JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.8/ NOVEMBER 2017; ISSN X

Transkripsi

1 PENGARUH PIK REMAJA DALAM MENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI PENDIDIKAN PENDEWASAAN USIA PERNIKAHAN (PUP) PADA SISWA SMAN 1 LATAMBAGA KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2017 Andini Khayrunniza : J1A Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo ABSTRAK Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk yang berumur tahun. Hasil sensus pada tahun 2015 menunjukkan satu dari empat atau 25% penduduk Indonesia adalah remaja. Hal ini tidak lepas dari permasalahan seks bebas dan kesehatan reproduksi pada remaja sehingga menyebabkan pernikahan usia muda. Data dari tahun menunjukkan bahwa sebanyak kasus pernikahan terjadi di Kota Kolaka. Berdasarkan data tersebut, pernikahan yang terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Latambaga dari tahun sebanyak kasus dan 239 pernikahan diantaranya dilakukan oleh remaja berusia <19-20 tahun. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh PIK Remaja dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) pada siswa SMAN 1 Latambaga Kabupaten Kolaka tahun Metode penelitian menggunakan Pra Eksperimental dengan rancangan One group pre test-post test. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Latambaga Kota Kolaka yang berjumlah 210 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan cara simple random sampling sehingga didapatkan sampel berjumlah 138 orang. Data dianalisa menggunakan uji Mc Nemar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan motivasi pada responden yaitu pengetahuan p value (0,000) < α (0,05), sikap p value (0,000) < α (0,05), dan motivasi p value (0,000) < α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh PIK Remaja dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) pada siswa SMAN 1 Latambaga Kabupaten Kolaka tahun Kata Kunci : PUP, PIK Remaja ABSTRACK According to the World Health Organization (WHO), adolescents are population aged years. Final result in 2015 indicates one or 25% of Indonesia is adolescent. This can not be separated from the problem of free seks and reproductive helath in adolescents leading to young marriage. Data from the year shows that as many as cases of wedding in kolaka city. Based on data, marriages registered in the Kantor Urusan Agama (KUA) Latambaga District from the year as many as 1238 cases and 239 marriages among them performed by teens aged 19-20oyears. The purpose of this study is to know the effects of PIK Remaja in improving knowledge, attitude and motivation of education Maturation Age of Marriage at student of SMAN 1 Latambaga regency year Metode of research use Pre-Eksimimental premises of one group pre test-post test fest. The population of this study is all students of class X SMAN 1 Latambaga at Kolaka City, amounting to 210 people. The sampling technique using probability sampling by menas of sin random sampling so that got the sample amounted to 138 people. The data were analyzed using Mc Nemar test. The results showed that there is an increase in attitude and motivation knowledge on responden that is knowledge of p value (0,000) < α (0,05), attitude p value (0,000) < α (0,05), and motivation p value (0,000) < α (0,05). So it can be concluded that there is influence of PIK Remaja in improving knowledge, attitude and motivation of edication Maturation Age of Marriage at student of SMAN 1 Latambaga of Kolaka Regency year Keyword : PIK Remaja, Maturation Age of Marriage

2 PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya, karena remaja merupakan penerus bangsa, remaja menjadi harapan untuk kemajuan didalam suatu Negara. World Health Organization (WHO) menjelaskan remaja ( adolescent) adalah penduduk usia 10 sampai 19 tahun, sedangkan menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda ( youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Hasil Sensus Penduduk tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 255,5 juta jiwa dan satu dari setiap empat penduduk Indonesia adalah remaja. Pada tahun 2015 jumlah remaja usia tahun di Indonesia mencapai lebih dari 66 juta jiwa atau sekitar 25 persen dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2015). Remaja memiliki dua nilai yaitu nilai harapan (idaelisme) dan kemampuan. Apabila kedua nilai tersebut tidak terjadi keselarasan maka akan muncul bentuk-bentuk frustasi yang menyebabkan remaja melakukan perilaku menyimpang atau biasa disebut masalah kesehatan reproduksi remaja. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas ( unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki ( adolecent unwanted pragnanc) di kalangan remaja. Masalahmasalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu aborsi muda. dan pernikahan usia Data dari SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) menunjukkan bahwa 13% dari 6927 remaja wanita telah menikah. Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia 2007, menunjukkan di beberapa daerah sepertiga dari jumlah pernikahan dilakukan pasangan usia dibawah 16 tahun. Badan Kependudukan dan Keluarga Brencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat, angka pernikahan usia muda di Sulawesi Tenggara masih tinggi. Bahkan dari keseluruhan data angka pernikahan di Sulawesi Tenggara sekitar 20% diantaranya merupakan pernikahan usia muda. Berdasarkan Sensus Nasional tahun 2012, angka pernikahan usia muda di Kota Kendari masih yang terendah di Sulawesi Tenggara. Data dari tahun menunjukkan bahwa sebanyak kasus pernikahan terjadi di Kota Kolaka. Berdasarkan data tersebut, pernikahan yang terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Latambaga dari tahun sebanyak kasus dan 239 pernikahan diantaranya dilakukan oleh remaja berusia <19-20 tahun. Begitu banyaknya masalah atau dampak negatif yang dapat terjadi pada remaja akibat menikah muda, maka pemerintah berupaya meningkatkan kualitas dan mengendalikan jumlah penduduk melalui program Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK -R) merupakan suatu wadah kegiatan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang dikelola dari, oleh, dan

3 untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi remaja (Muadz, 2008). Sedangkan, Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya meningkatkan usia minimal pada saat pernikahan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Selain itu program PUP merupakan salah satu upaya untuk memperkecil risiko yang terjadi terkait dengan kesehatan ibu maupun anaknya (BKKBN, 2012). Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh PIK Remaja dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) pada siswa SMAN 1 Latambaga Kabupaten Kolaka tahun METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain Praeksperimental. Data pengetahuan, sikap dan motivasi diambil sebelum dan sesudah intervensi pada murid yang sama. Rancangan percobaan penelitian menggunakan one group pre test-post test. Rancangan percobaan ini merupakan cara pengukuran dengan melakukan satu kali pengukuran di awal ( pre-test) sebelum adanya perlakuan (experimental treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi ( post-test) pada kelompok murid yang sama (Saryono, 2011). Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Latambaga Kabupaten Kolaka POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 1 Latambaga yang berjumlah 210 orang. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 138 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus : = 1 +. Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Error tolerance/tingkat kesalahan (0.05%) ANALISIS DATA a. Analisis Univariat Dilakukan untuk melihat distribusi, frekuensi dari masing-masing variabel independent dan variabel dependent. b. Analisis Bivariat Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. HASIL PENELITIAN Uji statistik yang digunakan adalah Mc Nemar dengan hasil analisis sebagai berikut. a. Hasil Pre test dan Post test (Sebelum dan Sesudah) Pengetahuan Responden Tentang Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) Sebelum dan Sesudah Intervensi Tabel 6. Hasil Uji Mc Nemar Pengetahuan Responden Tentang Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) Sebelum dan Sesudah Intervensi di SMAN 1 Latambaga Tahun 2017 Pengetahuan Pengetahuan (Pre Test) (Post Test) Total Cukup Kurang p-value n % n % N % Cukup ,5 2 1, ,9 Kurang 34 24,6 2 1, ,1 0,000 Total ,1 4 2, Sumber : Data Primer, diolah 19 Desember 2017.

4 Tabel 6 menunjukkan bahwa 100 responden (72,5%) memiliki pengetahuan cukup baik sebelum maupun sesudah diberikan intervensi berupa penyuluhan tentang Pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan. Namun terdapat 2 (1,4%) responden yang pengetahuannya kurang. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebelum diberikan intervensi kemudian berubah menjadi cukup setelah diberikan intervensi adalah sebanyak 34 responden (24,6%). Namun terdapat 2 responden (1,4%) yang pengetahuan tentang Pendewasaan Usia Pernikahan tetap kurang pada saat post test meskipun telah diberikan intervensi. Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p value (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini dapat disimpulkan bahwa ada aperbedaan pengetahuan Pendewasaan Usia Pernikahan sebelum dan sesudah intervensi. b. Hasil Pre test dan Post test (Sebelum dan Sesudah) Sikap Responden Tentang Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) Sebelum dan Sesudah Intervensi Tabel 7. Hasil Uji Mc Nemar Sikap Responden Tentang Perilaku Responden Tentang Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) di SMAN 1 Latambaga Tahun 2017 Sikap Sikap (Post Test) Total (Pre Test) Positif Negatif p-value n % n % N % Positif ,2 1 0, ,9 Negatif 34 24,6 2 1, ,1 0,000 Total ,8 3 2, Sumber : Data Primer, diolah 19 Desember Tabel 7 menunjukkan bahwa 101 responden (73,2%) memiliki sikap positif sebelum maupun sesudah diberikan intervensi berupa penyuluhan tentang PUP. Namun terdapat 1 responden (0,7%) yang memiliki sikap kurang. Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif sebelum diberikan intervensi kemudian berubah menjadi positif setelah diberikan intervensi adalah sebanyak 34 responden (24,6%). Namun terdapat 2 responden (1,4%) yang sikap tentang PUP tetap kurang pada saat post test meskipun telah diberikan intervensi. Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p value (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap PUP sebelum dan sesudah intervensi.

5 c. Hasil Pre test dan Post test (Sebelum dan Sesudah) Motivasi Responden Tentang Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) Sebelum dan Sesudah Intervensi Tabel 8. Hasil Uji Mc Nemar Responden Tentang Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) Sebelum dan Sesudah Intervensi di SMAN 1 Latambaga Tahun 2017 Motivasi Motivasi (Pre (Post Test) Total p-value Test) Baik Buruk n % n % N % Baik , ,7 Buruk 26 18,8 2 1, ,3 Total ,6 2 1, Sumber : Data Primer, diolah 19 Desember Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 110 responden (79,7%) memiliki motivasi baik sebelum maupun sesudah diberikan intervensi berupa pe. Yukuhan tentang PUP. Sedangkan responden yang memiliki motivasi buruk sebelum diberikan intervensi kemudian berubah menjadi baik setelah diberikan intervensi adalah sebanyak 26 responden (18,8%). Namun terdapat 2 responden (1,4%) yang motivasi tetap buruk pada saat post test meskipun telah diberikan intervensi. Analisis dengan uji Mc Nemar diperoleh p value (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan motivasi sebelum dan sesudah intervensi. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Hasil pretest responden dalam variabel pengetahuan sebelum diberikan intervensi berupa penyuluhan pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) termasuk dalam kategori cukup. Tetapi pada pertanyaan tertentu yang berhubungan tentang pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan banyak responden yang salah menjawab. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang Pendewasaan Usia Pernikahan, sebab siswa SMAN 1 Latambaga belum pernah mendapatkan pendidikan 0,000 Pendewasaan Usia Pernikahan sebelumnya dan tidak adanya organisai PIK Remaja di sekolah tersebut. Setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan pendidikan Pendewasan Usia Pernikahan, hasil postest menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan pada siswa SMAN 1 Latambaga. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh PIK Remaja terhadap peningkatan pengetahuan pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan pada siswa SMAN 1 Latambaga Kabupaten Kolaka. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasil penelitian Willa Follona (2014) menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan kesehatan melalui pendidikan kelompok sebaya menunjukkan hasil yang cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang pendewasaan usia perkawinan. 2. Sikap Hasil pretest yang dilakukan pada siswa SMA Negeri 1 Latambaga termasuk dalam kategori cukup. Hal ini menurut asumsi peneliti terjadi karena sistem penalaran siswa SMA Negeri 1 Latambaga cukup baik. Namun pada beberapa pertanyaan responden menjawab keliru. Salah satunya pertanyaan yang berisi tentang pernikahan terjadi tergantung pada situasi, kondisi dan kehidupan sosial

6 seseorang. Pada pertanyaan ini banyak responden yang memilih setuju. Pada saat intervensi, peneliti memberikan pertanyaan alasan responden memilih setuju untuk pertanyaan tersebut. Dari jawaban responden peneliti menarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden berasumsi pernikahan dini adalah hal yang biasa karena hubungan seks pra nikah merupakan hal yang sering terjadi pada remaja. Oleh karena itu, pada saat dilakukan intervensi peneliti memberikan pengetahuan terkait faktorfaktor penyebab dan dampak terjadinya pernikahan dini. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 7, terlihat bahwa penyuluhan Pendewasaan Usia Pernikahan yang diberikan berdampak positif pada peningkatan sikap responden terhadap perilaku siswa. Peningkatan sikap yang terjadi pada responden disebabkan oleh pengetahuan yang diperoleh mampu memunculkan pemahaman dan keyakinan sehingga responden menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab terhadap perilaku. Selain itu, perubahan sikap responden setelah dilakukan intervensi dikarenakan penyuluhan Pendewasaan Usia Pernikahan merupakan hal yang baru untuk siswa SMAN 1 Latambaga dengan materi yang dikemas menarik sehingga siswa tertarik dan temotivasi untuk mengikutinya. Sikap seorang remaja dalam menunda usia perkawinan memberikan banyak keuntungan untuk dirinya sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Elok Halimatus Sa`diyah (2014), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap pada penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia perkawinan. 3. Motivasi Hariandja (2007) menyatakan motivasi seseorang didukung oleh adanya motif atau pendorong, yang terjadi karena adanya keinginan yang mendorong untuk memenuhi suatu kebutuhan dari dalam diri seseorang, hal ini disebabkan oleh karena adanya tuntutan fisik dan psikologis yang muncul melalui mekanisme system biologis manusia. Pada penelitian ini faktor pendorong yang dibuat oleh peneliti untuk siswa SMAN 1 Latambaga adalah dengan melakukan penyuluhan pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan yang dikemas menarik. Peneliti menyadari bahwa timbulnya motivasi tidak hanya berasal dari penyuluhan pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP) yang dilakukan. Dorongan guru, orang tua dan keluarga sangat berpengaruh pada motif, sikap dan minat pemilihan kehidupan remaja kedepannya. Dorongan tersebut dapat berdampak positif maupun negatif pada remaja. Hasil penelitian Lestari (2012), tentang pendidikan kesehatan tentang ASI dengan menggunakan audiovisual efektif terhadap peningkatan pengetahuan, kemampuan dan motivasi menyusui primipara. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih tahun 2012 dengan demonstrasi dan pendampingan menyusui terhadap motivasi, diperoleh hasil bahwa ada pengaruh demonstrasi dan pendampingan menyusui terhadap motivasi dan kemampuan ibu dalam pemberian ASI pada kelompok intervensi. Penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa dengan dilakukannya penyuluhan pendidikan Pendewasaan Usia Pernikahan memiliki pengaruh terhadap motivasi pada siswa SMAN 1 Latambaga. KESIMPULAN 1. Ada pengaruh PIK Remaja dalam peningkatan pengetahuan Pendewasaan Usia Pernikahan sebelum dan sesudah intervensi dengan melakukan penyuluhan di SMAN 1

7 Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun Ada pengaruh PIK Remaja dalam peningkatan sikap Pendewasaan Usia Pernikahan sebelum dan sesudah intervensi dengan melakukan penyuluhan di SMAN 1 Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun Ada pengaruh PIK Remaja dalam peningkatan motivasi Pendewasaan Usia Pernikahan sebelum dan sesudah intervensi dengan melakukan penyuluhan di SMAN 1 Latambaga Kabupaten Kolaka Tahun SARAN 1. Bagi instansi kesehatan, diharapkan lebih berperan aktif dalam melakukan penyuluhan kesehatan dan memberikan informasi-informasi kesehatan terkait kesehatan reproduksi. Instansi Kesehatan khususnya tenaga promosi kesehatan juga diharapkan lebih mengembangkan metode penyuluhan sehingga masyarakat tertarik pada pendidikan kesehatan yang diberikan. 2. Hendaknya orang tua dan keluarga lebih dapat membuka diri dalam pengawasan anak-anaknya sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan remaja. 3. Diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi 4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas wawasan keilmuannya khususnya tentang pendewasaan usia perkawinan.