PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR"

Transkripsi

1 PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: Rahmi Ulfah Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Yunita Faela Nisa, M.Si Desi Yustari Muchtar, M,Psi NIP: NIP: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H /2010 i

2 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul PERBEDAAN SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Desember Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 10 Desember 2010 Sidang Munaqasyah Dekan/ Ketua merangkap anggota Pembantu Dekan/ Sekretaris merangkap anggota Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP NIP Anggota: Abdul Rahman Shaleh, M.Si Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP NIP Yunita Faela Nisa, M.Si Desi Yustari Muchtar, M.Psi NIP NIP ii

3 LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rahmi Ulfah NIM : Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERBEDAAN SIFAT- SIFAT WIRAUSAHA ANTAR ETNIS DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka dan telah diuji kebenarannya. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang- Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 14 Desember 2010 Rahmi Ulfah iii

4 MOTTO : Moto dan persembahan Nikmatilah kehidupan, karena kehidupan hanya satu kali. Syukurilah keadaan, karena keadaan adalah rasa kehidupan. Pujilah Allah, karena Dia Lah. pemberi kehidupan dan keadaan ini untuk kita agar selalu dinikmati dan disyukuri. PERSEMBAHAN : Skripsi ini Ku persembahkan untuk semua orang yang kusayang dan menyayangiku yang selalu memberikan kasih sayang dan doa tiada henti. PENGUSAHA Karya: Purdi E. Chandra (Pendiri Bimbingan Belajar Primagama). iv

5 Seribu jadi satu juta. Satu juta jadi satu milyar. Satu milyar jadi satu trilyun. Satu trilyun jadi bangkrut. Itulah Pengusaha. Modalnya adalah dengkulnya. Tak punya dengkul pun, Bisa pinjam dengkul orang lain. Pengalaman kerjanya adalah Tak pernah melamar pekerjaan. Keberaniannya adalah optimisme Terhadap duitnya orang lain. Itulah pengusaha. Kemandirian adalah jiwanya. Memulai usaha sendiri. Mengangkat dirinya sendiri Sebagai direktur di perusahaannya sendiri. Tidak lakuu dibeli sendiri. Itulah pengusaha. Perjuangan adalah hari-harinya. Hutang adalah darahnya. Keuntungan adalah keringatnya. Tak berhutang pun hidupnya terasa hampa. Baginya, hutang pun tetap mulia. Itulah pengusaha. Hidungnya panjang. Matanya tajam. Senyumnya mekar. Telinganya lebar. Itulah pengusaha. ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) 10 Desember 2010 C) Rahmi Ulfah v

6 D) Perbedaan Sifat-sifat Wirausaha Antar Etnis Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur E) xvii hal (beserta lampiran) F) Isi abstrak Penelitian ini diawali dengan melihat masih banyaknya jumlah pengangguran yang ada di Negara Indonesia setiap tahunnya. Walaupun pemerintah telah mencanangkan berbagai macam cara untuk memperkecil jumlah angka pengangguran, namun hal tersebut belum bisa memperkecil atau bahkan menghilangkan jumlah pengangguran. Selain menanggulangi jumlah pengangguran dengan cara memberikan bekal keterampilan dan keahlian kepada masyarakat, tapi pemerintah juga perlu membuka lapangan pekerjaan baru yang mengutamakan kemandirian, kreatifitas dan inovasi. Maka dari itu, hal yang penting untuk dicanangkan adalah dengan mencanangkan kewirausahaan untuk segala lapisan masyarakat di seluruh nusantara. Etnis asli Indonesia yang lebih dahulu dikenal sebagai masyarakat yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah etnis Minang. Etnis tersebut memang terkenal sebagai saudagar yang mahir berdagang. Menurut Sukardi (1991) Orang Padang (Minang) sering diasosiasikan dengan profesi ke-antrepeneur-an. Banyak usaha mereka yang dapat dengan mudah kita temui disekitar kita, seperti adanya rumah makan Padang yang menawarkan masakan khas Padang. Selain etnis Minang, etnis Jawa pun juga terkenal dengan sifat mereka yang ulet dalam berusaha. Selain masyarakat dari kedua etnis tersebut, etnis-etnis lain juga berpotensi untuk menjadi wirausaha yang sukses di bidangnya. Variabel dalam penelitian ini adalah sifast-sifat wirausaha, yakni sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat kemandirian. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha yang ada di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur denga jumlah sampel sebanyak 122 orang respoden baik laki-laki mapun perempuan. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan Accidental Sampling. Sedangkan pengumpulan data menggunakan alat ukur Sembilan sifat wirausaha yang telah divalidasi oleh Riyanti. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Penelitian ini didasarkan pada delapan kelompok etnis dari pengusaha yang memiliki, mendirikan, dan mengelola usaha mereka sendiri Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik statistic Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji validitas kontruk. Sedangkan untuk menguji hipetesis, peneliti menggunakan teknik pengujian Anova dengan one-way ANOVA. Hipotesis dalam penelitian ini sebanyak 9 butir untuk semua factor (sesuai dengan jumlah sifa-sifat wirausaha). Faktorfaktor tersebut diukur dengan jumlah item antara 9 sampai 13 butir item. vi

7 Hasil pengujian hipotesis 1 diperoleh berdasarkan pengujian pengujian Hipotesa dengan menggunakan one-way ANOVA. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis tersebut tidak signifikan. Seluruh hipotesis yang diuji menunjukkan hasil tidak signifikan. Dengan kata lain, hipotesis 1 hingga hipotesis 9 tidak memiliki perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung. Saran teoritis dalam penelitian ini adalah sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak, minimal 200 responden agar hasil penelitian lebih komprehensif dan mewakili populasi. Selain itu, apabila memungkinkan, hindari penggunaan teknik pengambilan sampel dengan accidental. Akan lebih baik jika menggunakan teknik sampling berdasarkan random sampling. Hal itu bertujuan agar sampel yang diperoleh benar-benar dapat mewakili jumlah populasi. G) Bahan bacaan = 44 bahan ( ) KATA PENGANTAR Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, kasih sayang, dan pertolongan-nya kepada peneliti vii

8 untuk dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun peneliti dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akhir menyelesaikan program studi strata 1 (S1) dan guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang cerdas dan beradab seperti sekarang. Atas rahmat Beliau lah peneliti dapat menyelesaikan salah satu syarat akhir dalam menyelesaikan pendidikan S1 peneliti. Semoga apa yang telah peneliti capai dapat membawa kebaikan kepada setiap orang yang berada disekitarnya. Amin. Bermacam hambatan dan kekurangan yang dialami peneliti selama menyusun tugas akhir ini merupakan saat-saat dimana pertaruhan semangat, tekad dan perjuangan peneliti diuji. Kesemuanya telah peneliti lewati dengan baik dan akhirnya tiba di satu titik dimana semua itu berakhir, yaitu terselesaikannya skripsi. Peneliti sadar bahwa banyak kekurangan yang dialami peneliti dalam pengerjaan skripsi ini. Namun kekurangan tersebut tergantikan dengan kelebihan. Itu semua adalah hasil bantuan yang peneliti terima dari orang-orang hebat yang peneliti temui selama menyusun skripsi. Maka dengan rendah hati peneliti ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka yang berada dibalik proses ini, yaitu: 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fadilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan bidang akademik sekaligus sebagai dosen penasihat akademik peneliti. 3. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Si (pembimbing 1). Terima kasih saya ucapkan atas semua dukungan dan nasihat ibu yang ibu curahkan selama penggarapan skripsi saya. Semoga Ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu diberkahi Allah SWT. Amin 4. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi (pembimbing 2). Terima kasih banyak untuk semua dukungan dan nasihat yang ibu berikan, tertutama pada saat-saat terakhir dosen pembimbing 1 menitipkan viii

9 saya untk dibimbing hingga selesai. Semoga kebaikan ibu dibalas Allah SWT dan selalu dilindungi-nya. Amin 5. Seluruh dosen pengajar serta staf sekretariat Fakultas Psikologi yang tentunya tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, atas segala ilmu yang telah kalian berikan maupun segala bantuan yang tak hentihentinya mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Untuk Prof. Dr. Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, M.Psi. Guru Besar fakultas Psikologi dan ketua program studi magister profesi psikologi Universtas Atma Jaya Jakarta. Terima kasih peneliti sampaikan karena beliau telah mengizinkan peneliti untuk memakai alat ukur Sembilan sifat wirausaha yang telah divalidasi ulang oleh beliau. Semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan yang ibu telah berikan kepada saya. Semoga kita bisa berjumpa, lebih dari sekadar berbincang-bincang via Untuk Bapak DR. Muhammad Tamar, M.Si (staf pengajar FISIP dan Kepala pusat bimbingan dan konseling Universitas Hasanuddin, Makassar) yang telah mengizinkan peneliti untuk memakai alat ukur sifat wirausaha yang telah beliau sederhanakan dari alat ukur PTPE 90 dari Sukardi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak. Amin 8. Untuk Badan Layanan Usaha Daerah PPUMKMP Pulogadung. Terutama untuk Ibu Imelda Sari yang telah memberikan pengarahan kepada peneliti untuk mendapatkan izin dari lembaga tersebut. 9. Kepada seluruh pengusaha yang telah bersedia menjadi sampel penelitian, saya ucapkan terma kasih yang sebesar-besarnya untuk bapak/ibu. Karena kalian semua-lah saya dapat menyelesaikan skripsi saya ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu. Semoga usaha Bapak dan Ibu semua berjalan lancer dan terus berkembang sukses. Amin ix

10 Peneliti juga mengucapkan terima kasih untuk mereka yang berjasa dalam membangun semangat dan tekad kuat kepada peneliti hingga sampai menuju titik akhir ini. Mereka adalah: 1. Papa, Mama, kakak-kakak serta adik-adik ku, alhamdulillah ulfah telah menyelesaikan skripsi ulfah. Berkat doa, cinta dan semangat kalian semua ulfah mampu menyelesaikan ini semua. Semoga kesuksesan ulfah menjadi kebahagiaan pertama yang ulfah mampu berikan ke papa, mama. Semoga kesuksesan ini pula dapat menjadi kalian semua saudara-saudara ku, terutama untuk Hilal & Rizki; adikku. 2. Untukmu, Heru. Orang yang berjasa meneguhkan niat, semangat dan kerja keras aku selama ini. Terima kasih untuk segala doa-doa yang kau mohonkan untuk aku dimana pun kamu berada. Semoga kesuksesan ini menjadi awal kita untuk selalu menemani selamanya. Amin. Terima kasih juga untuk kehangatan keluarga kamu setiap kali menyambut kedatanganku. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian kepadaku. Amin 3. Untukmu, Inaz. Terima kasih atas insight yang diberikan. Terima kasih juga sudah banyak meluangkan waktu untuk mengajarkan peneliti dalam mengolah data. Kamu teman yang memberikan banyak inspirasi untukku. Terimakasih pula peneliti sampaikan untuk para sahabatku, retha, arum, kadek, hani, resti, nisa,, syifa, adit cewe, adit cowo, awe, vika, terimakasih atas kebersamaan yang kalian berikan selama ini. Semoga kita sukses selalu setelah perjuangan kita yang akan dan atau telah kita lalui. amin 4. Terima kasih teman-teman psikologi angkatan 2006, khususnya kelas D. semoga tugas akhir kita masing-masing ini bukan akhir dari kekompakan kita ya... Semoga kalian selesaikan skripsi tepat waktu. Semoga akan selalu ada cerita-cerita unik dan selalu berkesan untuk x

11 kisah pertemanan kita semua. Semangat teman, jalan kita masih panjang, berjuanglah Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, peneliti berharap adanya segala kritikan dan masukan yang diberikan pembaca guna membangun dan melengkapi hal yang kurang dalam skripsi ini. Semoga penelitian ini menjadi manfaat bagi pembaca. Bekasi, Mei 2010 Peneliti xi

12 DAFTAR ISI Lembar Persetujuan i Lembar Pengesahan ii Lembar Pernyataan iii Motto dan Persembahan iv Abstrak v Kata pengantar vii Daftar Isi xi Daftar Tabel xiii Daftar Lampiran xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Praktis Manfaat Teoritis Sistematika Penulisan 15 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Sifat Wirausaha Pengertian sifat Pengaruh budaya terhadap sifat Wirausaha Pengertian wirausaha Karakteristik Wirausaha Fungsi wirausaha Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berwirausaha Kelebihan dan kekurangan menjadi wirausahawan Sifat wirausaha menurut Sukardi Kerangka Berpikir Hipotesis Hipotesis null (Ho) Hipotesis alternatif (Ha) 43 xii

13 BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Pendekatan Penelitian Metode Penelitian Jenis Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional Variabel Penelitian Subjek Penelitian Populasi Sampel Instrumen Pengumpulan Data Teknik Pengambilan Sampel Teknik Analisa Data Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan 56 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Responden Gambaran Umum Responden Berdasarkan Etnis Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambaran Umum Responden Berdasarkan Sentra Usaha Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Usaha Gambaran Umum Responden Berdasarkan Omzet per tahun Uji Validitas Konstruk Uji Validatas Konstruk Sifat Instrumental Uji Validatas Konstruk Sifat Prestatif Uji Validatas Konstruk Sifat Keluwesan Bergaul Uji Validatas Konstruk Sifat Kerja Keras Uji Validatas Konstruk Sifat Keyakinan Diri Uji Validatas Konstruk Sifat Pengambilan Resiko Uji Validatas Konstruk Sifat Swa-kendali Uji Validatas Konstruk Sifat Inovatif Uji Validatas Konstruk Sifat Kemandirian Deskripsi variabel penelitian Uji Hipotesis Uji Hipotesis sifat Instrumental Uji Hipotesis sifat Prestatif 93 xiii

14 4.4.3 Uji Hipotesis sifat Keluwesan bergaul Uji Hipotesis sifatkerja keras Uji Hipotesis sifat Keyakinan diri Uji Hipotesis sifat Pengambilan resiko Uji Hipotesis sifat Swa-kendali Uji Hipotesis sifat Inovatif Uji Hipotesis sifat Kemandirian 97 BAB 5 PENUTUP Kesimpulan Diskusi Saran Saran metodologis Saran praktis 104 DAFTAR PUSTAKA 107 LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 xiv

15 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah pengusaha PIK tahun 2004 Tabel 2.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Karakteristik kewirausahaan Jumlah responden berdasarkan etnis Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah responden berdasarkan usia Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah responden berdasarkan sentra usaha Jumlah responden berdasarkan lama usaha Jumlah responden berdasarkan omzet per tahun Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Instumental Muatan faktor item variabel sifat instrumental Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat prestatif Muatan faktor item variabel sifat prestatif Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat keluwesan bergaul Muatan faktor item variabel sifat keluwesan bergaul Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat kerja keras Muatan faktor item variabel sifat kerja keras Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat keyakinan diri xv

16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Muatan faktor item variabel sifat keyakinan diri Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat pengambilan resiko Muatan faktor item variabel sifat pengambilan resiko Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat swa-kendali Muatan faktor item variabel sifat swa-kendali Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat inovatif Muatan faktor item variabel sifat inovatif Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat kemandirian Muatan faktor item variabel sifat kemandirian Deskriptif variabel-variabel penelitian berdasarkan etnis Uji F untuk Sembilan sifat wirausaha Uji Hipotesis sifat isntrumental Uji Hipotesis sifat prestatif Uji Hipotesis sifat keluwesan bergaul Uji Hipotesis sifat sifat kerja keras Uji Hipotesis sifat keyakinan diri Uji Hipotesis sifat pengambilan resiko Uji Hipotesis sifat swa-kendali Uji Hipotesis sifat inovatif Uji Hipotesis sifat kemandirian xvi

17 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Alur kerangka berpikir Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat instrumental Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat prestatid Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat keluwesan bergaul Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat kerja keras Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat keyakinan diri Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat pengambilan resiko Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat swa-kendali Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat inovatif Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat kemandirian xvii

18 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Masih tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah utama di Indonesia. Penciptaan lapangan kerja merupakan salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Data mengenai keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada semester kedua tahun 2010 (Berita Resmi Statistik No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010) menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Menurut Berita Resmi Statistik tersebut, pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 116,5 juta orang atau naik sekitar 530 ribu orang dibanding keadaan Februari 2010 dan naik 2,7 juta orang dibanding Agustus penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 bertambah sebesar 800 ribu dibanding keadaan Februari 2010, dan bertambahnya 3,3 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Agustus 2009). Jumlah penganggur pada Agustus 2010 mengalami penurunan sekitar 270 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2010, dan mengalami penurunan 640 ribu orang dibanding keadaan 1

19 Agustus Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,49 % selama periode satu tahun terakhir. Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding lurus dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus terus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan yang ada. Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia yaitu di daerah-daerah pelosok nusantara. Permasalahan dalam pengangguran akan terus berlangsung, namun bukan berarti pengangguran tidak dapat diatasi. Angka pengangguran yang akan selalu ada seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat diminimalisasi. Selain dengan cara membuka kesempatan kerja yang lebih banyak, pemerintah juga giat menyanangkan kewirausahaan. Sesuai dengan pernyataan McClelland, Lavador, Capati (Anggraini, 1995) yang mengatakan bahwa salah satu jalan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa adalaha melalui entrepreneurship. Hal ini terbukti dari pengalaman Negara-negara yang sudah maju, seperti Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura. 2

20 Dengan berwirausaha, seseorang dapat membuka lapangan kerja sesuai dengan keahliannya dan kesenangannya akan bidang bisnis yang diminati. Dengan berwirausaha pula, seseorang akan memberikan peluang bekerja minimal kepada satu orang lain yang bekerja dalam bisnis yang dijalankan secara nyata. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan langkah nyata yang dapat memengaruhi penurunkan angka pengangguran di Indonesia seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin bertambah. David McClelland (Riyanti, 2010) menyatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur bila terdapat minimal 2% wirausahawan dari jumlah populasi penduduknya. Amerika Serikat pada tahun 2009 memiliki 15% wirausaha, Eropa memiliki wirausaha yang mencapai 6%, dan di Asia sendiri, di Singapura misalnya, jumlah wirausaha bisa mencapai 7%. Berbeda dengan Indonesia, pada tahun 2007 jumlah wirausaha diperkirakan mencapai orang atau hanya 0,18% dari yang seharusnya. Jumlah ini belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada. Data BPS (Badan Pusat Statistik) per Agustus 2008 menunjukkan adanya 9,39 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 102,55 juta angkatan kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan (Bisnis Indonesia, 21 Oktober 2008). Saat ini, jumlah wirausaha Indonesia sebanyak 0,18 % dari total penduduk yang berjumlah 230 juta jiwa. Jumlah yang sangat jauh dibandingkan angka ideal wirausaha suatu negara yang mau maju dan berkembang, yaitu sekitar 2 % dari 3

21 jumlah penduduknya. Bahkan untuk negara maju, jumlah wirausaha umumnya sudah di atas 5 % dari penduduknya. Tentu ini menjadi suatu tantangan dan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan kewirausahaan, mengingat bahwa wirausaha adalah motor penggerak perekonomian suatu negara dan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tingginya angka pengangguran dan kemiskinan ( Bagi Indonesia, dengan kecilnya jumlah wirausaha, maka kewirausahaan menjadi suatu keharusan. Seperti disebutkan di atas, bahwa suatu negara dapat berkembang dan membangun secara ideal jika wirausahanya sudah mencapai 2 % dari jumlah penduduk (kriteria PBB untuk pengukuran kewirausahaan). Tentu saja, jumlah pengusaha mikro dan pengusaha kecil Indonesia sebanyak lebih dari 49 juta pada tahun 2008 bukan ukuran yang senilai dengan kriteria tersebut di atas. Sedikitnya pelaku wirausaha ini sangat disayangkan mengingat wirausaha, terutama pada sektor kecil dan menengah, dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan negara. Dari seluruh badan usaha di Indonesia, 99% diantaranya adalah sektor usaha kecil yang menyerap 71,35% tenaga kerja Indonesia (tempointeraktif.com). Di Indonesia, peran wirausaha menjadi sangat penting dan dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peran tersebut dimainkan oleh Usaha Kecil dan Menengan (UKM) yang dapat menyelamatkan perekonomian nasional dari keterpurukan. Sebagai katup 4

22 penyelamat perekonomian nasional, UKM dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan peluang usaha baru sejalan dengan pesatnya kegiatan ekonomi di suatu daerah. Oleh karena itu, gerakan memasyarakatkan kewirausahaan memiliki arti yang sangat strategis dalam menumbuhkan kegiatan ekonomi kelompok masyarakat ekonomi lemah yang menjadi komitmen mengangkat kegiatan ekonomi agar dapat tumbuh secara wajar. Sebagaimana Negara-negara lainnya, seyogyanya pengembangan program kewirausahaan dapat dijadikan momentum awal untuk memacu laju pertumbuhan usaha kecil yang tangguh dan mandiri. Apabila kita mengingat masa lalu dimana Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997 dan melihat kenyataan yang terjadi bahwa usaha skala mikro dan kecil justru dapat bertahan di era krisis tersebut dan dijadikan tulang punggung ekonomi nasional untuk tetap bertahan dalam situasi yang kurang menguntungkan. Sifat kekuatan usaha kecil adalah lebih fleksibel dan ulet, dimiliki oleh sebagian besar usaha kecil. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk membangun sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan (Zulkarnain, 2002). Riyanti (2010) mengungkapkan alasan yang bisa menjadi indikasi mengapa kewirausahaan belum berkembang di Indonesia, yaitu: Pertama; Hanya sedikit orang yang berminat menekuni dunia wirausaha. Sedikitnya jumlah wirausaha di Indonesia mungkin karena mayoritas masyarakat Indonesia masih berada dalam struktur dan cara pikir agraris. Nilai agraris pada 5

23 umumnya masih didominasi oleh nilai-nilai yang lebih bergantung pada alam daripada bertumpu pada kemampuan diri sendiri. Nilai agraris lebih menekankan pada ketekunan kerja, yaitu terus menerus mengerjakan hal yang sama, belum menekankan olah pikir kreatif. Kedua; Masyarakat Indonesia masih cenderung mencari pekerjaan yang menciptakan rasa aman. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang menjadi pegawai. Ketiga; dimensi-dimensi budaya Indonesia menghambat pembentukan perilaku berwirausaha (Meng & Liang, 1996; hofstede, Dalam Riyanti, 2010). Dimensi-dimensi itu antara lain adalah: 1. Budaya power distance yang tinggi di Indonesia yang menyebabkan adanya distribusi kekuasaan yang tak seimbang dalam institusi-institusi dan organisasi-organisasi. 2. Budaya uncertainty avoidance Indonesia yang rendah mengakibatkan fleksibilitas tinggi (Pareek, 1987; dalam Riyanti, 2010). Positifnya, seseorang mempunyai kelenturan untuk berubah dan cukup nyaman dengan ketidakpastian. Karakteristik ini akan membuat seseorang menjadi tidak fokus dan tidak konsisten dalam melakukan usahanya. 3. Dalam kaitan dengan ciri budaya collectivism-individualism, kita merasakan kuatnya budaya kolektivisme di Indonesia. Dalam warna budaya seperti ini, masyarakat cenderung bersikap kompromistis. Karakteristik ini menghambat kewirausahaan dalam hal kemunculan gagasan-gagasan baru. Namun demikian, karakteristik ini sebetulnya bisa 6

24 berpotensi positif bila dalam kelompok tersebut terdapat leader yang mengarahkan anggotanya ke arah wirausaha. 4. Dalam kaitan dengan ciri masculinity-feminity, kita merasakan warna budaya yang berorientasi feminitas di Indonesia. Di sini, hal terpenting dalam interaksi sosial adalah harmoni. Ciri ini menghambat tumbuhnya orientasi materi dengan memaksimalkan kesempatan dan sifat asertif yang memang penting bagi keberhasilan wirausaha. Namun demikian, karakteristik ini dapat menjadi potensi untuk membuka usaha yang menyejahterakan orang lain dan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Keempat, usaha-usaha kecil di Indonesia masih didominasi oleh kegiatan yang bergerak pada sektor pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan (53,5%), sementara usaha menengah banyak bergerak pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (53,7%), dan usaha besar di industri pengolahan (35,4%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kewirausahaan di Indonesia, meskipun mengalami lonjakan tajam pada tahun 2007 (dari 7000 usaha di tahun 1980 menjadi 40 juta usaha kecil) muncul karena faktor kebutuhan, bukan karena didorong oleh faktor inovasi. Kewirausahaan yang marak setelah krisis masih mengandalkan pada kerja keras, belum mengandalkan pada kreativitas dan inovasi. Kajian mengenai wirausaha juga pernah dilakukan oleh Iman Santosa Sukardi (1991) dalam disertasinya. Ia memperkenalkan istilah antrepreneur untuk menyebut kata wirausaha atau entrepreneur. Menurutnya wirausaha adalah orang yang bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha, 7

25 mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaannya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri. Ia menganalisis sifat yang dimiliki pada wirausaha di Indonesia. Dari hasil penelitiannya tersebut, Ia menemukan bahwa calon antrepreneur dapat mempelajari keberhasilan seorang antrepreneur lain melalui tingkah laku mereka dalam kegiatan sehari-hari di perusahaan yang mereka rintis. Selanjutnya tingkah laku antrepreneur berhasil menampilkan karakteristik tertentu yang menjadi sifatsifat mereka (traits). Dari penelitian tersebut juga diperoleh beberapa hasil penting, diantaranya adalah sifat-sifat antrepreneur itu meliputi sifat instrumental, sifat prestatif, sifat luwes bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat kemandirian, sifat inovatif, dan sifat swa-kendali. Menurutnya sifat-sifat tersebut itu merupakan kesatuan kombinasi dengan tingkat ke-antrepreneur-an yang tidak selalu sama dalam proporsinya; dimana ditemukan lima sifat yaitu instrumental, prestatif, luwes bergaul, pengambilan resiko, dan swa-kendali yang merupakan sifat-sifat dominan pada seorang antrepreneur. Pendapat Ward (Sukardi, 1991) khususnya tentang proses terjun seseorang dalam dunia antrepreneur melalui suatu cara yaitu confidence modality, mengatakan seseorang terjun dalam dunia antrepreneur karena kegiatan antrepreneur merupakan kebiasaan yang telah menjadi tradisi di lingkungannya. Dengan demikian seharusnya suatu tradisi atau kebiasaan tertentu di suatu 8

26 masyarakat dapat menjadi faktor pendorong seseorang untuk terjun dalam dunia keantrepreneuran. Ward mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu dengan tradisi wirausaha kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan meneruskan usaha keluarha sangat besar sehingga kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawa juga sangat besar. Penelitian McClelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya berasal dari keluarga pengusaha. Penelitian Sulasmi (1989) yang dilakukan terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung juga menunjukkan hal yang sama, yaitu sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mu minah (2001) atas 8 pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena dorongan keterpaksaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muhandri (2002) mengatakan bahwa pada umumnya pengusaha memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang 9

27 wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang berkaitan dengan dunia usaha. Dalam kategori ini, terdapat pengusaha yang langsung memulai usahanya (merasa cukup dengan dasar-dasar keilmuan yang dimiliki) dan ada yang bekerja terlebih dahulu untuk memahami dunia usaha secara riil. Mencermati ketiga hasil penelitian yang tercantum di atas, kita mendapatkan gambaran bahwa jiwa wirausaha itu didapat dengan berbagai cara. Meskipun memang hasil penelitian tersebut tidak salah, mayoritas pengusaha yang sukses ternyata berasal dari keluarga dengan tradisi yang kuat di bidang usaha. Sehingga dapat kita garisbawahi bahwa kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga, suku, atau bahkan bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha baru. Secara komunal, kultur beberapa suku di Indonesia memang mengagungkan profesi wirausaha sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun juga kita tidak boleh memungkiri bahwa secara umum kultur masyarakat Indonesia juga masih mengagungkan profesi yang relatif tanpa resiko, misalnya menjadi Pegawai Negeri Sipil, dll. Lain halnya seperti yang dikemukakan Riyanti (berdasarkan penelitian Meng & Liang, 1996; hofstede, 1991) di atas yang menyatakan bahwa justru pengaruh budaya lah yang menjadi penghambat perilaku berwirausaha di Indonesia. Namun kita tidak boleh memungkiri dan harus mengakui pula adanya kemungkinan bahwa terkadang ada satu etnis tertentu dengan budaya tertentu 10

28 yang lebih unggul dalam hal membangun bisnis dibandingkan dengan anggota kelompok etnis lain. Di Indonesia orang padang atau orang Minang sering diasosiasikan dengan profesi ke-antrepreneur-an. Kajian dari Ward seharusnya ditemukan pula dalam masyarakat Minang (Sukardi, 1991). Selain suku Minang, Suku Jawa biasanya ditemukan dalam semua bidang, khususnya dalam pegawai negeri sipil dan tentera. Secara tradisi, kebanyakan orang Jawa adalah petani. Ini adalah sebabkan oleh tanah gunung berapi yang subur di Jawa. Walaupun terdapat juga banyak usahawan Indonesia yang berjaya yang berasal daripada suku Jawa, orang Jawa tidak begitu menonjol dalam bidang perniagaan dan perindustrian ( Salah satu program pembinaan industri kecil yang lebih terpadu adalah melalui PIK (Perkampungan Industri Kecil) seperti yang berada di Kawasan Pulogadung di Jakarta Timur. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 532 Tahun Latar belakang pembangunan PIK karena pada tahun 1982, di seluruh DKI Jakarta terdapat lebih dari pengusaha industri kecil yang tersebar di 50 lokasi dengan kondisi tempat yang sebagian besar jauh dari kondisi layak. Pemda DKI melalui Badan Pengelola Industri dan Pemukiman (BPLIP) sekarang Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) Pengelola Kawasan Pusat Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Permukiman Pulogadung (PKPPUKMPP) ditugaskan mendirikan PIK dengan tujuan agar dapat dilakukan pembinaan secara 11

29 terpadu antar institusional baik secara vertikal maupun horisontal antara lain dengan kantor Departemen Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Dinas Tenaga Kerja, Biro Bangproda, Biro Bangsareda dengan koordinasi Badan Pengelola PIK (Anggraini, 1995). Data terakhir pada tahun 2004 mengenai jumlah pengusaha dan jenis usaha yang ada di kawan PIK Pulogadung adalah seperti yang dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Tabel jumlah pengusaha PIK Pulogadung tahun 2004 No. Jenis Komoditi (Sentra) Jumlah Pengusaha 1 Garment Kulit 58 3 Meubel 14 4 Logam 71 5 Aneka Komoditi 57 Sumber: Company Profile PIK Pulogadung, 2004 Jika dilihat dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah pengusaha terbanyak yang menjalankan usahanya tersebut berada pada sentra garment. Kemudian disusul oleh sentra logam, kulit, aneka komoditi, dan meubel. Data di atas sebagian besar telah mengalami perubahan, baik dari jumlah pengusaha secara keseluruhan maupun komposisi pengusaha di tiap-tiap sentra. Dari hasil survey singkat di lapangan yang peneliti lakukan selama beberapa hari, selain usaha terbanyak di wilayah PIK Pulogadung didominasi oleh sentra garment, pengusaha dari etnis Minang juga mendominasi jumlah keseluruhan pengusaha di wilayah itu. Pengusaha etnis Minang hampir dapat dijumpai disetiap 12

30 toko atau barak kerja dan diseluruh sentra. Berbeda dengan pengusaha dari etnis lainnya yang tidak terlalu signifikan jumlahnya hingga hanya beberapa saja yang dapat dijumpai peneliti. Melihat adanya perbedaan jumlah pengusaha dari etnis Minang yang sangat banyak dibandingkan dengan pengusaha lain yang berasal dari etnis yang berbeda, dan persebaran pengusaha etnis Minang tersebut di seluruh sentra, maka peneliti beranggapan bahwa perlu diadakan suatu penelitian empiris berupa studi perbandingan terhadap sifat-sifat wirausaha para pengusaha insustri kecil dari berbagai etnis yang ada di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. 1.2 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang peneliti lakukan adalah agar penelitian yang dilakukan tidak melebar ke arah yang lebih luas dan juga untuk tetap menjaga fokus penelitian. Pembatasan masalah tersebut antara lain adalah: 1. Wirausaha tersebut didirikan serta dikelola, dikembangkan dan dilembagakan di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. 2. Wirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wirausaha dari sentra garment, kulit, logam, meubel, dan aneka komoditi. 3. Etnis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah etnis Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Bugis, Melayu dan Campuran. 13

31 1.3 Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha yang signifikan antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur?. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukan tambahan akan wacana baru bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) dalam pengembangan tentang perilaku dan sifat-sifat kepribadian yang terutama berhubungan tentang kewirausahaan (entrepreneurship). 2. Dapat dijadikan dasar penelitian lain berikutnya yang berhubungan dengan kewirausahaan, khususnya mengenai sifat-sifat wirausaha yang dikaitkan dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. 3. Menambah kekayaan studi karakteristik kebudayaan suku bangsa, terutama mengenai sifat-sifat wirausaha antar etnis. 14

32 4. Diharapkan pula penelitian ini dapat mendorong minat peneliti lain untuk memperdalam penelitian mengenai sifat-sifat wirausaha pada pengusaha Industri Kecil Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi suatu informasi bagi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pulogadung dan pihak terkait lainnya, khususnya yang menangani pembinaan dan pengelolaan pengusaha Industri Kecil. Disamping itu juga, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan penerapan pengembangan kewirausahaan bagi pengusaha dari segala etnis, baik pada generasi muda maupun generasi tua, agar lebih terarah dalam mengembangkan dan mengelola usaha, seperti dengan diberikannya pelatihan (training) atau dengan kontribusi wirausaha, dll. 1.6 Sistematika Penulisan Bab 1 Merupakan bab pendahuluan yang berisi gambaran singkat mengenai latar belakang timbulnya masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. Bab 2 Merupakan bab yang berisi kajian pustaka yang terdiri dari uraian pembahasan seluruh teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu teori sifat, teori kewirausahaan, teori sembilan sifat wirausaha menurut Sukardi, Bab 3 Merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Mulai dari jenis atau tipe disain penelitian, sampel dan karakteristik sampel penelitian, teknik pengambilan 15

33 sampel, sampai dengan metode pengumpulan dan pengolahan data penelitian tersebut. Bab 4 Merupakan bab yang membahas tentang hasil dan analisis data penelitian. Dimana didalamnya berisi mengenai gambarangambaran umum subyek berdasarkan data kontrol hingga hasil pengujian hipotesis. Bab 5 Merupakan bab yang membahas keimpulan, diskusi dan saran mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti selama penelitian, mendiskusikan hasil penelitian tersebut serta pemberian saran yang dapat meningkatkan kualitas dari penelitian-penelitian selanjutnya yang serupa ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini di waktu yang akan datang. 16

34 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas mengenai berbagai konsep yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Konsep atau teori yang pertama menjelaskan mengenai sifat. Selanjutnya adalah pembahasan sub bab mengenai wirausaha. Bab ini akan diakhiri dengan kerangka berpikir dan hipotesis dalam penelitian ini secara lebih rinci Sifat Wirausaha Pengertian Sifat (Trait) Konsep mengenai sifat (traits) disini akan dibahas dengan menggunakan konsep sifat (traits) yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport. Menurutnya struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat (traits) dan tingkah laku didorong itu oleh traits (Suryabrata, 2003). Allport menjelaskan bahwa kepribadian sebagai totalitas menganut prinsip-prinsip integrasi (Sukardi, 1991). Dalam integrasi meliputi: 1 conditioned reflexes atau refleks-refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku adaptif yang paling sederhana dari individu dalam berhubungan dengan lingkunganya. 2 Habits atau kebiasaan, yaitu perpaduan dari respon-respon yang dipelajari dengan liputan yang lebih luas dan tampil dalam tingkah laku tipikal pada situasi yang sejenis sejenis. 17

35 3 Traits atau sifat, yaitu kecenderungan yang lebih dinamis dan fleksibel dari sekedar integrasi sejumlah kebiasaan sebagai cara-cara yang khas dari individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. 4 Selves yaitu suatu sistem dari sifat yang saling berkaitan tetapi boleh jadi muncul dalam situasi-situasi yang saling berbeda. 5 Personality yaitu perpaduan terakhir yang progresif dari seluruh sistem tingkah laku yang mewakili penyesuaian diri individual terhadap lingkungannya. Dari integrasi di atas, Sukardi (1991) merujuk bahwa karakteristik tingkah laku antrepreneur ini didasari oleh suatu disposisi tingkah laku yaitu traits atau sifat. Menurut Allport (Ryckman, 2008), trait adalah:..a geneneralized and focalized neurophyshic system (peculiar to the individual) with the capacity to render many stimuli functionally equivalent and to initiate and guide consistent (equivalent) forms of adaptive and expressive behavior... Jadi menurutnya sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang yang sama, memulai membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara bersama. Selain Allport, Angleitner (Sukardi, 1991) mengatakan pengertian sifat secara jelas menekankan kesamaan respon individu terhadap stimulus yang sama (equivalent) dalam berbagai situasi. Artinya seseorang yang memiliki sifat tertentu akan menampilkan tingkah laku-tingkah laku yang konsisten dalam 18

36 berbagai situasi. Konsistensi inilah yang menajdi cirri khasnya. Dalam hal ini sifat menjadi pengarah tingkah laku tersebut. Sukardi (1991) menunjukkan bahwa sifat sebagai dasar tingkah laku mempunyai liputan yang luas serta fokal yang menjadi kekhasan seseorang individu dimana individu tersebut mampu menanggapi banyak stimulus dari lingkungan dan ini berarti kemampuan sifat sebagai disposisi berbagai tingkah laku yang tampil pada berbagai situasi. Allport (Sukardi, 1991) juga mengatakan bahwa adanya beberapa konsep penting mengenai traits atau sifat sebagai disposisi individu yang akan tampil dalam perilakunya, yaitu: a) Sifat merupakan salah satu aspek kepribadian baik bio-sosial maupun biophisikal yang menjadi penggerak, pengarah tingkah laku individu yang bersangkutan. b) Sifat sebagai penggerak, pengarah tingkah laku akan secara konsisten terwujud dalam tingkah laku sebagai respon terhadap satu kelompok stimulus pada berbagai situasi. c) Sifat sebagai disposisi untuk berespon sekaligus merupakan sesuatu yang unit dank has bagi individu yang bersangkutan. d) Sifat merupakan bagian dari kepribadian individu yang melekat pada yang bersangkutan, berbeda dengan karakter, tipe, sebagai atribut yang diberikan oleh lingkungan kepada individu itu. 19

37 Jadi, trait atau sifat dapat timbul karena penyebab beberapa factor, yaitu factor lingkungan dan keturunan. Namun bisa juga karena factor campuran dari kedua factor tersebut. Hal ini dikarenakan trait atau sifat merupakan suatu kecenderungan yang dapat mengarahkan perilaku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain Pengaruh budaya terhadap sifat Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Allport mengemukakan bahwa sifat tidak dapat dilepaskan dari lingkungan dan terbentuknya selalu didasari oleh hubungan yang aktif antara individu dengan lingkungannya. Maka dari itu sifat sebagai disposisi tingkah lagu tidak dengan sendirinya mendorong munculnya tingkah laku tertentu tetapi membutuhkan stimulus dari lingkungan untuk dapat terwujud dalam tingkah laku. Stagner (Lie, 2004) mengungkapkan traits develop from an interaction of heredity an environmental influences. Pernyataan Stagner ini mempunyai implikasi bahwa sifat sebagai bagian dari kepribadian individu juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kultur dimana sifat itu barkembang. Menurutnya, didalam pengembangan sifat juga terlibat proses persepsi, belajar selektif yang semuanya menunjukkan bahwa sifat itu semata-mata bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir. Berry (1992), seorang antropolog, menyatakan bagaimana budaya dapat berpengaruh terhadap sifat dapat dijelaskan melalui proses pewarisan budaya. Ia menyatakan bahwa dalam sebuah kebudayaan terdapat proses pewarisan budaya, 20

38 baik secara horizontal ataupun vertikal. Pewarisan secara vertikal datang dari orang tua, yang disebut dengan istilah enkulturasi dan sosialisasi dari orang tua. Pewarisan secara horizontal datang dari proses enkuturasi dan sosialisasi dari teman sebaya. Enkuturasi menurut Herkovits (Lie, 2004) adalah adanya semacam pelingkupan atau pengelilingan (encompassing or surrounding) budaya terhadap individu. Karena individu adalah bagian dari budaya maka ia tidak akan terlepas dari proses pelingkupan atau pengelilingan ini. Secara langsung maupun tidak langsung ia akan bersentuhan dan dikelilingi oleh budaya yang ada di lingkungan. Dengan adanya pengalaman dan proses pembelajaran, maka individu akan mengetahui dan dapat memperoleh hal-hal penting menurut pandangan budayanya. Proses tersebut tidak selalu diberikan secara terencana (proses pengajaran secara khusus) melainkan terjadi tanpa direncanakan sehingga seringkali terjadi tanpa direncanakan sehingga seringkali terjadi pembelajaran yang alami. Meng & Liang (1996); Hofstede (1991) yang dikutip oleh Riyanti (2003) mengidentifikasi empat cirri menonjol pada budaya Asia, termasuk Indonesia, yaitu: 1. Power Distance (Jarak kekuasaan) Budaya power distance yang tinggi di Indonesia yang menyebabkan adanya distribusi kekuasaan yang tak seimbang dalam institusi-institusi dan organisasi-organisasi. Budaya ini paling jelas tampak dalam wujud Bapak- 21

39 isme atau orientasi ke atas. Orang terbiasa diperlakukan berbeda karena perbedaan status dan pangkat. Kondisi ini menciptakan hubungan kerja atasan-bawahan yang birokratis, dimana terdapat jarak dalam interaksi atasan dan bawahan. Jarak ini menghambat penyampaian ide kreatif dari atasan kepada bawahan. Jarak ini menghambat penyampaian ide kreatif dari atasan kepada bawahan ataupun sebaliknya dari bawahan kepada atasan. 2. Uncertainty avoidance (penghindaran ketidakpastian) Menurut Yee (Riyanti 2003) salah satu ciri penting wirausaha yang berhasil adalah keberanian untuk mengambil resiko. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa uncertainty avoidance ini menghambat terbentuknya wirausaha yang inovatif. Dalam kaitannya dengan budaya Indonesia, masyarakat di Indonesia tampaknya masih menekankan nilai kehidupan yang aman, dan terhindar dari ketidakpastian. Hal ini tergambar dari preferensi masyarakat Indonesia yang kebanyakan memilih bekerja sebagai pegawai. Dari gambaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa budaya Indonesia cenderung memiliki tingkat avoidance yang tinggi yang dapat menghambat berkembangnya kewirausahaan. 3. Collectivism-individualism Dalam kaitan dengan ciri budaya collectivism-individualism, kita merasakan kuatnya budaya kolektivisme di Indonesia. Dalam warna budaya seperti ini, masyarakat cenderung bersikap kompromistis sehingga munculnya gagasan-gagasan baru terhambat. Jelas, ini bertolak belakang dengan sifat wirausaha sebagai seorang inovator (Schumpeter dalam Meng & Liang, 1996) 22

40 yang memiliki self confidence tinggi (Niehouse dalam Meng & Liang, 1996) dan locus of control internal (Rotter dalam Meng & Liang, 1996) 4. Masculinity-feminity Dalam kaitan dengan ciri masculinity-feminity, di Indonesia kita lebih merasakan budaya yang berorientasi feminity. Disini, hal terpenting dalam interaksi sosial adalah harmoni. Ciri ini menghambat tumbuhnya orientasi materi Wirausaha Definisi Wirausaha Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha (Saiman, 2009). Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama dengan wirausaha. Demikian pula penggunaan istilah wirausaha seperti sama dengan pengertian wiraswasta. Namun, bila kata tersebut diurai akan muncul perbedaan antara wirausaha dengan wiraswasta. Istilah wirausaha sebagai padanan kata entrepreneur dapat dipahami dengan menguraikan peristilahan wira adalah utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan pejuang. Kemudian istilah usaha penciptaan kegiatan, dan atau berbagai aktivitas bisnis. Identik dengan wiraswasta yang berarti wira yaitu utama, gagah, luhur, berani, teladan dan pejuang. Swa yaitu sendiri, sta berdiri dan swasta yaitu berdiri di atas kaki sendiri, atau dengan kata lain berdiri di atas kemauan dan atau kemampuan sendiri. 23

41 Kata wirausaha atau wiraswasta dalam bahasa Indonesia (Riyanti, 2003) adalah padanan kata bahasa Prancis entrepreneur, yang sudah dikenal paling kurang sejak abad 17. Kata entrepreneur diturunkan dari kata kerja entreprendre. Kata entrepreneur dan entrepreneurship dalam bahasa Inggris, menurut Holt (Riyanti, 2003) berasal dari bahasa prancis. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan wirausaha sebagai: orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya. Menurut David E. Rye (Saiman, 2009) definisi tentang wirausaha adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha baru. Wirausaha berani mengambil resiko yang terkait dengan proses pemulaian usaha. Sedangkan menurut Schorborough & Zimmerer (Suryana, 2001): an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities. Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgess (Suryana, 2001) seorang wirausaha adalah : a person who organizes, manages, and assumes the risk of a bussiness or entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is individual who risk financial, material, and human resources a new way to create a new bussiness concept or opportunities within an existing firm. Ini berarti wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang usaha. 24

42 Selanjutnya, Sukardi (1991) menjelaskan konsep wirausaha sebagai: seseorang yang bersedia mengambil risiko pribadi untuk menemukan peluang usaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri. Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995 dicantumkan bahwa: a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan. b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dengan demikian, wirausaha mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan merujuk pada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan. Dari berbagai pengertian kewirausahaan diatas kita ketahui bahwa wirausaha sangat dibutuhkan dalam pengembangan perekonomian. Tingkat kemajuan perekonomian suatu bangsa sangat tergantung pada jumlah ketersediaan dan kualitas para wirausaha yang ada pada bangsa tersebut. Permasalahannya 25

43 adalah bagaimana masyarakat mampu mengembangkan kewirausahaan di lingkungannya masing-masing Karakteristik Wirausaha Banyak para ahli yang mengemukakan sifat atau karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (Suryana, 2001) mengemukakan 8 karakteristik kewirausahaan. Yakni meliputi: 1. Desire for responsibility; yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usahausaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri. 2. Preference for moderate risk; yaitu lebih memilih risiko moderat, artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi. 3. Confidence in their ability to success; yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil. 4. Desire for immediate feedback; yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera. 5. High level of energy; yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. 6. Future orientation; yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan. 26

44 7. Skill at organizing; yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah. 8. Value achievement over money; yaitu selalu menilai prestasi dengan uang. Ahli lain, seperti Geoffrey G. Meredith (Suryana, 2001: 8) misalnya mengemukakan ciri-ciri/karakteristik dan watak kewirausahaan seperti yang tercantum dalam Tabel 2.1. berikut: Tabel 2.1 Karakteristik Kewirausahaan. No. Ciri-ciri Watak 1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimisme 2 Berorientasikan tugas dan hasil Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekat kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik, dan inisiatif 3 Pengambilan risiko Kemampuan mengambil risiko yang wajar, suka pada tantangan. 4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saransaran dan kritik. 5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif, fleksibel. 6 Orientasi masa depan Pandangan kedepan, perspektif. Pengertian dan ciri-ciri kewirausahaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Percaya diri Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaan (soesarsono Wijandi, 1988). Dalam praktek sikap dan kepercayaan diri ini merupakan sikap dan kepercayaan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang dihadapi. Oleh karena itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas dan ketidaktergantungan. 27

45 2. Berorientasi tugas dan hasil Seseorang yang selalu mengutamakan adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. 3. Keberanian mengambil risiko. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai risiko yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi kemungkinan memperoleh yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai risiko yang paling seimbang (moderat). Dengan demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. 4. Kepemimpinan Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia ingin selalu tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan dan keinovasiannya, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa yang baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasarannya. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi 28

46 seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. 5. Keorisinilan Keorisinilan terdiri dari kreativitas dan keinovasian. Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik. 6. Berorientasi masa depan Orang yang berorientasi ke depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Sedangkan menurut Sukarrdi (1991) berpendapat bahwa sifat-sifat wirausaha terdiri dari sembilan sifat wirausaha (entrepreneur trait). Sifat wirausaha (entrepreneur trait) didefinisikan sebagai derajat sifat-sifat yang berada dalam diri seseorang dimana sifat-sifat tersebut merupakan modal bagi seorang wirausaha untuk berhasil dalam menyelami dunia kewirausahaan. Kesembilan sifat wirausaha tersebut adalah instrumental, prestatif, keluwesan bergaul, kerja keras, keyakinan diri, pengambilan resiko, swa-kendali, inovatif, dan kemandirian. Dari berbagai karakteristik atau ciri-ciri diatas, peneliti menggunakan karakteristik wirausaha yang telah disampaikan oleh Sukardi (1991) sebagai variabel penelitian. 29

47 Fungsi Wirausaha Setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan (Saiman, 2009) sebagai berikut: 1. Fungsi pokok wirausaha, yaitu: a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko tentang tujuan dan sasaran perusahaan. b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan. c. Menetapkan bisang usaha dan pasar yang akan dilayani. d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya. e. Menentukan permodalan yang diinginkannya (modal sendiri dan modal dari luar) dengan komposisi yang menguntungkan. f. Memilih dan menetapkan criteria pegawai/karyawan dan memotivasinya. g. Mengendalikan secara efektif dan efisien. h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru. i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan serta mengolahnya menjadi barang dan atau jasa yang menarik. j. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal. 2. Fungsi tambahan wirausaha, yaitu: a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan peluang usaha. 30

48 b. Mengendalikan lingkungan kea rah yang menguntungkan bagi perusahaan. c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun merusak lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya. d. Meluangkan dan peduli atas CSR. Setiap pengusaha harus peduli dan turut serta bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial disekitarnya Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berwirausaha Banyak faktor yang dapat memotivasi seseorang menjadi wirausaha, salah satu kunci untuk dapat mengetahui faktor tersebut adalah dengan memahami apa yang orang butuhkan. Orang dapat dimotivasi oleh apa saja, tetapi tidak semuanya dimotivasi oleh sesuatu yang sama. Dalam Entrepreneur s Handbook, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (Suryana, 2001) dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni: 1. Alasan keuangan; yaitu mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan. 2. Alasan sosial; yaitu memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orangtua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak. 3. Alasan pelayanan; yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa 31

49 depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami/isteri, untuk membahagiakan ayah dan ibu. 4. Alasan memenuhi diri; yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi. Berbeda dengan pernyataan diatas, menurut Lambing & Kuehl (2003) faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan adalah: 1. Individu Banyak ahli yang percaya bahwa seorang wirausahawan mempunyai kepribadian khusus yang membedakan antara mereka dengan orang lain yang memilih untuk tidak menjadi warausahawan dan hal ini dapat diajarkan. Apakah trait kepribadian ini didapat sejak lahir atau berkembang sesuai dengan perkembangan seseorang, hal tersebut masih menjadi pertentangan sampai sekarang. Namun yang pasti hal ini dibuktikan bahwa memang ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan yang sukses. 2. Pengauh budaya dengan trait kepribadian dapat saling tumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi harus diakui bahwa kadang kala ada suatu etnis tertentu dengan budaya tertentu yan lebih unggul dalam hal membangun bisnis daripada anggota kelompok etnis yang lain. Faktor budaya dapat terlihat jelas pada nilai belief yang dianut oleh anggita dari kelompok tersebut. Sebagai contoh belief mengenai 32

50 3. keadaan masyarakat pada beberapa masyarakat dapat kita temukan beberapa orang yang tidak berencana untuk menjadi wirausahawan. Namun mereka terpaksa menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan. Keputusan untuk menjadi wirausahawan dipicu oleh berubahnya keadaan pasar. Imigran di banyak Negara terpacu untuk menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan dalam masyarakat ini. Mereka terpacu menjadi wirausahawan karena keterbatasan dalam hal bahasa dan kemampuan kerja yang menyebabkan tenaga mereka tidak terserap oleh berbagai lapangan pekerjaan yang tersedia di Negara tersebt. Pola perilaku ini biasa disebut adaptive-response behavior. Bahkan apabila para imigran ini tidak berasal dari Negara dengan budaya yang mendukung wirausaha, mereka akan tetap berusaha untuk menjadi wirausaha sebagai wujud dari respon adaptif terhadap keadaan sebagai salah satu bentuk integrasi sosial. 4. Kombinasi dari berbagai faktor Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausaha karena ketiga faktor yang sudah disebutkan diatas yang saling mempengaruhi satu sama 33

51 lain. Selain faktor-faktor di atas, ada juga suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Menurut Ward (Sukardi, 1991) kondisi dimana seseorang di dibesran dalam lingkungan keluarga dengan tradisi wirausaha dapat menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Ward mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu dengan tradisi wirausaha kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan meneruskan usaha keluarha sangat besar sehingga kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawa juga sangat besar Kelebihan dan kekurangan menjadi wirausahawan Berbagai keuntungan menjadi wirausahawan menurut Buchari Alma (Saiman, 2009), yaitu: 1. Tercapai peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri 2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi seseorang secara penuh 3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal 4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkret. 34

52 5. terbuka peluang untuk menjadi bos minimal bagi dirinya sendiri. Selain keuntungan, ada pula kekurangan menjadi wirausahawan, antara lain: 1. memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, wirausahawan telah mampu menggeser resiko tersebut. 2. bekerja keras dan atau jam kerja yang mungkin lebih panjang. 3. kualitas hidup mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab pada tahap-tahap awal seorang wirausahawan harus bersedia untuk berhemat. 4. memiliki tanggung jawab sangat besar, banyak keputusan yang harus dibuat walaupun mungkin kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya Sifat wirausaha menurut Sukardi Sembilan sifat wirausaha (entrepreneur trait) yang dikemukakan oleh Sukardi (1991) tersebut adalah: 1. Sifat instrumental sebagai karakteristik antrepreneur menunjukkan bahwa dia dalam situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk membantu mencapai tujuan pribadi dalam berusaha. Dia selalu mencari segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerjanya. Hubungan interpersonal, kehadiran tokoh-tokoh masyarakat, maupun pakar dalam bidang tertentu selalu dimanfaatkan untuk membantu mencapai tujuan dalam berusaha. Dengan perkataan lain segala sesuatu yang ada di lingkungannya di pandang sebagai alat (instrumen) pencapaian tujuan pribadi. 35

53 2. Sifat prestatif pada seorang antrepreneur menunjukkan bahwa dia dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang tercapai sebelumnya. Dia selalu berbuat baik, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai sekarang, dan selalu membuat target yang lebih baik dan lebih tinggi dari sebelumnya. Oleh karena itu, dia senang bersaing dengan dirinya dan selalu berusaha mengalahkan prestasi sebelumnya. Baginya yang penting adalah tahapan dan proses pencapaian prestasi itu sendiri sedangkan keberhasilan atau kegagalan pencapaian prestasu dianggap sebagai feed back. 3. Sifat keluwesan bergaul pada seorang antrepreneur ini menunjukkan bahwa dia selalu berusaha untuk cepat menyelesaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia. Dia selalu aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan mencari kenalan baru serta berusaha untuk dapat terlibat dengan mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Dia selalu menampilkan wajah yang ramah, akomodatif terhadap berbagai ajakan untuk berdialog. Secara halus dapat menjadikan dirinya pusat perhatian dan merangsang orang lain untuk berdialog. Pengendalian emosinya baik, terutama bila situasi pergaulan tidak mengena dengan situasi hatinya. 4. Sifat kerja keras pada seorang antrepreneur yang memiliki sifat kerja keras ini selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Yaitu dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan. Keterlibatannya dalam kerja tidak semata-mata demi hasil akhir apakah itu 36

54 kegagalan atau keberhasilan tetapi yang lebih penting dia tidak mau berpangku tangan saja dan lebih at-home bila terlibat dalam pekerjaan nyata. 5. Sifat keyakinan diri pada seorang antrepreneur adalah selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak bahkan kecenderungannya dia akan melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi dan ada semacam optimism dalam kegiatannya. Optimisme berate ada keyakinan bahwa tindakannya akan membawa keberhasilan. Bersemangat tinggi dalam bekerja, dan berusaha secara mandiri untuk menemukan alternative jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi. 6. Sifat pengambilan risiko menunjukkan bahwa antrepreneur selalu memperhitungkan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan berusaha. Dia akan melangkah bila kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar (risiko kegagalan cukup kecil). Dengan keberanian mengambil risiko yang diperhitungkan antrepreneur tidak takut menghadapi situasi yang tidak menentu dimana tidak ada jaminan untuk keberhasilan. Segala tindakannya diperhitungkan dengan cermat, selalu mencoba membuat antisipasi adanya hambatan-hambatan yang dapat meninggalkan usahanya. 7. Sifat swa-kendali (personal control) ini menunjukkan dalam menghadapi berbagai situasi antrepreneur selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi, batas-batas kemampuan dalam berusaha. Dia selalu 37

55 menyadari benar bahwa melalui pengendalian diri maka kegiatankegiatannya dapat lebih terarah pada pencapaian tujuan. Dengan pengendalian diri ini merujuk pada bahwa pribadi antrepreneurlah yang memutuskan kapan dia harus bekerja lebih keras, kapan dia harus berhenti untuk minta bantuan pada orang lain, dan kapan dia harus merubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan. 8. Sifat inovatif menunjukkan bahwa dia selalu mendekati berbagai masalah dalam berusaha dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Terbuka untuk gagasan, pandangan dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lampau, tetapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja. Cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya. Termasuk sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan-penyempurnaan tertententu (imitatif inovatif). 9. Sifat kemandirian menunjukkan bahwa dia selalu mengembalikan perbutannya sebagai tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi antrepreneur. Dia mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan. Dia lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya. Ketergantungan pada orang lain merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kata hatinya. Dia 38

56 dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapatkan kebebasan bertindak dan pengambilan keputusan. Artinya dia lebih senang memegang kendali kelompok kerja, menentukan tujuan kelompok serta memilih alternatif tindakan dalam mencapai tujuan. Anggota kelompok lain lebih dipandang sebagai sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan Kerangka Berpikir Menurut Sukardi (1991) wirausaha adalah orang yang bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan perusahaannya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri. Menurutnya calon antrepreneur dapat mempelajari keberhasilan seorang antrepreneur lain melalui tingkah laku mereka dalam kegiatan sehari-hari di perusahaan yang mereka rintis. Selanjutnya tingkah laku antrepreneur berhasil menampilkan karakteristik tertentu yang menjadi sifat-sifat mereka (traits). Ia mengemukakan bahwa sifat-sifat antrepreneur itu meliputi sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat kemandirian, sifat inovatif, dan sifat swa-kendali. Menurutnya sifat-sifat tersebut itu merupakan kesatuan kombinasi dengan tingkat keantrepreneuran yang tidak selalu sama dalam proporsinya. Menurut Lambing & Kuehl (2003) faktor seseorang menjadi wirausahawan salah satunya adalah dari budaya. Menurutnya pengaruh 39

57 kebudayaan dengan trait kepribadian wirausaha dapat saling tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi harus diakui bahwa terkadang ada satu etnis tertentu dengan budaya tertentu yang lebih unggul dalam hal membangun bisnis dibandingkan dengan anggota kelompok etnis lain. Berbicara mengenai pengaruh budaya terhadap dunia wirausaha, Hofstede (Riyanti, 2003) mengidentifikasi empat ciri menonjol pada budaya Asia, termasuk Indonesia, yakni power distance, uncertainty avoidance, collectivismindividualism, serta masculinity-feminity. Temuan Hofstede ini tidak jauh berbeda dengan temuan para antropolog dan sejumlah peneliti lain dari Indonesia. Koentjaraningrat (Riyanti 2003) menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelemahan mental Indonesia sesudah revolusi. Seperti mentalitas yang meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri, tidak berdisiplin murni, dan suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Selain itu, Soekarton (1992) yang juga dikutip oleh Riyanti (2003) menggarisbawahi sikap peternalistik dan musyawarah sebagai manifestasi jiwa gotong royong dalam budaya Indonesia. Di satu sisi, sifat ini dianggap positif karena merupakan faktor kebersamaan dan kekeluargaan. Tapi di sisi lain, sifat ini pula yang menjadikan masyarakat Indonesia lamban dalam mengambil keputusan dan kurang berani mengambil resiko. Hasil penelitian dan pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa budaya Indonesia memang mengandung ciri-ciri yang berpotensi menghambat 40

58 munculnya perilaku berwirausaha yang inovatif. Namun, bila kita mencermati krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan sejak tahun 1997, dan melihat kenyataan bahwa usaha kecil dan koperasi justru menjadi penyelamat perekonomian Negara Indonesia. Temuan-temuan yang sebelumnya cenderung menganggap budaya Indonesia sebagai penghambat perilaku berwirausaha yang inovatif tersebut justru perlu dikaju ulang relevansinya di zaman sekarang. Untuk lebih memahami alur berpikir dalam penelitian ini, perhatikanlah bagan di bawah ini dengan seksama. Etnis Minang Sifat-sifat wirausaha: 1. Instrumental 2. Prestatif 3. Keluwesan bergaul 4. Kerja keras 5. Keyakinan diri 6. Pengambilan risiko 7. Swa-kendali 8. Inovatif Etnis Jawa Etnis Sunda Etnis Betawi Etnis Batak Etnis Bugis Etnis Melayu Etnis Bagan 2.1: kerangka Berpikir Sifat-sifat wirausaha antar etnis 41

59 2.4. Hipotesis Hipotesis null (Ho) Ho 1 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat instrumental antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 2 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat prestatif antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 3 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat keluwesan bergaul antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 4 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat kerja keras antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 5 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat keyakinan diri antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 6 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat pengambilan resiko antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 7 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat swa-kendali wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 8 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat inovatif antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ho 9 : Tidak ada perbedaan yang signifikan sifat kemandirian antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. 42

60 2.4.2 Hipotesis alternatif (Ha) Ha 1 : Ada perbedaan yang signifikan sifat instrumental antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 2 : Ada perbedaan yang signifikan sifat prestatif antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 3 : Ada perbedaan yang signifikan sifat keluwesan bergaul antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 4 : Ada perbedaan yang signifikan sifat kerja keras antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 5 : Ada perbedaan yang signifikan sifat keyakinan diri antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 6 : Ada perbedaan yang signifikan sifat pengambilan resiko antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 7 : Ada perbedaan yang signifikan pada sifat swa-kendalidari sifat-sifat wirausaha antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 8 : Ada perbedaan yang signifikan sifat inovatif antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Ha 9 : Ada perbedaan yang signifikan sifat kemandirian antar etnis etnis di Pekampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. 43

61 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab 3 ini akan membahas mengenai metode penelitian yang dilakukan peneliti mulai dari menentukan jenis penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik analisa data, hingga prosedur penelitian. Berikut penjelasan tiap sub bab di bawah ini: 3.1. Jenis Penelitian Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana hasil penelitian yang diperoleh nantinya adalah berupa data-data numerikal yang akan diolah serta dianalisis secara statistikal dengan menggunakan perhitungan yang telah ditetapkan. Kemudian hasil perhitungan tersebut akan dijelaskan secara deskriptif, yaitu dengan menjelaskan keadaan yang sebenarnya berdasarkan hasil dari data yang diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan sifat-sifat wirausaha antar etnis di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung Jakarta Timur Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan jenis penelitian ex post facto. Dalam penelitian ex post facto, peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau menninjau variablevariabel (Sevilla, 1993). Gay (1976) menyatakan bahwa dalam penelitiian ini, 44

62 peneliti berusaha untuk menentukan sebab, atau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu (Sevilla, 1993) Jenis Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian ini dalam penelitian ini adalah sifat-sifat wirausaha dan Etnis. Wirausaha yang dimaksud disini ialah seseorang yang mengerahkan segala daya dan upaya secara mandiri dalam membangun suatu usaha, serta bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri, dimana dalam tugasnya, segala tanggung jawab dan resiko menjadi tanggungan pribadi (Sukardi, 199). Etnis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Sifat-sifat wirausaha dalam penelitian ini adalah: 1. Sifat Instrumental 2. Sifat Prestatif 3. Sifat Keluwesan Bergaul 4. Sifat Kerja Keras 5. Sifat Keyakinan Diri 6. Sifat Pengambilan Resiko 7. Sifat Swa-Kendali 45

63 8. Sifat Inovatif, dan 9. Sifat Kemandirian Etnis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Etnis Minang 2. Etnis Jawa 3. Etnis Sunda 4. Etnis Betawi 5. Etnis Batak 6. Etnis Bugis 7. Etnis Melayu 8. Etnis Campuran; yaitu etnis Tionghoa, etnis Piliang, etnis Mandailing Definisi Operasional Variabel Penelitian Sifat-sifat wirausaha (entrepreneur trait) yang dikemukakan oleh Sukardi tersebut adalah: 1. Sifat instrumental menunjukkan derajat ketanggapan terhadap peluang dan kesempatan berusaha yang berkaitan dengan perbaikan kinerja, yang dilihat dari skor domain sifat instrumental pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 2. Sifat prestatif menunjukkan derajat usaha untuk memperbaiki prestasi, menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan, dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya, yang dilihat dari skor domain sifat prestatif pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 46

64 3. Sifat keluwesan bergaul menunjukkan derajat keaktifan bergaul dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan, mencari kenalan baru, dan usaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, yang dilihat dari skor domain sifat keluwesan bergaul pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 4. Sifat kerja keras menunjukkan derajat usaha untuk terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, tidak pernah memberi dirinya kesempatan untuk berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki tenaga untuk terlibat terus-menerus dalam kerja untuk mencapai tujuan, yang dilihat dari skor domain sifat kerja keras pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 5. Sifat keyakinan diri menunjukkan derajat optimisme bahwa usahanya akan berhasil dalam segala kegiatan, percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkret, ketidakraguan dalam bertindak, yang dilihat dari skor domain sifat keyakinan diri pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 6. Sifat pengambilan resiko menunjukkan derajat keberanian dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti dimana usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan, berani mengambil resiko kegagalan dan selalu antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan kegagalan,kecermatan memperhitungkan segala tindakannya, yang dilihat dari skor domain sifat pengambilan resiko pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 47

65 7. Sifat swa-kendali (personal control) menunjukkan derajat tanggung jawab pada dirinya sendiri, benar-benar menentukan apa yang harus dilakukan, yang dilihat dari skor domain sifat swa-kendali pada alat ukur sifat-sifat wirausaha. 8. Sifat inovatif menunjukkan derajat pencarian cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya, terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya, yang dilihat dari skor domain sifat inovatif pada alat ukur sifatsifat wirausaha. 9. Sifat kemandirian menunjukkan derajat ketidakbergantungan pada orang lain dalam memutuskan apa yang akan dilakukan, kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak, keterkaitan tindakan pribadi dengan keberhasilan atau kegagalan yang merupakan tanggung jawab pribadi, yang dilihat dari skor domain sifat kemandirian pada alat ukur sifat-sifat wirausaha Subjek Penelitian Populasi Populasi menurut Sugiyono (2008) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha dari seluruh etnis yang ada di wilayah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur. Menurut sumber yang ada, jumlah seluruh pengusaha yang ada di wilayah PIK 48

66 ini sudah mencapai ratusan orang pengusaha, mulai dari pengusaha dari sentra usaha skala kecil hingga skala besar Sampel Sampel menurut Ferguson (Sevilla, 1993) adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah awalnya ingin memakai 200 orang pengusaha untuk menjadi sample. Namun karena keterbatasan waktu dan ketidakbersediaan sebagian besar para pengusaha untuk menjadi responden penelitian, maka jumlah sampel yang didapat sebanyak hanya sebanyak 122 orang Instrumen Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008). Keuntungan menggunakan metode kuesioner adalah terdapat kemudahan dalam pengadministrasian, efisiensi waktu dan mudah dilakukan pemeriksaan kembali. Namun terdapat kelemahan dalam metode ini, yaitu kecenderungan subyek untuk memberikan jawaban yang memusat di tengah (central tendency) dan adanya kemungkinan subyek untuk memberikan jawaban-jawaban yang positif (Soemarjan & Koentjaraningrat, dalam Aurora, 2003). 49

67 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Informed consent, lembar bagian pertama yang berisi pernyataan individu untuk bersedia menjadi responden penelitian. 2. Lembar informasi responden, lembar bagian kedua yang berisi informasi tentang karakteristik subyek (keternagan identitas subyek) baik berupa pertanyaan-pertanyaan terbuka ataupun tertutup mengenai keterangan diri subyek yang dapat menunjang penelitian, antara lain: Etnis, jenis kelamin, usia, jenis usaha, dll. 3. Skala, lembar bagian ketiga ini berisi skala Sifat-sifat wirausaha yang telah berhasil disusun kembali oleh Riyanti (2002), yang dikembangkan dari skala Sifat-sifat wirausahawan Tamar (1994) yang merupakan pengembangan dari inventori Sifat-sifat wirausaha yang dikemukakan oleh Sukardi (1991). Skala ini terdiri dari 98 pernyataan dengan 5 alternatif jawaban dan skala ini termasuk skala tertutup dimana setiap aitem dari skala-skala tersebut disusun dengan menyertakan pilihan jawaban lengkap yang berbentuk skala sehingga subyek tinggal memilih jawaban yang paling sesuai dengan dirinya. 5 alternatif pilihan jawaban tersebut adalah: 50

68 1. SS = Sangat Sesuai 2. S = Sesuai 3. CS = Cukup Sesuai 4. TS = Tidak Sesuai 5. STS = Sangat Tidak Sesuai Tabel 3.1 Tabel dimensi sifat-sifat wirausaha No. Dimensi tingkah laku Favorable unfavorable 1 Instrumental 1, 17, 35, 44, 60, 76 10, 26, 68, 85, 93 2 Prestatif 11, 8, 27, 36, 61, 69 2, 45, 52, 77, 86 3 Keluwesan bergaul 12, 19, 28, 46, 62, 78, 95 3, 37, 53, 70, 87 4 Kerja keras 13, 20, 29, 38, 54, 79 4, 63, 71 5 Keyakinan diri 5, 21, 39, 55, 64, 80, 96 30, 47, 72, 89 6 Pengambilan resiko 14, 22, 48, 81, 90 6, 31, 40, 56, 65, 73, 97 7 Swa-kendali 7, 32, 49, 57, 74, 82,88, 94 23, 41, 66, 91, 98 8 Inovatif 8, 24, 42, 58, 83 15, 33, 50, 67, 92 9 kemandirian 9, 16, 25, 34, 43, 51, 59, Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2008) teknik non-probability sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non-probability sampling ini menggunakan accidental sampling. Artinya, teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 51

69 3.6. Teknik Analisa Data Untuk menguji validitas konstruk dari alat ukur sifat-sifat wirausaha dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik statistik yang disebut Confirmatory Faktor Analysis (CFA). Adapun CFA itu adalah teknik analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa sehimpunan item adalah valid mengukur konstruk yang ditetapkan. Dalam hal ini ada sembilan konstruk (disebut faktor) yang hendak diukur oleh himpunan item yang ada, yaitu sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat pengambilan resiko, sifat swa-kendali, sifat inovatif, dan sifat kemandirian yang masing-masing memiliki jumlah item berbeda sifat satu dengan yang lainnya. Ada dua langkah yang akan penulis lakukan, yaitu: 1. Menguji hipotesis bahwa 98 item yang ada mengukur sembilan faktor yang diteorikan sesuai dengan peruntukkannya atau mengukur hal yang hendak diukur, misal: 11 item untuk sifat instrumental, dst (tiap-tiap faktor memiliki jumlah item yang tidak sama). Ini berarti bahwa peneliti akan menguji apakah model dengan sembilan faktor tersebut fit (sesuai) dengan data. Caranya adalah dengan menggunakan software LISREL versi 8.7 (Joreskog & Sorbom, 2004). Sesuai dengan konsep aslinya, diteorikan bahwa ada sembilan konstruk yang tidak saling berkorelasi satu sama lain. Kalau ternyata model asli ini didapati tidak fit dengan data, maka peneliti akan menguji model yang sama (sembilan faktor) tetapi dengan faktor yang saling berkorelasi satu sama lain. 52

70 2. Menguji validitas konstruk dari himpunan item yang ditujukan untuk mengukur masing-masing faktor. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan CFA terhadap model unidimensional (satu faktor) untuk mengetahui apakah benar seluruh item yang dimiliki tiap-tiap faktor mengukur hal yang sama, yaitu kator yang dimaksud. Misalnya model satu fakto untuk sifat instrumental seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Model Satu Faktor Keterangan : INS : Instrumental (Faktor) λ δ : Koefisien muatan faktor : Kesalahan Pengukuran Begitupun hal yang sama ini dilakukan terhadap kedelapan sifat lainnya. Jika model satu faktor ini fit dengan data, maka peneliti akan melihat (menguji secara statistik) item atau butir mana yang terbukti signifikan dalam mengukur hal yang hendak diukur. Analisis ini dilakukan sebanyak sembilan kali untuk masingmasing sembilan faktor yang ada, yang setiap faktornya menggunakan jumlah item yang berbeda-beda. 53

71 Baik langkah pertama maupun kedua di atas, peneliti menggunakan kriteria Chi square test untuk menentukan apakah model yang duji sudah fit (sesuai) dengan data. Dalam hal ini penulis menggunakan taraf signifikan 5%. Artinya, jika nilai Chi square memiliki nilai probabilitas sebesar 5% atau lebih (non signifikan) maka model diterima dan sebaliknya. Jika nilai probabilitas kurang dari 5% (signifikan) maka model ditolak. Namun jika ternyata tidak diperoleh model yang fit melalui uji Chi square, peneliti akan menggunakan kriteria kedua yaitu Root Mean Square Error of Approxination (RMSEA) (Du Toit & Du Toit, 2001). Dalam hal ini, jika nilai RMSEA mendekati 0 model dinilai fit (sesuai) dengan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,05 sebagai ukuran untuk model fit. Sedangkan untuk uji signifikan terhadap muatan faktor (factor loading) peneliti menggunakan kriteri t-test (uji t) yang telah tersedia dalam output analisis. Untuk semua analisis ini, peneliti menggunakan program komputer LISREL versi 8.7 (Joreskog & Sorbom, 2004) Prosedur penelitian Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sebagai berikut: 1. Peneliti mencari fenomena dengan cara studi literatur yang terkait dengan kewirausahaan dan etnis, kemudian mengaitkannya dengan Sifat-sifat wirausaha dari Sukardi (1991). 54

72 2. Peneliti menentukan topik (judul) yang sesuai dengan fenomena yang didapat oleh peneliti, yaitu apakah Sifat-sifat wirausaha yang diteliti dari wirausaha etnis minang berbeda wirausaha etnis Jawa. 3. Peneliti kemudian melakukan studi leiteratur kembali guna menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena diatas. seperti menyusun rumusan masalah, kerangka berpikir Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah: 1. Peneliti meminta surat izin untuk melakukan penelitian kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Setelah mendapatkan surat izin, peneliti meminta izin ke Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) PIK Pulogadung, Jakarta Timur. 3. Setelah mendapat izin dari BLUD PIK Pulogadung, peneliti mulai melakukan field test ke tempat tujuan. 4. Setelah mendapatkan responden, peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan para responden untuk mengisi kuesioner. 5. Setelah itu proses pelaksanaan pengambilan data dimulai dengan memberikan kuesioner yang telah disiapkan kepada responden penelitian. 55

73 Tahap pengolahan data 1. Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden. 2. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat tabel data. 3. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian. 56

74 BAB 4 HASIL PENELITIAN Berikut di bawah ini akan peneliti paparkan isi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hal-hal yang akan dipaparkan berikut ini meliputi gambaran umum responden berdasarkan etnis, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, sentra usaha, lama usaha, dan omzet pertahun. Selain itu, hal-hal lain yang akan dipaparkan disini juga meliputi uji validitas konstruk tiap-tiap sifat wirausaha dan juga uji hipotesis dari tiap-tiap sifat dengan menggunakan One-way Anova. Berikut di bawah ini penjelasan selengkapnya: 4.1. Gambaran Umum Responden Gambaran Umum Responden beradasarkan Etnis Dari 122 responden yang diteliti, etnis Minang menempati urutan jumlah responden terbanyak yaitu sebanyak 57 responden (46.7 %), disusul dengan etnis Jawa yang berjumlah 35 responden (28.7 %), etnis Sunda terdapat 13 responden (10.7 %), etnis Betawi sebanyak 5 responden (4.1 %), etnis Batak terdapat 4 responden (3.3 %), etnis Bugis dan Melayu masing-masing sebanyak 2 responden (1.6 %). Sedangkan sisanya sebanyak 4 orang (3.3 %) berasal dari etnis campuran. 57

75 Tabel 4.1 Jumlah responden berdasarkan Etnis Valid Frequency Percent Minang Jawa Sunda Betawi Batak Bugis Melayu Campuran Total Gambaran Umum Responden berdasarkan Jenis Kelamin Dari 122 responden yang ditetabliti, sebanyak 87 responden (71.3 %) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 35 responden (28.7%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Valid Frequency Percent Laki-laki Perempuan Total Gambaran Umum Responden beradasarkan Usia Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 12 responden (9.8 %) termasuk dalam kelompok yang berusia antara tahun, 40 responden (32.8 %) termasuk dalam kelompok usia tahun, 41 responden (33.6 %) termasuk dalam kelompok usia tahun, 24 responden (19.7 %) termasuk dalam 58

76 kelompok usia tahun, sedangkan sisanya sebanyak 5 responden (4.1 %) termasuk dalam kelompok usia tahun. Tabel 4.3 Jumlah responden berdasarkan usia Valid Frequency Percent tahun tahun tahun tahun tahun Total Gambaran Umum Responden beradasarkan Tingkat Pendidikan Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 1 responden (0.8 %) yang memiliki pendidikan terakhir pascasarjana, 36 responden (29.5 %) dari sarjana, 67 responden (54.9 %) berasal dari SMA, 9 responden (7.4 %) berasal dari SMP, 3 responden (4.9 %) berasal dari SD, dan sisanya sebanyak 6 responden (4.9 %) memilih kategori lain-lain untuk lulusan akademi. Tabel 4.4 Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Valid Frequency Percent Pascasarjana 1.8 Sarjana SMA SMP SD Lain-lain Total

77 Gambaran responden berdasarkan sentra usaha Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 74 responden (60.7 %) berasal dari sentra usaha garment, sebanyak 24 responden (19.7 %) berasal dari sentra usaha kulit, 11 responden (9 %) berasal dari sentra usaha logam, 5 responden (4.1%) berasal dari sentra usaha meubel, dan sisanya sebanyak 8 responden (6.6 %) berasal dari sentra usaha aneka komoditi. Tabel 4.5 Jumlah responden berdasarkan sentra usaha Valid Frequency Percent Garment Kulit Logam Meubel Aneka Komoditi Total Gambaran responden berdasarkan lama usaha Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 34 responden (27.9 %) termasuk dalam kelompok responden yang memiliki lama usaha 1-5 tahun, sebanyak 48 responden (39.3 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha sekitar 6-10 tahun, sebanyak 12 responden (9.8 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha sekitar tahun, sebanyak 12 responden (9.8 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha sekitar tahun. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 16 responden (13.1 %) termasuk dalam kelompok yang memiliki lama usaha lebih dari 21 tahun. 60

78 Tabel 4.6 Jumlah responden berdasarkan lama usaha Valid Frequency Percent 1-5 tahun tahun tahun tahun > 21 tahun Total Gambaran responden berdasarkan omzet per tahun Dari 122 responden yang diteliti, sebanyak 17 responden (13.9 %) pertahunnya memperoleh omzet lebih dari 500 juta. Sebanyak 31 responden (25.4 %) memiliki omzet per-tahun sebesar juta. Kemudian 74 responden sisanya (60.7 %) memiliki omzet per-tahunnya kurang dari 300 juta. Tabel 4.7 Jumlah responden berdasarkan omzet /tahun Valid Frequency Percent > 500 Juta juta juta < 300 juta Total Uji Validitas Konstruk Untuk menguji validitas konstruk setiap item maka peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan Lisrel 8.7. Adapun penjelasannya akan dipaparkan dalam sub bab berikut. 61

79 4.3.1 Validitas Konstruk Sifat Instrumental Dalam hal ini, peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat unidimensional dalam mengukur sifat Instrumental. Dari hasil yang diperoleh dari faktor Instrumental, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, yaitu dengan Chi-Square = , df = 44, P-Value = , RMSEA = 0,135. Tetapi setelah dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka akhirnya diperoleh model fit seperti pada gambar 4.1 berikut ini: Gambar 4. 1: Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Instrumental. 62

80 Terlihat dari gambar 4.1, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Instrumental V 1 17 V 1 26 V V V 1 76 V 1 85 V 1 93 V V 1 Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi Dari tabel di atas, terlihat bahwa kesalahan pengukuran terjadi pada item nomor 1 berkorelasi dengan item nomor 10 dan 17. Dan kesalahan pengukuran kesalahan pada item nomor 10 berkorelasi dengan item nomor 26 dan 93. item nomor 26 berkorelasi dengan item nomor 68. item nomor 35 berkorelasi dengan 63

81 item nomor 68. item nomor 44 berkorelasi dengan item nomor 76 dan 93. Dan item nomor 60 berkorelasi dengan item nomor 85. Item Seperti yang dikemukakan sebelumnya, yaitu item yang pengukurannya saling berkorelasi adalah bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang hendak diukur oleh sub tes yang bersangkutan, item tersebut juga mengukur hal lain. Makin banyak kesalahan pengukuran pada sebuah item berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, makin rendah atau tidak idealnya kualitas item tersebut. Pada sub tes ini, item yang bersifat multidimensional adalah item nomor 10, 26, 68 dan 93. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.9 di bawah ini. Tabel 4.9 Muatan faktor item variabel sifat Instrumental NO. STANDAR KOEFISIEN ITEM ERROR NILAI T SIGNIFIKAN 1 0,51 0,09 5,83 V 10 0,40 0,09 4,46 V 17 0,61 0,08 7,73 V 26 0,16 0,09 1,76 X 35 0,65 0,08 7,88 V 44 0,92 0,08 11,61 V 60 0,60 0,08 7,06 V 68 0,09 0,09 0,08 X 76 0,56 0,10 5,73 V 85 0,19 0,09 2,15 V 93 0,08 0,10 0,74 X Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan 64

82 Dilihat dari model faktor di atas, 3 dari 11 butir item yang mengukur sifat instrumental adalah tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan ketiga item tersebut memiliki nilai t yang lebih rendah dari 1.96, yaitu item nomor 26, 68 dan Uji Validitas Konstruk Sifat Prestatif Dalam hal ini, peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat unidimensional dalam mengukur sifat Prestatif. Dari hasil yang diperoleh dari faktor Instrumental, model satu faktor (unidimensional) tidak fit, yaitu dengan Chi-Square = , df = 44, P-Value = , RMSEA = 0,143. Tetapi setelah dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka akhirnya diperoleh model fit seperti pada gambar 4.2 berikut ini: Gambar 4.2 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Prestatif 65

83 Terlihat dari gambar 4.2, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat Prestatif. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masingmasing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item sifat Prestatif. No. Item V V 1 45 V V V 1 69 V V 1 77 V V 1 86 V 1 Keterangan: tanda V menunjukkan item yang kesalahannya saling berkorelasi Dari tabel di atas, terlihat bahwa kesalahan pengukuran terjadi pada item nomor 2 berkorelasi dengan item nomor 36 dan 45. Kesalahan pengukuran kesalahan pada item nomor 18 berkorelasi dengan item nomor 36, 61 dan 86. Kesalahan pengukuran pada item nomor 36 berkorelasi dengan item nomor 69 dan 77. Kesalahan pengukuran pada item nomor 45 berkorelasi dengan item 66

84 nomor 61. Kesalahan pengukuran pada item nomor 52 berkorelasi dengan item nomor 77. Dan kesalahan pengukuran pada item nomor 61 berkorelasi dengan item nomor 69. Item Seperti yang dikemukakan sebelumnya, yaitu item yang pengukurannya saling berkorelasi adalah bersifat multidimensional. Artinya, selain mengukur apa yang hendak diukur oleh sub tes yang bersangkutan, item tersebut juga mengukur hal lain. Makin banyak kesalahan pengukuran pada sebuah item berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lainnya, makin rendah atau tidak idealnya kualitas item tersebut. Pada sub tes ini, item yang bersifat multidimensional adalah item nomor 36, 45, 61, 69, dan 77. Sedangkan item yang memiliki kualitas paling baik adalah item nomor 11 dan 27. Hal tersebut dikarenakan item tersebut tidak berkorelasi sama sekali dengan item lain. Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 4.11 di bawah ini: 67

85 Tabel 4.11 Muatan faktor item variabel sifat Prestatif NO ITEM KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN 2 0,30 0,10 2,95 V 11-0,70 0,09-7,95 V 18-0,34 0,10-3,47 V 27-0,82 0,09-9,58 V 36-0,43 0,10-4,08 V 45-0,33 0,10-3,34 V 52-0,27 0,10-2,57 V 61-0,20 0,10-2,07 V 69-0,18 0,10-1,80 X 77-0,38 0,10-3,92 V 86-0,37 0,10-3,84 V Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan Dilihat dari model faktor di atas, dari 11 item yang mengukur sifat Prestatif, terdapat 1 item yang tidak signifikan (tidak bagus), karena koefisien muatan faktor yang paling rendah dan nilai t lebih kecil dari 1,96 (absolute) yaitu item nomor Uji Validitas Konstruk Sifat Keluwesan Bergaul Dalam hal ini peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional dalam mengukur sifat keluwesan bergaul. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor adalah tidak fit, dengan Chi-Square=271.31, df=54, p-value=0,00000, RMSEA= 0,182. Tetapi setelah dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka akhirnya diperoleh model fit seperti pada gambar 4.3 berikut ini: 68

86 Gambar 4.3 Analisis faktor konfimatorik dari variabel sifat Keluwesan Bergaul. Terlihat dari gambar 4.3, bahwa Chi-Square menghasilkan P>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu sifat instrumental. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Adapun butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel di bawah ini: 69

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Susun Oleh: NYA SORAYA RIZKINA (106070002284) Skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru (Studi Kasus pada Crispo Accessories Grand Palladium

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Karakteristik Kewirausahaan 2.1.1.1 Pengertian Kewirausahaan Secara harfiah wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai

Lebih terperinci

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan. EKO HANDOYO MEMBANGUN KADER PEMIMPIN BERJIWA ENTREPRENEURSHIP DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN 12-12 2012 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, baik dalam bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan perekonomian di Indonesia masih

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: KEMAMPUAN DASAR WIRAUSAHA Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magister Akuntansi www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan manusia di muka bumi adalah sebagai wakil Allah yang harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta mengelola kekayaan alam untuk

Lebih terperinci

Motto UNIVERSITAS MEDAN AREA

Motto UNIVERSITAS MEDAN AREA Motto Kebahagiaan sejati tidak akan dapat diukur hanya dengan uang. kebahagiaan sejati adalah ketika mereka yang kita sayangi dapat tersenyum indah dan tulus dihadapan kita. v Persembahan Dengan penuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan I. PENDAHULUAN TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan ABSTRAK Pilihan masa depan buat negara kita, dalam mengatasi persoalan tenaga kerja, tidak lain adalah membuka lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kelangsungan hidupnya memerlukan berbagai aktifitas yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN

MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN DISUSUN OLEH: MUTHIA FIRDA SARI 1012011060 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosioekonomi suatu negara (Zahra dalam Peterson & Lee, 2000). Dalam hal

Lebih terperinci

IRRA MAYASARI F

IRRA MAYASARI F HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : IRRA MAYASARI F 100 050 133

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Ratna Dewi Sartika NIM

SKRIPSI. Oleh: Ratna Dewi Sartika NIM PENGARUH VARIASI PRODUK DAN PELAYANAN YANG DITAWARKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUPLIK INDONESIA (KP-RI ) GANESHA KECAMATAN KLAKAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh: Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI Oleh : Muhammad Arief Budiman NIM : 109070000067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dengan berbagai macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh banyaknya jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran suatu negara bisa dinilai dari kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikannya ke seluruh penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke 17, konsep kewirausahaan berkembang dengan menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18 berkembang pandangan bahwa wirausaha

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Karakteristik : Wirausaha vs Kewirausahaan, Sikap Dasar Wirausaha,Kemampuan Dasar : Evaluasi peluang networking, skill

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. : Pengaruh Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, dan Sikap Terhadap Minat Pembelian Telepon seluler Jenis Smartphone

HALAMAN PENGESAHAN. : Pengaruh Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, dan Sikap Terhadap Minat Pembelian Telepon seluler Jenis Smartphone HALAMAN PENGESAHAN Judul : Pengaruh Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, dan Sikap Terhadap Minat Pembelian Telepon seluler Jenis Smartphone Nama : Wahyu Arie Pradhina NIM : 10412576 Program Studi : Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Wirausaha Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi sebagai syarat-syarat

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN GAYAM 05 BONDOWOSO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh Susiyati

Lebih terperinci

Lilis Wijayanti B

Lilis Wijayanti B PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Fatimah

Skripsi. Oleh: Fatimah ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN METODE RESITASI PADA MATERI PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UIN ANTASARI BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM i KONTRIBUSI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP TERHADAP PENINGKATAN LIFESKILL PADA WARGA BELAJAR LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN SANDANG JAYA DI KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI Oleh Joko Mardiyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata kewirausahaan diambil dari kata wirausaha. Sebagian orang ada

BAB II LANDASAN TEORI. Kata kewirausahaan diambil dari kata wirausaha. Sebagian orang ada 2.1.Kewirausahaan (Entrepreneurship) BAB II LANDASAN TEORI Kata kewirausahaan diambil dari kata wirausaha. Sebagian orang ada yang menyebut wirausaha sebagai wiraswasta. Wirausaha diterjemahkan dari sebuah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta berdaya saing guna menghadapi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Alex Yunianto NIM

SKRIPSI. Oleh. Alex Yunianto NIM PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KARAKTER SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI SMAN PLUS SUKOWONO JEMBER SKRIPSI Oleh Alex Yunianto NIM 060210103134

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai suatu wadah dalam menyiapkan generasi bangsa yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk diperkirakan sebesar 231 juta jiwa pada tahun 2009 menurut perkiraan Badan Pusat Statistik Indonesia,

Lebih terperinci

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak Jurnal Eksos, Jul. 2011, hlm. 130-141 Vol. 7. N0. 2 ISSN 1693-9093 Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu Negara yang sedang berkembang, peran para wirausahawan tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini memiliki dampak yang beragam di masyarakat. Walaupun terdapat sejumlah keuntungan dari melemahnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PRODUK ROTI DI SEMARANG

IDENTIFIKASI ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PRODUK ROTI DI SEMARANG IDENTIFIKASI ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PRODUK ROTI DI SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian S-1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kreativitas, inovasi dan pengetahuan kewirausahaan sangat penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan kewirausahaan merupakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA GENTENG DI DESA KEDUNG GEBANG KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA GENTENG DI DESA KEDUNG GEBANG KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA GENTENG DI DESA KEDUNG GEBANG KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Ini dilakukan agar daya

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB ANTARA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN TANPA MENGGUNAKAN MULTIMEDIA

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB ANTARA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN TANPA MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB ANTARA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN TANPA MENGGUNAKAN MULTIMEDIA (Studi Komparatif di Kelas 3 SDIT Ar-Risalah Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KESEJAHTERAAN SISWA SMP

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KESEJAHTERAAN SISWA SMP FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KESEJAHTERAAN SISWA SMP SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : BANGKIT DWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat selama studi sebagai salah satu pilihan untuk berprofesi. Secara realitas ada tiga pilihan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI ANGGOTA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) KUCAI JAYA MENJADI ENTREPRENEUR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI ANGGOTA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) KUCAI JAYA MENJADI ENTREPRENEUR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI ANGGOTA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) KUCAI JAYA MENJADI ENTREPRENEUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI Diajukan Oleh : AFIFAH NUR AINI F 100 070 127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 2 LUMAJANG TAHUN 2012

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 2 LUMAJANG TAHUN 2012 PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 2 LUMAJANG TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : Eka Sulvijayanti NIM 080210391033 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri,

Lebih terperinci

PENGARUH PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI UNIT USAHA BUSANA TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA

PENGARUH PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI UNIT USAHA BUSANA TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA PENGARUH PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI UNIT USAHA BUSANA TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 2 Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, manusia ikut serta mengiringi perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut mengakibatkan banyak hal yang berubah menjadi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DISERTAI TEHNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS DI KELAS

Lebih terperinci

Skripsi. Disusun oleh : : Lie, Henry Setiawan NIM : FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Skripsi. Disusun oleh : : Lie, Henry Setiawan NIM : FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI TAHUN AJARAN 2011 UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA MENURUT TEORI MUHAMMAD ZAMAN Skripsi Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wirausaha (entrepreneur) yaitu sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang ada. Sosok

Lebih terperinci

Mamaku tercinta Siti Halimah Sinaga S.E

Mamaku tercinta Siti Halimah Sinaga S.E PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohim Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk Mama tercinta dan Ayah tersayang Kata cinta tak cukup untuk

Lebih terperinci

STRATEGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU DATANG TERLAMBAT KE SEKOLAH SISWA SMA PGRI 2 BANJARMASIN OLEH DESSY AMALLIA

STRATEGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU DATANG TERLAMBAT KE SEKOLAH SISWA SMA PGRI 2 BANJARMASIN OLEH DESSY AMALLIA STRATEGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU DATANG TERLAMBAT KE SEKOLAH SISWA SMA PGRI 2 BANJARMASIN OLEH DESSY AMALLIA NIM. 1301281100 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANJARMASIN

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANJARMASIN IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANJARMASIN OLEH AHMAD HUMAIDI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015/1437 H i IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP KEPUTUSAN CALON SISWA MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP KEPUTUSAN CALON SISWA MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP KEPUTUSAN CALON SISWA MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: ARIE DWI NURCAHYANI NIM 090210301039 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

MOTIVASI BERBISNIS ONLINE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI

MOTIVASI BERBISNIS ONLINE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI MOTIVASI BERBISNIS ONLINE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI Oleh Sofia Eka Wahyu Pratiwi NIM 100210301011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HUSNUZZHAN (BERPIKIR POSITIF) DAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU SKRIPSI OLEH: PAHRIAH SAPARINI

HUSNUZZHAN (BERPIKIR POSITIF) DAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU SKRIPSI OLEH: PAHRIAH SAPARINI HUSNUZZHAN (BERPIKIR POSITIF) DAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU SKRIPSI OLEH: PAHRIAH SAPARINI 10961007183 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIMRIAU PEKANBARU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya populasi usia produktif di Indonesia yang tak berbanding lurus dengan ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan, mendorong orang Indonesia berlomba-lomba menciptakan

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin hari semakin meningkat, hal ini salah satu permasalahan yang membuktikan bahwa setiap

Lebih terperinci

DiajukanOleh: ARDIYAN LUTFI NIM:

DiajukanOleh: ARDIYAN LUTFI NIM: PENGARUH INFORMASI KEUANGAN ORGANISASI, KESADARAN SOSIAL, EFISIENSI KEUANGAN, SERTA PEMBATASAN PEMBERIAN DANA TERHADAP KONTRIBUSI DONATUR INDIVIDUAL DAN INSTITUSIONAL PADA ORGANISASI NON-PROFIT (StudiPadaPantiAsuhanDikabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

SIKAP ORANG TUA TERHADAP KEKERASAN ANAK AKIBAT MEDIA SOSIAL

SIKAP ORANG TUA TERHADAP KEKERASAN ANAK AKIBAT MEDIA SOSIAL SIKAP ORANG TUA TERHADAP KEKERASAN ANAK AKIBAT MEDIA SOSIAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya penduduk Indonesia, saat ini sudah mencapai lebih dari 230 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

PIDATO REKTOR PADA UPACARA WISUDA PASCASARJANA PENDIDIKAN PROFESI, SARJANA, DAN DIPLOMA

PIDATO REKTOR PADA UPACARA WISUDA PASCASARJANA PENDIDIKAN PROFESI, SARJANA, DAN DIPLOMA z PIDATO REKTOR PADA UPACARA WISUDA PASCASARJANA PENDIDIKAN PROFESI, SARJANA, DAN DIPLOMA di Pusat Kegiatan Akademik (Academic Activity Center) Prof. Dr. Dayan Dawood, MA Universitas Syiah Kuala Kamis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena berwirausaha saat ini semakin marak, dilihat dari banyaknya unitunit bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya di segala

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H PENGARUH MEDIA LAGU ANAK-ANAK TERHADAP PENINGKATAN KOSAKATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS I MI TAMAN PEMUDA ISLAM (TPI) KERAMAT BANJARMASIN Oleh : ANIS RIDHA WARDATI INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan namanya tercatatkan ke dalam daftar negara dengan penduduk terbanyak dan memiliki

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Sinta Ambar Husada NIM. 100210204169

SKRIPSI. Oleh: Sinta Ambar Husada NIM. 100210204169 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV-A SDN PATRANG 01 JEMBER PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN GAYA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fajrinur (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh David Nurfiqih NIM

SKRIPSI. Oleh David Nurfiqih NIM PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) DENGAN MENYISIPKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SUB POKOK BAHASAN PENERAPAN KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI Oleh : RUDYANSAH 0511010187 / FE / IE Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH OTORITER. DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA MTs NURUL HUDA DEMPET SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH OTORITER. DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA MTs NURUL HUDA DEMPET SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH OTORITER DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA MTs NURUL HUDA DEMPET SKRIPSI Disusun Oleh: MUKAYAROH 2009 60 029 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2014 i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan berpengaruh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

UNIVERSITAS MURIA KUDUS HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN POLA ASUH OTORITER DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI Disusun Oleh: KIMMY KATKHAR 2009 60 032 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci