Beberapa hal pokok yang menjadi latar belakang dilaksanakannya pekerjaan penyusunan Master Plan Air Limbah Kota Padang antara lain sebagai berikut :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Beberapa hal pokok yang menjadi latar belakang dilaksanakannya pekerjaan penyusunan Master Plan Air Limbah Kota Padang antara lain sebagai berikut :"

Transkripsi

1 Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Beberapa hal pokok yang menjadi latar belakang dilaksanakannya pekerjaan penyusunan antara lain sebagai berikut : 1. Tekanan pertambahan penduduk, khususnya di perkotaan menuntut adanya peningkatan pelayanan air limbah. 2. Terkonsentrasinya penduduk di perkotaan akan mengubah daya dukung lingkungan, dimana on-site sanitation yang sebelumnya dipandang layak menjadi tidak layak lagi. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk mencari solusi terbaik dengan menggunakan metoda pengelolaan berupa sistem on-site komunal, penggunaan sistem off-site ataupun campuran antara on-site dan off-site. 3. Pengelolaan air limbah merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan dalam rangka mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup, kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan. 4. Mendesaknya kebutuhan akan sistem penyaluran air limbah di Kota Padang, sehingga dengan adanya kegiatan ini pengelolaan penyaluran air limbah di wilayah tersebut akan lebih efektif dan efisien. Kota Padang adalah kota terbesar di pesisir barat Pulau Sumatera sekaligus ibu kota dari provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini memiliki wilayah seluas 694,96 km² dengan kondisi geografi berupa daerah perbukitan yang ketinggiannya mencapai m dpl. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa yang didominasi oleh etnis Minangkabau. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 1-1

2 Bab 1 Pendahuluan Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatera, dengan luas keseluruhan 694,96 km² atau setara dengan 1,65% dari luas provinsi Sumatera Barat. Lebih dari 60% luas Kota Padang (± 434,63 km²) merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah (di antaranya yaitu pulau Sikuai dengan luas 4,4 Ha di kecamatan Bungus Teluk Kabung, pulau Toran seluas 25 Ha dan pulau Pisang Gadang di kecamatan Padang Selatan). Daerah perbukitan membentang di bagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di kota Padang di antaranya adalah Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado- Gado, dan Bukit Pegambiran. Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data kependudukan tahun 2010 sebanyak jiwa. Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan air limbah di Kota Padang, diperlukan suatu upaya perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah secara komprehensif dan terpadu. Sehingga perlu disusun Master Plan Pengelolaan Air Limbah Kota Padang yang disesuaikan dengan tata guna lahan, perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk MAKSUD DAN TUJUAN Maksud kegiatan ini yaitu melakukan penyusunan dokumen master plan sarana dan prasarana bidang air limbah Kota Padang yang efektif (pilihan prioritasnya tepat sasaran), efisien (pilihan teknologinya tepat guna dan terjangkau sesuai dengan kondisi daerah setempat), terpadu dan berwawasan lingkungan (dipadukan/integrated dengan perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum/SPAM terutama yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian sumber air). Tujuan kegiatan ini yaitu menyusun acuan dalam pengelolaan air limbah Kota Padang yang komprehensif dan lebih update terhadap perubahan-perubahan kota dalam upaya meningkatkan pelayanan bidang air limbah di Kota Padang SASARAN Tersedianya dokumen rencana induk/master plan Kota Padang yang sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap kebutuhan sesuai karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi daerah, serta tanggap terhadap kebutuhan stakeholder proyek (Pemerintah, PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 1-2

3 Bab 1 Pendahuluan Investor dan Masyarakat) untuk pengembangan/pembangunan sistem air limbah Kota Padang 20 tahun mendatang LINGKUP KEGIATAN Penjabaran pemahaman terhadap lingkup kegiatan/bahasan materi dimaksudkan agar konsultan mampu menyiapkan rencana kerja serta pendekatan dan metodologi yang efektif dan inovatif. Dari tujuan yang harus dicapai seperti yang tertuang pada TOR, maka konsultan dapat menjabarkan pemahaman terhadap ruang lingkup pekerjaan ini adalah sebagai berikut : 1) Pekerjaan, meliputi : 1. Mempelajari studi-studi yang ada mengenai Air Limbah Kota Padang (SSK, dan dokumen lainnya). 2. Mengkaji kondisi kota/kawasan untuk mengetahui karakteristik dan arah pengembangan kota sesuai RTRW termasuk penentuan daerah prioritas pengembangan air limbah; 3. Mengidentifikasi data kependudukan saat ini ( ) dalam skala kelurahan dan proyeksi penduduk sampai 20 tahun mendatang juga identifikasi mengenai data kepadatan penduduk, tata guna lahan, dan kesehatan ; 4. Mengidentifikasi infrastruktur ke-pu-an yang ada, antara lain : air minum, drainase, dan jalan, serta infrastruktur terkait lainnya (gas, listrik, telekomunikasi); 5. Mengidentifikasi permasalahan pencemaran air limbah, baik pada area skala kelurahan, kecamatan maupun kota. Identifikasi permasalahan pencemaran air limbah terhadap air tanah dan badan air harus difomulasikan berdasarkan datadata yang lengkap (primer dan sekunder) yang didukung oleh survey dan penyelidikan (lapangan dan laboratorium) yang memadai serta dilengkapi dengan peta peta identifikasi permasalahan. Peta dasar dan peta identifikasi permasalahan yang diperlukan meliputi: Peta tata guna lahan saat ini Peta kepadatan penduduk Peta kualitas air tanah/sumur penduduk dengan parameter E.Coli Peta kualitas air sungai dengan parameter E.Coli dan BOD PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 1-3

4 Bab 1 Pendahuluan Peta kualitas air drainase (pembuangan grey water) dengan parameter E.Coli dan BOD Peta water borne disease Peta pelayanan PDAM Peta fasilitas sanitasi dan tingkat pelayanan sanitasi (onsite dan off-site) 6. Memetakan profil kesehatan masyarakat dan kepemilikan prasarana dan sarana air limbah (WC, cubluk, tangki septik) baik individual maupun komunal dalam skala kelurahan (per KK) ; 7. Mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi pengelolaan air limbah yang ada saat ini, baik sistem On-Site dan Off-Site Sanitation (setempat dan terpusat), khususnya system off-site yang dikelola PDAM; 8. Mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan penyedotan lumpur tinja; 9. Mengidentifikasi kebutuhan air minum dan volume buangan limbah rumah tangga baik berasal dari WC (black water) maupun dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur (grey water), baik di wilayah permukiman maupun kawasan komersil yang termasuk dalam daerah pelayanan air limbah Kota Padang, termasuk kebutuhan air minum untuk bangunan lainnya (misalnya gedung sekolah, terminal, hotel, gedung bertingkat, kawasan bisnis/pertokoan dll); 10. Melakukan pengambilan dan uji contoh air limbah (15 sampel terdiri dari 5 sampel greywater, 5 sampel blackwater, dan 5 sampel campuran) untuk mengetahui konsentrasi parameter BOD5, ph, TSS, minyak, total P dan N, deterjen; pengambilan sampel blackwater dilakukan di titik sebelum masuk ke tangki septik. Apabila dibutuhkan pembongkaran saluran/ pipa/tangki septik maka harus dilakukan penutupan kembali seperti kondisi awal; 11. Pada kota-kota yang sudah memiliki IPAL/IPLT dilakukan pengambilan uji contoh air limbah di truk tinja dan inlet serta outlet IPAL/IPLT (masing -masing 5 sampel); 12. Melakukan survey sosial-ekonomi (150 KK menggunakan metode stratified random sampling) untuk mengetahui kebiasaan Buang Air Besar (BAB), persepsi, kemauan, dan kemampuan masyarakat terhadap pelayanan air limbah, tingkat pendapatan dan pengeluaran untuk pelayanan air limbah, prasarana kota, serta kondisi fisik daerah; 13. Mengidentifikasi kemampuan PEMDA untuk mendanai kegiatan-kegiatan terkait air limbah melalui penelitian besaran alokasi dana dalam DIPDA; PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 1-4

5 Bab 1 Pendahuluan 14. Mengkaji dan memberikan rekomendasi untuk pembentukan atau peningkatan kapasitas institusi pengelola, mencakup struktur organisasi, tata laksana kerja, dan sumber daya manusia (SDM); 15. Mengkaji perangkat-perangkat peraturan/produk hukum yang ada terkait pengelolaan air limbah dan memberikan rekomendasi untuk mengakomodasi kebutuhan produk hukum terkait; 16. Mengkaji, menyusun, dan memetakan prioritas kebutuhan penanganan air limbah untuk tahap mendesak, jangka menengah dan jangka panjang; 17. Mengkaji alternatif-alternatif pengolahan air limbah yang sesuai secara teknis, ekonomi, finansial, dan lingkungan; 18. Menyusun dengan memperhatikan semua aspek terkait pengelolaan air limbah dan pengembangannya untuk jangka waktu 20 tahun ; 2) Pekerjaan Studi Kelayakan dan Detail Engineering Desain (DED) Air Limbah Kawasan Prioritas Kota Padang berdasarkan alternatif terpilih,yang meliputi : 1. Menyusun study kelayakan (FS) sistem pengolahan air limbah (SPAL) untuk kawasan prioritas tahap mendesak yang direkomendasikan berdasarkan hasil studi ini termasuk skema alternatif pendanaan dalam rangka pengembangan sistem air limbah Padang; 2. Menyusun masukan teknis untuk dokumen UKL, UPL, atau AMDAL; 3. Menyusun Detail Engineering Design (DED) system pengolahan air limbah (SPAL) untuk kawasan prioritas tahap mendesak yang direkomendasikan berdasarkan hasil studi ini; 4. Menyusun dokumen tender dan rencana anggaran biaya (RAB) SPAL untuk kawasan prioritas tahap mendesak yang akan digunakan untuk dokumen lelang pekerjaan fisik; 5. Menyusun MoU antara Pemda dan Kementerian PU dalam hal pelaksanaan dan pengelolaan; 6. Membantu pelaksanaan sosialisasi Master Plan Pengelolaan Air Limbah Kota Padang kepada stakeholder terkait. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 1-5

6 Bab 1 Pendahuluan 1.5. KELUARAN Dokumen dan DED untuk kawasan terpilih/prioritas, dan juga kawasan non prioritas dan ; Dokumen Study Kelayakan serta DED Kota Padang untuk kawasan terpilih/prioritas SISTEMATIKA PELAPORAN Laporan Akhir diserahkan selambat - lambatnya 240 hari kalender setelah diterbitkan SPMK setelah dilakukan konsultasi pembahasan dengan Tim Teknis dan Pemda Padang sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan Akhir meliputi : BAB.1 PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang maksud dan tujuan, sasaran, lingkup kegiatan, keluaran dan sistematika pelaporan pada Penyusunan Masterplan Air Limbah Kota Padang. BAB.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN AIR LIMBAH Bab ini menguraikan tentang kebijakan yang terkait dengan pembangunan air limbah baik kebijakan nasional maupun kebijakan daerah yang mencakup undang-undang, peraturan pemerintah, strategi pembangunan terkait sanitasi khususnya air limbah. BAB.3 GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KONDISI SANITASI KOTA PADANG Bab ini mengulas tentang gambaran wilayah studi yang mencakup kondisi fisik wilayah dan kependudukan serta tata guna lahan serta kondisi sanitasi yang mencakup tentang kondisi air limbah, air minum, persampahan, drainase dan PHBS, dilengkapi kelembagaan dan kebijakan pengelolaan air limbah, alokasi APBD kegiatan sanitasi air limbah, permasalahan dalam pengelolaan air limbah di Kota Padang. BAB.4 KONDISI LINGKUNGAN TERKAIT SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH Bab ini mengulas tentang kondisi lingkungan yang terkait dengan sistem pengelolaan air limbah diantaranya : kondisi kualitas sungai da air tanah di wilayah studi serta hasil Real Demand Survey (RDS). PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 1-6

7 Bab 1 Pendahuluan BAB.5 DASAR PENGEMBANGAN SPAL Bab ini mengulas tentang target dan tujuan strategis, strategi pengembangan sistem pengolahan air limbah, kriteria daerah prioritas penanganan, opsi layanan teknologi air limbah, teknologi air limbah serta kriteria pemilihan teknologi, kriteria daerah prioritas penanganan. BAB.6 RENCANA PENGEMBANGAN SPAL Bab ini mengulas proyeksi beban pelayanan, proyeksi domestik dan proyeksi kebutuhan sarana-prasarana, proyeksi, beban air limbah serta proyeksi beban lumpur tinja, usulan zonasi alternatif sistem pengelolaan air limbah, zonasi onsite individual dan komunal, zonasi off-site skala komunal, kawasan/kluster dan Wilayah/Kota serta estimasi biaya pembangunan untuk setiap sistem pelayanan. BAB.7 ASPEK KELEMBAGAAN Bab ini mengulas tentang aspek kelembagaan eksisting pengelolaan limbah dan alternatif kelembagaan dalam pengelolaan air limbah di Kota Padang dalam kurun waktu 20 tahun kedepan. BAB.8 RENCANA PENTAHAPAN PROGRAM Bab ini mengulas tentang rencana pentahapan pembangunan yang dibagi dalam kurun waktu per 5 tahun dilengkapi dengan besaran investasi per periode. BAB.9 RENCANA PEMBANGUNAN TAHAP MENDESAK Bab ini mengulas tentang rencana pembangunan yang dapat dilaksanakan untuk tahun dilengkapi dengan dokumen gambar dan besaran investasi per paket pekerjaan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 1-7

8 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah BAB 2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN AIR LIMBAH 2.1. KEBIJAKAN NASIONAL Beberapa kebijakan yang dapat dijadikan dasar dalam pembangunan air limbah antara lain : 1. Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum; - Pasal 14 ayat 3 adalah; Pengembangan sarana dan prasarana sanitasi didasarkan pada pertimbangan : a. Keperpihakan pada masyarakat miskin dan daerah rawan air b. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat c. Pemenuhan standar pelayanan dan d. Tidak menimbukan dampak sosial - Pasal 15 a. Prasarana dan sarana air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah setempat dan atau/terpusat b. Sistem pembangunan air limbah stempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat c. Sistem air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melaui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat d. Dalam hal prasarna dan sarana air limbah telah tersedia, setiap orang perseorangan atau kelompok masyarakat dilarang membuang air limbah secara langsung tanpa pengolahan ke sumber air baku PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-1

9 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah e. Dalam hal prasarana dan sarana air limbah belum tersedia, setiap orang perseorangan atau kelompok masyarakat dilarang membuang air limbah secara langsung tanpa pengolahan ke sumber air baku yang ditetapkan oleh pemerintah/pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya 2. Rencana Strategi Kementrian Pekerjaan Umum tahun bidang Cipta Karya mengenai Kebijakan Pembangunan Infrastruktur permukiman bidang air limbah; Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung masyarakat. Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dengan pemerintah. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah. Mengembangkan kelembagaan dalam pengelolaan air limbah ARAHAN KEBIJAKAN KOTA PADANG Visi Dan Misi Kota Padang Visi Kota Padang : Menuju Metropolitan Padang yang Religius, Aman dan Sejahtera. Misi Kota Padang : Mewujudkan Kota Padang yang religius Kota Padang yang religius dapat dicapai melalui peningkatan kemampuan aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dibawah kepemimpinan yang amanah. Selain itu melalui peningkatan kesadaran masyarakat dalam beragama dan beradat serta membina kehidupan sosialbudaya untuk mewujudkan masyarakat yang tanggap dan peduli. Mewujudkan Kota Padang yang aman Kota Padang yang aman dicapai melalui peningkatan kesadaran tentang hakikat hidup bersama dengan mewujudkan keamanan dan ketertiban serta dukungannya terhadap penataan ruang dan pengembangan kawasan. Selain itu pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana umum serta lingkungan hidup dan penanggulangan bencana. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-2

10 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Mewujudkan Kota padang yang sejahtera Kota Padang yang sejahtera dicapai melalui peningkatan kerjasama pembangunan yang terpadu antar lembaga dan antar daerah untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Selain itu memperbaiki iklim investasi bagi peningkatan peluang usaha dan kesempatan kerja serta mewujudkan daya saing daerah Wilayah Pengembangan Dalam konteks pengembangan wilayah Kota Padang secara internal, guna meningkatkan aksesibilitas pada kawasan-kawasan yang dinilai strategis dengan pusat-pusat kegiatan perkotaan, dibutuhkan dukungan aksesibilitas yang optimal melalui penyediaan sarana dan prasarana fisik. Terkait hal ini, strategi pengembangan Kota Padang adalah membangun sarana dan prasarana kota sesuai dengan skenario pengembangan serta rencana struktur dan pola ruang kota. Terkait strategi pengembangan struktur ruang wilayah Kota Padang, pengembangan wilayah kota dibagi menjadi 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP) dengan a rahan masing-masing WP adalah : WP-I, mencakup wilayah Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Nanggalo dengan luas 31,30 Km², yaitu Kawasan Pusat Kota diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal, regional dan internasional, permukiman perkotaan dengan kepadatan sedang sampai tinggi, serta kegiatan wisata bahari, wisata budaya dan wisata belanja. WP-II, mencakup wilayah Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Lubuk Begalung dengan luas 40,94 Km², diarahkan untuk pengembangan kegiatan transportasi laut, perikanan dan kelautan, pariwisata, serta permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang. WP-III, mencakup wilayah Kecamatan Koto Tangah dengan luas 232,25 Km², pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal dan regional, transportasi darat skala regional, pendidikan, permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung dapat PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-3

11 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan evakuasi bencana. WP-IV, mencakup wilayah Kecamatan Kuranji, dan Kecamatan Pauh dengan luas 203,70 Km², pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal, pendidikan tinggi, permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan evakuasi bencana. WP-V, mencakup wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas 85,99 Km², pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal, pertambangan, permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan evakuasi bencana. WP-VI, mencakup wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan luas 100,78 Km², pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan transportasi laut, perikanan dan kelautan, pariwisata, perdagangan dan jasa skala lokal dan regional, industri dan pergudangan, permukiman dengan kepadatan rendah. Sedangkan pada kawasan lindung dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-4

12 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Sumber: RTRW Kota Padang Tahun Gambar 2.1. Peta Sistem Perwilayahan Pembangunan Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-5

13 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah 2.3. KEBIJAKAN SANITASI KOTA PADANG Visi dan Misi Sanitasi Visi Sanitasi : Terwujudnya pelayanan sanitasi secara merata dan berkualitas bagi kesejahteraan masyarakat Kota Padang tahun 2015 Misi Sanitasi Kota Padang : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan sanitasi secara partisipatif dan berkelanjutan Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat Dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan sanitasi di Kota Padang, telah dirumuskan visi dan misi sanitasi yang bertujuan untuk mendukung upaya pencapaian visi dan misi kota yang tertuang dalam RPJMD. Visi dan misi sanitasi ini menjadi arah dalam pengembangan sanitasi kota yang bersifat komprehensif dan berskala kota. Kata sejahtera dalam formula Visi diatas merupakan suatu harapan serta tujuan yang akan dicapai di masa datang dengan segala kemampuan yang dimiliki di dalam pengelolaan serta pemanfaatan sarana dan prasarana sanitasi dan air minum yang ada. Pengelolaan yang dilakukan secara bersama dengan rasa tanggungjawab serta mempunyai rasa memiliki terhadap sarana dan prasana sanitasi dan air minum. Sedangkan kata terwujudnya pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan adalah suatu pengharapan akan suatu kondisi air minum dan sanitasi yang bukan hanya sebuah angan-angan belaka akan tetapi membumi sesuai dengan standar dan indikator yang telah ditetapkan dan disepakati secara nasional. Kata secara merata, berkualitas dan berkelanjutan dalam formula Visi merupakan suatu usaha yang terus dilakukan dalam pengelolaan serta pemanfaatan sarana dan prasarana Air Minum dan Sanitasi dimana seluruh masyarakat mendapat layanan air minum dan penyehatan lingkungan yang memenuhi syarat secara kontiniu atau dengan kata lain berlanjutnya hasil-hasil pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan dalam bentuk kondisi nyata dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat ditengah masyarakat kota Padng dimasa yang akan datang. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-6

14 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Batasan waktu tahun 2015, secara sadar disesuaikan dengan kesepakatan batasan waktu pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), yang salah satu pointnya adalah kesepakatan untuk mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak dapat atau tidak memperoleh layanan sanitasi dan air minum yang sehat dan proporsi penduduk yang tidak memiliki akses pada sanitasi dasar pada tahun Dengan demikian secara keseluruhan formulasi Visi di atas menggambarkan suatu keinginan yang besar dalam usaha mencapai masyarakat Kota Padang yang sehat dan sejahtera dimasa depan dengan cara pemanfaatan air minum dan memperhatikan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar kesehatan nasional 2.4. KEBIJAKAN UMUM STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA TAHUN Penentuan kebijakan umum dan strategi sektor sanitasi kota dilakukan berdasarkan hasil penentuan zona dan sistem sanitasi di Kota Padang. Penentuan zona dan sistem sanitasi ini didasarkan pada pertimbangan dasar sebagai berikut : - Millenium Development Goals (MDGs) Dengan diratifikasinya MDGs, maka Pemerintah Indonesia juga terikat untuk mengurangi setengahnya penduduk yang tidak memiliki akses sanitasi dasar pada tahun Kebijakan dan peraturan nasional mengenai sanitasi Terdapat beberapa kebijakan dan peraturan/standar nasional yang dijadikan pertimbangan dasar dalam penyusunan zona dan sistem sanitasi, diantaranya: a. Kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat b. SNI mengenai tangki septik - Kebijakan provinsi dan kota mengenai sanitasi - Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Padang - Rancangan RTRW ini masih dalam proses pembahasan untuk mendapatkan pengesahan sebagai Perda. Dalam penyusunan zona dan sistemsanitasi ini, perencanaan RTRW yang digunakan terutama mengenai tata guna lahan saat ini serta rencananya ke depan. - Tingkat resiko kesehatan Hal ini mengacu pada hasil studi EHRA yang telah dilakukan serta penentuan wilayah prioritas (priority setting) yang tersedia dalam Buku Putih Sanitasi Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-7

15 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah 2.5. STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SEKTOR AIR LIMBAH Tujuan, Sasaran dan Strategi Teknis Dalam sub sektor air limbah, terdapat dua tujuan yang hendak dicapai hingga tahun Kedua tujuan beserta sasaran serta strategi pencapaiannya dijelaskan dibawah ini. 1. Peningkatan Tujuan Sasaran Strategi kepemilikan dan ketersediaan sarana pengolahan air limbah rumah tangga dan secara komunal sesuai dengan persyaratan teknis 2. Meningkatkan layanan air limbah pengolahan a. Meningkatnya rumah tangga yang memiliki jamban dengan tangki septik dan bidang resapan sesuai dengan SNI a. Optimalnya sistem pengelolaan lumpur tinja dan terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelayanan air limbah b. Mengembangkan perencanaan sistem air Limbah kota yang terintegrasi komprehensif dan Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pengolahan setempat menggunakan tangki septik berdasarkan SNI Mengintegrasikan persyaratan pengolahan air limbah rumah tangga sesuai SNI sebagai salah satu persyaratan utama dalam perijinan pembangunan rumah/gedung baru Meningkatkan penyediaan prasarana pengolahan limbah komunal di kawasan pemukiman padat Menyusun perencanaan penyempurnaan pengelolaan IPLT Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola lumpur tinja Tersedianya rencana pengembangan secara bertahap sistem pengolahan limbah perpipaan berskala kota dan pengelolaan drainase berwawasan lingkungan Tersedianya sistem regulasi pengolahan air limbah dan alokasi pendanaan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-8

16 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Strategi Aspek Non Teknis Sektor Air Limbah Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Dengan mempertimbangkan tujuan pembangunan sanitasi Kota Padang tahun 2015, dan berbagai isu strategis serta tantangan yang dihadapi kota saat ini, maka dirumuskan serangkaian strategi dalam aspek kebijakan daerah dan kelembagaan yang diarahkan pada tingkatan system, organisasi dan individu. Tingkat Sistem Strategi Melakukan peningkatan penguatan kebijakan sanitasi dan penegakkannya di Kota Padang Mengembangkan kerjasama Pemerintah Kota dengan masyarakat dan swasta di Kota Padang, serta dengan Pemerintah Daerah lainnya dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi. Mengkondisikan integrasi antara system perencanaan, implementasi dan monitoring dan evaluasi dalam pembangunan sanitasi di Kota Padang. Mengembangkan sistem pendukung penyediaan layanan sanitasi yang terintegrasi. Mempertahankan dan mengoptimalkan program stimulus penyediaan sarana dan pra-sarana sanitasi yang bersifat memberdayakan masyarakat miskin. Tingkatan Organisasi Memperkuat kapasitas organisasi regulator dan operator Tingkatan Individu layanan sanitasi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan sanitasi secara efektif dan efisien. Mempertahankan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan peran Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Padang dalam mengawal proses implementasi SSK secara terintegrasi. Mengoptimalkan pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola sanitasi guna meningkatkan efektivitas kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana sanitasi di tingkat masyarakat. Peningkatan koordinasi antar SKPD dan stakeholder terkait sanitasi Optimalisasi peran Pokja dalam pengelolaan sanitasi yang peka kebutuhan, jender, dan kemiskinan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-9

17 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Diharapkan Pemerintah Kota Padang dapat mengupayakan penguatan kelembagaan yang dilaksanakan dalam 3 strategi sebagai berikut : Memperkuat kebijakan sanitasi kota Memperkuat implementasi kebijakan sanitasi kota Memperkuat lembaga koordinasi sanitasi kota Aspek Keuangan Kondisi yang ingin dicapai hingga tahun 2015 dalam aspek keuangan layanan sanitasi di Kota Padang adalah : Tujuan Sasaran Strategi Tersedianya pendanaan yang tepat waktu dan tepat jumlah bagi penyelenggaraan layanan sanitasi Mengoptimalkan Sumber-Sumber Pendanaan Mengoptimalan APBD Memanfaatkan Anggaran Pemerintah Pusat dan Anggaran Provinsi Memaksimalkan Pendanaan Sektor Swasta dan Masyarakat Mengintegrasikan Program Sanitasi ke dalam Program Skala Besar Memanfaatkan Pendanaan Melalui Hibah Luar Negeri Meningkatkan Kinerja Keuangan Meminimasi Biaya Penyelenggaraan Layanan Sanitasi Meningkatkan Koordinasi kepada Provinsi dan Pusat Menetapkan Pemerintah Kota sebagai Regulator. Pengkajian, Penelaahan, serta Penyusunan Kebijakan Sanitasi yang Diperlukan Strategi penguatan aspek keuangan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sub sektor air limbah adalah sebagai berikut : PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-10

18 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Menyiapkan perencanaan kebijakan dan penganggaran dalam berbagai dokumen perencanaan kota, agar aspek sanitasi masuk dalam program prioritas pembangunan kota, dan dapat memanfaatkan berbagai sumber pendanaan (APBN, APBD propinsi, dan APBD kota, serta partisipasi masyarakat). Menyiapkan perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan sanitasi khususnya dalam mengakses DAK sanitasi untuk pembiayan program dan kegiatan air limbah. Menyiapkan perencanan anggaran dari beberapa SKPD terkait agar aspek sanitasi masuk dalam RKA SKPD dinas terkait, untuk mengimplementasikan baik kegiatan non fisik dan kegiatan fisik program kegiatan air limbah. Membuat perencanaan tentang pilihan teknologi, lokasi, anggaran, untuk sarana fisik air limbah dengan memanfaatkan pendanan dari sumber APBD kota dan pendanaan dari sumber DAK sanitasi. Membuat perencanaan pendanaan menggunakan sumber pendanaan perbankan komersial untuk saran dan prasarana sanitasi yang besar biaya investasinya Aspek Komunikasi Strategi komunikasi pembangunan sanitasi terpadu dan berskala kota dibagi dalam dua kelompok strategi. Pertama strategi komunikasi sanitasi kota Padang secara umum sekaligus menunjang sasaran dan strategi aspek penting pembangunan sanitasi (kelembagaan, keuangan dan PHBS), dan kedua strategi komunikasi yang lebih spesifik terintegrasi dalam strategi dan sasaran yang ditetapkan setiap sub-sektor, pada bagian ini, difokuskan Sub Setor Air Limbah. Strategi komunikasi pembangunan sanitasi Kota Padang : - Memperkuat posisi strategis Pokja (para SKPD) Sanitasi Kota Padang oleh berbagai program, proyek, donor ataupun insitusi dan para pemangku kepentingan lainnya. - Mengoptimalkan perangkat, saluran dan sarana komunikasi setiap SKPD, serta keberadaan simpul aliansi dan kemitraan dengan berbagai pihak (lembaga-lembaga dan individu potensial) guna menunjang percepatan pembangunan sanitasi kota Padang. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-11

19 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah - Mengoptimalkan saluran komunikasi terpadu dan berskala dengan meningkatkan intensitas koordinasi antar tokoh kunci, para pemangku kepentingan (stakeholders), serta berbagai mitra dan alliansi dalam menunjang pembangunan sanitasi kota. - Membangun Pusat Informasi dan Data (knowledge management) dan meningkatkan ketrampilan personil Pokja dan komunikator sanitasi dalam menjaga kualitas pengemasan isu dalam materi-materi dan perangkat komunikasi kreatif bagi advokasi, mobilisasi sosial dan komunikasi program setiap isu sub-sektor sanitasi. - Menetapkan mekanisme pemantuan berkala dan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program dan kegiatan komunikasi pembangunan sanitasi di tingkat individu dan masyarakat dalam skala kota Padang. Strategi penguatan aspek keuangan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sub sektor air limbah adalah sebagai berikut : Mengoptimalkan pelibatan sektor swasta dalam hal dukungan teknis, pendanaan dan kebijakan Menciptakan iklim investasi dalam pengelolaan sanitasi (air limbah) di Kota Padang Menciptakan iklim pendanaan yang memungkinkan dan menarik dunia usaha ikut membiayai penyediaan sarana dan sarana pengelolaan air limbah Aspek Keterlibatan Pelaku Bisnis Di dalam aspek keterlibatan pelaku bisnis, terdapat tujuan dan sasaran yang hendak dicapai Kota Padang hingga tahun 2015, yaitu: - Mengoptimalkan pelibatan sektor swasta dalam hal dukungan teknis, pendanaan dan kebijakan - Menciptakan iklim pendanaan yang memungkinkan dan menarik dunia usaha untuk ikut membiayai penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sanitasi - Penyusunan Regulasi CSR (Corporate SocialResponsibility) dan pelibatan pelaku bisnis dalam pembangunan sektor sanitasi. Strategi penguatan aspek keterlibatan pelaku bisnis yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sub sektor air limbah adalah sebagai berikut : Mengoptimalkan pelibatan sektor swasta dalam hal dukungan teknis, pendanaan dan kebijakan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-12

20 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Meningkatkan koordinasi dengan dunia usaha serta melibatkan peran serta masyarakat Menciptakan iklim investasi dalam pengelolaan sanitasi (Air Limbah) di Kota Padang Mendorong minat swasta dalam layanan pengelolaan Air Limbah Aspek Pemberdayaan Masyarakat, Aspek Jender dan Kemiskinan Strategi penguatan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan (PMJK) yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan dan sasaran pembangunan sanitasi kota Padang adalah sebagai berikut : Sasaran Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dalam pengelolaan sanitasi Mengoptimalkan kesetaraan peran perempuan & laki-laki, kaya & miskin dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Mengupayakan pengorganisasian masyarakat dalam kelompok untuk pengelolaan sanitasi Strategi Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar SKPD terkait dalam upaya sosialisasi program dan pengelolaan sanitasi pada masyarakat Meningkatkan jumlah kader Kesehatan/ PHBS dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat Mengupayakan pelibatan aktif masyarakat, kaya & miskin, laki-laki & perempuan dalam pengelolaan sanitasi melalui kegiatan-kegiatan partisipatif Mengefektifkan peran dan fungsi lembaga formal dan informal dengan media massa dalam pengelolaan sanitasi yang berorientasi jender dan kemiskinan Mengakomodasi perencanaan partisipatif yang berorientasi pada jenderdalam pembangunan sarana sanitasi Mengoptimalkan sosialisasi dan promosi program higinitas dan PHBS dengan melibatkan secara aktif tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat (lembaga formal & informal di masyarakat) dan memanfaatkan media informasi yang menarik Mengembangkan pola pembinaan yang partisipatif dalam upaya optimalisasi peran pemerintah kota, lembaga lokal, organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat dalam pengelolaan sanitasi Strategi penguatan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan (PMJK)yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sub sektor air limbah adalah sebagai berikut : Mengoptimalkan program kepemilikan jamban keluarga untuk rumah tangga miskin PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-13

21 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder tentang pengelolaan jamban keluarga sehat Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelolaan IPAL komunal yang ramah lingkungan PROGRAM DAN KEGIATAN SUBSEKTOR AIR LIMBAH Program dan kegiatan untuk subsektor air limbah yang telah disusun sampai dengan tahun 2015 dalam rangka melaksanakan strategi pencapaian tujuan dan sasaran sebagaimana telah disampaikan dalam strategi keberlanjutan sanitasi, adalah sebagai berikut : Tujuan : Peningkatan kepemilikan dan ketersediaan sarana pengolahan air limbah rumah tangga dan secara komunal sesuai dengan persyaratan teknis Sasaran 1: Meningkatnya rumah tangga yang memiliki jamban dengan tangki septik dan bidang resapan sesuai dengan SNI Program Kegiatan 1. Subsidi pembangunan jamban keluarga bagi masyarakat miskin 2. Fasilitasi pemberian kredit mikro Mengoptimalkan dan inovasi program pembangunan dan perbaikan perumahan stimulus kepemilikan jamban keluarga. (arisan jamban non-keluarga miskin) 3. Pengadaan MCK Umum 4. Kampanye stop BAB Sembarangan (BABS) 5. Sosialisasi PHBS 1. Pelatihan tentang pembangunan dan pemeliharaan tangki septik sesuai standart kesehatan. 2. Pembinaan Teknis Pengelolaan Jamban Meningkatkan pemahaman masyarakat keluarga kepada masyarakat mengenai pengolahan setempat 3. Pelatihan tentang pembangunan dan menggunakan tangki septik berdasarkan pemeliharaan tangki septic kepada kader SNI kesehatan, tukang bangunan, dan perusahaan swasta penyedia jasa penyedotan tinja. 4. Pelatihan pembuatan dan pemasaran toilet leher angsa bagi Karang Taruna PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-14

22 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah dan Tukang Bangunan. 5. Pembangunan tangki septik percontohan sesuai SNI melalui kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup Mengintegrasikan persyaratan 1. Kajian persyaratan pengolahan air pengolahan air limbah rumah tangga limbah RT sebagai salah satu persyaratan sesuai SNI sebagai salah satu persyaratan dalam IMB utama dalam perijinan pembangunan 2. Penyusunan regulasi pengelolaan sampah rumah/gedung baru 1. Pembangunan tangki septik komunal 2. Sosialisasi pilihan teknologi air limbah Meningkatkan penyediaan prasarana yang terjangkau masyarakat pengolahan limbah komunal di kawasan 3. Pembangunan MCK komunal di kawasan pemukiman padat padat penduduk 4. Pembangunan MCK komunal di kawasan kumuh Tujuan 2 : Meningkatkan layanan pengolahan air limbah Sasaran 1: Optimalnya sistem pengelolaan lumpur tinja dan terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelayanan air limbah Program Kegiatan 1. Kajian Fungsi (optimalisasi) IPLT Air Dingin (existing) 2. Penyusunan DED Pembangunan IPLT Air Dingin Menyusun perencanaan penyempurnaan 3. Pembangunan (rekonstruksi) IPLT Air pengelolaan IPLT Dingin 4. Mengembangkan sistem pengelolaan lumpur tinja sebagai pendukung dari penerapan sistem setempat sesuai SNI 5. Pengadaan Mobil sedot tinja (Vacum Truck). 1. Menyusun regulasi dan SOP pengelolaan lumpur tinja dan menyiapkan publikasi Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM dan sosialisasinya kepada kelompok pengelola lumpur tinja sasaran komunikasi dari stakeholders terkait 2. Pelatihan Manajment pengelolaan IPLT PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-15

23 Bab 2 Kebijakan Pembangunan Air Limbah Sasaran 2 : Mengembangkan perencanaan sistem air Limbah kota yang terintegrasi dan komprehensif Program Kegiatan 1. Penyusunan perencanaan Pengelolaan drainase secara terpadu berwawasan lingkungan (Ecodrain) - Perencanaan ecodrain kawasan Jati Tersedianya rencana pengembangan - Perencanaan ecodrain kawasan Lubuk secara bertahap sistem pengolahan Begalung limbah perpipaan berskala kota dan - Perencanaan ecodrain kawasan Purus pengelolaan drainase berwawasan 2. Menyusun perencanaan dasar lingkungan pengelolaan limbah secara perpipaan 3. Mengembangkan secara bertahap sistem pengelolaan air limbah terpusat (offsite sistem) di kawasan padat pendudu serta mengembangkan sistem perpipaan sederhana di kawasan kumuh. 1. Menyusun regulasi dan meningkatkan optimalisasi menggunakan momentum Tersedianya sistem regulasi pengolahan dan intensitas kegiatan advokasi air limbah dan alokasi pendanaan 2. Menyusun kajian kebutuhan pendanaan 3. Menyusun regulasi dan intensitas advokasi PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 2-16

24 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KONDISI SANITASI KOTA PADANG 3.1. GEOGRAFIS DAN IKLIM KOTA PADANG Kota Padang adalah ibukota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatera, menurut PP No. 17 Tahun 1980, Iuas Kota Padang adalah 694,96 km 2 atau setara dengan 1,65 parsen dari Iuas Propinsi Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km 2. Dari keseluruhan Iuas Kota Padang sebagian besar atau 51,01 persen berupa hutan yang dilindungi oleh pemerintah. Luas bangunan dan pekarangan tercatat 51,08 km 2 atau 7,35 persen. Selain daratan pulau Sumatera, Kota Padang memiliki 19 pulau dimana yang terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha, kemudian pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Tabel 3.1. Luas Daerah dan Persentasenya menurut Kecamatan di Kota Padang No. Luas Persentase Kecamatan (Km 2 ) (%) 1 Bungus Teluk Kabung Lubuk Kilangan Lubuk Begalung Padang Selatan Padang Timur Padang Barat Padang Utara Nanggalo PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-1

25 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang No. Luas Persentase Kecamatan (Km 2 ) (%) 9 Kuranji Pauh Koto Tengah Kota Padang Sumber : Padang Dalam Angka, Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara m diatas permukaan Iaut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 Km. Tingkat curah hujan Kota Padang selama tahun 2011 mencapai rata-rata 289,85 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 15 hari. Suhu udara kota padang cukup tinggi yaitu antara 21,6-32,0 C dengan kelembaban berkisar antara persen. Tabel 3.2 Ketinggian Daratan menurut Kecamatan di Kota Padang No Kecamatan Ketinggian (meter dpl) 1 Bungus Teluk Kabung Lubuk Kilangan Lubuk Begalung Padang Selatan Padang Timur Padang Barat Padang Utara Nanggalo Kuranji Pauh Koto Tengah Kota Padang Sumber :Padang Dalam Angka, PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-2

26 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Sumber :Padang Dalam Angka, Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-3

27 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Berdasarkan data Potensi Desa Kota Padang Tahun 2011, kondisi topografi kelurahan di Kota Padang yang sejumlah 104 kelurahan tersebut, banyak ditemukan berada pada lahan hamparan, terdapat 9 kelurahan yang berada di lereng, dan 1 kelurahan yang berada di lembah. Lalu sebanyak 78 kelurahan di Kota Padang keberadaannya pada kemiringan lahan dibawah 15 derajat atau tergolong landai, 24 kelurahan berada pada kemiringan lahan derajat atau tergolong berada lahan berkemiringan sedang, dan hanya 2 kelurahan yaitu kelurahan Bukik Gado Gado dan Kapala Koto yang berada pada kemiringan lahan diatas 25 derajat atau tergolong kemiringan lahan curam. Topografi setiap Kelurahan di Kota Padang 9%1% 90% Hamparan Lereng 23% 2% Lembah 75% Kemiringan Lahan setiap Kelurahan di Kota Padang Lahan Landai Lahan Sedang Lahan Curam Melihat kondisi geografis kelurahan-kelurahan di Kota Padang, terdapat 23 kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut. Pada kelurahan tersebut, terdata bahwa semua kelurahan mengalami kenaikan permukaan air laut dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pemanfaatan laut pada kelurahan tersebut semuanya digunakan untuk perikanan tangkap, dan hanya kelurahan Bungus Selatan dan Teluk Kabung Tengah yang memanfaatkan perikanan budidaya. Pemanfaatan sebagai wisata bahari hanya dimanfaatkan di 6 kelurahan dari 23 kelurahan, lalu terdapat 5 kelurahan yang dimanfaatkan untuk transportasi umum. Keberadaan hutan mangrove di kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut, hanya ditemukan di 5 kelurahan HIDROLOGI KOTA PADANG Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil. Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 155,40 Km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungai -sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir/genangan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-4

28 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Wilayah Kota Padang terbagi dalam 6 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu : DAS Air Dingin, DAS Air Timbalun, DAS Batang Arau, DAS Batang Kandis, DAS Batang Kuranji, dan DAS Sungai Pisang. Kota Padang memiliki beberapa aliran sungai, baik yang besar maupun yang kecil (anak-anak sungai) yang semuanya mengalir ke arah Barat menuju Samudera Indonesia. Saat ini terdapat 21 aliran sungai, yang terdiri atas 5 sungai besar dan 16 sungai kecil. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Nama Sungai Di Wilayah Kota Padang No Nama Sungai Panjang Lebar (M) Kecamatan Yang Dilalui (Km) 1 Bt. Kuranji Pauh, Kuranji, Nanggalo, Padang Utara 2 Bt. Belimbing 5 5 Kuranji 3 Bt. Guo 5 5 Kuranji 4 Bt. Arau 5 60 Padang Selatan 5 Muaro 0,4 25 Padang Utara 6 Banjir Kanal 5,5 60 Padang Timur, Padang Utara 7 Bt. Logam Koto Tangah 8 Bt. Kandis Koto Tangah 9 Tarung Koto Tangah 10 Bt. Dagang 3 11 Nanggalo 11 Gayo 5 12 Pauh 12 Padang Aru 4 8 Lubuk Kilangan 13 Padang Idas 2 6 Lubuk Kilangan 14 Kampung Juar 6 30 Lubuk Begalung 15 Bt. Aru 5 30 Lubuk Begalung 16 Kayu Aro 3 15 Bungus Teluk Kabung 17 Timbalun 2 8 Bungus Teluk Kabung 18 Sarasah 3 7 Bungus Teluk Kabung 19 Pisang 2 6 Bungus Teluk Kabung 20 Bandar Jati 2 6 Bungus Teluk Kabung 21 Koto 2 6 Padang Timur Sumber :Padang Dalam Angka, PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-5

29 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang 3.3. KONDISI GEOLOGI KOTA PADANG Kota Padang memiliki kerawanan terhadap bencana-bencana alam sebagai berikut ; 1. Gempa bumi. 2. Gelombang Tsunami. 3. Likuifaksi 4. Longsor Lahan. 5. Erosi Pantai/Gelombang Pasang. 6. Banjir Gempa Bumi Wilayah pantai barat Sumatera dan sekitarnya merupakan wilayah yang memiliki kerentanan bahaya gempa bumi yang tinggi karena wilayah ini berada km sebelah timur zona subduksi Sumatera yang bergerak sekitar 40 s/d 70 mm per tahun (Natawijaya dkk, 2003). Daerah perbatasan lempeng ini merupakan zona seismisitas yang aktif, sehingga banyak terjadi gempa bumi tektonik yang diakibatkan oleh tumbukan antar lempeng tersebut. Proses tektonik yang terjadi di daerah Sumatera saat ini didominasi oleh terjadinya tumbukan antara lempeng Hindia dengan busur kepulauan Sumatera, juga proses tektonik yang terjadi di daratan pulau Sumatera. Sepanjang pantai barat Sumatera merupakan daerah yang dekat dengan batas antar lempeng.letak yang berdekatan dengan batas antar lempeng ini mengakibatkan daerah-daerah tersebut rawan terhadap aktivitas seismik yang ditimbulkan oleh pergeseran antar lempeng. Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( ), Peta Geomorfologi Lembar Padang (Kamawan, S., dkk., 2004), Peta Bahaya Goncangan Gempabumi Indonesia; Kertapati, E.K., Dkk., 1999, Peta Wilayah Rawan Bencana Gempabumi Indonesia; Kertapati, E.K., Dkk., Intensitas Gempabumi (MMI) Kota Padang mempunyai tingkat kegempaan berkisar antara V hingga VII (skala MMI), yaitu : o Skala V VI : Tersebar dominan ke bagian barat laut tenggara yang meliputi daerah bagian tengah hingga timur laut Kota Padang. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-6

30 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang o Skala VI VII : Tersebar mulai dari bagian barat laut tenggara, bagian tengah meliputi daerah Pasir Jambak, Cupak hingga terus ke arah tenggara Kota Padang. Untuk mengetahui kerentanan Kota Padang ini terhadap bencana gempa bumi secara mikro, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah melakukan kajian mikrozonasi geoseismik yakni perpaduan kondisi geologi dengan parameter utama respon dinamika gempa (periode dan amplifikasi) sehingga dapat dipisahkan a ntara daerah berkerentanan tinggi akan goncangan gempa bumi dengan daerah lainnya yang kurang kerentanannya akan goncangan gempa bumi. Secara umum wilayah kota Padang mempunyai periode dominan terendah (<0,14detik) hingga tertinggi (3,8 detik) dan bersifat menguatkan gelombang gempa bumi (amplifikasi) terendah 4 kali dan amplifikasi tertinggi >12 kali, dapat dilihat pada gambar 3.2. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa wilayah-wilayah pada zona amplifikasi lebih dari 12 dan sekaligus perioda dominan batuan/tanah > 4 merupakan daerah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap gempa. Sumber: Bappeda Kota Padang Gambar3.2 Peta Zonasi Amplifikasi Batuan Di Wilayah Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-7

31 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Gelombang Tsunami Kawasan rawan bencana tsunami yang ditetapkan di Kota Padang ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan morfologi. Daerah yang terletak pada elevasi < 5 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lereng antara (0-2)% merupakan daerah paling rawan tsunami, seperti terdapat di wilayah Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Nanggalo, Padang Selatan, Lubuk Begalung, Koto Tengah dan sebagian Kecamatan Kuranji (Lihat Gambar3.3). Daerah-daerah dengan kemiringan lereng (2-15)% yang terdapat di wilayah tengah Kota Padang (wilayah Kecamatan Koto Tangah, Pauh dan Lubuk Kilangan) merupakan daerah yang relatif aman dari bencana tsunami terutama pada daerah-daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 10% dimana kemiringan ini akan cukup mengurangi kecepatan landaan gelombang tsunami.sedangkan kawasan yang paling aman dari bahya tsunami terdapat pada daerah dengan kemiringan lereng lebih dari (15-40)% pada ketinggian lebih dari 25 meter. Lokasi-lokasi tersebar di wilayah Kecamatan Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Kecamatan Koto Tengah. Sumber: Bappeda Kota Padang Gambar3.3 Peta Zonasi tingkat bahaya Tsunami kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-8

32 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang 4. Likuifaksi Peristiwa gempa bumi besar selain dapat menimbulkan tsunami, juga dapat menyebabkan peristiwa likuifaksi pada daerah dataran yang terbentuk oleh endapan non-kohesif yang bersifat lepas dengan muka air tanah yang dangkal.likuifaksi adalah sebuah fenomena perubahan prilaku lapisan pasir yang jenuh air menjadi seperti cairan akibat beban getaran gempa bumi. Kondisi jenuh air pada lapisan tanah pasir menyebabkan getaran gempa bumi akan mudah sekali mengocok lapisan tanah pasir itu yang menyebabkan ikatan antar partikel di dalamnya luruh, sehingga tanah kehilangan kekuatannya. Peristiwa likuifaksi dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur seperti jalan, jembatan, tanggul penahan, yang dibangun di atas lapisan tanah pasir lepas dan jenuh air.kerusakan pada infrastruktur ini akibat peristiwa likuifaksi umumnya berupa perpindahan lateral ( lateral spreading), penurunan ( settlement), dan kehilangan kestabilan pondasi bangunan akibat penurunan daya dukung pada tiang pondasi. Kondisi ini juga sangat berbahaya bagi jaringan pipa di bawah tanah karna tanah sudah tidak mampu lagi menyokong pipa sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pipa seperti tertekuk atau terangkatnya pipa dari permukaan tanah, maka sebaiknya sebelum menentukan jalur pemasangan pipa untuk air limbah sebaiknya memperoleh data hasil investigasi geoteknik untuk melihat area tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi jika terjadi gempa dengan skala besar. Jika memungkinkan jalur pipa harus dihindarkan dari area tanah yang berpotensi likuifaksi tersebut dan apabila tidak memungkinkan maka diperlukan tindakan perbaikan tanah disekeliling jalur pipa bawah tanah tersebut. Sejarah kegempaan di daerah ini telah mencatat peristiwa gempa bumi besar selama 2 abad ini seperti pada tahun 1797 (8,3 SR), 1833 (8,35 SR), 1843 (7,25 SR), 1861 (8,5 SR), 1907 (7,5 SR) [Natawijaya, 2003]. Faktor fa ktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa adalah : 1) Jenis tanah: pasir/ lanau lepas 2) Kedalaman airtanah dekat permukaan tanah 3) Gempa bumi kuat (MMI > VI) 4) Getaran gempa bumi yang lama PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-9

33 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Sumber foto :Citra Satelit LIPI-GEOTEKNOLOGI Gambar3.4 Penyebaran Endapan Aluvial yang Bersifat Lepas 5. Longsor Lahan Gerakan tanah di Kota Padang meliputi daerah-daerah sebagai berikut : a. Dataran 1) Kondisi Stabil (S) Terdapat pada daerah dataran yang tersusun oleh Endapan aluvial, rawa,kipas aluvial, pematang pantai dan dataran pantai, berupa lempung-pasir, kerikilkerakal, lepas-agak padat, sudut lereng 0 5% berupa dataran dengan elevasi 0 5 m (dml), tipe erosi limpasan -alur, serta runtuhan tebing sungai sebagai akibat limpasan aktifitas aliran air sungai. Meliputi sepanjang pesisir pantai bagin barat Kota Padang. 2) Kondisi Tidak Stabil (TS) (a) Tingkat Rendah Sedang (R S) : Terdapat pada daerah baratl aut hingga ke arah selatan, yang tersusun oleh Endapan Dataran Aluvial berupa endapan volkanik (dominan) berupa lahar, tuf dan koluvium, sifat endapan padat - sangat padat, padat, sudut lereng 5 30 % berupa dataran bergelombang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-10

34 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang dengan elevasi 5 10 m (dml), tipe erosi alur -lembah (runtuhan tebing sungai) akibat aktifitas aliran air permukaan dan sungai. Meliputi bagian timur laut - tenggara, sedikit berada pada bagian barat Kota Padang. (b) Tingkat Sedang - Stabil (S T): Terdapat pada daerah dataran-perbukitan yang tersusun oleh batuan tua yang terdiri dari malihan/metamorf, sifat endapan sangat padat, mudah tererosi oleh aliran air permukaan dan terdapat dinding dengan >30% hingga tegak lurus, dapat runtuh. Tipe erosi limpasan-galur-jurang.adanya guncangan gempa bumi dapat menimbulkan rekahan-rekahan ke arah lembah yang dapat menyebabkan terjadinya longsoran ke arah hulu. Meliputi bagian timur laut hingga tenggara,dan selatan Kota Padang. b. Pantai Abrasi/Akresi (A): Terdapat pada daerah yang tersusun oleh Endapan Pematang Pantai berupa lanau-pasir, sifat endapan lepas-lepas dan dapat terjadi Abrasi/Akresi sebagai akibat dari aktifitas air laut. Adapun jenis gerakan tanah bisa berupa : Erosi Tersebar di bagian barat laut tenggara sepanjang tepi pantai yang meliputi daerah Padang.Terdapat pada batuan alluvial kuarter (Qa), biasanya terjadi di sekitar tebing sungai/pantai yang disebabkan oleh arus/ombak. Longsoran Terjadi pada batuan/tanah pelapukan yang mempunyai lereng. Gelinciran Batuan/Runtuhan Gelinciran/runtuhan batuan terjadi karena adanya perlapisan dari batuan dan juga adanya patahan.sedangkan longsoran terjadi pada tanah pelapukan. Beberapa lokasi yang diidentifikasikan rawan gerakan tanah antara lain daerah Lubuk Paraku, Panorama, Bukit Tantangan Beringin, serta Pauh Batu Busuk Patamuan di wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan; Bukit Air Manis, Bukit Lantik, Bukit Turki, Bukit Gado-Gado, serta Perbukitan sekitar Teluk Bayur di Kecamatan Padang Selatan. Daerahdaerah ini sangat berpotensi terjadi gerakan tanah apabila curah hujan turun cukup tinggi. Selain itu masih terdapat beberapa lokasi rawan gerakan tanah di wilayah Kecamatan Lubuk Begalung yaitu antara lain di Bukit Gaung, Bukit Pampangan dan Bukit Lampu. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-11

35 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang 6. Erosi Pantai Erosi pantai/abrasi merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada pantai sehingga luas daerah pantai menjadi berkurang.erosi pantai/abrasi terjadi akibat pengaruh yang berasal dari laut yaitu berupa gelombang, arus laut dan longshore current atau arus sejajar pantai. Pada umumnya proses interaksi antara perairan pantai dengan laut lepas lebih banyak ditemui pada pantai di Kota Padang karena pantai-pantai tersebut banyak berhubungan dengan lautan, terkecuali Pantai Bungus, karena pantai ini terletak pada daerah teluk, maka kecepatan arus sepanjang pantainya cenderung menjadi rendah. Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi di pantai. Pola arus pantai terutama ditentukan oleh besarnya sudut datang yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusur pantai ( longshore curent) yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatis. Jika sudut datang gelombang kecil atau sama dengan nol (gelombang yang datang sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus meretas pantai ( rip curent) dengan arah menjauhi pantai di samping terbentuknya arus menyusur pantai. Salah-satu faktor penyebab tingginya laju abrasi pantai di daerah Pasir Parupuk disebabkan oleh konstruksi yang dibangun di pantai seperti pemecah gelombang (creep). Pada umumnya konstruksi ini akan menghadang aliran litoral ( litoral drift) alami di wilayah pantai tersebut, yang berarti terganggunya pemasokan air ke pantai di bagian hilir aliran lithoral tersebut. Kondisi semacam ini akan memicu proses abrasi yang terjadi di wilayah tersebut. Pada umumnya pantai yang ada di Kota Padang kebanyakan adalah pantai pasir yang terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan lahan atas (upland). Untuk daerah pasi r di sekitar Kampus Universitas Bung Hatta, sisa-sisa terumbu karang yang dominan.pantai ini dibatasi hanya di daerah tempat gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan.untuk pantai di sekitar Kampus Universitas Bung Hatta, ekosistemnya termasuk terumbu karang yang dari segi tipenya termasuk kepada jenis terumbu karang tepi ( fringing reef), yang mempunyai kedalaman kurang dari 40 meter. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-12

36 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang 7. Banjir Kota Padang dilihat dari geomorfologinya merupakan perpaduan antara bentuk lahan perbukitan vulkanik bagian Timur, bentuk lahan aluvial bagian Tengah dan bentuk lahan marin bagian Barat. Daerah bagian Timur merupakan perbukitan vulkanik yang lebih tinggi dari daerah bagian Tengah dan Barat, sehingga daerah bentuk lahan aluvial dan marin yang dilalui oleh beberapa sungai besar seperti Batang Bungus, Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang Air Dingin serta masih ada lagi 18 sungai kecil lainnya yang mempunyai aliran permanen sepanjang tahun, sering mengalami banjir. Hal ini didukung lagi bahwa Kota Padang merupakan daerah tropis mempunyai curah hujan yang cukup tinggi rata-rata 300 mm per-bulan dengan rata-rata hari hujan hari per-bulan. Apalagi luapan sungai tersebut bersamaan dengan terjadinya pasang di laut. Tingkat bahaya banjir di kecamatan Padang Barat dapat dibedakan menjadi bahaya banjir tinggi dan sedang.tingkat bahaya banjir tinggi umumnya tersebar pada daerah dataran yang memiliki satuan bentuk lahan dataran banjir, dataran aluvial, rawa belakang, dan depresi antar gisik.tingkat bahaya banjir terbesar terdapat pada Kecamatan Koto Tangah dengan luas daerah 790 ha.tingkat bahaya banjir sedang yang terbesar terdapat pada Kecamatan Kuranji dengan luas daerah 802 Ha. Gambar 3.5 Peta Multi Hazard Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-13

37 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang 3.4. PENGGUNAAN LAHAN KOTA PADANG Penggunaan lahan di Kota Padang dilihat dari proporsi terhadap luas administrasinya, 50% lebih areanya berupa hutan lebat, lalu disusul oleh keberadaan semak belukar, dan kebun campuran. Dilihat dari data luasan tersebut, diketahui bahwa sangat sedikit luasan area terbangun di Kota Padang, hanya penggunaan lahan tanah perumahan yang memiliki luasan area terbangun yang paling tinggi proporsinya dalam mengisi penggunaan lahan di Kota Padang. Tabel 3.4 Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Kota Padang Luas Lahan (Ha) No. Jenis Penggunaan Tanah Perumahan Tanah Perusahaan Tanah Industri termasuk PT Semen Padang Tanah Jasa Sawah Beririgasi Teknis Sawah Non Irigasi Ladang Perkebunan Rakyat Kebun Campuran Kebun Sayuran Peternakan Kolam Ikan Danau Buatan Tanah Kosong Tanah Kota Semak Rawa/Hutan Mangrove Jalan Arteri dan Kolektor Hutan Lebat Sungai dan lain-lain Sumber :Padang Dalam Angka, Perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu setahun terakhir, dari data yang diperoleh pada Padang Dalam Angka Tahun 2012, adalah tanah perumahan yang mengalami pengurangan luasan penggunaan lahannya, sedangkan tanah perusahaan mengalami peningkatan penggunaan lahannya dari tahun 2010 ke tahun Sawah non irigasi yang ada di Kota Padang juga mengalami perubahan penggunaan lahan, terihat PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-14

38 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang dari luasan penggunaannya yang berkurang, namun untuk kebun campuran pengunaan lahannya mengalami peningkatan hampir 800 ha dalam setahun terakhir. Luas Penggunaan Lahan Kota Padang Tahun 2011 (Ha) 0,5% 9,6% 1,0% 0,4% 1,0% Tanah Perumahan Tanah Perusahaan 7,1% 0,2% 1,4% 3,1% Tanah Industri termasuk PT Semen Padang Tanah Jasa 51,0% Sawah Beririgasi Teknis 19,9% Sawah Non Irigasi Ladang 0,1% 0,2% 0,2% 2,2% 1,9% Perkebunan Rakyat Sumber :Padang Dalam Angka, Gambar 3.6 Persentase Penggunaan Lahan Kota Padang 3.5. KEPENDUDUKAN KOTA PADANG Pada tahun 2011, penduduk Kota Padang mencapai jiwa, naik sejumlah jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya pun bertambah dari jiwa/km2 menjadi jiwa/km2. Kecamatan terbanyak jumlah panduduknya adalah Koto Tangah dengan jiwa, tetapi karena wilayahnya paling Iuas hingga mencapai 33 persen dari Iuas Kota Padang maka kepadatan penduduknya termasuk rendah yaitu 715 jiwa/km2. Kecamatan yang paling kecil jumlah penduduknya ( jiwa) dan sekaligus paling rendah kepadatannya ( 230 jiwa/km2 ) adalah Bungus Teluk Kabung. Kecamatan Iain yang juga jarang penduduknya adalah Kecamatan Pauh yaitu 417 jiwa/km2 dan Lubuk Kilangan yaitu 580 jiwa/km2. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-15

39 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Tabel 3.5 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kota Padang No. Kecamatan Tahun Bungus Teluk Kabung Lubuk Kilangan Lubuk Begalung Padang Selatan Padang Timur Padang Barat Padang Utara Nanggalo Kuranji Pauh Koto Tengah Kota Padang Sumber :Padang Dalam Angka, Menurut survei yang dilakukan BPS, 47,30% dari penduduk Kota Padang berumur 15 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja adalah bakerja atau sementara tidak bekerja tetapi sebenarnya mempunyai pekerjaan. Sadangkan jumlah pencari kerja yaitu 4,40 persen dari penduduk barumur 15 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja. Sisanya sebesar 52,70 persen dari panduduk Kota Padang berumur 15 tahun keatas adalah bukan angkatan kerja, termasuk didalamnya adalah orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan Iain-Iain. Dari orang pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota Padang, sebesar orang Iulusan SMU dan orang Sarjana. Menurut catatan dinas tersebut, hanya sabanyak 323 orang pencari kerja yang mendapatkan pekerjaan. No. Tabel 3.6 Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Padang Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk pertahun (%) 1 Bungus Teluk Kabung 2 Lubuk Kilangan 3 Lubuk Begalung 20,181 23,142 38,518 49,751 84, , PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-16

40 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang No. Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk pertahun (%) 4 Padang Selatan 55,651 57, Padang Timur 81,613 77,932 6 Padang Barat 60,886 46,060 7 Padang Utara 67,358 69,275 8 Nanggalo 51,910 57,731 9 Kuranji 97, , Pauh 41,215 60, Koto Tengah 121, ,633 Kota Padang 720, ,316 Sumber :Padang Dalam Angka, Kepadatan penduduk di Kota Padang pada Tahun 2011, terdata secara keseluruhan sebanyak penduduk per Km 2. Kepadatan penduduk tertinggi berada dikecamatan Padang Timur, dengan jumlah penduduk per Km 2 sebanyak penduduk. Dan untuk kecamatan yang memiliki kepadatan paling rendah adalah kecamatan Bungu Teluk Kaung, denga kepadatan penduduk 230 penduduk per Km 2. Tabel 3.7 Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Padang No. Kecamatan Luas Daerah (Km2) Penduduk Kepadatan 1 Bungus Teluk Kabung ,142 2 Lubuk Kilangan ,751 3 Lubuk Begalung ,018 4 Padang Selatan ,386 5 Padang Timur ,932 6 Padang Barat ,060 7 Padang Utara ,275 8 Nanggalo ,731 9 Kuranji , Pauh 414 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-17

41 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang No. Kecamatan Luas Daerah (Km2) Penduduk Kepadatan , Koto Tengah ,633 Kota Padang ,316 Sumber :Padang Dalam Angka, Tabel 3.8 Kepadatan Penduduk menurut Kelurahan di Kota Padang KECAMATAN KELURAHAN Jumlah Penduduk Laki-laki BUNGUS TELUK KABUNG KOTO TANGAH Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah Keluarga Jumlah Keluarga Pertanian Jumlah anggota keluarga buruh tani BUNGUS SELATAN TELUK KABUNG TENGAH TELUK KABUNG UTARA BUNGUS BARAT TELUK KABUNG SELATAN BUNGUS TIMUR BUNGO PASANG PARUPUK TABING PASIR NAN TIGO DADOK TUNGGUL HITAM BATANG KABUNG LUBUK BUAYA PADANG SARAI KOTO PANJANG IKUA KOTO KOTO PULAI BATIPUH PANJANG AIR PACAH LUBUK MINTURUN BALAI GADANG KURANJI ANDURING LUBUK BEGALUNG PASAR AMBACANG LUBUK LINTAH AMPANG KALUMBUK KORONG GADANG KURANJI GUNUNG SARIK SUNGAI SAPIH GATES NAN XX PAMPANGAN NAN XX PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-18

42 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang KECAMATAN KELURAHAN Jumlah Penduduk Laki-laki Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah Keluarga Jumlah Keluarga Pertanian Jumlah anggota keluarga buruh tani KOTO BARU NAN XX LUBUK KILANGAN TANJUANG AUR NAN XX GURUN LAWEH NAN XX BANUARAN NAN XX LUBUK BEGALUNG NAN XX PAGAMBIRAN AMPULU NAN XX PARAK LAWEH PULAU AIR NAN XX TANJUNG SABA PITAMEH NAN XX TANAH SIRAH PIAI NAN XX KAMPUNG JUA NAN XX BATUANG TABA NAN XX KAMPUNG BARU NAN XX CENGKEH NAN XX KOTO LALANG TARANTANG BERINGIN BATU GADANG INDARUNG PADANG BESI BANDAR BUAT NANGGALO TABIANG BANDA GADANG PADANG BARAT PADANG SELATAN GURUN LAWEH KAMPUNG OLO KAMPUNG LAPAI BARU SURAU GADANG KURAO PAGANG BELAKANG TANGSI OLO BEROK NIPAH RIMBO KALUANG PURUS FLAMBOYAN BARU UJUNG GURUN KAMPUNG PONDOK KAMPUNG JAO PADANG PASIR TALUAK BAYUA AIR MANIS PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-19

43 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang KECAMATAN KELURAHAN Jumlah Penduduk Laki-laki Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah Keluarga Jumlah Keluarga Pertanian Jumlah anggota keluarga buruh tani BUKIK GADO GADO PADANG TIMUR PADANG UTARA BELAKANG PONDOK ALANG LAWEH MATO AIE SEBERANG PADANG RANAH PARAK RUMBIO BATANG ARAU SEBERANG PALINGGAM PASA GADANG RAWANG SAWAHAN GANTING PARAK GADANG PARAK GADANG TIMUR KUBU MARAPALAM KUBU PARAK KARAKAH ANDALAS SIMPANG HARU JATI BARU JATI SAWAHAN TIMUR ULAK KARANG SELATAN ULAK KARANG UTARA AIR TAWAR TIMUR AIR TAWAR BARAT LOLONG BELANTI GUNUNG PANGILUN ALAI PARAK KOPI PAUH PISANG BINUANG KAMPUNG DALAM PIAI TANGAH CUPAK TANGAH KOTO LUAR LAMBUNG BUKIT LIMAU MANIS SELATAN LIMAU MANIS KAPALA KOTO Sumber : Podes Kota Padang, PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-20

44 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang 3.6 GAMBARAN UMUM SANITASI KOTA PADANG Kondisi Penanganan Air Limbah Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Padang hingga saat ini masih bersifat individual dengan sistem setempat ( onsite system) menggunakan septik tank yang secara periodik perlu dilakukan penyedotan lumpurnya. Perkiraan jumlah air buangan di wilayah Kota Padang didasarkan pada kriteria setiap 80% dari kebutuhan air bersih akan dibuang sebagai air limbah. Berdasarkan revisi RTRW Kota Padang , jumlah proyeksi air limbah Kota Padang pada tahun 2030 diperkirakan sekitar liter/detik, seperti diuraikan pada tabel berikut ini : Tabel 3.9 Perkiraan Volume Air Limbah Kota Padang Tahun 2030 NO. URAIAN SATUAN TAHUN PERENCANAAN Penduduk Jiwa Administratif 2 Kebutuhan Air Minum lt/det Volume Air Limbah (75% Kebutuhan Air Minum) Sumber : Review RTRW Kota Padang lt/det Gambar 3.7 Kondisi Jamban yang Asal-asalan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-21

45 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Pada saat ini mayoritas penduduk Kota Padang masih menggunakan jamban pribadi yang dilengkapi dengan sarana pengolahan buangan setempat berupa septik tank baik secara individual maupun kelompok (komunal). Berdasarkan data dari profil kesehatan Kota Padang Jumlah Kepala keluarga (KK) yang ada sebanyak KK. Pemeriksaan kepemilikan sanitasi dasar dilakukan pada KK. Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan untuk kepemilikan jamban sebanyak KK (73.4%) dan dinyatakan sehat sebanyak 72.1%. Untuk pengelolaan air limbah jumlah KK yang memiliki jamban sebanyak KK (49.01%) dan dinyatakan dan dinyatakan sehat sebanyak 65.7%. Tabel 3.10 Persentase Jamban Keluarga Menurut Kecamatan Tahun 2012 NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KELUARGA JAMBAN KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA MEMILIKI SEHAT JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % Padang Barat Padang Pasir Padang Timur Andalas Padang Utara Ulak Karang Alai Air Tawar Seberang Padang Seberang Padang Pemancungan Rawang Barat Koto Tangah Lubuk Buaya Air Dingin Nanggalo Nanggalo Lapai Kuranji Kuranji Belimbing Ambacang Pauh Pauh Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan Lubuk Begalung Lubuk Begalung Pagambiran Bungus Bungus JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber: Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang 2012 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-22

46 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Tabel 3.11 Persentase Pengelolaan Air Limbah Keluarga Berdasarkan Puskesmas Tahun 2012 NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH KELUARGA KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA MEMILIKI SEHAT JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % 1 Padang Barat Padang Pasir , , ,9 2 Padang Timur Andalas , , ,5 3 Padang Utara Ulak Karang , , ,9 4 Alai , , ,0 5 Air Tawar , , ,4 6 Seberang Padang Seberang Padang , , ,2 7 Pemancungan , , ,2 8 Rawang Barat , , ,2 9 Koto Tangah Lubuk Buaya , , ,4 10 Air Dingin , , ,6 11 Nanggalo Nanggalo , , ,3 12 Lapai , , ,1 13 Kuranji Kuranji , , ,0 14 Belimbing , , ,0 15 Ambacang , , ,0 16 Pauh Pauh , , ,6 17 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan , , ,0 18 Lubuk Begalung Lubuk Begalung , , ,0 19 Pagambiran , , ,4 20 Bungus Bungus , , ,4 JUMLAH (KAB/KOTA) , , ,7 Sumber: Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang 2012 Dengan melihat uraian diatas, dimana sebesar 72,1% masyarakat Kota Padang memiliki pengolahan air limbah setempat berupa septik tank sedangkan yang dinyatakan sehat/layak sebesar 65,7%. Dengan demikian sekitar 27,9% limbah rumah tangga dibuang sawah/kolam, sungai/danau/laut dan lobang tanah, seperti terlihat pada gambar grafik dibawah ini yang mencerminkan pengolahan air limbah domestik di setiap kecamatan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-23

47 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang SARANA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK KOTA PADANG 3% 17% 8% Septik Tank Sawah/Kolam 72% Sungai/Danau/Laut Lobang/Tanah Aspek Teknis Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan kondisi pengolahan limbah yang sebagian besar berupa on-site sistem, maka Upaya operasional layanan pengelolaan air limbah rumah tangga/domestik dilakukan dengan cara : a. Penyediaan IPLT sebagai sarana pengolahan air limbah rumah tangga; b. Penyediaan layanan jasa penyedotan kakus dengan skala layanan yang tidak hanya terbatas di wilayah Kota Padang. namun juga hingga pada wilayah kota dan kabupaten lain di sekitar Kota Padang; c. Kerjasama pengelolaan dengan pihak swasta dalam bentuk kontrak kelola fasilitas MCK di wilayah pasar dan terminal. Pengolahan air limbah yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang berupa penyedotan lumpur tinja dari septik tank dan pengolahan lumpur tinja di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di RW 19 / RT 4 Kelurahan Surau Gadang Nanggalo dengan kapasitas sebesar 81 m³. Sistem pengolahan di IPLT terdiri dari kolam Imhoff, kolam Anaerob, kolam Fakultatif, kolam Maturasi dan unit Pengering Lumpur. Jumlah truk tinja yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang saat ini berjumlah 1 unit dengan kapasitas liter.selain yang dikelola oleh Pemda. terdapat 3 truk penyedotan tinja yang dikelola oleh pihak swasta. Masing-masing truk dalam sehari ratarata dapat melayani 4 kali pengangkutan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-24

48 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Penanganan Lumpur Untuk mengolah tinja ini dilakukan di IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) yang terletak di Kecamatan Nanggalo dengan kapasitas maksimal sistem 81,6 m 3 /hari atau mampu melayani KK, dimana limbah tinja ini diproses secara alami, sehingga limbah yang dikeluarkan ke badan air penerima tidak membahayakan lingkungan atau berada di bawah ambang batas standar yang telah ditetapkan Bapedalda. IPLT ini dilengkapi dengan laboratorium untuk memeriksa kadar ph, BOD dan COD air limbah tersebut setiap 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan, untuk pengambilan sampel diambil dari kolam 7, kolam 8 dan kolam 9. Tahap-tahap pengolahan lumpur tinja di IPLT adalah : 1. Imhoff Tank Merupakan unit awal dan berfungsi sebagai unit penerima limbah dari truk tinja.unit ini bertujuan untuk mengolah lumpur endapan dan mengurangi bau karena sebagian besar Suspended Solid (SS) ini juga merupakan penyebab timbulnya bau. 2. Kolam Anaerobic Pada kolam ini proses yang terjadi adalah Anaerobik. Apabila proses berjalan dengan baik/sempurna, maka permukaan kolam akan timbul kerak buih. Kerak buih berfungsi untuk menahan panas dan bau di dalam kolam agar tidak menguap dan menyebabkan sinar matahari tidak masuk ke dalam kolam, sehingga algae tidak dapat tumbuh dan tidak ada. 3. Kolam Fakultatif Pada kolam ini proses yang terjadi adalah anaerobik dan aerob. Bagian permukaan kolam proses yang terjadi adalah proses aerob yaitu terjadi kerjasama antara bakteri dan algae, sehingga terjadi proses fotosintesa yang meghasilkan O 2 /oksigen. Bagian dasar kolam proses yang terjadi adalah proses anaerob. Fotosintesis tidak terjadi dan O 2 /oksigen tidak ada. 4. Kolam Maturasi Kolam maturasi ini disebut juga dengan kolam pematangan. Proses pematangan yang terjadi berguna untuk menurunkan bakteri phatogen. Proses berjalan dengan baik ditandai dengan tertutupnya lapisan permukaan kolam oleh ganggang hijau, sehingga permukaan kolam akan berwarna hijau. 5. Sludge Drying Bed (Bak Pengering Lumpur) Merupakan rangkaian terakhir dari sistem IPLT, lumpur berasal dari Imhoff Tank dan masuk ke pengering lumpur. Pada drying bed ada penyaring yang terdiri dari pasir, PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-25

49 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang ijuk dan kerikil, sehingga menyebabkan air dari lumpur akan tersaring dan lumpur akan kering dengan bantuan sinar matahari. Dimensi pengolah lumpur tinja di Kecamatan Nanggalo dapat dilihat pada Tabel 3.12, sedangkan skema pengolahan IPLT dapat dilihat pada Gambar 3.8. Tabel 3.12 Dimensi Bangunan Pengolah Lumpur Tinja Di Kec. Nanggalo No. Bangunan Debit BODin BODout Luas Atas Luas Bawah Kedalaman Volume (Q) (mg/l) (mg/l) (D) (m) (V) (m 3 ) m 3 P L P L /hari (m) (m) (m) (m) 1 Imhoff Tank , , Anaerob , , Anaerob , Anaerob Fakultatif , Fakultatif Maturasi Maturasi Sumber : DinasKebersihan Kota Padang, 2013 Gambar 3.8 Peta Lokasi IPLT di Kel. Surau Gadang Kec. Nanggalo (Sumber :Peta Citra Quick Bird Kota Padang, 2011) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-26

50 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Gambar 3.9 Skema Pengolahan IPLT NANGGALO (Sumber :Dinas Kebersihan Kota Padang, 2013) IN Imhoff Tank AI OUT AIII AIV FI FIII MI MII AII SDB Keterangan : A = Anerobik F = Fakultatif M = Maturasi SDB = Sludge Drying Bed = Limbah Tinja = Lumpur Tinja PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-27

51 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Landasan Hukum/Legal Operasional Secara hukum, pengelolaan air limbah di Kota Padang, telah diatur dengan Perda No.6 Tahun 2002 tentang retribusi penyedotan kakus dan atau pemusnahan tinja. Besarnya tarif retribusi penyedotan dan pemusnahan tinja berdasarkan Perda tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jarak 1 20 Km dengan volume 0 2,5 m 3 : a. Non komersil sebesar Rp ,-/kali penyedotan b. Komersil sebesar Rp ,-/kali penyedotan 2. Jarak lebih dari 20 Km dengan volume 0 2,5 m 3 dikenakan tambahan biaya angkutan sebesar Rp ,-/Km 3. Bagi badan atau orang pribadi yang membuang langsung tinja untuk dimusnahkan di IPLT yang penyedotannya tidak dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan volume 0 2,5 m 3 dikenakan retribusi sebesar Rp , Aspek Institusional Upaya penanganan air limbah domestik di Kota Padang saat ini merupakan upaya yang masih bertumpu pada peran dan upaya pemerintah. Masyarakat baik secara individu maupun kelompok, dan juga sektor swasta telah menunjukkan peran dan keterlibatannya dalam penanganan masalah subsektor ini, namun demikian tingkat pelaksanaan peran atau keterlibatannya masih relatif minimal.dalam penanganan sub sektor air limbah domestik, peran Pemerintah Kota untuk sementara ini dijalankan oleh institusi : a. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), yang dijalankan oleh Bidang Sanitasi Pengelolaan Sampah dan Air Limbah b. Dinas Kesehatan melalui pelaksanaan tugas Seksi Penyehatan Lingkungan dan Seksi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Hingga saat ini upaya nyata yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang dalam rangka penanganan subsektor air limbah domestik dapat diamati dari upaya kebijakan yang bersifat strategis, upaya penanganan layanan yang bersifat teknis operasional, serta upaya pembinaan dan peningkatan kesadaran. Upaya kebijakan yang terkait dengan penanganan air limbah domestik dilakukan dengan penerbitan dan penegakkan kebijakan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-28

52 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) menjalankan fungsi sebagai regulator kebijakan di level teknis dan pelaksana (operator) kegiatan operasional di bidang pengelolaan air limbah. Dalam pelaksanaan fungsi sebagai regulator teknis, DKP bertanggungjawab untuk merencanakan dan mengawasi penanggulangan air limbah. Sementara dalam fungsi sebagai operator dalam hal layanan pengelolaan air limbah DKP menjalankan tugas untuk: a. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan dan penanggulangan limbah. b. Memberikan rekomendasi pembuangan air kotor / limbah dalam pendirian industriindustri, rumah, bengkel-bengkel, dan tempat cuci kendaraan, hotel, rumah sakit dan lain-lain Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Air Limbah Rumah Tangga Di samping peran pemerintah. peran masyarakat Kota Padang dalam pengelolaan air limbah domestik juga telah nampak meski dalam skala peran yang terbatas. Peran tersebut dijalankan oleh masyarakat Kota Padang secara individual ataupun tingkatan rumah tangga dalam bentuk: a. Upaya pengadaan atau pembangunan saluran penyaluran air limbah rumah tangga/domestik seperti sambungan saluran pembuangan air limbah bekas cucian. mandi dan sebagainyake saluran/riol; b. Upaya pengadaan atau pembangunan serta pemanfaatan tangki septic sebagai sarana penampungan limbah tinja domestik (black water). Beberapa kegiatan berbasis masyarakat yang telah dan akan dilakukan guna meningkatkan akses sanitasi diantaranya ialah yang dilakukan oleh LP2M melalui program jamban dan sumur bergulir yang berlokasi di Kelurahan Koto Lalang dan Kelurahan Batu Gadang yang bertujuan untuk terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu terdapat juga pembangunan MCK++ yang berlokasi di Purus atas inisiatif bantuan hibah dan pendampingan teknis dari USAID-ESP- (Program Jasa Lingkungan yang didanai oleh USAID) bekerjasama dengan Pemerintah Kota Padang dan BORDA. Upaya masyarakat di tingkat kelompok dalam fungsi pengelolaan air limbah domestik saat ini juga telah mulai muncul. Upaya ini dapat dilihat dari peran kelompok PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-29

53 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang masyarakat pada level kelurahan dalam bentuk upaya pembangunan serta pemanfaatan sarana jamban keluarga meski dalam kondisi yang masih sederhana. Peran stakeholder lainnya yaitu sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang saat ini baru terwujud dalam bentuk pengelolaan fasilitas sarana umum MCK milik Pemerintah Kota Padang. Sementara keterlibatan sektor swasta secara langsung dalam pengelolaan polutan limbah domestik belum terlihat di Kota Padang Permasalahan Dalam Pengelolaan Air Limbah Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, ada beberapa permasalahan yang dihadapi pemerintah Kota Padang, diantaranya adalah : 1. Belum maksimalnya kinerja lembaga penanggungjawab regulasi dan layanan operasional pengelolaan air limbah: a. Terbatasnya jumlah anggaran operasional yang tersedia pada DKP dalam rangka penanganan air limbah rumah tangga. Kondisi ini mempengaruhi kinerja DKP karena pada dasarnya dalam kondisi dimana pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengelola air limbah rumah tangga/domestik secara benar belum terbangun, dan fasilitas atau sarana masyarakat untuk pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang masih sangat terbatas, maka tuntutan akan peran DKP sangatlah besar. Tuntutan dan kebutuhan peran yang besar tersebut untuk sementara waktu ini belum dapat terjawab sehubungan dengan terbatasnya anggaran yang ada. b. Tupoksi DKP telah menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi yaitu fungsi regulasi terkait dengan kewenangan institusi ini sebagai lembaga teknis daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di bidang kebersihan, pertamanan, yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan suatu dinas daerah. Kondisi masih tergabungnya kedua fungsi tersebut di dalam organisasi DKP telah menyebabkan DKP berada dalam kondisi beban tupoksi yang terlalu berat (overload)sehingga mempengaruhi efektivitas kinerja DKP dalam penanganan air limbah. c. Belum ada master plan kota untuk pembuangan air limbah rumah tangga. 2. Peran serta masyarakat yang saat ini masih terbatas pada pembangunan dan pemeliharaan sarana pengelolaan air limbah domestik, dan belum mampu PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-30

54 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang menjangkau pada upaya aktif untuk mampu mengelola air limbah domestik secara mandiri terjadi karena beberapa hal diantaranya: a. Masih terbatasnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk mengelola air limbah domestik dalam bentuk grey water dan black water secara benar; b. Pada beberapa wilayah dan kategori masyarakat tertentu kemampuan masyarakat untuk memiliki sarana pengelolaan air limbah domestik terkendala oleh keterbatasan finansial atau juga keterbatasan lahan; c. Masih cukup tingginya tingkat permisivitas masyarakat terhadap pola perilaku pengelolaan air limbah dalam bentuk grey water maupun black water yang dilakukan oleh masyarakat lainnya; d. Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis. 3. Kondisi terbatasnya peran serta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang saat ini terjadi karena: a. Saat ini prospek bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik belum tersosialisasikan secara efektif pada kalangan swasta yang ada di Kota Padang; b. Keberadaan sektor swasta di Kota Padang sendiri saat ini masih relatif sedikit Kondisi Penyediaan Air Bersih Sumber Air Minum Masyarakat Sumber air minum yang diperoleh masyarakat Kota Padang berasal dari air kemasan, PAM/PDAM, pompa listrik/tangan, sumur, mata air, dan lainnya. Kelurahan yang sebagian besar keluarganya memperoleh air untuk minum atau memasak berasal dari air kemasan adalah Kelurahan Tanjung Aur Nan, Purus,Air Tawar Barat, dan Ujung Gurun. Kelurahan yang sebagian besar keluarganya memperoleh air untuk minum atau memasak berasal dari PAM/PDAM sebanyak 58 kelurahan. Kelurahan yang sebagian besar keluarganya memperoleh air untuk minum atau memasak berasal dari pompa listrik atau tangan adalah kelurahan Ampang dan Lubuk Lintah. Kelurahan yang sebagian besar keluarganya memperoleh air untuk minum atau memasak berasal dari sumur sebanyak 36 Kelurahan. Kelurahan yang sebagian besar keluarganya memperoleh air untuk minum PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-31

55 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang atau memasak berasal dari Mata air adalah Kelurahan Batang Arau, Taluak Bayua, dan Bukik Gado Gado. Masyarakat dalam memperoleh air minum selain dari air kemasan, fasilitas instalasi air minum masyarakat tersebut, jenis pengunaanya kebanyakan masing-masing atau sendiri, karena berdasarkan data yang diperoleh, 91 kelurahan jenis penggunaan fasilitas air minum sendiri, hanya Kelurahan Teluk Kabung Selatan yang jenis penggunaan fasilitas air minum bersama, lalu 4 kelurahan yang jenis penggunaan fasilitas air minum umum. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-32

56 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Tabel 3.13 Persentase Jumlah Keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih Tahun 2011 NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH % JENIS SARANA AIR BERSIH KELUARGA YANG KELUARGA KELUARGA KEMASAN LEDENG SPT SGL MATA AIR PAH LAINNYA JUMLAH ADA DIPERIKSA SUMBER AIR BERSIHNYA DIPERIKSA JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % 1 Padang Padang Pasir Barat 2 Padang Andalas Timur 3 Padang Ulak Karang Utara 4 Alai Air Tawar Seberang Seberang Padang Padang 7 Pemancungan Rawang Barat Koto Lubuk Buaya Tangah 10 Air Dingin Nanggalo Nanggalo Lapai Kuranji Kuranji Belimbing Ambacang Pauh Pauh Lubuk Lubuk Kilangan Kilangan 18 Lubuk Lubuk Begalung Begalung 19 Pagambiran Bungus Bungus JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber: Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang 2012 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal. : 3-33

57 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kota Padang. Pemerintah Kota Padang bekerjasama dengan PDAM Kota Padang. Penyediaan air bersih menyangkut beberapa aspek. antara lain aspek hukum. aspek institusional. aspek pelayanan. aspek teknis dan operasional Landasan Hukum/Legal Operasional Pengelolaan air bersih di Kota Padang diatur dengan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Aspek Teknis dan Operasional Kebutuhan air bersih di Kota Padang dilayani oleh PDAM dengan total produksi yaitu m 3 dengan pemakaian instalansi m 3. distribusi dan mengalami kehilangan air m 3 (Tahun 2011). PDAM Kota Padang memiliki jenis pelanggan yang beraneka ragam. sebanyak unit pelanggan yang tersebar di 15 rayon di Kota Padang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel dan Tabel Tabel 3.14 Jumlah Produksi. Pemakaian. Distribusi dan Kehilangan Air Kota Padang Tahun Produksi Pemakaian (M 3 ) Distribusi Kehilangan (M 3 ) Jual Instalansi (M 3 ) Air (M 3 ) Sumber : PDAM Padang Tahun Tabel 3.15 Jumlah Pelanggan PDAM dan Pemakaian Menurut Jenis Pelanggan Kota Padang Tahun 2011 No Jenis Pelanggan Pelanggan (Unit) Pemakaian (000 M3) 1 Kelompok I-A (Hydran Umum. MCK Umum. WC Umum. Terminal Air dan Tempat Ibadah) 2 Kelompok I-B (Hydrant Umum, MCK Umum, WC Umum, Terminal Air dan Tempat Ibadah) 3 Kelompok II-A (Yayasan Sosial, Panti Asuhan dan Badan Sosial Lainnya) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-34

58 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang No Jenis Pelanggan Pelanggan (Unit) Pemakaian (000 M3) 4 Kelompok II-B (Rumah Tangga A. Sekolah Negeri. Rumah Sakit Laboratorium & Sanotarium. Pemerintahan dan Instansi Pemerintah A) 5 Kelompok II-C (Rumah Tangga C) Kelompok II-D (Rumah Tangga D) Kelompok III-A (Rumah Tangga B. Sekolah Swasta) Kelompok III-B (Rumah Tangga C. Kios. Industri Rumah Tangga. Instansi Pemerintahan B. Kolam Renang Milik Pemerintah 9 Kelompok IV-A (Rumah Tangga D. Real Estate. kedutaan. dan Konsulat Asing dan Instansi Pemerintah C) Kelompok IV-B (Niaga Kecil. Industri kecil dan Lembaga Swasta Non Komersil) 11 Kelompok IV-C (Niaga Besar dan Industri Besar) Kelompok V (Khusus Pelabuhan Laut dan Sungai. PLN dan Gas Unit Produkai. Telekomunikasi unit Sentral Otomat) Sumber : PDAM Padang Tahun 2012 Jumlah Tabel 3.16 Jumlah Pelanggan PDAM Menurut Rayon Kota Padang Tahun 2011 No Rayon Jumlah Jumlah Sumber : PDAM Padang Tahun 2012 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-35

59 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Gambar 3.10 Sumber Air PDAM Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-36

60 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Gambar 3.11 Area Pelayanan PDAM Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-37

61 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Kondisi Pengelolaan Persampahan Keberhasilan pengelolaan persampahan di suatu kota tidak terlepas dari beberapa aspek yang terkait. Peranan masing-masing aspek tersebut sangat menentukan berhasil atau tidaknya penanganan pengelolaan persampahan. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah aspek hukum. aspek institusional. aspek teknis dan teknologi. serta aspek peranserta masyarakat. Gambar 3.12 Kondisi Sampah di Lingkungan Permukiman Landasan Hukum/Legal Operasional Aspek hukum dalam pengelolaan sampah di Kota Padang meliputi: 1. Perda No.5 Tahun 1985 tentang kebersihan dalam daerah Kotamadya Tingkat II Padang; 2. Perda No.5 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan; 3. Perda No.3 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang No.5 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. Pemungutan retribusi pelayanan persampahan ini bekerjasama antara pemerintah dengan PDAM Kota Padang dengan cara memungut retribusi melalui rekening PDAM. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-38

62 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Sementara daerah yang bukan daerah pelayanan PDAM. pemungutan dilakukan langsung oleh petugas kolektor DKP. Berdasarkan Perda No.3 Tahun 2007 tersebut. besarnya tarif retribusi untuk masing-masing jenis dan kelas bangunan adalah sebagai berikut: Tabel 3.17 Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan No Jenis/Kelas Bangunan Tarif Retribusi /m 2 /hari /bulan /m 3 sampah 1 Penginapan a. Hotel berbintang Rp. 7.- b. Hotel melati Rp. 6.- c. Losmen. wisma Rp. 5.- d. Pondokan. asrama. pesantren Rp Restoran. rumah makan. rumah makan ampera. kedai kopi a. Restoran Rp. 7.- b. Rumah makan Rp. 6.- c. Rumah makan ampera Rp. 5.- d. Kedai kopi Rp Taman hiburan/rekreasi. bioskop. gedung Rp. 5.- pertunjukan 4 Sarana kesehatan a. Rumah sakit Rp. 5.- b. Klinik. puskesmas. praktek dokter Rp. 4.- bersama 5 Toko swalayan. supermarket. plaza Rp Ruko. toko. kios/kedai a. Ruko Rp. 8.- b. Toko Rp. 7.- c. Kios/kedai Rp Gudang Rp Pabrik. industri. perbengkelan Rp Kantor. sekolah/tempat kursus/lembaga Rp. 2.- pendidikan 10 Tarif retribusi rumah tempat tinggal a. > 250 m 2 Rp b. 200 m m 2 Rp c. 150 m m 2 Rp d. 71 m m 2 Rp e. < 70 m 2 Rp Persil Rp Penggunaan LPA a. Non komersil Rp b. Komersil Rp Sumber : Perda No PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-39

63 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Aspek Institusional Pengelolaan sampah di Kota Padang melibatkan 5 (lima) dinas. dengan rincian : 1. DKP Kota Padang. mengelola sampah dari permukiman. daerah komersial. perkantoran. sebagian industri. jalan raya. taman-taman kota. dan Lokasi Pembuangan Akhir (LPA); 2. Dinas Pasar. mengelola sampah pasar yang ada di seluruh Kota Padang (mulai dari pengumpulan sampai pengangkutan ke LPA); 3. DPU. mengelola sampah dari saluran drainase dan irigasi (mulai dari pengumpulan sampai pengangkutan ke LPA); 4. Dinas Pariwisata. mengelola sampah yang berada di lokasi objek wisata. Biasanya Dinas Pariwisata membakar sendiri sampah yang dihasilkan atau menimbunnya di lokasi tersebut; 5. Dinas Perhubungan. mengelola sampah di Terminal Regional Bingkuang (TRB) Cakupan Pelayanan Untuk kepemilikan tempat sampah sebanyak KK (79.6%) dan dinyatakan sehat sebanyak 68.7% seperti yang digambarkan pada tabel dibawah ini. Tabel 3.18 Persentase Jumlah Keluarga yang Memiliki Tempat Sampah Menurut Puskesmas Tahun 2011 N O KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KELUARGA TEMPAT SAMPAH KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA MEMILIKI SEHAT JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % 1 Padang Barat Padang Pasir Padang Timur Andalas Padang Utara Ulak Karang Alai Air Tawar Seberang Seberang Padang Padang 7 Pemancungan Rawang Barat Koto Tangah Lubuk Buaya Air Dingin Nanggalo Nanggalo PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-40

64 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang N O KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KELUARGA TEMPAT SAMPAH KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA MEMILIKI SEHAT JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % 12 Lapai Kuranji Kuranji Belimbing Ambacang Pauh Pauh Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan Lubuk Begalung Lubuk Begalung Pagambiran Bungus Bungus JUMLAH (KAB/KOTA) Sumber: Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang Aspek Teknis dan Teknologi Teknis pengelolaan sampah Kota Padang dimulai dari tahap pewadahan. pengumpulan sampah di sumber selanjutnya tahap pengangkutan. Tahap pewadahan merupakan tahapan dimana sampah yang dihasilkan masyarakat dikumpulkan dalam wadah yang disediakan oleh DKP maupun pewadahan masyarakat sendiri. Pewadahan yang digunakan di Kota Padang cukup beragam jenisnya. antara lain bak sampah. gantungan sampah. boks sampah. dan kontainer. Jenis pewadahan disesuaikan dengan lokasi sumber sampah. Dari segi teknis untuk pengumpulan dan pengangkutan. pemerintah Kota Padang telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan kota. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di DKP dapat dilihat pada Tabel PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-41

65 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Gambar 3.13 Sistem Manajemen Persampahan Kota Padang Tabel 3.19 Sarana dan Prasarana DKP Kota Padang No Jenis Jumlah (unit) 1 Amroll truck 23 2 Dump truck 14 3 Truk bak kayu 5 4 Truk tangki penyiram 2 5 Mini dump truck (operasional truk kecamatan) 17 6 Kijang pick up 13 7 Becak motor 22 8 Becak dayung Sampan 2 10 Mesin potong rumput 4 11 Mesin semprot lalat 1 12 Sekop 6 13 Cangkul Sapu lidi 3 15 Container Bak sampah (TPS/LPS) Gantungan sampah Box sampah 120 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-42

66 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang A. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tahap pengumpulan sampah dibedakan atas kegiatan pada penyapuan jalan dan pengumpulan langsung dari sumber-sumber ke kendaraan pengumpul. Pengumpulan sampah pemukiman dilakukan dengan sistem door to door menggunakan becak motor dan becak dayung menuju TPS. Sampah dari TPS akan diangkut ke LPA (Lokasi Pembuangan Akhir) dengan menggunakan truk yang dilakukan dua hari sekali. Untuk kawasan komersial. seperti pasar. rumah makan. dan pertokoan. pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan armroll truck dan dump truck kemudian dibawa ke LPA. Untuk kawasan pasar. pengangkutan dilakukan satu kali sehari sedangkan untuk rumah makan dan pertokoan dilakukan dua hari sekali. Pengangkutan sampah dari institusi dilakukan dua hari sekali. B. Lokasi/Tempat Pembuangan Akhir (LPA/TPA) LPA/TPA sampah Kota Padang terletak di Kelurahan Air Dingin dan Kelurahan Baringin. Kecamatan Koto Tangah. Luas area ± 33.3 Ha dengan status tanah pemerintah. Sampah yang berada pada lokasi ini merupakan sampah padat yang berasal dari TPS. transfer depo. pasar. dan industri yang tersebar di Kota Padang dan sekitarnya. Pada tahun 2008 berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). LPA Air Dingin menerima ton sampah selama 1 (satu) tahun atau sekitar ton/hari. Komposisi sampah yang masuk ke LPA yaitu: plastik (50%). sisa sayuran (30%). kertas (5%). barang bekas elektro (5%). bekas bangunan (5%). dan lain-lain (5%). Sampah yang masuk sebagian diolah (kompos) dan sisanya diurug menggunakan sistem open dumping. Jumlah sampah yang dikompos baru mencapai ton/bulan. Pengomposan menggunakan sistem windrow composting yang menghabiskan waktu 45 hari sampai kompos matang. Hasil kompos ini akan digunakan untuk taman kota. Saat ini. pemerintah Kota Padang berencana mengubah sistem pengolahan sampah dari open dumping menjadi sanitary landfill. Sekarang. di LPA Air Dingin telah dibangun 7 (tujuh) buah kolam lindi yang terdiri dari 2 buah bak anaerob. 2 buah bak fakultatif. 2 buah bak maturasi. dan 1 buah bak kontrol. Selain itu. LPA Air Dingin juga telah dilengkapi dengan sumur monitoring yang terletak di bagian depan dan bagian LPA yang aktif. Untuk menangkap gas yang dihasilkan sampah. di LPA Air Dingin telah dipasang pipa penangkap gas. Di LPA Air Dingin tersedia fasilitas yang menunjang kelancaran operasional LPA. Untuk lebih jelasnya. fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-43

67 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Tabel 3.20 Kelengkapan Sarana dan Prasarana LPA Air Dingin No Jenis Jumlah (unit) Kondisi 1 Pos/Kantor jaga 1 Rusak 2 Bulldozer D6 2 Baik 3 Bulldozer D3 1 Baik 4 Excavator 1 Baik 5 Jembatan timbang 2 Baik 6 Unit pengomposan 1 Rusak 7 Unit pencucian kendaraan 1 Rusak 8 Sumur monitoring 3 Baik 9 Jalan masuk Baik 10 Jalan operasi Baik 11 Drainase Kurang baik 12 Saluran lindi Baik 13 Pengolahan lindi Kurang baik 14 Penanganan gas Kurang baik 15 Penyediaan air bersih Baik 16 Garase alat berat Kurang baik 17 Gudang Baik 18 Pengomposan Baik 19 Penutupan untuk lokasi yang penuh Baik 20 Pemilahan sampah Kurang baik 21 Pagar lokasi Baik Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah Peran serta masyarakat dalam menangani sampah di tingkat rumah tangga adalah dengan mengumpulkan sampah setiap harinya ke dalam kantong plastik atau pewadahan yang disediakan dan kemudian dibuang sesuai dengan sistem pengumpulan yang digunakan oleh masyarakat yaitu sistem door to door maupun komunal. Bagi masyarakat dengan pelayanan menggunakan becak/gerobak/becak motor yang dijemput ke rumahrumah oleh petugas sampah. masyarakat membayar retribusi sesuai dengan Perda No.3 tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang No.5 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah juga terlihat dari sikap kooperatif masyarakat disekitar lokasi LPA. Sejak dioperasikan tahun masyarakat di sekitar LPA Air Dingin tidak ada keluhan. bahkan 90% masyarakat menggantungkan perekonomian mereka dari LPA. Sebagian ada yang menjadi pemulung (± 150 orang). petugas operasional LPA. bahkan ada yang telah menjadi pegawai tetap. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-44

68 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Kondisi Penanganan Drainase Sistem drainase Kota Padang bertumpu pada 7 (tujuh) sungai utama dan beberapa buah anak sungai badan penerima utama. yaitu: Batang Kandis. Batang Air Dingin. Batang Tabing. Batang Balimbiang. Batang Panjalinan. Batang Kuranji. Saluran Lolong. Banjir Kanal. Batang Arau. dan Batang Jirak. dengan luas total Ha. Gambar 3.14 Kondisi Drainase yang Tidak Berfungsi Landasan Hukum/Legal Operasional Secara umum. pengelolaan drainase di Kota Padang telah diatur dengan beberapa perda. yaitu: 1. Perda No.6 Tahun 2007 tentang pengelolaan dan pemanfaatan prasarana kota; 2. Perda No.11 Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 3. Perda No.4 Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Padang No.11 Tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Aspek Institusional Pengelolaan drainase di Kota Padang ditangani oleh DPU khususnya Bidang Sumber Daya Air dan dibantu oleh DKP dengan sistem pembagian area layanan. DPU mengelola drainase mayor dan minor mulai dari pembangunan fisik. operasional. sampai PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-45

69 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang pemeliharaan dan rehabilitasi. Sedangkan DKP bertugas untuk mengelola persampahan di 5 (lima) buah banjir kanal yang merupakan proyek Kali Bersih Adipura di Kota Padang. Selain itu. DKP juga bertugas mengelola drainase lingkungan (drainase dengan kedalaman kurang dari 1 meter) Cakupan Pelayanan Pengelolaan drainase merupakan tugas utama DPU dan dibantu oleh DKP. DPU bertugas mengelola sepanjang m drainase primer dan m drainase sekunder. Untuk lebih jelasnya. daerah layanan DPU dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.21 Daerah Layanan Pengelolaan Drainase Oleh Dinas PU No Drainase Lokasi Panjang Konstruksi (m) A Drainase primer 1 Saluran Jati Simp.Banjir Kanal Jembt.Sawahan Permanen 2 Saluran Jati Jembt.Sawahan Jembt.Proklamasi 450 Permanen 3 Saluran Jati Jembt.Proklamasi Jembt.Saripetejo 600 Permanen 4 Saluran Jati Jembt.Saripetejo Jembt.Banjir 400 Permanen Kanal 5 Saluran Olo Jembt.Blkg Tangsi Simp.Blkg Olo 600 Permanen 6 Saluran Bandar Damar Simp.Blkg Olo Jembt.A.Yani 300 Permanen 7 Saluran Bandar Purus Jembt.A Yani Jembt.Ujung Gurun 900 Permanen 8 Saluran Pepaya Jembt.Ujung Gurun Banjir Kanal 350 Permanen 9 Saluran Belakang Tangsi Jembt.Blkg Tangsi Jembt.Gereja 450 Permanen 10 Saluran Bandar Gereja Jembt.Gereja Jembt.Simpang Permanen 11 Saluran Bandar Pulau Karam Jembt.Simpang 6 Jl.Kali Kecil 450 Permanen 12 Saluran Hangtuah Koto Jl.Hangtuah Jl.Koto Marapak 500 Permanen Marapak 13 Saluran Koto Marapak Jl.Koto Marapak Jl.Damar 250 Permanen Damar 14 Saluran Olo Ladang Purus III Jl.Damar Purus III 525 Permanen 15 Saluran Purus III Banjir Jl. Purus Iii Banjir Kanal 550 Permanen Kanal 16 Saluran Raden Saleh Utara Selatan Jl.Raden Saleh Permanen 17 Saluran Kwarda Pramuka Jl.Kh.Sulaiman Jl.S.Parman Lolong 800 Permanen 18 Saluran Rel.K.A Jl.Jhoni Belakang SMU 3 Batang Muara Permanen Anwar 19 Saluran Belanti P.Bensin Polda Jl.G.Mada Hotel Permanen PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-46

70 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang No Drainase Lokasi Panjang Konstruksi (m) Pangeran Jl.Juanda /tanah 20 Saluran Lolong Jl.S.Parman Lolong Batang Muara Permanen 21 Saluran Kurao Berok Raya Batang Muara Permanen 22 Saluran Jalan Teuku Umar Alai Banjir Kanal 800 Permanen 23 Saluran Rawang Barat Perumahan Jondul Sungai Jirak Permanen 24 Saluran Rawang Timur Jl.St.Syahril Sungai Jirak 750 Permanen 25 Saluran Mata Air Barat Jl.Koto Kacik Sungai Jirak Permanen 26 Saluran Mata Air Timur Rel K.A S.Jirak Ampang Rel K.A Permanen /tanah 27 Saluran Teknologi Jl.Aper Btg.Kandis Permanen 28 Saluran Aru Jl.By Pass Banjir Kanal Permanen 29 Saluran Berok Raya Berok Jmbt.Kurao Pagang Permanen 30 Saluran Pasar Pagi Jmbt.Jl.Juanda Banjir Kanal 500 Permanen 31 Saluran Jalan Jakarta Jl.Khatib Sulaiman Psr.Ulak Karang 750 Permanen 32 Saluran Kuala Nyiur Jl.Rel K.A Jl.Adinegoro S.Muara Penjalinan Tanah /Permanen 33 Saluran Singgalang Jl.Rel K.A Jl.Adinegoro Kampus 650 Tanah Muhammadiyah 34 Saluran Arang Prahu Jl.Rel K.A Jl.Adinegoro Kampus 800 Tanah Muhammadiyah 35 Saluran Rimbo Jariang Perum Mutiara Biru Btg Kandis Tanah 36 Saluran Bungo Tanjung Jl.By Pass Jembt.Brimob Pd.Sarai Tanah 37 Saluran Rumah Potong Hewan Jl.Anak Air Btg.Kandis Tanah Lubuk Buaya 38 Saluran IKIP Sal.Linggar Jati Btg.Muara Permanen /tanah 39 Saluran Jl. Padang By Pass Jembt.Bandar Purus Baitul Rahma Permanen 40 Saluran Dadok Tunggul Hitam Jl.Hercules Btg.Muara Permanen 41 Saluran Kampung Koto Sawah Liat Btg.Kuranji Tanah 42 Saluran Kayu Kalek Jl.Adinegoro Tanah Jumlah B Drainase Sekunder 1 Saluran Imam Bonjol Jl.S.Pangan Pertemuan Bdr.Ranah Permanen 2 Saluran Ranah Bdr.Jati Blk.Pondok 900 Permanen 3 Saluran Tanah Konsi Blk.Pondok Btg.Arau 800 Permanen 4 Saluran bdr.pulau Air Bdr.Ranah Btg.Arau 900 Permanen 5 Saluran Sawahan Bjr.Kanal Bdr.Jati Permanen 6 Saluran Jl.Proklamasi Sipm.Jl.Sudirman Simp.Bdr.Jati Permanen 7 Saluran Sawahan Dalam Jl.Dr.Wahidin Bdr.Jati 600 Permanen PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-47

71 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang No Drainase Lokasi Panjang Konstruksi (m) 8 Saluran Rawang Jl.Ps.Baru Bdr.Olo 400 Permanen 9 Saluran Belakang Gubernur Simp.Pagar Gubernur Bdr.Jati 325 Permanen 10 Saluran Padang Besi Jl.Kartini Bdr.Purus 350 Permanen 11 Saluran Cokroaminoto Jl.Bdr.P.Karam Simp.Nipah Permanen 12 Saluran Kampung Sebelah Simpang Enam Jl.Nipah 650 Permanen 13 Saluran Nipah Jl.Cokroaminoto Kali Mati 400 Permanen 14 Saluran Pulau Air Jl.A.R.Hakim Btg.Arau 550 Permanen 15 Saluran Ganting Jl.Ganting Bdr.Jati 300 Permanen 16 Saluran Parak Sigoro (Pdg Jl.St.Syahril Btg.Arau 500 Permanen Selatan) 17 Saluran Andalas Simp.Anduring Bjr.Kanal Permanen 18 Saluran Padang Baru Jl.Lampasi bjr.kanal 600 Permanen 19 Saluran Gajah Mada Sekolah PGA Btg.Kuranji Permanen 20 Saluran Jhoni Anwar Jl.Jhoni Anwar Btg.Kuranji Permanen 21 Saluran Tunggul Hitam Jl.Tunggul itam Btg.Kuranji 600 Permanen 22 Saluran Mahakam Jl.Raden Saleh Bjr.Kanal 550 Permanen 23 Saluran Parak Gadang Jl.Sutomo Btg.Arau/Air Camar Tanah 24 Saluran Parak Pisang Jl.Sisingamangaraja Btg.Arau 400 Tanah /Permanen 25 Saluran Seberang Pdg Utara I Jl.St.Syahril Btg.Arau Permanen 26 Saluran Anak Jati Rel.K.Api Drainase Primer Jati Tanah 27 Saluran Ujung Gurun Jl.Kismangunsarkoro Saluran Unes Permanen 28 Saluran Unes Jl.A.Yani Purus V Permanen 29 Saluran Kismangunsarkoro Jl.P.Kemerdekaan Jl.U.gurun Permanen 30 Saluran Parak Ino Jl.Dr.Wahiddin Drainase Primer Jati 800 Permanen 31 Saluran Aru Simp.Lubeg Bjr.Kanal Permanen 32 Saluran Rawang Jambak I Jati SMA 5 Drainase Jati 800 Tanah 33 Saluran Rawang Jambak II Rel K.Api Drainase Jati 800 Tanah Jumlah Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Di samping itu perubahan tata guna lahan di luar kawasan pusat kota yang tidak didukung perencanaan drainase yang terintegrasi dengan jaringan yang telah ada ikut menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase yang ada di wilayah Kota Padang. Area layanan pengelolaan drainase oleh DKP mencakup drainase lingkungan dan 5 (lima) buah banjir kanal dengan total panjang m. Untuk lebih jelasnya area layanan DKP dapat dilihat pada Tabel PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-48

72 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Tabel 3.22 Area Layanan Pengelolaan Drainase Oleh DKP No Area Panjang (m) Biaya/tahun (Rp) 1 Banjir kanal Padang Baru Batang Tabing dan Muaro Panyalinan 1.700/ Batang Kuranji Batang Jirek Total Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, 2012 Tabel 3.23 Areal Tangkapan Drainase se Kota Padang No Areal Drainase Luas Wilayah Tangkapan Badan Penerima (Ha) 1 Air Pacah 426 Batang Balimbing 2 Pasir Putih 60 Batang Air Dingin 3 Tabing 307 Batang Tabing 4 Bandara 352 Batang Balimbing 5 Baung Panjalinan 291 Baung Panjalinan Pond 6 Siteba 128 Batang Balimbing 7 Sawah Liat 174 Batang Kuranji 8 Kandis 85 Batang Kuranji 9 Lapai 164 Batang Kuranji 10 Ulak Karang 223 Batang Kuranji 11 Lolong 304 Saluran Lolong 12 Alai 136 Banjir Kanal 13 Purus 120 Banjir Kanal 14 Jati 322 Batang Arau 15 Ujung Gurun 303 Banjir Kanal 16 Aur Duri 271 Batang Arau 17 Olo Nipah 197 Batang Arau 18 Kali Mati 50 Batang Arau 19 Rawang Barat 73 Batang Jirak Kota Padang Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-49

73 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Aspek Teknis dan Operasional Di Kota Padang drainase dipengaruhi pasang surut karena beda elevasi dengan permukaan laut sangat kecil. Langkah antisipasi yang dilakukan DPU adalah dengan membuat tandon-tandon air yang memakai pintu air sehingga ketinggian air di daerah tersebut bisa diawasi. Selain itu. juga diperhatikan landuse yang sangat berkaitan dengan tata ruang dan tata bangunan di Kota Padang. Daerah-daerah genangan banjir di Kota Padang antara lain Kelurahan Cengkeh. Tanah Sirah Piai. Tanjung Saba Pitameh. Tanjung Aua. Parak Laweh Pulau Aia. Rawang. Berok Nipah. Lolong Belanti. Sungai Sapih. Parupuk Tabing. Batang Kabung Ganting. Lubuk Buaya. Dadok Tunggul Hitam. dan Air Pacah Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Dalam pengelolaan drainase, masyarakat Kota Padang sudah ikut berpartisipasi. Hal ini dapat dilihat dari : 1. Menyumbang tanah untuk dijadikan drainase tanpa ganti rugi; 2. Gotong royong ditingkat kelurahan untuk membersihkan drainase; 3. Melakukan penyuluhan-penyuluhan; Pembuatan kolam ikan di saluran drainase dengan membuat tanggul-tanggul tanpa menghambat aliran drainase. Hasilnya saluran drainase menjadi bersih sehingga DPU tidak perlu membersihkan saluran drainase itu lagi. 3.7 ANGGARAN DAN PENDAPATAN DAERAH Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran daerah yang merupakan urusan pemerintah daerah selama tahun anggaran yang berkenaan dan dialokasikan dalam 2 (dua) kelompok belanja daerah yang terdiri dari : a. Belanja Daerah Tidak Langsung yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari : PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-50

74 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada propinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada propinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, dan belanja tidak terduga. b. Belanja Daerah Langsung adalah belanja yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait secara langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Kondisi APBD Kota Padang Untuk mendanai layanan sanitasi perkotaan di Kota Padang, terdapat beberapa permasalahan, yang terutama terkait dengan kekuatan pendanaan internal kota maupun terhadap implikasi dari peraturan yang berlaku, yang kemudian diidentifikasi sebagai isu strategis aspek keuangan. Isu-isu strategis ini dijelaskan sebagai berikut : Relatif kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) APBD selama ( ) relatif naik, meskipun demikian pos - pos pelayanan publik mendapat alokasi yang cenderung tetap. Total APBD sisi penerimaan masih di dominasi oleh dana perimbangan, disusul dana PAD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar ,053 Nilai (Rp x ) , , , , , , , , Tahun PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang sah Gambar Perkembangan Pendapatan Daerah (Sumber : APBD Kota Padang, 2012) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-51

75 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang APBD sisi pengeluaran terlihat di dominasi belanja daerah khususnya belanja tidak langsung dan belanja langsung untuk pos pengawai. Pola seperti ini berlangsung sejak berjalan secara rutin, hampir tidak memiliki penekanan yang spesifik pada pos tertentu. 3.8 ANGGARAN SANITASI DAERAH Profil Anggaran Sanitasi Kota Padang Kondisi belanja sanitasi yang terjadi di Kota Padang pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuasi anggaran seiring dengan peningkatan belanja langsung APBD. Secara rinci kondisi belanja sanitasi Kota ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel Pendanaan Per Sub Sektor Sanitasi Kota Padang NO SUB SEKTOR TAHUN Persampahan Air Limbah Drainase Air Bersih PHBS & Pendukung Sanitasi Belanja Sanitasi Belanja Langsung APBD % Belanja Sanitasi terhadap APBD 0,71% 0,88% 1,23% Belanja Sanitasi dalam APBD cenderung terus naik seiring kenaikan Belanja Langsung APBD. Alokasi anggaran sanitasi di Kota Bandung terdiri dari tiga tahun anggaran yaitu tahun 2010, 2011 dan Besarnya anggaran sanitasi pada tahun 2010 sebesar Rp. 3,988 Milyar dengan prosentase terhadap belanja langsung APBD sebesar 0,71 %. Sedangkan untuk tahun 2011 sebesar Rp. 3,232 Milyar dengan prosentase 0,88 % dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 6,244 Milyar dengan prosentase terhadap belanja langsung APBD 1,23%. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-52

76 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Nilai (Rp. x ,-) Belanja Sanitasi Belanja Langsung APBD Gambar Prosentase Belanja Sanitasi Terhadap Belanja APBD Kota Padang Program Pembangunan Sanitasi di Kota Padang Anggaran daerah untuk sektor sanitasi berdasarkan data diatas dari tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2011 ke 2012, anggaran sanitasi ini dialokasi pada sub sektor persampahan, air limbah, air bersih dan PHBS. Adapun untuk sub sektor drainase tidak muncul karena sumber anggaran tidak ada pada instansi/dinas yang disurvey. Adapun alokasi anggaran tersebut dibagi kedalam sectorsektor sanitasi seperti pada Gambar dibawah ini. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-53

77 Bab 3 Gambaran Umum Wilayah dan Kondisi Sanitasi Kota Padang Persampahan Air Limbah Drainase Air Bersih PHBS & Pendukung Sanitasi Gambar Nilai Anggaran Per Sub Sektor Sanitasi di Kota Padang Dari grafik diatas dapat dilihat alokasi anggaran sanitasi yang terbesar pada tahun 2010 dan 2011 terdapat pada sector air bersih. Untuk tahun 2012 alokasi terbesar untuk sector air bersih dan persampahan. Adapun alokasi anggaran untuk sub sektor air limbah mulai mengalami peningkatan yang drastis pada tahun PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 3-54

78 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN TERKAIT SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH 4.1. UMUM Air limbah rumah tangga terdiri dari air mandi, cuci dapur, dan kakus, umumnya air mandi, cuci, dan dapur dialirkan ke saluran drainase, sangat sedikit sekali yang membuangnya ke pengolahan khusus atau ke tangki septik, sedangkan air dari kakus atau jamban ada yang dibuang ke saluran drainase, ada yang ke sungai, dan sebagian besar mengolahnya di tangki septik, dan tidak sedikit yang mengolahnya di cubluk. Umumnya masyarakat tidak terlalu mengetahui beda antara tangki septik dengan cubluk, karena banyak dari konstruksi tangki septik dimana lantainya dan dindingnya tidak kedap air, sehingga fungsinya tidak ubahnya seperti cubluk, dapat mencemari air tanah disekelilingnya. Bagi rumah tangga yang tidak mempunyai kakus, masih ada yang membuangnya ke kebun dan juga ke sungai. Jadi pencemaran akibat dari air limbah yang tidak diolah secara baik dan memenuhi syarat dapat menyebabkan pencemaran terhadap : 1. Air Sungai 2. Saluran Drainase 3. Air Tanah Tangki septik yang baik adalah yang dilengkapi dengan bidang resapan, namun optimalnya fungsi bidang resapan sangat tergantung dari jenis tanahnya dan jika daya resapnya sangat tinggi tidak baik untuk bidang resapan, sebaliknya jika daya resapnya sangat rendah juga tidak akan optimal bidang resapan, artinya harus jenis tanah yang sedang daya resapnya, sehingga perlu diteliti secara random kondisi daya resap tanah atau permeabilitas tanah. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-1

79 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah 4.2. KONDISI DAN KUALITAS SUNGAI Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil. Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 155,40 Km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungaisungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir/genangan. Wilayah Kota Padang terbagi dalam 6 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu : - DAS Air Dingin, - DAS Air Timbalun, - DAS Batang Arau, - DAS Batang Kandis, - DAS Batang Kuranji, dan - DAS Sungai Pisang. Kota Padang memiliki beberapa aliran sungai, baik yang besar maupun yang kecil (anak-anak sungai) yang semuanya mengalir ke arah Barat menuju Samudera Indonesia. Saat ini terdapat 21 aliran sungai, yang terdiri atas 5 sungai besar dan 16 sungai kecil. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Nama Sungai Di Wilayah Kota Padang No Nama Sungai Panjang Lebar (M) Kecamatan Yang Dilalui (Km) 1 Bt. Kuranji Pauh, Kuranji, Nanggalo, Padang Utara 2 Bt. Belimbing 5 5 Kuranji 3 Bt. Guo 5 5 Kuranji 4 Bt. Arau 5 60 Padang Selatan 5 Muaro 0,4 25 Padang Utara 6 Banjir Kanal 5,5 60 Padang Timur, Padang Utara 7 Bt. Logam Koto Tangah 8 Bt. Kandis Koto Tangah 9 Tarung Koto Tangah 10 Bt. Dagang 3 11 Nanggalo 11 Gayo 5 12 Pauh 12 Padang Aru 4 8 Lubuk Kilangan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-2

80 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah No Nama Sungai Panjang Lebar (M) Kecamatan Yang Dilalui (Km) 13 Padang Idas 2 6 Lubuk Kilangan 14 Kampung Juar 6 30 Lubuk Begalung 15 Bt. Aru 5 30 Lubuk Begalung 16 Kayu Aro 3 15 Bungus Teluk Kabung 17 Timbalun 2 8 Bungus Teluk Kabung 18 Sarasah 3 7 Bungus Teluk Kabung 19 Pisang 2 6 Bungus Teluk Kabung 20 Bandar Jati 2 6 Bungus Teluk Kabung 21 Koto 2 6 Padang Timur Sumber : BPS Padang, 2010 Gambar 4.1. DAS Air Timbalun PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-3

81 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar 4.2. DAS Batang Kandis Gambar 4.3. DAS Batang Arau PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-4

82 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar 4.4. DAS Batang Kuranji Penelitian Kualitas Air Sungai 1. Latar Belakang Sungai merupakan badan air dimana semua air hujan dari saluran drainase bermuara ke sungai, jika saluran drainase hanya berfungsi sebagai saluran air hujan dapat dipastikan kualitas air sungai akan tetap terjaga dari pencemaran. Namun saluran drainase di Indonesia sampai sekarang juga difungsikan sebagai penyalur air limbah (grey water) atau air limbah dari aktifitas mandi, cuci dan dapur. Akan tetapi banyak juga yang tercampur dari air dari kakus/tinja, Umumnya keluarga yang tidak memilki Tangki Septik atau Cubluk atau Tangki Septik yang tidak memiliki bidang resapan dimana efluen air limbah dari tangki septik yang masih berbahaya dialirkan ke saluran, dan dari saluran terbawa ke sungai. Disamping itu aktifitas masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai pembungan air limbah (Black Water) atau membuang tinja langsung disungai. Jika kondisi seperti ini dibiarkan terus menerus maka suatu saat air sungai akan tercermar berat dan dampaknya akan mudahnya terjangkit penyakit. Oleh Karena itu perlu dikurangi atau dihilangkan sama sekali kemungkinan air limbah terutama tinja langsung masuk kedalam sungai, untuk membuktikan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-5

83 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah tingkat pencemaran air sungai perlu dilakukan penelitian pengujian BOD dan COD dan parameter penting lainnya. 2. Tujuan Tujuan penelitian kualitas air sungai untuk mengetahui tingkat pencemaran yang telah terjadi dani dengan parameter standar yaitu beban BOD dapat diproyeksikan potensi beban BOD untuk 20 tahun mendatang. Untuk meneliti kualitas air sungai sebagai badan air penerima limbah dari sumber domestik dan non domestik. 3. Metoda Pengambilan Sampel Metode penentuan titik pengambilan sampel adalah diambil di salah satu sungai yang dekat dengan lokasi rencana IPAL, di sungai tersebut dilakukan 2 kali pengambilan sampel, di hulu (jalur hijau) 1 titik dan di hilir (jalur merah) 1 titik, sedangkan setiap titik pengambilan diambil sampel 3 x pengambilan berulang pada waktu yang sama, kemudian airnya dicampur menjadi satu (composit), guna keakuratan sampel. Idealnya, pengambilan sampel tersebut di lakukan di 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Total sampel tiap sungai seperti disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.2. Metoda Pengambilan Sampel No Lokasi Pinggir Ambil Sampel Dicampur (Composit ) Bawa ke Lab 1 Hulu Sungai Hilir Sungai Jumlah Total Sumber : Hasil analisis Konsultan, Pelaksanaan Survey Lingkup Penelitian Lingkup penelitian yang dilakukan di laboratorium mencakup : ph, TSS, BOD5, Total Posfat-P, Total Nitrogen, Minyak dan Lemak, Deterjen sebagai MBAS. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-6

84 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Keluaran Kualitas air sungai terkait dengan pencemaran oleh air limbah domestik Gambar 4.5. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Batang Arau Gambar 4.6. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Batang Kuranji PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-7

85 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah 5. Hasil Penelitian Hasil penelitian kualitas air yang telah dilakukan terhadap beberapa parameter sebagai berikut : 1) BOD 5 Dari hasil penelitian di 2 sungai kisaran angka BOD 5 antara 1,8 mg/l hingga 3,6 mg/l dengan rata-rata 2,65 mg/l. BOD 5 tertinggi terdapat di hulu Sungai Batang Arau ( 3,6 mg/l) tepatnya di titik 1 (Muaro), sedangkan BOD 5 terendah terdapat di hilir Sungai Batang Arau (1,8 mg/l) tepatnya di titik 2 (Lubuk Begalung). Standar BOD 5 untuk air permukaan ( stream standard) berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 adalah 2 mg/l, sedangkan standar menurut Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008 < 3 mg/l. Kualitas sungai dibagi dalam 5 kategori antara lain : Kategori BOD (mg/l) Kondisi Kualitas Air Sungai I BOD < 5 Murni II 5 < BOD < 10 Bersih III 10 < BOD < 20 Tercemar Ringan IV 20 < BOD < 30 Tercemar Sedang V 30 < BOD Tercemar Berat Dengan demikian daerah hulu Sungai Batang Arau dan daerah hilir Sungai Batang Kuranji masih dalam kondisi yang baik. 2) Nitrogen Dari hasil penelitian di 2 sungai, angka T-N berada dikisaran antara 1 mg/l hingga 2 mg/l dengan rata-rata 1,25 mg/l. Maksimum T-N terdapat di hulu Sungai Batang Arau ( 2 mg/l) tepatnya di titik 1, sedangkan T-N terendah terdapat di hulu dan hilir Sungai Batang Kuranji dan di hilir Sungai Batang Arau ( 1 mg/l). Standar T-N menurut Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008 adalah tidak ada. Dengan demikian, seluruh titik yang disampling, baik daerah hulu dan hilir Sungai Batang Arau dan daerah hulu dan hilir Sungai Batang Kuranji sudah termasuk tercemar kandungan Nitrogen. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-8

86 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah 3) TSS Dari hasil penelitian di 2 sungai kisaran angka TSS antara 9 mg/l hingga 16 mg/l dengan rata-rata 12,75 mg/l. TSS tertinggi terdapat di hilir Sungai Batang Kuranji ( 16 mg/l) tepatnya di titik 2 (Muaro Panjalinan), sedangkan TSS terendah terdapat di hilir Sungai Batang Arau (9 mg/l) tepatnya di titik 2 (Lubuk Begalung). Standar TSS menurut Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008 < 50 mg/l, dengan demikian proses sedimentasi di kedua sungai masih dalam taraf yang wajar atau rendah. 4) Posfat Dari hasil penelitian di 2 sungai kisaran angka PO 4 -P antara 0,4 mg/l hingga 0,71 mg/l dengan rata-rata 0,52 mg/l. PO 4 -P tertinggi terdapat di hilir Sungai Batang Arau ( 0,71 mg/l) tepatnya di titik 2 (Lubuk Begalung), sedangkan PO 4 -P terendah terdapat di hulu Sungai Batang Kuranji (0,4 mg/l) tepatnya di titik 1 (By Pass). Standar PO 4 -P menurut Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008 < 0,2 mg/l, seluruh titik yang disampling, baik daerah hulu dan hilir Sungai Batang Arau dan daerah hulu dan hilir Sungai Batang Kuranji sudah termasuk tercemar kandungan Fosfat. 5) Minyak Dari hasil penelitian di 2 sungai kisaran angka Minyak < 0,1 mg/l, standar minyak menurut Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008 < 0,75 mg/l, sehingga kondisi sungai bisa dikatakan masih sangat baik. 6) Deterjen Dari hasil penelitian di 2 sungai kisaran angka deterjen antara 0,02 mg/l hingga 0,19 mg/l dengan rata-rata 0,09 mg/l. Angka deterjen tertinggi terdapat di hulu Sungai Batang Arau ( 0,19 mg/l) tepatnya di titik 1 (Muaro), sedangkan deterjen terendah terdapat di hulu Sungai Batang Kuranji (0,02 mg/l) tepatnya di titik 1 (By Pass). Standar deterjen menurut Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008 < 0,2 mg/l, sehingga kondisi sungai bisa dikatakan masih sangat baik. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-9

87 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Tabel 4.3. Hasil Analisa Lab.Kualitas Air Sungai Batang Arau Batang Arau No Parameter Hulu Hilir Standar 1 ph 7,04 6,96 6,5 9,0 2 TSS BOD 5 3,6 1,8 3 4 Total Nitrogen (T-N) 2 1 ( - ) 5 Total Phospor (PO 4 -P) 0,51 0,71 0,2 6 Minyak dan Lemak <0,1 <0,1 0,75 7 Deterjen 0,19 0,04 0,20 Sumber : Hasil Analisa Lab, 2013 Tabel 4.4 Hasil Analisa Lab.Kualitas Air Sungai Batang Kuranji Batang Kuranji No Parameter Hulu Hilir Standar 1 ph 6,83 6,59 6,5 9,0 2 TSS BOD 5 2,1 3,1 3 4 Total Nitrogen (T-N) 1 1 ( - ) 5 Total Phospor (PO 4 -P) 0,4 0,45 0,2 6 Minyak dan Lemak <0,1 <0,1 0,75 7 Deterjen 0,02 0,11 0,20 Sumber : Hasil Analisa Lab, KONDISI SALURAN DRAINASE Sistem jaringan drainase Kota Padang terdiri dari jaringan drainase mayor dan minor, dengan total panjang jaringan drainase mayor meter. Terdiri dari sungaisungai besar yang bermuara ke Samudera Hindia. Sistem jaringan drainase mikro terdiri dari 19 areal drainase dengan luas cakupan Ha, yang keseluruhannya mengalir ke arah sungai-sungai besar. Kondisi jaringan mikro sebagian kurang terawat dengan baik, yang menyebabkan sebagian fungsinya belum optimal. Di samping itu perubahan tata guna lahan di luar PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-10

88 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah kawasan pusat kota yang tidak didukung perencanaan drainase yang terintegrasi dengan jaringan yang telah ada, ikut menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase yang ada di wilayah Kota Padang. Tabel 4.5. Jaringan Drainase Mayor Di Kota Padang No DRAINASE Panjang (m) Lebar (m) 1. Batang Logam Batang Kandis Batang Tarung Sungai Lareh Batang Kuranji Batang Guo Batang Muar Banjir Kanal Batang Arau Batang Jirak Sungai Gayo Sungai Padang Aru Sungai Padang Idas Batang Kampung Jua Batang Aru Batang Kayu Aro Sungai Timbalun Sungai Sarasah Sungai Pisang Kota Padang Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-11

89 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah No Tabel 4.6. Areal Tangkapan Drainase Kota Padang Luas Wilyah Tangkapan Area Drainase Badan Penerima (Ha) 1. Air Pacah 426 Batang Balimbing 2. Pasir Putih 60 Batang Air Dingin 3. Tabing 307 Batang Tabing 4. Bandara 352 Batang Balimbing 5. Baung Panjalinan 291 Baung Panjalinan Pond 6. Siteba 128 Batang Balimbing 7. Sawah Liat 174 Batang Kuranji 8. Kandis 85 Batang Kuranji 9. Lapai 164 Batang Kuranji 10. Ulak Karang 223 Batang Kuranji 11. Lolong 304 Saluran Lolong 12. Alai 136 Banjir Kanal 13. Purus 120 Banjir Kanal 14. Jati 322 Batang Arau 15. Ujung Gurun 303 Banjir Kanal 16. Aur Duri 271 Batang Arau 17. Olo Nipah 197 Batang Arau 18. Kali Mati 50 Batang Arau 19. Rawang Barat 73 Batang Jirak Total Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat, 2013 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-12

90 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah 4.4. KONDISI AIR TANAH Kualitas Air Tanah a) Penelitian Kualitas Air Sumur Latar Belakang Air sumur khususnya sumur dangkal sangat rentan tercemar oleh air tanah yang sudah tercampur dengan coli tinja akbat dari kurang layak Tangki Septik atau tangki septik yang tidak mempunyai bidang resapan. Sumur yang tidak memiliki dinding pasangan batu yang tidak kedap air sangat berpotensi kemasukan pencemaran dari air tanah. Maka penelitian air sumur perlu dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana optimalnya fungsi dari Tangki Septik. Tujuan Untuk melihat apakah telah terjadi kontaminasi air limbah yang berasal dari resapan tangki septik. Kondisi tingkat pencemaran yang ada berguna dalam menentukan prioritas wilayah yang akan dikembangkan sistem sanitasinya. Metoda penelitian - Ukur kedalam permukaan air sumur - Pengambilan contoh air secara Grab Sample (satu kali pengambilan) untuk contoh kimia dan contoh mikrobiologi. - Pengukuran kedalaman sumur dari permukaan tanah. - Pengukuran jarak sumur ke tangki septik terdekat. Contoh air sumur/air tanah sebanyak 2 sampel diambil dari sumur gali atau sumur pompa penduduk dan dapat mewakili kondisi sanitasi yang ada. lokasi yang dipilih, adalah rumah permanen (P) dan semi permanen (SP) yang berada di daerah hijau (hulu) dan daerah merah (hilir). Lingkup Penelitian FISIKA : ph dan TSS; KIMIA ORGANIK : Total Nitrogen ( T-N); Total Fosfor ( PO 4 -P); minyak dan lemak; BOD 5. KIMIA ANORGANIK : Detergen. Keluaran Hasil tes air sumur sesuai persyaratan air bersih. b) Pelaksanaan penelitian PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-13

91 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Penetuan Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi ditentukan dengan penyebaran di beberapa kelurahan khusunya di tempat Masyarakat yang memiliki sumur. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan 2 metode yaitu untuk pengambilan sampel penelitian fisika sampel diambil menggunakan jerigen plastik sedangkan untuk pengambilan penelitian biologi dibutuhkan botol khusus yang steril. Seperti untuk tes coli. Pelaksanan Pengambilan Sampel Pengambilan sampel air dilaksanakan oleh tim Konsultan bekerja sama dengan Tim Dari Dinas Kesehatan Kota Padang Peneltian Laboratorium Semua contoh air di teliti di Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Padang. No Tabel 4.7 Hasil Analisa Lab.Kualitas Air Sumur Penduduk a.n. Arisnandar (hilir) dan a.n. Nurbaeda (hulu) Parameter Sumur Penduduk*) Hulu Hilir Standar 1 ph 7 7,5 6,5 9,0 2 TSS 2 2 ( - ) 3 BOD 5 0,8 0,6 ( - ) 4 Total Nitrogen (T-N) 1 19 ( - ) 5 Total Phospor (PO 4 -P) <0,02 <0,02 ( - ) 6 Minyak dan Lemak <0,1 <0,1 ( - ) 7 Deterjen 0,01 0,01 0,5 Sumber : Hasil Analisa Lab, 2013 *) = Per. Men. Kes. RI No. 416/MENKES/PER/IX Tahun PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-14

92 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Tabel 4.8 Hasil Analisa Lab.Kualitas Septik Tank Penduduk No Parameter Septik Tank Penduduk Standar*) 1 ph 7,5 6,5 9,0 2 TSS BOD Total Nitrogen (T-N) 43 ( - ) 5 Total Phospor (PO 4 -P) <0,02 ( - ) 6 Minyak dan Lemak <0, Deterjen 0,01 ( - ) Sumber : Hasil Analisa Lab, 2013 *) = Kep. Men. LH No. 112 Tahun Berdasarkan Tabel 4.7, dengan keberadaan BOD 5 di sampel air, berarti air sumur masyarakat telah mengalami pencemaran bakteri coli dari aktivitas limbah tinja domestik, sedangkan berdasarkan Tabel 4.8, angka BOD 5 yang rendah di tangki septik penduduk tidak mencerminkan, bahwa limbah domestik tidak perlu diolah, karena bisa saja terdapat kesalahan prosedur dalam melakukan pengambilan sampling, seperti terdapat gelembung udara yang terjebak didalam botol sampling, atau tidak meneteskan larutan KmnO 4 ketika dalam perjalanan dari lokasi sampling menuju ke laboratorium, kurang akurat dalam melakukan titrasi, atau bahan kimia yang kadaluarsa, dan faktor faktor lainnya, sehingga BOD 5 yang dihasilkan menjadi rendah. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode grab sampling (sampling sesaat). Metode ini digunakan untuk melakukan pengambilan sampel pada suatu sumber air dengan karakteristik yang tidak banyak berubah dalam suatu periode atau didalam batas jarak waktu tertentu. Jangka waktu pengambilan sampel air berkisar antara 5 menit 1 jam. Cara pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Botol yang akan dipergunakan untuk mengambil sampel dibersihkan terlebih dahulu PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-15

93 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah 2. Botol sampling dibenamkan beberapa saat pada kedalaman air yang akan diperiksa 3. Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk membilas botol sampling 4. Pengambilan kedua merupakan sampel air yang akan diperiksa ke dalam botol sampel baru kemudian ditutup. Sebagai pembanding, menurut studi yang dilakukan oleh Faradilla Miftah (faradillamiftah.files.wordpress.com/2011/04/makalah-limbah-cair.docx), kebutuhan BOD 5 di rumah tangga (septik tank) bervariasi antara mg/l. Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka lebih dari 300 mg/l, BOD 5 dikatakan kuat, sedangkan bila kurang dari 100 mg/l disebut lemah AKSES TERHADAP AIR BERSIH Secara umum tingkat akses masyarakat terhadap air bersih di Kota Padang masih rendah, rata rata baru mencapai 38,73 %, seperti terlihat dalam Tabel 4.9. dibawah ini : Tabel 4.9 Tingkat Layanan Air Bersih di Kota Padang No Kecamatan Puskesmas Jumlah KK Jumlah Layanan Air Bersih Jumlah % 1 Padang Barat Padang Pasir ,82% 2 Padang Timur Andalas ,52% 3 Padang Utara 4 Padang Selatan 5 Koto Tangah 6 Nanggalo 7 Kuranji Ulak Karang ,99% Alai ,06% Air Tawar ,23% Seberang Padang ,71% Pemancungan ,66% Rawang Barat ,34% Lubuk Buaya ,71% Air Dingin ,11% Nanggalo ,20% Lapai ,16% Kuranji ,62% Belimbing ,05% Ambacang ,43% 8 Pauh Pauh ,05% 9 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan ,32% 10 Lubuk Begalung Lubuk Begalung ,60% Pegambiran ,77% 11 Bungus Bungus ,24% Jumlah (Kota Padang) ,73% Sumber : Dinas kesehatan Kota Padang, 2012 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-16

94 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Apabila digali lebih dalam lagi, maka kondisi penyediaan air bersih di Kota Padang berdasarkan jenis aksesnya adalah sebagai berikut : Gambar 4.7. Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Padang Barat Gambar 4.8. Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Padang Timur PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-17

95 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar 4.9. Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Padang Utara Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Padang Selatan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-18

96 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Koto Tangah Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Nanggalo PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-19

97 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kuranji Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Pauh PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-20

98 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Lubuk Kilangan Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Lubuk Begalung PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-21

99 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Akses Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Berdasarkan Gambar 4.7. hingga Gambar 4.17., dapat disimpulkan, bahwa, mayoritas di setiap Kecamatan, kecuali di Kecamatan Bungus Teluk Kabung (37%), tingkat akses / ketergantungan terhadap Air Ledeng sangat tinggi (71% - 95%), sehingga perlu dilakukan perlindungan terhadap semua sumber sumber air yang ada di Kota Padang yang digunakan oleh PDAM sebagai air bakunya KASUS PENYAKIT AKIBAT AIR LIMBAH Diare Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Jumlah kasus diare tahun tahun 2011 adalah sebesar kasus. Gambaran angka kesakitan diare pada Tahun 2011 di Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut ini. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-22

100 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Tabel Data Kejadian Penyakit Diare di Setiap Kecamatan Selama Setahun No Kecamatan Puskesmas Jumlah KK Kasus Diare Jumlah % 1 Padang Barat Padang Pasir ,62 2 Padang Timur Andalas ,76 Ulak Karang ,07 3 Padang Utara Alai ,47 Air Tawar ,59 Seberang Padang ,46 4 Padang Selatan Pemancungan ,67 Rawang Barat ,40 5 Koto Tangah 6 Nanggalo Lubuk Buaya ,32 Air Dingin ,90 Nanggalo ,24 Lapai ,46 Kuranji ,68 7 Kuranji Belimbing ,37 Ambacang ,41 8 Pauh Pauh ,72 9 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan ,68 10 Lubuk Begalung Lubuk Begalung ,62 Pegambiran ,92 11 Bungus Bungus ,97 Jumlah (Kota Padang) ,82 Sumber : Dinas kesehatan Kota Padang, 2012 Berdasarkan Tabel diatas, dapat disimpulkan, rata rata kejadian diare di semua kecamatan rendah (7,82 %) bila dibandingkan terhadap jumlah kk yang ada, kecuali di kecamatan Kuranji (Puskesmas Kuranji) dan Kecamatan Padang Barat (Puskesmas Padang Pasir). Berdasarkan pemeriksaan terhadap kepemilikan sarana sanitasi dasar (tangki septik) diperoleh data bahwa sebesar 72,1% masyarakat memiliki tangki septic,sedangkan masyarakat yang dinyatakan sehat/layak sebanyak 65,7%. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-23

101 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Angka 66,7% merupakan angka yang cukup tinggi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kota Padang pada umumnya telah memiliki sarana sanitasi yang baik sehingga data kejadian penyakit diare yang muncul tergolong cukup rendah, walaupun demikian sebaiknya angka rata rata kejadian 7,82 % tersebut dapat terus ditekan, sehingga idealnya mendekati 0 % SURVEY SOSIAL EKONOMI / REAL DEMAND SURVEY (RDS) Latar Belakang Dalam proses penyusunan suatu perencanaan pembangunan, selama ini pemerintah daerah lebih menekankan kepada kriteria-kriteria perencanaan yang dibangun berdasarkan kepada asumsi-asumsi dan pengalaman masa lalu. Kedepan hal ini akan lebih menekankan kepada kebutuhan nyata di masyarakat. Kebutuhan nyata adalah kebutuhan yang benar-benar memang mencerminkan apa yang sebenarnya dibutuhkan. Istilah kebutuhan nyata muncul karena adanya pandangan yang berbeda dalam menggambaran kondisi nyata dari adanya kebutuhan di tingkat masyarakat, dimana umumnya terjadi perbedaan pandangan antara pihak pengambil kebijakan (pemerintah) dan pihak penerima kebijakan (masyarakat). Kebutuhan nyata biasanya menggambarkan kondisi nyata dari kebutuhan masyarakat, dalam artian memfokuskan diri pada pandangan menurut masyarakat, bukan pandangan pihak pengambil kebijakan. Konsep kebutuhan nyata (real demand) rumah tangga, lebih menekankan pada tingkat kebutuhan (need) dan kemauan (want) dari rumah tangga. Konsep ini belum berbicara tentang tingkat ekspetasi atau harapan ( level of expectation) dari rumah tangga sebagai standar yang harus dilampaui. Pemerintah Kota Padang, menyadari bahwa dalam perencanaan pembangunan daerahnya didasarkan atas kebutuhan nyata dari masyarakatnya, akan berupaya menyediakan sarana dan prasarana umum dasar khususnya kesehatan, kesehatan, air bersih, sanitasi, persampahan, dan drainase kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya. Oleh karenanya dalam rangka penyusunan dokumen Renstra Sanitasi Kota Padang dan Rencana Aksi Sanitasi, dilakukan Survey Kebutuhan Nyata Sanitasi (SKN -San), yang meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Padang. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-24

102 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Maksud dan Tujuan Tujuan dari kegiatan Survey Kebutuhan Nyata Sanitasi (SKN -San) dimaksud untuk mencapai sasaran sasaran sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi dan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, sanitasi, persampahan, dan drainase; 2. Mengetahui tingkat kebutuhan dan kepentingan masyarakat terhadap sarana dan prasarana umum, kesehatan, air bersih, sanitasi, persampahan, dan drainase; 3. Menentukan prioritas (baik kegiatan maupun lokasi) dalam penyediaan/ pembangunan sarana dan prasarana umum, kesehatan, air bersih, sanitasi, persampahan, dan drainase; 4. Mengetahui tingkat kemauan ( willingness) dan kemampuan masyarakat dalam ikut serta pada pengelolaan sarana dan prasarana air bersih, sanitasi, persampahan, dan drainase; serta 5. Sebagai data sosial ekonomi masyarakat dalam penyusunan dokumen Renstra Sanitasi Kota Padang & Rencana Aksi Sanitasi Sasaran Sasaran utama dari kegiatan SKN-San adalah: 1. Terbangunnya data dasar sanitasi ( data base) dalam sistem informasi daerah yang senantiasa terbarui (updated) 2. Tersusunnya perencanaan daerah yang didasarkan kepada kebutuhan nyata masyarakat (demand driven) 3. Meningkatkan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam perencanaan pembangunan; Lingkup Kegiatan Survey dilakukan pada 16 Mei hingga 23 Mei 2013, selama 8 hari, secara merata diseluruh kelurahan di Kota Padang ini terdiri atas 150 responden rumah tangga. Tim konsultan membentuk TIM survey dengan menseleksi dan melatih enumerator yang berasal dari mahasiswa perguruan tinggi yang berasal dari kota Padang. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-25

103 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Metodologi Survey A. Pendekatan Survey dilakukan dengan metode : Wawancara Adalah cara pengumpulan data informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada masyarakat (rumah tangga) atau responden yang telah dipilih secara acak (random) dan dianggap dapat memberikan keterangan yang diperlukan, sehingga diperoleh informasi yang tepat mengenai permasalahan yang diteliti. Kuesioner Adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan tertulis kepada masyarakat (rumah tangga) atau responden dengan tujuan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas yang tinggi. Petugas Survey (Enumerator) Adalah individu-individu yang melaksanakan wawancara kepada responden untuk melakukan pengisian angket (kuesioner). Petugas survey/pencacah (enumerator) adalah ujung tombak yang menghubungkan antara pimpinan survey dengan dengan responden, dan antara data analis dengan responden. Penseleksian dan pemberian pelatihan para petugas survey dilakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan survey dengan maksud untuk memudahkan administrasi survey, dan membuat analisis terlaksana dengan lancar. Salah satu hal yang terpenting, bahwa petugas survey adalah individu ataupun kelompok yang independen. B. Sampel Survey Kerangka Sampel Adalah semua elemen di dalam populasi yang mengidentifikasikan semua anggota dari target populasi. Dalam menentukan kerangka sampel dapat digunakan daftar masyarakat (rumah tangga) dan daerah/wilayah yang menjadi cakupannya. Daerah/wilayah yang menjadi cakupannya diupayakan sampai pada unit yang terkecil mungkin agar prioritas lokasi nantinya dapat teridentifikasi secara baik dan tepat. Apabila wilayahnya Kota/Kabupaten, maka lokasi yang menjadi lokus survey dapat diupayakan berupa lokasi menurut Kecamatan, dan sebisa mungkin lokasinya adalah Kelurahan/Desa. Apabila jumlah Keluarahan/Desa cukup banyak, maka lokasi menurut Kecamatan adalah yang terbaik. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-26

104 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Teknik Penarikan Sampel Adalah cara pengambilan sampel dari sebagian populasi sebagai wakil yang representatif. Oleh karena dalam survey ini ditujukan untuk mendapatkan hasil yang sifatnya general/umum yang menggambarkan pendapat masyarakat (rumah tangga) secara keseluruhan dalam suatu wilayah, maka sampel yang diambil adalah sampel acak ( random sampling atau probability sampling) dengan teknik sampel Cluster Sampling (Area Sampling). Dalam pelaksanaannya sampel Cluster Sampling ini dapat dilakukan dengan mengelompokkan per Kecamatan dalam suatu Kota/Kabupaten. Dibuat daftar yang terdiri nama-nama kecamatan dan jumlah rumah tangga dari setiap wilayah jumlah sampel akan ditentukan berdasarkan jumlah rumah tangga per kecamatan. Jumlah Sampel Jumlah sampel ditentukan berdasarkan dari tingkat ketelitian dan analisis area sampling yang diinginkan. Semakin besar ketelitian ( error sampling semakin kecil), maka akan mengakibatkan jumlah sampel semakin besar, demikian juga dengan tingkatan analisis yang akan dicapai semakin fokus akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar. Tingkat presisi suatu hasil survey sangat tergantung kepada faktor biaya, waktu dan tenaga, semakin tinggi tingkat presisi hasil survey, semakin besar biaya yang dibutuhkan dan senakin memerlukan waktu dan tenaga yang besar, mengharapkan hasil survey tingkat presisi yang tinggi tidak mungkin dicapai dengan biaya, tenaga waktu yang terbatas. Ketelitian suatu hasil survey sangat ditentukan dari besarnya ketelitian yang dinyatakan sebagai faktor : Tingkat Kepercayaan dan Error Sampling. Makin besar Tingkat Kepercayaan dan makin kecil Error Sampling-nya, maka akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar. Perhitungan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sbb : S = Z 2 r N Z 2 r +(N-1)e 2 S = Jumlah sampel Z = Ukuran Tingkat Kepercayaan/nilai rata-rata dari Standard Error : 1. Untuk Tingkat Kepercayaan 90 %, nilai Z = Untuk Tingkat Kepercayaan 95 %, nilai Z = 1,96 3. Untuk Tingkat Kepercayaan 99 %, nilai Z = 2,58 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-27

105 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah r = Variasi proporsi populasi, nilai r untuk populasi berimbang adalah 0,25 N = Jumlah populasi (rumah tangga) dalam area sampling e = Error Sampling (%), tergantung dari ketelitian yang direncanakan, semakin kecil Error Sampling, akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar. Secara grafik perhitungan jumlah sampel dapat dijelaskan sebagai berikut; bila populasi jumlah rumah tangga (sumbu x) makin besar, maka persentase ukuran sampel (sumbu y) akan mengecil, begitu pula sebaliknya, jika jumlah populasi makin kecil, maka persentase jumlah sampel akan membesar. Ukuran Sampel (%) 20,00% 18,00% Persentase 16,00% 14,00% 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% Jumlah Populasi 95% and +-5% 95% and +-3% Sumber : Rea and Parker (1997) Populasi Target populasi adalah sasaran populasi yang akan dituju dalam survey sampel, dalam hal ini populasinya adalah rumah tangga yang berada dalam suatu wilayah kecamatan, sedangkan targetnya adalah Kepala Rumah Tangga atau Ibu Rumah Tangga. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-28

106 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah C. Instrumen Survey Kuesioner Instrumen survey, berupa angket (kuesioner) yang merupakan alat utama bagi para petugas survey/pencacah (enumerator) untuk berinteraksi dengan pihak yang akan diwawancarai/responden. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk : i. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey dan ii. Memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin Pertanyaan-pertanyaan dalam angket merupakan dasar atau basis untuk analisis dan pelaporan hasil survey. Oleh karena itu angket harus disusun secara sistematis, mudah dijawab serta tidak menimbulkan interpretasi yang keliru atau menyulitkan bagi responden. Fokus Survey Penentuan fokus suatu survey merupakan langkah yang sangat penting dari keseluruhan proses survey. Di dalam kaitannya dengan Survey Kebutuhan Nyata Bidang Sanitasi, angket akan difokuskan atau diarahkan atas : 1. Karakteristik tempat tinggal rumah tangga (responden); 2. Kondisi kesehatan dan akses rumah tangga terhadap fasilitas kesehatan; 3. Kondisi air bersih dan akses rumah tangga terhadap fasilitas air bersih; 4. Kondisi persampahan dan akses rumah tangga terhadap fasilitas persampahan; 5. Kondisi sanitasi dan akses rumah tangga terhadap fasilitas sanitasi; 6. Kondisi drainase dan akses rumah tangga terhadap fasilitas drainase; 7. Tingkat kepentingan dan kebutuhan rumah tangga terhadap fasilitas umum bidang sanitasi (mencakup fasilitas kesehatan, air bersih, persampahan, sanitasi, dan drainase); 8. Tingkat kesediaan dan kemauan membayar (willingness to pay WTP) dari rumah tangga yang tidak memiliki akses yang baik terhadap fasilitas air bersih, persampahan, sanitasi, dan drainase apabila disediakan fasilitas tersesbut di lingkungan rumah mereka; 9. Profil karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga; dan 10. Tingkat kemampuan ekonomi (affordabilitas) rumah tangga PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-29

107 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Status Responden dan Kondisi Bangunan Rumah Tinggal Profil karakteristik rumah tangga ditunjukkan pada Tabel dan Tabel Dalam survey sanitasi (RDS) tim peneliti mengambil asumsi statistik dengan tingkat keyakinan 90% bahwa responden memenuhi kriteria pengukuran dengan sampling error 10% dan simpangan baku sebesar 8. Untuk tingkat penerimaan statistik tersebut jumlah sampel minimal adalah 131 responden, sehingga jumlah sampel RDS sebanyak 150 dapat diterima. Dari 150 responden rumah tangga, 64% adalah laki-laki atau 96 orang, sedang 36% wanita (54 orang). Usia responden rata -rata 51,1 tahun. Berdasar lamanya tinggal rata-rata selama 27 tahun lebih, yang berarti mereka telah lama tinggal di kota Padang, sehingga responden cukup memahami kondisi kota. Distribusi lamanya waktu tinggal dilihat pada Gambar Tabel Identitas Responden dan kondisi rumah tangga Gender (jenis Klm) Usia (tahun) Lama Tinggal (tahun) N Valid Missing Mean Mode Std. Deviation Minimum 1-1 Maximum Keterangan Gender : 1) adalah laki-laki; 2) Perempuan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-30

108 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Jenis Kelamin (Gender) Responden Gambar Grafik lamanya waktu tinggal responden (dalam tahun) Gambaran kondisi rumah tinggal ditunjukkan pada Gambar Rata-rata rumah dihuni oleh 5,1 jiwa per keluarga. Adapun status rumah 75,3% milik sendiri, 24% rumah sewa dan 0,7% yang rumah pinjaman. Tabel Kondisi Rumah Tinggal PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-31

109 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Jumlah Anggota Keluarga Status Rumah Tinggal Jenis Bangunan Luas Tanah (m 2 ) Daya listrik (Watt) N Valid Missing Mean Mode Std. Deviation Minimum Maximum Keterangan: - Status rumah 1) Milik, 2) Sewa, 3) Pinjam, 4) Rumah Dinas, 5) Lainnya - Jenis bangunan rumah 1) Permanen. 2) Semipermanen 3) Bangunan Sementara Gambar Diagram Fisik Bangunan Rumah PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-32

110 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Status Rumah Tinggal Kondisi rumah dengan fasilitas listrik dalam ukuran Watt atau VA sebanyak 52,67% menggunakan daya Watt; 41,33% daya 1300 Watt; 5,33% daya Watt dan sisanya 0,67% lebih dari Watt. Terkait fungsi rumah, selain sebagai tempat tinggal keluarga terdapat 6,67% atau 10 responden yang menyatakan rumahnya juga sebagai tempat usaha. Namun, hanya 3 rumah yang jenis usahanya berupa pengolahan makanan yang berhubungan dengan kebutuhan air untuk proses produksi. Gambar Sebaran Luas bangunan Rumah (m 2 ) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-33

111 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Daya listrik (Watt) Gambar Histogram jumlah anggota keluarga (orang) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-34

112 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Grafik daya listrik terpasang di rumah responden (Volt Ampere) Data Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam survey sanitasi kota Padang ditunjukkan pada Gambar hingga Gambar Gambar Gaji Suami (Rp/bulan) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-35

113 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Penghasilan Keluarga (Rp/bulan) Gambar Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/bulan) Gambaran pendidikan responden ditunjukkan pada Gambar 4.29., sebagian besar atau 43,2% adalah lulusan SMA; 23,6% lulusan perguruan tinggi; 16,2% lulus SMP dan sisanya 16,9% SD serta tidak tamat SD. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-36

114 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Tingkat Pendidikan Responden Kondisi rumah tangga responden atas kepemilikan kendaraan dan alat elektronik seperti TV. Gambar Tingkat Kepemilikan Kendaraan dan Televisi Rumah tangga responden pada umumnya mempunyai alat elektronik televisi sebesar 97,33%, hanya 2,67% yang tidak memiliki TV. Pada umumnya rumah tangga juga PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-37

115 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah mempunyai sepeda motor yaitu 80,67%, dan 19,33% tidak punya sepeda motor. Adapun kepemilikan mobil hanya 32,00%, dan 68,00% tidak mempunyai mobil. Gambaran tingkat penghasilan rumah tangga ditunjukkan pada Gambar 4.27., Gambar 4.28., dan Gambar Data penghasilan rumah tangga rata-rata sebesar Rp 3 juta/bulan dan pengeluaran rata-rata Rp 1,86 juta/bulan. Gambar Grafik distribusi penghasilan keluarga responden (Rp/bulan) Gambar Sebaran tingkat pengeluaran rumah tangga responden (Rp/bulan) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-38

116 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Data Fasilitas Air Bersih dan Akses Sanitasi Rumah Tangga Kondisi masyarakat kota Padang dalam akses air bersih dan sanitasi ditunjukkan pada Gambar Akses sumber air bersih untuk keperluan minum sebagian besar dari PDAM sebanyak 53,4%; sebanyak 28,4% dari sumur milik sendiri; 4,7% menggunakan air PDAM dan air minum dalam kemasan (AMDK); 3,4% dari PDAM dan sumur sendiri dan sebagain kecil yaitu 2,7% ada yang memperoleh dari mata air terbuka. Gambar Sumber Air Minum Keluarga Dalam akses sanitasi rumah tangga, sebanyak 98% memiliki kamar mandi dan WC sendiri. Adapun kegiatan buang air besar (BAB) ditunjukkan pada Gambar PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-39

117 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Biaya Sedot WC Terkait letak septik tank terhadap bangunan rumah ditunjukkan pada Gambar 4.35., sebagian besar (46%) septik tank terletak di belakang rumah; 37,33% disamping rumah; 8,67% didalam rumah; 6,00% tidak memiliki septik tank; dan sisanya 2,00% menjawab tidak tahu. Sedang jarak septik tank terhadap sumur, sebanyak 22% jarak septik tank lebih dari 10 meter; 24% septik tank kurang dari 10 m dan 54% menjawab tidak tahu. Gambar Letak Septik Tank Terhadap Bangunan Rumah Keterangan: 1) didalam rumah, 2) belakang rumah, 3) depan/samping rumah, 4) tidak ada, dan 5) tidak tahu PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-40

118 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Jarak Septik Tank Terhadap Sumur Gambar Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga (Limbah WC) Kebutuhan volume air untuk menyentor atau membersihkan WC setiap hari ditunjukkan pada Tabel Sebanyak 40,6% rumah tangga membutuhkan 10 liter/hari untuk menyentor WC; sebanyak 33,1% membutuhkan 25 liter; 20,3% PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-41

119 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah menghabiskan 50 liter; 3,8% menghabiskan 75 liter dan sisanya 2,3% menghabiskan lebih dari 75 liter/ hari untuk menyentor WC. Tabel Volume Air untuk BAB (Liter) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 ~ 5 liter ~ 10 Lt ~25 L ~ 50 L ~ 75 L ~ 100 L Total Missing System Total Gambar Kebutuhan air untuk menyentor membersihkan WC (liter/hari) Hasil survey sanitasi atas pola pembuangan air limbah terdapat 77 responden yang menjawab pertanyaan bila limbah WC penuh, maka limbah pengurasan lumpur tinja akan dibuang ke IPLT (26%); dibuang ke sungai (23,4%); dan 49,4% lainnya menjawab tidak tahu. Adapun biaya sedot WC rata-rata sebesar Rp ,- per sekali sedot WC. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-42

120 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Tempat Pembuangan Limbah Tinja bila WC Rumah Mampet Lingkungan Kota, Kebiasaan Kesehatan, dan Kesanggupan Dana Partisipasi Berdasarkan hasil survey air limbah rumah tangga, terdapat 54,67% responden yang menjawab bahwa lingkungan sekitar tempat tinggal tidak sehat, dan 45,33% menjawab lingkungannya sehat. Sedang tanggapan atas lingkungan di kota Padang 74,67% menjawab tidak sehat, hanya 25,33% yang menjawab lingkungannya sehat. Gambar Kondisi Lingkungan Sekitar PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-43

121 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Kondisi Lingkungan Kota Padang Gambar Penyebab Kondisi Lingkungan Kota Padang Tidak Sehat PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-44

122 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Penyebab Perilaku Masyarakat yang Tidak Sehat Gambar Jenis Sistem yang Diminati PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-45

123 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Minat Berlangganan Sistem IPAL Terpusat Gambar Kesanggupan Membayar Iuran Bulanan IPAL Terpusat Dalam pengelolaan air limbah, menurut responden semestinya tugas dan peran utama adalah tanggung jawab dari pemerintah daerah (76,73%). PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-46

124 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Pihak yang Sebaiknya Mengurus Pengelolaan Air Limbah Kebersihan dan Kebiasaan Mencuci Tangan Dalam aspek kebersihan diri tentang kebiasaan mencuci tangan, mayoritas atau 98,6% responden sudah sadar, bahwa cuci tangan adalah hal yang sangat penting. Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun setelah melakukan BAB secara umum cukup baik, hal ini dilakukan oleh 96,5% responden. Adapun alasan utama kegiatan mencuci tangan dengan sabun adalah untuk membersihkan kuman 83,54% dan 13,92% karena tangan jadi harum, sisanya 2,5% menjawab tidak tahu. Gambar Keperluan Memakai Sabun Ketika Cuci Tangan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-47

125 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah Gambar Alasan Perlunya Cuci Tangan Pakai Sabun Kesimpulan yang dapat di ambil dari survey RDS ini adalah : 1. Kebanyakan responden adalah kepala rumah tangga. Rata-rata umur masih dalam rentang produktif ( 51,1 tahun) dengan tingkat pendidikan sebagian besar adalah tamat SMA. Sebagian besar responden (94,67%) mempunyai pekerjaan wirausaha/usaha dibidang perdagangan dan atau jasa dan hanya 5.33% sebagai ibu rumah tangga. 2. Dari seluruh keseluruhan gambaran tentang kondisi tempat tinggal (rumah), dari mulai luas bangunan, penghasilan dan pengeluaran bulanan, tingkat pendidikan, hingga daya listrik terpasang, dapat disimpulkan bahwa kelas sosial ekonomi responden mayoritas merupakan golongan menengah kebawah. 3. Responden sebagian besar memiliki WC sendiri (56%) atau paling tidak dilingkungannya ada WC umum. Penyaluran limbah sebagian besar disalurkan pada septik tank. Pemda perlu mewaspadai perilaku membuang limbah BAB ke saluran terbuka karena akan membawa efek penyebaran penyakit pada penduduk. Walaupun demikian, ada sebagian masyarakat (49%) tidak mengetahui alternatif pembuangan limbah tinjanya apabila wc di rumahnya macet. Selain itu terdapat sekitar 24 % rumah penduduk memiliki septik tank yang letaknya < 10 m dari sumber air terdekat, hal ini sangat berbahaya karena dikhawatirkan akan terjadi pencemaran bakteri coli terhadap sumber air minum masyarakat yang kemudian menyebabkan penyakit diare. Hal yang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-48

126 Bab 4 Kondisi Lingkungan Terkait Sistem Pengelolaan Air Limbah sangat positif, yaitu sebanyak 74,67 % masyarakat menyadari, bahwa saat ini kondisi lingkungan Kota Padang sedang dalam kondisi yang tidak sehat. Berarti ada kesadaran dalam diri mereka untuk hidup lebih sehat. 4. Sebanyak 53,3 % masyarakat yang di survey menyadari, bahwa perilaku masyarakat di Kota Padang yang suka membuang sampah sembarangan ( ke sungai / selokan) menyebabkan lingkungan Kota Padang menjadi tidak sehat, selain faktor air tanah yang tercemar (28 %). Ketika ditanya mengapa masyarakat berperilaku tidak sehat, 53% menjawab tidak tahu, tetapi 33% menjawab pihak PEMDA kurang tanggap dan kurang sosialisasi sanitasi, dan ada 4,5% masyarakat yang tidak peduli kesehatan. Berarti dalam hal ini perlu adanya penyadaran berupa sosialisasi dari pemerintah daerah kepada masyarakat untuk melakukan gerakan hidup bersih. 5. Akses air bersih di kota Padang tidak mengalami persoalan yang besar, karena sebagian besar responden tidak merasa kekurangan air bersih pada musim kemarau dan hujan, sebagian besar responden juga tidak merasa bermasalah dengan kualitas air yang dimiliki. 53,33 % masyarakat berlangganan PDAM dan 28,67 % menggunakan sumur sebagai sumber air minumnya. Sebagian besar responden merebus air minum sebelum digunakan, ini menggambarkan usaha preventif dari masyarakat untuk menjaga kesehatan. 6. Membandingkan pengeluaran air minum dari masyarakat hanya sebesar 1,5 % atau Rp ,- maka dengan asumsi yang sama, pengeluaran untuk pengelolaan limbah domestik yang tidak memberatkan bagi masyarakat dimungkinkan hingga sebesar Rp ,-, sedangkan kemauan masyarakat dalam pengeluaran limbah diperkirakan sebesar 30 % dari pengeluaran air minum atau sebesar Rp ,- (asumsi bahwa tarif air limbah adalah 30 % dari tarif air minum). 7. Sebanyak 53,7% masyarakat masih belum berkeinginan untuk berlangganan sistem Pengolahan limbah secara terpusat. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari dinas dinas terkait di Kota Padang untuk gencar melakukan sosialisasi untuk pengolahan air limbah secara kolektif. Responden yang menyatakan bersedia membayar iuran bulanan air limbah sebesar 46,3%, yang menjawab tidak bersedia persentasenya 53,7%. Dari sebagian besar responden yang menjawab pertanyaan, 45% menyatakan sanggup membayar kurang dari Rp ,- per bulan, 42% sanggup membayar di atas Rp ,- per bulan hingga Rp ; per bulan. Sisanya 13% sanggup membayar diatas Rp ; hingga diatas ; per bulannya. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 4-49

127 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah BAB 5 DASAR PENGEMBANGAN SISTEM AIR LIMBAH 5.1. TARGET DAN TUJUAN STRATEGIS Berdasarkan pertimbangan berikut ini: Kebijakan pemerintah pusat Target MDGs Visi, Misi RPJM dan RPJP Kota Padang Hasil Real Demand Survey (RDS) Arah perkembangan kota Maka disusun target dan tujuan strategis Master Plan pengelolaan air limbah Kota Padang baik dari Aspek Teknis, Aspek Kelembagaan, Aspek Pengaturan dan Aspek Keuangan sebagaimana dalam tabel 5.1. berikut Tabel 5.1. Target dan tujuan strategis Master Plan air limbah Kota Padang Aspek Tujuan Strategis AspekTeknis Bebas dari 26,2 % masyarakat yang melakukan BAB di sembarang tempat di tahun 2014 Pemenuhan standar Target dan Sasaran Tersedianya fasilitas on-site maupun system komunal untuk 26,2 % masyarakat yang - Melanjutkan perbaikan fasilitas on site yang belum layak setengah sisanya. BAB di sembarang tempat - Melanjutkan terbangunnya fasilitas - Terbangunnya system on-site komunal untuk daerah padat setengah dari jumlah system yang - Melanjutkan program kegiatan - Mentuntaskan perbaikan fasilitas on site yang masih tersisa - Melanjutkan program kegiatan pembangunan system sewerage kota 55% dari jumlah beban pencemaran kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-1

128 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Aspek Aspek Kelembagaan Aspek Keuangan Tujuan Strategis pelayanan minimal dan keberlanjutan program Peningkatan kepemilikan dan ketersediaan sarana pengolahan air limbah rumah tangga dan secara komunal sesuai dengan persyaratan teknis Meningkatkan layanan pengolahan air limbah - Menciptakan lembaga untuk implementasi manajemen, operasi dan perawatan fasilitas air limbah Mendorong terciptannya pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan Target dan Sasaran belum layak pembangunan SSAL - Penambahan - Terbangunnya wilayah pelayanan sambungan air system komunal kota limbah sebanyak 50% untuk daerah kumuh - Penambahan daerah pelayanan miskin kota sambungan air limbah - Peningkatan - Terbangunnya sebanyak 50% daerah pelayanan IPLT fasilitas Komunal pelayanan sebesar 100% dari pilot project di - Peningkatan penduduk kota permukiman pelayanan IPLT Padang yang - Terbangunnya sebanyak 50% dari mempunyai fasilitas fasilitas SSAL di pelayanan on-site On-site daerah prioritas di daerah pusat pelayanan kota - Rehabilitasi IPLT - Terbentuknya lembaga pengelola air limbah berbentuk UPTD - Peningkatan kapasitas pengelola limbah domestic - Program kampanye peningkatan On-site dan pemanfaatan system sewerage kota - Tersedianya APBN/hibah /loan untuk pembangunan system off-site (pipa primer, sekunder dia 200m - Fasilitasi program hibah untuk - Terbentuknya lembaga pengelola air limbah berbentuk Kerjasama Pihak - Terbentuknya lembaga pengelola air limbah berbentuk PERUSDA Swata /PERUSDA - Peningktan kapasitas - Peningktan kapasitas pengelola limbah domestik pengelola limbah domestic - Tersedianya - Tersedianya APBN/hibah /loan APBN/hibah /loan untuk pembangunan untuk pembangunan system off-site (pipa system off-site (pipa primer, sekunder primer, sekunder dia 200m dia 200m - Fasilitasi program - Fasilitasi program hibah untuk program hibah untuk program PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-2

129 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Aspek Tujuan Strategis berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dengan pemerintah Target dan Sasaran program system Onsite, system On-site, system On-site, sewerage skala sewerage skala kecil sewerage skala kecil kecil - Tersedianya APBD - Tersedianya APBD - Tersedianya APBD untuk pendamping untuk pendamping untuk pendamping pembangunan On-site pembangunan On-site pembangunan Onsite dan Sistem dan Sistem dan Sistem Intermediate/sewera Intermediate/sewera Intermediate/sewer ge skala kecil ge skala kecil age skala kecil - Tersedianya APBD - Tersedianya APBD - Tersedianya APBD untuk pembangunan untuk pembangunan untuk pembangunan pipa sekunder ( pipa pipa sekunder ( pipa pipa sekunder ( < dia 200 mm, tersier < dia 200 mm, tersier pipa < dia 200 mm, dan sambungan dan sambungan tersier dan rumah rumah sambungan rumah - Tersedianya studi - Tersedianya studi - Tersedianya studi tariff untk system tariff untk system tariff untk system Off-site Off-site Off-site Aspek Mendorong - Tersedianya perda - Tersedianya perda - Tersedianya perda Pengaturan terciptanya untuk SOTK untuk SOTK untuk SOTK perda-perda yang pengelola limbah pengelola limbah pengelola limbah mendorong - Tersedianya perda - Tersedianya perda - Tersedianya perda terselenggaranya kewajiban kewajiban kewajiban peningkatan masyarakat masyarakat masyarakat infrastruktur air berpenghasilan berpenghasilan berpenghasilan limbah, tinggi, tinggi, tinggi, manajemen, komersial,industri komersial,industri komersial,industri operasi dan kecil, institusi kecil, institusi untuk kecil, institusi untuk pemeliharaan untuk memanfaatkan memanfaatkan memanfaatkan system sewerage system sewerage system sewerage kota yang terbangun kota yang terbangun kota yang terbangun - Perda untuk - Perda untuk - Perda untuk pembebanan tariff pembebanan tariff pembebanan tariff sambungan air limbah sambungan air sambungan air limbah limbah Aspek Peran 1.Perubahan - Program kampanye - Melanjutkan Program - Melanjutkan Program Serta perilaku 26,2% PHBS. kampanye PHBS. kampanye PHBS. Masyarakat masyarakat yang - Memfasilitasi - Memfasilitasi - Memfasilitasi melakukan BAB di terciptanya CSR terciptanya CSR terciptanya CSR PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-3

130 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Aspek Tujuan Strategis sembarang tempat di tahun Terbentuknya KSM system komunal dan intermediate pengelolaan limbah yang berkelanjutan Target dan Sasaran bidang sanitasi bidang sanitasi bidang sanitasi - Penghargaan Desa - Melanjutkan program - Melanjutkan sehat Penghargaan Desa Penghargaan Desa - Pelatihan kapabilitas sehat sehat O & M untuk skala - Pelatihan kapabilitas - Pelatihan kapabilitas komunal O & M untuk skala O & M untuk skala - Sosial marketing komunal dan kawasan komunal dan untuk system - Sosial marketing Intermediate sewerage skala untuk system - Sosial marketing kawasan sewerage skala kota untuk system sewerage skala kota 5.2. PILIHAN TEKNOLOGI SANITASI Dalam penentuan opsi sistem dan teknologi dipengaruhi oleh berbagai faktor dimana opsi teknologi tidak dapat ditentukan sebelum pemilihan sistem. Ada serangkaian peraturan, pembuatan dokumen perencanaan dan berbagai pertimbangan lokal yang sangat mempengaruhi proses pemilihan teknologi termasuk regulasi terkait yang relevan. Faktor seleksi utama untuk sistem sanitasi dan pilihan teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang tergambarkan pada diagram dibawah ini. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-4

131 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Berdasarkan Draft Standar Pelayanan Minimum (lihat PP 65/2005) menjelaskan bahwa kerapatan penduduk sangat menentukan opsi sistem sanitasi, cakupan pelayanan dan pemilihan prioritas, karena definisi kerapatan penduduk tidak dirinci secara jelas dalam berbagai referensi, maka konsultan menggunakan Buku Standar Pelayanan Minimum bidang PU sub bidang sanitasi sebagai acuan dalam penentuan pilihan sistem sanitasi, disamping faktor kerapatan penduduk faktor lain yang menjadi penentu dalam opsi sistem sanitasi adalah wilayah tersebut merupakan Central Business District (CBD) dan permukiman serta Daerah Beresiko Tinggi dan Daerah Prioritas dalam Konteks Perbaikan Sanitasi, secara rinci diuraikan dibawah ini. 1. Kerapatan Penduduk Kunci Utama Penentuan Pilihan Sistem Sanitasi Kerapatan penduduk adalah jumlah penduduk satu kelurahan dibagi luas wilayahnya. Ini dibagi dalam 5 kategori kerapatan penduduk sebagai berikut : a. Rural, umumnya merupakan kelurahan dengan kerapatan penduduk < 25 orang/ha b. Peri-Urban, kelurahan dengan kerapatan penduduk orang/ha c. Urban-Rendah, kelurahan dengan kerapatan penduduk orang/ha d. Urban-Medium, kelurahan dengan kerapatan penduduk orang/ha e. Urban-High, kelurahan yang mempunyai kerapatan penduduk >250 orang/ha 2. Central Business District (CBD) dan Kawasan Permukiman Perencanaan tata ruang adalah satu hal penting dalam perencanaan infrastruktur. Perbedaan antara kawasan permukiman dan kawasan CBD, sesuai dengan namanya dalam konteks Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), CBD dalam perencanaan ruang umumnya masuk dalam Bagian Wilayah Kota (BWK) Pusat Kota. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-5

132 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah 3. Daerah Beresiko Tinggi dan Daerah Prioritas dalam Konteks Perbaikan Sanitasi Setiap kelurahan diberikan skor untuk resiko kesehatan lingkungannya. Ini bagian dari proses pemetaan sanitasi dan dengan memperhatikan HRA 5.3. KRITERIA DAERAH PRIORITAS PENANGANAN Untuk menentukan wilayah / kecamatan mana yang akan terlebih dahulu untuk ditangani, terlebih dahulu harus ditentukan parameter apa yang akan dipakai untuk menilai setiap wilayah / kecamatan yang ada. Setelah melalui berbagai pertimbangan, diputuskanlah 7 parameter penting. Parameter parameter tersebut adalah : 1. Wilayah Pengembangan 2. Beban Pencemaran 3. Kepadatan Penduduk 4. Akses Air Bersih 5. Prosentase Kejadian Penyakit 6. Cakupan Jamban Sehat 7. Tingkat Kemiskinan Setiap kecamatan diatas memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing. Untuk menentukan kecamatan mana yang paling prioritas untuk ditangani di Kota Padang, maka terlebih dahulu kita uraikan parameter parameter apa saja yang akan menjadi pertimbangan pemilihannya. Parameter parameter tersebut adalah : 1. Wilayah Pengembangan Semakin kecil Wilayah Pengembangan suatu daerah, maka semakin prioritas untuk ditangani. 2. Beban Pencemaran Semakin besar beban pencemaran di suatu daerah, maka semakin prioritas untuk ditangani. 3. Kepadatan Penduduk Semakin padat suatu daerah, maka semakin prioritas untuk ditangani. 4. Akses Air Bersih PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-6

133 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Semakin besar akses air bersih di suatu daerah, maka semakin prioritas untuk ditangani. 5. Prosentase Kejadian Penyakit Semakin besar prosentase kejadian penyakit di suatu daerah, maka semakin prioritas untuk ditangani. 6. Cakupan Jamban Sehat Semakin besar cakupan jamban sehat di suatu daerah, maka semakin prioritas untuk ditangani. 7. Tingkat Kemiskinan Semakin besar tingkat kemiskinan di suatu daerah, maka semakin prioritas untuk ditangani. Dari ke 7 parameter diatas kemudian diberikan pembobotan, yang mana besar kecilnya bobot pertimbangannya disesuaikan berdasarkan kondisi Kota Padang dan sistem pengolahan air limbah kota yang akan diterapkan. Kecamatan yang memiliki total poin atau nilai paling tinggi menjadi wilayah yang menjadi prioritas penanganan. a) Penentuan Bobot Tiap Parameter Sebelum menentukan bobot dari masing masing parameter, terlebih dahulu ditentukan prioritas apa yang paling diinginkan untuk terpenuhi dari ke 7 parameter yang ada. Prioritas ini ditentukan dari kesepakatan diantara para pihak. Berdasarkan kesepakatan tersebut ada 3 parameter yang dianggap sangat penting yang menjadi prioritas utama dibandingkan parameter parameter yang lain. Ke 3 parameter itu adalah : 1. Wilayah Pengembangan. Wilayah Pengembangan menjadi parameter penting, karena wilayah pengembangan merupakan kesepakatan bersama para pihak yang tertuang dalam RTRW yang memiliki kekuatan hukum, dan telah dianalisis dari berbagai sudut pandang keilmuan, yaitu yang menunjukkan hierarki dalam pengembangan suatu kawasan, baik itu skala kecamatan maupun kelurahan. 2. Akses Air Bersih. Akses air bersih menjadi penting karena ketiadaan akses air bersih sangat berpotensi untuk terjadinya berbagai macam penyakit di masyarakat. Akses air bersih juga akan membantu / memudahkan dalam hal penyambungan sambungan rumah untuk air limbah. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-7

134 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah 3. Beban Pencemaran. Beban pencemaran menjadi parameter penting, karena semakin besar angka beban pencemaran di suatu daerah, maka kemungkinan terjadi kerusakan lingkungan semakin besar. Untuk menguji apakah pembobotan yang dilakukan sudah konsisten menurut kaidah kaidah keilmuan yang ada, maka digunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk mengujinya, seperti pada tabel dibawah ini. Aspek Wilayah Pengembangan (WP) : Skala Kelompok WP Aspek Beban Pencemaran : Skala Tingkat Beban (Kg/hari) 1 < > Aspek Air Bersih : Skala Tingkat Pelayanan (%) 1 < > 40 Aspek Kepadatan Penduduk : Skala Tingkat Kepadatan (Jiwa/Ha) 1 < > 150 Aspek Prosentase Kejadian Penyakit : Skala Tingkat Kejadian (%) 1 < > 50 Aspek Cakupan Jamban Sehat : Skala Tingkat Kepemilikan (%) 1 < > 75 Aspek Tingkat Kemiskinan : Skala Tingkat Kemiskinan (%) 1 < > 15 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-8

135 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Tingkat Prioritas : Prioritas Penanganan Warna Nilai Pertama > 1,90 Kedua 1,75-1,90 Ketiga < 1,75 Berdasarkan Tabel diatas, kelurahan kelurahan yang memiliki warna merah adalah yang terpilih untuk menjadi wilayah paling prioritas untuk ditangani. Kelurahan kelurahan yang memiliki warna kuning adalah wilayah dengan prioritas kedua untuk ditangani. Kelurahan kelurahan yang memiliki warna hijau adalah wilayah dengan prioritas ketiga untuk ditangani. Untuk lebih jelasnya hasil pembobotan parameter-parameter diatas yang menggambarkan wilayah penanganan prioritas dapat dilihat pada tabel 5.2. dan Gambar 5.1 Gambar 5.8 yang menunjukkan kondisi paramater-parameter penentu penanganan prioritas. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-9

136 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel 5.2. Wilayah Penanganan Berdasarkan Skala Prioritas Parameter Tingkat No. Kecamatan Kelurahan Wilayah Pengembangan (WP) Beban Pencemaran Kepadatan Penduduk Akses Air Bersih Prosentase Kejadian Penyakit Cakupan Jamban Sehat Tingkat Kemiskinan TOTAL Prioritas Teluk Kabung Selatan Bungus Selatan BUNGUS TELUK KABUNG 2 LUBUK KILANGAN 3 LUBUK BEGALUNG Teluk Kabung Tengah Teluk Kabung Utara Bungus Timur Bungus Barat Tarantang Beringin/Baringin Batu Gadang Indarung Padang Besi Koto Lalang Bandar Buat (Banda Buek) Kampung Baru Nan XX Pampangan Nan XX Koto Baru Nan XX Tanjung Aur Nan XX Gurun Lawas Nan XX Banuaran Nan XX Lubuk Begalung Nan XX Cangkeh Nan XX Gates Nan XX Pangambiran Ampalu Nan XX PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-10

137 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah No. Kecamatan Kelurahan 4 PADANG SELATAN 5 PADANG TIMUR Wilayah Pengembangan (WP) Beban Pencemaran Kepadatan Penduduk Parameter Akses Air Bersih Prosentase Kejadian Penyakit Cakupan Jamban Sehat Tingkat Kemiskinan Kampung Jua Nan XX Parak Laweh Pulau Air Nan XX Pitameh Tanjung Saba Nan XX Tanah Sirah Piai Nan XX Batang Taba Nan XX Air Manis Bukik Gadogado Batang Arau Seberang Palinggam Pasa Gadang Belakang Pondok Alang Laweh Taluak Bayua Rawang Mato Aie Seberang Padang Ranah Parak Rumbio Sawahan Ganting Parak Gadang Parak Gadang Timur Kubu Marapalam Kubu Dalam Parak Karakah Andalas Simpang Haru TOTAL Tingkat Prioritas PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-11

138 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah No. Kecamatan Kelurahan 6 PADANG BARAT 7 PADANG UTARA 8 NANGGALO Wilayah Pengembangan (WP) Beban Pencemaran Kepadatan Penduduk Parameter Akses Air Bersih Prosentase Kejadian Penyakit Cakupan Jamban Sehat Tingkat Kemiskinan Sawahan Timur Jati Baru Jati Belakang Tangsi Olo Ujung Gurun Berok Nipah Kampung Pondok Kampung Jao Purus Padang Pasir Rimbo Kaluang Flamboyan Baru Gunung Pangilun Ulak Karang Selatan Ulak Karang Utara Air Tawar Timur Air Tawar Barat Alai Parak Kopi Lolong Belanti Tabing Bandar Gadang Gurun Lawas Kampung Olo Kampung Lapai TOTAL Tingkat Prioritas PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-12

139 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah No. Kecamatan Kelurahan 9 KURANJI 10 PAUH 11 KOTO TANGAH Wilayah Pengembangan (WP) Beban Pencemaran Kepadatan Penduduk Parameter Akses Air Bersih Prosentase Kejadian Penyakit Cakupan Jamban Sehat Tingkat Kemiskinan Surau Gadang Kurao Pagang Anduring Pasar Ambacang Lubuk Lintah Ampang Kalumbuk Korong Gadang Kuranji Gunung Sarik Sei/Sungai Sapih Pisang Binuang Kampung Dalam Piai Tangah Cupak Tangah Kapalo Koto Koto Luar Lambung Bukit Limau Manis Selatan Limau Manis Dadok Tunggul Hitam Air Pacah Lubuk Minturun Sungai Lareh Bungo Pasang TOTAL Tingkat Prioritas PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-13

140 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah No. Kecamatan Kelurahan Wilayah Pengembangan (WP) Beban Pencemaran Kepadatan Penduduk Parameter Akses Air Bersih Prosentase Kejadian Penyakit Cakupan Jamban Sehat Tingkat Kemiskinan Parupuk Tabing Batang Kabung Ganting Lubuk Buaya Padang Sarai Koto Panjang Ikua Koto Pasir/Pasie Nan Tigo Koto Pulai Balai Gadang Batipuh Panjang TOTAL Tingkat Prioritas PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-14

141 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.1. Rencana Wilayah Pengembangan Kota Padang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-15

142 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.2. Beban Pencemaran Air Limbah Kota Padang (Eksisting) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-16

143 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.3. Kepadatan Penduduk Kota Padang (Eksisting) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-17

144 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.4. Akses Air Bersih Kota Padang (Eksisting) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-18

145 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.5. Cakupan Jamban Sehat Kota Padang (Eksisting) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-19

146 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.6. Tingkat Kemiskinan Kota Padang (Eksisting) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-20

147 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.7. Prevalensi Penyakit Diare Kota Padang (Eksisting) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-21

148 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 5.8. Wilayah Prioritas Penanganan PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-22

149 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah 5.4. OPSI ZONA LAYANAN TEKNOLOGI AIR LIMBAH Kriteria Pemilihan Teknologi Kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata, baik jumlahnya maupun tingkat kesejahteraannya, mengakibatkan sangat sulit memisahkan mana saja daerah yang bisa dimasukkan kedalam daerah yang harus dilayani dengan on-site ataupun off-site. Untuk itulah perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria yang jelas untuk memisahkan keduanya. Kriteria Wilayah Langkah pemilihan teknologi untuk setiap wilayah kajian, dilakukan penilaian dan uji parameter terhadap kriteria di atas dengan tahapan proses sesuai diagram alir berikut ini : Gambar 5.9. Skema Pembahasan Opsi Teknologi A.1 Kriteria pemilihan sistem On-site Sistem setempat atau individual umumnya digunakan untuk menangani air limbah kakus (black water). Sistem ini menggunakan tangki air limbah yang terletak di lahan yang sama dengan unit bangunan dimana limbah dihasilkan. Saat ini lebih dari 90% rumah atau bangunan di Kota Padang menggunakan sistem setempat, baik berupa cubluk maupun septic tank. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-23

150 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Suatu sistem setempat yang memenuhi syarat harus : a) mampu menurunkan kadar senyawa organik, padatan sehingga memenuhi baku mutu air limbah domestik, b) diletakkan setidaknya 10 meter dari sumur air bersih terdekat, c) kedap dan tidak ada kebocoran, d) memiliki lubang kontrol sekaligus untuk penyedotan tinja, e) memiliki sistem pelepasan gas, dan f) dirawat setidaknya melalui penyedotan lumpur tinja secara periodik. Sistem setempat layak digunakan untuk wilayah permukiman yang memenuhi kriteria sebagai berikut : - Wilayah dengan kepadatan sangat rendah lebih kecil, atau sama dengan 25 Jiwa/ha - Wilayah selain wilayah Off-site (secara teknis sistem Off -site sulit dikembangkan). - Kedalaman air tanah rendah 2 m - Permeabilitas tanah tinggi - Merupakan wilayah permukiman perdesaan (berdasarkan peruntukannya - RTRW) - Belum terdapat prasarana sarana sanitasi - Sumber air sumur, sungai, mata air yang belum terlindungi - Belum dilayani pelayanan persampahan - Bukan merupakan wilayah DAS atau Sub DAS - Jarak antara sumber air dan unit pengolahan limbah minimal 10 meter - Beban pencemaran rendah Ada beberapa jenis tangki air limbah yang saat ini tersedia, baik itu berupa a). tangki pasangan batu, atau b). tangki pabrikan. Tangki air limbah pabrikan umumnya terbuat dari plastik keras ( fibre glass atau reinforced plastics). Tangki air limbah umumnya didisain untuk bekerja secara anaerobik, seperti yang dikenal dengan sebutan tangki septik. Walau demikian, saat ini juga tersedia tangki air limbah yang beroperasi secara aerobik atau kombinasi antara proses aerobik dan anaerobik. Sebagian tangki air limbah membutuhkan sumur atau bidang resapan, sebagian lagi tidak, karena memang direncanakan untuk tersambung ke sistem komunal atau sistem kawasan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-24

151 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar Salah satu jenis tangki air limbah berbahan plastik keras (reinforced plastics) yang di dalamnya memiliki beberapa kompartemen untuk memperpanjang aliran limbah. Salah satunya adalah kompartemen berisi media plastik dimana mikroba akan tumbuh dan mengkonsumsi senyawa organik yang dikandung air limbah. Tangki yang menggunakan proses upflow anaerobic filter ini sudah diproduksi dalam negeri.sistem ini sudah diterapkan di Kota Medan, di kawasan pantai dan memiliki efisinesi pengolahan sekitar 80%. Foto: Biotank koleksi IATPI Penerapan sistem setempat di suatu wilayah perlu didukung oleh : Pemeriksaan awal guna memastikan agar tangki air limbah memiliki volume yang memadai dan tidak mengalami kebocoran. Penyedotan endapan lumpur dari dasar tangki air limbah secara berkala. Pembersihan berkala terhadap bidang resapan. A.2 Kriteria wilayah pemilihan sistem komunal Sistem komunal merupakan suatu opsi jenis layanan saluran air limbah ( off-site) atau SSAL berskala kecil. Ciri dari sistem komunal ini adalah : Melayani rumah atau bangunan berjumlah unit. Menggunakan saluran sederhana yang hanya menyalurkan bagian cairan dari air limbah kakus. Menggunakan instalasi pengolahan sederhana dengan proses anaerobik. Merupakan wilayah permukiman perkotaan sedang hingga padat / kumuh Kedalaman air tanah tinggi > 2 m Permeabilitas tanah rendah Merupakan daerah relatif datar, dengan kemiringan lahan kurang dari < 2 % Sumber air terbatas sumur, sungai, mata air yang belum terlindungi, ataupun hidran umum dari PDAM PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-25

152 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Sudah ataupun belum terdapat prasarana sarana sanitasi, tapi belum memenuhi standar teknis (tidak ada unit pengolahan limbah) Belum dilayani pelayanan persampahan Merupakan wilayah DAS atau Sub DAS Masyarakat mempunyai minat menyambung layanan air limbah Sistem ini layak dikembangkan di kawasan permukiman dengan : Pola tata guna lahan yang kurang rapih (perkampungan atau kawasan kumuh). Kepadatan penduduk lebih dari 150 orang/ha. Rumah-rumah dan bangunan yang memiliki sumber air bersih dan jamban pribadi. Ketersediaan lahan untuk unit pengolahan, dengan ukuran lahan setidaknya 36 m 2 untuk tiap 100 KK. Gambar Sistem Komunal umumnya memiliki wilayah pelayanan yang kecil, yaitu antara unit rumah. Sistem Komunal banyak diterapkan di wilayah permukiman yang kurang tertata rapih. Sistem komunal banyak diterapkan dalam implementasi program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) atau Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Dalam implementasi program tersebut, peminatan dan keterlibatan masyarakat menjadi prasyarat dilakukannya pengembangan sistem komunal tersebut. A.3 Kriteria wilayah pemilihan sistem kluster / sistem kawasan - Wilayah dengan kepadatan sedang hingga tinggi 150 jiwa/ha - Merupakan wilayah permukiman perkotaan dan komersial - Kedalaman air tanah tinggi < 2 m - Permeabilitas tanah tinggi - Merupakan daerah dengan kemiringan lahan lebih dari > 2 % - Tersedia layanan jaringan air minum PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-26

153 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah - Masyarakat mempunyai minat menyambung layanan air limbah - Untuk wilayah yang tertata (real estate) dengan pelayanan kluster antara 500 sambungan hingga sambungan per sistem - Tersedia lahan untuk IPAL yang cukup (minimal m 2 / 500 sambungan), dan dapat memanfaatkan ruang taman / hijau A.4 Kriteria wilayah pemilihan system Off-Site / sistem Wilayah - Kepadatan tinggi > 150 jiwa/ha - Kedalaman air tanah tinggi < 2 m - Merupakan daerah dengan kemiringan lahan lebih dari > 2 % - Permeabilitas tanah tinggi - Tersedia layanan jaringan air minum kota (sambungan air minum dari PDAM) - Masyarakat mempunyai minat menyambung layanan air limbah - Untuk wilayah permukiman perkotaan dan daerah komersial dengan pelayanan lebih dari sambungan - Tersedia lahan untuk IPAL skala kota Tabel berikut menunjukkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari penerapan sistem wilayah, khususnya dibandingkan dengan sistem kawasan. Tabel 5.3. Perbandingan Penggunaan Sistem Wilayah Dengan Sistem Kawasan Untuk Suatu Kota ASPEK SISTEM WILAYAH SISTEM KAWASAN Banyak diterapkan untuk wilayah yang lebih luas. Kelayakan penggunaan Investasi Pentahapan pengembangan Pengelolaan manajerial Stuktur organisasi pengelola Penyaluran air limbah Lebih tinggi mengingat pengembangan awal yang berskala lebih besar. Kurang fleksibel mengingat pengembangannya dilakukan untuk wilayah yang lebih besar. Lebih sederhana karena hanya ada satu sistem dalam satu wilayah. Lebih sederhana, walau mungkin saja memiliki jumlah personil yang lebih banyak. Membutuhkan sistem pemompaan mengingat wilayah layanan yang luas. Banyak diterapkan untuk wilayah yang lebih kecil, seperti kawasan permukiman. Lebih rendah karena skala pengembangan awal dapat dilakukan lebih kecil. Lebih fleksibel karena pengembangannya dapat dilakukan untuk wilayah-wilayah lebih kecil. Lebih rumit karena jumlah sistem di satu wilayah yang lebih banyak. Lebih kompleks, mengingat banyaknya sistem. Tidak selalu membutuhkan sistem pemompaan. Instalasi Satu instalasi. Lebih dari satu instalasi. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-27

154 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah ASPEK SISTEM WILAYAH SISTEM KAWASAN pengolahan Membutuhkan lahan yang lebih luas di suatu tempat. Membutuhkan lahan yang lebih kecil, walau jumlahnya lebih banyak. Kapasitas yang lebih besar. Kapasitas lebih kecil, walau dengan jumlah yang lebih banyak. Biaya operasi Perlu teknologi lebih modern yang membutuhkan banyak energi. Membutuhkan operator dengan kompetensi tinggi. Tinggi karena menggunakan teknologi yang membutuhkan banyak energi. Lebih murah jika dioperasikan sesuai kapasitas rencana. Masih dapat menerapkan teknologi sederhana yang rendah enegi. Tidak selalu membutuhkan operator dengan kompetensi tinggi. Rendah jika dapat menggunakan pilihan teknologi sederhana. Lebih mahal jika menggunakan pilihan teknologi dan kapasitas yang sama dengan Skala Kawasan. Opsi Penyaluran Air Limbah Sistem komunal, sistem kawasan, dan sistem wilayah membutuhkan jaringan saluran air limbah (sewer). Berdasarkan muatannya, saluran air limbah dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu : a) saluran gabungan ( combined sewer) dimana saluran mengalirkan air hujan berikut air limbah permukiman, dan b) saluran terpisah ( separate sewer) dimana saluran hanya mengalirkan air limbah permukiman. Saluran terpisah yang juga disebut sebagai saluran sanitari ( sanitary sewer) ini kemudian dapat dibedakan sebagai : 1) saluran sederhana (simplified sewer) dan 2) saluran biasa ( conventional sewer). Perbedaan keduanya dapat dilihat pada tabel berikut. Penerapan Muatan Tabel 5.4. Perbandingan Saluran Sederhana dan Saluran Biasa ASPEK SALURAN SEDERHANA SALURAN BIASA Tepat untuk wilayah kecil, sehingga tepat untuk Sistem Komunal dan Sistem Kawasan yang kecil. Air limbah kakus (setelah padatan dipisahkan) dan air bekas cucian, masak, dan kamar mandi. Tepat untuk wilayah luas, sehingga sesuai untuk Sistem Kawasan dan Sistem Wilayah. Air limbah kakus dan air bekas cucian, masak, dan kamar mandi. Kedalaman Dangkal, maksimal 50 cm. Dalam, dapat mencapai 7 meter. Kemiringan Landai (+ 0,5% - 1%), dan mengikuti Bebas. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-28

155 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Komponen kemiringan permukaan tanah. Sambungan rumah (dilengkapi tangki pemisah padatan), Perpipaan lingkungan (tersier) dan perpipaan pengumpul (collector pipe), Bak kontrol, Instalasi pengolahan. Sambungan rumah, Perpipaan lingkungan (tersier), perpipaan pengumpul (collector pipe), dan perpipaan pembawa (main sewer), Manhole (lubang kontrol), Sistem pemompaan, Instalasi pengolahan, Bangunan pengendali. Diameter 2 inci 4 inci 4 inci 20 inci Material PVC PVC dan beton Penyaluran air limbah Mengandalkan gravitasi dengan bantuan air pembilasan jamban. Dapat menggunakan pemompaan. Saluran sederhana juga dapat digunakan untuk air limbah kakus yang masih mengandung padatan. Hal ini seringkali terpaksa dilakukan untuk kawasan yang sangat padat dimana tidak ada lagi lahan untuk pembuatan tangki pemisah padatan. Hal ini dimungkinkan selama wilayah tersebut memiliki kemiringan lahan yang tidak terlalu landai, dan selama pipa yang digunakan minimal berdiameter 4 inci. Pertimbangan Desain A. Proses Pengolahan Air Limbah Sistem komunal, sistem kawasan, dan sistem wilayah membutuhkan suatu instalasi pengolahan air limbah (IPAL) guna menurunkan senyawa organik dan padatan (suspended solids) yang terkandung dalam air limbah sampai mencapai target hasil olahan (efluent) yang diinginkan (lihat Tabel 5.3.). Beberapa IPAL yang lebih canggih dirancang juga mampu menurunkan kandungan pencemar lainnya, seperti senyawa nutrien (nitrogen dan pospat). IPAL untuk air limbah domestik hampir selalu menerapkan proses biologis untuk menurunkan kandungan senyawa organik, baik secara aerobik, anaerobik, maupun fakultatif. Tabel 5.5. Target Hasil Olahan Instalasi Pengolahan Air Limbah PARAMETER AIR LIMBAH BAKU TARGET HASIL OLAHAN ph BOD 5 (Biochemical Oxygen Demand) mg /L 100 mg/l TSS (Total Suspended Solids) mg /L 100 mg/l Minyak dan Lemak 15 mg/l 10 mg/l Sumber : Target hasil olahan diambil dari nilai Kadar Maksimum dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112/2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-29

156 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Pemilihan opsi jenis IPAL yang layak diterapkan di Kota Padang dilakukan dengan mempertimbangkan : (a) kinerja teknis yang dapat dicapai, (b) kondisi dan kemampuan Kota Padang, (c) jenis instalasi yang sudah digunakan di Kota Padang, (d) pengalaman kota-kota lain di Indonesia atau negara tetangga, (e) ketersediaan teknologi di Indonesia, (f) kemudahan operasi, dan (g) biaya investasi. Berikut ini akan dibahas beberapa opsi jenis IPAL yang layak diterapkan, baik itu instalasi sederhana dan instalasi mekanis. IPAL KONVENSIONAL IPAL konvensional dicirikan sebagai suatu instalasi yang mudah dioperasikan, tidak membutuhkan banyak energi, dan dapat diterapkan untuk SSAL berskala kecil, seperti Sistem Komunal dan Sistem Kawasan. Umumnya IPAL konvensional hanya menaplikasikan satu proses pengolahan saja. Tabel berikut menunjukkan beberapa pilihan unit pengolahan yang dapat digunakan dalam IPAL konvensional. Tabel 5.6. Unit Pengolahan Dalam IPAL Konvensional UNIT DESKRIPSI PENGOLAHAN Kolam Oksidasi Berupa kolam terbuka dengan kedalaman terbatas, maksimal 1 meter - 3 meter guna menghindari terjadinya proses anaerobik di dalam kolam. Dapat terbagi menjadi beberapa bagian dengan pola aliran berliku. Tidak menggunakan aerator terapung. Digunakan di SSAL Perumnas Karawaci. Kolam Berupa kolam terbuka dengan kedalaman antara 3 meter - 5 meter guna Anaerobik menjamin terjadinya proses anaerobik di dalam kolam. Dapat terbagi menjadi beberapa bagian dengan pola aliran berliku. Tidak menggunakan aerator terapung. Digunakan di SSAL Perumnas Karawaci. Tangki Anaerobik Biofilter Berupa tangki bawah tanah dalam kondisi kedap tanpa udara. Dapat terbagi menjadi beberapa kompartemen dengan pola aliran yang berliku (Tangki Anaerobik Bersekat). Terbuat dari pasangan batu atau plastik keras. Dapat dilengkapi media plastik tempat bakteri anaerobik melekat. Digunakan sebagai salah satu pilihan dalam program SLBM atau SANIMAS. Berupa tangki besi atau baja dalam kondisi kedap tanpa udara. Berisi media plastik tempat bakteri anaerobik melekat. Digunakan di banyak bangunan-bangunan komersial dan apartemen. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-30

157 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah IPAL konvensional umumnya mengandalkan proses alamiah, tanpa bantuan peralatan mekanis, sehingga dimensinya akan jauh lebih besar dari unit-unit pada instalasi mekanis. Gambar Tangki anaerobik semakin banyak digunakan untuk rumah susun atau kawasan permukiman kecil ( sambungan). Salah satu contohnya adalah penggunaannya di Rusunawa Daya, Kota Makasar (Sulawesi Selatan). IPAL MEKANIS IPAL Mekanis menggunakan peralatan-peralatan mekanis untuk meningkatkan laju proses pengolahannya, misalnya aerator, pompa resirkulasi lumpur, penyapu endapan lumpur, dan sebagainya. Oleh karena itu, IPAL Mekanis membutuhkan energi listrik yang lebih besar. Instalasi Mekanis banyak diterapkan untuk SSAL berskala menengah dan besar, seperti Sistem Kawasan dan Sistem Wilayah. Jenis-jenis IPAL Mekanis bisanya dibedakan dari jenis unit pengolahan sekunder 1 yang digunakannya. Tabel berikut menunjukkan beberapa pilihan unit pengolahan dalam IPAL Mekanis. UNIT PENGOLAHAN Kolam Aerasi (Aerated Lagoon) Tabel 5.7. Opsi Instalasi Pengolahan Mekanis DESKRIPSI Berupa kolam terbuka dengan aerator terapung. Tidak membutuhkan clarifier 2 dan sistem resirkulasi lumpur 3 karena tidak ada lumpur yang perlu dikembalikan. Lumpur biologis dibiarkan mengendap di dasar kolam BEBAN ORGANIK 0,1 0,4 Kg BOD/m 3 /hari 1 Unit pengolahan sekunder (secondary treatment) ditujukan untuk menguraikan senyawa organik yang dikandung air limbah melalui proses biologis, baik secara aerobik maupun anaerobik. Unit pengolahan sekunder umumnya didahului oleh unit pengolahan primer (primary treatment) yang bertujuan untuk memisahkan benda -benda kasar dan menurunkan kandungan padatan di air limbah melalui proses pengendapan (sedimentasi) maupun pengapungan. 2 Clarifier adalah unit pengendap yang digunakan untuk memisahkan lumpur biologis dari efluen unit-unit pengolahan biologis (Tangki Activated Sludge, EAAS, RBC, dan sebagainya). Pengendapan terjadi secara gravitasi. Sebagian lumpur yang mengendap di dasar clarifier akan diresirkulasikan kembali ke unit pengolahan biologis. 3 Sistem resirkulasi lumpur dibutuhkan untuk mengembalikan lumpur biologis (yang terbentuk akibat konsumsi senyawa organik oleh mikroba) ke tangki aerasi. Pengembalian lumpur akan membuat laju proses biologis berjalan lebih cepat. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-31

158 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah UNIT PENGOLAHAN Tangki Lumpur Aktif (Activated Sludge) Extended Aeration Activated Sludge (EAAS) Sequencing Batch Reactor (SBR) Oxidation Ditch Rotating Biological Contactor (RBC) DESKRIPSI dan pembersihannya dilakukan melalui pengerukan secara periodik. Digunakan di SSAL Perumnas Karawaci (Wijaya Kusuma dan Gede). Berupa tangki aerasi dengan aerator apung atau diffuser. Membutuhkan clarifier dan membutuhkan sistem resirkulasi lumpur. Membutuhkan sistem pengeringan lumpur biologis 4. Digunakan di SSAL Perumahan Lippo Karawaci dan IPAL Kota Balikpapan. Berupa tangki aerasi dengan aerator apung atau diffuser. Membutuhkan clarifier dan sistem resirkulasi lumpur (lebih besar karena proporsi pengembalian lumpur yang tinggi). Mengkonsumsi listrik yang tinggi. Digunakan di banyak bangunan-bangunan komersial. Berupa tangki aerasi dengan aerator apung atau diffuser. Bekerja secara batch dimana aerasi dan pengendapan berlangsung di tangki yang sama, sehingga unit ini tidak membutuhkan clarifier. Mengkonsumsi listrik yang tinggi. Digunakan di banyak bangunan komersial dan kawasan permukiman kecil. Berupa tangki terbuka berbentuk parit melingkar dengan aerator sikat. Membutuhkan clarifier dan sistem resirkulasi lumpur aerasi. Membutuhkan sistem pengeringan lumpur biologis. Digunakan di SSAL Perumnas Karawaci. Berupa tangki yang dilengkapi dengan piringanpiringan biologis tempat bakteri melekat dan mengkonsumsi senyawa organik. Piringan biologis berputar pada porosnya yang terletak di atas permukaan tangki. Membutuhkan clarifier dan sistem resirkulasi lumpur. Menggunakan listrik yang lebih rendah. Digunakan di banyak bangunan-bangunan komersial. Trickling Filter Berupa tangki yang berisi media (batuan berukuran kecil, bola atau rangka plastik) dimana bakteri melekat dan mengkonsumsi senyawa organik. Air limbah disemprotkan ke atas permukaan media agar dapat berkontak dengan bakteri. Membutuhkan clarifier dan sistem resirkulasi lumpur. Menggunakan listrik yang lebih rendah. Digunakan di beberapa kawasan permukiman skala kecil dan menengah. Moving Bed Berupa tangki aerasi yang berisi media (rangka plastik) 0,91 BEBAN ORGANIK 0,4 1,9 Kg BOD/m 3 /hari 0,1 0,4 Kg BOD/m 3 /hari 0,1 0,4 Kg BOD/m 3 /hari 0,09 0,5 Kg BOD/m 3 /hari 0,5 1,0 Kg BOD/m 3 /hari 0,2 0,7 Kg BOD/m 3 /hari 4 Sistem pengeringan lumpur ditujukan untuk menurunkan kandungan air dari lumpur biologis sampai cukup kering untuk dibuang ke lingkungan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-32

159 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah UNIT PENGOLAHAN Bioreactor (MBBR) Uplow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) DESKRIPSI dimana bakteri melekat dan mengkonsumsi senyawa organik. Merupakan proses hibrid dimana proses lumpur aktif dikombinasikan dengan proses pengolahan melekat (attached growth process). Membutuhkan clarifier dan sistem resirkulasi lumpur. Menggunakan listrik yang lebih rendah. Akan digunakan di instalasi pengolahan milik PD PAL DKI Jakarta. Berupa tangki besi atau baja dalam kondisi kedap tanpa udara. Mengandalkan proses anaerobik dari lapisan flok mikroba yang tersuspensi (sludge blanket) di bagian bawah tangki. Mengalir secara vertikal ke atas (uplfow) Menghasilkan biogas yang dimanfaatkan untuk pencampuran isi tangki. Tidak menggunakan listrik. Digunakan di SSAL Kota Medan (Sumatera Utara). BEBAN ORGANIK Kg BOD/m 3 /hari 2 4 Kg COD/m 3 /hari Sumber: Metcalf & Eddy; Wastewater Enginering: Treatment and Reuse, 4 th Edition, 2003 Edward J. Martin; Technologies for Small Water and Wastewater Systems, Ronald W. Crites, George Tchobanoglous; Small and Decentralized Wastewater Management Systems, Foto berikut menunjukkan beberapa jenis Instalasi Mekanis yang dapat diterapkan di Kota Padang : Gambar Berbagai Opsi Instalasi Pengolahan Air Limbah Mekanis yang Layak Diterapkan di Kota Padang, yaitu (1) AERATED LAGOON, (2) TANGKI LUMPUR AKTIF, (3) ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR, (4) TRICKLING FILTER, (5) MBBR, DAN (6) UASB. IPAL Mekanis dapat dihasilkan dari modifikasi IPAL Sederhana, misalnya Aerated Lagoon yang dibuat dari penambahan aerator pada Kolam Oksidasi dan Kolam Anaerobik. Modifikasi ini pernah dilakukan di beberapa Kolam Oksidasi yang ada, contohnya di SSAL PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-33

160 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Perumnas Karawaci. Untuk meningkatkan kapasitasnya, suatu unit pengolahan mekanis juga dapat dimodifikasi untuk menjadi unit pengolahan mekanis lainnya. Salah satu contohnya adalah penambahan media kerangka plastik pada unit Tangki Lumpur Aktif, EAAS, SBR, atau Oxidation Ditch, sehingga menjadi unit pengolahan MBBR. Modifikasi ini dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja unit pengolahan sampai dua atau tiga kali lipat. Gambar Penambahan media kerangka plastik dapat dilakukan pada beberapa unit pengolahan mekanis yang ada (misalnya, Tangki Lumpur Aktif atau Oxidation Ditch) agar unit pengolahan dapat bekerja seperti suatu MBBR. Penambahan media akan membuat suatu unit pengolahan dapat bekerja dengan konsentrasi lumpur mikroba (MLSS) yang lebih tinggi. Modifikasi ini diyakini dapat meningkatkan kapasitas suatu unit pengolahan sampai tiga kali, tanpa harus merubah dimensi tangki Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Dari berbagai jenis teknologi pengolah limbah yang ada saat ini, tidak seluruhnya dapat diterapkan untuk skala kota. Beberapa jenis teknologi yang dapat diaplikasikan dalam skala kota adalah : 1. Kolam Aerasi (Aerated Pond) 2. RBC (Rotating Biological Contactor) 3. Trickling Filters 4. Lumpur Aktif (Activated Sludge) 5. UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket) 6. MBBR (Moving Bed Biofilm Reactor) Setiap teknologi diatas memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing. Untuk menentukan teknologi mana yang paling tepat untuk diterapkan di Kota Padang, maka terlebih dahulu kita uraikan parameter parameter apa saja yang akan menjadi pertimbangan pemilihannya. Parameter parameter tersebut adalah : PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-34

161 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah 1. Kebutuhan Lahan Maksudnya adalah luasan lahan yang dibutuhkan untuk IPAL. 2. Tahan terhadap Shock Loading Maksudnya adalah sensitivitas dari teknologi terhadap fluktuasi air limbah yang masuk, baik secara kuantitatif atau secara kualitatif. 3. Efisiensi Pengolahan Maksudnya adalah keandalan dari teknologi terhadap pemenuhan baku mutu efluen yang disyaratkan. 4. Biaya Investasi Maksudnya adalah biaya investasi untuk konstruksi IPAL. 5. Kemudahan Konstruksi Maksudnya adalah kemudahan pembangunan secara bertahap, kesederhanaan konstruksi sipil dan peralatan mekanik, dan keperluan peralatan mekanik dan listrik yang minimal. 6. Kemudahan Operasi dan Perawatan Maksudnya adalah kemudahan bagi operator dalam mengoperasikan IPAL dan kemudahan dalam perawatan IPAL dan mudah mencari suku cadang yang dibutuhkan untuk perbaikannya. 7. Biaya Operasi dan Perawatan Maksudnya adalah rendahnya biaya energi yang digunakan untuk pengoperasian IPAL dan suku cadang yang selain mudah didapat juga murah. 8. Estetika ( Bau dan Bising) Maksudnya adalah seberapa besar bau dan bising yang dihasilkan dari pengoperasian IPAL. Dari ke 8 parameter diatas kemudian diberikan pembobotan, yang mana besar kecilnya bobot pertimbangannya disesuaikan berdasarkan kondisi Kota Padang dan sistem pengolahan air limbah kota yang akan diterapkan. Teknologi yang memiliki total poin atau nilai paling tinggi menjadi teknologi yang terpilih untuk diterapkan di Kota Padang. a) Penentuan Bobot Tiap Parameter Sebelum menentukan bobot dari masing masing parameter, terlebih dahulu ditentukan prioritas apa yang paling diinginkan untuk terpenuhi dari ke 8 parameter yang ada. Prioritas ini ditentukan dari kesepakatan diantara para pihak. Berdasarkan kesepakatan tersebut ada 3 parameter yang dianggap sangat penting yang menjadi PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-35

162 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah prioritas utama dibandingkan parameter parameter yang lain. Ke 3 parameter itu adalah : 1. Kebutuhan lahan. Kebutuhan lahan menjadi penting karena di Kota Padang sangat sulit mendapatkan lahan yang strategis dan cukup luas untuk dibangun IPAL yang kepemilikannya tanah milik PEMDA. 2. Tahan terhadap Shock Loading. Sistem yang akan diterapkan nanti akan menggunakan pompa untuk memindahkan air limbah dari pipa primer ke IPAL, sehingga IPAL akan mengalami shock loading atau beban berlebih di waktu waktu tertentu dan IPAL pun suatu saat akan kosong. 3. Efisiensi Pengolahan. Efisiensi pengolahan yang tinggi akan menjamin IPAL untuk menghasilkan kualitas efluen yang akan selalu memenuhi standar peraturan baku mutu yang ada. Untuk menguji apakah pembobotan yang dilakukan sudah konsisten menurut kaidah kaidah keilmuan yang ada, maka digunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk mengujinya. Langkah pertama adalah membuat skoring pembobotan faktor yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-36

163 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Parameter Kebutuhan Lahan Tahan Thdp. Shock Loading Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Tabel 5.8. Skoring Pembobotan Parameter Skor Pembobotan Parameter Lebih Penting Dari Sama Kurang Penting Dari Parameter Tahan Thdp. Shock Loading Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) Estetika (Bau & Bising) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-37

164 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Dimana : Sk ala Tingk at Kepentingan 1 Sama 3 Agak Penting 5 Penting 7 Sangat Penting 9 Absolut 2,4,6,8 Nilai Antara Contoh cara pembacaannya : - Kebutuhan lahan sama penting dengan tahan terhadap Shock Loading dan efisiensi pengolahan. - Kebutuhan lahan sangat penting dibandingkan biaya investasi. - Dst. Langkah kedua adalah membuat perbandingan matrik. Tabel 5.9. Perbandingan Matrik Parameter Kebutuhan Lahan Tahan Thdp. Shock Loading Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) Kebutuhan Lahan Tahan Thdp. Shock Loading Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi 0,14 0,14 0, ,33 0,33 0,33 Kemudahan Konstruksi 0,11 0,11 0,11 0,33 1 0,2 0,2 0,2 Kemudahan O&M 0,2 0,2 0, Biaya O&M 0,2 0,2 0, Estetika (Bau & Bising) 0,2 0,2 0, ,2 0,33 1 TOTAL 3,85 3,85 3,85 31,33 46,00 17,73 17,87 24,53 Langkah ketiga adalah melakukan normalisasi dan melakukan konsistensi analisis. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-38

165 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel Normalisasi dan Konsistensi Analisis Parameter Kebutuhan Lahan Tahan Thdp. Shock Loading Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) TOTAL Rata - Rata Pengukuran Konsistensi Kebutuhan Lahan 0,26 0,26 0,26 0,22 0,20 0,28 0,28 0,20 1,96 0,25 8,94 Tahan Thdp. Shock Loading 0,26 0,26 0,26 0,22 0,20 0,28 0,28 0,20 1,96 0,25 8,94 Efisiensi Pengolahan 0,26 0,26 0,26 0,22 0,20 0,28 0,28 0,20 1,96 0,25 8,94 Biaya Investasi 0,04 0,04 0,04 0,03 0,07 0,02 0,02 0,01 0,26 0,03 8,16 Kemudahan Konstruksi 0,03 0,03 0,03 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,15 0,02 8,23 Kemudahan O&M 0,05 0,05 0,05 0,10 0,11 0,06 0,06 0,20 0,68 0,08 9,06 Biaya O&M 0,05 0,05 0,05 0,10 0,11 0,06 0,06 0,12 0,59 0,07 8,86 Estetika (Bau & Bising) 0,05 0,05 0,05 0,10 0,11 0,01 0,02 0,04 0,43 0,05 8,05 TOTAL 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 CI = 0,09275 RI = 1,41 C Rasio = 0,06578 Dimana : n RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,46 1,49 CR = CI / RI CR harus 0,1. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-39

166 Bab 5 Dasar Pengembangan Sistem Air Limbah Berdasarkan perhitungan dalam Tabel 5.9. diatas, diperoleh angka CR = 0, ,1, sehingga pembobotan konsisten dan dapat digunakan. Angka pembobotan yang dimaksud adalah angka rata rata dalam tabel diatas. Langkah keempat adalah membuat penilaian kualitas dan memberi pembobotan terhadap jenis jenis teknologi yang akan digunakan. Tabel Penilaian Tiap Jenis Teknologi No. Jenis Teknologi Parameter Kebutuhan Lahan Tahan Thdp. Shock Loading Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) 1 Kolam Aerasi RBC Trickling Filters Lumpur Aktif UASB MBBR Dimana : Skala Tingkat Kualitas 1 Sangat Jelek 2 Jelek 3 Sedang 4 Baik 5 Sangat Baik Dan setelah diberi pembobotan, hasilnya menjadi : Tabel Pembobotan Tiap Jenis Teknologi Parameter No. Jenis Teknologi TOTAL Kebutuhan Lahan Tahan Thdp. Shock Loading Efisiensi Pengolahan Biaya Investasi Kemudahan Konstruksi Kemudahan O&M Biaya O&M Estetika (Bau & Bising) 1 Kolam Aerasi 0,25 0,25 0,50 0,09 0,10 0,40 0,35 0,05 1,99 2 RBC 1,00 1,00 1,00 0,06 0,06 0,24 0,14 0,10 3,60 3 Trickling Filters 0,75 0,75 0,50 0,06 0,08 0,32 0,14 0,10 2,70 4 Lumpur Aktif 1,25 0,75 0,75 0,09 0,04 0,16 0,07 0,20 3,31 5 UASB 0,75 0,50 0,75 0,12 0,08 0,32 0,28 0,15 2,95 6 MBBR 1,00 1,00 1,00 0,06 0,06 0,24 0,14 0,10 3,60 Berdasarkan Tabel diatas, teknologi yang memiliki total nilai tertinggi adalah RBC dan MBBR, yang kemudian terpilih untuk diterapkan di IPAL Kota Padang. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 5-40

167 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah BAB 6 STRATEGI DAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM AIR LIMBAH 6.1. VISI DAN MISI AIR LIMBAH Pembangunan sistem air limbah Kota Padang akan mengacu pada Visi dan Misi Sanitasi Kota Padang sebagai berikut : Visi Sanitasi : Terwujudnya pelayanan sanitasi secara merata dan berkualitas bagi kesejahteraan masyarakat Kota Padang tahun 2015 Misi Sanitasi Kota Padang : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan sanitasi secara partisipatif dan berkelanjutan Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat Dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan sanitasi di Kota Padang, telah dirumuskan visi dan misi sanitasi yang bertujuan untuk mendukung upaya pencapaian visi dan misi kota yang tertuang dalam RPJMD. Visi dan misi sanitasi ini menjadi arah dalam pengembangan sanitasi kota yang bersifat komprehensif dan berskala kota. Kata sejahtera dalam formula Visi diatas merupakan suatu harapan serta tujuan yang akan dicapai di masa datang dengan segala kemampuan yang dimiliki di dalam pengelolaan serta pemanfaatan sarana dan prasarana sanitasi dan air minum yang ada. Pengelolaan yang dilakukan secara bersama dengan rasa tanggungjawab serta mempunyai rasa memiliki terhadap sarana dan prasana sanitasi dan air minum. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-1

168 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Sedangkan kata terwujudnya pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan adalah suatu pengharapan akan suatu kondisi air minum dan sanitasi yang bukan hanya sebuah angan-angan belaka akan tetapi membumi sesuai dengan standar dan indikator yang telah ditetapkan dan disepakati secara nasional. Kata secara merata, berkualitas dan berkelanjutan dalam formula Visi merupakan suatu usaha yang terus dilakukan dalam pengelolaan serta pemanfaatan sarana dan prasarana Air Minum dan Sanitasi dimana seluruh masyarakat mendapat layanan air minum dan penyehatan lingkungan yang memenuhi syarat secara kontiniu atau dengan kata lain berlanjutnya hasil-hasil pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan dalam bentuk kondisi nyata dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat ditengah masyarakat kota Padng dimasa yang akan datang. Batasan waktu tahun 2015, secara sadar disesuaikan dengan kesepakatan batasan waktu pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), yang salah satu pointnya adalah kesepakatan untuk mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak dapat atau tidak memperoleh layanan sanitasi dan air minum yang sehat dan proporsi penduduk yang tidak memiliki akses pada sanitasi dasar pada tahun Dengan demikian secara keseluruhan formulasi Visi di atas menggambarkan suatu keinginan yang besar dalam usaha mencapai masyarakat Kota Padang yang sehat dan sejahtera dimasa depan dengan cara pemanfaatan air minum dan memperhatikan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar kesehatan nasional 6.2. BEBAN AIR LIMBAH Proyeksi Penduduk Proyeksi jumlah penduduk daerah pelayanan air limbah dari Tahun 2014 s/d 2034 akan dihitung dengan menggunakan metoda geometrik, karena metode tersebut lebih kecil simpangan errornya dibandingkan dengan metode - metode perhitungan yang lain. Semua data Jumlah Penduduk terakhir langsung diperoleh BPS setempat, sehingga cukup akurat dan up to date. Sedangkan, untuk data tingkat Pertumbuhan, dipakai data terakhir dari BPS Tahun 2011, sebagai berikut : PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-2

169 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel 6.1. Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kota Padang No. Kecamatan Tk. Pertumbuhan (%) 1 Bungus Teluk Kabung 1,69 2 Lubuk Kilangan 2,42 3 Lubuk Begalung 2,47 4 Padang Selatan 0,50 5 Padang Timur 2,02 6 Padang Barat 2,02 7 Padang Utara 0,25 8 Nanggalo 1,25 9 Kuranji 2,78 10 Pauh 3,76 11 Koto Tangah 3,05 Sumber : Kota Padang Dalam Angka, 2012 Perhitungan Metoda Geometrik : Pn = Po (1 + r) n Dimana Pn = Jumlah penduduk pada tahun yang diperkirakan. Po = Jumlah penduduk awal. n = Jumlah tahun. r = Angka pertumbuhan penduduk. Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 6.2. Proyeksi Penduduk Kota Padang (jiwa) Tahun 2014 hingga Tahun 2034 No. KECAMATAN Tk. Pert. JML. PNDDK PROYEKSI PENDUDUK (Jiwa) Rata-Rata (Jiwa) BUNGUS TELUK KABUNG 1, LUBUK KILANGAN 2, LUBUK BEGALUNG 2, PADANG SELATAN 0, PADANG TIMUR 2, PADANG BARAT 2, PADANG UTARA 0, NANGGALO 1, KURANJI 2, PAUH 3, KOTO TANGAH 3, TOTAL Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-3

170 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel 6.3. Proyeksi Penduduk Kota Padang (KK) Tahun 2014 hingga Tahun 2034 No. KECAMATAN Tk. Pert. JML. PNDDK PROYEKSI PENDUDUK (KK) Rata-Rata (KK) BUNGUS TELUK KABUNG 1, LUBUK KILANGAN 2, LUBUK BEGALUNG 2, PADANG SELATAN 0, PADANG TIMUR 2, PADANG BARAT 2, PADANG UTARA 0, NANGGALO 1, KURANJI 2, PAUH 3, KOTO TANGAH 3, TOTAL Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, Gambar 6.1. Proyeksi Penduduk Kota Padang (jiwa) Tahun 2011 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-4

171 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 6.2. Proyeksi Penduduk Kota Padang (%) Tahun 2011 Gambar 6.3. Proyeksi Penduduk Kota Padang (jiwa) Tahun 2034 (Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013) Berdasarkan Tabel 6.2, Gambar 6.1, Gambar 6.2. dan Gambar 6.3. diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Saat ini Kecamatan Koto Tangah memiliki penduduk terbanyak, jiwa, diikuti Kuranji, jiwa dan Lubuk Begalung, jiwa. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-5

172 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Kecamatan yang memiliki penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Bungus Teluk Kabung jiwa. Bila tidak ada kejadian yang ekstrim, maka diprediksi di Tahun 2034 tidak ada perubahan susunan komposisi penduduk di semua kecamatan di Kota Padang Kepadatan Penduduk Berdasarkan Gambar 6.4, maka di Kota padang ada 4 kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar, yaitu : Kecamatan Koto Tangah (33,4%), Kecamatan Pauh (21,1%), Kecamatan Bungus Teluk Kabung (14,5%), dan Kecamatan Lubuk Kilangan (12,4%). Tabel 6.4. Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Padang (Jiwa/Ha) No. KECAMATAN Luas Luas Permukiman Rata-Rata Kpdtan. PNDDK. PROYEKSI KEPADATAN PENDUDUK (Jiwa/Ha) (Ha) (Ha) 2011 (Jiwa/Ha) BUNGUS TELUK KABUNG ,97 7,20 7,33 7,45 7,97 8,66 9,42 10,24 2 LUBUK KILANGAN ,15 38,97 39,91 40,88 44,98 50,69 57,13 64,38 3 LUBUK BEGALUNG ,98 115,48 118,33 121,26 133,69 151,03 170,63 192,77 4 PADANG SELATAN ,40 252,91 254,17 255,45 260,59 267,17 273,92 280,84 5 PADANG TIMUR ,55 251,41 256,49 261,67 283,46 313,27 346,22 382,63 6 PADANG BARAT ,25 191,77 195,64 199,59 216,21 238,95 264,08 291,85 7 PADANG UTARA ,75 253,01 253,65 254,28 256,83 260,06 263,33 266,63 8 NANGGALO ,18 205,21 207,78 210,37 221,09 235,26 250,34 266,38 9 KURANJI ,70 56,73 58,31 59,93 66,87 76,70 87,97 100,90 10 PAUH ,25 26,11 27,09 28,11 32,58 39,18 47,12 56,67 11 KOTO TANGAH ,91 42,38 43,67 45,00 50,75 58,98 68,54 79,64 TOTAL Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, ,28 131,02 132,94 134,91 143,18 154,54 167,15 181,18 Untuk lebih lengkap mengenai tabel - tabel diatas (Tabel 6.2. Tabel 6.4.), dapat dilihat di Lampiran Kependudukan. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-6

173 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar 6.4. Luas Wilayah per Kecamatan (%) Gambar 6.5. Kepadatan Penduduk per Kecamatan (Jiwa/Ha) Berdasarkan Tabel 6.4. dan Gambar 6.5. dapat disimpulkan sebagai berikut : Terdapat lima kecamatan di Kota Padang yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi, yaitu Kecamatan Padang Utara (251,75 Jiwa/Ha), Kecamata n Padang Selatan (250,40 Jiwa/Ha), Kecamatan Padang Timur (241,55 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-7

174 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Jiwa/Ha), Kecamatan Nanggalo (200,18 Jiwa/Ha), dan Kecamatan Padang Barat (184,25 Jiwa/Ha). Kelurahan Gunung Pangilun (Kecamatan Padang Utara) memiliki kepadatan tertinggi, 734,57 jiwa/ha, diikuti Kelurahan Parak Gadang Timur (Kecamatan Padang Timur), 670,7 jiwa/ha dan Kelurahan Seberang Palinggam (Padang Selatan), 656,16 jiwa/ha. (lihat Lampiran Kependudukan). Kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kelurahan Bungus Selatan (Kecamatan Bungus Teluk Kabung) 4,25 jiwa/ha. (lihat Lampiran Kependudukan) Debit Air Limbah Air limbah total yang dihasilkan penduduk Kota Padang, berasal dari air limbah kakus (black water) maupun air bekas cucian, masak dan kamar mandi (grey water), maupun yang berasal dari industri kecil dan menengah, seperti industri penyamakan kulit, makanan dan minuman, dan lainnya, sehingga bisa dikatakan : Qal. Total (Q T ) = Qal. Domestik (Q D ) + Qal. Non Domestik (Q ND ) Dimana : Qal. Domestik = Jumlah Penduduk (n) x Debit al. Domestik (q a.l.d ) Qal. Non Domestik = Jumlah Penduduk (n) x Debit al. Non Domestik (q a.l.nd ) q a.l.d = 80% q a.b. (Debit air bersih) untuk perhitungan Q ND, data mengenai jumlah dan jenis dari kegiatan industri, usaha dan sarana pendidikan tiap kelurahan terlampir dan nilai q a.l.nd untuk tiap jenis peruntukan bangunan, diambil dari SNI (Standar Nasional Indonesia) yang telah ada, yang dikutip dari sebuah skripsi. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-8

175 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel 6.5. Standar Debit Air Limbah Non Domestik untuk Setiap jenis Peruntukan Bangunan NO. PERUNTUKAN KEBUTUHAN DEBIT BANGUNAN AIR BERSIH AIR LIMBAH SATUAN PE ACUAN 1 RUMAH MEWAH L/PENGHUNI/HARI 1,67 Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura 2 RUMAH BIASA L/PENGHUNI/HARI 1,00 Studi JICA 3 INDUSTRI L/PEGAWAI/HARI 0,33 SNI RESTORAN 15 13,5 L/KURSI/HARI 0,11 SNI SD L/SISWA/HARI 0,27 SNI SMP L/SISWA/HARI 0,33 SNI SMA L/SISWA/HARI 0,53 SNI PT L/MAHASISWA/HARI 0,53 SNI KEDAI MAKANAN 15 13,5 L/KURSI/HARI 0,11 SNI HOTEL L/TEMPAT TIDUR/HARI 1,67 SNI PENGINAPAN L/TEMPAT TIDUR/HARI 1,00 SNI Sumber : Skripsi, Nila A. F., FT UI, 2008 Tabel 6.6. Tipikal Debit Air Limbah Non Domestik untuk Setiap jenis Industri NO. PARAMETER JENIS INDUSTRI (mg/l) KULIT KAYU ANYAMAN GERABAH KAIN MAKANAN 1 TSS BOD COD TOTAL N LEMAK Sumber : Kompiasi Skripsi dan Thesis, 2012 Tabel 6.7. Tipikal Debit Air Limbah Non Domestik untuk Setiap jenis Usaha NO. PARAMETER JENIS USAHA (mg/l) KEDAI MAKANAN RESTORAN / RM HOTEL PENGINAPAN 1 TSS BOD COD TOTAL N LEMAK Sumber : Kompiasi Skripsi dan Thesis, 2012 Air limbah total yang dihasilkan penduduk Kota Padang di 2013 diperkirakan mencapai 1.981,2 liter/detik 1 atau ,3 m 3 /hari. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1 Angka-angka tersebut merupakan hasil perhitungan berdasarkan jumlah penduduk tiap kecamatan, dengan menggunakan angka debit air limbah = 120 liter/orang/hari. Beban air limbah dihitung dengan menggunakan nilai tipikal rata-rata dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-9

176 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah 6.8., air limbah terbanyak dihasilkan oleh Kecamatan Koto Tangah dengan debit 347,8 liter/detik, sedangkan air limbah terkecil dihasilkan oleh Kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan debit 53,9 liter/detik. Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 Tabel 6.8. Proyeksi Debit Air Limbah Kota Padang NO. NAMA KECAMATAN 2013 (eksisting) L/DETIK M 3 /HARI L/DETIK M 3 /HARI L/DETIK M 3 /HARI L/DETIK M 3 /HARI L/DETIK M 3 /HARI 1 BUNGUS TELUK KABUNG 53, ,9 58, ,7 61, ,4 65, ,7 70, ,6 2 LUBUK KILANGAN 94, , , , , LUBUK BEGALUNG 206, ,5 233, ,9 258, ,2 286, ,4 318, ,4 4 PADANG SELATAN 100, , , , , PADANG TIMUR 195, ,2 212, ,5 228, ,7 245, ,0 263, ,3 6 PADANG BARAT 227, ,2 240, ,6 252, ,2 265, ,7 279, ,0 7 PADANG UTARA 274, ,5 281, ,9 287, ,8 293, ,1 299, ,1 8 NANGGALO 131, ,9 138, ,8 145, ,9 153, ,3 160, ,1 9 KURANJI 229, ,6 264, ,4 298, ,2 337, ,7 381, ,5 10 PAUH 120, ,0 144, ,2 168, ,9 196, ,2 230, ,2 11 KOTO TANGAH 347, ,3 399, ,2 449, ,8 507, ,5 574, ,2 GRAND TOTAL 1.981, , , , , , , , , ,4 Keterangan yang lebih lengkap mengenai Tabel 6.5. diatas dapat dilihat di Lampiran Proyeksi Debit Air Limbah Qa.l. Domestik (M3/hari) Qa.l. Non Domestik (M3/hari) Qa.l. Total (M3/hari) Gambar 6.6. Proyeksi Debit Air Limbah Kota Padang Tahun 2034 Pengendalian Pencemaran Air, yaitu a) BOD = 53 gram/orang/hari, b) COD = 101,6 gram/orang/hari, c) TSS = 38 gram/orang/hari, dan d) Total N = 22,7 gram/orang/hari. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-10

177 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Dibandingkan dengan debit air limbah Kota Padang di tahun 2013, yaitu 1.981,2 Liter/detik atau ,3 m 3 /hari, maka kota ini akan mengalami peningkatan beban layanan air limbah sekitar 43,08% di akhir tahun perencanaan (2034) Debit Air Limbah Kakus Beban air limbah kakus dihitung dengan asumsi bahwa volume air limbah kakus besarnya hanya 20% dari volume air limbah total (lihat gambar). Perhitungan debit air limbah kakus dilakukan dengan menggunakan formula sederhana sebagai berikut. Q ALK = 0,20 x Q TOT Dimana, Q ALK = debit air limbah kakus (m 3 /hari); Q TOT = debit air limbah total (m 3 /hari). Gambar 6.7. Komposisi Air Limbah Domestik Komposisi air limbah domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari kakus (20%), kegiatan mandi dan pembersihan badan lainnya (55%), kegiatan dapur (10%), pencucian pakaian dan lainnya (15%). PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-11

178 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel 6.9. Proyeksi Debit Air Limbah Kakus DEBIT AIR LIMBAH (M TAHUN 3 /HARI) AIR LIMBAH TOTAL AIR LIMBAH KAKUS 2011 *) Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, Beban Pencemaran Proyeksi beban pencemaran dilakukan terhadap tiga parameter utama, yaitu BOD 5, COD, dan TSS. Proyeksi beban pencemaran ini pun dihitung per satuan luasan yang sama, sehingga beban pencemaran di suatu kelurahan dapat dibandingkan langsung dengan beban pencemaran di kelurahan lain secara sederajat Asumsi Asumsi yang Digunakan Asumsi asumsi yang digunakan dalam perhitungan timbulan air limbah diatas adalah sebagai berikut : 1. Q air bersih = 150 L/o/h (berdasarkan data pemakaian air bersih rata-rata PDAM Kota Padang) 2. Q air limbah = 0,8 Q air bersih = 120 L/o/h KK = 4,15 orang. 4. Q air limbah domestik = Q air limbah rumah tangga. 5. Q air limbah non domestik = Q air limbah industri + Q air limbah komersial + Q air limbah sosial. 6. BOD 5 rata-rata domestik = 408 mg BOD 5 /liter 2 air limbah. 7. COD rata-rata domestik = 900 mg COD/liter air limbah. 2 Nilai BODDOM diperoleh dari PermenLH No. 01/2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air yang menyebutkan nilai BOD rata-rata sebesar = 53 gram/orang/hari untuk debit air limbah = 130 L/orang/hari, atau sebesar 408 mg/l. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-12

179 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah 8. V LT = 0,375 L/o/h. 9. TSS dom = 292 mg/l Rata - rata pengunjung 1 kedai makanan = 150 kursi per hari. 11. Rata - rata pengunjung 1 restoran = 500 kursi per hari. 12. Rata - rata jumlah pegawai 1 jenis industri kecil = 50 pegawai. 13. Rata - rata tingkat hunian 1 hotel = 150 tempat tidur per hari. 14. Rata - rata tingkat hunian 1 penginapan = 35 tempat tidur. 15. Rata - rata jumlah siswa 1 SD = 950 siswa. 16. Rata - rata jumlah siswa 1 SMP = 750 siswa. 17. Rata - rata jumlah siswa 1 SMA = 750 siswa. 18. Rata - rata jumlah mahasiswa 1 PT = mahasiswa Pengumpulan Data Sebelum menghitung beban pencemaran ada beberapa data yang harus dikumpulkan, seperti data mengenai jumlah dan jenis industri yang ada di setiap kelurahan, jenis usaha berbasis jasa atau non industri, seperti hotel, penginapan, dan makanan minuman, kemudian data mengenai jumlah sarana pendidikan yang ada di setiap kelurahan. Semua data yang dikumpulkan tersebut merupakan pemberi kontribusi yang utama bagi beban pencemaran di suatu tempat. Data diambil dari Podes Kota Padang Tahun 2012 yang selengkapnya dapat dilihat di lampiran yang berisi informasi mengenai jumlah dan jenis dari kegiatan industri, usaha dan sarana pendidikan untuk tiap kelurahan Proyeksi Beban Air Limbah Untuk menghitung proyeksi beban air limbah, informasi dalam Tabel 6.5., Tabel 6.6., dan Tabel 6.7. dapat digunakan, selain dari data yang terdapat di Lampiran Jumlah dan Jenis Industri, Usaha, dan Sarana Pendidikan. Berikut ini adalah proyeksi dari debit air limbah untuk kurun waktu 20 tahun masa perencanaan (Tahun 2014 hingga 2034) : 3 Nilai TSSDOM diperoleh dari PermenLH No. 01/2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air yang menyebutkan nilai Total Suspended Solid (TSS) rata-rata sebesar = 38 gram/orang/hari untuk debit air limbah = 130 L/orang/hari, atau sebesar 292 mg/l. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-13

180 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah NO. Tabel Beban Pencemaran (Kg/hari/km 2 ) Eksisting Tahun 2011 NAMA KECAMATAN Dom. Non Dom. Total Dom. Non Dom. Total Dom. Non Dom. Total 1 BUNGUS TELUK KABUNG 88,00 96,59 184,58 194,11 267,87 461,98 62,98 244,69 307,67 2 LUBUK KILANGAN 547,43 209,47 756, ,57 580, ,51 391,79 530,66 922,45 3 LUBUK BEGALUNG 3.473, , , , , , , , ,23 4 PADANG SELATAN 6.325, , , , , , , , ,82 5 PADANG TIMUR 5.085, , , , , , , , ,18 6 PADANG BARAT 3.878, , , , , , , , ,64 7 PADANG UTARA 3.710, , , , , , , , ,31 8 NANGGALO 2.528, , , , , , , , ,25 9 KURANJI 1.017,51 447, , , , ,05 728, , ,41 10 PAUH 459,44 191,03 650, ,47 529, ,27 328,81 483,96 812,77 11 KOTO TANGAH 1.092,21 827, , , , ,36 781, , ,23 GRAND TOTAL , , , , , , , , ,96 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 BEBAN (KG/HARI/KM 2 ) BOD 5 COD TSS Informasi mengenai Tabel secara lebih lengkap dapat dilihat di Lampiran Beban Pencemaran. Secara keseluruhan, beban pencemaran di Kota Padang saat ini menimbulkan beban BOD 5 sekitar 71,1 Ton/hari/km 2, beban COD 181,1 ton/hari dan beban TSS 128,8 ton/hari. Beban pencemaran terbesar terdapat di Kecamatan Padang Barat (18,41 Ton BOD 5 /hari/km 2 ) dan Kecamatan Padang Utara (14,18 Ton BOD 5 /hari/km 2 ) dan terkecil terdapat di Kecamatan Bungus Teluk kabung (0,18 Ton BOD 5 /hari/km 2 ). Hal ini menunjukkan, bahwa Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Utara merupakan daerah pusat bisnis, perkantoran, dan pendidikan. Tabel Proyeksi Beban Pencemaran (Kg/hari/km 2 ) Tahun 2014 Dom. Non Dom. Total 1 BUNGUS TELUK KABUNG 92,53 98,04 190,58 2 LUBUK KILANGAN 588,14 212,63 800,77 3 LUBUK BEGALUNG 3.736, , ,91 4 PADANG SELATAN 6.421, , ,37 5 PADANG TIMUR 5.399, , ,77 6 PADANG BARAT 4.118, , ,90 7 PADANG UTARA 3.737, , ,03 8 NANGGALO 2.624, , ,30 9 KURANJI 1.104,75 454, ,80 10 PAUH 513,24 193,91 707,15 11 KOTO TANGAH 1.195,23 839, ,88 GRAND TOTAL , , ,47 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 BEBAN (KG/HARI/KM 2 ) NO. NAMA KECAMATAN BOD 5 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-14

181 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel Proyeksi Beban Pencemaran (Kg/hari/km 2 ) Tahun 2019 NO. NAMA KECAMATAN BOD 5 Dom. Non Dom. Total 1 BUNGUS TELUK KABUNG 100,62 100,52 201,14 2 LUBUK KILANGAN 662,84 218,00 880,84 3 LUBUK BEGALUNG 4.221, , ,02 4 PADANG SELATAN 6.583, , ,37 5 PADANG TIMUR 5.967, , ,92 6 PADANG BARAT 4.551, , ,63 7 PADANG UTARA 3.784, , ,49 8 NANGGALO 2.792, , ,96 9 KURANJI 1.267,08 465, ,61 10 PAUH 617,26 198,81 816,07 11 KOTO TANGAH 1.388,96 860, ,82 GRAND TOTAL , , ,87 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 BEBAN (KG/HARI/KM 2 ) Tabel Proyeksi Beban Pencemaran (Kg/hari/km 2 ) Tahun 2024 Dom. Non Dom. Total 1 BUNGUS TELUK KABUNG 109,42 103,06 212,47 2 LUBUK KILANGAN 747,02 223,50 970,52 3 LUBUK BEGALUNG 4.769, , ,25 4 PADANG SELATAN 6.749, , ,42 5 PADANG TIMUR 6.595, , ,65 6 PADANG BARAT 5.030, , ,32 7 PADANG UTARA 3.832, , ,32 8 NANGGALO 2.971, , ,80 9 KURANJI 1.453,28 477, ,56 10 PAUH 742,37 203,83 946,20 11 KOTO TANGAH 1.614,10 882, ,70 GRAND TOTAL , , ,20 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 BEBAN (KG/HARI/KM 2 ) NO. NAMA KECAMATAN BOD 5 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-15

182 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel Proyeksi Beban Pencemaran (Kg/hari/km 2 ) Tahun 2029 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 BEBAN (KG/HARI/KM 2 ) NO. NAMA KECAMATAN BOD 5 Dom. Non Dom. Total 1 BUNGUS TELUK KABUNG 118,98 105,66 224,64 2 LUBUK KILANGAN 841,89 229, ,04 3 LUBUK BEGALUNG 5.388, , ,77 4 PADANG SELATAN 6.920, , ,69 5 PADANG TIMUR 7.288, , ,35 6 PADANG BARAT 5.559, , ,00 7 PADANG UTARA 2.612, , ,20 8 NANGGALO 3.162, , ,59 9 KURANJI 1.666,83 489, ,16 10 PAUH 892,83 208, ,81 11 KOTO TANGAH 1.875,73 904, ,61 GRAND TOTAL , , ,86 NO. NAMA KECAMATAN Tabel Proyeksi Beban Pencemaran (Kg/hari/km 2 ) Tahun 2034 BEBAN (KG/HARI/KM 2 ) BOD 5 COD TSS Dom. Non Dom. Total Dom. Non Dom. Total Dom. Non Dom. Total 1 BUNGUS TELUK KABUNG 129,38 108,33 237,71 285,40 300,43 585,82 92,60 274,43 367,02 2 LUBUK KILANGAN 948,81 234, , ,96 651, ,52 679,05 595, ,22 3 LUBUK BEGALUNG 6.087, , , , , , , , ,95 4 PADANG SELATAN 7.094, , , , , , , , ,41 5 PADANG TIMUR 8.055, , , , , , , , ,83 6 PADANG BARAT 6.144, , , , , , , , ,05 7 PADANG UTARA 3.929, , , , , , , , ,89 8 NANGGALO 3.364, , , , , , , , ,65 9 KURANJI 1.911,77 501, , , , , , , ,16 10 PAUH 1.073,79 214, , ,65 594, ,85 768,49 542, ,27 11 KOTO TANGAH 2.179,77 927, , , , , , , ,29 GRAND TOTAL , , , , , , , , ,75 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 Dibandingkan dengan beban pencemaran Kota Padang di tahun 2011, yaitu 71,1 Ton BOD 5 /hari/km 2, maka kota ini akan mengalami peningkatan beban pencemaran sekitar 25,17% di akhir tahun perencanaan (2034). Berdasarkan data TSS diatas, maka dapat dihitung proyeksi beban lumpur tinja dan beban padatan yang akan masuk ke IPLT. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-16

183 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Beban Padatan Informasi beban padatan ( solids) nantinya akan digunakan untuk mengetahui jumlah padatan yang dihasilkan dari air limbah domestik yang di Kota Padang. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan formula sederhana sebagai berikut: TSS TOT = TSS DOM + TSS KOM + TSS SOS TSS DOM = Q DOM x TSS DOM TSS KOM = Q KOM x TSS KOM TSS SOS = Q SOS x TSS SOS Dimana, TSS TOT = beban padatan total ( kg suspended solids/hari, atau kg SS/hari); TSS DOM = beban padatan dari kegiatan domestik (kg SS/hari); TSS KOM = beban padatan dari kegiatan komersial ( kg SS/hari); TSS SOS = beban padatan dari kegiatan sosial ( kg SS/hari); Q DOM = debit air limbah dari kegiatan domestik (m 3 /hari); TSS DOM = konsentrasi SS rata-rata dalam air limbah domestik (mg SS/liter). Q KOM = debit air limbah dari kegiatan komersial (m 3 /hari); TSS KOM = konsentrasi SS rata-rata dalam air limbah komersial (mg SS/liter). Q SOS = debit air limbah dari kegiatan sosial (m 3 /hari); TSS SOS = konsentrasi SS rata-rata dalam air limbah kegiatan sosial (mg SS/liter). Tabel menunjukkan kesimpulan perhitungan beban padatan untuk Kota Padang. Perhitungan dilakukan dengan asumsi padatan rata-rata (TSS DOM ) = 292 mg TSS/liter air limbah Beban Lumpur Tinja Informasi beban lumpur tinja nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan komponen penanganan lumpur tinja guna mendukung keberadaan layanan sistem setempat di Kota Padang. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan formula sederhana sebagai berikut : V LT = P I x V LT Dimana, V LT = volume lumpur tinja (m 3 /hari); P I (orang). = jumlah penduduk di suatu tahun PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-17

184 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tabel menunjukkan kesimpulan perhitungan proyeksi volume timbulan lumpur untuk Kota Padang. Perhitungan dilakukan dengan mengasumsikan V LT = 0,375 L/orang/hari. TAHUN Tabel Proyeksi Beban Lumpur Tinja dan beban Padatan BEBAN PENCEMARAN BEBAN LUMPUR TINJA BEBAN PADATAN Lumpur Tinja Masuk IPLT (x KG BOD 5 /HARI/KM 2 ) (M 3 /HARI) (x KG SS/HARI/KM 2 ) (M 3 /HARI) ,1 339,7 50,8 28, ,6 380,3 55,0 73, ,4 426,6 59,9 121, ,0 540,3 71,5 297,1 Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 Tabel Proyeksi Pertumbuhan Beban Pencemaran, Beban Lumpur Tinja dan Beban Padatan Tiap Tahapan Pembangunan TAHUN BEBAN PENCEMARAN BEBAN LUMPUR TINJA BEBAN PADATAN Lumpur Tinja Masuk IPLT (x KG BOD 5 /HARI/KM 2 ) (M 3 /HARI) (x KG SS/HARI/KM 2 ) (M 3 /HARI) % 0% 0% 0% ,8% 11,9% 8,4% 157,9% ,0% 12,2% 8,8% 64,7% ,8% 26,6% 19,4% 145,2% Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, % 25% 20% 26,6% 19,4% BEBAN PENCEMARAN (x KG BOD5/HARI/KM2) 15% 11,9% 12,2% BEBAN LUMPUR TINJA (M3/HARI) 10% 5% 8,4% 4,8% 8,8% 5,0% 10,8% BEBAN PADATAN (x KG SS/HARI/KM2) 0% 0% Gambar 6.8. Pertumbuhan Beban Pencemaran, Beban Lumpur Tinja dan Beban Padatan Tiap Tahapan Pembangunan (%) PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-18

185 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Berdasarkan Tabel 6.16 diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang ( ), di prediksi angka beban pencemaran di Kota Padang akan meningkat 21,83 %, sedangkan angka beban lumpur tinja akan meningkat 59,03 %, dan angka beban padatan akan meningkat 40,83 % STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Konsep pengembangan sistem sanitasi dilakukan melalui mekanisme sistem evolusi sanitasi, yaitu suatu mekanisme yang berjalan dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan, berupa peningkatan prasarana sanitasi dari sistem setempat ( on site) secara bertahap didorong untuk berubah menuju sistem pelayanan jaringan perpipaan air limbah skala perkotaan (kl aster/kawasan), sedangkan target dan sasaran dari pengembangan sistem air limbah Kota Padang ditetapkan berdasarkan dari strategi kebijakan pembangunan sanitasi daerah, yang diselaraskan dengan sasaran serta target pencapaian Nasional, tanpa mengabaikan potensi daerah dan kemampuan masyarakat Kota Padang. Tahapan pembangunan direncanakan ke dalam 3 (tiga) fase pengembangan yang berlaku selama 20 tahun dan terbagi menjadi : 1. Tahap mendesak, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2014 hingga tahun 2019, 2. Tahap jangka menengah, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2019 hingga tahun 2024, 3. Tahap jangka panjang, dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun, dari tahun 2024 hingga tahun Sasaran pengembangan Rencana Induk (Masterplan) Air Limbah Kota Padang adalah : 1. Pengurangan setengahnya tingkat BABS (open defecation free) di tahun Berkurangnya angka kejadian penyakit akibat diare tahun Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, akibat perluasan dan perbaikan akses sanitasi masyarakat di tahun PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-19

186 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah 4. Tercapainya lingkungan perkotaan yang dapat menjamin keberlanjutan pembangunan, dengan berkurangnya pencemaran air permukaan dan air tanah, akibat air limbah domestik, tahun Sasaran Jangka mendesak Th Sasaran Jangka menengah Th Sasaran Jangka Panjang Th Gambar 6.9. Sasaran Pengembangan Sistem Pelayanan Air Limbah Kota Padang Kondisi eksisting sistem pengolahan air limbah Kota Padang adalah sebagai berikut : sistem on site dengan fasilitas on-site layak sebesar 73,5% tingkat pelayanan oleh IPLT hanya sebesar 6% dari jumlah fasilitas on-site layak. Sistem Off site sistem komunal sebesar 0,3% Sebesar 26,2% masih belum memiliki akses pengolahan Dengan melihat kondisi eksisting tersebut, maka secara umum ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai target jangka panjang (Tahun 2034), seperti diuraikan sebagai berikut. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-20

187 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Tahapan Capaian Target Pelaksanaan Untuk mencapai target MDG s yaitu Open Defecation, maka pembuangan aliran limbah domestik langsung ke perairan umum dikurangi dari 26,2% menjadi 11,84% dengan menerapkan sistem pengolahan limbah On-Site dengan sarana Jamban sehat dan septik tank serta sistem komunal. Menerapkan sistem On-Site dengan menerapkan septik tank individual dan jamak diterapkan di beberapa wilayah dengan cakupan sebesar 74,13% serta penerapan pelayanan IPLT sekitar 20,91% untuk melayani sistem on site layak. Membangun sistem komunal dibeberapa wilayah yang termasuk daerah prioritas dengan cakupan sebesar 10,31%. Mulai membangun sistem Kawasan dengan IPAL Mandiri di beberapa wilayah perumahan dengan cakupan sebesar 2,03%. Mulai membangun sistem wilayah perkotaan dengan cakupan sebesar 1,70% Pada tahap ini (201 9) pembuangan aliran limbah domestik ke perairan umum dikurangi menjadi 0% dengan meningkatkan sistem pengolahan air limbah secara off-site dan on-site Sistem On-site dengan menerapkan septik tank individual dan jamak diterapkan di beberapa wilayah dengan kriteria permukiman padat dengan cakupan sebesar 67,53% dengan menerapkan pelayanan IPLT sebesar 22,30%. Sistem Off-site /Sistem komunal diterapkan di beberapa wilayah kelurahan dengan cakupan pelayanan sebesar 22,43% Sistem Kawasan/kluster diterapkan di wilayah kota dengan cakupan pelayanan sebesar 3,43% Mulai membangun sistem wilayah perkotaan dengan cakupan sebesar 6,60% Pada tahap ini (2024) pembuangan aliran air limbah domestik ke perairan umum dihilangkan (0%) dengan meningkatkan sistem on site dengan pelayanan IPLT dan sistem off site. Sistem On-site dengan menerapkan septik tank individual dan jamak tahap ini penerapannya ditambah disertai dengan peningkatan pelayanan IPLT. Pada tahap ini cakupan dengan sistem on-site menurun menjadi 61,87% dengan peningkatan pelayanan IPLT sebesar 31,88%. Peningkatan sistem off site komunal sebesar 22,82%. Sistem Kawasan diterapkan di wilayah perumahan dan kawasan pengembangan dengan peningkatan cakupan pelayanan sebesar 3,42%. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-21

188 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Peningkatan sistem wilayah perkotaan sebesar 11,97% Sistem On-site dengan menerapkan septik tank individual dan jamak, penerapannya diturunkan menjadi 57,92% dengan disertai peningkatan pelayanan IPLT sebesar 39,08%. Pada tahap ini sebagian sistem komunal ditingkatkan/disambungkan ke sistem wilayah kota atau kawasan, sehingga cakupan pelayanan menurun menjadi sebesar 22,63% Sistem Kawasan diterapkan di wilayah pengembangan kota dengan peningkatan cakupan pelayanan sebesar 3,97% Peningkatan sistem wilayah perkotaan sebesar 15,48% Sistem On-site dengan menerapkan septik tank individual dan jamak, penerapannya diturunkan menjadi 53,80% dengan disertai peningkatan pelayanan IPLT sebesar 53,80%, dalam arti kata seluruh pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem on-site dilayani 100% dengan IPLT. Pada tahap ini sebagian sistem komunal ditingkatkan/disambungkan ke sistem wilayah kota, sehingga cakupan pelayanan menurun menjadi sebesar 21,97% Sistem Kawasan diterapkan di wilayah pengembangan kota diturunkan cakupan pelayanan dengan cara penyambungan ke sistem kota, sehingga cakupan sistem kawasan ini menjadi sebesar 4,22% Peningkatan sistem wilayah perkotaan sebesar 20,00%. Tabel Skenario Target Pencapaian Pembangunan Air Limbah Dalam Persentase TARGET PENCAPAIAN PEMBANGUNAN SISTEM % % % % % % ON-SITE - IPLT 19,90% 20,91% 22,30% 31,88% 39,08% 53,80% - NON IPLT 55,57% 53,22% 45,24% 29,99% 18,84% 0,00% OFF-SITE - KAWASAN/KOTA 1,70% 6,60% 11,97% 15,48% 20,00% - KLUSTER 1,44% 2,03% 3,43% 3,42% 3,97% 4,22% - KOMUNAL 10,31% 22,43% 22,82% 22,63% 21,97% BELUM ADA AKSES 22,65% 11,84% 0,00% 0,00% Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-22

189 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% - IPLT - NON IPLT - KAWASAN/KOTA - KLUSTER - KOMUNAL BELUM ADA AKSES 0,00% Gambar Skenario Target Pencapaian Pembangunan Air Limbah Dalam Persentase (Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013) Berdasarkan Gambar diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Program pembangunan IPLT, komunal dan Klaster / IPAL terus meningkat secara eksponensial hingga akhir masa perencanaan Tahun 2034, sedangkan non IPLT (jamban) terus ditekan sampai 0% di akhir tahun perencanaan, sedangkan untuk parameter belum ada akses / OD terus ditekan hingga habis di Tabel Skenario Target Pencapaian Pembangunan Air Limbah Dalam KK SISTEM JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG KK KK KK KK KK KK ON SITE - IPLT NON IPLT OFF SITE - KAWASAN/KOTA KLUSTER KOMUNAL BELUM ADA AKSES TARGET PENCAPAIAN PEMBANGUNAN TOTAL Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-23

190 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah 6.4. PENDEKATAN SISTEM PELAYANAN Pendekatan sistem pelayanan air limbah seperti yang sudah diuraikan pada Bab 5 sub bab pilihan teknologi sanitasi, dimana pendekatan pelayanan yang dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut : Tingkat kepadatan penduduk per wilayah (kelurahan/kecamatan) Merupakan wilayah permukiman dan Central Business District (CBD) Merupakan daerah beresiko tinggi dan daerah prioritas dalam konteks perbaikan sanitasi Sesuai dengan parameter pendekatan sistem pelayanan diatas, maka system pengelolaan air limbah di Kota Padang terbagi menjadi beberapa sistem pengelolaan, antara lain : 1. Sistem Pelayanan Air Limbah Off-Site, yang terbagi menjadi beberapa system pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi peruntukan wilayah dan tingkat kepadatan penduduk per wilayah, antara lain : Layanan Sistem Saluran Air Limbah Skala Wilayah/Kota Layanan Sistem Saluran Air Limbah Skala Kawasan/kluster Layanan Sistem Saluran Air Limbah Skala Komunal 2. Sistem pelayanan Air Limbah On-Site. Merupakan system layanan individual, yang dilengkapi dengan fasilitas layanan penyedotan lumpur/sludge dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Selain dari jenis sistem pelayanan seperti diatas, pendekatan sistem pengelolaan air limbah pun dilakukan terhadap penentuan zona layanan khususnya sistem pelayanan air limbah off-site. Pendekatan sistem pengaliran air limbah secara fisik harus diusahakan semaksimal mungkin secara gravitasi yang akan dipengaruhi oleh kondisi topografi dataran. Secara umum kondisi topografi Kota Padang merupakan bentang alam yang terdiri dari tiga bagian, yaitu daerah pantai, daratan dan perbukitan dengan jumlah bagian yang relatif besar. Dalam sistem air limbah sendiri kondisi topografi ikut menentukan sistem PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-24

191 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah pembuangan air limbah seperti kondisi lahan yang landai lebih sulit menerapkan sistem perpipaan dibandingkan dengan lahan yang miring atau curam. Sebelum melakukan pengelompokan zona, terdapat beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangannya, yaitu : 1. Wilayah Pengembangan (WP). Pembagian daerah wilayah pengembangan dalam RTRW dapat dijadikan pedoman yang kuat, karena berdasarkan kajian yang mendalam dari beberapa aspek keilmuan dan memiliki dasar ketetapan hukum yang mengikat. 2. Pembatas Alam ( Sungai, Bukit, pegunungan, dan lainnya). Apabila suatu zona dilalui oleh sungai sedang hingga besar, atau dibatasi pegunungan atau bukit, maka zona tersebut harus dibagi dua atau lebih menjadi beberapa zona yang lebih kecil. 3. Luasan Wlayah. Suatu wilayah yang memiliki wilayah yang sangat luas harus menjadi 1 zona tersendiri. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan dalam pengelolaan, aspek biaya pembangunan sistem, dan jangkauan sistem secara teknis TARGET LAYANAN TAHUN 2034 Sistem pengelolaan air limbah Kota Padang akan dikembangkan dengan menerapkan layanan setempat (On -site) dan layanan saluran air limbah (Off -site) sesuai dengan potensi wilayah masing-masing dan perkembangan Kota Padang di masa yang akan datang. Oleh karena itu ditetapkan kondisi yang diharapkan dan target layanan air limbah Kota Padang sebagaimana dalam tabel berikut ini. Tabel Target Layanan Sistem Air Limbah sampai dengan Tahun 2034 LAYANAN TARGET LAYANAN TAHUN 2034 PROSENTASE PENDUDUK LAYANAN SETEMPAT Layanan Jamban aman bagi 100% KK atau (ON-SITE penduduk Kota Padang baik berupa jiwa jamban pribadi maupun jamban bersama Layanan pengolahan sistem setempat yang PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-25

192 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah LAYANAN TARGET LAYANAN TAHUN 2034 PROSENTASE PENDUDUK layak sebesar 53,80% dari jumlah rumah tinggal LAYANAN SISTEM SALURAN AIR LIMBAH LAYANAN SISTEM Layanan Sistem Komunal sebesar 21,97 % KK atau KOMUNAL dari jumlah rumah tinggal jiwa LAYANAN SISTEM Layanan sistem saluran air limbah sebesar KK atau KAWASAN DAN 24,22% rumah tinggal domestik maupun jiwa WILAYAH/KOTA non domestik Kota Padang LAYANAN LUMPUR TINJA 100% penduduk yang menggunakan KK atau fasilitas setempat (On-Site) jiwa Target layanan tersebut digambarkan dalam peta, Gambar berikut ini. PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-26

193 Bab 6 Strategi dan Rencana Pengembangan Sistem Air Limbah Gambar Target Layanan Sistem Air Limbah Kota Padang Tahun 2034 PT. BEMACO REKAPRIMA Hal : 6-27

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012) 4.1 Sasaran dan Arahan Tahapan Pencapaian. Bab empat (IV) ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman tahun 2012-2016 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB - IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN

BAB - IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN BAB - IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kabupaten Serang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian serta

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung terus berkembang dengan melakukan pembangunan di segala bidang yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan, sehingga menuntut

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN. 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN. 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN 4.1 Sasaran dan Arahan Penahapan Pencapaian 4.1.1 Air limbah 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah 2. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kota Bontang Tahun 0 05. Program dan kegiatan ini disusun sesuai dengan strategi untuk

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yaitu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi Kota Kendari disusun dengan mengacu pada visi misi Kota Kendari yang tertuang dalam RPJMD Kota Kendari, dengan adanya

Lebih terperinci

Sub Sektor : Air Limbah

Sub Sektor : Air Limbah Sub Sektor : Air Limbah No. Faktor Internal % Skor 1.00 2.00 3.00 4.00 Angka KEKUATAN (STRENGHTS) Adanya struktur organisasi kelembagaan pengelola limbah 1.1 domestik pada PU BMCK Memiliki Program kegiatan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Tujuan, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan : Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Wajo melalui pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab 3: Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Salatiga tahun 2013-2017 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian serta strategi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Tujuan pengembangan air limbah : Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Sanitasi Kabupaten Sinjai adalah Kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan di kabupaten Sinjai sampai tahun 2017 yang merupakan bagian dari Visi

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 45 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Sukabumi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Peningkatan akses layanan air limbah rumah tangga menjadi 85 90 % pada akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi Kota Tomohon yang akan di capai yang terkandung dalam RPJMD dan disesuaikan dengan visi dan misi sanitasi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan SISTEM PENGELOLAAN AIR A. Sistem/Teknis a.

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Berdasarkan hasil penetapan wilayah penanganan prioritas disusun rencana pengembangan sanitasi untuk tiga sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Program

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN 3.1. Enabling And Sustainability Aspect 3.1.1 Aspek Non Teknis 1) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Isu strategis aspek Kebijakan Daerah

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada strategi percepatan pembangunan sanitasi ini akan menjelaskan pernyataan tujuan, sasaran, dan strategi yang ingin dicapai dalam pengembangan sanitasi

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan sanitasi sebagaimana terdapat pada dokumen perencanaan daerah di bidang infrastruktur

Lebih terperinci

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini 2.1. Gambaran Wilayah 2.1.1. Geografis, Topografis, Klimatologi dan Geohidrologi Geografis Kota Padang merupakan ibukota Provinsi Sumatra Barat, terletak di pantai barat

Lebih terperinci

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 RENCANA KEGIATAN AIR LIMBAH Salah satu tujuan utama pembangunan air limbah domestik Kabupaten Bombana yaitu Meningkatkan akses Layanan Air limbah Domestik

Lebih terperinci