HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Minuman Air Kelapa Sebelum melakukan pembuatan minuman air kelapa, dilakukan pengamatan mutu organoleptik dan mutu kimiawi air kelapa segar. Data yang diperoleh dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia untuk minuman ringan (SNI ), standar minuman isotonik (Murray R dan J Stofan 2001) dan kandungan gizi minuman isotonik merk A. Air kelapa segar mempunyai mutu organoleptik sebagai berikut; berwarna putih bening, beraroma khas kelapa dan tidak ada endapan (tidak keruh). Hasil analisis kimia yang dilakukan pada air kelapa segar dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Hasil analisis kimia air kelapa segar dan kandungan gula dan mineral pada beberapa minuman isotonik Mutu Kimiawi Hasil SNI Minuman Standar Minuman Merk A Analisis Ringan* Isotonik** Gula total (%) 5.5 Min Natrium (mmol/l) Kalium (mmol/l) < 10 5 Ket : * SNI ** Murray R dan J Stofan 2001 Pembuatan minuman air kelapa terdiri dari beberapa tahap yaitu pencampuran dan penyaringan air kelapa untuk menghilangkan serpihan kulit kelapa. Setelah itu sterilisasi air kelapa dalam panci selama 3 menit pada suhu C. Penentuan lama dan suhu sterilisasi diperoleh dari trial and error. Minuman yang hanya di pasteurisasi pada suhu 70 0 C-80 0 C selama 1-3 menit hanya bertahan kurang dari 24 jam. Sterilisasi pada suhu C selama 1 menit hasilnya tidak jauh berbeda dengan pasteurisasi, sedangkan sterilisasi pada suhu C selama 3 menit memperoleh hasil yang lebih baik yaitu produk menjadi lebih awet dan baru mengalami kerusakan pada penyimpanan hari kedua (48 jam) pada suhu ruang. Jika lama pemanasan ditambah, akan timbul rasa sepat dan aroma khas kelapa lebih menyengat. Hal ini terjadi karena pemecahan gula terutama sukrosa yang terdapat lebih banyak pada air kelapa tua dibandingkan air kelapa muda. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Zat gizi tersebut dapat rusak jika mengalami pemanasan yang cukup lama.

2 Kemasan yang digunakan dalam pembuatan minuman air kelapa adalah gelas plastik 100 ml jenis polipropilen. Jenis ini digunakan untuk memudahkan pengamatan selama masa simpan. Sebelum ditutup dengan plastik seal, air kelapa dalam gelas di exhausting terlebih dahulu selama ±3 menit. Exhausting dilakukan untuk mengeluarkan gas-gas yang dapat menyebabkan perubahan minuman yang dihasilkan selama penyimpanan. Proses exhausting yang sederhana adalah dengan memanaskan wadah yang berisi kemasan minuman air kelapa dengan air yang mendidih. Penentuan formula minuman air kelapa terutama adalah dalam penentuan jenis dan jumlah bahan pengawet yang sesuai dan penentuan konsentrasi penambahan glukosa. Penentuan jenis dan jumlah bahan pengawet dilakukan secara trial and error, yaitu mencari bahan pengawet yang sesuai untuk minuman dengan spesifikasi mikroba yang cenderung mudah tumbuh pada produk minuman tersebut dan berdasarkan batas penggunaan pengawet pada minuman ringan. Pada pembuatan minuman air kelapa ini ditambahkan bahan pengawet natrium benzoat. Menurut Chipley (1993), benzoat lebih efektif terhadap khamir dan bakteri daripada kapang. Hal ini sesuai untuk minuman air kelapa karena kadar air kelapa lebih dari 90% yang berpotensi mengalami kerusakan akibat pertumbuhan bakteri (aw ). Aktivitas optimum asam benzoat pada kisaran ph dengan konsentrasi maksimum adalah 0.1%. Derajat keasaman air kelapa tua sekitar Hasil pengamatan terhadap 3 formula minuman air kelapa, yaitu tanpa penambahan pengawet (kontrol), penambahan 0.05% natrium benzoat dan penambahan 0.1% natrium benzoat menunjukkan bahwa formula kontrol hanya bertahan ±12 jam pada suhu ruang, sedangkan pada suhu refrigerator minuman masih tampak bening hingga hari ke-28, namun aroma mulai agak berbau asam dan keruh pada hari ke-14. Formula dengan penambahan 0.05% natrium benzoat pada suhu ruang rusak pada hari ke-5 dan pada suhu refrigerator mulai keruh dan berbau asam pada hari ke-14. Formula dengan penambahan 0.1% natrium benzoat pada suhu ruang rusak pada hari ke-7 dan pada suhu refrigerator mutu organoleptik masih baik pada hari ke-28. Penentuan konsentrasi glukosa yang ditambahkan ke minuman air kelapa dilakukan secara trial and error sampai didapatkan minuman dengan kemanisan yang cukup. Jumlah glukosa ditentukan berdasarkan banyaknya gula yang harus ada pada minuman yaitu minimal 5% (SNI ). Penambahan glukosa

3 ditetapkan dalam 4 konsentrasi yaitu kontrol (0%), 3%, 4% dan 5%. Persentase tertinggi penerimaan panelis (70%) terhadap mutu hedonik tingkat kemanisan minuman air kelapa berada pada taraf penambahan glukosa 4%. Berdasarkan hasil pengamatan mutu organoleptik (warna, aroma dan kekeruhan) selama penyimpanan dan hasil uji hedonik tingkat kemanisan, formula (produk) terbaik adalah formula dengan penambahan 0.1% natrium benzoat dan 4% glukosa. Pengamatan minuman air kelapa penyimpanan dua hari dengan penambahan natrium benzoat 0.1% pada suhu ruang, menunjukkan adanya perubahan menjadi agak keruh, namun aroma minuman masih agak segar. Pada minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) pada penyimpanan suhu ruang mengalami perubahan menjadi keruh dan timbul endapan, selain itu aroma menjadi asam. Pada minuman air kelapa dengan penambahan natrium benzoat 0.1% dan minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) pada penyimpanan suhu refrigerator tidak mengalami perubahan, minuman masih jernih dan beraroma khas kelapa. Minuman air kelapa pada penyimpanan dua hari disajikan pada Gambar Gambar 3 Minuman air kelapa pada penyimpanan 2 hari Keterangan : 1. Minuman air kelapa dengan penambahan natrium benzoat 0.1% pada penyimpanan suhu ruang. 2. Minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) pada penyimpanan suhu ruang. 3. Minuman air kelapa dengan penambahan natrium benzoat 0.1% pada penyimpanan suhu refrigerator. 4. Minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) pada penyimpanan suhu refrigerator.

4 Hasil Analisis Kimia Minuman Air Kelapa Selama Penyimpanan Kadar Gula Total Salah satu komponen zat gizi selain mineral yang dianjurkan terdapat pada minuman isotonik adalah karbohidrat, terutama karbohidrat sederhana. Menurut Murray R dan J. Stofan (2001), jenis dan konsentrasi total karbohidrat memiliki efek fisiologis dan karakter organoleptik terhadap minuman isotonik, seperti keseimbangan flavour, kemanisan dan cita rasa. Pengukuran kadar gula total minuman air kelapa dilakukan dengan metode luff schrool setelah proses inversi. Gula yang teranalisis adalah gula-gula sederhana yang telah mengalami proses inversi (pemecahan) sebelumnya dalam minuman air kelapa. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata kadar gula total minuman air kelapa pada awal penyimpanan adalah 8.8%, sedangkan pada akhir penyimpanan berkisar antara 4.3 hingga 4.5%. Kadar gula total minuman air kelapa selama penyimpanan cenderung mengalami penurunan (Gambar 4). Gambar 4 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kadar gula total selama penyimpanan. Penurunan kadar gula total selama penyimpanan terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang menggunakan gula sebagai sumber energi, sehingga gula sederhana dalam air kelapa mengalami degradasi menjadi asam. Selama penyimpanan bahan pangan, mikroba melakukan aktivitasnya yang dapat menimbulkan kerusakan bahan pangan. Bakteri, kapang, dan khamir mempunyai daya perusak terhadap bahan pangan dengan cara menghidrolisis

5 makromolekul-makromolekul yang menyusun bahan pangan menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil, misalnya karbohidrat menjadi gula sederhana atau pemecahan lebih lanjut dari gula menjadi asam-asam (Syarief et al 1989). Adanya penambahan glukosa dalam pembuatan minuman air kelapa pada penelitian ini juga mempengaruhi kadar gula total. Glukosa sebagai bahan pemanis merupakan gula sederhana yang termasuk dalam golongan monosakarida yang bersifat larut dalam air (Winarno 1997). Penyimpanan minuman air kelapa pada suhu refrigerator dapat menghambat penurunan gula total selama penyimpanan. Hal ini karena aktivitas mikroba pada suhu refrigerator dapat diperlambat. Menurut Fardiaz (1990), penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan didasarkan pada kenyataan bahwa aktivitas mikroorganisme dapat diperlambat atau dihentikan pada suhu di atas suhu pembekuan. Hal ini disebabkan reaksi-reaksi metabolisme di dalam sel mikroorganisme dikatalis oleh enzim dan kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Oleh karena itu, pemecahan gula sederhana menjadi asam lebih rendah pada suhu refrigerator dibandingkan dengan suhu ruang. Berdasarkan hasil sidik ragam kadar gula total minuman air kelapa (Lampiran 5), lama penyimpanan, penambahan pengawet, suhu penyimpanan dan interaksi antara dua perlakuan maupun ketiganya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar gula total minuman air kelapa selama penyimpanan (p>0.05). Kadar Gula Pereduksi Pengukuran kadar gula pereduksi dilakukan dengan metode luff schrool sebelum inversi. Gula yang teranalisis adalah gula-gula sederhana yang merupakan gula pereduksi dalam minuman air kelapa. Menurut Winarno (1992), ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroksil yang reaktif pada glukosa (aldosa) biasanya terletak pada karbon nomor satu (anomerik), sedangkan pada fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada karbon nomor dua. Sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas pada atom C no. 1 pada gugus glukosanya. Karena itu, laktosa bersifat pereduksi sedangkan sukrosa bersifat nonpereduksi (Winarno 1992).

6 Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata kadar gula pereduksi minuman air kelapa pada awal penyimpanan adalah 6.27%, sedangkan pada akhir penyimpanan kadar gula pereduksi berkisar antara 3.48 hingga 3.71%. Kadar gula pereduksi minuman air kelapa selama penyimpanan cenderung mengalami penurunan (Gambar 5). Penurunan kadar gula pereduksi selama penyimpanan terjadi karena adanya aktivitas mikroba yang menggunakan karbohidrat terutama gula sederhana pada air kelapa sebagai zat gizi (sumber energi). Pemecahan lebih lanjut dari gula sederhana adalah asam, sehingga kandungan gula pereduksi selama penyimpanan cenderung menurun. Glukosa yang ditambahkan dapat teranalisis karena merupakan gula sederhana yang termasuk gula pereduksi. Gambar 5 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kadar gula pereduksi selama penyimpanan. Penurunan kadar gula pereduksi lebih rendah jika dibandingkan dengan penurunan kadar gula total selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan aktivitas mikroba menyebabkan pemecahan gula terutama gula non pereduksi dan disakarida seperti sukrosa terlebih dahulu. Menurut Winarno (1992), inversi sukrosa terjadi dalam suasana asam. Hasil dari penguraian sukrosa adalah glukosa dan fruktosa. Penurunan ph selama penyimpanan mendukung inversi sukrosa dan meningkatkan kandungan gula sederhana (glukosa dan fruktosa) selama penyimpanan.

7 Penyimpanan pada suhu ruang juga menyebabkan mikroorganisme tumbuh dengan baik, dimana suhu ruang merupakan suhu optimum bagi sebagian besar pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu, jumlah mikroba yang semakin tinggi menyebabkan tingginya pemecahan gula menjadi gula sederhana kemudian menjadi asam. Berdasarkan hasil sidik ragam kadar gula pereduksi minuman air kelapa (Lampiran 6), penambahan pengawet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara dua perlakuan maupun ketiganya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar gula pereduksi minuman air kelapa selama penyimpanan (p>0.05). Derajat Keasaman (ph) Nilai ph diperoleh dari pengukuran konsentrasi ion hidrogen yang ada di dalam larutan, yaitu dalam bentuk asam terdisosiasi. Nilai ph menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu sampel. Semakin rendah nilai ph sampel maka derajat keasaman sampel tersebut semakin tinggi. ph berkaitan dengan umur simpan bahan pangan, sehingga nilai ph suatu bahan pangan perlu diketahui karena mempengaruhi jumlah dan jenis jasad renik yang dapat tumbuh dalam bahan pangan tersebut (Fardiaz 1988). Kisaran ph rata-rata minuman air kelapa selama penyimpanan adalah Nilai ph minuman air kelapa selama penyimpanan cenderung mengalami penurunan terutama pada penyimpanan suhu ruang (Gambar 6). Ket : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji Duncan taraf 5%. Gambar 6 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap nilai ph selama penyimpanan.

8 Berdasarkan hasil sidik ragam nilai ph minuman air kelapa (Lampiran 7), penambahan pengawet dan interaksi antara kedua dan ketiga faktor tidak berpengaruh nyata (p>0.05) sedangkan perlakuan lama penyimpanan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai ph minuman air kelapa selama penyimpanan. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai ph (Lampiran 8), menunjukkan bahwa nilai ph pada hari ke-0 berbeda nyata dengan nilai ph pada hari ke-2, nilai ph pada hari ke-0 dan ke-2 tidak berbeda nyata dengan hari ke-28, 14, 7 dan 21. Pada perlakuan suhu penyimpanan karena hanya terdiri dari dua taraf, maka tidak dilakukan uji lanjut Duncan. Perlakuan suhu penyimpanan (suhu ruang dan suhu refrigerator) berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai ph minuman air kelapa. Penurunan ph pada minuman air kelapa kontrol yang disimpan pada suhu ruang lebih cepat dibandingkan dengan minuman air kelapa dengan penambahan pengawet pada suhu ruang. Penurunan ph yang cukup tinggi mengindikasikan tingginya aktivitas mikroba pada minuman tersebut. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis mikrobiologi minuman air kelapa selama penyimpanan. Pada minuman yang diberi penambahan pengawet, aktivitas mikroba dapat dihambat. Mekanisme kerja natrium benzoat dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah dengan berdisosiasi di dalam sel membentuk banyak ion-ion hidrogen, yang menyebabkan ph sel menjadi rendah, sehingga dapat merusak organ-organ sel mikroorganisme. Benzoat efektif pada ph 2.5 sampai 4.0. Pada minuman baik kontrol dan dengan penambahan pengawet yang disimpan pada suhu refrigerator tidak mengalami penurunan ph yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena aktivitas mikroba dihambat oleh rendahnya suhu lingkungan sekitar, sehingga produksi asam terutama dalam bentuk ion yang terdisosiasi sebagai hasil metabolisme gula oleh mikroba rendah yang berindikasi pada ph minuman yang cenderung stabil selama penyimpanan. Total Asam Total asam adalah konsentrasi ion hidrogen terdisosiasi maupun tidak terdisosiasi. Total asam berhubungan erat dengan nilai ph yang sering dijadikan parameter untuk melihat daya awet suatu produk pangan. Total asam minuman air kelapa selama penyimpanan berkisar antara ml NaOH 0,1N/100ml (Gambar 7). Total asam minuman air kelapa

9 cenderung meningkat pada penyimpanan suhu ruang. Minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet pada suhu ruang yang diamati pada hari ke-2 memiliki total asam paling tinggi, yaitu sebesar ml. Berdasarkan hasil sidik ragam nilai total asam minuman air kelapa (Lampiran 9), lama penyimpanan, penambahan pengawet dan interaksi antara penambahan pengawet dan suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total asam minuman air kelapa selama penyimpanan (p>0,05), sedangkan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai total asam minuman air kelapa (p<0.05). Ket : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5%. Gambar 7 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap total asam tertitrasi selama penyimpanan. Salah satu tanda kerusakan minuman air kelapa adalah timbulnya aroma asam. Derajat keasamaan (ph) berhubungan dengan total asam produk. Semakin rendah ph, maka total asam akan semakin tinggi. Karena total asam tidak hanya mengindikasikan banyaknya ion hidrogen terdisosiasi dalam pangan namun juga dalam bentuk yang tidak terdisosiasi. Selama penyimpanan total asam minuman air kelapa cenderung naik. Peningkatan total asam terjadi karena selain asam hasil pemecahan gula oleh mikroba, juga adanya ion hidrogen terdisosiasi dan tak terdisosiasi dari natrium benzoat. Selama penyimpanan hingga hari ke-2 terutama pada penyimpanan suhu refrigerator, natrium benzoat lebih banyak dalam bentuk tak terdisosiasi. Semakin lama, aktivitas mikroba

10 akan semakin tinggi sehingga natrium benzoat membentuk ion hidrogen terdisosiasi yang dapat merusak sel mikoba, sehingga total asam akan meningkat sejalan dengan lama penyimpanan. Peningkatan total asam minuman air kelapa selama penyimpanan disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba yang melakukan aktivitasnya. Gula sederhana yang terkandung dalam minuman air kelapa digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya karena mikroba memerlukan zat gizi untuk hidup, sehingga gula sederhana dalam minuman air kelapa mengalami degradasi menjadi asam. Asam yang terbentuk akibat adanya aktivitas mikroba menyebabkan total asam minuman air kelapa meningkat. Bakteri, kapang, dan khamir mempunyai daya perusak terhadap bahan pangan dengan cara menghidrolisis makromolekul-makromolekul yang menyusun bahan pangan menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil, misalnya karbohidrat menjadi gula sederhana atau pemecahan lebih lanjut dari gula menjadi asam-asam (Syarief et al 1989). Kandungan Mineral dalam Minuman Air Kelapa Keberadaan mineral dalam minuman isotonik merupakan aspek penting yang mempengaruhi rasa dan manfaat minuman. Beberapa manfaat dari minuman isotonik adalah mendukung peningkatan konsumsi cairan, meningkatkan penyerapan cairan, mempertahankan volume plasma dan menjamin rehidrasi yang cepat dan sempurna (Murray dan J. Stofan 2001). Kandungan Natrium Kandungan mineral natrium dalam minuman isotonik bersama air terutama bermanfaat dalam proses rehidrasi yaitu menggantikan cairan tubuh (keringat) dan penstimulir penyerapan cairan dengan cepat. Minuman air kelapa secara alami mengandung natrium. Kandungan natrium minuman air kelapa selama penyimpanan berkisar antara ppm (Gambar 8). Kandungan natrium pada minuman air kelapa yang diberi penambahan pengawet lebih tinggi 50 ppm dari pada minuman air kelapa kontrol. Hal ini diduga karena penggunaan natrium benzoat yang meningkatkan kandungan natrium minuman air kelapa. Menurut Winarno (1992), Pengawet yang biasa digunakan adalah dalam bentuk Na-benzoat (C 7 H 5 NaO 2 ) karena kelarutannya lebih besar. Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif, yaitu asam benzoat yang tak terdisosiasi.

11 Ket : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5%. Gambar 8 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kandungan natrium selama penyimpanan. Kandungan natrium minuman air kelapa selama penyimpanan cenderung berubah, terutama pada minuman air kelapa dengan penambahan pengawet. Hal ini terjadi karena adanya penguraian natrium benzoat menjadi asam benzoat dan ion Na + yang berpengaruh pada perubahan kandungan natrium dan keseimbangan asam basa sel. Menurut Almatsier (2003), natrium berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam. Jika dibandingkan dengan kisaran kandungan natrium yang ada dalam minuman isotonik di pasaran yaitu sekitar mmol/l atau ppm maka kandungan natrium minuman air kelapa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil sidik ragam kandungan natrium minuman air kelapa (Lampiran 10), lama, suhu penyimpanan dan interaksi antara kedua dan ketiga faktor tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan natrium minuman air kelapa selama penyimpanan (p>0.05), sedangkan perlakuan pengawet berpengaruh nyata terhadap kandungan natrium minuman air kelapa selama penyimpanan (p<0.05). Pada perlakuan penambahan pengawet tidak dilakukan uji lanjut Duncan karena hanya terdiri dari dua taraf. Kandungan natrium pada minuman air kelapa dengan penambahan pengawet lebih tinggi daripada minuman air kelapa kontrol.

12 Menurut Murray dan J. Stofan (2001), minuman isotonik biasanya mengandung beberapa jenis monosakarida, disakarida dan maltodekstrin dengan konsentrasi 6-9%, selain itu juga mengandung beberapa mineral (elektrolit) seperti natrium, kalium, klorida dan fosfat. Pada beberapa produk juga ditambahkan flavour buah, sebagai penyegar. Kandungan natrium minimal dalam minuman isotonik adalah mmol/l. Hal ini berdasarkan estimasi pengeluaran natrium pada keringat selama beraktivitas (terutama olahraga). Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan natrium dalam minuman air kelapa adalah sebesar ppm atau sekitar mmol/l. Berdasarkan konsentrasi minimal natrium dalam minuman isotonik (20 mmol/l), maka kontribusi natrium minuman air kelapa adalah sebesar %. Hal ini menunjukan bahwa minuman air kelapa berpotensi dijadikan sebagai minuman isotonik. Formulasi lebih lanjut diperlukan untuk menyempurnakan minuman air kelapa sebagai minuman isotonik. Penambahan natrium (fortifikasi) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minimal natrium dalam minuman air kelapa yaitu sebesar mg Na per liter atau setara dengan mg NaCl per liter. Kandungan Kalium Kandungan elektrolit lain dalam minuman isotonik biasanya lebih kecil, antara lain kalium. Kandungan kalium dalam minuman isotonik adalah kurang dari 10 mmol/l. Sejumlah penelitian telah mempelajari peran potensialnya dalam kontraksi otot. Kehilangan kalium dalam tubuh menjadi dugaan umum penyebab keram otot (Murray dan J. Stofan 2001). Kandungan kalium minuman air kelapa selama penyimpanan berkisar antara ppm (Gambar 9). Kandungan kalium minuman air kelapa selama penyimpanan cenderung stabil. Kalium berperan dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Jika dibandingkan dengan kisaran kandungan kalium pada beberapa minuman isotonik yaitu sekitar 5-7 mmol/l atau ppm maka kandungan kalium minuman air kelapa tergolong tinggi.

13 Gambar 9 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kandungan kalium selama penyimpanan. Berdasarkan hasil sidik ragam kandungan kalium minuman air kelapa (Lampiran 11), lama penyimpanan, penggunaan pengawet, suhu penyimpanan dan interaksi antara kedua dan ketiga faktor tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan kalium minuman air kelapa selama penyimpanan (p>0.05). Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan kalium dalam minuman air kelapa adalah sebesar ppm atau sekitar mmol/l. Berdasarkan konsentrasi kalium dalam minuman isotonik (<10 mmol/l), maka kontribusi kalium minuman air kelapa adalah sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa minuman air kelapa berpotensi dijadikan sebagai minuman isotonik. Kandungan kalium pada perlakuan penambahan pengawet dan penyimpanan suhu refrigerator hari ke-28 adalah 9.49 mmol/l. Hal ini menunjukkan bahwa produk dengan perlakuan penambahan pengawet dan penyimpanan suhu refrigerator adalah produk terpilih dibandingkan dengan produk lain. Karena kandungan kaliumnya memenuhi persyaratan kandungan kalium minuman isotonik (<10 mmol/l).

14 Uji Mikrobiologi Total Mikroba Bahan pangan jarang dijumpai dalam keadaan steril, dimana hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Selama masa penyimpanan, produk pangan dapat mengalami perubahan mutu karena berbagai sebab, salah satu adalah karena adanya mikroorganisme. Oleh karena itu, analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan sangat penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Gambar 10 menunjukkan nilai logaritma total mikroba minuman air kelapa selama penyimpanan. Ket : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Gambar 10 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap total mikroba selama penyimpanan Analisis total mikroba yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode Total Plate Counts (TPC). TPC adalah suatu metode untuk menentukan jumlah mikroorganisme dalam bahan pangan tetapi metode tersebut tidak bisa menentukan jenis mikroorganisme spesifik lebih lanjut. Prinsip metode hitungan cawan (TPC) adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat dan dihitung langsung tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz 1988).

15 Kisaran nilai logaritma total mikroba minuman air kelapa selama penyimpanan adalah Log CFU/g atau total mikroba minuman air kelapa selama penyimpanan berkisar antara 6.6 x x 10 4 CFU/ml. Total mikroba minuman air kelapa cenderung meningkat dengan semakin lamanya waktu penyimpanan terutama penyimpanan pada suhu ruang dan tanpa penambahan pengawet. Minuman air kelapa yang disimpan pada suhu ruang baik kontrol maupun dengan pengawet lebih cepat rusak. Penyimpanan minuman pada suhu ruang menyebabkan mikroorganisme tumbuh dengan baik, dimana suhu ruang merupakan suhu optimum bagi sebagian besar pertumbuhan mikroorganisme. Suhu optimum adalah suhu dimana pertumbuhan mikroorganisme paling cepat. Salah satu ciri terjadinya pertumbuhan mikroba ditunjukkan dari penurunan ph dan peningkatan total asam pada minuman air kelapa selama penyimpanan. Karena mikroba memerlukan zat gizi terutama gula sederhana yang akan dihidrolisis menjadi asam, sehingga total asam minuman air kelapa akan meningkat selama penyimpanan. Menurut Fardiaz (1990), penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan didasarkan pada kenyataan bahwa aktivitas mikroorganisme dapat diperlambat atau dihentikan pada suhu di atas suhu pembekuan dan biasanya aktivitasnya berhenti sama sekali pada suhu pembekuan. Hal ini disebabkan reaksi-reaksi metabolisme di dalam sel mikroorganisme dikatalis oleh enzim dan kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Selain itu, air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, karena mengandung gula, senyawa nitrogen, vitamin dan mineral. Adanya penambahan natrium benzoat sebanyak 0.1% hanya mampu menekan pertumbuhan mikroba selama penyimpanan pada suhu refrigerator. Mekanisme kerja asam benzoat sebagai bahan pengawet berdasarkan pada permeabilitas dari membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam yang tidak berdisosiasi. Karena di dalam sel ph-nya netral, asam benzoat akan terdisosiasi di dalam sel membentuk banyak ion-ion hidrogen, yang menyebabkan ph sel menjadi rendah, sehingga dapat merusak organ-organ sel mikroorganisme (Chipley 1993). Minuman air kelapa yang mengalami kerusakan ditandai dengan terjadinya kekeruhan dan banyaknya endapan selain tingginya pertumbuhan mikroba selama penyimpanan. Ciri-ciri adanya pertumbuhan mikroorganisme adalah

16 perubahan warna, aroma, dan terbentuk endapan. Kombinasi pengolahan dan suhu penyimpanan minuman air kelapa yang benar dapat menghambat pertumbuhan mikroba sehingga kerusakan minuman air kelapa dapat dicegah. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan total mikroba pada perlakuan dengan penambahan pengawet dan penyimpanan pada suhu refrigerator selama penyimpanan hingga hari ke-28 masih di bawah nilai maksimum TPC (angka lempeng total) berdasarkan SNI minuman ringan. Berdasarkan hasil sidik ragam total mikroba minuman air kelapa (Lampiran 13), lama penyimpanan, penambahan pengawet, suhu penyimpanan, dan interaksi antara ketiganya berpengaruh nyata terhadap total mikroba minuman air kelapa selama penyimpanan (p<0.05). Hasil uji lanjut Duncan untuk pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba (Lampiran 14), menunjukkan bahwa total mikroba pada hari ke-2 berbeda nyata dengan total mikroba pada hari ke-14, 21 dan 0, sedangkan total mikroba pada hari ke-7 dan ke-28 tidak berbeda nyata. Pada perlakuan suhu penyimpanan dan jenis pengawet tidak dilakukan uji lanjut Duncan karena masing-masing hanya terdiri dari dua taraf. Total mikroba pada minuman air kelapa yang disimpan pada suhu ruang berbeda nyata dengan suhu refrigerator dan begitu pula perlakuan kontrol dengan penambahan pengawet. Interaksi ketiga faktor juga berbeda nyata. Menurut SNI , total mikroba (TPC) pada minuman ringan maksimum sebesar 2 x 10 2 koloni/ml. Berdasarkan hasil uji total mikroba, total mikroba minuman air kelapa pada awal penyimpanan berada di bawah batas maksimum total mikroba yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional, sehingga minuman air kelapa aman untuk dikonsumsi. Total mikroba minuman air kelapa kontrol yang disimpan pada suhu ruang tidak aman pada hari ke-2 dan dengan pengawet pada penyimpanan suhu ruang pada hari ke-7. Minuman air kelapa kontrol pada penyimpanan suhu refrigerator tidak aman pada hari ke-14, sedangkan minuman air kelapa dengan penambahan pengawet pada penyimpanan suhu refrigerator pada hari ke-28, masih di bawah batas aman total mikroba berdasarkan SNI minuman ringan, sehingga aman untuk dikonsumsi.

17 Uji Organoleptik Nilai modus kesukaan panelis terhadap beberapa parameter penilaian organoleptik minuman air kelapa disajikan pada Gambar 11, sedangkan persentase panelis yang dapat menerima beberapa parameter penilaian organoleptik minuman air kelapa disajikan pada Gambar 12, Gambar 11 Modus kesukaaan panelis terhadap parameter penilaian organoleptik pada minuman air kelapa Gambar 11 menunjukkan bahwa skor modus kesukaan panelis terhadap beberapa parameter penilaian (warna, aroma, kekeruhan, rasa dan keseluruhan) pada minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) dan yang diberi pengawet berada pada rentang 3 sampai 4 atau pada kisaran biasa hingga suka. Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 15), penambahan pengawet tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap semua parameter penilaian yaitu warna, aroma, kekeruhan, rasa dan keseluruhan produk minuman air kelapa. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan mutu organoleptik antara minuman air kelapa kontrol dengan minuman yang diberi pengawet natrium benzoat sebanyak 0.1%. Persentase penerimaan panelis terhadap parameter penilaian organoleptik (warna, aroma, kekeruhan, rasa dan keseluruhan produk) berada pada rentang 60-96% baik pada minuman air kelapa kontrol dan minuman air kelapa dengan penambahan pengawet.

18 Gambar 12 Persentase penerimaan panelis terhadap parameter penilaian organoleptik pada minuman air kelapa Warna Panelis menyukai warna minuman air kelapa baik kontrol maupun dengan penambahan pengawet. Skor modus kesukaan panelis terhadap warna minuman air kelapa kontrol dan dengan penambahan pengawet adalah suka (4). Hal ini disebabkan keduanya memiliki warna yang tidak jauh berbeda yaitu putih bening. Berdasarkan Gambar 12, persentase panelis yang dapat menerima warna minuman air kelapa baik kontrol maupun dengan penambahan pengawet adalah 84%. Aroma Aroma dari sebuah makanan dapat menggugah selera konsumen untuk menyantap makanan tersebut. Konsumen tentulah akan lebih menyukai aroma makanan yang enak, karena biasanya aroma merefleksikan rasa dari makanan tersebut. Skor modus kesukaan panelis terhadap aroma minuman air kelapa kontrol dan dengan penambahan pengawet adalah biasa (3). Berdasarkan Gambar 12, lebih dari separuh panelis dapat menerima aroma minuman air kelapa kontrol (60%), sedangkan hampir seluruh panelis dapat menerima aroma minuman air kelapa dengan penambahan pengawet (92%). Hal ini disebabkan oleh aroma khas kelapa yang lebih tercium pada minuman air kelapa kontrol.

19 Kekeruhan Skor modus kesukaan panelis terhadap kekeruhan minuman air kelapa kontrol adalah biasa (3), sedangkan untuk minuman dengan penambahan pengawet adalah suka (4). Berdasarkan Gambar 12, hampir seluruh panelis dapat menerima kekeruhan minuman air kelapa baik kontrol (84%) maupun dengan penambahan pengawet (92%). Tingkat kekeruhan kedua jenis minuman tergolong jernih sehingga dapat diterima oleh sebagian besar panelis. Hal ini menunjukkan belum terjadi kerusakan minuman air kelapa baik karena proses fermentasi atau kontaminasi dari luar yang ditandai oleh terjadinya kekeruhan dan timbulnya endapan. Rasa Skor modus kesukaan panelis terhadap rasa minuman air kelapa kontrol adalah biasa (3) sedangkan untuk minuman dengan penambahan pengawet adalah suka (4). Berdasarkan Gambar 12, lebih dari separuh panelis dapat menerima rasa minuman air kelapa baik kontrol (68%) maupun dengan penambahan pengawet (80%). Tingkat penerimaan minuman air kelapa dengan penambahan pengawet lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hal ini disebabkan karena rasa sangat dipengaruhi oleh aroma, sehingga aroma asam yang ada pada produk kontrol mempengaruhi tingkat penerimaan rasa produk. Keseluruhan Penilaian secara keseluruhan terhadap produk berkaitan dengan tingkat kesukaan dan bukan mengukur penerimaan terhadap sifat sensorik tertentu yang bertujuan untuk mengetahui apakah produk dapat diterima atau tidak (Soekarto 1985). Skor modus penerimaan keseluruhan terhadap minuman air kelapa baik kontrol dan dengan penambahan pengawet adalah biasa (3). Berdasarkan Gambar 12, hampir seluruh panelis dapat menerima minuman air kelapa kontrol (96%) dan penambahan pengawet (88%), artinya semua aspek yang dinilai meliputi warna, aroma, kekeruhan, dan rasa dari minuman air kelapa dapat diterima oleh panelis.

20 Uji Mutu Hedonik Kekeruhan Skor rata-rata mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa disajikan pada Gambar 13 berikut. Skor rata-rata mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa pada awal maupun akhir penyimpanan berada pada rentang 3 sampai 8 atau agak bening sampai keruh. Penentuan mutu hedonik kekeruhan dimulai pada 1 (jernih) hingga 10 (sangat keruh). Ket : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji lanjut Tukey pada taraf 5% Gambar 13 Skor rata-rata mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa selama penyimpanan Pada titik pengamatan hari ke-2 minuman air kelapa kontrol yang disimpan pada suhu ruang mengalami kerusakan sehingga skor rata-rata kekeruhan berada pada tingkat 7.32 (keruh). Hal ini terjadi juga pada titik pengamatan hari ke-7 dimana minuman dengan perlakuan penambahan pengawet yang disimpan pada suhu ruang mengalami kerusakan sehingga skor rata-rata kekeruhan berada pada tingkat 8.08 (mendekati sangat keruh). Hal ini terjadi karena penyimpanan pada suhu ruang memicu pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat. Menurut Fardiaz (1990), penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan didasarkan pada kenyataan bahwa aktivitas mikroorganisme dapat diperlambat atau dihentikan pada suhu di atas suhu pembekuan dan biasanya aktivitasnya berhenti sama sekali pada suhu pembekuan. Hal ini disebabkan

21 reaksi-reaksi metabolisme di dalam sel mikroorganisme dikatalis oleh enzim dan kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Hasil uji General Linear Model terhadap mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa (Lampiran 16) menunjukkan penambahan pengawet, interaksi antara penambahan pengawet dengan suhu penyimpanan dan interaksi antara lama penyimpanan, suhu penyimpanan dengan pengawet tidak berpengaruh nyata terhadap mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa. Suhu penyimpanan, interaksi antara penambahan pengawet dengan lama penyimpanan dan interaksi antara suhu penyimpanan dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa. Berdasarkan uji lanjut Tukey (Lampiran 17), skor rata-rata mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa pada hari ke-0, 2, 14 dan 28 tidak berbeda nyata, sedangkan skor rata-rata mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa pada hari ke-7 dan 21 berbeda nyata dengan penyimpanan hari ke-0, 2, 14 dan 28. Aroma Skor rata-rata mutu hedonik aroma minuman air kelapa disajikan pada Gambar 14 berikut. Ket : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf 5% Gambar 14 Skor rata-rata mutu hedonik aroma minuman air kelapa selama penyimpanan Skor rata-rata mutu hedonik aroma minuman air kelapa pada awal dan selama penyimpanan berada pada kisaran 2.92 sampai 7.56 atau berada pada kisaran agak segar sampai asam. Penentuan mutu hedonik aroma dimulai pada 1 (segar) hingga 10 (sangat asam)

22 Pada titik pengamatan hari ke-2 minuman air kelapa kontrol yang disimpan pada suhu ruang mengalami kerusakan sehingga skor rata-rata aroma berada pada tingkat 7 (asam). Hal ini terjadi juga pada titik pengamatan hari ke-7 dan hari ke-28 dimana minuman air kelapa dengan perlakuan penambahan pengawet yang disimpan pada suhu ruang pada hari ke-7 dan minuman air kelapa kontrol yang disimpan pada suhu refrigerator pada hari ke-28 mengalami kerusakan, sehingga skor rata-rata aroma berada pada tingkat 6 dan 7.5 (asam). Hal ini terjadi karena penyimpanan pada suhu ruang dan tanpa penambahan pengawet dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme. Mikroba melakukan aktivitasnya dengan mendegradasi karbohidrat atau gula yang terkandung dalam minuman air kelapa menjadi gula sederhana dan pemecahan lebih lanjut dari gula menjadi asam. Uji General Linear Model mutu hedonik aroma minuman air kelapa (Lampiran 18) menunjukkan penambahan pengawet, interaksi antara penambahan pengawet dengan suhu penyimpanan dan interaksi antara suhu penyimpanan dengan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap mutu hedonik aroma minuman air kelapa. Suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara penambahan pengawet dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap mutu hedonik aroma minuman air kelapa. Berdasarkan uji lanjut Tukey (Lampiran 19), terdapat perbedaan yang nyata mutu hedonik aroma air kelapa pada interaksi penambahan pengawet dengan lama penyimpanan pada setiap titik penyimpanan. Hal ini terjadi karena semakin lama penyimpanan maka pertumbuhan mikroba cenderung meningkat sehingga terjadi peningkatan aktivitas pembentukan asam dari gula sederhana yang dapat mempengaruhi aroma minuman.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Buah kelapa

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Buah kelapa TINJAUAN PUSTAKA Kelapa (Cocos nucifera L.) Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah dan air kelapa. Kulit luar merupakan lapisan tipis (0.14 mm) yang memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

MUTU DAN DAYA SIMPAN AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) YANG BERPOTENSI SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK. Oleh : RIZKA RIYANA

MUTU DAN DAYA SIMPAN AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) YANG BERPOTENSI SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK. Oleh : RIZKA RIYANA MUTU DAN DAYA SIMPAN AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) YANG BERPOTENSI SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK Oleh : RIZKA RIYANA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Minuman Sari Buah Duwet Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembuatan minuman sari buah dengan bahan dasar buah duwet. Pembuatan minuman sari buah dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL PEMBAHASAN 5.1. Sukrosa Perubahan kualitas yang langsung berkaitan dengan kerusakan nira tebu adalah penurunan kadar sukrosa. Sukrosa merupakan komponen utama dalam nira tebu yang dijadikan bahan

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter 1 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI 1 UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FITA FINARSIH A 420 100 067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pada penelitian pendahuluan dilakukan kajian pembuatan manisan pala untuk kemudian dikalengkan. Manisan pala dibuat dengan bahan baku yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 9 BAB X AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.

Lebih terperinci

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi sari kulit buah naga merah sebagai perendam daging sapi terhadap total bakteri

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata 4. PEMBAHASAN Nata merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari fermentasi substrat dengan bantuan mikroba yaitu Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari A.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015 di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Analisis Hasil Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN 1 ARTIKEL ILMIAH Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN Penelitian mengenai Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda telah dilakanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi khamir pada cider nanas. Cider merupakan suatu produk pangan berupa minuman hasil fermentasi dengan kandungan alkohol antara 6,5% sampai sekitar

Lebih terperinci

Pebrin Manurung PEMBAHASAN

Pebrin Manurung PEMBAHASAN Pebrin Manurung 242009032 PEMBAHASAN Selain sebagai pemanis, gula juga berperan sebagai pengawet karena mengurangi nilai aktivitas air (Aw). Walaupun gula ini berperan sebagai pengawet, tetapi bakteri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering Uji pembedaan segitiga dilakukan untuk melihat perbedaan ikan teri hasil perlakuan dengan ikan teri komersial.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Permen Jelly Pepaya Karakteristik permen jelly pepaya diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobiologis terhadap produk permen jelly pepaya.

Lebih terperinci

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang TEKNIK PELAKSANAAN PERCOBAAN PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN BLANCHING TERHADAP MUTU ACAR BUNCIS Sri Mulia Astuti 1 Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang berpotensi ekonomi tinggi karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Kezia Christianty C NRP : 123020158 Kel/Meja : F/6 Asisten : Dian

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tahap Satu Penelitian tahap satu dilakukan untuk menentukan produk tsukuda-ni yang paling disukai panelis dengan perlakuan jenis larutan perendam. Larutan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengolahan Bumbu Pasta Ayam Goreng Proses pengolahan bumbu pasta ayam goreng meliputi tahapan sortasi, penggilingan, penumisan, dan pengentalan serta pengemasan. Sortasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS B. KARAKTERISASI AWAL YOGURT KACANG HIJAU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS B. KARAKTERISASI AWAL YOGURT KACANG HIJAU IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS Sifat-sifat fisis-mekanis kemasan yang digunakan untuk mengemas yogurt kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. 1.1 Latar Belakang Percobaan Adalah uji untuk membuktikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces. 43 Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian Limbah Udang Pengecilan Ukuran Sterilisasi suhu 121 c, tekanan 1 atm Dianalisis kadar air dan bahan keringnya Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Ikan Layang Data hasil penelitian pengaruh konsentrasi belimbing terhadap nilai organoleptik ikan layang dapat dilihat pada Lampiran 2. Histogram hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN Oleh : Ermi Sukasih, Sulusi Prabawati, dan Tatang Hidayat RESUME Santan adalah emulsi minyak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam 44 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci Hasil penelitian pengaruh konsentrasi garam terhadap rendemen kerupuk kulit kelinci tercantum pada Tabel

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan berbagai perlakuan, terhadap perubahan kandungan protein

Lebih terperinci

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR (MANUFACTURE OF COW S MILK YOGHURT WITH THE HELP OF MICROORGANISMS IN PLAIN YOGHURT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk Nipis Terhadap Kadar Protein Analisis protein dilakukan untuk mengetahui kualitas protein tahu putih hasil

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Laboratorium Teknologi Bioproses Semester IV 2013/2014 LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Pembimbing : Dr. Pirman Kelompok : I Tgl. Praktikum : 21 Mei 2013 Nama : Muh. Rezki

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari umbi talas yang belum mengalami perlakuan. Pada penelitian ini talas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik Nilai Organoleptik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik ikan lolosi merah (C. chrysozona) dapat di lihat pada analisis

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan, pada bulan Mei hingga September 2011. Pembuatan minuman sari buah duwet dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan, Departemen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hylocereus polyrhizuz kulit dan buahnya berwarna merah, Hylocereus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hylocereus polyrhizuz kulit dan buahnya berwarna merah, Hylocereus 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga Buah naga adalah salah satu buah tropikal yang masih termasuk jenis kaktus. Ada empat jenis buah naga yang dibudidayakan di Indonesia yaitu Hylocereus undatus kulit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan Kelompok 3 Ade Juwita (109096000012) Chitta Putri Noviani (109096000007) Galuh Ilmia Cahyaningtyas (109096000011) Hafiz Akhyar (109096000034) Rahmawati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pikiran Salah satu permasalahan yang menyebabkan rendemen gula rendah di pabrik-pabrik gula di Indonesia adalah masalah downtime pabrik yang disebabkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Organoleptik 1. Aroma Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar, agar menghasilkan

Lebih terperinci

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.

Lebih terperinci