HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari karakteristik sampel dan karakteristik keluarga. Karakteristik sampel meliputi pendidikan dan daerah tempat tinggal sampel, sedangkan karakteristik keluarga terdiri dari pekerjaan ayah dan ibu, serta status ekonomi keluarga. Daerah tempat tinggal sampel terdiri dari daerah perkotaan dan perdesaan. Seluruh sampel laki-laki yang tinggal di perkotaan sebanyak 50.5%. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel laki-laki yang tinggal di perdesaan, yaitu sebanyak 49.5%. Keadaan ini terjadi pada seluruh kelompok usia, kecuali sampel laki-laki berusia tahun sedikit lebih banyak yang tinggal di perdesaan (51.8%) dibandingkan dengan perkotaan (48.2%) (Tabel 7). Pendidikan merupakan salah satu aspek penting untuk mengetahui karakteristik sampel. Sebagian besar sampel laki-laki berusia tahun tidak pernah sekolah dengan persentase 71.2% (Tabel 7). Pada kelompok tidak pernah sekolah juga termasuk sampel yang belum tamat SD/MI. Sampel lakilaki berusia tahun sebagian besar tamat SD/MI (57.9%), sedangkan sampel laki-laki berusia tahun paling banyak memiliki pendidikan tamat SMP/MTS (46.6%). Pekerjaan orang tua terdiri dari pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Pekerjaan ayah dari seluruh sampel laki-laki sebagai petani/nelayan (31.6%) dan wiraswasta/layan dagang/jasa (28.6%) memiliki persentase paling tinggi. Sebagian besar ibu dari seluruh sampel laki-laki tidak memiliki pekerjaan dengan persentase 52.6%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel laki-laki. Ibu dari seluruh sampel laki-laki yang bekerja, paling banyak sebagai petani/nelayan sebanyak 18.2%. Seluruh sampel laki-laki memiliki status ekonomi yang paling tinggi pada kuintil satu (25.7%) dan kuintil dua (22.1%), sedangkan sampel yang termasuk dalam kuintil lima hanya sebesar 14.3%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel laki-laki. Semakin rendah tingkat kuintil, maka semakin rendah pendapatan keluarga per kapita.

2 30 Tabel 7 Sebaran sampel laki-laki menurut karakteristik sosial ekonomi dan kelompok usia Karakteristik tahun tahun tahun Total n (%) n (%) n (%) n (%) Daerah tempat tinggal 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) (100.0) Perkotaan 3275 (48.2) 3279 (50.6) 3805 (52.6) (50.5) Perdesaan 3522 (51.8) 3203 (49.4) 3425 (47.4) (49.5) Pendidikan 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) (100.0) Tidak pernah sekolah 4838(71.2) 1017 (15.7) 501 (6.9) 6356 (31.0) Tamat SD/MI 1935 (28.5) 3754 (57.9) 1444 (20.0) 7133 (34.8) Tamat SMP/MTS 24 (0.4) 1694 (26.1) 3367 (46.6) 5085 (24.8) Lainnya 0 (0.0) 17 (0.3) 1918 (26.5) 1935 (9.4) Pekerjaan ayah 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) (100.0) Tidak bekerja 660 (9.7) 674 (10.4) 787 (10.9) 2121 (10.3) TNI/Polri/PNS/Pegawai 713 (10.5) 683 (10.5) 772 (10.7) 2168 (10.6) Wiraswasta/layan 1983 (29.2) 1838 (28.4) 2047 (28.3) 5868 (28.6) jasa/dagang Petani/Nelayan 2168 (31.9) 2024 (31.2) 2280 (31.5) 6472 (31.6) Buruh 1072 (15.8) 1046 (16.1) 1107 (15.3) 3225 (15.7) Lainnya 201 (3.0) 217 (3.3) 237 (3.3) 655 (3.2) Pekerjaan ibu 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) (100.0) Tidak bekerja 3519 (51.8) 3431 (52.9) 3839 (53.1) (52.6) TNI/Polri/PNS/Pegawai 349 (5.1) 321 (5.0) 356 (4.9) 1026 (5.0) Wiraswasta/layan 792 (11.7) 746 (11.5) 888 (12.3) 2426 (11.8) jasa/dagang Petani/Nelayan 1286 (18.9) 1139 (17.6) 1306 (18.1) 3731 (18.2) Buruh 328 (4.8) 321 (5.0) 323 (4.5) 972 (4.7) Lainnya 523 (7.7) 524 (8.1) 518 (7.2) 1565 (7.6) Status Ekonomi 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) (100.0) Kuintil (26.6) 1746 (26.9) 1719 (23.8) 5274 (25.7) Kuintil (22.9) 1448 (22.3) 1520 (21.0) 4524 (22.1) Kuintil (19.7) 1303 (20.1) 1408 (19.5) 4051 (19.8) Kuintil (17.5) 1129 (17.4) 1410 (19.5) 3727 (18.2) Kuintil (13.3) 856 (13.2) 1173 (16.2) 2933 (14.3) Daerah tempat tinggal dapat menentukan kemudahan akses terhadap asupan pangan. Sampel perempuan yang tinggal di perkotaan sebanyak 51.1%, jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan yang tinggal di perdesaan (48.9%). Keadaan ini juga terjadi pada sampel perempuan berusia tahun dan tahun, sedangkan sampel perempuan berusia tahun lebih banyak yang tinggal di perdesaan (51.4%) dibandingkan perkotaan (48.6%) (Tabel 8). Berdasarkan karakteristik pendidikan, sebagian besar sampel perempuan yang berusia tahun tergolong tidak pernah sekolah dengan persentase 67.3%. Pada kelompok tidak pernah sekolah juga termasuk sampel yang belum tamat SD/MI. Sampel perempuan berusia tahun sebagian besar tamat SD/MI (57.1%), sedangkan sampel perempuan berusia tahun paling banyak memiliki pendidikan tamat SMP/MTS (47.2%).

3 31 Pekerjaan ayah dari seluruh sampel perempuan sebagai petani/nelayan (30.4%) dan wiraswasta/layan dagang/jasa (29.2%) memiliki persentase paling tinggi. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel perempuan. Sebagian besar ibu dari seluruh sampel perempuan tidak memiliki pekerjaan dengan persentase 54.0%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel perempuan. Persentase paling tinggi untuk ibu yang bekerja adalah sebagai petani/nelayan dengan persentase sebesar 17.0%. Status ekonomi menunjukkan bahwa seluruh sampel perempuan memiliki status ekonomi yang paling tinggi pada kuintil satu (25.0%) dan kuintil dua (22.3%), sedangkan sampel yang termasuk dalam kuintil lima hanya sebesar 15.1%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel perempuan. Semakin rendah tingkat kuintil, maka semakin rendah pendapatan keluarga per kapita setiap bulannya. Tabel 8 Sebaran sampel perempuan menurut karakteristik sosial ekonomi dan kelompok usia Karakteristik tahun tahun tahun Total n (%) n (%) n (%) n (%) Daerah tempat tinggal 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) (100.0) Perkotaan 2985 (48.6) 3000 (50.1) 3676 (54.4) 9661 (51.1) Perdesaan 3159 (51.4) 2990 (49.9) 3081 (45.6) 9230 (48.9) Pendidikan 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) (100.0) Tidak pernah sekolah 4135 (67.3) 745 (12.4) 397 (5.9) 5277 (27.9) Tamat SD/MI 1986 (32.3) 3423 (57.1) 1196 (17.7) 6605 (35.0) Tamat SMP/MTS 23 (0.4) 1807 (30.2) 3187 (47.2) 5017 (26.6) Lainnya 0 (0.0) 15 (0.3) 1977 (29.3) 1992 (10.5) Pekerjaan ayah 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) (100.0) Tidak bekerja 637 (10.4) 636 (10.6) 835 (12.4) 2108 (11.2) TNI/Polri/PNS/Pegawai 600 (9.8) 608 (10.2) 775 (11.5) 1983 (10.5) Wiraswasta/layan 1800 (29.3) 1778 (29.7) 1932 (28.6) 5510 (29.2) jasa/dagang Petani/Nelayan 1931 (31.4) 1840 (30.7) 1974 (29.2) 5745 (30.4) Buruh 942 (15.3) 892 (14.9) 974 (14.4) 2808 (14.9) Lainnya 234 (3.8) 236 (3.9) 267 (4.0) 737 (3.9) Pekerjaan ibu 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) (100.0) Tidak bekerja 3238 (52.7) 3168 (52.9) 3798 (56.2) (54.0) TNI/Polri/PNS/Pegawai 292 (4.8) 318 (5.3) 341 (5.0) 951 (5.0) Wiraswasta/layan 7757 (12.3) 683 (11.4) 797 (11.8) 2237 (11.8) jasa/dagang Petani/Nelayan 1104 (18.0) 1063 (17.7) 1043 (15.4) 3210 (17.0) Buruh 283 (4.6) 278 (4.6) 308 (4.6) 869 (4.6) Lainnya 470 (7.6) 480 (8.0) 470 (7.0) 1420 (7.5) Status Ekonomi 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) (100.0) Kuintil (26.9) 1548 (25.8) 1534 (22.7) 4732 (25.0) Kuintil (23.1) 1361 (22.7) 1424 (21.1) 4204 (22.3) Kuintil (19.5) 1181 (19.7) 1344 (19.9) 3722 (19.7) Kuintil (16.4) 1060 (17.7) 1313 (19.4) 3380 (17.9) Kuintil (14.2) 840 (14.0) 1142 (16.9) 2853 (15.1)

4 32 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan yang ditentukan oleh asupan pangan dan penggunaan zat-zat gizi. Pengelompokkan status gizi remaja didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Seluruh sampel laki-laki dan perempuan sebagian besar memiliki status gizi normal dengan persentase masing-masing 70.8% dan 77.6% (Tabel 9) dengan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) 18.7±3.5 kg/m 2 dan 19.1±3.5 kg/m 2. Secara keseluruhan status gizi sampel tergolong normal (74.1%) dengan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) 18.9±3.5 kg/m 2. Berdasarkan kelompok usia, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian besar memiliki status gizi yang tergolong normal. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap status gizi menurut jenis kelamin dan kelompok usia (p<0.01). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Tabel 9 Sebaran sampel menurut status gizi, jenis kelamin dan kelompok usia Karakteristik tahun tahun tahun Total n (%) n (%) n (%) n (%) Laki-laki 17.4± ± ± ±3.5 a Kurus 1096 (16.1) 1004 (15.5) 1239 (17.1) 3339 (16.3) Normal 4214 (62.0) 4703 (72.6) 5605 (77.5) (70.8) Gemuk 1487 (21.9) 775 (12.0) 386 (5.3) 2648 (12.9) Total 6797 (100.0) 6482 (100.0) 7230 (100.0) (100.0) Perempuan 17.5± ± ± ±3.5 b Kurus 805 (13.1) 625 (10.4) 615 (9.1) 2045 (10.8) Normal 4230 (68.8) 4763 (79.5) 5663 (83.8) (77.6) Gemuk 1109 (18.1) 602 (10.1) 479 (7.1) 2190 (11.6) Total 6144 (100.0) 5990 (100.0) 6757 (100.0) (100.0) Laki-laki dan perempuan 17.4±3.6 a 19.0±3.3 b 20.2±3.1 c 18.9±3.5 Kurus 1901 (14.7) 1629 (13.1) 1854 (13.3) 5384 (13.7) Normal 8444 (65.2) 9466 (75.9) (80.6) (74.1) Gemuk 2596 (20.1) 1377 (11.0) 865 (6.2) 4838 (12.3) Total (100.0) (100.0) (100.0) (100.0) Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki status gizi normal pada setiap jenis kelamin dan kelompok umur, sesuai dengan hasil laporan Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa sebagian besar sampel tergolong status gizi normal pada sampel yang berusia 6-12 tahun, tahun, tahun, dan 19 tahun dengan persentase masing-masing 78.6%, 87.4%, 89.7% dan 70.0% (Balitbangkes 2010). Persentase yang paling tinggi pada sampel yang berstatus gizi gemuk adalah pada sampel laki-laki (21.9%) dan perempuan (18.1%) yang berusia tahun dengan rata-rata berat badan masing-masing 40.1±10.8 kg dan

5 ±10.1 kg, serta rata-rata tinggi badan masing-masing 132.2±16.9 cm dan 133.7±15.9 cm (Lampiran 6). Menurut Bredbenner et al. (2009), proporsi jaringan lemak bebas tertinggi yaitu pada masa bayi dan anak yang mulai tumbuh. Ketika anak laki-laki maupun perempuan mulai memasuki masa remaja perubahan proporsi jaringan lemak bebas pun dimulai. Selain itu menurut Supariasa et al. (2001), terjadinya peningkatan tinggi dan berat badan pada masa remaja mengakibatkan adanya perubahan pada komposisi tubuh. Laki-laki menghasilkan hormon testosteron yang mendorong terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan berat, serta membangun sel darah merah yang lebih banyak dibanding perempuan. Kadar lemak tubuh pada perempuan terus meningkat di masa remaja namun menurun pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar hormon estrogen yang menstimulasi penumpukan lemak subkutan (lemak bawah kulit) pada perempuan (Bredbenner et al. 2009). Persentase sampel yang berstatus gizi gemuk pada sampel berusia tahun lebih tinggi pada sampel perempuan (7.1%) dibandingkan dengan sampel laki-laki (5.3%) dengan rata-rata berat badan masing-masing 72.7±13.8 kg dan 63.5±10.7 kg, serta rata-rata tinggi badan masing-masing 161.4±12.8 cm dan 150.8±10.0 cm (Lampiran 6). Hal ini diduga karena pada akhir masa remaja, kandungan lemak pada perempuan adalah dua kali lebih banyak dibanding laki-laki (Bredbenner et al. 2009). Asupan Air Menurut Sumber Air dari minuman Air dalam tubuh manusia berasal dari minuman, makanan, dan hasil metabolisme. Sebagian besar asupan air pada manusia berasal dari minuman (Santoso et al. 2011). Pada penelitian ini, air dari minuman dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu air putih dan selain air putih. Sampel yang berusia tahun mengonsumsi air putih sebanyak 764.8±421.0 ml, sampel berusia tahun sebanyak 801.7±466.1 ml, dan sampel berusia tahun sebanyak 828.9±507.1 ml. Sampel laki-laki mengonsumsi air putih sebanyak 812.9±482.4 ml yang lebih banyak dibandingkan dengan sampel perempuan 785.0±451.3 ml (Tabel 10). Air dari minuman selain air putih yang paling banyak dikonsumsi sampel adalah teh. Rata-rata asupan teh pada sampel laki-laki adalah sebesar 72.8±146.0 ml dan pada sampel perempuan adalah sebesar 71.5±136.1 ml.

6 34 Minuman kopi banyak dikonsumsi oleh sampel laki-laki berusia tahun dengan rata-rata sebesar 39.5±119.8 ml. Susu kental manis, sirup dan susu banyak dikonsumsi oleh sampel berusia tahun baik pada sampel laki-laki maupun perempuan. Asupan jus, minuman berkarbonasi dan lainnya (seperti es dawet, jamu, es cincau, dan lainnya) paling sedikit dikonsumsi oleh sampel jika dibandingkan dengan jenis minuman lainnya. Tabel 10 Rata-rata asupan air dari minuman pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari) Asupan Air Minuman tahun tahun tahun Total Laki-laki Air putih ± ± ± ± Selain air putih 1. Teh 65.0 ± ± ± ± Kopi 6.8 ± ± ± ± Susu kental manis 12.1 ± ± ± ± Sirup 12.6 ± ± ± ± Susu 15.8 ± ± ± ± Jus 5.9 ± ± ± ± Minuman berkarbonasi 3.3 ± ± ± ± Lainnya 11.3 ± ± ± ± 51.2 Total ± ± ± ± Perempuan Air putih ± ± ± ± Selain air putih 1. Teh 66.7 ± ± ± ± Kopi 3.0 ± ± ± ± Susu kental manis 10.6 ± ± ± ± Sirup 15.1 ± ± ± ± Susu 15.5 ± ± ± ± Jus 6.6 ± ± ± ± Minuman berkarbonasi 2.6 ± ± ± ± Lainnya 9.9 ± ± ± ± 55.8 Total ± ± ± ± Laki-laki dan Perempuan Air putih ± ± ± ± Selain air putih 1. Teh 65.8 ± ± ± ± Kopi 5.0 ± ± ± ± Susu kental manis 11.4 ± ± ± ± Sirup 13.8 ± ± ± ± Susu 15.7 ± ± ± ± Jus 6.2 ± ± ± ± Minuman berkarbonasi 2.9 ± ± ± ± Lainnya 10.6 ± ± ± ± 53.5 Total ± ± ± ± Rata-rata total asupan air dari minuman pada sampel berusia tahun adalah 896.3±431.3 ml, usia tahun adalah 933.1±474.3 ml, dan usia tahun adalah 968.9±513.4 ml. Rata-rata total asupan air dari minuman pada seluruh sampel laki-laki adalah sebesar 953.3±491.0 ml dan pada seluruh sampel perempuan adalah sebesar 912.4±458.7 ml (Tabel 10).

7 35 Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan survei yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Selain itu penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) di Indonesia menunjukkan bahwa 63.4% remaja lebih menyukai air putih sebagai minuman utama setiap harinya (Hardinsyah et al dalam Santoso et al. 2011). Rata-rata sampel dengan usia yang lebih tua memiliki asupan air putih yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya. Penelitian yang dilakukan oleh Kant dan Graubard (2010) menunjukkan hasil bahwa asupan air putih semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fulgoni (2007) menunjukkan bahwa pada remaja semakin bertambahnya usia, asupan air putih semakin banyak. Pada penelitian ini, asupan air dari minuman selain air putih yang paling banyak dikonsumsi adalah teh, baik menurut jenis kelamin, maupun kelompok usia (Lampiran 7). Hasil survei di Singapura menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih (AFIC 1998). Air dari makanan Selain berasal dari minuman, total asupan air juga berasal dari makanan. Air dari makanan yang paling banyak dikonsumsi sampel berasal dari golongan serealia, umbi, dan olahannya dengan jumlah sebanyak 277.8±122.2 ml. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya pada sampel lakilaki adalah sebesar 291.5±123.0 ml dan pada sampel perempuan adalah sebesar 262.9±119.6 ml. Asupan air dari golongan sayuran dan olahannya merupakan terbanyak kedua yang dikonsumsi oleh sampel. Rata-rata asupan air dari sayuran dan olahannya pada seluruh sampel adalah 78.2±92.2 ml, pada sampel laki-laki sebanyak 78.3±93.9 ml dan pada sampel perempuan sebanyak 78.0±90.3 ml. Rata-rata total asupan air dari makanan pada sampel berusia tahun adalah ±183.0 ml, usia tahun adalah 473.8±185.4 ml, dan usia tahun adalah 495.3±190.8 ml. Rata-rata total asupan air dari makanan pada seluruh sampel laki-laki adalah sebesar 486.2±190.5 ml dan pada seluruh sampel perempuan adalah sebesar 458.3±183.3 ml (Tabel 10).

8 36 Tabel 11 Rata-rata asupan air dari makanan pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia Laki-laki Asupan Air Makanan tahun tahun tahun 1. Serealia, umbi dan olahannya ± ± ± ± Kacang-kacangan, biji-bijian, dan 26.6 ± ± ± ± 62.4 olahannya 3. Daging dan olahannya 6.7 ± ± ± ± Telur dan olahannya 14.1 ± ± ± ± Ikan, hasil perikanan dan 25.6 ± ± ± ± 42.3 olahannya 6. Sayuran dan olahannya 70.7 ± ± ± ± Buah-buahan 9.9 ± ± ± ± Olahan susu 0.0 ± ± ± ± Lemak dan minyak 0.0 ± ± ± ± Serba-serbi 2.9 ± ± ± ± Makanan jajanan 25.2 ± ± ± ± 64.5 Total ± ± ± ± Perempuan 1. Serealia, umbi dan olahannya ± ± ± ± Kacang-kacangan, biji-bijian, dan 24.9 ± ± ± ± 57.3 olahannya 3. Daging dan olahannya 6.3 ± ± ± ± Telur dan olahannya 13.7 ± ± ± ± Ikan, hasil perikanan dan 25.6 ± ± ± ± 41.8 olahannya 6. Sayuran dan olahannya 72.5 ± ± ± ± Buah-buahan 10.1 ± ± ± ± Olahan susu 0.0 ± ± ± ± Lemak dan minyak 0.0 ± ± ± ± Serba-serbi 2.7 ± ± ± ± Makanan jajanan 27.3 ± ± ± ± 69.3 Total ± ± ± ± Laki-laki dan Perempuan 1. Serealia, umbi dan olahannya ± ± ± ± Kacang-kacangan, biji-bijian, dan 25.8 ± ± ± ± 60.0 olahannya 3. Daging dan olahannya 6.5 ± ± ± ± Telur dan olahannya 13.9 ± ± ± ± Ikan, hasil perikanan dan 25.6 ± ± ± ± 42.1 olahannya 6. Sayuran dan olahannya 71.6 ± ± ± ± Buah-buahan 10.0 ± ± ± ± Olahan susu 0.0 ± ± ± ± Lemak dan minyak 0.0 ± ± ± ± Serba-serbi 2.8 ± ± ± ± Makanan jajanan 26.2 ± ± ± ± 66.9 Total ± ± ± ± Total Jumlah air dari makanan dipengaruhi oleh jenis asupan makanan sampel. Bila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering (Santoso et al. 2011). Asupan air dari makanan paling banyak berasal dari golongan serealia, umbi, dan olahannya. Menurut Hardinsyah et al. (2010) dalam Santoso et al. 2011, sebagian besar sumber air dari makanan adalah makanan pokok (46%)

9 37 serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya. Air metabolik Total asupan air juga berasal dari air hasil metabolisme (air metabolik). Air metabolik berasal dari hasil oksidasi substrat zat gizi makro, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Rata-rata asupan air metabolik seluruh sampel sebanyak 161.7±64.2 ml, dengan rata-rata asupan pada sampel laki-laki sebanyak 165.6±65.2 ml dan sampel perempuan sebanyak 157.5±62.8 ml. Rata-rata asupan air metabolik pada sampel berusia tahun adalah 157.4±63.5 ml, usia tahun sebanyak 162.1±65.3 ml, dan usia tahun sebanyak 165.4±63.6 ml (Tabel 12). Tabel 12 Rata-rata asupan air metabolik pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml) Air Metabolik tahun tahun tahun Total Laki-laki ± ± ± ± 65.2 Perempuan ± ± ± ± 62.8 Total ± ± ± ± 64.2 Asupan air metabolik pada penelitian ini belum sesuai dengan anjuran yang ada. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air hasil metabolisme (air yang dibentuk jika gula, lemak dan protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi) sekitar 350 ml. Menurut Verdu dan Navarrete (2009) menyatakan bahwa air yang berasal dari proses metabolisme adalah sebanyak 300 ml. Kurangnya asupan air diduga disebabkan oleh kurangnya asupan pangan yang mengandung karbohidrat dan lemak (Tabel 17). Total Asupan Air Total asupan air berasal dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme (air metabolik). Rata-rata total asupan air sampel adalah sebanyak 1568±564 ml dengan rata-rata asupan pada sampel laki-laki adalah sebanyak 1605±581 ml dan pada sampel perempuan sebanyak 1528±542 ml. Berdasarkan kelompok usia, rata-rata total asupan air pada sampel berusia tahun sebanyak 1501±519 ml, usia tahun sebanyak 1569±562 ml, dan usia tahun sebanyak 1630±597 ml.

10 38 Tabel 13 Rata-rata asupan air pada remaja menurut sumber, jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Asupan Air tahun tahun tahun Total Laki-laki Air dari makanan ± ± ± ± (31.0 ± 10.3) (31.8 ± 10.2) (32.0 ± 10.7) (31.6 ± 10.4) Air metabolik ± ± ± ± 65.2 (11.0 ± 3.8) (10.8 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.8 ± 3.7) Air dari minuman ± ± ± ± (58.1 ± 12.6) (57.4 ± 12.7) (57.3 ± 13.3) (57.6 ± 12.9) Total 1518 ± ± ± ± 581 a Perempuan Air dari makanan ± ± ± ± (30.8 ±10.3) (31.0 ± 10.3) (31.7 ± 10.6) (31.2 ± 10.4) Air metabolik ± ± ± ± 62.8 (10.9 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.8 ± 3.7) Air dari minuman ± ± ± ± (58.3 ± 12.5) (58.3 ± 12.7) (57.6 ± 13.1) (58.0 ± 12.8) Total 1483 ± ± ± ± 542 b Laki-laki dan Perempuan Air dari makanan ± ± ± ± (30.9 ± 10.3) (31.4 ± 10.3) (31.9 ± 10.6) (31.4 ± 10.4) Air metabolik ± ± ± ± 64.2 (10.9 ± 3.8) (10.8 ± 3.7) (10.7 ± 3.7) (10.8 ± 3.7) Air dari minuman ± ± ± ± (58.2 ± 12.6) (57.8 ± 12.7) (57.4 ± 13.2) (57.8 ± 12.8) Total 1501 ± 519 a 1569 ± 562 b 1630 ± 597 c 1568 ± 564 Keterangan : Tanda a, b, c pada tabel hasil menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan menurut kelompok usia, sedangkan tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan menurut jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian ini, rata-rata total asupan air pada sampel laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan sampel perempuan (p<0.01) (Gambar 4). Menurut AFIC (2000) pria memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan wanita karena pria memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari wanita. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Hal tersebut juga dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh pria biasanya lebih banyak daripada wanita sehingga dibutuhkan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan yang keluar akibat aktivitas tersebut. Ratarata sampel dengan usia yang lebih tua memiliki asupan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya (p<0.01) (Gambar 4). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

11 39 Jumlah air (ml) y = 24,964x R² = 0,9342 y = 14,518x + 877,68 R² = 0,9427 y = 8,8436x + 440,12 R² = 0,9059 y = 1,5867x + 157,37 R² = 0,8074 y = 0,6921x + 153,85 R² = 0, Usia (Tahun) y = 12,988x ,3 R² = 0,9544 y = 7,0903x + 875,25 R² = 0,8638 y = 5,1606x + 431,39 R² = 0,8904 Air metabolik (Lk) Air dari makanan (Lk) Air dari minuman (Lk) Total asupan air (Lk) Air metabolik (Pr) Air dari makanan (Pr) Air dari minuman (Pr) Total asupan air (Pr) Ket : Lk = Laki-laki Pr = Perempuan Gambar 4 Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada remaja menurut usia dan jenis kelamin Persentase kontribusi air dari minuman, makanan dan air metabolik pada seluruh sampel, baik laki-laki dan perempuan dengan tiga kelompok usia, memiliki persentase yang hampir sama. Persentase kontribusi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air pada seluruh sampel masingmasing sebesar 31.4±10.4% dan 10.8±3.7%, sedangkan persentase air dari minuman terhadap total asupan air adalah sebesar 57.8±12.8%. Persentase kontribusi air dari makanan, air metabolik dan air dari minuman terhadap total asupan air masing-masing sebesar 31.6±10.4%, 10.8±3.7%, dan 57.6±12.9% pada sampel laki-laki, sedangkan pada sampel perempuan masing-masing sebesar 31.2±10.4%, 10.8±3.7%, dan 58.0±12.8% (Tabel 13). Berdasarkan Institute of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lain-lain. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan air dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 73.5% pada sampel remaja, sedangkan rata-rata asupan air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.5%. Menurut Santoso et al. (2011), secara umum dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi air dari minuman yaitu 65% dan air dari makanan dan air metabolik sebesar 35%.

12 40 Kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh food recall 1x24 jam yang dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas 2010, hanya fokus kepada makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Recall terhadap asupan air putih dan air dari minuman lainnya tidak dilakukan wawancara secara detail dan mendalam. Estimasi Total Asupan Air Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel jika data yang diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Asupan air sampel berdasarkan data Riskesdas 2010 cenderung underestimate, sehingga untuk mengoreksi kekurangan asupan air tersebut dilakukan estimasi total asupan air. Estimasi total asupan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%. Persentase ini diambil berdasarkan penelitian Fauji (2011) dan Institute of Medicine (2005) dalam Santoso et al. (2011). Penelitian Fauji (2011) dilakukan pada 1200 sampel yang tinggal di daerah perkotaan, hanya dilakukan pada enam lokasi penelitian di Indonesia, serta sebagian besar asupan air dari makanan berasal dari nasi dan sayuran berkuah, sehingga air metaboliknya cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan acuan Santoso et al. (2011). Penelitian Fauji tidak mencakup daerah perdesaan dan hanya dilakukan pada sebagian kecil wilayah di Indonesia, sehingga persentase kontribusi asupan airnya tidak dapat diimplikasikan untuk data nasional seperti data Riskesdas Persentase kontribusi asupan air menurut Institute of Medicine (2005) dalam Santoso et al. (2011) didasarkan pada penelitian yang dilakukan di Amerika dengan pola konsumsi lebih banyak mengonsumsi makanan sumber lemak, sehingga menghasilkan air metabolik yang relatif tinggi. Kontribusi asupan air makanan dan metabolik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Fauji yang dilakukan di Indonesia. Persentase kontribusi asupan air acuan Santoso et al. (2011) juga tidak dapat digunakan pada penelitian ini, karena tidak sesuai dengan pola konsumsi orang Indonesia.

13 41 Berdasarkan Tabel 14, total estimasi asupan air pada seluruh sampel adalah sebanyak 2115±779 ml dengan air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi sebanyak ±545.2 ml. Total estimasi asupan air pada sampel laki-laki adalah sebanyak 2173±792 ml dengan air dari minuman sebanyak ±554.6 ml. Total estimasi asupan air pada sampel perempuan adalah sebanyak 2052±759 ml dengan air dari minuman sebanyak ±531.3 ml. Rata-rata estimasi asupan air lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata asupan air sampel dari data Riskesdas Tabel 14 Rata-rata estimasi asupan air pada remaja berdasarkan pendekatan asupan makanan pada data Riskesdas 2010 menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari) Asupan air tahun tahun tahun Total Laki-laki 1. Air dari makanan ± ± ± ± dan metabolik 2. Estimasi air dari ± ± ± ± minuman 3. Estimasi total 2044 ± ± ± ± 792 asupan air 4. Total asupan air 1518 ± ± ± ± 581 Riskesdas 2010 Perempuan 1. Air dari makanan ± ± ± ± dan metabolik 2. Estimasi air dari ± ± ± ± minuman 3. Estimasi total 1986 ± ± ± ± 759 asupan air 4. Total asupan air Riskesdas ± ± ± ± 542 Laki-laki dan Perempuan 1. Air dari makanan ± ± ± ± dan metabolik 2. Estimasi air dari ± ± ± ± minuman 3. Estimasi total 2017 ± ± ± ± 779 asupan air 4. Total asupan air Riskesdas ± ± ± ± 564 Kebutuhan Air dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Rata-rata kebutuhan air pada seluruh sampel adalah 2745±673 ml, sedangkan pada sampel laki-laki sebanyak 3035±727 ml dan sampel perempuan sebanyak 2430±432 ml. Berdasarkan kelompok usia, rata-rata kebutuhan air pada sampel berusia tahun sebanyak 2477±537 ml, usia tahun sebanyak 2822±646 ml, dan usia tahun sebanyak 2925±729 ml.

14 42 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air pada seluruh sampel adalah sebesar 59.9±24.9%, sedangkan pada sampel laki-laki sebesar 55.6±23.6% dan pada sampel perempuan sebesar 64.7±25.4%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air yang berasal dari estimasi asupan air pada seluruh sampel adalah sebesar 80.9±34.8%, sedangkan pada sampel laki-laki sebesar 75.3±32.7% dan pada sampel perempuan sebesar 87.0±36.0% (Tabel 15). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air pada seluruh sampel menurut kelompok usia adalah 62.9±24.6% untuk usia tahun, 58.1±24.2% untuk usia tahun, dan 58.8±25.6% untuk usia tahun. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air dari estimasi asupan air menurut kelompok usia adalah 84.7±35.8% untuk usia tahun, 78.6±33.6% untuk usia tahun, dan 79.6±34.7% untuk usia tahun (Tabel 15). Tabel 15 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) tahun tahun tahun Total Laki-laki Asupan air (Riskesdas) 1518 ± ± ± ± 581 Asupan air (Estimasi) 2044 ± ± ± ± 792 Kebutuhan 2631 ± ± ± ± 727 a Tingkat pemenuhan (60.3 ± 24.5) (54.3 ± 23.7) (52.3 ± 22.1) (55.6 ± 23.6) a kebutuhan air (Riskesdas) Tingkat pemenuhan (81.2 ± 35.4) (73.9 ± 31.5) (71.0 ± 30.1) (75.3 ± 32.7) kebutuhan air (Estimasi) Perempuan Asupan air (Riskesdas) 1483 ± ± ± ± 542 Asupan air (Estimasi) 1986 ± ± ± ± 759 Kebutuhan 2306 ± ± ± ± 432 b Tingkat pemenuhan (65.9 ± 24.5) (62.3 ± 24.0) (65.8 ± 27.2) (64.7 ± 25.4) b kebutuhan air (Riskesdas) Tingkat pemenuhan (88.5 ± 35.8) (83.6 ± 35.1) (88.8 ± 36.8) (87.0 ± 36.0) kebutuhan air (Estimasi) Laki-laki dan Perempuan Asupan air (Riskesdas) 1501 ± ± ± ± 564 Asupan air (Estimasi) 2017 ± ± ± ± 779 Kebutuhan 2477 ± 537 a 2822 ± 646 b 2925 ± 729 c 2745 ± 673 Tingkat pemenuhan (62.9 ± 24.6) a (58.1 ± 24.2) b (58.8 ± 25.6) c (59.9 ± 24.9) kebutuhan air (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan air (Estimasi) (84.7 ± 35.8) (78.6 ± 33.6) (79.6 ± 34.7) (80.9 ± 34.8) Keterangan : Tanda a, b, c pada tabel hasil menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan menurut kelompok usia, sedangkan tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan menurut jenis kelamin. Berdasarkan studi yang dilakukan Asian Food Information Centre (2000), seorang pria memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan wanita karena pria memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari

15 43 wanita. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Hal tersebut juga dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh pria biasanya lebih banyak daripada wanita sehingga dibutuhkan asupan air yang lebih banyak untuk menggantikan air yang keluar akibat aktivitas tersebut. Asian Food Information Centre (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat, karena tubuh banyak kehilangan cairan, sehingga diperlukan penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan tubuh. Kebutuhan air sampel laki-laki pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan (p<0.01). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kebutuhan air antar kelompok usia (p<0.01). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan air lebih tinggi pada sampel perempuan dibandingkan dengan sampel laki-laki. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pemenuhan kebutuhan air antar jenis kelamin (p<0.01) dan kelompok usia (p<0.05). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh AFIC (1998) menunjukkan bahwa 72% orang Singapura tidak minum karena tidak merasa haus. Alasan utama orang Indonesia tidak minum air dengan cukup adalah kurang mengerti pentingnya asupan air yang cukup bagi kesehatan tubuh, serta sulitnya memperoleh akses air minum (Hardinsyah et al. 2010). Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Asupan zat gizi makro dan mineral diperoleh dari asupan pangan. Tabel 16 menunjukkan bahwa asupan zat gizi makro dan mineral pada sampel laki-laki yaitu untuk energi sebanyak 1306±511 Kal, protein 43.1±20.8 g, lemak 38.3±27.9 g, karbohidrat 195.4±82.4 g, air 1605±581 ml, kalsium 224.6±253.0 mg, fosfor 624.6±287.0 mg, dan besi 6.6±9.1 mg. Asupan zat gizi makro dan mineral pada sampel perempuan yaitu energi sebanyak 1243±493 Kal, protein 41.6±20.6 g, lemak 37.6±27.6 g, karbohidrat 182.9±79.4 g, air 1528±542 ml, kalsium 227.2±273.6 mg, fosfor 602.2±284.0 mg, dan besi 6.7±10.8 mg. Secara keseluruhan, asupan zat gizi makro dan mineral yaitu energi sebanyak 1275±503 Kal, protein 42.3±20.7 g, lemak 38.0±27.7 g, karbohidrat 189.4±81.2 g, air 1568±564 ml, kalsium 225.9±263.1 mg, fosfor 613.9±285.8 mg, dan besi 6.7±9.9 mg (Tabel 16).

16 44 Tabel 16 Rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Asupan zat gizi tahun tahun tahun Total Laki-laki Energi (Kal) 1257 ± ± ± ± 511 Protein (g) 40.8 ± ± ± ± 20.8 Lemak (g) 37.4 ± ± ± ± 27.9 Karbohidrat (g) ± ± ± ± 82.4 Air (ml) 1518 ± ± ± ± 581 Kalsium (mg) ± ± ± ± Fosfor (mg) ± ± ± ± Besi (mg) 6.1 ± ± ± ± 9.1 Perempuan Energi (Kal) 1222 ± ± ± ± 493 Protein (g) 40.1 ± ± ± ± 20.6 Lemak (g) 36.6 ± ± ± ± 27.6 Karbohidrat (g) ± ± ± ± 79.4 Air (ml) 1483 ± ± ± ± 542 Kalsium (mg) ± ± ± ± Fosfor (mg) ± ± ± ± Besi (mg) 6.5 ± ± ± ± 10.8 Laki-laki dan Perempuan Energi (Kal) 1241 ± ± ± ± 503 Protein (g) 40.5 ± ± ± ± 20.7 Lemak (g) 37.0 ± ± ± ± 27.7 Karbohidrat (g) ± ± ± ± 81.2 Air (ml) 1501 ± ± ± ± 564 Kalsium (mg) ± ± ± ± Fosfor (mg) ± ± ± ± Besi (mg) 6.3 ± ± ± ± 9.9 Secara keseluruhan asupan zat gizi makro dan mineral (Tabel 16) sampel dengan usia yang lebih tua lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya. Perubahan komposisi tubuh remaja membutuhkan asupan zat gizi makro dan mineral yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti kalsium dan fosfor yang baik untuk pertumbuhan tulang, serta besi yang berfungsi untuk perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh (The Dairy Council 2011). Selain itu, zat gizi makro dan mineral berperan penting dalam pertumbuhan remaja, seperti protein yang berfungsi untuk pembentukan otot pada laki-laki dan lemak yang berperan dalam pembentukan organ pubertas pada perempuan. Masa remaja juga terjadi peningkatan aktifitas fisik. Menurut Weiss et al. (2007) dalam Fauji (2011), peningkatan terbesar dalam tingkat aktivitas fisik terjadi selama masa remaja dan menurun pada dewasa. Peningkatan aktivitas fisik ini membutuhkan asupan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, dan protein) yang cukup agar dapat menyumbangkan energi untuk melakukan aktivitas.

17 45 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi sampel secara keseluruhan adalah 58.0±25.8%, protein 104.2±55.8%, lemak 69.4±53.2%, dan karbohidrat 49.5±24.6%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada sampel laki-laki adalah 55.6±25.3%, protein 104.2±55.8%, lemak 73.0±56.1%, dan karbohidrat 46.0±23.1%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada sampel perempuan adalah 60.5±26.1%, protein 104.2±55.8%, lemak 65.6±49.6%, dan karbohidrat 53.4±25.6% (Tabel 17). Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium, fosfor dan besi secara berturut-turut adalah 23.1±27.0%, 64.8±33.1% dan 39.6±60.6%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada sampel laki-laki sebesar 22.9±25.9%, fosfor 66.0±33.4%, dan besi 45.8±63.9%. Ratarata tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada sampel laki-laki sebesar 23.2±28.1%, fosfor 63.6±32.6%, dan besi 32.8±56.0% (Tabel 17). Tabel 17 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%) Kandungan zat gizi tahun tahun tahun Total Laki-laki Energi 61.3 ± ± ± ± 25.3 Protein ± ± ± ± 54.6 Lemak 81.1 ± ± ± ± 56.1 Karbohidrat 50.3 ± ± ± ± 23.1 Air 60.3 ± ± ± ± 23.6 Kalsium 21.7 ± ± ± ± 25.9 Fosfor 59.1 ± ± ± ± 33.4 Besi 47.3 ± ± ± ± 63.9 Perempuan Energi 62.5 ± ± ± ± 26.1 Protein ± ± ± ± 57.2 Lemak 67.0 ± ± ± ± 49.6 Karbohidrat 54.5 ± ± ± ± 25.6 Air 65.9 ± ± ± ± 25.4 Kalsium 22.2 ± ± ± ± 28.1 Fosfor 58.2 ± ± ± ± 32.6 Besi 46.6 ± ± ± ± 56.0 Laki-laki dan Perempuan Energi 61.9 ± ± ± ± 25.8 Protein ± ± ± ± 55.8 Lemak 74.4 ± ± ± ± 53.2 Karbohidrat 52.3 ± ± ± ± 24.6 Air 62.9 ± ± ± ± 24.9 Kalsium 21.9 ± ± ± ± 27.0 Fosfor 58.7 ± ± ± ± 33.1 Besi 47.0 ± ± ± ± 60.6 Berdasarkan Tabel 17 secara keseluruhan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan lemak tergolong defisit ringan (70-89% kebutuhan) begitu juga halnya pada sampel laki-laki, sedangkan pada sampel perempuan tergolong

18 46 defisit berat (<70% kebutuhan). Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan pangan sumber lemak, seperti pangan yang berasal dari daging dan unggas dan telur. Sampel paling banyak mengonsumsi ayam goreng (9.8%) dan telur dadar (11.6%) (Lampiran 8). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein tergolong normal (90-119% kebutuhan) untuk seluruh sampel. Hal ini sesuai dengan data Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein adalah 105.8% (Balitbangkes 2010). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat tergolong defisit berat (<70% kebutuhan) pada semua sampel. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar sampel mengonsumsi pangan sumber karbohidrat yang berasal dari golongan serealia, yaitu nasi putih (95.9%). Sampel paling banyak mengonsumsi pisang goreng (5.6%) sebagai pangan sumber buah-buahan, sedangkan buah segar yang paling banyak dikonsumsi sampel adalah jeruk (1.9%). Tidak terpenuhinya kebutuhan lemak dan karbohidrat, menyebabkan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi tergolong defisit berat (<70% kebutuhan) pada seluruh sampel. Kebutuhan zat gizi makro dan mineral sampel dapat dilihat pada Lampiran 9. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan mineral, yaitu kalsium, fosfor, dan besi, tergolong defisit (<77% kebutuhan). Hal ini diduga karena kurangnya asupan susu (4.7%) sebagai sumber utama kalsium. Selain susu, daging dan unggas juga sebagai pangan sumber kalsium yang juga sedikit dikonsumsi oleh sampel (9.8%). Pangan sumber fosfor adalah daging, ikan, unggas, dan serealia. Sumber fosfor yang berasal dari pangan hewani mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan pangan nabati (The Dairy Council 2011). Asupan ikan (17%), daging dan unggas (9.8%) sampel lebih rendah dibandingkan dengan asupan yang berasal dari golongan serealia (95.9%). Pangan sumber besi adalah daging, ikan, dan unggas (besi heme), serta kacang-kacangan dan sayur berwarna hijau (besi non-heme). Tingkat pemenuhan kebutuhan besi juga tergolong defisit. Asupan pangan sumber besi non-heme sampel diduga berasal dari ikan (17%), kacang-kacangan (28.8%) dan sayuran (8.2%). Pangan sumber besi non-heme memiliki bioavailabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan pangan sumber besi heme.

19 47 Asupan Vitamin Asupan zat gizi mikro selain mineral (kalsium, fosfor dan besi) juga terdapat asupan vitamin, yaitu vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, B6, folat, B12, dan vitamin C. Rata-rata asupan vitamin A sampel secara keseluruhan adalah 427.2±596.6 RE, tiamin 0.4±0.3 mg, riboflavin 0.5±0.4 mg, vitamin B6 0.8±0.5 mg, niasin 7.5±4.9 mg, folat 111.3±108.8 µg, vitamin B12 1.9±1.7 µg, dan vitamin C 22.6±40.1 mg (Tabel 18). Tabel 18 Rata-rata asupan vitamin per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia Asupan zat gizi tahun tahun tahun Total Laki-laki Vitamin A (RE) ± ± ± ± Tiamin (mg) 0.4 ± ± ± ± 0.3 Riboflavin (mg) 0.5 ± ± ± ± 0.4 Niasin (mg) 7.1 ± ± ± ± 5.0 Vitamin B6 (mg) 0.8 ± ± ± ± 0.5 Folat (µg) ± ± ± ± Vitamin B12 (µg) 1.8 ± ± ± ± 1.8 Vitamin C (mg) 21.0 ± ± ± ± 36.6 Perempuan Vitamin A (RE) ± ± ± ± Tiamin (mg) 0.4 ± ± ± ± 0.3 Riboflavin (mg) 0.5 ± ± ± ± 0.3 Niasin (mg) 6.9 ± ± ± ± 4.7 Vitamin B6 (mg) 0.8 ± ± ± ± 0.5 Folat (µg) ± ± ± ± Vitamin B12 (µg) 1.8 ± ± ± ± 1.7 Vitamin C (mg) 21.7 ± ± ± ± 43.6 Laki-laki dan perempuan Vitamin A (RE) ± ± ± ± Tiamin (mg) 0.4 ± ± ± ± 0.3 Riboflavin (mg) 0.5 ± ± ± ± 0.4 Niasin (mg) 7.0 ± ± ± ± 4.9 Vitamin B6 (mg) 0.8 ± ± ± ± 0.5 Folat (µg) ± ± ± ± Vitamin B12 (µg) 1.8 ± ± ± ± 1.7 Vitamin C (mg) 21.3 ± ± ± ± 40.1 Asupan vitamin pada sampel dengan usia yang lebih tua lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang lebih muda usianya (Tabel 18). Asupan vitamin tersebut sangat berguna untuk proses pertumbuhan selama masa remaja, karena sebagian besar vitamin tersebut berfungsi sebagai koenzim yang penting untuk metabolisme tubuh, seperti riboflavin dan niasin. Asupan tiamin yang cukup dapat mengoptimalkan metabolisme energi dari karbohidrat. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh dan vitamin B12 berfungsi sebagai pencegah anemia, terutama anemia perniciousa (WNPG 2004).

20 48 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Asupan zat gizi vitamin juga dibandingkan dengan kebutuhannya untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari sampel yang diteliti. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A pada sampel laki-laki adalah 72.0±101.3%, vitamin C 32.2±54.4%, tiamin 34.8±22.5%, dan riboflavin 44.2±31.7%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A pada sampel perempuan adalah 72.8±101.7%, vitamin C 37.0±68.0%, tiamin 36.2±22.9%, dan riboflavin 49.7±34.6%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan niasin pada sampel laki-laki sebesar 55.4±36.2%, vitamin B6 62.5±36.3%, vitamin B ±80.4%, dan folat 30.9±30.1%. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan niasin pada sampel perempuan sebesar 56.0±36.4%, vitamin B6 64.9±38.7%, vitamin B ±80.1%, dan folat 30.6±31.0% (Tabel 19). Tabel 19 Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada remaja menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%) Kandungan zat gizi tahun tahun tahun Total Laki-laki Vitamin A 68.7 ± ± ± ± Tiamin 35.8 ± ± ± ± 22.5 Riboflavin 50.0 ± ± ± ± 31.7 Niasin 59.1 ± ± ± ± 36.2 Vitamin B ± ± ± ± 36.3 Folat 35.5 ± ± ± ± 30.1 Vitamin B ± ± ± ± 80.4 Vitamin C 41.9 ± ± ± ± 54.4 Perempuan Vitamin A 70.8 ± ± ± ± Tiamin 35.7 ± ± ± ± 22.9 Riboflavin 50.0 ± ± ± ± 34.6 Niasin 57.6 ± ± ± ± 36.4 Vitamin B ± ± ± ± 38.7 Folat 36.1 ± ± ± ± 31.0 Vitamin B ± ± ± ± 80.1 Vitamin C 43.3 ± ± ± ± 68.0 Laki-laki dan perempuan Vitamin A 69.7 ± ± ± ± Tiamin 35.8 ± ± ± ± 22.7 Riboflavin 50.0 ± ± ± ± 33.2 Niasin 58.4 ± ± ± ± 36.3 Vitamin B ± ± ± ± 37.5 Folat 35.8 ± ± ± ± 30.5 Vitamin B ± ± ± ± 80.3 Vitamin C 42.6 ± ± ± ± 61.3 Berdasarkan Tabel 19 rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B12 tergolong normal ( 77% kebutuhan). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, dan vitamin C tergolong defisit (<77% kebutuhan). Kebutuhan vitamin dapat dilihat pada Lampiran 10. Pangan sumber vitamin tersebut sebagian besar adalah daging dan unggas yang sedikit

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air

TINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Lansia Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN 85 LAMPIRAN 1 LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Penelitian yang berjudul : Penilaian Asupan Kalsium Berdasarakan Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Olahraga, dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Lebih terperinci

Veni Hadju Nurpudji Astuti

Veni Hadju Nurpudji Astuti Veni Hadju Nurpudji Astuti Penelitian di Unhas; yang dilaksanakan di Pusat Studi Gizi dan Pangan, mahasiswa S3, S2, dan S1. Kendala waktu, pada umumnya yang bisa disampaikan adalah penelitian PSGP. Studi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia (hampir 2% dari berat total tubuh) dan kebanyakan bergabung dengan unsur fosfor menjadi kalsium

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan. BAB I PEN DAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pembangunan nasional adalah rendahnya kualitas SDM. Masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhapat pendidikan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kegemukan dan obesitas terus meningkat sangat tajam di seluruh dunia, dan mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah salah satu faktor kehidupan yang sangat penting untuk diperhatikan. Menurut data Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI pada 2002, konsumsi kalsium

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP Hasil Studi Biaya Pangan Kerjasama BAPPENAS & WFP Maret 2017 Struktur Presentasi Investasi di bidang gizi Peningkatan Nilai Untuk Uang 1 Pengantar Studi Biaya Pangan 2 Metode 3 Hasil dan Temuan 4 Pengalaman

Lebih terperinci

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan?

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? tingkat lanjutan pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? Pelajaran ini dirancang untuk jangka waktu 45-60 menit, tapi guru dapat menambah atau mengurangi bahasan

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci