BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan data Penentuan Lokasi Pada penelitian ini penggunaan kata lokasi lebih mengacu kepada keempat tempat dimana penumpang dapat menggunakan shuttle bus yaitu Binus Square, Kampus Anggrek, Syahdan, dan Kijang. Sedangkan posisi merupakan tempat halte akan didirikan di masing-masing lokasi tersebut. Menurut hasil kuesioner yang dibagikan kepada 312 responden di Lobby Binus Square terdapat 294 responden menggunakan shuttle bus, dimana persyaratan minimum jumlah responden yang dibutuhkan adalah 291 responden. Jumlah responden yang menggunakan shuttle bus dari lokasi Binus Square, Kampus Anggrek, Syahdan dan Kijang adalah sebanyak 268 responden (85,90%), 271 responden (86,86%), 171 responden (54,81%), dan 96 responden (30,77%). Persentase jumlah responden yang merasa nyaman dan tidak nyaman untuk setiap lokasinya pada tempat menunggu (shuttle point) saat ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 Persentase Kenyamanan Menunggu (N = 312) % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 54.85% 45.15% 26.20% 73.80% 65.50% 63.54% 34.50% 36.46% Tidak Nyaman Nyaman 0.00% n Binus Square = 268 n Anggrek = 271 n Syahdan = 171 n Kijang = 96 Gambar 4.1 Diagram Persentase Kenyamanan Tempat Tunggu Persentase Kebutuhan Halte (N = 312) % 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 57.56% 72.76% 73.10% 77.08% 42.44% 27.24% 26.90% 22.92% n Binus Square = 268 n Anggrek = 271 n Syahdan = 171 n Kijang = 96 Perlu Halte Tidak Perlu Halte Gambar 4.2 Diagram Persentase Kebutuhan Tempat Tunggu 13

2 Keterangan Gambar 4.1 dan 4.2: N = total responden n = banyaknya responden yang menggunakan shuttle bus di masingmasing lokasi. Berdasarkan hasil kuesioner yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2, di lokasi Binus Square yang merasa tidak nyaman dan membutuhkan halte memiliki persentase sebesar 54,85% dan 72,76%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan penumpang tersebut perlu didirikan sebuah halte di Binus Square. Hal ini cukup memungkinkan karena lahan untuk mendirikan halte di Binus Square cukup luas dan tidak mengambil lahan parkir (Lampiran 2). Sedangkan pendirian halte di lokasi Kampus Anggrek dinilai belum siginifikan untuk saat ini karena 57,56% responden menyatakan memerlukan halte namun hanya sekitar setengahnya yaitu 26,20% yang menyatakan bahwa tempat menunggu yang telah ada tidak nyaman. Mayoritas responden merasa cukup nyaman kemungkinan karena sudah adanya alternatif lokasi tempat menunggu bus yaitu bagian depan admisi (Lampiran 3). Tempat menunggu ini sudah memiliki atap, batuan pembatas tanaman sebagai alternatif tempat duduk, dan tempat sampah. Selain itu, pelataran di depan admisi tersebut juga memiliki keunggulan lain, yaitu cukup mudah untuk melihat kedatangan bus dan tidak terlalu jauh dengan tempat bus berhenti (Lampiran 4). Dengan demikian, disimpulkan bahwa lokasi Kampus Anggrek belum membutuhkan halte. Untuk Kampus Syahdan dan Kijang, responden yang merasa tidak nyaman sebesar 65,50% dan 63,54%, membutuhkan halte memiliki persentase sebesar 73,10%, dan 77,08%. Secara statistik, Kampus Syahdan dan Kijang memang memerlukan halte. Namun, luas area di kedua kampus tersebut tidak cukup besar dan pembangunan halte akan mengurangi lahan parkir yang ada. Selain itu, di Kampus Syahdan terdapat alternatif lokasi menunggu bus yaitu kantin, lantai di depan kantin sebagai alternatif tempat duduk (Lampiran 5), dan area depan musholla dimana bus berhenti (Lampiran 8) meskipun tempat-tempat tersebut masih memiliki kekurangan yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang. Sementara di Kampus Kijang, alternatif tempat menunggu adalah beberapa pendopo (gazebo) yang berdekatan dengan lapangan olahraga (Lampiran 6). Pendopo-pendopo tersebut tidak bersebelahan dengan posisi bus berhenti sehingga para calon penumpang akan tergesa-gesa apabila bus telah datang. Apabila penumpang menunggu tepat di posisi bus berhenti (Lampiran 7), maka penumpang akan semakin merasa tidak nyaman karena tidak adanya atap maupun tempat duduk. Kondisi inilah yang menyebabkan persentase ketidaknyamanan dan kebutuhan halte yang tinggi di kedua kampus tersebut. Akan tetapi, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah rata-rata penumpang yang menggunakan shuttle bus. Rata-rata penumpang yang menggunakan bus di Kampus Syahdan adalah 1,45 atau 2 orang (Lampiran 9). Rata-rata penumpang yang menggunakan bus di Kampus Kijang adalah 0,85 atau 1 orang (Lampiran 10). Permintaan (demand) yang masih rendah menyebabkan perlunya evaluasi lebih lanjut untuk menilai kelayakan pendirian halte pada saat ini. 14

3 Sehingga untuk penelitian saat ini, pendirian halte hanya dilakukan pada lokasi Binus Square. Pada lokasi ini, tidak terdapat tempat duduk maupun atap. Bus memang seringkali telah menunggu di lokasi tersebut namun hal tersebut tidak dapat dipastikan dan terdapat situasi tertentu dimana bus terlambat datang sehingga calon penumpang hanya dapat berdiri menunggu kedatangan bus Penentuan Posisi Halte di Lokasi Binus Square, Kampus Anggrek, Syahdan dan Kijang Apabila di satu atau lebih lokasi responden menilai bahwa halte perlu didirikan, responden kemudian melakukan pemilihan posisi halte. Hasil persentase posisi di masing-masing 4 lokasi dapat dilihat pada Gambar 4.3 sampai Gambar Gambar 4.3 Persentase Posisi Halte di Binus Square Sumber denah: Pihak Binus Square

4 16 Gambar 4.4 Persentase Posisi Halte di Kampus Anggrek Gambar 4.5 Persentase Posisi Halte di Kampus Syahdan Gambar 4.6 Persentase Posisi Halte di Kampus Kijang Berdasarkan Gambar 4.3 sampai 4.6, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 71,25% dari responden yang menyatakan bahwa halte perlu didirikan memilih posisi 1 untuk lokasi Binus Square, 58,70% responden memilih posisi 1 untuk lokasi Kampus Anggrek, 67,58% memilih posisi 1 untuk lokasi Kampus Syahdan, dan 47,33% memilih posisi 2 untuk lokasi kampus Kijang Kriteria Halte Sesuai Keinginan Pengguna Shuttle Bus Gambar 4.7 menampilkan persentase kriteria-kriteria kenyamanan halte pada umumnya berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dari 312

5 responden. Urutan kebutuhan yang didapatkan adalah kursi, jadwal, atap, tempat sampah, lampu, rute, AC, nama halte, beverage vending machine, food vending machine, majalah dinding (mading) dan lain-lain. 17 Gambar 4.7 Diagram Kriteria Kenyamanan Halte Menurut Responden Untuk mengetahui kriteria halte yang diinginkan responden pada setiap lokasi, dilakukan observasi awal dengan menemukan kelemahan pada shuttle point saat ini. Pada Gambar 4.8 sampai 4.11 dapat diketahui kelemahan pada shuttle point saat ini untuk setiap lokasi. Frekuensi Tidak ada tempat duduk Panas Tidak ada atap Kotor Faktor Jauh Sulit dengan melihat tempat bus kedatangan berhenti bus Lain-lain Gambar 4.8 Pareto Kelemahan Tempat Menunggu di Binus Square 0.00 % Kumulatif Berdasarkan Gambar 4.8, sekitar 80% pengguna shuttle bus pada lokasi Binus Square menginginkan tempat menunggu yang memiliki tempat duduk, tidak panas dan memiliki atap atau kanopi.

6 18 Frekuensi Panas Tidak ada tempat duduk Tidak ada atap Kotor Faktor Sulit melihat kedatangan bus Jauh dengan tempat bus berhenti Lain-lain Gambar 4.9 Pareto Kelemahan Tempat Menunggu di Kampus Anggrek Berdasarkan Gambar 4.9, sekitar 80% pengguna shuttle bus pada lokasi Kampus Anggrek menginginkan tempat menunggu yang tidak panas, memiliki tempat duduk, memiliki atap dan bersih % Kumulatif Frekuensi Panas Tidak ada tempat duduk Sulit melihat kedatangan bus Kotor Faktor Tidak ada atap Jauh dengan tempat bus berhenti Lain-lain Gambar 4.10 Pareto Kelemahan Tempat Menunggu di Kampus Syahdan Berdasarkan Gambar 4.10, sekitar 80% pengguna shuttle bus pada lokasi Kampus Syahdan menginginkan tempat menunggu yang tidak panas, memiliki tempat duduk, mudah melihat kedatangan bus, bersih dan memiliki atap atau kanopi % Kumulatif

7 19 Frekuensi Panas Tidak ada tempat duduk Tidak ada atap Jauh dengan tempat bus berhenti Faktor Sulit melihat kedatangan bus Kotor Lain-lain Gambar 4.11 Pareto Kelemahan Tempat Menunggu di Kampus Kijang Berdasarkan Gambar 4.11, sekitar 80% pengguna shuttle bus pada lokasi Kampus Kijang menginginkan tempat menunggu yang tidak panas, memiliki tempat duduk, memiliki atap dan dekat dengan tempat bus berhenti. 4.2 Desain Halte di Binus Square Tabel 4.1 menunjukkan data mengenai banyaknya pengguna yang menggunakan shuttle bus dari Binus Square berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama bulan Febuari sampai April % Kumulatif

8 20 Tabel 4.1 Jumlah Pengguna Shuttle Bus dari Binus Square Frekuensi (f) Jumlah Pengguna f*jumlah pengguna % Frekuensi % Kumulatif Frekuensi % 17.12% % 25.39% % 32.52% % 39.09% % 45.22% % 49.79% % 53.78% % 57.20% % 59.91% % 62.48% % 65.05% % 67.48% % 69.90% % 72.04% % 73.89% % 75.61% % 77.18% % 78.60% % 79.89% % 81.17% % 82.45% % 83.74% % 84.88% % 86.02% % 87.02% % 88.02% % 88.87% % 89.73% % 90.58% % 91.30% % 92.01% % 92.72% % 93.44% % 94.01% % 94.58% % 95.01% % 95.44% % 95.86% % 96.29% % 96.72% % 97.15% % 97.57% % 98.00% % 98.43% % 98.86% % 99.14% % 99.43% % 99.71% % 99.86% % % % % Total 80% Rata-rata 80% 5.95 Total keseluruhan Rata-rata keseluruhan Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa 80% kejadian yang paling berkontribusi memiliki rata-rata 5,95 atau mendekati 6 orang penumpang. Sehingga, banyaknya kursi dirancang untuk 6 orang duduk dengan nyaman. Hal ini dikarenakan apabila dilihat pada Gambar 4.8, tempat duduk menjadi peringkat pertama dan sangat dibutuhkan. Secara keseluruhan diperoleh ratarata 11 orang yang menggunakan shuttle bus dari Binus Square. Sehingga diasumsikan total luas area wilayah halte dirancang untuk 11 orang dengan luas area minimum = 11 orang x 90 cm x 60 cm = cm 2, dimana 6 orang duduk dan 5 berdiri.

9 Beberapa asumsi dan perhitungan untuk ukuran halte adalah sebagai berikut: 1. Panjang halte, dengan rincian sebagai berikut: Kursi. - Ukuran untuk 1 orang yang duduk adalah 90 cm, dimana 60 cm merupakan lebar penumpang dan 30 cm merupakan jarak bebas antar orang yang duduk (Departemen Perhubungan, 1996:24). Kursi didesain menjadi dua bagian yang terpisah sehingga panjang kursi masing-masing menjadi (90 cm x 3 orang) = 270 cm. Apabila digabungkan, total kursi untuk 6 orang menjadi 540 cm. - Kursi juga memperhitungkan ukuran-ukuran lain seperti: o Jarak dari alas kursi sampai penyangga (pinggang) = 20 cm. Jarak ini didapatkan dari pengukuran acak 3 sampel mahasisiwi. Diameter tiang yang digunakan adalah 10 cm. Jarak tiang yang terlalu tinggi tidak disarankan, karena berdasarkan pengamatan, hal tersebut akan menyebabkan posisi punggung yang membungkuk ke depan seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.1a. o Seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 4.2, tinggi lipat lutut (popliteal) pria Asia menggunakan persentil 95 adalah 44,5 cm, sedangkan wanita dengan persentil 5 adalah 32,5 cm. Maka didapati bahwa rentang yang ideal untuk tinggi tempat duduk berdasarkan tinggi lipat lutut adalah 32,5-44,5 cm. Tabel 4.2 Tinggi Lipat Lutut (Dalam cm) Sumber: Nurmianto (2003:60) Persentil Pria Wanita 5 36,5 32, ,5 37, ,5 42,5 Perancangan tempat duduk menggunakan rata-rata tinggi lipat lutut pria dan wanita yang masing-masing menggunakan persentil 50. Dengan demikian didapati rata-ratanya adalah 39 cm. Namun dalam perancangan tempat duduk perlu juga dipertimbangkan tinggi alas kaki. Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa macam alas kaki wanita dan pria didapati bahwa perkiraan tinggi alas kaki adalah 3 cm (Lampiran 11). Oleh karena itu, tinggi tempat duduk menjadi 42 cm (39 cm + 3 cm). o Lebar alas duduk menggunakan jarak dari lipat lutut ke bokong persentil 5 wanita yaitu 38,5 cm karena lebar alas duduk tidak boleh terlalu pendek tetapi harus lebih pendek dari jarak lipat lutut ke bokong (Hastuti & Sugiharto, 2010:12). Dengan menggunakan persentil 5 diharapkan tempat duduk akan dapat digunakan dengan nyaman untuk mayoritas penumpang. 21

10 22 Tabel 4.3 Jarak Lipat Lutut ke Bokong (Dalam cm) Sumber: Nurmianto (2003:60) Persentil Pria Wanita 5 40,5 38, , ,5 48,5 Jadwal dan Papan Pengumuman. Untuk papan pengumuman yang akan mencantumkan jadwal dan rute diasumsikan dilihat dengan jarak sejauh jarak genggaman tangan. Asumsi ini ditentukan oleh karena jadwal bus yang sarat dengan deretan angka, maka dianggap bahwa mayoritas penumpang akan lebih mudah membaca jadwal dengan bantuan tangan. Asumsi jarak genggaman tangan ke punggung menggunakan persentil 5 wanita yaitu 58 cm (Tabel 4.4). Tabel 4.4 Jarak Genggaman Tangan ke Punggung pada Posisi Tangan ke Depan (Dalam cm) Sumber: Nurmianto (2003:60) Persentil Pria Wanita ,5 63, Tinggi mata menggunakan rata-rata dari persentil 50 pria dan wanita. Persentil yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak digunakan. Persentil yang tinggi akan menyebabkan mayoritas orang menengadah ketika melihat jadwal dan persentil yang rendah akan menyebabkan mayoritas orang terlalu menunduk. Berdasarkan Tabel 4.5 dapat ditentukan bahwa tinggi mata yang digunakan adalah 149 cm ((155,5 cm + 142,5 cm)/2). Tabel 4.5 Tinggi Mata (Dalam cm) Sumber: Nurmianto (2003:60) Persentil Pria Wanita ,5 142, Sehingga didapatkan ketinggian pemasangan jadwal adalah 154 cm dari pijakan kaki atau lantai (Gambar 4.12). Sedangkan batas bawahnya adalah 115,5 cm dari lantai. Dengan menggunakan asumsi jarak 1 cm untuk laminating jadwal, maka papan pengumuman dirancang dengan tinggi 114,5 cm dari lantai.

11 23 Gambar 4.12 Ketinggian Jadwal (Dalam cm) Lebar untuk melihat jadwal atau papan pengumuman sebesar 95 cm dengan memberi jarak untuk kaitan antara tiang dengan papan, masing-masing 2,5 cm. Sehingga lebar papan menjadi 100 cm. Allowance pada sisi kiri dan kanan halte masing-masing sebesar sebesar 40 cm untuk dapat memberikan ruang bebas gerak dan dapat memberikan area lebih untuk dapat dipergunakan satu mahasiswa dengan posisi berdiri sehingga total panjang halte adalah 720 cm. Sehingga, panjang (p) halte = 540 cm cm + (40 cm x 2) = 720 cm atau 7,2 m. 2. Lebar halte, dengan rincian sebagai berikut: Allowance pada sisi belakang halte = 20 cm. Diameter tiang penyangga = 15 cm. Kenyamanan orang duduk menghadap depan = 90 cm (sudah termasuk jarak bebas = 30 cm). Jarak nyaman untuk orang berdiri = 60 cm. Allowance sisi depan halte = 25 cm. Sehingga, lebar (l) halte = 20 cm + 15 cm + 90 cm + 60 cm + 25 cm = 210 cm atau 2,10 m. 3. Tinggi halte, dengan rincian sebagai berikut: Tinggi conblock = 10 cm, dimana 2 cm conblock ditanam ke dalam tanah. Tinggi tiang (Departemen Perhubungan, 1996:24) = 240 cm, belum termasuk kanopi. 4. Ukuran kanopi halte, dengan rincian sebagai berikut: Panjang kanopi = 760 cm, dimana pada sisi kanan dan kiri ditambahkan 20 cm dari panjang alas halte. Dengan asumsi kemiringan air hujan 15 dan tinggi halte 240 cm maka air akan masuk berkisar 65 cm (Lampiran 12). Sedangkan allowance kanan

12 dan kiri pada alas halte adalah 40 cm maka pada kanopi diberikan penambahan panjang 20 cm pada masing-masing sisi untuk dapat mengurangi area yang terkena hujan. Lebar kanopi = 250 cm. Dimana pada sisi depan ditambahkan 40 cm dari lebar alas halte. Allowance yang diberikan pada alas sisi depan adalah 25 cm sehingga untuk dapat mengurangi area yang terkena hujan pada sisi depan, panjang kanopi ditambah 40 cm. Apabila divisualisasikan dalam bentuk gambar akan terlihat seperti pada Gambar 4.13 sampai Gambar 4.13 Bentuk Halte Keseluruhan dari Bawah Gambar 4.14 Bentuk Halte Keseluruhan dari Atas

13 25 Gambar 4.15 Tampak Depan Rancangan Halte Gambar 4.16 Tampak Samping Rancangan Halte 4.3 Estimasi Biaya Pembangunan Halte di Binus Square Perhitungan biaya pembangunan halte: 1. Biaya untuk rangka halte dengan bahan baja Tabel 4.6 Keterangan Rangka Halte No. Keterangan Diameter tiang Panjang tiang Banyak tiang 1 Rangka kanopi utama 0,10 m 2,07 m 4 2 Rangka miring kanopi 0,05 m 2,46 m 6 3 Rangka tegak kanopi 0,10 m 0,21 m 4 4 Rangka depan dan 0,10 m 7,60 m 2 belakang kanopi 5 Rangka tambahan kanopi 0,05 m 7,60 m 2 6 Rangka penyangga utama 0,15 m 3,00 m 4 7 Rangka penyangga kursi 0,10 m 2,55 m 2

14 Perhitungan berat total rangka halte: 1. Berat rangka kanopi utama (w 1 ) 2. Berat rangka miring kanopi (w 2 ) 3. Berat rangka tegak kanopi (w 3 ) 4. Berat rangka depan dan belakang kanopi (w 4 ) 5. Berat rangka tambahan kanopi (w 5 ) 6. Berat rangka penyangga utama (w 6 ) 7. Berat rangka penyangga kursi (w 7 ) Rangka menggunakan bahan baja dengan berat jenis baja Berat per meter: w berat jenis luas alas w 1 w 3 w 4 w ( w 2 w ( w ( Total berat rangka baja halte: w 1 4 tiang ( 2,07 m) / tiang 510,2136 kg w 2 6 tiang ( 2,46 m) / tiang 227,4516 kg w 3 4 tiang ( 0,21 m) / tiang 51,7608 kg w 4 2 tiang ( 7,60 m) / tiang 936,624 kg w 5 2 tiang ( 7,60 m) / tiang 234,232 kg w 6 4 tiang ( 3 m) / tiang 1663,8 kg w 7 2 tiang ( 2,55 m) / tiang 314,262 kg Total berat rangka halte (w total ) w total w 1 + w 2 + w 3 + w 4 + w 5 + w 6 + w ,344 kg Harga baja per kg = Rp ,00 Biaya rangka halte = 3938,344 kg Rp ,00/kg = Rp ,00 2. Biaya untuk kanopi dengan bahan polycarbonate Harga polycarbonate per m 2 = Rp ,00 Luas kanopi 7,6 m (0,50 + 2,11) m 19,836 m 2 Biaya kanopi 19,836 m 2 Rp ,00/m 2 Rp ,00 3. Biaya untuk alas halte (conblock merah) Harga conblock per m 2 Rp ,00 Luas area conblock 7,2 m 2,1 m 15,12 m 2 Biaya alas halte 15,12 m 2 Rp ,00/m 2 = Rp ,00 4. Biaya untuk pondasi bawah tanah Biaya pondasi terdiri dari biaya: a. Batu kali berbentuk prisma trapesium Dengan sisi sejajar 70 cm dan 25 cm, tinggi prisma 70 cm, dan tinggi prisma 720 cm. Volume batu kali jumlah sisi sejajar tinggi trapesium tinggi prisma : 2 26

15 ( ) cm 70 cm 720 cm : cm 3 2,394 m 3 Harga batu kali per m 3 Rp ,00 Total biaya batu kali 2,394 m 3 Rp ,00/m 3 Rp ,00 b. Jangkar besi Jangkar besi dipasang setiap 1 m Jumlah jangkar besi yang dibutuhkan 7,2 m : 1 m 7 jangkar Harga satuan jangkar Rp ,00 Total biaya batu kali 7 jangkar Rp ,00/jangkar Rp ,00 c. Biaya sloof beton Rp ,00 d. Pasir urug Pasir urug sebagai alas batu kali dengan ukuran 5 cm 80 cm 720 cm. Volume pasir urug yang dibutuhkan cm 3 0,288 m 3 Harga pasir urug per m 3 Rp ,00 Total biaya pasir urug 0,288 m 3 Rp ,00/m 3 Rp ,00 e. Tanah urug Dengan volume tanah urug volume ruang pondasi volume batu kali Volume tanah urug ( ) cm cm cm cm cm 3 4,806 m 3 Harga tanah urug per m 3 Rp ,00 Total biaya tanah urug 4,806 m 3 Rp ,00/m 3 Rp ,00 Total biaya untuk pondasi Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00 Rp ,00 5. Biaya papan pengumuman Luas papan pengumuman 2 2,35 m 0,6 m + 0,95 m 0,8 m 3,58 m 2 Harga papan pengumuman per m 2 Rp ,00 Total biaya untuk papan pengumuman 3,58 m 2 Rp ,00/m 2 Rp ,00 6. Biaya tukang bangunan Jumlah tukang yang dipekerjakan 2 orang dengan asumsi waktu 7 hari. Harga jasa tukang per hari Rp ,00 Total biaya tukang 2 orang Rp ,00/hari.orang 7 hari Rp ,00 27

16 28 7. Biaya lampu Harga kap lampu Rp ,00 Harga lampu 36 W Rp ,00 Total biaya lampu 3 (harga kap lampu harga lampu 36 W) 3 (Rp ,00 Rp ,00) Rp ,00 8. Biaya kursi Volume kursi panjang lebar tebal 2 2,7 m 0,385 m 0,003 m 0, m 3 Berat kursi 7850 kg/m 3 0, m 3 48,96 kg Harga plat baja per kg Rp ,00 Total biaya kursi 48,96 kg Rp ,00 Rp ,00 Estimasi total biaya yang dikeluarkan untuk mendirikan sebuah halte di Binus Square dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Estimasi Total Biaya Rancangan Halte Binus Square No. Keterangan Total Biaya 1 Rangka halte Rp ,00 2 Kanopi (polycarbonate) Rp ,00 3 Alas halte (conblock) Rp ,00 4 Pondasi bawah tanah Rp ,00 5 Papan pengumuman Rp ,00 6 Tukang bangunan Rp ,00 7 Lampu Rp ,00 8 Kursi Rp ,00 Total keseluruhan Rp ,00

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi merupakan keilmuan multidisiplin yang mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN HALTE UNTUK SHUTTLE BUS BINUS SQUARE

PERANCANGAN HALTE UNTUK SHUTTLE BUS BINUS SQUARE PERANCANGAN HALTE UNTUK SHUTTLE BUS BINUS SQUARE Brigita Wibisono Universitas Bina Nusantara, brigita_wibisono@yahoo.com Lauryn Suhendar Universitas Bina Nusantara, elisabetlyn@yahoo.com Lusyana Universitas

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Spesifikasi Motor Supra X 125 cc Aktual Ukuran aktual dari spesifikasi motor Supra X 125 cc adalah sebagai berikut : 1. Jok motor Panjang bagian depan jok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting bagi manusia. Pakaian termasuk barang yang mudah untuk didapatkan. Umumnya, orang-orang mendapatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI 1 SNI 03-2835-2002 PEKERJAAN PERSIAPAN PA 6,8 1 m² Membersihkan lapangan dan perataan SNI 03-2835-2002 / 6.8 Upah Pekerja 0,100 Oh x Rp 0 = Rp 0,00 Mandor 0,005 Oh x Rp

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Keadaan fasilitas fisik aktual belum sesuai apabila dilihat dari segi ergonomi untuk meja makan, kursi makan, meja salad, kursi tunggu, meja kasir, dan mix 4 fun.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Keergonomisan Sarana Fasilitas Fisik Gerbong Kereta Makan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini sarana transportasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam aktivitas kehidupan manusia sehari hari. Bahkan dapat dikatakan keberadaannya sudah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1 Volume Pekerjaan 8.1.1 Perkerjaan Persiapan 8.1.1.1 Pembersihan Lokasi panjang bangunan (p) = 40 m lebar bangunan (l) = 40 m Luas Pembersihan Lokasi = p x l = 1600 m2 8.1.1.2

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang terdapat pada Laboratorium 1 IT, Laboratorium 2 IT, dan Laboratorium 3 IT, ternyata

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 1

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manajemen bila ditinjau sebagai suatu proses adalah merupakan suatu rangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pariwisata, hotel mempunyai peran yang sangat penting dimana hotel merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih seseorang atau beberapa orang

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,

Lebih terperinci

RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBANGUNAN PASAR PRAMBANAN TAHAP III

RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBANGUNAN PASAR PRAMBANAN TAHAP III RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBANGUNAN PASAR PRAMBANAN TAHAP III I PEKERJAAN BANGUNAN UNIT UTAMA NO. URAIAN KODE ANALIS A VOLUME HARGA SATUAN ( Rp. ) JUMLAH HARGA ( Rp. ) A 01. PEKERJAAN PERSIAPAN Pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini ditujukan kepada pengguna kursi roda yang mengendarai mobil dalam kegiatan sehari-hari. Kesulitan para pengguna kursi roda yang mengendarai mobil adalah melipat, memindahkan, dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Di masa yang semakin maju dan berkembang ini, setiap orang perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan demikian, kesibukan dalam bekerja sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA No ANALIS URAIAN PEKERJAAN HARGA SAT. I. PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN 1 SNI.01.1.6 1 M'

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29 BAB III PENDEKATAN METODE 3.1 PENDAHULUAN Metodologi adalah tatacara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN & SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diberikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam Lab.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menjelaskan secara detil mengenai hasil-hasil pengukuran

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menjelaskan secara detil mengenai hasil-hasil pengukuran BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Bab ini akan menjelaskan secara detil mengenai hasil-hasil pengukuran penelitian ini. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan secara garis besar yaitu Pengukuran gedung parkir Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ruang kuliah yang digunakan untuk sarana penunjang dalam proses belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa adalah sarana yang sangat penting,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI Perencanaan Waktu Pelaksanaan Konstruksi (time schedule) adalah rencana waktu penyelesaian masing-masing pekerjaan konstruksi secara rinci dan berurutan. (pekerjaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasan Pembahasan membahas tentang perancangan rak sepatu berdasarkan data yang telah didapatkan dari populasi kelas 3ID02. Beberapa hal yang dibahas antara lain

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya (RAB) adalah tolok ukur dalam perencanaan pembangunan,baik ruma htinggal,ruko,rukan maupun gedung lainya. Dengan RAB

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cakupan pekerjaan I. Pekerjaan Awal II. Pekerjaan Galian dan urugan III. Pekerjaan Fondasi IV. Pekerjaan Beton

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN DAFTAR SATUAN ANALISA PEKERJAAN No SATUAN UPAH BAHAN A PEKERJAAN PERSIAPAN 1 PEMASANGAN BOWPLANK/ 10 M' 0,01000 Kepala Tukang 0,10000 Tukang 0,10000 Pekerja 0,05000 Mandor 0,01200 M3 Balok Klas IV 0,02000

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB I. Laporan Praktikum 1

BAB I. Laporan Praktikum 1 BAB I A. Teori Dasar Sebelum dilakukan pekerjaan penggalian tanah untuk pondasi, maka dilakukan terlebih dahulu pekerjaan pemasangan papan Bouwplank. Bouwplank adalah pembatas yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna. DISCLAIMER Seluruh nilai/angka koefisien dan keterangan pada tabel dalam file ini didasarkan atas Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987), dengan hanya mencantumkan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR BAB V 5.1 Daftar Harga Satuan Bahan dan Daftar Upah Tenaga Kerja RAB memuat analisa harga satuan pekerjaan struktur yang dihitung secara konvensional. Data harga satuan upah dan bahan di ambil dari Daftar

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG Pengertian Pondasi Adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas mendukung seluruh beban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, bisnis yang bergerak dalam bidang makanan semakin berkembang pesat. Seiring dengan perkembangannya, persaingan antar penjual makanan pun menjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI Jalan P. Diponegoro Nomor 30 Telephone MEDAN

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI Jalan P. Diponegoro Nomor 30 Telephone MEDAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI Jalan P. Diponegoro Nomor 30 Telephone 4156000 MEDAN BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN ( AANWIJZING ) Nomor: BA-08/PPBJ/SETDA-SU/PU-PK/2012

Lebih terperinci

Pada gambar ini menunjukkan perletakan area parkir untuk bus. mobil. sepeda

Pada gambar ini menunjukkan perletakan area parkir untuk bus. mobil. sepeda GEDUNG OLAHRAGA DI BANTUL BAB III PENGEMBANGAN DESAIN Selama dalam proses perancangan ada beberapa perubahan yang dilakukan terutama pada bagian denah karena beberapa sebab yang kemudian diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas manusia. Jika kesehatan manusia terganggu, maka aktivitas pun akan terganggu. Begitu juga dalam hal kinerja seseorang dalam

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN Pekerjaan : Pemeliharaan Lahan Parkir Dosen dan Mahasiswa Politeknik Negeri Banjarmasin Lokasi : Banjarmasin Tahun Angga : 2012 No. 1 Pengukuran dan Pemasangan Bowplank

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya jaman, maka semakin bertambah dan berkembang pula teknologi yang ada pada setiap industri. Perkembangan teknologi tersebut, tentunya

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan pembuatan kereta dorong bayi X merupakan salah satu industri menengah yang berkembang cukup baik. Perusahaan X ini telah melakukan survey mengenai keinginan konsumen terhadap produk

Lebih terperinci

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN 6.1 Perhitungan Volume Pekerjaan Beton Pelat Lantai Luas(m 2 ) Tebal(m) Volume(m 3 ) basement 64.8 0.25 16.2 1 64.8 0.12 7.776 2 1036.8 0.12 124.416 3 1036.8 0.12

Lebih terperinci

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi)

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi) ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi) Effie Yuswandi 1 Abstrak Dalam sebuah mini market, faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan PONDASI Pondasi Batu Belah Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang sangat vital, berfungsi sebagai penyangga konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatan dan kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Keadaan fasilitas fisik aktual dari Catering Dienarsih adalah sebagai berikut : Lemari penyimpanan peralatan masih belum mencukupi kebutuhan yang diinginkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK Saat ini banyak orang belum mempunyai internet, sehingga banyak usaha yang menyediakan internet atau warung internet (warnet). Objek penelitian yang diambil yaitu warnet X di Bandung. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses persalinan merupakan tantangan bagi seorang ibu dan bayi yaitu antara hidup dan mati. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

Lebih terperinci

REDESAIN SHELTER BUS TRANS JOGJA DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DAN AKSESIBILITAS

REDESAIN SHELTER BUS TRANS JOGJA DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DAN AKSESIBILITAS REDESAIN SHELTER BUS TRANS JOGJA DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DAN AKSESIBILITAS Bambang Suhardi 1, Pringgo Widyo Laksono 2 dan Yoseph Tri Minarto 3 Abstract: Pada makalah ini disampaikan kajian mengenai

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, maka kebutuhan manusia juga makin meningkat. Banyak produk yang dirancang dan diproduksi untuk memberi kepuasan

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat 1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan komponen sosial masyarakat, usaha dan ekonomi, serta lingkungan sebagai pendekatan pembangunan permukiman yang berkelanjutan KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Sistem Transportasi Suatu sistem transportasi dapat dinyatakan sebagai sebuah rangkaian tindakan yang konsisten yang juga dapat disebut sebagai suatu proyek, dimana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia modern saat ini tidak dapat terlepas dari peranan sarana transportasi. Kebutuhan akan sarana transportasi kian meningkat setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tidak akan pernah lepas dari kebutuhan akan sandang. Kebutuhan akan sandang semakin hari semakin meningkat. Hal ini terlihat dari tempat-tempat berjualan

Lebih terperinci

Teknis Menggambar Desain Interior

Teknis Menggambar Desain Interior TEKNIK MEMBUAT GAMBAR KERJA DESAIN INTERIOR Pentingnya gambar teknik bagi orang yang bekerja di bidang teknik, dapat disamakan dengan pentingnya menulis bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kebebasan beragama bagi masyarakatnya. Hal ini dibuktikan dengan diakuinya enam agama di Indonesia yaitu

Lebih terperinci

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof RING BALK Ring balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 5 LANTAI DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 5 LANTAI DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 5 LANTAI DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3 Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : TITYO

Lebih terperinci

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan Grace Mulyono Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Email: gracem@petra.ac.id

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Alat Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan, yaitu: 1. Berorientasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, bukan hanya pria saja yang dituntut untuk memiliki pekerjaan tetapi para wanita pun dituntut untuk memiliki suatu pekerjaan agar kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN DAFTAR ANALISA PEKERJAAN SATUAN HARGA Harga Harga I PEKERJAAN PERSIAPAN 1.4 1 M' Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank 0.012 M 3 Kayu 5/7 kelas III 0.020 Kg Paku Biasa 0.007 M 3 Kayu Papan 3/20 0.100 Oh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR VI.I. Daftar Harga Satuan Bahan dan Daftar Upah Tenaga Kerja RAB memuat analisa harga satuan pekerjaan struktur yang dihitung secara konvensional. Data harga satuan

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci