. (1) guru memberi contoh bahwa puisi bisa dibacakan dengan cara diiringi musik (2) murid diminta untuk menulis puisi atau mencari puisi (3) murid diminta untuk mencoba berlatih membaca puisi (4) murid diminta untuk merancang iringan musik untuk pembacaan puisi. Model Kecerdasan Kinestetik Ada beberapa model pendidikan kecerdasan kinestetik yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran sasatra. Model yang dimaksud adalah menirukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tokoh dalam sebuah prosa atau drama. Berikut ini akan diberikan gambaran tentang model peragaan. Model peragaan adalah model pembelajaran kecerdasan kinestetik dengan menirukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tokoh dalam sebuah prosa atau drama. Langkah model ini adalah sebagai berikut. (1) Murid diminta untuk membaca sebuah prosa atau drama (2) Murid diminta untuk berlatih menirukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tokoh dalam prosa atau drama tersebut (3) Murid secara bergantian memperagakannya di depan kelas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam model ini. (1) Guru hendaknya memotivasi murid agar mau dan tidak malu untuk melakukan atau meniru gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tokoh dalam prosa atau drama (2) Setiap murid diberi kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan diri. (3) Gerakan diusahakan dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang dikenal hingga yang kurang dikenal, dari yang konkret ke imajinatif. (4) Suasana kelas hendaknya dibuat rileks dan menyenangkan. Untuk lebih memperoleh gambaran tentang model ini, berikut ini akan diberikan contoh pembelajarannya.
9 Wahyudi Siswanto, Pembelajaran Multiple Intelligence 209 (1) Bacalah kutipan di bawah ini dengan cermat! (2) cobalah berlatih untuk meniru gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Tomi dalam kutipan tersebut (3) Silakan mencoba untuk menirukan gerakan Tomi di muka temanteman kalian secara bergiliran Bolpoin Tomi Saat mencatat pelajaran, tiba-tiba bolpoin Tomi macet. Ia memeriksa ujung bolpoinnya. Tomi mencari kertas di tasnya, ia berusaha mencoretcoretkannya di kertas itu. Usahanya tidak berhasil. Ia mencoba mencoretcoret di penggaris, kemudian mencobanya di kertas. Ternyata bolpoinnya tetap macet. Sekali lagi ia memeriksa ujung bolpoinnya. Ia mencoba dengan menyedot tintanya. Berhasil. Tetapi akibatnya mulut Tomi hitam terkena tintanya. Mengetahui ini, ia bingung dan minta izin kepada gurunya untuk membersihkan mulutnya. Ada beberapa variasi yang bisa kita pilih dengan pembelajaran ini. Variasi itu, misalnya, (1) murid bisa menyusun sendiri cerita yang hendak diperagakan dan (2) murid bisa memperagakan secara berkelompok. PENUTUP Pembelajaran yang selama ini sudah dilakukan, juga sudah mengasah berbagai kecerdasan di atas. Hanya saja kurang dilakukan secara sistematis dan sistemis Tulisan ini seharusnya dilengkapi oleh tahap-tahap pembelajaran yang runtut, bahan-bahan pembelajaran, contoh skenario pembelajaran, dan bagaimana cara mengevaluasinya. Tapi itu belum saya perbuat. Saya akan senang bisa pembaca membantu saya untuk memperkaya materi itu. Saya yakin, jika ini tersusun, paling tidak pembelajaran sastra tidak begitu membosankan dan bisa digunakan untuk tujuan di luar sastra. Akhirnya, saya hanya bisa berterima kasih dan mohon maaf. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas Multiple Intelligences in the Classroom. Alexandria: ASCD Depdiknas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Lwin, May; Khoo, Adam; Lyen, Kenneth; dan Sim, Caroline. How to Multiply Your Child s Intelligence: Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan (terj. Christine Sujana). Jakarta: Indeks Siswanto, Wahyudi Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)
279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
Lebih terperinci32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)
32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciPEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN oleh Isah Cahyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Kehadiran sejarah sastra dapat mengembangkan
Lebih terperinci33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)
271 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.
Lebih terperinciAdakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,
Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan
Lebih terperinciBerbahasa dan Bersastr
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit Usaha Makmur, CV Berbahasa dan Bersastr sastra a Indonesia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciPrakata. iii. Bandung, September Penulis
Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan
Lebih terperinciMULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)
MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan
Lebih terperinciSILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH
SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting untukmempersatukan seluruh bangsa. Oleh karena itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.
Lebih terperinciberbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses belajar yaitu
Lebih terperinci89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa
89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan pikiran, perasaan dalam mencapai maksud tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu
Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Yayu M.Binol, Ali Karim, Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada
Lebih terperinci31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan. Salah satu bentuk pendidikan adalah pendidikan yang berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,
Lebih terperinciPrakata. iii. Bandung, September Penulis
Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
Lebih terperinciRAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom
RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) merupakan wujud, langkah, upaya untuk meningkatan mutu pendidikan. Pelaksanaan kurikulum berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengungkapan dari pragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dan terjadi konflik-konflik
Lebih terperinciMENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK
MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com
Lebih terperinci07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang
07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinciGURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN
GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
Lebih terperinci31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan
Lebih terperinciKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan telah diatur
Lebih terperinciOleh. Memen Durachman
APRESIASI PROSAFIKSI Oleh Memen Durachman TUJUAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA YANG TERKAIT DENGAN APRESIASI SASTRA BERDASARKAN KTSP Peserta didik dapat : Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan penunjang dalam semua bidang studi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam
Lebih terperinciMEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI
MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan pembangunan sehingga dapat memjawab tantangan-tantangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara terjadi dalam komunikasi secara lisan,
Lebih terperinci31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kemampuan Menulis a. Pengertian Kemampuan Menulis Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Koentjaraningrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.
Lebih terperinci2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ditempuh siswa di Sekolah Dasar. Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia yakni 1. Berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha
Lebih terperinciKEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh
KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA Oleh Icha Meyrinda Ni Nyoman Wetty S. Mulyanto Widodo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail : ichameyrinda@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengapresiasi sebuah novel dapat dilakukan melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam novel dan secara
Lebih terperinciberpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengajaran sastra di SMA, SMK dan sederajat selalu mendapatkan banyak perhatian. Pembicaraan masalah pengajaran sastra sudah sering dimuat di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia yang juga modal terpenting. Dengan adanya bahasa sifat manusia dapat terpenuhi sebagai makhluk sosial yang berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia dititikberatkan kepada empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan itu adalah mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk membimbing siswa dalam mengenal bahasa yang baik sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Dalam
Lebih terperinciMata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG Dwi Sulistyorini Abstrak: Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalami kesulitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi
KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Artikel ini memberikan hasil penelitian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan wujud dari gagasan dan pemikiran seseorang, wujud dari sastra itu sendiri adalah berupa karya yang berbentuk tulisan atau karangan. Gagasan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra mampu membuka pintu hati pembacanya untuk menjadi manusia berbudaya. Manusia berbudaya memiliki
Lebih terperinci