HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Hasil Kondisi Umum Kondisi iklim di tempat penelitian yaitu antara lain: curah hujan dari bulan September sampai Desember berturut-turut 156.8, 415.8, 407, mm/bulan dengan jumlah hari hujan 13, 24, 23, 20 hari/bulan, temperatur rata-rata bulanan 26 0 C sampai C serta kelembaban nisbi rata-rata 75.2 % sampai 85.1 % (Lampiran 2). Kondisi curah hujan saat penelitian kurang sesuai untuk tanaman padi. Curah hujan dan jumlah hari hujan yang tinggi menyebabkan lahan sawah tergenang secara terus menerus sehingga pemakaian air dan pemupukan menjadi tidak efisien. Menurut Prasetiyo (2005), kebutuhan air untuk budidaya sawah ada dua tahap, yaitu pada saat pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman. Pemberian air pada tahap pertumbuhan tanaman secara terputus-putus (intermitten) dan mengatur ketinggian genangan. Pertumbuhan tanaman meliputi tahap awal pertumbuhan/ perkembangan akar, tahap pembentukan anakan, tahap pembentukan bulir, tahap pembungaan dan menjelang panen. Kondisi curah hujan yang sesuai untuk tanaman padi menurut klasifikasi Oldeman adalah 200 mm/bulan (batas penentuan bulan basah). Padi sawah membutuhkan rata-rata air per bulan 145 mm dalam musim hujan (Handoko, 1994). Curah hujan dan jumlah hari hujan yang tinggi selama penelitian menyebabkan jumlah hari cerah berkurang, hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi. Menurut De Datta (1968) bahwa respon pemupukan pada tanaman padi akan menurun dengan menurunnya jumlah sinar matahari yang diterima selama 45 hari sebelum panen. Menurunnya respon tanaman padi terhadap pemupukan karena berkurangnya jumlah sinar matahari yang masuk, sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal. De Datta (1981) menyatakan bahwa padi membutuhkan suhu yang berbeda selama pertumbuhannya, pada fase perkecambahan membutuhkan suhu optimal antara 18 0 C C, fase anakan memerlukan suhu optimal antara 25 0 C 31 0 C, dan fase antesis suhu optimal sekitar 30 0 C 33 0 C.

2 14 Pemindahan bibit ke lahan sawah dilakukan pada umur 10 HSS dengan 1 bibit per lubang. Kondisi awal hampir semua tanaman mengalami stagnasi, layu dan warna daun agak menguning karena belum beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tanaman yang pertumbuhannya kurang baik, rusak atau mati segera diganti dengan bibit yang baru (disulam). Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati, mengisi sela ruangan dengan tanaman, memperjarang tanaman yang tumbuh bergerombol, serta memindahkan tanaman yang tumbuh tidak tepat pada tempatnya (Pitojo, 2003). Menurut Andoko (2002) penyulaman dapat dilakukan maksimal 2 MST, agar masaknya padi serentak. Namun Purwono dan Purnamawati (2007) menambahkan, penyulaman dapat dilakukan 7 hari setelah tanam (HST). Namun pada kenyataannya penyulaman dilakukan sampai umur padi 3 MST dengan bibit umur yang sama. Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea canaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian tajuk tanaman sehingga menyebabkan bibit yang baru ditanam hilang dari pertanaman. Populasi hama ini cepat meningkat akibat kondisi air yang tergenang. Upaya pengendalian dilakukan sebelum penanaman bibit (transplanting) dan sesudah transplanting yaitu dengan mengeringkan lahan percobaan dan memungut keong dan telurnya dari lahan sawah (sampai 3 MST). Kondisi serangan ini mulai menurun pada umur 4 MST, karena laju pertumbuhan tanaman lebih tinggi dibandingkan tingkat kerusakan (Gambar 1). Intensitas serangan tersebut tidak lagi menyebabkan kerusakan terhadap tanaman karena tingkat kerusakan tersebut rendah (< 3 %). Hama belalang (Valanga nigricornis) menyerang pada saat tranplanting sampai mulai panen. Hama ini dapat merusak daun padi. Gejala serangannya terdapat bekas gerigitan pada daun tanaman. Akibat serangan hama ini daun padi tidak optimal dalam proses fotosintesis sehingga anakan yang dihasilkan sedikit. Intensitas serangan mencapai 3 %. Upaya pengendalian hama ini dengan aplikasi insektisida secara terbatas. Aplikasi insektisida ini dilakukan satu minggu sekali dari mulai umur 6 MST sampai menjelang panen. Hama lain yang menyerang yaitu burung. Hama ini menyerang pada saat bulir padi mulai masak susu (pengisian bulir). Intensitas kerusakan hama burung

3 15 mencapai 3 %. Namun kerusakan tersebut masih dapat ditanggulangi. Upaya penanggulannya yaitu dengan membuat orang-orangan sawah dan plastik-plastik yang ditarik oleh tali plastik dan bambu sehingga plastik tersebut tersibak angin dan dapat mengusir setiap pagi dan sore hari. Adapun jenis gulma yang mengganggu pertanaman padi saat penelitian yaitu gulma rumput-rumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan tekitekian (sedges). Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut dan memendamkannya ke dalam lumpur sawah hingga tidak ada lagi gulma pada areal pertanaman padi sawah pada umur 4 MST dan 6 MST. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman padi berumur 16 MST atau 112 HST. Menurut Pitojo (2003), panen yang tepat yaitu jika gabah telah tua dan matang. Waktu panen berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu beras yang dihasilkan. Panen dilakukan pada waktu yang bersamaan tiap perlakuan. Gambar 1. Kondisi Umum Percobaan

4 16 Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati. Hasil sidik ragam ini menghasilkan nilai ketepatan suatu percobaan yaitu nilai koefisien keragaman (kk). Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai kk menunjukan tingkat ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan. Nilai kk hasil analisis sidik ragam secara umum masih dapat ditolerir yaitu dibawah 20 %. Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan tanaman padi seperti tinggi tanaman pada umur 4-7 MST, jumlah anakan pada umur 4-5 MST dan warna daun pada umur 5 MST. Perlakuan pupuk hayati juga berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST dan 8 MST sedangkan jumlah anakan dan warna daun pada umur 8 MST. Namun demikian perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan pada umur 3 MST dan warna daun pada umur 3, 4, 6, dan 7 MST. Aplikasi pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk dan berat kering total tanaman. Aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan volume akar pada umur 8 MST, namun aplikasi pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap panjang akar pada umur 8 MST. Aplikasi pupuk hayati pada umumnya tidak berpengaruh terhadap hasil dan komponen hasil yaitu jumlah gabah/malai, panjang malai, bobot 1000 butir gabah, hasil per tanaman kering, bobot basah ubinan, bobot kering ubinan. Namun aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap hasil per tanaman basah dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif. Aplikasi pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap dugaan hasil/ha yaitu gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG), bobot gabah isi dan hampa. Rekapitulasi sidik ragam efektivitas pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah terlihat pada Tabel 2.

5 Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Efektivitas Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah Peubah Perlakuan Koefisien Keragaman (%) Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman 3 MST ** MST * MST * MST * MST * MST ** Jumlah Anakan 3 MST tn MST * MST * MST * MST * MST ** Warna Daun 3 MST tn MST tn MST * MST tn MST tn MST ** 4.17 Panjang Akar (8 MST) tn Volume Akar (8 MST) * # Bobot Kering Akar (8 MST) * # Bobot Kering Tajuk (8 MST) ** Bobot Kering Total (8 MST) ** # Hasil dan Komponen Hasil Jumlah Anakan Produktif ** Panjang Malai tn Jumlah Gabah/Malai tn Bobot 1000 Butir tn Hasil per Tanaman Basah * Hasil per Tanaman Kering tn Bobot Gabah Isi (%) tn Bobot Gabah Hampa (%) tn Bobot Basah Ubinan tn Boobot Kering Ubinan tn Dugaan Hasil/ha Gabah Kering Panen (GKP) tn Gabah Kering Giling (GKG) tn Ket: * = Nyata pada taraf 5 %; ** = Nyata pada taraf 1 %; tn = Tidak nyata; # = Transformasi X

6 18 Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah yaitu nilai C-Organik, ph, N total, P dan K tanah sebelum perlakuan tidak berpengaruh nyata antar semua perlakuan. Aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap ph, H 2 O, N total, P, dan K pada akhir percobaan. Hasil analisis kandungan hara tanah awal dan akhir percobaan ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Hara Tanah pada Awal dan Akhir Percobaan Parameter Perlakuan Awal Akhir P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 ph g 6.40f 6.50d 6.40e 6.50c 6.60b 6.60a N Total (%) e 0.11f 0.14d 0.15c 0.14d 0.16b 0.18a P Bray I (ppm) f 3.20e 3.90d 4.20b 4.00c 4.50a 4.20b K (me/100gram) f 0.15e 0.17d 0.19b 0.18c 0.20a 0.18c Sumber: Hasil analisis dari Laboratorium Tanah dan Tanaman, SEAMEO BIOTROP pada tanggal 5 September 2009 dan 6 Januari Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak P0 : Tanpa pupuk P4 : Pupuk hayati dosis P1 : 1 dosis P5 : Pupuk hayati dosis P2 : Pupuk hayati + 1 dosis P6 : Pupuk hayati P3 : Pupuk hayati dosis Dari Tabel 3. terlihat bahwa hasil analisis kandungan hara tanah yaitu nilai ph, N total, P, dan K tanah meningkat setelah aplikasi pupuk hayati. Aplikasi pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk meningkatkan kandungan ph, N total, P, dan K tanah. Hasil analisis tanah akhir menunjukan bahwa aplikasi pupuk hayati saja menghasilkan nilai ph dan N total tanah yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan dan saja, sedangkan aplikasi pupuk hayati ditambah dengan 0.25 dosis menghasilkan kandungan P dan K tanah yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk lainnya. Nilai C-Organik, ph, N total, P, dan K tanah awal percobaan pupuk hayati berturut-turut yaitu 2.14 %, 5.6, 0.13 %, 3 ppm, 0.14 me/100 gram. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), nilai C-Organik tersebut tergolong sedang, ph bersifat agak asam, sedangkan kandungan N total dan K tanah tergolong rendah dan kandungan P tanah tergolong sangat rendah (Lampiran 3).

7 Sifat ph tanah setelah aplikasi pupuk hayati dengan penurunan dosis menghasilkan sifat tanah yang agak asam sampai tergolong netral. Analisis kandungan N total dan K tanah akhir percobaan pupuk hayati dengan pengurangan dosis atau perlakuan tanpa pemupukan dan perlakuan 1 dosis pupuk tergolong rendah, sedangkan kandungan P tanah pada semua perlakuan tergolong sangat rendah. Nilai ph, N total, P, dan K tanah pada akhir percobaan terlihat meningkat. Selisih peningkatan ph tanah berkisar antara 0.4 1, N total berkisar antara %, P berkisar antara ppm, dan peningkatan K berkisar antara me/100g (Tabel 4.) Tabel 4. Selisih Kandungan Hara Tanah pada Awal dan Akhir Percobaan Perlakuan ph H 2 0 N Total (%) P Bray I (ppm) K (me/100g) Tanpa Pemupukan 0.4 (+) 0.01 (-) 0.1 (-) 0.02 (-) 1 Dosis 0.8 (+) 0.02 (-) 0.2 (+) 0.01 (+) Pupuk Hayati + 1 Dosis 0.9 (+) 0.01 (+) 0.9 (+) 0.03 (+) Pupuk Hayati Dosis 0.8 (+) 0.02 (+) 1.2 (+) 0.05 (+) Pupuk Hayati Dosis 0.9 (+) 0.01 (+) 1 (+) 0.04 (+) Pupuk Hayati Dosis 1 (+) 0.03 (+) 1.5 (+) 0.06 (+) Pupuk Hayati 1 (+) 0.05 (+) 1.2 (+) 0.04 (+) Sumber: Hasil analisis dari Laboratorium Tanah dan Tanaman, SEAMEO BIOTROP pada tanggal 5 September 2009 dan 6 Januari Keterangan : - : Pengurangan kandungan hara + : Penambahan kandungan hara Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Perlakuan pupuk hayati terlihat berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada saat berumur 3 MST - 8 MST. Pengamatan saat 8 MST, perlakuan pupuk hayati ditambah dengan 0.75 dosis pupuk menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan 1 dosis pupuk, namun aplikasi pupuk hayati ditambah dengan pengurangan pupuk lebih dari 25 % menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan perlakuan 1 dosis. Hasil analisis statistik pengaruh pupuk hayati terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 5. 19

8 20 Perlakuan Tanpa Pemupukan Tabel 5. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Tinggi Tanaman Umur Tanaman (MST) cm bc 33.6abc 41.5abc 48.1abc 53.8bc 61.3bc 1 Dosis 29.3a 35.9a 44.7a 52.3a 59.9a 69.1a PH + 1 Dosis PH Dosis PH Dosis PH Dosis 26.1c 32.5bc 40.1abc 46.7abc 53.0bc 61.3bc 28.9ab 34.5ab 43.2ab 50.9ab 58.2ab 66.9ab 27.6abc 31.3c 38.5bc 45.6bc 52.6c 59.7c 25.7c 30.4c 39.4bc 43.2c 50.8c 58.6c Pupuk Hayati 25.7c 31.1c 37.1c 45.3bc 51.1c 57.8c Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak Jumlah Anakan Aplikasi pupuk hayati berpengaruh terhadap jumlah anakan setelah umur tanaman 3 MST. Pengamatan saat 8 MST, perlakuan pupuk hayati ditambah 0.5 sampai 1 dosis pupuk menghasilkan jumlah anakan yang tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan dosis penuh. Aplikasi pupuk hayati ditambah 0.75 sampai 1 dosis pupuk menghasilkan jumlah anakan yang nyata lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan. Pengaruh pupuk hayati terhadap jumlah anakan dapat dilihat pada Tabel 6. Perlakuan Tanpa Pemupukan Tabel 6. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Jumlah Anakan per Rumpun Umur Tanaman (MST) abc 17.2abc 23.6b 32.1bc 34.3bc 1 Dosis ab 20.8ab 32.0a 43.9a 46.9a PH + 1 Dosis PH Dosis PH Dosis PH Dosis bcd 16.5abc 27.7ab 36.1abc 45.6a a 21.7a 31.8a 43.3ab 47.8a bcd 15.2bc 24.5ab 33.2abc 42.0ab d 14.1c 23.1b 29.1c 37.2bc Pupuk Hayati dc 12.3c 20.8b 26.3c 33.6c Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak

9 Warna Daun Pengukuran warna daun yaitu untuk mengetahui kecukupan tanaman terhadap unsur N. Titik kritis kecukupan unsur hara N pada tanaman padi yaitu skala 4, apabila skala kurang dari 4 menunjukan bahwa tanaman tersebut kekurangan unsur hara N (PPPTP, 2009). Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan BWD. Hasil analisis pengaruh pupuk hayati terhadap warna daun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Warna Daun Perlakuan Umur Tanaman (MST) Tanpa Pemupukan b b 3.3b 1 Dosis a a 3.8a PH + 1 Dosis ab ab 3.8a PH Dosis b a 3.7a PH Dosis b ab 3.7a PH Dosis b ab 3.5ab Pupuk Hayati b ab 3.3b Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak Dari Tabel 7 diperoleh bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh terhadap skala warna daun setelah tanaman berumur 4 MST. Aplikasi pupuk hayati dengan berbagai taraf dosis pupuk menghasilkan skala warna daun yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis penuh. Aplikasi pupuk hayati tanpa pupuk menghasilkan skala warna daun yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan. Panjang Akar dan Volume Akar Kombinasi perlakuan pupuk hayati dengan pupuk terlihat tidak berpengaruh terhadap panjang akar. Namun aplikasi pupuk hayati dengan pupuk berpengaruh terhadap volume akar saat tanaman berumur 8 MST. Pengaruh pupuk hayati dan pupuk terhadap panjang dan volume akar pada umur tanaman 8 MST dapat dilihat pada Tabel 8. 21

10 Tabel 8. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Panjang Akar dan Volume Akar pada umur tanaman 8 MST Perlakuan Panjang Akar Volume akar cm ml..... Tanpa Pemupukan c 1 Dosis ab PH + 1 Dosis a PH Dosis ab PH Dosis abc P5 + 0,25 Dosis bc PupukHayati c Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak Dari Tabel 8 terlihat bahwa aplikasi pupuk hayati ditambah dosis penuh cenderung dapat meningkatkan volume akar. Perlakuan pupuk hayati ditambah 1 dosis pupuk terlihat menghasilkan volume akar yang lebih besar dibandingkan dosis penuh dan nyata meningkatkan volume akar dibandingkan tanpa pemupukan. Aplikasi pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk menghasilkan volume akar yang tidak berbeda dengan pupuk saja. Walaupun demikian aplikasi pupuk hayati saja terlihat menghasilkan volume akar yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan. Bobot Biomassa Bobot biomassa mencerminkan tingkat pertumbuhan tanaman yang ditentukan oleh kecukupan hara terutama nitrogen. Aplikasi pupuk hayati berpengaruh terhadap bobot kering biomassa. Analisis statistik pengaruh pupuk hayati terhadap bobot biomassa terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Bobot Kering Biomassa saat Berumur 8 MST Perlakuan Biomassa Akar Biomassa Tajuk Biomassa Total......g Tanpa Pemupukan 7.3b 15.7b 22.9c 1 Dosis 18.2a 35.7a 53.9a PH + 1 Dosis 22.3a 32.4a 54.7a PH Dosis 13.3ab 29.9a 43.2ab PH Dosis 11.7ab 19.9b 31.6bc PH Dosis 8.1b 17.1b 25.2c Pupuk Hayati 6.9b 15.5b 22.4c Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak 22

11 Tabel 9. terlihat bahwa aplikasi pupuk hayati meningkatkan biomassa akar dan biomassa total. Perlakuan pupuk hayati ditambah 0.75 sampai 1 dosis pupuk menghasilkan bobot kering biomassa akar, tajuk dan biomassa total yang tidak berbeda dengan perlakuan pupuk dosis penuh. Namun demikian terdapat kecenderungan bahwa pengurangan pupuk akan menurunkan bobot biomassa akar dan tajuk walaupun diaplikasikan pupuk hayati. Pengurangan 25 % dosis dengan aplikasi pupuk hayati tidak nyata menurunkan bobot tajuk, tetapi pengurangan hingga 50 % terlihat nyata menurunkan bobot tajuk. Pengurangan 75 % dosis pupuk atau tanpa pupuk sama sekali terlihat menghasilkan bobot kering akar dan tajuk yang sebanding dengan perlakuan tanpa pemupukan. Hasil dan Komponen Hasil Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Bobot 1000 Butir Gabah Aplikasi pupuk hayati dengan berbagai taraf dosis pupuk terlihat berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai maupun bobot 1000 butir gabah. Aplikasi pupuk hayati ditambah 0.75 sampai 1 dosis pupuk terlihat menghasilkan jumlah anakan produktif yang tidak berbeda dibandingkan perlakuan saja, tetapi kombinasi pupuk hayati dengan pengurangan pupuk lebih dari 50 % atau perlakuan pupuk hayati saja terlihat menghasilkan jumlah anakan produktif yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan (Tabel 10). Pengaruh pupuk hayati ditambah dengan 0.5 sampai 1 dosis pupuk terlihat menghasilkan panjang malai yang tidak berbeda dengan perlakuan tanpa pemupukan maupun dosis penuh. Dengan demikian aplikasi 0.25 dosis ditambah pupuk hayati menghasilkan panjang malai yang cenderung lebih pendek dari perlakuan tanpa pemupukan. Pola perlakuan tersebut sama terhadap jumlah gabah per malai. Demikian pula perlakuan pupuk hayati dengan berbagai taraf dosis pupuk cenderung menghasilkan bobot 1000 butir gabah yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan dan dosis penuh. Aplikasi pupuk hayati ditambah berbagai taraf dosis pupuk terhadap panjang malai, jumlah gabah per malai dan bobot 1000 butir gabah terlihat pada Tabel

12 Tabel 10. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Bobot 1000 Butir Perlakuan Tanpa Pemupukan Jumlah Anakan Produktif Panjang Malai (cm) Jumlah Gabah/Malai 24 Bobot 1000 Butir Gabah (g) 21.0d 25.1ab 126.0ab 25.5ab 1 Dosis 27.1a 27.1a 143.2a 25.3ab PH + 1 Dosis 26.2ab 24.7ab 119.3ab 25.2b PH Dosis 25.3abc 26.3ab 130.3ab 26.4ab PH Dosis 23.7bcd 25.3ab 123.9ab 26.5ab PH Dosis 22.5d 24.3b 115.1b 27.1a Pupuk Hayati 21.1d 24.3b 115.3b 26.3ab Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak Hasil/Tanaman Kombinasi pupuk hayati dengan berbagai taraf dosis pupuk tidak berpengaruh terhadap persentase gabah isi dan hampa (Tabel 11), namun berpengaruh terhadap hasil gabah per tanaman baik basah maupun kering. Aplikasi pupuk hayati dengan penurunan dosis terlihat menghasilkan gabah per tanaman basah maupun kering yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis penuh. Perlakuan pupuk hayati saja terlihat menghasilkan gabah per tanaman basah maupun kering yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan. Pengaruh pupuk hayati terhadap hasil gabah per tanaman terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Hasil Gabah per Tanaman dan Persentase Gabah Isi dan Hampa Perlakuan Hasil Gabah/Tanaman Basah Hasil Gabah/Tanaman Kering...g Gabah Isi Gabah Hampa...%... Tanpa Pemupukan 33.1b 24.9c Dosis 53.6a 37.6a PH + 1 Dosis 50.4a 36.4ab PH Dosis 42.1ab 30.5abc PH Dosis 43.9ab 31.6abc PH Dosis 41.4ab 30.1abc Pupuk Hayati 37.0b 26.5bc Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak

13 Hasil Ubinan dan Dugaan Hasil/Ha Aplikasi pupuk hayati ditambah dengan berbagai taraf dosis pupuk terlihat tidak berpengaruh terhadap hasil ubinan dan dugaan hasil per hektar. Aplikasi pupuk hayati ditambah dengan penurunan taraf dosis pupuk terlihat menghasilkan ubinan dan dugaan hasil per hektar yang cenderung menurun, walaupun demikian aplikasi pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk hingga 25 % tidak menurunkan hasil secara nyata. Pengaruh pupuk hayati dengan pupuk terhadap hasil gabah terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Hasil Gabah Ubinan dan Dugaan Hasil per Hektar Perlakuan Tanpa Pemupukan Hasil Gabah Ubinan Dugaan Hasil/Ha Basah Kering GKP GKG 25. Kg Dosis PH + 1 Dosis PH Dosis PH Dosis PH Dosis Pupuk Hayati Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak Pembahasan Hasil analisis tanah setelah aplikasi pupuk hayati terlihat nyata meningkatkan ph tanah, kandungan N total, kandungan P tanah, dan kandungan K tanah dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan dan dosis penuh. Hasil ini sejalan dengan penelitian Hasanuddin dan Gonggo (2004) dimana inokulasi mikroba pelarut P berpengaruh nyata terhadap ketersediaan P tanah dan serapan P. Wu et al (2005) menambahkan, penggunaan pupuk hayati tidak hanya meningkatkan kadar unsur hara pada tanaman seperti N, P dan K, tetapi juga meningkatkan kandungan senyawa organik dan N total dalam tanah. Penelitian

14 26 Wibowo (2008) menunjukan bahwa aplikasi pupuk hayati dalam pupuk kompos dapat meningkatkan kandungan N total, P tanah dan K tanah kecuali kandungan Ca dan Mg. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan Tanaman Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi pupuk hayati dengan berbagai taraf dosis pupuk terlihat berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Secara umum perlakuan pupuk hayati dikombinasikan dengan 0.75 dosis pupuk menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan pupuk saja. Dengan demikian aplikasi pupuk hayati diduga dapat mensubstitusi kekurangan unsur hara yang diberikan oleh pupuk sampai 25 %, terutama unsur hara N. Peran pupuk hayati majemuk yang mengandung bakteri Azospirillum sp. dan Azotobacter sp. dapat meningkatkan ketersediaan unsur N. Menurut Simanungkalit (2001), bakteri Azospirillum sp. dan Azotobacter sp. dapat memfiksasi nitrogen, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara N dalam tanah. Aplikasi pupuk hayati dengan penambahan dosis pupuk terlihat menghasilkan jumlah anakan yang tidak berbeda dengan aplikasi 1 dosis pupuk. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap jumlah anakan adalah N dan P (Dobermann dan Fairhust, 2000). Kondisi tersebut menunjukan bahwa mikroba yang terkandung dalam pupuk hayati dapat meningkatkan ketersediaan unsur N dan P. Menurut Hamim (2008), pupuk hayati yang mengandung Azospirillum sp. dapat memfiksasi unsur N dari udara bebas dan Pseudomonas sp. dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman. Seperti halnya dengan jumlah anakan, aplikasi pupuk hayati ditambah dengan berbagai taraf dosis menghasilkan tingkat kehijauan warna daun yang sama dengan perlakuan dosis penuh. Hal tersebut diduga bahwa aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan kekurangan unsur hara N. Menurut Simanungkalit (2001), aplikasi pupuk hayati yang mengandung Azospirillum sp. dan Azotobacter sp. dapat memfiksasi nitrogen secara bebas dari udara, sehingga unsur N dapat meningkatkan kehijauan warna daun.

15 27 Hasil analisis statistika, aplikasi pupuk hayati tidak berpengaruh meningkatkan panjang akar tanaman padi, tapi aplikasi pupuk hayati berpengaruh meningkatkan volume akar. Kombinasi pupuk hayati dengan pupuk dosis penuh menghasilkan volume akar yang lebih besar dibandingkan perlakuan pupuk saja dan nyata meningkatkan volume akar dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Astuti (2007) pupuk hayati yang mengandung Azospirillum sp. dapat meningkatkan jumlah akar lateral, sehingga dapat meningkatkan volume akar. Fadiluddin (2009) menambahkan, aplikasi pupuk hayati nyata meningkatkan perakaran baik pada tanaman padi gogo maupun pada tanaman jagung. Hal tersebut dimungkinkan peran pupuk hayati dapat mendorong pertumbuhan perakaran sehingga dapat meningkatkan volume akar walaupun tidak berpengaruh terhadap panjang akar. Menurut Vessey (2003), peningkatan perakaran disebabkan oleh pembelahan dan pemanjangan sel akar yang dipacu oleh hormon yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Wibowo (2007) menambahkan bahwa aplikasi pupuk hayati yang mengandung Azospirillum sp. dapat menghasilkan Indole Acetic Acid (IAA), sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon IAA yang dihasilkan oleh bakteri yang terkandung dalam pupuk hayati merupakan salah satu jenis hormon auksin yang berperan dalam pembentukan dan pemanjangan akar. Hormon yang dihasilkan oleh bakteri tersebut merangsang pembelahan sel-sel ujung akar dan akar lateral sehingga menciptakan lingkungan perakaran yang baik dalam optimalisasi perakaran. Bobot biomassa mencerminkan tingkat pertumbuhan tanaman yang ditentukan oleh kecukupan hara terutama nitrogen. Hasil penelitian bahwa pengaruh pupuk hayati dikombinasikan pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman, jumlah anakan, tingkat kehijauan warna daun, maupun volume akar. Hal tersebut mendorong pertumbuhan biomassa tanaman. Aplikasi pupuk hayati terlihat nyata meningkatkan bobot kering biomassa akar dan bobot kering biomassa total dan menghasilkan bobot kering tajuk yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan, namun tidak berbeda dengan perlakuan dosis penuh. Hasil penelitian Hindersah dan Simarmata (2004) menjelaskan bahwa inokulasi tanaman dengan Azotobacter sp. dapat memperbaiki perkembangan tajuk dan Akar. Penelitian ini

16 28 sejalan dengan penelitian Hidayati (2009), pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering tajuk, bobot kering akar dan bobot kering total tanaman padi dan jagung di bandingkan perlakuan tanpa pemupukan dan saja. Penelitian Fadiluddin (2009), aplikasi pupuk hayati meningkatkan bobot kering akar tanaman jagung dan padi gogo sebesar % dan 28 %. Pengaruh Pupuk Hayati terhadap Hasil dan Komponen Hasil Aplikasi pupuk hayati dapat memacu pertumbuhan tanaman padi, sehingga berdampak juga terhadap hasil dan komponen hasil padi. Fadiluddin (2009) menyatakan bahwa hasil dan komponen hasil merupakan resultan dari pertumbuhan vegetatif tanaman padi yang ditunjukan oleh bobot kering biomassa tanaman. Hasil analisis statistika menunjukan bahwa aplikasi pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, dan bobot 1000 butir gabah. Aplikasi pupuk hayati ditambah dengan 0.75 sampai 1 dosis menghasilkan jumlah anakan produktif yang nyata lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan, namun tidak berbeda dengan perlakuan 1 dosis. Pengaruh pupuk hayati terhadap peningkatan jumlah anakan produktif dinyatakan oleh Hidayati (2009) bahwa pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan jumlah anakan produktif padi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan. Aplikasi pupuk hayati ditambah dengan 0.5 sampai 1 dosis pupuk terlihat menghasilkan panjang malai dan jumlah gabah per malai yang tidak berbeda dengan 1 dosis maupun perlakuan tanpa pemupukan, sedangkan pengurangan dosis hingga 75 % pada aplikasi pupuk hayati menghasilkan panjang malai dan jumlah gabah per malai yang cenderung lebih pendek dari perlakuan tanpa pemupukan. Demikian pula perlakuan pupuk hayati dengan berbagai taraf dosis pupuk cenderung menghasilkan bobot 1000 butir gabah yang sama dengan perlakuan tanpa pemupukan dan dosis penuh. Hal tersebut diduga karena kesuburan tanah masih sangat rendah (terutama kandungan bahan organik tanah sedang), sehingga peran mikroba dalam meningkatkan unsur N, P dan K belum optimal. Untuk dapat berperan optimal, mikroba memerlukan C-organik maupun unsur-unsur lain sebagai bahan energi untuk pembiakan

17 29 dirinya hingga mencapai populasi optimum dan mengikat N serta melarutkan P dalam jumlah yang optimum. Pengaruh perlakuan pupuk hayati dengan penurunan taraf dosis terhadap hasil dan komponen hasil tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan pupuk saja. Namun aplikasi pupuk hayati saja terlihat menghasilkan bobot gabah per tanaman yang sebanding dengan perlakuan tanpa pemupukan. Kondisi tersebut memperkuat dugaan bahwa pupuk hayati dapat efektif apabila aplikasinya ditambahkan pupuk organik maupun anorganik sebagai substrat untuk memperbanyak diri. Tanpa pupuk organik ataupun anorganik terlihat bahwa aplikasi pupuk hayati pengaruhnya sama dengan tanpa pemupukan sama sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Curah hujan selama penelitian dari bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010 tergolong tinggi sampai sangat tinggi yaitu berkisar antara 242.1-415.8 mm/bulan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, yang merupakan bulan basah. Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) IRMAN ANDRIAWAN A

EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) IRMAN ANDRIAWAN A EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) IRMAN ANDRIAWAN A24061549 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Elevasi/GPS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi umum Lahan penelitian berada diketinggian 250 m diatas permukaan laut (dpl ) dengan jenis tanah latosol darmaga. Curah hujan terendah selama penelitiaan yaitu 312

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati Rice Organic Cultivation with Different Times of Manure Application and Biological Fertilizer Application

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian Lokasi percobaan bertempat di desa Jayamukti, Kec. Banyusari, Kab. Karawang mendukung untuk budidaya tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya 17 Hasil Analisis Tanah HASIL PERCOBAAN Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di Kubu Raya didominasi oleh debu dan liat dengan sedikit kandungan pasir. Tanah di Sui Kakap, Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Serbuk Simplisia CAF dan RSR Sampel bionutrien yang digunakan adalah simplisia CAF dan RSR. Sampel terlebih dahulu dibersihkan dari pengotor seperti debu dan tanah.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah LAMPIRAN 62 63 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria ph H 2 O (1:2,5) - 6,2 Agak masam ph KCl (1:2,5) - 5,1 - C-Organik % 1,25 Rendah N-Total % 0,14 Rendah C/N - 12 Sedang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Januari sampai Juni 2010. Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 23.2 o C-31.8 o C. Curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum meliputi muncul daun ke permukaan (emergence),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK TANAM DAN UMUR BIBIT PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

OPTIMASI JARAK TANAM DAN UMUR BIBIT PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) OPTIMASI JARAK TANAM DAN UMUR BIBIT PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) ADE ASTRI MULIASARI A24051850 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADE ASTRI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Lahan Sawah Tadah Hujan Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sangat tergantung pada curah hujan sebagai sumber air untuk berproduksi. Jenis sawah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci