VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL DAN SEKTORAL
|
|
- Widyawati Setiawan
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 236 VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA SECARA SPASIAL DAN SEKTORAL 6.1. Distribusi Spasial Produk Domestik Bruto dan Tingkat Ketimpangan Antar Wilayah Distribusi Spasial Produk Domestik Bruto Kesenjangan ekonomi adalah salah satu ciri yang juga merupakan permasalahan klasik bagi bangsa Indonesia. Indikator kesenjangan tersebut dapat dilihat mulai dari ketimpangan kontribusi output sektor ekonomi dan output total yang dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi-provinsi di Indonesia. Beberapa provinsi memiliki kontribusi output total yang relatif besar terhadap perekonomian nasional, sementara provinsi lainnya memiliki kontribusi yang relatif kecil. Demikian halnya dengan pertumbuhan ekonomi, provinsi tertentu memiliki pertumbuhan output total dan sektoral yang relatif cepat sementara provinsi lainnya memiliki laju pertumbuhan yang relatif lambat. Fenomena ketimpangan tersebut sudah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama di Indonesia. Ketimpangan yang terjadi tentu saja membawa implikasi terhadap keragaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Ketimpangan tersebut juga akan mempengaruhi daya tarik investasi dan penyerapan tenaga kerja. Percepatan pembangunan di provinsi yang mempunyai pertumbuhan relatif lebih lambat sangat diperlukan sehingga tidak terjadi perbedaan keragaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang semakin mendalam antar provinsi di Indonesia. Data pada Tabel 24 menggambarkan kondisi di atas. Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang didominasi oleh sebagian besar provinsi di pulau Jawa sangat dominan dalam menyumbang PDB nasional. Sedangkan provinsi lainnya yang
2 237 Tabel 24. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun (Milyar rupiah) No Provinsi * 2008** 1 N A D , Sumut , Sumbar , Riau , Jambi , Semsel , Kep. Babel , Bengkulu , Lampung , Sumatera , DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogya Jawa Timur Jawa Bali Jawa & Bali Kabar Kalteng Kal Selatan Kaltim Kalimantan Sulut Gorontalo Sulteng Sulsel Sul Tenggara Sulawesi N T B N T T Maluku Maluku Utara Papua Lainnya Kaw Barat Kaw Timur Jml 30 Prov INDONESIA Sumber: BPS, 2005 dan 2009a. Keterangan: * : Angka sementara **: Angka sangat sementara
3 238 terletak di Kawasan Timur Indonesia (KTI) memberikan kontribusi yang relatif lebih kecil terhadap PDB. Selama tahun , DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan empat provinsi penyumbang terbesar PDB nasional. Demikian pula sebaliknya dengan yang terjadi pada provinsi-provinsi di KTI. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan sumberdaya ekonomi serta konsentrasi kegiatan ekonomi masih terpusat di empat provinsi tersebut. Kondisi seperti ini tentu saja memberikan daya tarik tenaga kerja untuk datang ke daerah yang perekonomiannya lebih maju. Pertumbuhan migrasi tenaga kerja yang tidak diikuti dengan pertumbuhan investasi, terutama yang padat karya akan menimbulkan masalah bagi perekonomian KBI khususnya Pulau Jawa. Tabel 25. menunjukkan distribusi persentase PDRB provinsi-provinsi di Indonesia atas dasar harga konstan tahun Dari tabel tersebut terlihat bahwa kontribusi PDRB provinsi-provinsi di KBI dengan provinsi-provinsi di KTI relatif konstan. Rata-rata kontribusi provinsi-provinsi di KBI tahun 2002 hingga 2008 sebesar persen, sedangkan di KTI hanya sebesar persen. Provinsi dengan rata-rata kontribusi PDRB terbesar adalah DKI Jakarta dengan proporsi sebesar persen, diikuti oleh Jawa Timur dengan kontribusi sebesar persen. Sedangkan provinsi dengan rata-rata kontribusi PDRB terendah adalah Gorontalo dengan proporsi hanya sebesar 0.12 persen diikuti dengan Maluku Utara dengan proporsi sebesar 0.13 persen. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa proponsi-provinsi di KTI kurang memberikan peranan terhadap pendapatan nasional.
4 Tabel 25. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Berdasarkan Harga Konstan, Tahun (%) No PROVINSI * 2008** Rataan 1 N A Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sematera Selatan Kep. Babel Bengkulu Lampung Sumatera DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Jawa & Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi NTB NTT Maluku Maluku Utara Papua Lainnya Kawasan Barat Kawasan Timur Total Sumber: BPS, 2005 dan 2009a. 239
5 240 Daerah-daerah yang memiliki kontribusi perekonomian relatif kecil akan menjadi rendah daya saingnya dan iklim investasi menjadi tidak kondusif. Padahal kegiatan investasi di suatu daerah akan meningkatkan nilai tambah di daerah tersebut. Hal ini karena balas jasa terhadap faktor-faktor produksi, misalnya dalam bentuk sewa tanah, upah, bunga dan keuntungan akan meningkat karena adanya aktivitas penanaman modal. Selain itu, investasi akan membuka peluang kerja bagi penduduk di daerah sekitar penanaman modal. Secara langsung dan tidak langsung juga akan memberikan dampak multiplier terhadap pendapatan penduduk sekitar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Investasi juga akan membangun potensi-potensi baru di sektor industri. Jika melihat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), seperti yang ditampilkan pada Tabel 26, selama tahun 2002 hingga 2008, terdapat perbedaan yang cukup jauh antara provinsi-provinsi di KBI dengan provinsiprovinsi di KTI. Selama 2002 hingga 2008, rata-rata PDRB provinsi-provinsi di KBI adalah sebesar 5.22 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan PDRB provinsiprovinsi di KTI hanya sebesar 4.16 persen. Pertumbuhan PDRB tertinggi periode terjadi pada salah satu provinsi di KBI yaitu Provinsi Kep. Bangka Belitung, dimana rata-rata pertumbuhan yang terjadi sebesar 7.41 persen. Sedangkan yang terendah terjadi di salah satu provinsi di KTI, yaitu Provinsi Papua, sebesar 1.68 persen. Rendahnya pertumbuhan PRDB Provinsi Papua dipengaruhi oleh penurunan yang terjadi di tahun 2004 dan tahun Disamping itu, khusus untuk Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, akibat bencana gempa bumi yang menimbulkan tsunami telah menyebabkan penurunan PDRB yang sangat tajam pada tahun 2004 dan 2005 serta 2007 dan 2008.
6 Tabel 26. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia, Tahun (%) No Provinsi Rataan 1 N A Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumsel Kep. Babel Bengkulu Lampung Sumatera DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Bali Jawa & Bali Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Kalimantan Sulawesi Utara Gorontalo Sulteng Sulsel Sultra Sulawesi N T Barat N T Timur Maluku Maluku Utara Papua Lainnya KBI KTI INDONESIA Sumber: BPS, 2009a. 241
7 242 Apabila dibandingkan pertumbuhan PDRB antar pulau, maka tampak bahwa provinsi-provinsi yang terdapat di Pulau Sulawesi memiliki pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi, yaitu 6.16 persen. Sementara Jawa secara keseluruhan memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 5.42 persen dan pertumbuhan PDRB Jawa+Bali ratarata 5.41 persen. Pemaparan pada Tabel 26 tersebut sekali lagi membuktikan terdapat ketimpangan atau kesenjangan pendapatan antata provinsi-provinsi yang terletak di KBI dan provinsi-provinsi yang terletak di KTI. Kontribusi PDRB provinsi-provinsi di KTI terhadap PDB nasional yang relatif konstan selama tahun menunjukkan percepatan pembangunan di provinsi yang tertinggal belum memberikan hasil yang nyata. Masih diperlukan upaya yang serius dari pemerintah dan dunia usaha untuk melakukan percepatan pembangunan di provinsi-provinsi luar Pulau Jawa tersebut Tingkat Ketimpangan Antar Wilayah di Indonesia Kondisi perekonomian penduduk Indonesia di masing-masing provinsi dapat juga dilihat dari pendapatan perkapita tingkat provinsi di Indonesia yang ditunjukkan pada Tabel 27. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa terdapat enam provinsi yang memiliki rata-rata pendapatan per kapita tinggi (di atas rata-rata pendapatan per kapita Indonesia), sedangkan beberapa provinsi lainya (24 provinsi) memiliki rata-rata pendapatan per kapita yang rendah (dibawah rata-rata pendapatan per kapita Indonesia). Jadi berdasarkan data pada Tabel 27, dalam delapan tahun terakhir ( ) pendapatan perkapita yang tertinggi adalah di Provinsi Kalimantan Timur (Rp ), kemudian di Provinsi DKI Jakarta (Rp ) dan yang terendah di Provinsi Gorontalo (Rp ). Tingkat pendapatn perkapita terendah ini lebih dari 13 kali pendapatan yang tertinggi,
8 sehingga hal ini turut menjadi penyebab kenapa tingkat disparitas wilayah itu tidak begitu berubah. 243 Tabel 27. Pendapatan Perkapita Provinsi-Provinsi di Indonesia, Tahun (Ribu Rupiah) No PROVINSI TAHUN Rataan NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sematera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Babel DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Kalimantan Barat Kalteng Kalsel Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sultra Gorontalo NTB NTT Maluku Maluku Utara Papua KBI KTI INDONESIA Sumber: BPS, 2005 dan 2009a. Seperti yang telah disebutkan dalam bagian pendahuluan, bahwa dalam periode tahun , nilai investasi baik PMDN maupun PMA mengalami peningkatan. Adapun besaran peningkatan tersebut rata-rata persen per
9 244 tahun untuk PMDN dan persen per tahun untuk PMA. Dipandang dari segi pertumbuhan, maka investasi PMDN lebih tinggi dari PMA, namun dari segi nominal PMA jauh lebih besar dari PMDN. Ini menunjukkan bahwa kondisi Indonesia dengan segala kekurangannya dalam masalah aturan investasi, namun masih sangat menarik dan menguntungkan untuk menanam modal. Selanjutnya secara sektoral, dalam kurun waktu tersebut sasaran investasi tampaknya bias ke sektor industri. Sektor tersebut rata-rata menyerap persen dari total PMDN dan persen dari total PMA. Kecenderungan yang sama terjadi untuk kegiatan investasi oleh pemerintah. Disamping sektor industri, maka yang tergabung dalam sektor lainnya menjadi sasaran kedua. Sementara sektor pertanian kurang diminati oleh investor PMDN maupun PMA. Dengan demikian, alokasi investasi yang bias ke sektor industri juga menyebabkan alokasi investasi yang bias ke wilayah Jawa atau KBI yang pada akhirnya memperparah ketimpangan ekonomi antar wilayah. Dalam periode yang sama, dari total investasi PMDN, rata-rata alokasi investasi tersebut per tahun ke wilayah Jawa adalah sekitar 64.3 persen; sementara untuk investasi PMA sekitar 78.8 persen. Tidak dapat dipungkiri, bahwa wilayah investasi yang masih didominasi oleh Pulau Jawa selain merupakan wilayah industri juga dukungan fasilitas infrastruktur yang lebih memadai. Bila ditinjau dari ketimpangan ekonomi antara wilayah dalam kurun waktu , tampak bahwa kondisinya masih bertahan pada disparitas yang cukup tinggi yang dapat dilihat di Gambar 17. Di tahun 2000 kondisi ketimpangan ekonomi Indonesia cukup baik karena koefisiennya relatif kecil (0.84). Namun pada tahun berikutnya tingkat disparitas tersebut meningkat cukup tajam. Setelah tahun 2001 tingkat ketimpangan ekonomi semakin melandai yang menunjukkan
10 beberapa perbaikan. Tahun 2005 dan 2007 kondisi ekonomi Indonesia semakin timpang kembali yang ditunjukkan dengan peningkatan pada koefisien variasinya. 245 CVw Gambar 17. Tingkat Disparitas Ekonomi Antar Wilayah di Indonesia Berdasarkan Coefficient of Variation, Tahun Sumber: BPS, 2005 dan 2009a (diolah). Tahun Gambaran kesenjangan antar wilayah ini menunjukkan kondisi yang masih timpang, sehingga akan tetap menjadi isu yang strategis dan menonjol dalam pembangunan wilayah beberapa tahun ke depan. Walaupun laju pertumbuhan ekonomi nasional pada periode cukup signifikan, yaitu 4.38 persen di tahun 2002 meningkat menjadi 6.52 persen di tahun 2008, kesenjangan antar wilayah masih terlihat dari intensitas kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Jawa dan Bali. Hal ini diperkuat oleh data bahwa kontribusi provinsi-provinsi di Jawa dan Bali terhadap total perekonomian nasional yang rata-rata mencapai persen. Sedangkan provinsi-provinsi di Kawasan Timur Indonesia keseluruhan hanya berperan sebesar persen terhadap perekonomian nasional. Kesenjangan ini juga menunjukkan lemahnya daya saing ekonomi daerah yang sekaligus mencerminkan daya saing perekonomian nasional.
11 Distribusi Sektoral Perekonomian Wilayah dan Nasional Distribusi Sektoral Perekonomian Nasional Pada bagian ini akan dijelaskan pertumbuhan output masing-masing sektor secara nasional. Pada Tabel 28 menunjukkan nilai PDRB pada masing-masing sektor usaha yang menunjukkan perkembangan kinerja ekonomi Indonesia dari sisi penawaran. Dari tabel terlihat bahwa pada periode tahun , sektor industri pengolahan menempati urutan teratas dalam menyumbang PDB nasional, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. Sementara itu sektor pengangkutan dan komunikasi menempati urutan terakhir. Namun demikian, apabila ditinjau dari pertumbuhan masing-masing sektor tampak bahwa pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor-sektor nontradable, seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor pengangkutan dan komunikasi selama periode tumbuh sebesar 13,10 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini lebih banyak disumbang oleh meningkatnya pertumbuhan subsektor komunikasi yang mencapai rata-rata 25,21 persen sebagai dampak dari maraknya penggunaan telepon seluler. Sedangkan subsektor pengangkutan mengalami perlambatan pertumbuhan terutama pada subsektor angkutan laut dan udara akibat terjadinya beberapa kecelakaan kapal laut dan pesawat udara. Peranan sektor pengangkutan dan komunikasi dalam PDB nasional sebesar 6.37 persen. Pada periode yang sama, sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4.93 persen. Rendahnya pertumbuhan ini mulai tampak sejak tahun 2005 yang terus menurun sampai tahun Penurunan ini diduga
12 Tabel 28. Produk Domestik Bruto Indonesia Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Sub Sektor Ekonomi, Tahun No Lapangan Usaha Pertanian Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan (%) 2 - Perikanan Pertambangan dan Penggalian Minyak dan gas bumi(migas) Pertambangan tanpa migas Penggalian Industri Pengolahan Industri migas Industri tanpa migas Listrik, Gas,dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel,dan Restoran Perdagangan besar dan eceran Hotel Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Pengangkutan Komunikasi Keuangan,Persewaan,dan Jasa Perusahaan Bank Lembaga keuangan bukan Bank Jasa penunjang keuangan Sewa bangunan Jasa perusahaan Jasa-Jasa Pemerintahan umum Swasta Total Sumber: Sumber: BPS, 2006b dan 2009b (diolah).
13 248 dipengaruhi oleh krisis global yang menyebabkan turunnya permintaan produkproduk domestik, terutama industri makanan, minuman dan tembakau, kertas dan barang cetakan, semen dan barang galian bukan logam, serta logam dasar besi dan baja. Sektor industri pengolahan memberikan peranan tertinggi terhadap Produk Domestik Bruto, yakni rata-rata sebesar persen, yang berasal dari peranan subsektor industri bukan migas sebesar persen dan selebihnya dari subsektor industri migas. Sektor pertanian juga menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dalam periode , yaitu 3.45 persen, seperti tampak pada Tabel 29. Peningkatan ini terjadi hampir pada semua subsektor kecuali subsektor kehutanan yang mengalami penurunan rata-rata 1.46 persen. Makin besarnya tekanan dari dalam dan luar negeri terhadap lingkungan serta makin terbatasnya lahan hutan menjadi faktor penghambat pertumbuhan subsektor ini. Secara keseluruhan sektor pertanian memberikan peranan terbesar ketiga dalam PDB, yaitu sebesar persen. Sektor industri pengolahan yang merupakan sektor penyumbang PDB terbesar tersebut pada umumnya terkonsentrasi di Kawasan Indonesia Barat, khususnya di provinsi-provinsi yang terletak di Pulau Jawa, seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian yang ternyata juga berpusat di provinsi-provinsi yang terletak di Pulau Jawa. Sementara itu provinsiprovinsi yang terletak di Kawasan Indonesa Timur PDRB-nya masih sangat didominasi oleh sektor pertanian. Realisasi investasi baik PMDN maupun PMA yang terus meningkat secara nasional kenyataannya kebanyakan masih tertuju ke Pulau Jawa dan Sumatera.
14 Tabel 29. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Secara Sektoral, Tahun (%) Sektor Ratarata 1. Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restauran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan Jasa-jasa Indonesia Sumber: BPS, 2006b dan 2009b. 249 Selanjutnya apabila diperinci per sektor, tampak bahwa kucuran investasi tersebut sangat minim kepada sektor pertanian, sementara sektor tersebut merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian di sebagian besar provinsi wilayah kurang berkembang. Sektor tersebut selain masih merupakan sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja (lebih dari 40%), juga menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar masyarakat pedesaan yang pada umumnya tergolong miskin. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang mengarah ke pertumbuhan produktivitas pertanian secara keseluruhan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah pedesaan dan wilayah kurang berkembang.
15 250 Tabel 30. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia dalam Jumlah 30 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2008 (%) NO PROVINSI Lapangan Usaha NA Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sematera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Ba Blitung Sumatera DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Jawa Bali Jawa & Bali Kalimantan Barat Kal Tengah Kal Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi N Tenggara Barat N Tengara Timur Maluku Maluku Utara Papua Lainnya Kawasan Barat Kawasan Timur Sumber: BPS, 2005 dan 2009a.
16 Struktur Perekonomian Wilayah Kondisi alokasi investasi yang bias ke sektor industri juga menyebabkan alokasi investasi yang bias ke wilayah Jawa atau KBI yang pada akhirnya memperparah ketimpangan ekonomi antar wilayah. Dalam periode yang sama, dari total investasi PMDN, rata-rata alokasi investasi tersebut per tahun ke wilayah Jawa adalah sekitar 64.3 persen; sementara untuk investasi PMA sekitar 78.8 persen. Tidak dapat dipungkiri, bahwa wilayah investasi yang masih didominasi oleh Pulau Jawa selain merupakan wilayah industri juga adanya dukungan fasilitas infrastruktur yang jauh lebih memadai. Apabila dibandingkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi di masing-masing provinsi, maka seperti uraian sebelumnya akan tampak bahwa di Kawasan Barat Indonesia, khususnya di Jawa, akan didominasi oleh sektor industri pengolahan, sementara di Kawasan Timur Indonesia didominasi oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Apabila dirinci per pulau, maka sektor industri pengolahan dominan di Jawa, sedangkan di Sumatera sektor yang dominan adalah pertanian dan di Pulau Bali didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Besarnya peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Bali sejalan dengan potensi daerah tersebut sebagai daerah tujuan wisata internasional. Dari sembilan provinsi di Sumatera basis perekonomiannya adalah pertanian, kecuali Provinsi Riau yang telah lama didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian. Adapun gambaran perekonomian di Kawasan Timur Indonesia, khusus untuk Provinsi Kalimantan Timur dan Papua didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, sedangkan provinsi lainnya sektor pertanian menjadi andalan dan basis ekonomi.
17 252 Tabel 31. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2008 (%) NO PROVINSI Lapangan Usaha NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sematera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Ba Blitung Sumatera DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Jawa Bali Jawa & Bali Kalimantan Barat Kal Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi NT Barat N Tengara Timur Maluku Maluku Utara Papua Lainnya Kawasan Barat Kawasan Timur INDONESIA Sumber: BPS, 2009a.
4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciDINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI
DINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI Hermanto dan Gatoet S. Hardono PENDAHULUAN Sebagai negara berkembang yang padat penduduknya, Indonesia memerlukan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu
Lebih terperinciDINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan
Lebih terperinci5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA
86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciTABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA
No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun
Lebih terperinciSektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian
Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010** (1) (2) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013
BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK
BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan
Lebih terperinciWORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)
WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008
BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 TUMBUH 5,81 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH
DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN 2010-2014 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH BAB.I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH 2010-2014 1.1 Pendahuluan...
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciAntar Kerja Antar Daerah (AKAD)
Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016
BADAN PUSAT STATISTIK 07 November 2016 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah (Produk Domestik Regional Bruto) Indeks Tendensi Konsumen 7 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Pertumbuhan
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014
No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik
Lebih terperinciVisi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT
Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/05/18/Th.XIV, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,28 PERSEN Dalam menyusun rencana pembangunan ekonomi dibutuhkan informasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 4 Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali memburuk, terlihat dari TPAK yang menunjukkan penurunan cukup dalam dari 65,85 per Februari 212 menjadi
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.
Lebih terperinciInfo Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan
Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun
Lebih terperinciIV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015
No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN
No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional pada suatu wilayah yang telah disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014
OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Lebih terperinciINDONESIA Percentage below / above median
National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
72 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Parsial DKI Jakarta dan Luar DKI Jakarta Sebelum Otonomi Deaerah Berdasarkan Pendekatan Klassen Typology Pada bagian ini akan diuraikan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017
2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN
No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Wb.
Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciPOTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN
Lebih terperinciBAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian
Lebih terperinciIPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014
IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA
ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN
No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciKata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)
Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya
Lebih terperinciDATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017
DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS April 2017 2 Data Sosial Ekonomi Strategis April 2017 Ringkasan Indikator Strategis Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Perdagangan Internasional Kemiskinan & Rasio Gini Ketenagakerjaan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014
PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57
No. 28/05/17/VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2016 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2016
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciNAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA
2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011
Lebih terperinciTABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)
Lebih terperinciVIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN
185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya
Lebih terperinciINDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL
III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciSOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial
SEMINAR 20 Agustus 2015 S. 401 SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial Tadjuddin Noer Effendi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah
Lebih terperinciAKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:
AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan III- 2017 Tumbuh 5,21 Persen Melambat Dibandingkan Triwulan III- 2016 Perekonomian
Lebih terperinciPendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto
Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinci