LEMBARAN INFORMASI tentang HIV dan AIDS untuk ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV (Odha)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBARAN INFORMASI tentang HIV dan AIDS untuk ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV (Odha)"

Transkripsi

1 Yayasan Spiritia LEMBARAN INFORMASI tentang HIV dan AIDS untuk ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV (Odha) Yayasan Spiritia Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta Tel: (021) , Fax: (021) info@spiritia.or.id Situs web:

2 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 001 DAFTAR LEMBARAN INFORMASI No. Judul Tanggal No. Judul Tanggal No. Judul Tanggal Informasi Dasar 001 Daftar Lembaran Informasi 22 Jan Apa AIDS Itu? 1 Sep Tes HIV 22 Jan Infeksi HIV Primer 7 Feb Siklus Hidup HIV 1 Jul 2014 Tes Laboratorium 120 Hasil Tes Lab Normal 5 Nov Hitung Darah Lengkap 8 Mei Tes Kimia Darah 8 Mei Tes Gula & Lemak Darah 31 Jul Tes CD4 8 Mei Tes Viral Load 6 Mar Resistansi terhadap Obat 6 Mar Tes Fungsi Hati 6 Mar Tes Fungsi Ginjal 1 Jun 2014 Pencegahan Penularan HIV 152 Berapa Tingkat Risiko 7 Feb Penggunaan Narkoba & HIV 6 Mar Profilaksis Pascapajanan 7 Apr Profilaksis Prapajanan 1 Okt Pencegahan Positif 22 Jan Daya Menular 1 Okt 2014 Hidup dengan HIV 207 Vaksinasi untuk Odha Dewasa 1 Jul 2014 Terapi Antiretroviral 401 Penggunaan Obat Antiretroviral 7 Apr Nama Obat Antiretroviral 7 Apr Terapi Antiretroviral (ART) 14 Des Pedoman Nasional ART 1 Okt Kepatuhan terhadap Terapi 4 Feb Terapi Berdenyut 7 Apr Interaksi Obat 14 Des AZT (Zidovudine) 6 Mar ddi (Didanosine) 6 Mar d4t (Stavudine) 7 Apr TC (Lamivudine) 7 Apr Abacavir 3 Jan Duviral (AZT + 3TC) 6 Mar Tenofovir 7 Apr FTC (Emtricitabine) 7 Apr Hidroksiurea 4 Feb Nevirapine 24 Des Efavirenz 7 Apr Etravirine 8 Mei Rilpivirine 7 Apr Ritonavir 7 Apr Saquinavir 3 Jan Nelfinavir 1 Jun Lopinavir/Ritonavir 7 Feb Atazanavir 9 Des Fosamprenavir 7 Apr Tipranavir 9 Des Darunavir 1 Jun Cobicistat 13 Nov Enfuvirtide 1 Jun Maraviroc 1 Jul Raltegravir 14 Des Elvitegravir 4 Des Dolutegravir 1 Okt 2014 Penguatan Sistem Kekebalan 481 Pemulihan Kekebalan 3 Jan Interleukin-2 3 Jan Sindrom Pemulihan Kekebalan 22 Jan HIV dan Peradangan 24 Des Apakah HIV Dapat Disembuhkan? 1 Sep Narkoba 1 Jun 2014 Infeksi Oportunistik 500 Infeksi Oportunistik 1 Jun Virus Sitomegalia (CMV) 7 Feb Kriptosporidiosis 1 Sep Meningitis Kriptokokus 1 Sep Masalah Saraf & Demensia 8 Mei Hepatitis 8 Mei Hepatitis C (HCV) & HIV 31 Okt Human Papillomavirus (HPV) 6 Mar Sarkoma Kaposi (KS) 8 Mei Limfoma 6 Nov MAC (Mycobacterium Avium Complex) 9 Des Moluskum 1 Sep PCP (Pneumonia Pneumocystis) 1 Jun PML 1 Sep Herpes Zoster 1 Sep Tuberkulosis (TB) 7 Feb Kandidiasis 9 Des Toksoplasmosis 9 Des Wasting AIDS 31 Jul Herpes Simpleks 1 Jul Kanker dan HIV 31 Jul Penisiliosis 1 Jun Limfadenopati 1 Jun Histoplasmosis 1 Jun Steatosis 1 Jun 2014 Obat untuk Infeksi Oportunistik 530 Azitromisin 25 Des Siprofloksasin 24 Des Klaritromisin 9 Des Dapson 1 Jun Flukonazol 3 Jan Kotrimoksazol 24 Des 2014 Obat Lain terkait HIV 540 Megestrol (Megace) 2 Sep Metadon 8 Mei Buprenorfin 8 Mei 2014 Efek Samping 550 Efek Samping 1 Jul Kelelahan 1 Jun Anemia 1 Jul Lipodistrofi 1 Jun Diare 1 Jun Neuropati Perifer 7 Feb Toksisitas Mitokondria 8 Mei Osteoporosis 9 Des Depresi 1 Sep Osteonekrosis 9 Des Rasa Nyeri 1 Jun Hepatotoksisitas 6 Nov Sindrom Stevens-Johnson 25 Nov 2014 Populasi Pasien 610 Perempuan dan HIV 9 Des Kehamilan dan HIV 16 Jul Anak dan HIV 16 Jul Pasangan Status HIV Berbeda 16 Jul Diagnosis HIV pada Bayi 16 Jul Orang Lansia dan HIV 1 Okt Memperoleh Keturunan 6 Mar Pengobatan AIDS untuk Anak 16 Jul Terapi Antiretroviral untuk Anak 16 Jul 2014 Masalah terkait HIV 620 Masalah Kulit 8 Mei Masalah Penglihatan 8 Mei Masalah Haid 25 Nov Afte (Seriawan) 8 Mei HIV dan Penyakit Ginjal 6 Nov HIV & Penyakit Kardiovaskular 1 Jun Masalah Mulut 16 Jul Diabetes dan HIV 10 Des 2014 Hepatitis C 670 Siklus Hidup HCV 3 Jan Tes Laboratorium Hepatitis C 8 Mei Biopsi Hati 8 Mei Pencegahan Penularan HCV 1 Jun Genotipe Hepatitis C 25 Nov Viral Load Hepatitis C 6 Mar Interferon dan Ribavirin 2 Sep Telaprevir 7 Apr Boceprevir 8 Mei Simeprevir 4 Feb Sofosbuvir 4 Feb Pemeriksaan Hati Noninvasif 19 Apr 2014 Terapi Penunjang 700 Terapi Penunjang 6 Nov DHEA 6 Nov Echinacea 6 Nov Silymarin 6 Nov Kurkuma (Kunyit) 6 Nov Temu Lawak 6 Nov Bawang Putih 6 Nov Hepatoprotektor 6 Nov 2014 Gizi dan Olahraga 800 Gizi 1 Okt Vitamin dan Zat Mineral 6 Mar Olahraga dan HIV 16 Jul Merokok dan HIV 1 Okt 2014 Advokasi 811 Kewaspadaan Standar 16 Jul Konfidensialitas dalam Sarana Medis 7 Feb 2014 Topik Khusus 851 Cuci Tangan 1 Sep 2014 Referensi 930 Pemulasaraan Jenazah 7 Jul Profilaksis Kotri untuk Bayi & Anak 1 Jul Profilaksis Kotri untuk Dewasa 10 Sep Daftar Istilah 6 Sep 2013 Diperbarui 22 Januari 2015

3 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 101 APA AIDS ITU? Apa Artinya AIDS? AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat antibodi, molekul khusus yang menyerang HIV itu. Tes darah untuk HIV mencari antibodi tersebut. Jika ditemukan antibodi tersebut di darah kita, berarti kita terinfeksi HIV. Orang yang mempunyai antibodi terhadap HIV disebut HIV-positif atau terinfeksi HIV. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes HIV. Menjadi terinfeksi HIV bukan berarti kita AIDS. Banyak orang terinfeksi HIV tidak menjadi sakit selama bertahuntahun. Semakin lama kita terinfeksi HIV, semakin rusak sistem kekebalan tubuh kita. Virus, parasit, jamur dan bakteri yang biasanya tidak menimbulkan masalah bagi kita dapat menyebabkan penyakit jika sistem kekebalan tubuh rusak. Penyakit ini disebut infeksi oportunistik (IO). Lihat LI 500 untuk informasi tentang IO. Bagaimana Kita Terkena AIDS? Sebetulnya, kita tidak terkena AIDS. Kita mungkin terinfeksi HIV, dan kemudian mengembangkan AIDS. Kita dapat tertular HIV dari seseorang yang sudah terinfeksi, walaupun orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif. Darah, cairan vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV mengandung virus yang cukup untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular HIV melalui: hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV penggunaan jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV kelahiran oleh ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi HIV Dulu ada yang tertular HIV melalui transfusi darah yang mengandung HIV (diambil dari seorang yang terinfeksi HIV), tetapi sekarang darah PMI diskrining secara sangat hati-hati, dan risikonya sangat rendah. Belum ada kasus HIV ditularkan melalui air mata atau air ludah. Namun HIV bisa menular melalui seks oral (hubungan seks dengan mulut), bahkan dengan ciuman dalam. Penularan melalui ciuman dalam sangat jarang terjadi, kecuali jika ada luka berat pada mulut, atau gusi berdarah. Pada 2012, Kemenkes memperkirakan ada orang terinfeksi HIV di Indonesia. Namun pada akhir Maret 2014, hanya ada orang diketahui terinfeksi HIV melalui tes sukarela. Pada waktu yang sama, orang dilaporkan sudah sampai ke stadium AIDS dan diketahui sudah meninggal dunia akibatnya. Apa yang Terjadi Bila Kita Terinfeksi HIV? Kita mungkin tidak tahu bahwa kita baru terinfeksi HIV. Kurang lebih 2-3 minggu setelah tertular, beberapa orang mengalami gejala mirip flu: demam, sakit kepala, otot dan sendi yang sakit, sakit perut, kelenjar getah bening yang bengkak, atau ruam pada kulit selama satu atau dua minggu. Gejala ini biasanya hilang tanpa diobati. Kebanyakan orang merasa ini memang flu. Beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun. Lihat LI 103 untuk informasi lebih lanjut tentang tahap awal infeksi HIV. Virus akan menggandakan diri dalam tubuh kita untuk beberapa minggu atau bahkan bulan sebelum sistem kekebalan tubuh kita menanggapinya. Selama masa ini, hasil tes HIV tetap negatif (yang kadang dilaporkan sebagai non-reaktif ), walaupun kita sudah terinfeksi dan bisa menularkan orang lain. Setelah menanggapi virus, sistem kekebalan tubuh mulai membuat antibodi. Setelah dibuat cukup banyak antibodi, hasil tes HIV akan menjadi positif atau reaktif. Setelah gejala mirip flu (jika terjadi), kita akan tetap sehat selama bertahun-tahun beberapa orang tidak mengalami gejala selama sepuluh tahun atau lebih. Namun selama masa tanpa gejala ini, HIV terus merusak sistem kekebalan tubuh kita. Satu cara untuk mengukur kerusakan pada sistem kekebalan tubuh adalah dengan menghitung jumlah sel CD4. Sel ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Orang yang sehat mempunyai jumlah CD4 antara 500 dan Lihat LI 124 untuk informasi lebih lanjut tentang sel CD4. Tanpa terapi, jumlah CD4 kita kemungkinan akan terus turun. Kita mungkin mengalami gejala penyakit HIV, misalnya demam, keringat malam, diare, atau pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala ini bertahan lebih dari beberapa hari, kemungkinan selama beberapa minggu. Bagaimana Kita Tahu Kita AIDS? Penyakit HIV menjadi AIDS waktu sistem kekebalan tubuh kita sangat rusak. Bila jumlah CD4 kita di bawah 200, atau persentase CD4 (CD4%) di bawah 14%, kita dianggap AIDS. Bila kita mengalami IO tertentu, kita dianggap AIDS. Kemenkes secara resmi mengeluarkan daftar IO yang mendefinisikan AIDS. Yang paling umum adalah: TB (tuberkulosis), dalam paru atau di luar paru (LI 515); PCP, semacam infeksi paru (LI 512); CMV (sitomegalovirus), infeksi yang biasanya memengaruhi mata (LI 501); dan Kandidiasis, infeksi jamur dalam mulut atau vagina (LI 516). Gejala lain terkait AIDS termasuk kehilangan berat badan yang berlebihan, dan masalah kesehatan lain. Jika tidak diobati, IO dapat gawat. AIDS berbeda untuk setiap Odha. Ada orang yang sampai ke AIDS beberapa bulan setelah terinfeksi, tetapi kebanyakan dapat hidup cukup sehat selama bertahuntahun, bahkan setelah AIDS. Sebagian kecil Odha tetap sehat bertahun-tahun bahkan tanpa memakai terapi antiretroviral (ART). Apakah Ada Obat Penyembuh AIDS? Walaupun ada dua kasus orang yang disembuhkan, saat ini belum ada cara yang aman untuk menyembuhkan HIV (lihat LI 485). Belum ada cara untuk memberantas HIV dari tubuh kita. ART dapat menekan penggandaan virus dengan akibat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dihentikan dan dipulihkan. Kita dapat kembali tetap sehat, asal kita memakai ART secara patuh. Obat lain dapat mencegah atau mengobati IO. ART juga mengurangi timbulnya IO. Namun masih ada beberapa IO yang sulit diobati. Diperbarui 1 September 2014 berdasarkan FS 101 The AIDS InfoNet 24 Januari 2014

4 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 102 TES HIV Apa Tes HIV Itu? Tes HIV memberi tahu kita apakah kita terinfeksi HIV, virus penyebab AIDS. Kebanyakan tes ini mencari antibodi terhadap HIV. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman tertentu. Antibodi terhadap semua kuman berbeda, jadi bila ditemukan antibodi terhadap HIV dalam darah kita, artinya kita terinfeksi HIV. Ada juga jenis tes lain yang mencari tanda bahwa virus sendiri ada di dalam darah, tetapi tes macam ini belum tersedia di Indonesia. Apa Proses Tes HIV? Tes yang paling lazim untuk HIV adalah tes darah. Sekarang juga ada tes yang dapat mencari antibodi dalam air seni, atau dalam cairan yang diambil dari dalam mulut (bukan air liur), digesekkan dari dalam pipi. Tes yang sering dipakai sekarang disebut tes cepat atau rapid test, yang mampu menyediakan hasil dalam menit setelah contoh darah atau cairan lain diambil. Untuk tes darah, contoh darah kita diambil dengan jarum suntik sekali pakai, atau tetes darah diambil setelah jari kita ditusuk dengan jarum sekali pakai. Jika hasil tes pertama reaktif (positif), hal ini menunjukkan kemungkinan kita terinfeksi HIV. Tetapi tes harus diulang sekali (jika kita mempunyai gejala penyakit HIV) atau dua kali dengan cara berbeda untuk memastikan hasilnya benar, dan dapat dinyatakan positif. Ini biasanya dilakukan oleh tempat tes tanpa kita ketahui. Hasil juga dapat dilaporkan sebagai nonreaktif (negatif). Kadang laboratorium juga melaporkan angka non-reaktif (mis. nonreaktif, 0,34 ). Angka ini tidak ada relevansi sama sekali dan sebaiknya diabaikan. Sebelum darah diambil, kita wajib diberi konseling oleh seorang konselor yang terlatih. Di antara yang lain, konseling ini akan memberi informasi dasar tentang HIV dan AIDS, manfaat dan kerugian kita mengetahui apakah kita terinfeksi, dan bagaimana kita akan bereaksi jika nanti hasilnya positif. Setelah itu, kita diminta menyetujui sebelum darah diambil (sering disebut informed consent). Kita juga wajib diberi konseling lagi oleh konselor yang sama saat hasilnya sudah ada. Hasilnya hanya boleh diberikan pada kita, dan tidak boleh diberikan pada orang lain tanpa persetujuan kita. Tempat melaksanakan tes bertanggung jawab untuk menjamin nama kita dan hasil tes tidak diketahui orang lain (konfidensialitas lihat LI 813). Namun, jika kita di bawah umur, orang tua atau wali kita boleh mewakili kita. Sayangnya, di Indonesia, tidak jelas berapa sebenarnya usia di bawah umur. Hasil tes tidak wajib dilaporkan ke pemerintah. Ada beberapa tempat tes yang tidak mewajibkan kita memberi nama atau identifikasi. Ini disebut tes tanpa nama atau anonim. Bagaimana Kita Dapat Dites? Semua rumah sakit rujukan AIDS (lebih dari 300 di seluruh Indonesia) dan satelitnya menyediakan layanan tes HIV, sering kali di klinik disebut VCT (voluntary counseling and testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Daftar rumah sakit rujukan dapat dilihat di situs web Spiritia (lihat alamat di bawah) atau dari Komisi Penanggulangan AIDS Daerah. Selain itu ada beberapa klinik lain yang menyediakan tes HIV, dan tes juga dapat dilakukan di beberapa laboratorium swasta, walau sering kali lab tersebut tidak menyediakan konseling. Tes kadang disediakan tanpa biaya, tetapi biasa harganya tidak lebih dari Rp Siapa Sebaiknya Dites? Kita dapat terinfeksi HIV tanpa mengetahuinya. Kita mungkin tidak merasa sakit atau mempunyai keluhan. Tetapi kita tetap bisa menularkan orang lain. Siapa pun yang aktif secara seksual atau memakai jarum suntik secara bergantian sebaiknya tes HIV secara berkala. Kemenkes mengusulkan semua ibu hamil ditawarkan tes HIV di layanan pranatal. Kalau kita ragu apakah ada kemungkinan kita terinfeksi HIV, sebaiknya dites. Kapan Sebaiknya Kita Dites? Jika kita menjadi terinfeksi HIV, biasanya sistem kekebalan tubuh baru membentuk antibodi tiga minggu hingga tiga bulan setelah kita terpajan. Masa ini disebut masa jendela. Jadi, jika kita merasa kita terpajan, atau melakukan perilaku berisiko tertular HIV, kita sebaiknya menunggu tiga bulan setelah peristiwa berisiko sebelum kita dites. Kita juga dapat langsung tes, dan mengulangi tes tiga bulan setelah peristiwa (bukan setelah tes pertama). Selama masa jendela ini, tes antibodi akan menunjukkan hasil non-reaktif (negatif), tetapi walaupun begitu, jika kita sudah terinfeksi kita dapat menularkan orang lain. Sebetulnya, selama masa awal infeksi ini, daya menular (lihat LI 166) kita paling tinggi sehingga kita lebih mungkin menularkan orang lain kalau kita berperilaku berisiko. Menurut pedoman Kemenkes RI, hasil tes HIV yang non-reaktif tiga bulan atau lebih setelah peristiwa berisiko berarti kita tidak terinfeksi HIV, atau dalam kata lain, kita HIVnegatif. Namun, sekali lagi, kalau kita ragu, tidak salah kalau tes ulang. Ada Tes yang Memberi Hasil Lebih Cepat? Tes viral load mencari potongan genetik HIV. Bibit ini terbentuk sebelum sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi. Tes viral load tidak biasa dipakai untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi, karena tes tersebut jauh lebih mahal dibandingkan tes antibodi. Selain itu, tingkat hasil yang salah lebih tinggi, sehingga tes viral load ini tidak disetujui oleh Kemenkes sebagai alat diagnosis HIV untuk orang dewasa di Indonesia. Apa Artinya Jika Kita Positif? Hasil positif atau reaktif berarti kita mempunyai antibodi terhadap HIV, dan itu berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes seharusnya disampaikan kepada kita oleh konselor, yang akan memberi tahu kita apa dampak pada kehidupan kita, dan bagaimana kita dapat memperoleh layanan dan dukungan kesehatan serta emosional. Hasil positif bukan berarti kita AIDS (lihat LI 101 untuk informasi lebih lanjut). Banyak orang yang positif tetap sehat untuk beberapa tahun, dan tidak tentu langsung perlu memakai obat apa pun. Penerimaan diagnosis HIV sering kali sangat sulit. Namun kita tidak sendiri, dan bertemu dengan teman senasib dapat sangat membantu pada saat itu. Di beberapa daerah, teman-teman Odha sudah membentuk kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk memudahkan proses ini. Minta dirujuk pada KDS terdekat oleh petugas klinik VCT. Apakah Kita Dapat Mempercayai Hasil Tes? Hasil tes antibodi untuk HIV adalah benar untuk lebih dari 99,5% tes. Sebelum kita diberi hasil positif, tes diulang sebagai konfirmasi. Ada beberapa keadaan khusus yang dapat memberi hasil yang salah atau tidak jelas: Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang HIVpositif dapat menunjukkan hasil positif untuk beberapa bulan karena antibodi ibu dialihkan ke bayi yang baru lahir. Walaupun bayi sebenarnya tidak terinfeksi, dia mempunyai antibodi terhadap HIV dan hasil tes dapat reaktif sampai dia berusia 18 bulan. Tes lain, misalnya tes viral load, harus dipakai jika hasil yang benar dibutuhkan lebih cepat. Lihat LI 613 untuk informasi mengenai diagnosis HIV pada bayi. Orang yang baru terinfeksi dapat menunjukkan hasil negatif (non-reaktif) jika dia dites terlalu dini (dalam masa jendela) sejak terinfeksi dengan HIV. Tes HIV biasanya mencari antibodi terhadap HIV dalam darah atau cairan tubuh lain. Bila kita terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuh kita membuat antibodi ini untuk melawan HIV. Biasanya dibutuhkan tiga minggu hingga tiga bulan untuk membentuk antibodi tersebut. Selama masa jendela ini, tes kita tidak akan menunjukkan hasil positif walaupun kita terinfeksi. Tes HIV biasa juga tidak memberi hasil yang dapat dipastikan untuk bayi yang baru lahir pada ibu yang terinfeksi HIV. Hasil tes yang positif (reaktif) berarti kita terinfeksi HIV, tetapi tidak berarti kita AIDS. Jika kita memang HIV-positif, sebaiknya kita belajar tentang HIV, dan mempertimbangkan bagaimana kita dapat melindungi kesehatan kita. Diperbarui 22 Januari 2015 berdasarkan FS 102 The AIDS InfoNet23 Juli 2014 dan sumber lain

5 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 103 INFEKSI HIV PRIMER Apa Infeksi HIV Primer Itu? Jumlah HIV dalam aliran darah menjadi sangat tinggi dalam beberapa hari atau minggu setelah kita terinfeksi HIV. Pada saat itu, beberapa orang mengalami gejala mirip flu. Tahap pertama infeksi HIV ini disebut infeksi HIV primer atau infeksi HIV akut. Kurang lebih separuh orang yang baru terinfeksi tidak memperhatikan gejala apaapa. Gejala biasanya muncul dalam 2-4 minggu. Gejala paling umum adalah demam, kelelahan, dan ruam. Gejala lain termasuk sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, radang tenggorokan, pegal, mual, muntah, diare, dan keringat malam yang basah kuyup. Sangat mudah mengabaikan tanda penyakit primer ini. Gejala ini dapat disebabkan oleh beberapa penyakit lain. Jika mengalami gejala ini, dan ada kemungkinan kita baru terpajan HIV, bicara dengan dokter tentang tes HIV, atau mengunjungi klinik VCT di rumah sakit setempat. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes HIV. Tes untuk Infeksi Primer Tes HIV biasa akan menunjukkan hasil negatif (non-reaktif) jika kita baru terinfeksi HIV. Tes HIV mencari antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan HIV. Dibutuhkan tiga minggu sampai tiga bulan untuk membuat antibodi ini. Namun, ada tes yang disebut tes viral load (LI 125), yang langsung mengukur jumlah virus dalam darah. Sebelum sistem kekebalan tubuh membuat antibodi untuk melawannya, HIV menggandakan diri secara sangat cepat. Jadi, tes ini akan menunjukkan viral load yang tinggi selama infeksi primer. Namun, karena tingkat hasil yang salah lebih tinggi, tes viral load ini tidak disetujui oleh Kemenkes RI sebagai alat diagnosis HIV untuk orang dewasa di Indonesia. Tes antibodi HIV yang non-reaktif dan viral load yang sangat tinggi menunjukkan infeksi dini, kemungkinan dalam dua bulan belakangan. Jika kedua tes ini positif, hal itu berarti infeksi HIV kemungkinan terjadi beberapa bulan sebelum tes dilaksanakan. Pada 2010 FDA-AS menyetujui tes HIV baru yang mendeteksi antibodi terhadap HIV serta protein HIV. Tes baru ini dapat menentukan infeksi HIV lebih dini dibandingkan tes antibodi saja. Namun tes ini belum tersedia di Indonesia. Risiko Kerusakan Kekebalan Beberapa orang beranggapan bahwa tahap awal infeksi HIV tidak menyebabkan banyak kerusakan. Mereka berpendapat bahwa kerusakan yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh akan dipulihkan oleh penggunaan terapi antiretroviral (ART). Anggapan ini tidak benar! Hingga 60% sel CD4 (LI 124) ingatan yang melawan infeksi tertular pada masa infeksi primer, dan separuh sel tersebut terbunuh dalam 14 hari pertama setelah kita terinfeksi. Lagi pula, HIV segera mengurangi kemampuan kelenjar timus untuk mengganti sel CD4 yang hilang. Lapisan usus bagian penting sistem kekebalan tubuh juga kehilangan sejumlah sel CD4 yang bermakna dalam 4-6 minggu setelah terinfeksi. Semua masalah ini dapat terjadi sebelum tes HIV menunjukkan hasil positif. Risiko Menularkan Orang Lain Jumlah HIV dalam darah jauh lebih tinggi pada waktu infeksi HIV primer dibandingkan setelah itu. Pajanan pada darah seseorang pada tahap infeksi primer akan lebih mungkin menghasilkan infeksi dibanding pajanan pada darah seseorang yang sudah lama terinfeksi. Satu penelitian menunjukkan bahwa risiko infeksi adalah kurang lebih 20 kali lebih tinggi selama tahap infeksi primer. Risiko menularkan infeksi HIV melalui hubungan seks juga lebih tinggi selama tahap awal infeksi primer. Mengobati Infeksi HIV Primer Pada awal infeksi, sistem kekebalan tubuh membuat sel darah putih yang mengenal dan membunuh sel yang terinfeksi HIV. Ini disebut tanggapan khusus-hiv. Lambat laun, kita kehilangan tanggapan ini. Kecuali kita memakai obat antiretroviral (ARV), infeksi HIV kita akan melaju. Pedoman untuk memakai obat HIV mengusulkan kita menunggu hingga ada tanda kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sebelum kita mulai memakai obat tersebut. Namun, memulai ART selama infeksi primer mungkin dapat melindungi tanggapan khusus-hiv itu. Para peneliti pernah menyelidiki orang yang mulai terapi selama infeksi primer dan kemudian berhenti memakai ART. Satu penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ini mungkin menunda waktu terjadinya kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Baik-Buruknya Mengobati Infeksi HIV Primer Mulai ART adalah keputusan yang berat. Siapa pun yang memikirkan penggunaan ART sebaiknya mempertimbangkan manfaat dan kerugian. Kehidupan kita sehari-hari dapat dipengaruhi oleh penggunaan ART. Jika kita terlalu sering lupa dosis, ada kemungkinan akan muncul resistansi terhadap obat, yang akan membatasi pilihan di kemudian hari. LI 405 memberi informasi tentang pentingnya memakai ART secara benar. ART adalah obat yang sangat manjur. Obat tersebut mungkin menyebabkan efek samping yang lama-lama dapat sulit ditahan. Terapi secara dini dapat melindungi sistem kekebalan tubuh dari kerusakan oleh HIV. Kerusakan kekebalan ditunjukkan oleh jumlah CD4 yang lebih rendah dan viral load yang lebih tinggi. Ini dikaitkan dengan laju penyakit yang lebih cepat. Orang yang lebih tua (usia di atas 40 tahun) mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah. Orang tersebut tidak menanggapi ART sama baiknya dengan orang yang lebih muda. Namun kebanyakan orang dengan HIV tidak langsung menjadi sakit. Saat ini, para peneliti berpendapat bahwa mulai terapi sangat dini dapat memungkinkan Odha menghentikan penggunaan ART setelah beberapa waktu mengendalikan HIV, atau bahkan menyembuhkan infeksi (sebagaimana tampaknya terjadi pada satu anak perempuan di AS). Tidak mudah mengetahui orang dengan infeksi HIV primer kebanyakan Odha baru terdiagnosis beberapa tahun setelah terinfeksi. Beberapa orang tidak menunjukkan gejala infeksi primer sama sekali. Jika gejala muncul, sulit dibedakan dari penyakit lain, misalnya flu. Jika kita berpikir bahwa kita mungkin pada tahap infeksi HIV primer, kita sebaiknya memberi tahu dokter dan melaksanakan tes HIV. Mungkin ada manfaat mulai ART pada masa infeksi HIV primer. Memakai ART adalah keputusan yang berat. Bahas manfaat dan kerugian dengan dokter dan mempertimbangkannya secara hati-hati sebelum mengambil keputusan. Diperbarui 7 Februari 2014 berdasarkan FS 103 The AIDS InfoNet 12 November 2013

6 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 106 SIKLUS HIDUP HIV 1 Virus bebas 2 Pengikatan dan penembusan: Virus mengikat pada reseptor CD4 dan salah satu koreseptor (CCR5 atau CXCR4), yang ada di permukaan sel CD4. Kemudian virus meleburkan pada sel 3 Penembusan: Virus mengosongkan isinya ke dalam sel CD4 Reseptor CD4 Koreseptor CCR5 Koreseptor CXCR4 4 Reverse transcription: RNA (serat tunggal) virus diubah menjadi DNA (dua serat) oleh enzim reverse transcriptase 5 Pemaduan: DNA virus disatukan dengan DNA sel oleh enzim integrase RNA HIV DNA HIV DNA manusia DNA manusia DNA HIV 6 Transcription: Waktu sel yang terinfeksi menggandakan diri, DNA virus dibaca dan rantai protein yang panjang dibuat 7 Perakitan: Rantai protein virus mengelompok Rantai protein HIV 8 Tonjolan: Jutaan virus yang belum matang mendesak ke luar sel. Enzim protease mulai mengelola protein dalam virus yang baru terbentuk 10 Menjadi matang: Rantai protein pada bibit virus baru dipotong oleh enzim protease menjadi protein tunggal. Protein ini menggabung untuk membentuk inti virus dan membuat virus yang siap bekerja 9 Virus yang belum matang melepaskan diri dari sel yang terinfeksi Ditinjau 1 Juli 2014 berdasarkan FS 106 The AIDS InfoNet 21 April 2014

7 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 103 INFEKSI HIV PRIMER Apa Infeksi HIV Primer Itu? Jumlah HIV dalam aliran darah menjadi sangat tinggi dalam beberapa hari atau minggu setelah kita terinfeksi HIV. Pada saat itu, beberapa orang mengalami gejala mirip flu. Tahap pertama infeksi HIV ini disebut infeksi HIV primer atau infeksi HIV akut. Kurang lebih separuh orang yang baru terinfeksi tidak memperhatikan gejala apaapa. Gejala biasanya muncul dalam 2-4 minggu. Gejala paling umum adalah demam, kelelahan, dan ruam. Gejala lain termasuk sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, radang tenggorokan, pegal, mual, muntah, diare, dan keringat malam yang basah kuyup. Sangat mudah mengabaikan tanda penyakit primer ini. Gejala ini dapat disebabkan oleh beberapa penyakit lain. Jika mengalami gejala ini, dan ada kemungkinan kita baru terpajan HIV, bicara dengan dokter tentang tes HIV, atau mengunjungi klinik VCT di rumah sakit setempat. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes HIV. Tes untuk Infeksi Primer Tes HIV biasa akan menunjukkan hasil negatif (non-reaktif) jika kita baru terinfeksi HIV. Tes HIV mencari antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan HIV. Dibutuhkan tiga minggu sampai tiga bulan untuk membuat antibodi ini. Namun, ada tes yang disebut tes viral load (LI 125), yang langsung mengukur jumlah virus dalam darah. Sebelum sistem kekebalan tubuh membuat antibodi untuk melawannya, HIV menggandakan diri secara sangat cepat. Jadi, tes ini akan menunjukkan viral load yang tinggi selama infeksi primer. Namun, karena tingkat hasil yang salah lebih tinggi, tes viral load ini tidak disetujui oleh Kemenkes RI sebagai alat diagnosis HIV untuk orang dewasa di Indonesia. Tes antibodi HIV yang non-reaktif dan viral load yang sangat tinggi menunjukkan infeksi dini, kemungkinan dalam dua bulan belakangan. Jika kedua tes ini positif, hal itu berarti infeksi HIV kemungkinan terjadi beberapa bulan sebelum tes dilaksanakan. Pada 2010 FDA-AS menyetujui tes HIV baru yang mendeteksi antibodi terhadap HIV serta protein HIV. Tes baru ini dapat menentukan infeksi HIV lebih dini dibandingkan tes antibodi saja. Namun tes ini belum tersedia di Indonesia. Risiko Kerusakan Kekebalan Beberapa orang beranggapan bahwa tahap awal infeksi HIV tidak menyebabkan banyak kerusakan. Mereka berpendapat bahwa kerusakan yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh akan dipulihkan oleh penggunaan terapi antiretroviral (ART). Anggapan ini tidak benar! Hingga 60% sel CD4 (LI 124) ingatan yang melawan infeksi tertular pada masa infeksi primer, dan separuh sel tersebut terbunuh dalam 14 hari pertama setelah kita terinfeksi. Lagi pula, HIV segera mengurangi kemampuan kelenjar timus untuk mengganti sel CD4 yang hilang. Lapisan usus bagian penting sistem kekebalan tubuh juga kehilangan sejumlah sel CD4 yang bermakna dalam 4-6 minggu setelah terinfeksi. Semua masalah ini dapat terjadi sebelum tes HIV menunjukkan hasil positif. Risiko Menularkan Orang Lain Jumlah HIV dalam darah jauh lebih tinggi pada waktu infeksi HIV primer dibandingkan setelah itu. Pajanan pada darah seseorang pada tahap infeksi primer akan lebih mungkin menghasilkan infeksi dibanding pajanan pada darah seseorang yang sudah lama terinfeksi. Satu penelitian menunjukkan bahwa risiko infeksi adalah kurang lebih 20 kali lebih tinggi selama tahap infeksi primer. Risiko menularkan infeksi HIV melalui hubungan seks juga lebih tinggi selama tahap awal infeksi primer. Mengobati Infeksi HIV Primer Pada awal infeksi, sistem kekebalan tubuh membuat sel darah putih yang mengenal dan membunuh sel yang terinfeksi HIV. Ini disebut tanggapan khusus-hiv. Lambat laun, kita kehilangan tanggapan ini. Kecuali kita memakai obat antiretroviral (ARV), infeksi HIV kita akan melaju. Pedoman untuk memakai obat HIV mengusulkan kita menunggu hingga ada tanda kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sebelum kita mulai memakai obat tersebut. Namun, memulai ART selama infeksi primer mungkin dapat melindungi tanggapan khusus-hiv itu. Para peneliti pernah menyelidiki orang yang mulai terapi selama infeksi primer dan kemudian berhenti memakai ART. Satu penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ini mungkin menunda waktu terjadinya kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Baik-Buruknya Mengobati Infeksi HIV Primer Mulai ART adalah keputusan yang berat. Siapa pun yang memikirkan penggunaan ART sebaiknya mempertimbangkan manfaat dan kerugian. Kehidupan kita sehari-hari dapat dipengaruhi oleh penggunaan ART. Jika kita terlalu sering lupa dosis, ada kemungkinan akan muncul resistansi terhadap obat, yang akan membatasi pilihan di kemudian hari. LI 405 memberi informasi tentang pentingnya memakai ART secara benar. ART adalah obat yang sangat manjur. Obat tersebut mungkin menyebabkan efek samping yang lama-lama dapat sulit ditahan. Terapi secara dini dapat melindungi sistem kekebalan tubuh dari kerusakan oleh HIV. Kerusakan kekebalan ditunjukkan oleh jumlah CD4 yang lebih rendah dan viral load yang lebih tinggi. Ini dikaitkan dengan laju penyakit yang lebih cepat. Orang yang lebih tua (usia di atas 40 tahun) mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah. Orang tersebut tidak menanggapi ART sama baiknya dengan orang yang lebih muda. Namun kebanyakan orang dengan HIV tidak langsung menjadi sakit. Saat ini, para peneliti berpendapat bahwa mulai terapi sangat dini dapat memungkinkan Odha menghentikan penggunaan ART setelah beberapa waktu mengendalikan HIV, atau bahkan menyembuhkan infeksi (sebagaimana tampaknya terjadi pada satu anak perempuan di AS). Tidak mudah mengetahui orang dengan infeksi HIV primer kebanyakan Odha baru terdiagnosis beberapa tahun setelah terinfeksi. Beberapa orang tidak menunjukkan gejala infeksi primer sama sekali. Jika gejala muncul, sulit dibedakan dari penyakit lain, misalnya flu. Jika kita berpikir bahwa kita mungkin pada tahap infeksi HIV primer, kita sebaiknya memberi tahu dokter dan melaksanakan tes HIV. Mungkin ada manfaat mulai ART pada masa infeksi HIV primer. Memakai ART adalah keputusan yang berat. Bahas manfaat dan kerugian dengan dokter dan mempertimbangkannya secara hati-hati sebelum mengambil keputusan. Diperbarui 7 Februari 2014 berdasarkan FS 103 The AIDS InfoNet 12 November 2013

8 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 120 HASIL TES LAB NORMAL Latar Belakang Agar dapat memantau keadaan kesehatan kita, perlu dilakukan tes laboratorium secara berkala untuk informasi lebih lanjut mengenai jenis tes ini, lihat Lembaran Informasi 121 Hitung Darah Lengkap, 122 Tes Kimia Darah, dan 123 Gula & Lemak Darah. CATATAN PENTING: Setiap laboratorium menentukan nilai normal, yang ditunjukkan pada kolom Nilai Rujukan atau Nilai Normal pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan; angka ini diambil terutama dari laboratorium RSPI-SS, Jakarta; nilai laboratorium lain dapat berbeda. Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini. Bahaslah hasil yang tidak normal dengan dokter. Tubuh manusia tidak seperti mesin, dengan unsur yang dapat diukur secara persis dengan hasil yang selalu sama. Hasil laboratorium kita dapat berubah-ubah tergantung pada berbagai faktor, termasuk: jam berapa contoh darah atau cairan lain diambil; infeksi aktif; tahap infeksi HIV; dan makanan (untuk tes tertentu, contoh cairan harus diambil dengan perut kosong tidak ada yang dimakan selama beberapa jam). Kehamilan juga dapat mempengaruhi beberapa nilai. Oleh karena faktor ini, hasil lab yang di luar normal mungkin tidak menjadi masalah. Pada tabel ini, bila ada perbedaan tergantung pada jenis kelamin, angka ditunjukkan sebagai P untuk perempuan dan L untuk laki-laki. Darah Ukuran Satuan Nilai Rujukan Eritrosit (sel darah merah) juta/µl 4,0 5,0 (P) 4,5 5,5 (L) Hemoglobin (Hb) g/dl 12,0 14,0 (P) 13,0 16,0 (L) Hematokrit % (P) (L) Hitung Jenis Basofil % 0,0 1,0 Eosinofil % 1,0 3,0 Batang 1 % 2,0 6,0 Segmen 1 % 50,0 70,0 Limfosit % 20,0 40,0 Monosit % 2,0 8,0 Laju endap darah (LED) mm/jam < 15 (P) < 10 (L) Leukosit (sel darah putih) 10 3 /µl 5,0 10,0 MCH/HER pg MCHC/KHER g/dl MCV/VER fl Trombosit 10 3 /µl Catatan: 1. Batang dan segmen adalah jenis neutrofil. Kadang kala dilaporkan persentase neutrofil saja, dengan nilai rujukan 50,0 75,0 persen Fungsi Hati (LFT) Ukuran Satuan Nilai Rujukan ALT (SGPT) U/L < 23 (P) < 30 (L) AST (SGOT) U/L < 21 (P) < 25 (L) Alkalin fosfatase U/L GGT (Gamma GT) U/L 5 38 Bilirubin total mg/dl 0,25 1,0 Bilirubin langsung mg/dl 0,0 0,25 Protein total g/l Albumin g/l Fungsi Ginjal Kreatinin U/L (P) (L) Urea mg/dl 8 25 Natrium mmol/l Klorid mmol/l Kalium mmol/l 3,5 5,0 Profil Lipid Kolesterol total mg/dl HDL mg/dl (P) (L) Trigliserid mg/dl Lain Glukosa (darah, puasa) mg/dl Amilase U/L Asam Urat mg/dl 2,4 5,7 (P) 3,4 7,0 (W) Diperbarui 5 November 2007 berdasarkan FS AIDS Infonet 26 April 2007 dan beberapa sumber lain

9 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 121 HITUNG DARAH LENGKAP Hitung Darah Lengkap (HDL) Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai hematologi, memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Hasil tes menyebutkan jumlah masing-masing dalam darah (misalnya jumlah sel per milimeter kubik) atau persentasenya. Tes laboratorium lain dibahas pada Lembaran Informasi (LI) 122 dan 123. Semua sel darah dibuat di sumsum tulang. Beberapa obat atau penyakit dapat merusak sumsum tulang sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah dan putih. Setiap laboratorium mempunyai nilai rujukan untuk semua hasil tes. Biasanya, tes laboratorium akan menunjukkan hasil tes yang berada di luar nilai normal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hasil tes laboratorium, lihat LI 120. Angka dalam laporan sering sulit ditafsirkan. Beberapa angka dilaporkan dengan satuan x10.e3 atau x10 3. Ini berarti jumlah yang dicatat harus dikalikan Contohnya, bila hasil adalah 8,77 dengan satuan x10.e3, jumlah sebenarnya adalah Tes Sel Darah Merah Sel darah merah, yang juga disebut sebagai eritrosit, bertugas mengangkut oksigen dari paru ke semua sel di seluruh tubuh. Fungsi ini dapat diukur melalui tiga macam tes. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/rbc) yang menghitung jumlah total sel darah merah. Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain. Hematokrit (Ht atau HCT) mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Orang yang tinggal di dataran tinggi umumnya mempunyai lebih banyak sel darah merah. Ini merupakan upaya tubuh mengatasi kekurangan oksigen. Eritrosit, Hb dan Ht yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak mendapat cukup oksigen untuk berfungsi secara normal. Jika kita anemia, kita sering merasa lelah dan terlihat pucat. Lihat LI 551 mengenai kelelahan dan LI 552 mengenai anemia. Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. VER yang rendah berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis. VER yang tinggi dapat disebabkan oleh obat antiretroviral (ARV), terutama AZT dan d4t. Keadaan ini tidak berbahaya. Namun VER yang tinggi dapat menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat. Sementara VER mengukur ukuran ratarata sel darah merah, Red Blood Cell Distribution Width (RDW) mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin. Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH) dan Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin. HER dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel darah merah total. Trombosit atau platelet berfungsi membantu menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng. Jika trombosit kita kurang, kita mudah mengalami perdarahan atau memar. Orang terinfeksi HIV kadang trombositnya rendah (disebut trombositopenia). ARV dapat mengatasi keadaan ini. Jumlah trombosit hampir tidak pernah menjadi begitu tinggi sehingga berpengaruh pada kesehatan. Tes Sel Darah Putih Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam tubuh kita. Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/wbc) adalah jumlah total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi. Hitung Jenis (differential) menghitung lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Hasil masing-masing dilaporkan sebagai persentase jumlah leukosit. Persentase ini dikalikan leukosit untuk mendapatkan hitung mutlak. Contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit , limfosit mutlak adalah 30% dari atau Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari leukosit. Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kita lebih mudah terkena infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut dapat menyebabkan neutropenia. Begitu juga, beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha (misalnya gansiklovir untuk mengatasi virus sitomegalo, lihat LI 501) dan AZT (semacam ARV; lihat LI 411). Ada dua jenis utama limfosit: sel-t yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-b yang membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Salah satu jenis sel-t adalah sel CD4, yang tertular dan dibunuh oleh HIV (lihat LI 124). Hitung darah lengkap tidak termasuk tes CD4. Tes CD4 ini harus diminta sebagai tambahan. Hasil hitung darah lengkap tetap dibutuhkan untuk menghitung jumlah CD4, sehingga dua tes ini umumnya dilakukan sekaligus. Monosit atau makrofag mencakup 2-8% dari leukosit. Sel ini melawan infeksi dengan memakan kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Monosit yang berada di berbagai jaringan tubuh disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya infeksi bakteri. Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat menyebabkan jumlah eosinofil yang tinggi. Jumlah yang tinggi, terutama jika kita diare, kentut, atau perut kembung, mungkin menandai keberadaan parasit. Fungsi basofil tidak jelas dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini jumlahnya kurang dari 1% leukosit. Persentase limfosit mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase leukosit. Untuk memperoleh limfosit total, nilai ini dikalikan dengan leukosit. Misalnya, bila limfosit 30,2% dan leukosit 8.770, limfosit totalnya adalah 0,302 x = Laju Endap Darah (LED) atau Sed Rate mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah. LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, atau disebabkan oleh tubuh yang terserang infeksi. Ditinjau 8 Mei 2014 berdasarkan FS 121 The AIDS InfoNet 21 April 2014

10 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 122 TES KIMIA DARAH Tes Kimia Darah Sebagian besar laporan laboratorium memperlihatkan hasil tes kimia darah. Tes ini mengukur berbagai zat kimia dalam darah kita untuk melihat apakah tubuh kita berfungsi dengan baik. Lihat Lembaran Informasi (LI) 121 untuk informasi tentang Hitung Darah Lengkap dan LI 123 untuk informasi tentang Tes Gula dan Lemak Darah. Setiap laboratorium mempunyai nilai rujukan berbeda untuk hasil tes. Biasanya, laporan laboratorium mencantumkan nilai rujukan ini dan menandai hasil tes yang berada di luar nilai rujukan. Lihat LI 120 untuk informasi mengenai hasil tes laboratorium normal. Kalsium, semacam mineral, adalah unsur utama dalam tulang dan gigi. Kalsium juga dibutuhkan agar saraf dan otot bekerja dengan baik, serta untuk reaksi kimia dalam sel. Tubuh kita mengatur tingkat zat kalsium dalam darah. Namun tingkat protein dalam darah dapat berpengaruh pada hasil tes kalsium (lihat albumin di bawah). Hasil tes kalsium yang rendah pada Odha biasanya disebabkan oleh tingkat protein yang rendah akibat kekurangan gizi (malagizi) atau wasting (lihat LI 518). Tingkat zat kalsium yang tidak normal bisa jadi karena masalah pencernaan. Fosforus, seperti juga kalsium, merupakan unsur tulang yang penting. Tingkat zat fosforus yang rendah untuk waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada tulang, saraf dan otot. Tingkat zat fosforus yang tinggi paling sering disebabkan oleh gagal ginjal. Glukosa adalah gula, yang diuraikan dalam sel untuk membuat tenaga. Lihat LI 123 untuk informasi tentang tes gula darah. Elektrolit Elektrolit berkaitan dengan keseimbangan cairan dalam sel kita. Elektrolit terutama penting jika kita mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah pada ginjal. Tingkat zat natrium menunjukkan keseimbangan garam dan air. Zat natrium juga menunjukkan baikburuknya kerja ginjal dan kelenjar adrenal kita. Umumnya, tingkat zat natrium yang tidak normal dalam darah menunjukkan volume darah yang terlalu rendah (akibat dehidrasi) atau terlalu tinggi. Keadaan ini juga bisa terjadi jika jantung tidak memompa darah sebagaimana mestinya, atau ginjal tidak bekerja dengan baik. Zat kalium berpengaruh pada beberapa organ tubuh utama, termasuk jantung. Tingkat zat kalium dapat meningkat akibat gagal ginjal, dan dapat tidak normal akibat muntah atau diare. Tingkat zat klorida sering naik-turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium klorida, atau garam, adalah unsur utama dalam darah. Bikarbonat memperlihatkan sistem dapar (buffer) dalam darah. Tingkat bikarbonat yang normal menunjukkan keasaman darah yang benar. Tingkat yang tinggi dapat disebabkan oleh tingkat asam laktik yang tinggi dalam darah. Tes Fungsi Ginjal Tes dasar untuk mengukur fungsi ginjal adalah nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/bun, atau kadang disebut sebagai urea) dan kreatinin. Tingkat zat fosforus, natrium atau asam urat yang tidak normal juga dapat disebabkan oleh ginjal. BUN mengukur tingkat nitrogen darah. Nitrogen adalah hasil buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air seni. Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan berprotein tinggi, dehidrasi atau gagal ginjal atau jantung. Kreatinin adalah hasil buangan dari pencernaan protein. Tingkatnya yang tinggi dalam darah umumnya menunjukkan masalah ginjal. Dokter sering memakai tingkat kreatinin sebagai tanda yang paling langsung menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan hasil buangan dari tubuh. Untuk informasi lebih lanjut mengenai tes fungsi ginjal, lihat LI 136. Tes Fungsi Hati Tes laboratorium yang disebut tes fungsi hati (liver function test/lft) sebenarnya mengukur tingkat enzim yang terdapat dalam hati, jantung dan otot. Enzim adalah protein yang menyebabkan atau meningkatkan reaksi kimia dalam organisme hidup. Tingkat enzim yang tinggi menunjukkan kerusakan hati yang bisa diakibatkan oleh obat, alkohol, hepatitis atau penggunaan narkoba. Pola dari tingkat enzim ini kalau beberapa di atas tingkat normal dan yang lain normal dapat membantu dokter menemukan masalah kesehatan tertentu. Tes laboratorium mencakup: ALT (SGPT), AST (SGOT), bilirubin, fosfatase alkali, GGT dan LDH. Untuk informasi lebih lanjut mengenai tes fungsi hati, lihat LI 135. Tes Kimia Darah Lain Asam Urat terbentuk akibat penguraian DNA, bahan genetik dalam sel. Asam ini biasanya dikeluarkan oleh ginjal. Tingkat asam urat yang tinggi sebenarnya cukup umum. Tingkat yang sangat tinggi dapat terjadi bila ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat dari darah, atau karena leukemia (kanker darah) atau limfoma (kanker getah bening lihat LI 509). Albumin adalah protein penting dalam darah. Protein ini mengatur keseimbangan air dalam sel, mengangkut gizi pada sel, serta mengeluarkan produk buangan. Tingkat albumin yang rendah biasanya menunjukkan masalah gizi. Karena albumin mengangkut begitu banyak zat dalam darah, tingkat albumin yang rendah dapat menyebabkan hasil rendah pada tes laboratorium yang lain, terutama kalsium dan testosteron. Globulin (juga disebut sebagai imunoglobulin) mengukur protein dalam antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV menyebabkan tingkat globulin yang sangat tinggi. Tingkat umumnya dilaporkan untuk lima jenis globulin: IgG, IgA, IgD, IgE dan IgM. Tes Protein C-Reactive (CRP) adalah tes umum lain untuk peradangan (lihat LI 484). Ukuran ini naik dan turun lebih cepat daripada LED (lihat LI 121). Tingkat CRP yang tinggi mungkin menunjukkan risiko lebih tinggi terhadap serangan jantung. Ditinjau 8 Mei 2014 berdasarkan FS 122 The AIDS InfoNet 21 April 2014

11 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 123 TES GULA & LEMAK DARAH Lihat Lembaran Informasi (LI) 121 untuk informasi tentang Hitung Darah Lengkap dan LI 122 untuk tes yang diliputi di Tes Kimia Darah. Untuk informasi lebih lengkap mengenai hasil tes laboratorium, lihat LI 120. Mengapa Memeriksa Gula dan Lemak Darah? Orang yang memakai terapi antiretroviral (ART) disarankan untuk lebih sering memeriksakan tingkat gula dan lemak dalam darahnya karena terapi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan yang sangat tinggi. Hal ini terutama dialami bila dipakai golongan antiretroviral (ARV) protease inhibitor (PI). Untuk informasi lebih lanjut, lihat LI 553 tentang lipodistrofi (perubahan bentuk tubuh). Gula Darah Glukosa adalah gula. Glukosa diuraikan dalam sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah meningkat setelah kita makan atau minum apa saja kecuali air putih biasa. Tingkat glukosa yang tinggi, yang disebut hiperglisemia, dapat merupakan tanda penyakit diabetes melitus. Gula darah yang tinggi lambat laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung. Tingkat yang tinggi ini dapat disebabkan oleh efek samping PI. Gula darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kelelahan (lihat LI 551). Namun kelelahan pada Odha umumnya disebabkan oleh hal lain. Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa bergerak dari darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas kita tidak membuat cukup insulin. Namun beberapa orang membuat cukup banyak insulin tetapi tubuhnya tidak menanggapinya secara normal. Ini disebut resistansi insulin. Apa pun alasannya, sel tidak memperoleh glukosa secukupnya untuk dijadikan tenaga, dan glukosa menumpuk dalam darah. Beberapa orang yang memakai PI mengalami resistansi insulin dan tingkat gula dalam darahnya dapat meningkat tajam. Keadaan ini kadang kala diobati dengan obat yang biasa dipakai untuk diabetes. Belum ada tes darah yang sederhana untuk resistansi insulin. Ada tiga cara untuk mengukur tingkat gula darah: Tes gula darah sewaktu. Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan. Tes gula darah puasa. Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat perut kosong, setelah kita tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya delapan jam. Tes toleransi glukosa. Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa. Kemudian kita diberikan minuman manis yang mengandung gula dengan ukuran tertentu. Tingkat gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa contoh darah yang diambil pada jangka waktu yang tertentu. Di Indonesia, yang lebih sering dilakukan adalah tes gula darah setelah makan. Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian kita diminta untuk makan seperti biasa, dan darah kita diperiksa lagi dua jam kemudian. Jika gula darah kita terlalu tinggi, kita mungkin diabetes. Terapi untuk diabetes meliputi mengurangi berat badan, mengatur pola makanan, dan olahraga. Bisa juga termasuk obat atau suntikan insulin. Lemak Darah Lemak, yang sering disebut dalam bahasa medis sebagai lipid, adalah salah satu sumber tenaga. Lemak mengangkut beberapa vitamin ke seluruh tubuh. Lemak dipakai untuk membuat hormon dan dinding sel, melindungi organ tubuh dan melumasi beberapa bagian tubuh yang bergerak. Namun terlalu banyak lemak dalam darah (yang disebut sebagai hiperlipidemia) dapat meningkatkan risiko penyakit jantung atau pankreatitis. Sebagian besar lemak di tubuh kita berbentuk sebagai trigliserida. Kolesterol adalah bentuk lemak yang lain. Agar dapat diangkut oleh darah, lemak dibungkus oleh beberapa molekul protein. Kumpulan lemak yang terbungkus protein ini disebut lipoprotein. Ukuran lipoprotein berbeda-beda. Yang lebih besar disebut lipoprotein kepekatan rendah (low density lipoprotein/ldl) atau lipoprotein kepekatan sangat rendah (very low density lipoprotein/vldl). Lipoprotein ini mengangkut lemak dari hati ke bagian tubuh lain. Terlalu banyak LDL atau VLDL dapat menyebabkan lemak menumpuk di dinding pembuluh nadi. Penyempitan ini dapat menyebabkan pengiriman oksigen ke otot jantung berkurang, dengan akibat serangan jantung. Lipoprotein yang lebih kecil disebut lipoprotein kepekatan tinggi (high density lipoprotein/hdl). HDL dianggap sebagai lipoprotein yang baik karena mengeluarkan lemak dari pembuluh darah dan mengembalikannya ke hati untuk diproses lagi. Tingkat HDL yang tinggi tampaknya melindungi kita dari penyakit jantung. Lemak darah diukur dalam mg/dl darah. Mengukur tingkat trigliserida: Tingkat trigliserida dalam darah meningkat cepat setelah kita makan. Kita harus puasa makan sedikitnya delapan jam sebelum contoh darah diambil untuk tes tersebut. Banyak Odha mempunyai tingkat trigliserida yang sangat tinggi, terutama pengguna PI. Tingkat trigliserida di bawah 200mg/dL dianggap normal. Tingkat di atas 1.000mg/dL dapat menyebabkan pankreatitis. Mengukur tingkat kolesterol: Kolesterol total mencakup tingkat LDL yang buruk dan HDL yang baik. Kolesterol total tidak begitu cepat berubah setelah kita makan, jadi darah untuk tes ini dapat diambil kapan saja. Tingkat kolesterol total di bawah 200mg/dL dianggap baik, dan di atas 240mg/dL dianggap buruk. HDL adalah kolesterol baik. Tingkat kolesterol ini dapat diukur pada contoh darah yang diambil tanpa puasa. Semakin tinggi tingkat HDL semakin baik. Tingkatnya di atas 40mg/dL dianggap baik. LDL adalah kolesterol buruk. Tingkat LDL dihitung memakai rumusan yang mencakup tingkat trigliserida. Contoh darah yang diambil setelah puasa dipakai untuk mengukur tingkat trigliserida atau untuk menghitung tingkat LDL. Tingkat LDL di bawah 100mg/dL dianggap baik, sedangkan bila di atas 160mg/dL menunjukkan risiko tinggi terhadap penyakit jantung. Untuk pasien berisiko tinggi, LDL sebaiknya diturunkan di bawah 70mg/dL. Semakin banyak Odha ditemukan dengan tingkat kolesterol yang tinggi, terutama bila ada riwayat kolesterol tinggi di keluarganya. Jika tingkat kolesterol kita tinggi, sebaiknya kita membahas pilihan pengobatan dengan dokter. Diperbarui 31 Juli 2014 berdasarkan FS 123 The AIDS InfoNet 4 Juni 2014

12 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 124 TES CD4 Apa Sel CD4 Itu? Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-t. Ada dua macam sel-t. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel pembantu. Sel T- 8 (CD8) adalah sel penekan, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel pembunuh, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus. Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-t yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai reseptor untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok. Mengapa Sel CD4 Penting Sehubungan dengan HIV? HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan HIV. Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai terapi antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit. Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus untuk melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita mungkin mengalami infeksi oportunistik lihat Lembaran Informasi (LI) 500. Apa Tes CD4 Itu? Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa tipe sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat hitungan berdasarkan jumlah sel darah putih, dan proporsi sel tersebut yang CD4. Oleh karena itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis. Karena jumlah CD4 penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan kita melakukan tes CD4 setiap 3-6 bulan. Namun setelah kita mulai ART dan jumlah CD4 kita sudah kembali normal, tes CD4 dapat dilakukan setiap 9-12 bulan. Faktor Apa yang Berpengaruh pada Jumlah CD4? Hasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada jam berapa contoh darah diambil, kelelahan, dan stres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites CD4, dan juga selalu memakai laboratorium yang sama. Infeksi lain dapat sangat berpengaruh pada jumlah CD4. Jika tubuh kita menyerang infeksi, jumlah sel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi dapat berdampak serupa. Kalau akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita menunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau setelah vaksinasi. Bagaimana Hasil Tes CD4 Dilaporkan? Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter kubik darah (biasanya ditulis mm 3 ). Jumlah CD4 yang normal biasanya berkisar antara 500 dan Karena jumlah CD4 begitu berubahubah, kadang lebih cocok kita lihat persentase sel CD4. Jika hasil tes melaporkan CD4% = 34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk anak berusia di bawah lima tahun. Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada sistem kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik meramalkan perkembangan penyakit HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak tetap dipakai untuk menentukan kapan ART sebaiknya dimulai. Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas bagaimana hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan biaya untuk tes CD8. Apa Artinya Angka Ini? Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan definisi Kemenkes. Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral load. Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan termasuk ART sebaiknya dimulai. Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Sebagian besar dokter meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut: Di bawah 200: PCP (lihat LI 512) Di bawah 100: toksoplasmosis (lihat LI 517) dan meningitis kriptokokus (LI 503) Di bawah 50: MAC (lihat LI 510) Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4 akan mulai naik segera setelah kita mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50 waktu kita mulai ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di atas 500). Yang penting jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada angka. Sebaliknya, bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah tanda bahwa ART kita mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti. Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak tentu berarti sistem kekebalan tubuh benar-benar pulih. Penyakit dan Kematian Non-AIDS Sekarang, karena Odha umumnya hidup lebih lama berkat ART, ada lebih banyak penelitian mengenai penyebab penyakit dan kematian lain. Penyebab kematian non-aids ini termasuk penyakit hati, kanker tidak terkait AIDS dan penyakit jantung. Secara keseluruhan, kematian ini menurun. Namun penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara jumlah CD4 yang lebih rendah dan risiko kematian. Diperbarui 8 Mei 2014 berdasarkan FS 124 The AIDS InfoNet 16 April 2014

13 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 125 TES VIRAL LOAD Apa Tes Viral Load Itu? Tes viral load adalah tes untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Ada beberapa cara untuk melakukan tes ini: Metode PCR (polymerase chain reaction) memakai suatu enzim untuk menggandakan HIV dalam contoh darah. Kemudian reaksi kimia menandai virus. Penanda diukur dan dipakai untuk menghitung jumlah virus. Tes jenis ini dibuat oleh Roche dan Abbott. Metode bdna (branched DNA) menggabungkan bahan yang menimbulkan cahaya dengan contoh darah. Bahan ini mengikat pada bibit HIV. Jumlah cahaya diukur dan dijadikan jumlah virus. Tes jenis ini dibuat oleh Bayer. Metode NASBA (nucleic acid sequence based amplification) menggandakan protein virus agar dapat dihitung. Tes jenis ini dibuat oleh biomerieux. Masing-masing tes menunjukkan hasil yang berbeda untuk contoh yang sama. Karena hasil tes berbeda, kita sebaiknya tetap memakai jenis tes yang sama untuk memantau kecenderungan viral load. Catatan: Tampaknya semua tes viral load di Indonesia memakai metode PCR. Viral load biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiruan atau copies HIV dalam satu mililiter darah (copies/mm 3 ). Hasilnya sering disebut sebagai angka saja, tanpa disebut satuan. Batas atas tes kurang lebih 1 juta, dan terus disempurnakan sehingga menjadi lebih peka. Batas bawah tes bdna pertama adalah Model tes generasi kedua dapat mengukur hingga 48. Saat ini ada tes sangat peka yang mampu mendeteksi kurang dari lima copies. Hasil tes viral load yang terbaik adalah yang dilaporkan sebagai tidak terdeteksi. Ini bukan berarti tidak ada virus dalam darah; artinya hanya bahwa jumlah virus yang ada tidak cukup untuk ditemukan dan dihitung oleh tes. Dengan tes generasi yang dipakai secara umum di Indonesia, tidak terdeteksi dapat berarti sampai dengan 399. Artinya hasil tidak terdeteksi tergantung pada kepekaan tes yang dipakai. Semua tes viral load pertama memakai contoh darah yang dibekukan. Sekarang hasil yang baik dicapai dengan contoh yang dikeringkan. Cara ini akan mengurangi biaya untuk alat membekukan dan pengiriman. Bagaimana Tes Viral Load Dipakai? Tes viral load membantu dalam beberapa bidang: Dalam penelitian, tes ini membuktikan bahwa HIV tidak pernah laten atau tidur, melainkan terus menggandakan diri (bereplikasi). Banyak Odha tanpa gejala AIDS dengan jumlah CD4 yang tinggi juga mempunyai viral load yang tinggi. Seumpama virus benar laten, tes seharusnya tidak menemukan HIV dalam darah. Tes ini dapat dipakai untuk diagnosis, karena tes dapat menemukan virus beberapa hari setelah seseorang terinfeksi HIV. Ini lebih baik dibandingkan tes HIV baku (tes antibodi), yang bisa saja negatif selama tiga bulan setelah infeksi HIV lihat Lembaran Informasi 102 untuk informasi tentang tes antibodi HIV. Namun tes viral load tidak disetujui di Indonesia untuk diagnosis HIV, kecuali untuk bayi baru lahir. Untuk prognosis, viral load dapat membantu meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Semakin tinggi viral load, semakin cepat penyakit HIV berkembang. Untuk pencegahan, viral load menunjukkan daya menular pada orang lain. Semakin tinggi viral load, semakin mudah menularkan HIV. Untuk pemantauan terapi, tes viral load menunjukkan apakah terapi antiretroviral (ART) mengendalikan virus. Panduan saat ini menganjurkan pengukuran viral load pada awal, sebelum mulai terapi. Pengobatan berhasil bila viral load diturunkan setidaknya 90% dalam waktu delapan minggu setelah ART mulai dipakai. Viral load seharusnya terus menurun menjadi kurang dari 50 dalam enam bulan. Ada anggapan bahwa viral load sebaiknya diukur 2-8 minggu setelah ART dimulai atau diubah. Kemudian viral load sebaiknya dipantau setiap 6 bulan untuk Odha dengan kepatuhan yang baik dengan viral load tidak terdeteksi. Namun tes viral load tidak dianjurkan untuk memantau hasil ART di Indonesia, karena sering tidak terjangkau; ART harus dipantau dengan cara lain (jumlah CD4 dan/atau gejala klinis). Bagaimanakah Perubahan Viral Load Diukur? Tes berulang pada satu contoh darah dapat memberikan hasil yang berbeda tiga kali lipat. Ini berarti bahwa perubahan yang bermakna adalah jika viral load menurun menjadi kurang dari satu per tiga atau meningkat menjadi lebih dari tiga kali dibanding tes sebelumnya. Misalnya, perubahan dari menjadi bisa dianggap tidak bermakna. Jika hasil turun dari menjadi , ini dianggap bermakna. Yang terpenting adalah untuk mencapai viral load yang tidak terdeteksi. Perubahan pada viral load kadang dilaporkan sebagai perubahan log. Hal ini mengacu pada catatan ilmiah, yang memakai pangkat sepuluh. Misalnya, penurunan 2-log adalah penurunan 10 2 atau 100 kali. Penurunan dari menjadi 600 adalah penurunan 2-log. Blip Viral Load Baru-baru ini, para peneliti melihat bahwa viral load pada banyak pasien kadang kala naik dari tidak terdeteksi menjadi tingkat yang masih rendah (biasanya di bawah 400), dan kemudian kembali tidak terdeteksi. Blip (peningkatan sementara) ini tidak menunjukkan bahwa ART mulai gagal atau virus mulai mengembangkan resistansi. Apa Makna Angka? Tidak ada angka viral load yang ajaib. Kita tidak tahu berapa lama kita dapat tetap sehat dengan viral load tertentu. Yang kita tahu hanyalah bahwa semakin rendah semakin baik, yaitu tampaknya berarti hidup yang lebih lama dan lebih sehat. Pedoman AS mengusulkan ART dipertimbangkan jika viral load di atas Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa mereka tidak dapat menularkan orang lain jika viral loadnya tidak terdeteksi. Ini tidak benar. Tidak ada viral load yang aman. Walaupun risiko lebih rendah, kita dapat menularkan HIV pada orang lain bahkan dengan viral load yang tidak terdeteksi. Apakah Ada Masalah dengan Tes Viral Load? Ada beberapa masalah dengan tes viral load: Hanya 2% HIV dalam tubuh kita adalah di darah. Tes viral load tidak mengukur jumlah HIV yang ada di jaringan tubuh misalnya kelenjar getah bening, empedu atau otak. Viral load dalam jaringan getah bening (limfa) dan air mani menurun bila tingkat dalam darah menurun, tetapi tidak pada waktu dan kecepatan yang sama. Hasil tes viral load dapat dipengaruhi jika tubuh kita menyerang infeksi, atau jika kita baru imunisasi (misalnya vaksinasi flu). Kita sebaiknya tidak mengambil darah untuk tes viral load dalam waktu empat minggu setelah infeksi atau imunisasi apa pun. Ditinjau 6 Maret 2014 berdasarkan FS 125 The AIDS InfoNet 24 Februari 2014

14 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 126 RESISTANSI TERHADAP OBAT Apa Resistansi Itu? HIV dianggap resistan (kebal) terhadap obat antiretroviral (ARV) tertentu bila virus itu terus menggandakan diri (bereplikasi) walaupun kita memakai obat tersebut. Waktu HIV bereplikasi, sering kali hasilnya tidak persis sama dengan aslinya ada sedikit perubahan. Sebagian virus yang dibuat ini, yang disebut mutan, dapat menyebabkan resistansi. Tipe virus yang liar adalah bentuk HIV yang paling umum. Virus yang berbeda dari tipe liar dianggap mutan. ARV tidak mampu mengendalikan virus yang resistan terhadapnya. Virus yang resistan dapat kebal terhadap obat tersebut. Jika kita tetap memakai obat itu, virus yang resistan akan bereplikasi lebih cepat dibanding virus liar. Ini disebut tekanan pilihan, dengan akibat virus yang resistan akan berkuasa. Bila kita berhenti memakai ARV, tidak ada tekanan pilihan. Virus tipe liar (asli) akan bereplikasi lebih cepat dibanding virus yang resistan. Namun virus yang resistan masih tersembunyi dalam sel di luar aliran darah, misalnya di kelenjar getah bening, dan akan cepat muncul kembali jika kita mulai kembali memakai obat yang sama. Tes resistansi membantu dokter untuk memberi informasi tepat pada pasien agar pasien dapat mengambil keputusan terbaik tentang pengobatan. Bagaimana Resistansi Berkembang? HIV biasanya menjadi resistan waktu virus tidak dikendali secara keseluruhan oleh obat yang kita pakai. Namun, bisa jadi kita tertular dengan HIV yang sudah resistan terhadap satu atau lebih ARV. Semakin cepat HIV bereplikasi, semakin banyak mutan muncul. Mutasi terjadi secara tidak sengaja. HIV tidak mengetahui mutasi mana yang akan kebal terhadap obat. HIV dapat menjadi resistan terhadap beberapa jenis obat akibat hanya satu mutasi. Ini benar dengan 3TC dan obat golongan NNRTI. Dari sisi lain, untuk mengembangkan resistansi pada beberapa obat lain, termasuk kebanyakan obat golongan protease inhibitor (PI), HIV harus melalui serangkaian mutasi. Cara terbaik untuk mencegah resistansi adalah untuk mengendalikan HIV dengan memakai ARV yang manjur. Bila kita melupakan dosis obat, HIV akan lebih mudah bereplikasi. Makin banyak mutan akan muncul. Beberapa di antaranya dapat menyebabkan resistansi. Bila kita harus berhenti memakai ARV apa pun, bicara dengan dokter. Kita mungkin harus berhenti memakai satu jenis obat sebelum berhenti yang lain. Jika kita berhenti memakai ARV dengan cara yang benar waktu virus dikendalikan, kemungkinan kita dapat mulai memakainya lagi kemudian tanpa masalah. Cara Resistansi Dipastikan Ada tiga cara untuk mengetahui bahwa resistansi sudah muncul: Cara klinis: Mengamati tanda/gejala bahwa HIV tetap menggandakan diri dalam tubuh kita walaupun kita memakai ARV. Cara fenotipe: Melihat apakah HIV tetap menggandakan diri dalam tabung reaksi setelah ARV diberikan. Cara genotipe: Mencari kode genetik HIV mempunyai mutasi yang terkait dengan resistansi terhadap obat. Resistansi klinis dapat dilihat dalam peningkatan pada viral load, penurunan jumlah CD4, berat badan menurun, dan kejadian baru atau kambuhan infeksi oportunistik. Tes laboratorium dibutuhkan untuk mengukur resistansi fenotipe dan genotipe. Tes Resistansi Ada tiga jenis tes resistansi: Tes fenotipe: Contoh HIV dibiakkan dalam laboratorium. Kemudian satu jenis ARV diberikan. Kecepatan pertumbuhan virus dibandingkan dengan virus liar. Jika HIV dalam contoh bereplikasi lebih cepat, maka virus tersebut dianggap resistan pada obat yang bersangkutan. Tes fenotipe lebih terpilih untuk orang dengan resistansi yang diketahui atau dicurigai, terutama terhadap PI. Tes genotipe: Kode genetik virus dalam contoh dibaca untuk menentukan apakah ada mutasi tertentu yang diketahui menimbulkan resistansi terhadap ARV apa pun. Tes genotipe lebih terpilih untuk orang yang mengalami masalah dengan rejimen terapi ARV (ART) lini pertama atau kedua. Tes fenotipe virtual: Sebetulnya tes ini adalah cara menafsirkan hasil tes genotipe. Tes ini lebih cepat dan murah dibandingkan tes fenotipe. Resistansi Silang Kadang kala, jika virus kita mengembangkan resistansi terhadap satu macam obat, virus juga menjadi resistan terhadap ARV lain. Ini disebut resistansi silang atau cross resistance terhadap obat atau golongan obat lain. Misalnya, sebagian besar HIV yang resistan terhadap efavirenz (sejenis NNRTI) juga resistan terhadap nevirapine (sejenis NNRTI lain) dan sebaliknya. Resistansi silang adalah penting bila kita harus mengganti ARV akibat kegagalan terapi karena resistansi. Kita harus memilih obat baru yang tidak resistan silang dengan obat yang kita pernah pakai. Ilmuwan belum sepenuhnya memahami resistansi silang. Namun banyak jenis ARV sedikitnya sebagian resistan silang. Sebagaimana HIV mengembangkan lebih banyak mutasi, virus menjadi lebih sulit dikendalikan. Pakai semua dosis ARV persis sesuai dengan anjuran. Ini mengurangi risiko resistansi dan resistansi silang, dan juga mencadangkan lebih banyak pilihan jika kita harus menggantikan ARV pada masa depan. Masalah dengan Tes Resistansi Tes resistansi belum tersedia di Indonesia. Harganya di negara maju masih sangat mahal. Tes ini kurang mampu mendeteksi mutan minoritas (di bawah 20% dari virus keseluruhan). Juga, tes resistansi lebih mampu bila viral load lumayan tinggi. Bila viral load kita sangat rendah, tes mungkin tidak berhasil. Tes biasanya tidak dapat dilakukan bila viral load kita di bawah Hasil tes resistansi dapat sulit ditafsirkan. Kadang kala hasil tes tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Obat yang menurut tes seharusnya berhasil ternyata tidak, dan sebaliknya. Kadang-kadang tes fenotipe dan genotipe memberi hasil yang bertentangan. Beberapa mutasi dapat mengurangi keganasan HIV atau menyebabkan HIV menjadi lebih rentan terhadap obat tertentu lain. Penelitian baru-baru ini memberi kesan bahwa tes resistansi genotipe sebaiknya dilakukan pada semua pasien sebelum mereka mulai ART. Hal ini dapat menghemat biaya karena pasien tidak diberi obat yang tidak efektif akibat virusnya sudah resistan terhadap obat tersebut. Tes resistansi tidak dibutuhkan untuk memastikan apakah ART kita gagal; kegagalan lebih baik dipastikan dengan tes viral load (lihat Lembaran Informasi 125). Tes resistansi mungkin bermanfaat untuk memastikan rejimen terbaik untuk mengganti rejimen yang diketahui gagal. Ditinjau 6 Maret 2014 berdasarkan FS 126 The AIDS InfoNet 4 Februari 2014

15 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 135 TES FUNGSI HATI Apa Tes Fungsi Hati Itu? Dalam pekerjaannya, hati kita membuat beberapa produk, termasuk jenis protein yang disebut sebagai enzim. Produk ini dapat keluar dari hati dan masuk ke aliran darah. Tingkat produk tersebut dapat diukur dalam darah. Kerusakan pada hati yang disebabkan oleh penyakit dapat memungkinkan produk tersebut masuk ke aliran darah dalam tingkat yang lebih tinggi. Jadi, tes yang mengukur tingkat produk ini, yang disebut sebagai tes fungsi hati (liver function test/lft), dapat menunjukkan tingkat kerusakan pada hati. Bila dokter mencurigai kita mempunyai masalah atau penyakit hati, dia akan meminta kita melakukan tes fungsi hati untuk membantu diagnosis. Kemudian, tes fungsi hati dapat dilakukan untuk memantau hati kita, untuk melihat apakah kerusakan dapat menjadi lebih berat atau pun pulih. Apa yang Diukur dalam Tes Fungsi Hati? Produk berikut biasanya diukur sebagai bagian dari tes fungsi hati: ALT (alanin aminotransferase), dahulu dikenal sebagai SGPT (serum glutamik piruvik transaminase) AST (aspartat aminotransferase), dahulu dikenal sebagai SGOT (serum glutamik oksaloasetik transaminase) Fosfatase alkali GGT (gamma-glutamil transpeptidase, atau gamma GT) Bilirubin Albumin Lembaran Informasi (LI) 120 menunjukkan nilai normal atau nilai rujukan untuk semua tes tersebut. Harus ditekankan bahwa nilai ini berbeda tergantung pada alat yang dipakai di laboratorium yang melakukan tes serta cara penggunaannya. Laporan laboratorium yang kita terima setelah melakukan tes menunjukkan nilai normal yang berlaku. Sebagai contoh, batas atas nilai normal (BANN) untuk AST dapat berkisar dari 35 hingga 50 (tergantung pada laboratorium), dan berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Jadi bila kita ingin dapat komentar mengenai hasil tes, sebaiknya kita menyebut baik hasil tes maupun nilai normal. Selain itu, hasil tes juga dapat berubah tergantung pada pukul berapa darah diambil. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali kita dites fungsi hati, dan juga selalu pada laboratorium yang sama. Apa Arti Hasil Tes? Penyakit hati yang berbeda akan menyebabkan kerusakan yang berbeda, dan tes fungsi hati dapat menunjukkan perbedaan ini. Hasil tes fungsi hati dapat memberi gambaran mengenai penyakit apa yang mungkin menyebabkan kerusakan, tetapi tes ini tidak mampu mendiagnosis akibat penyakit hati. Hasil tes ini juga bermanfaat untuk memantau perjalanan penyakit hati, tetapi sekali lagi, mungkin tidak memberi gambaran yang tepat. Namun biasanya hasil tes fungsi hati memberi gambaran mengenai tingkat peradangan. Enzim Hati ALT adalah lebih spesifik untuk kerusakan hati. ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan penyakit pada saluran cairan empedu. AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati. Dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa. Fosfatase alkali meningkat pada berbagai jenis penyakit hati, tetapi peningkatan ini juga dapat terjadi berhubungan dengan penyakit tidak terkait dengan hati. Fosfatase alkali sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak jaringan lain. Peningkatan fosfatase alkali dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat karena alasan apa pun. Di antara yang lain, peningkatan pada fosfatase alkali dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati. GGT sering meningkat pada orang yang memakai alkohol atau zat lain yang beracun pada hati secara berlebihan. Enzim ini dibuat dalam banyak jaringan selain hati. Serupa dengan fosfatase alkali, GGT dapat meningkat dalam darah pasien dengan penyakit saluran cairan empedu. Namun tes GGT sangat peka, dan tingkat GGT dapat tinggi berhubungan dengan hampir semua penyakit hati, bahkan juga pada orang yang sehat. GGT juga dibuat sebagai reaksi pada beberapa obat dan zat, termasuk alkohol, jadi peningkatan GGT kadang kala (tetapi tidak selalu) dapat menunjukkan penggunaan alkohol. Penggunaan pemanis sintetis sebagai pengganti gula, seumpamanya dalam diet soda, dapat meningkatkan GGT. Produk Hati Lain Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan meningkat. Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di luar hati. Bila bilirubin langsung adalah rendah sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran. Bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang mengakibatkan gejala ikterus. Penggunaan atazanavir (sejenis obat antiretroviral golongan PI lihat LI 447) dapat menyebabkan peningkatan pada tingkat bilirubin. Walaupun efek samping ini tidak berbahaya, perubahan pada warna kulit dan mata dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Albumin adalah protein yang mengalir dalam darah. Karena dibuat oleh hati dan dikeluarkan pada darah, albumin adalah tanda yang peka dan petunjuk yang baik terhadap beratnya penyakit hati. Tingkat albumin dalam darah menunjukkan bahwa hati tidak membuat albumin dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tingkat ini biasanya normal pada penyakit hati yang kronis, sementara meningkat bila ada sirosis atau kerusakan berat pada hati. Ada banyak protein lain yang dibuat oleh hati, namun albumin mudah diukur. Tes Lanjutan Bila ada kelainan pada tes fungsi hati, dokter mungkin akan minta tes tambahan, misalnya ultrasound atau biopsi hati. Bila belum dilakukan tes untuk hepatitis virus, kemungkinan kita akan diminta melakukan tes tersebut. Ditinjau 6 Maret 2014 berdasarkan beberapa sumber

16 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 136 TES FUNGSI GINJAL Apa Tes Fungsi Ginjal Itu? Ginjal kita, yaitu sistem penyaringan alami tubuh kita, melakukan banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan ph (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, sisa senyawa kimia disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai glomeruli. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penyakit ginjal, lihat Lembaran Informasi (LI) 651. Banyak kerusakan dapat berpengaruh pada kemampuan ginjal kita dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut); yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. Adalah sulit mengukur kerusakan ini secara langsung. Oleh karena itu, dibentuk beberapa tes laboratorium yang memberi gambaran mengenai kesehatan ginjal. Tes ini disebut sebagai tes fungsi ginjal atau faal ginjal, dan dapat membantu menentukan penyebab dan tingkat masalah ginjal. Tes dilakukan pada contoh air seni dan darah. Bila dokter mencurigai kita mempunyai masalah atau penyakit ginjal, dia akan meminta kita melakukan tes fungsi ginjal untuk membantu diagnosis. Kemudian, tes fungsi ginjal dapat dilakukan untuk memantau ginjal kita, agar melihat apakah kerusakan dapat menjadi lebih berat atau pun pulih. Kecepatan Penyaringan Glomeruli Tes ini, yang umumnya disebut sebagai GFR (glomerular filtration rate) atau LFG (laju filtrasi glomerulus), mengukur jumlah darah yang disaring oleh ginjal setiap menit. Walau GFR ini dapat diukur, prosesnya rumit dan hanya dilakukan dalam sarana penelitian. Tes Keluaran Kreatinin Sebagai alternatif yang lebih mudah, GFR dapat diperkirakan berdasarkan keluaran kreatinin (creatinine clearance). Tes keluaran kreatinin mengukur tingkat salah satu bahan ampas, yaitu kreatinin, dibersihkan dari darah oleh ginjal. Kreatinin dihasilkan dari metabolisme protein ketika otot membakar energi. Kemudian kebanyakan kreatinin disaring dari darah oleh ginjal dan dibuang dalam air seni. Pengukuran keluaran kreatinin dilakukan dengan mengumpulkan semua air seni yang dibuang dalam 24 jam. Jumlah kreatinin yang ada dalam air seni tersebut diukur dan dibandingkan dengan jumlah kreatinin yang beredar dalam darah. Jika jumlah kreatinin yang dikeluarkan oleh ginjal tidak cukup, tingkat kreatinin dalam air seni akan menurun. Akibatnya tingkat kreatinin dalam darah akan meningkat. egfr Tes keluaran kreatinin membutuhkan waktu, dan dapat muncul keraguan apakah semua air seni yang dikeluarkan dalam 24 jam benar-benar dikumpul oleh pasien. Oleh karena itu, sekarang umumnya GFR diestimasikan (egfr) berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah. Kemudian, egfr dihitung dengan memakai salah satu dari beberapa rumusan, yang memakai variabel terkait usia, jenis kelamin dan (kadang) ras dan/atau berat badan. Juga ada rumusan khusus untuk anak, yang memakai variabel lain. Hasil diungkap sebagai volume darah yang disaring dalam ml/menit. Namun ada keraguan mengenai rumusan terbaik untuk rangkaian dan ras yang berbeda, dan untuk Odha. Tes Lain yang Penting Ada beberapa tes lain yang penting untuk memastikan fungsi hati: Analisis air seni: Contoh air seni diperiksa secara fisik untuk ciri termasuk warna, bau, penampilan, dan kepadatan; diperiksa secara kimia untuk unsur termasuk protein, glukosa, dan ph; dan di bawah mikroskop untuk keberadaan unsur sel (sel darah merah dan putih, dll.), bakteri, kristal, dsb. Tekanan darah: Tekanan darah tinggi dapat menjadi salah satu faktor yang menekankan penyakit ginjal. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa ginjal sudah dirusakkan. Keberadaan protein dalam air seni: Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari darah dan menyerapnya kembali, sehingga tingkat protein dalam air seni tetap rendah. Ditemukan protein dalam air seni adalah tanda penyakit ginjal. Tes Penunjang Ada beberapa tes lain yang dapat dilakukan: Keluaran urea. Urea adalah bahan ampas dari metabolisme protein, dan dikeluarkan dalam air seni. Seperti keluaran kreatinin, tes ini mengukur jumlah urea yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam, dan juga membutuhkan pengukuran tingkat urea dalam darah. Osmologi air seni. Tes ini mengukur jumlah partikel (bibit) yang dilarutkan dalam air seni, untuk menilai kemampuan ginjal untuk mengatur kepekatan air seni sebagaimana konsumsi air meningkat atau menurun. Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/ BUN). Darah mengangkut protein ke sel di seluruh tubuh. Setelah protein dipakai oleh sel-sel, sisa produk buangan dikembalikan ke darah sebagai urea, yang mengandung nitrogen. Ginjal yang sehat menyaring urea dari darah dan mengeluarkannya ke air seni. Bila ginjal tidak berfungsi dengan baik, urea ini yang disebut sebagai BUN) akan tetap ditahan dalam darah. Oleh karena itu, tingkat BUN yang tinggi dalam darah dapat menandai masalah ginjal. Namun masalah ini juga terpengaruh oleh fungsi hati (lihat LI 135), sehingga tes BUN harus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah ginjal. Tes lain. Pengukuran tingkat zat lain, yang seharusnya diatur oleh ginjal, dalam darah dapat membantu menilai fungsi hati. Zat ini termasuk zat natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosforus, protein, asam urat dan glukosa. Dalam keadaan tertentu, mungkin dokter akan mengusulkan dilakukan tes pengamatan, termasuk ultrasonik (USG), dan MRI atau CT scan, atau pun biopsi ginjal. Hasil Tes LI 120 menunjukkan nilai normal atau nilai rujukan untuk beberapa tes di atas. Harus ditekankan bahwa nilai ini berbeda tergantung pada alat yang dipakai pada laboratorium yang melakukan tes dan cara penggunaannya. Laporan laboratorium yang kita terima setelah melakukan tes menunjukkan nilai rujukan yang berlaku. Bila kita ingin dapat komentar mengenai hasil tes, sebaiknya kita menyebut hasil tes serta nilai rujukan. Apa Arti Hasil Tes? Hasil tes GFR menunjukkan kerusakan pada ginjal, sebagaimana berikut: Tahap Penyakit Ginjal Kronis Stadium GFR Gambaran 1 90 Normal Fungsi ginjal sedikit berkurang Penurunan fungsi ginjal sedang, ± bukti kerusakan lain Penurunan fungsi ginjal berat 5 <15 Kegagalan ginjal Karena dipengaruhi oleh masalah lain, tingkat BUN yang tinggi secara sendiri tidak tentu menandai masalah ginjal, tetapi memberi kesan adanya masalah. Sebaliknya, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah sangat spesifik menandai penurunan pada fungsi ginjal. Ketidakmampuan ginjal untuk mengatur kepekatan air seni sebagai tanggapan pada perubahan dalam konsumsi cairan, yang ditandai oleh tes osmologi dapat menandai penurunan pada fungsi ginjal. Karena ginjal yang sehat tidak mengeluarkan protein pada air seni, tetap ada protein dalam air seni juga menandai beberapa jenis penyakit ginjal. Diperbarui 1 Juni 2013 berdasarkan beberapa sumber, termasuk HATIP Januari 2011

17 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 152 BERAPA TINGKAT RISIKO? Apa Saya Berisiko Terinfeksi HIV? Kebanyakan kita mengetahui bagaimana HIV menular. Kita juga tahu mengenai usulan untuk seks yang lebih aman. Namun kita tetap dapat terpajan pada (berisiko terinfeksi) HIV. Hal ini dapat terjadi akibat kecelakaan atau karena kita melakukan perilaku berisiko. Waktu hal ini terjadi, kita selalu ingin tahu tingkat kemungkinan (kans) kita terinfeksi HIV. Tidak Ada Jaminan! Kita hanya dapat yakin kita tidak terinfeksi HIV bila kita yakin 100% kita belum pernah melakukan perilaku berisiko apa pun, dan kita belum pernah terpajan pada cairan terinfeksi HIV apa pun. Satu-satunya cara untuk memastikan apakah kita terinfeksi atau tidak adalah dengan tes HIV lihat Lembaran Informasi (LI) 102. Kita harus menunggu tiga bulan setelah pajanan mungkin. Baru setelah jangka waktu itu (yang disebut masa jendela) kita dapat yakin bahwa hasil tes non-reaktif berarti kita tidak terinfeksi HIV. Namun hasil reaktif lebih dini berarti kita pasti terinfeksi HIV. Kita mungkin merasa bahwa kita baru saja terpajan pada HIV melalui penggunaan jarum suntik bergantian, atau melalui hubungan seks yang tidak aman (tanpa memakai kondom). Bila hal ini terjadi, sebaiknya kita segera periksa ke dokter. Mungkin kita dapat diberi obat untuk mencegah infeksi lihat LI 156 mengenai Profilaksis Pascapajanan. Apa Artinya Angka? Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, beberapa penelitian dilakukan untuk menilai risiko infeksi HIV akibat jenis pajanan tertentu pada HIV. Hitungan ini hanya memberi gambaran yang umum mengenai tingkat risiko. Angka dapat menggambarkan kegiatan apa yang membawa risiko yang lebih tinggi atau lebih rendah. Angka ini tidak dapat menebak apakah kita terinfeksi atau tidak. Contohnya, risiko (kans) 1 dari 100 tidak berarti kita dapat melakukan kegiatan tersebut 99 kali tanpa risiko. Kita dapat tertular HIV akibat hanya satu kali terpajan. Kita dapat tertular pertama kali kita melakukan perilaku berisiko. Lagi pula penelitian ini melibatkan kelompok orang yang tertentu. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa hasilnya akan berlaku pada kelompok lain, atau pada masyarakat umum. Kegiatan Apa yang Paling Berisiko? Risiko tertinggi terinfeksi HIV adalah penggunaan jarum suntik bergantian untuk menyuntik narkoba bersama dengan seseorang yang terinfeksi HIV. Bila kita memakai jarum suntik bergantian, ada kemungkinan yang sangat tinggi bahwa darah orang lain akan dimasukkan pada aliran darah kita. Virus hepatitis juga dapat tertular dengan penggunaan jarum suntik bergantian. Risiko tertinggi terinfeksi HIV yang berikutnya adalah dengan hubungan seks tanpa kondom. Hubungan seks anal (melalui dubur) paling berisiko. Lapisan dubur adalah sangat tipis. Lapisan tersebut sangat mudah dirusakkan saat berhubungan seks. Kerusakan tersebut memudahkan HIV masuk ke tubuh. Pasangan atas ( top atau yang memasukkan) dalam hubungan seks anal tampaknya kurang berisiko. Hubungan seks vagina menimbulkan risiko tertinggi yang berikutnya. Lapisan vagina lebih kuat dibandingkan lapisan dubur, tetapi tetap rentan terhadap infeksi. Juga lapisan ini dapat dirusakkan oleh kegiatan seks; hanya dibutuhkan luka yang tidak kasatmata. Risiko penularan meningkat bila adanya radang atau infeksi pada vagina. Pasangan yang dimasukkan paling berisiko. Namun tetap ada risiko pada pasangan yang memasukkan pada seks anal atau vagina. Ada kemungkinan HIV dapat memasuki penis melalui luka terbuka, melalui lapisan yang lembab pada lubang penis, atau melalui sel di selaput mukosa pada kulup atau kepala penis. Bagaimana dengan Seks Oral? Pernah dilakukan banyak penelitian mengenai penularan HIV melalui seks oral (mulut ke kelamin). Penelitian tersebut tidak mengambil kesimpulan yang jelas. Namun yang berikut adalah jelas: Penularan HIV melalui seks oral adalah mungkin. Risiko bukan nol. Risiko penularan HIV melalui seks oral sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan jenis hubungan seks lain tanpa kondom. Namun infeksi lain misalnya sifilis dapat menular melalui seks oral. Apa yang Meningkatkan Risiko Penularan HIV? Sifilis dapat meningkatkan risiko menularkan HIV. Kemungkinan orang tertular HIV lebih tinggi kalau dia juga terinfeksi sifilis. Sifilis juga menyebabkan luka besar dan tidak sakit. Sangat mudah kita terinfeksi HIV melalui luka sifilis. Infeksi herpes simpleks (LI 519) juga menyebabkan luka yang dapat memudahkan penularan dengan HIV. Kasus sifilis atau herpes simpleks yang aktif meningkatkan jumlah HIV pada darah kita, dan dapat meningkatkan kemungkinan orang lain tertular. Beberapa faktor lain meningkatkan risiko menularkan HIV, atau menjadi terinfeksi: Waktu orang terinfeksi HIV pada fase akut atau primer (lihat LI 103), jumlah virus dalam darahnya sangat tinggi. Hal ini meningkatkan kemungkinan orang tersebut dapat menularkan infeksinya. Sayangnya, hampir tidak seorang pun mengetahui dirinya terinfeksi pada fase tersebut. Orang tersebut tidak menunjukkan tanda atau gejala terinfeksi HIV. Bila orang yang tidak terinfeksi mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lemah. Hal ini dapat terjadi akibat penyakit lanjutan atau karena infeksi aktif misalnya peristiwa herpes, sifilis atau flu. Bila salah satu atau kedua orang mempunyai luka terbuka yang terpajan pada cairan terinfeksi. Luka tersebut dapat luka selesma, herpes kelamin, luka pada mulut (seriawan), luka sifilis, atau luka atau goresan lain pada kulit. Bila ada pajanan pada darah yang terinfeksi. Bila pasangan laki-laki tidak terinfeksi yang memasukkan belum disunat. LI 166 menyediakan informasi lebih lanjut mengenai daya menular HIV. Para peneliti mengembangkan perkiraan mengenai risiko tertular HIV. Perkiraan tersebut dapat memberi gambaran umum mengenai kegiatan apa yang lebih berisiko atau kurang berisiko. Angka ini tidak dapat memberi tahu kita apakah kegiatan tertentu aman, atau beberapa kali kita dapat melakukannya tanpa kita menjadi terinfeksi. Cara terbaik untuk mencegah infeksi HIV adalah dengan memakai kondom secara benar dan konsisten setiap kali berhubungan seks, dan menghindari penggunaan jarum suntik bergantian. Bila kita merasa kita terpajan, menunggu tiga bulan, lalu melakukan tes HIV. Tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kita terinfeksi HIV atau tidak. Ditinjau 7 Februari 2014 berdasarkan FS 152 The AIDS InfoNet 31 Agustus 2013

18 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 154 PENGGUNAAN NARKOBA & HIV Apa Kaitan Antara Penggunaan Narkoba dan HIV? Penggunaan narkoba (NAPZA) suntikan dan alkohol adalah faktor besar dalam penyebaran infeksi HIV. Di luar Afrika, penggunaan narkoba suntikan bertanggung jawab untuk sepertiga infeksi HIV yang baru. Alat-alat yang dipakai secara bergantian untuk memakai narkoba dapat membawa HIV dan hepatitis virus, dan penggunaan narkoba dan alkohol juga dikaitkan dengan hubungan seks secara tidak aman. Penggunaan narkoba dan alkohol juga dapat berbahaya untuk orang yang memakai terapi antiretroviral (ART). Kepatuhan pada pengobatan tampaknya lebih sulit untuk pengguna narkoba, dan narkoba jalanan dapat berinteraksi secara gawat dengan obat antiretroviral (ARV). Lihat Lembaran Informasi (LI) 494 untuk informasi lebih lanjut mengenai narkoba. Terapi pemulihan ketergantungan narkoba dan alkohol dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV. Suntikan dan Infeksi Infeksi HIV menyebar secara mudah bila orang memakai alat suntik secara bergantian dalam penggunaan narkoba. Penggunaan alat bergantian juga menularkan virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan penyakit gawat lain. Darah yang terinfeksi terdapat pada semprit (insul) kemudian disuntikkan bersama dengan narkoba saat pengguna berikut memakai semprit tersebut. Ini adalah cara termudah untuk menularkan HIV karena darah yang terinfeksi langsung dimasukkan pada aliran darah orang lain. Untuk mengurangi risiko penularan HIV dan hepatitis, jangan memakai alat suntik apa pun secara bergantian, dan sering cuci tangan. Membersihkan alat-alat serta kulit di daerah suntikan. Mengikuti tindakan untuk mengurangi dampak buruk (harm reduction) penggunaan narkoba. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa HIV dapat bertahan hidup selama sedikitnya empat minggu dalam semprit bekas pakai. Bila kita harus memakai alat suntik bergantian, kita dapat mengurangi risiko infeksi dengan membersihkannya sebelum orang yang berikut memakainya. Bila mungkin, memakai semprit milik sendiri dan tidak memakainya bergantian dengan orang lain. Semprit ini tetap harus dibersihkan karena bakteri dapat bertumbuh di dalamnya. Cara yang paling efektif untuk membersihkan semprit adalah dengan memakai air bersih dulu, kemudian pemutih, dan akhirnya bilas dengan air bersih. Coba keluarkan semua darah dari semprit dengan cara dikocok secara keras selama 30 detik. Pakailah air sejuk karena air panas dapat menyebabkan darah menjadi beku. Untuk membunuh sebagian besar HIV dan virus hepatitis, biarkan pemutih dalam semprit selama dua menit penuh. Tidak dapat dijamin bahwa semua HIV dan virus hepatitis akan dibunuh dengan pembersihan. Selalu memakai semprit baru bila mungkin. Program Pertukaran Jarum Suntik Akses pada jarum suntik yang bersih mengurangi penularan HIV dan hepatitis virus. Di beberapa daerah, jarum suntik baru dapat dibeli di apotek tanpa resep. Di beberapa daerah, sudah terbentuk program pertukaran jarum suntik (Layanan Alat Suntik Steril/LASS) untuk menyediakan semprit yang baru dan terjamin bersih pada pengguna narkoba suntikan agar mereka tidak terpaksa memakai jarum suntik bergantian. Program yang memudahkan akses pada jarum suntik baru memang kontroversial karena ada yang menganggap program LASS mendorong penggunaan narkoba. Namun penelitian pada pertukaran jarum suntik membuktikan bahwa hal ini tidak benar. Angka infeksi HIV menurun di daerah yang ada program tersebut, dan lebih banyak pengguna narkoba siap mengikuti terapi pemulihan narkoba. Penggunaan Narkoba dan Hubungan Seks Tidak Aman Untuk banyak orang, narkoba dan seks saling berhubungan. Pengguna narkoba dapat menawarkan seks untuk narkoba atau uang untuk membeli narkoba. Beberapa orang mengaitkan seks tidak aman dengan penggunaan narkoba. Penggunaan narkoba, termasuk metamfetamin (shabu) dan alkohol, meningkatkan kemungkinan orang tidak akan melindungi dirinya saat berhubungan seks. Seseorang yang menjual seks untuk narkoba mungkin mengalami kesulitan untuk membatasi apa yang dia akan lakukan. Penggunaan narkoba dan alkohol dapat mengurangi angka penggunaan kondom dan praktek seks aman yang lain. Sering kali, pengguna narkoba bergantiganti pasangan seksual. Perilaku ini meningkatkan risiko terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual (IMS) lain. IMS dapat meningkatkan risiko tertular atau menularkan HIV. Pengobatan dan Narkoba Adalah sangat penting untuk memakai setiap dosis ART sesuai dengan aturan (waktu, takaran, dsb.) lihat LI 405 mengenai kepatuhan terhadap terapi. Orang yang tidak patuh (melupakan dosis) lebih mungkin mengalami tingkat HIV (viral load) yang lebih tinggi dalam darahnya, dan mengembangkan resistansi terhadap obatnya. Penggunaan narkoba dikaitkan dengan ketidakpatuhan, yang dapat mengakibatkan kegagalan terapi dan penyakit melanjutkan. Beberapa jenis narkoba berinteraksi dengan obat medis lihat LI 407. Hati kita menguraikan sebagian besar obat yang dipakai untuk melawan HIV, terutama protease inhibitor (PI) dan NNRTI. Hati juga menguraikan beberapa jenis narkoba, termasuk alkohol. Bila narkoba dan obat kedua antri memakai hati, ada yang diuraikan secara lebih cepat dan juga yang lebih lambat. Hal ini dapat menyebabkan overdosis berat oleh obat atau pun narkoba. Overdosis obat dapat menyebabkan efek samping yang berat. Overdosis narkoba dapat mematikan. Sedikitnya dilaporkan satu kematian akibat interaksi antara ekstasi dengan PI. Sebaliknya, interaksi dapat menyebabkan tingkat ARV yang rendah dalam darah, dengan akibat tingkatnya terlalu rendah untuk melawan HIV. Hal ini dapat menyebabkan virus menjadi resistan terhadap obat tersebut. Beberapa obat, termasuk ARV dapat mengubah tingkat metadon dalam darah. Oleh karena itu, pengguna metadon seharusnya dipantau secara hati-hati setelah mulai memakai ART atau pengobatan lain, dan dosis metadon disesuaikan lagi lihat LI 541 untuk informasi lebih lanjut. Penggunaan narkoba adalah penyebab utama infeksi HIV baru. Penggunaan alat suntik, terutama semprit, secara bergantian dapat menularkan HIV, virus hepatitis dan infeksi lain. Penggunaan alkohol dan narkoba, walaupun belum sampai pada ketergantungan, dapat meningkatkan kemungkinan dilakukan hubungan seks yang tidak aman dan meningkatkan risiko infeksi menular seksual. Untuk melindungi dirinya sendiri dari infeksi, jangan memakai peralatan suntik secara bergantian. Bila memakai semprit sendiri berulang kali, bersihkan secara hatihati setiap kali memakainya. Namun pembersihan yang paling hati-hati tidak dapat menjamin semprit bebas kuman. Di beberapa daerah, jarum suntik baru dapat dibeli tanpa resep. Juga, program pertukaran jarum suntik (layanan alat suntik steril/lass) menyediakan semprit yang baru dan bersih. Program ini dapat mengurangi angka infeksi HIV yang baru. Penggunaan narkoba dapat menyebabkan kelupaan dosis ART. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan kegagalan terapi dan resistansi terhadap obat. Memakai narkoba atau alkohol bersama dengan obat antiretroviral dapat menjadi berbahaya. Interaksi antara obat dengan narkoba dapat menyebabkan efek samping berat dan overdosis yang gawat. Diperbarui 6 Maret 2014 berdasarkan FS 154 The AIDS InfoNet 28 September 2013

19 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 156 PROFILAKSIS PASCAPAJANAN Apa Profilaksis Pascapajanan Itu? Profilaksis berarti pencegahan infeksi dengan obat. Pajanan adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan. Jadi profilaksis pascapajanan (atau PPP) berarti penggunaan obat untuk mencegah infeksi setelah terjadi peristiwa yang berisiko. Terkait dengan PPP, ada tiga macam pajanan itu: Pajanan di tempat kerja. Pajanan ini biasa terjadi dalam sarana medis, dan berasal jika darah, air mani, cairan vagina atau ASI dari seorang yang terinfeksi HIV masuk ke aliran darah orang lain, dalam hal ini biasanya petugas perawatan kesehatan. Peristiwa yang termaksud biasanya kecelakaan akibat tertusuk jarum suntik bekas pakai secara tidak sengaja pada petugas. Pajanan juga dapat terjadi dengan pisau bedah, atau jika darah atau cairan lain pasien kena luka terbuka, atau mulut, hidung atau mata petugas atau orang lain. Pajanan akibat hubungan seks berisiko, misalnya bila kondom pecah atau lepas saat seorang Odha berhubungan seks dengan pasangan HIV-negatif. Pajanan akibat perkosaan. Pemerkosa hampir pasti tidak memakai kondom. Tambahannya, jika hubungan seks terjadi secara paksa, yang sering disertai kekerasan, risiko penularan lebih tinggi. Risiko Penularan Akibat Pajanan di Tempat Kerja Kemungkinan terjadinya penularan akibat tertusuk jarum suntik adalah rendah: rata-rata 0,3%. Kurang lebih satu dari 300 kasus akan menghasilkan infeksi HIV pada petugas kesehatan, bila tidak dilakukan tindakan pencegahan. Risiko lebih tinggi jika: tusukan dalam; darah dapat terlihat pada alat yang menyebabkan luka; jarum atau alat sebelumnya ditempatkan pada pembuluh darah pasien; atau pasien sumber mempunyai viral load HIV yang tinggi. Apa yang Harus Dilakukan Setelah Pajanan? Jangan panik! Namun segera lakukan tindakan. Luka tusuk: bilas dengan air mengalir dan sabun atau antiseptik. Jangan dihisap dengan mulut, dan jangan ditekan karena ini tidak berguna. Desinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan betadine selama lima menit atau alkohol selama tiga menit. Pajanan mulut: ludahkan dan berkumur. Pajanan hidung: hembuskan keluar dan bersihkan dengan air. Pajanan mata: bilas selama beberapa menit dengan air bersih. Hubungan seks: jangan bilas vagina. Setelah dibersihkan, laporkan pajanan agar dapat segera diselidiki. Kapan PPP Diusulkan? Keputusan harus diambil apakah PPP akan dimulai, berdasarkan hasil penyelidikan. Keadaan yang dianggap cukup berat untuk mulai PPP termasuk: pajanan pada banyak darah; darah bersentuh pada luka yang terbuka; darah dapat terlihat pada jarum yang menusuk; atau pajanan pada darah, air mani atau cairan vagina seseorang dengan viral load yang tinggi. Bagaimana PPP Dipakai? PPP dilakukan dengan penggunaan obat antiretroviral (ARV) lihat Lembaran Informasi (LI) 403. Menurut pedoman Kemenkes, paduan yang dianjurkan adalah AZT + 3TC + EFV atau AZT + 3TC + LPV/r. Nevirapine tidak boleh dipakai untuk PPP. PPP harus dimulai secepatnya setelah pajanan, sebaiknya dalam empat jam dan tidak lebih dari 72 jam. PPP harus dilangsungkan selama empat minggu, tetapi boleh dihentikan jika ada efek samping yang berat. Jika pasien sumber pajanan ternyata HIV-negatif, dan tidak ada kemungkinan dia masih dalam masa jendela, PPP dapat dihentikan. Namun tes HIV pada pasien sumber harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan lihat LI 102. Jelas, kerahasiaan harus dijamin. Diusulkan orang yang terpajan melakukan tes HIV pada awal (tidak lebih dari 24 jam), dan pada bulan ke-3 dan ke-6 setelah pemberian PPP. Orang yang terpajan harus segera diberi konseling, dan konseling harus tersedia lagi selama masa memakai PPP. PPP dapat juga disediakan dalam kasus pajanan dalam hubungan seks, misalnya perkosaan atau keadaan pecah kondom pada pasangan suami-istri. Efek Samping PPP Efek samping yang paling umum termasuk mual dan rasa tidak nyaman. Efek samping lain dapat dilihat pada lembaran informasi masing-masing obat. Pajanan pada Infeksi Lain Harus diingat bahwa ada beberapa infeksi lain yang diangkut darah, dengan daya menular yang jauh lebih tinggi dibandingkan HIV. Infeksi ini termasuk virus hepatitis B dan C, yang sering menyertai HIV pada orang yang terinfeksi melalui penggunaan jarum suntik bergantian. Semua infeksi ini dapat dicegah dengan penggunaan kewaspadaan standar (lihat LI 811). Kewaspadaan ini termasuk penggunaan sarung tangan lateks dan pelindung lain waktu melaksanakan tindakan yang berisiko pada semua pasien, bukan hanya mereka yang diketahui terinfeksi penyakit tersebut. Dapat dilakukan upaya PPP akibat pajanan virus hepatitis B, tetapi belum ada untuk virus hepatitis C. Profilaksis pascapajanan (PPP) adalah penggunaan ARV secepatnya setelah terjadi peristiwa yang berisiko penularan HIV, untuk mencegah infeksi HIV. PPP dapat mengurangi risiko terinfeksi hingga 79%. PPP hanya dipakai setelah penyelidikan menunjukkan ada risiko pada orang yang terpajan. Hanya 0,3% pajanan menghasilkan infeksi HIV. Karena ARV dapat menyebabkan efek samping yang cukup berat, sebaiknya PPP hanya dipakai jika benar-benar dibutuhkan. PPP terdiri dari tiga obat yang dipakai dua kali sehari selama empat minggu. PPP tidak 100% efektif; berarti PPP tidak menjamin pajanan pada HIV tidak akan menghasilkan infeksi. Cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan pada sarana medis adalah melaksanakan kewaspadaan standar pada semua pasien. Diperbarui 7 April 2014 berdasarkan beberapa sumber

20 Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 160 PROFILAKSIS PRAPAJANAN Apa Profilaksis Prapajanan (PPrP) Itu? Profilaksis berarti pencegahan infeksi dengan obat. Pajanan adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan. Jadi profilaksis prapajanan (atau PPrP) berarti penggunaan obat untuk mencegah infeksi sebelum terjadi peristiwa yang berisiko. Dalam bahasa Inggris, PPrP dikenal sebagai Pre-exposure prophylaxis atau PrEP. PPrP adalah pencegahan pilihan HIV yang baru untuk orang HIV-negatif untuk mengurangi risiko terinfeksi HIV. PPrP untuk pencegahan HIV terdiri dari penggunaan obat antiretroviral (ARV) oleh orang HIV-negatif untuk mengurangi risiko. Penelitian besar menunjukkan bahwa PPrP dapat membantu mencegah infeksi HIV yang baru bila dipakai oleh orang yang berisiko tinggi tertular HIV. Penelitian terhadap PPrP hanya dilakukan dengan penggunaan kombinasi Truvada (kombinasi tenofovir dan emtricitabine). Penelitian ini menunjukkan penularan HIV menurun 90% setelah PPrP dipakai empat kali seminggu, dan 99% bila dipakai sekali sehari. Belum ada informasi yang cukup mengenai penggunaan obat lain. Belum diketahui apakah obat lain atau jadwal dosis (misalnya beberapa kali seminggu mengganti setiap hari) mungkin juga menjadi cara yang baik untuk mengurangi risiko HIV. Truvada sebagai PPrP diteliti pada orang yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV. Penelitian tersebut melibatkan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), waria dan orang heteroseksual berisiko tinggi yang HIVnegatif. Hasil penelitian ini bermacammacam, Penelitian menunjukkan bahwa PPrP paling efektif bagi orang yang benar-benar memakai obat setiap hari. Bagaimana PPrP Dipakai? Saat ini PPrP terdiri dari satu tablet Truvada setiap hari. Truvada dapat dipakai dengan makanan, atau dengan perut kosong. Ada penelitian berkelanjutan yang menguji coba obat lain untuk PPrP. Truvada berisi dua obat, tenofovir (lihat Lembaran Informasi (LI) 420) dan emtricitabine (FTC, LI 419). Di Indonesia, kombinasi ini kadang tersedia dengan versi generik. Truvada dan versi generik hanya tersedia dengan resep. Siapa Sebaiknya Pakai PPrP? PPrP lebih dari sekadar minum pil ARV. FDA-AS telah mengeluarkan beberapa pedoman untuk penggunaan PPrP, termasuk satu untuk LSL dan satu lain untuk orang heteroseksual. Pedoman mengusulkan beberapa persyaratan: PPrP harus dipakai oleh orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV melalui kegiatan seksual PPrP harus menjadi bagian dari program pencegahan HIV secara keseluruhan termasuk kondom dan konseling Sebelum memakai PPrP, yang bersangkutan harus dites HIV untuk memastikan bahwa dia tidak terlanjur terinfeksi HIV Setiap pengguna PPrP harus dites HIV secara berkala untuk memastikan dia tidak terinfeksi. Para calon pengguna PPrP juga harus diperiksa untuk kerusakan ginjal, hepatitis B dan infeksi menular seksual apa pun PPrP juga dapat dipakai secara sementara oleh pasangan diskordan (satu terinfeksi HIV, yang lain tidak) yang ingin mempunyai anak lihat LI 617. Namun penggunaan PPrP untuk hal ini belum disetujui. Bagaimana Pengguna PPrP Dipantau? Pedoman FDA-AS mengusulkan agar pengguna PPrP dipantau setiap 2-3 bulan untuk: Dites untuk infeksi HIV Diperiksa untuk efek samping Truvada Diketahui apakah ada masalah memakai PPrP setiap hari Menguatkan pesan penggunaan kondom dan pencegahan lain Apa Efek Samping PPrP Efek samping yang paling umum ditemukan dalam uji coba terhadap Truvada sebagai PPrP termasuk sakit kepala, mual, muntah, ruam dan kehilangan nafsu makan. Pada beberapa orang, tenofovir dapat meningkatkan kreatinin dan ALT, enzim yang berhubungan dengan ginjal dan hati. Tingkat tinggi dapat menunjuk adanya kerusakan pada organ tersebut. Penggunaan tenofovir jangka panjang dapat merusak ginjal. Tenofovir dapat mengurangi kepadatan mineral tulang (lihat LI 557). Suplemen kalsium atau vitamin D dapat mengurangi masalah ini. Masalah tulang ini terutama berlaku untuk orang dengan osteopenia atau osteoporosis. Tingkat asam laktik dalam darah (asidosis laktik, lihat LI 556) meningkat pada beberapa orang yang memakai tenofovir dan emtricitabine. Masalah hati, termasuk hati berlemak (LI 528) mungkin juga terjadi. Dalam kasus yang jarang, pengguna emtricitabine dapat mengalami perubahan sementara pada warna kulit. Apakah PPrP Berisiko? Odha telah memakai Truvada, tenofovir dan emtricitabine, selama beberapa tahun. Obat ini umumnya mudah ditahan. Efek samping jangka panjang yang mungkin termasuk hilangnya kepadatan mineral tulang dan kerusakan ginjal. Beberapa orang khawatir bahwa pengguna PPrP mungkin menganggap bahwa mereka benar-benar dilindungi. Mereka mungkin kurang hati-hati tentang perilaku seksualnya. Sejauh ini, kekhawatiran ini belum menjadi kenyataan. Profilaksis prapajanan (PPrP) berarti penggunaan obat antiretroviral Truvada sebelum terinfeksi HIV, untuk mengurangi risiko infeksi HIV. Bila Truvada dipakai sebagai PPrP secara benar dan konsisten, tindakan ini dapat mengurangi angka infeksi HIV melalui kegiatan seksual sebanyak 90%. Manfaat PPrP berpotensi sangat tinggi untuk mengurangi infeksi HIV yang baru pada orang yang menyadari risiko infeksinya dan mampu memakai Truvada untuk melindungi dirinya sendiri. Beberapa orang takut PPrP dapat mendorong perilaku tidak aman, tapi hal ini belum terlihat. Namun jelas PPrP ini tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual lain. Diperbarui 1 Oktober 2014 berdasarkan FS 160 The AIDS InfoNet 28 Agustus 2014

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi

Lebih terperinci

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari HIV, Pregnancy

Lebih terperinci

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan

HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id, Situs

Lebih terperinci

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas

Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Update tentang Pengobatan HIV 1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini sebagai ringkasan yang sangat singkat mengenai perkembangan dalam perawatan,

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada

Lebih terperinci

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi

X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

HEPATITIS FUNGSI HATI

HEPATITIS FUNGSI HATI HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC) Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV

XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? HEALTH Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Chris W Green Spiritia Jl. Kemiri No.10, Gondangdia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI BALI Jl. Melati No. 21 Denpasar Telpon/Fax:

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI BALI Jl. Melati No. 21 Denpasar Telpon/Fax: KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI BALI Jl. Melati No. 21 Denpasar Telpon/Fax: 0361 228723 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS DAN NARKOBA MADE SUPRAPTA 9/13/2011 1 JUMLAH KUMULATIF KASUS HIV-AIDS

Lebih terperinci

CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi

CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? SERI BUKU KECIL Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? Oleh Chris W. Green Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id,

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular?

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular? Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health

Lebih terperinci

Penanganan HBV dan HCV sebagai Koinfeksi HIV

Penanganan HBV dan HCV sebagai Koinfeksi HIV Oleh: Babe, 15 Februari 2007 Saya baru saja ikut Kursus Singkat Nasional Penanganan Hepatitis B dan Hepatitis C, diselenggarakan oleh Sekretariat HIV/AIDS PB IDI sebagai Pra-Pertemuan Nasional HIV-AIDS

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9

Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9 Saya menghadiri 9th Bangkok Symposium on HIV Medicine (Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9), dilaksanakan oleh HIV-NAT 18-20 Januari, didanai oleh IHPCP. Pertemuan ini terutama membidik profesional medis

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda BAB 5. HIV Dan AIDS Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah Virus penyebab AIDS HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti

Lebih terperinci

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh adanya infeksi

Lebih terperinci

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Hepatitis Virus dan HIV spiritia

Hepatitis Virus dan HIV spiritia SERI BUKU KECIL Hepatitis Virus dan HIV spiritia Hepatitis Virus dan HIV Hepatitis Virus dan HIV Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari Viral Hepatitis and HIV, yang ditulis oleh Tim Horn dan

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih

spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih Disusun oleh Chris W. Green 2014 Pendahuluan Beberapa penelitian membuktikan bahwa orang yang hidup dengan HIV-AIDS (Odha) yang

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

SERI BUKU KECIL HIV & TB

SERI BUKU KECIL HIV & TB SERI BUKU KECIL HIV & TB Jl. Radio IV No. 10 Kebayoran Baru, Jakarta 12130 Telp: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521 E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com Maret 2006 seri buku kecil HIV & TB Penyusun: Chris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring

Lebih terperinci

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati

Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati Apa hati itu? Hati adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Berat sekitar 1,5-3 kg pada orang dewasa. Apa saja fungsi hati? Membuat bahan yang diperlukan tubuh u/

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2013, United Nations Program on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa diperkirakan 35,3 juta orang hidup dengan HIV secara global. Wilayah yang terkena dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan tanggung jawab Negara dan pemerintah yang kemudian dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

Hidup Dengan HIV/AIDS

Hidup Dengan HIV/AIDS SERI BUKU KECIL Hidup Dengan HIV/AIDS Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168 Fax: (021) 4287 1866 E-mail: info@spiritia.or.id, Situs web: http://spiritia.or.id

Lebih terperinci

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS?

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS? BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS? Dikutip dari tulisan Ibu Andang Gunawan, ADN, ND (Majalah NIRMALA Mei 2004) - sebagian kecil tulisan asli dibuang Anda punya masalah sembelit, demam, flu, kelebihan berat

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak

VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak Pertimbangan untuk pengobatan dengan pendekatan

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Makalah Biologi Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Muhammad Mirza I.B Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan pemilik semesta alam. Berkat rahmat-nya,

Lebih terperinci

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab

Lebih terperinci

Hidup dengan HIV-AIDS

Hidup dengan HIV-AIDS Spiritia Edisi Desember 2016 Buku ini diterbitkan dan didistribusikan oleh Yayasan Spiritia dengan dukungan: Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Hidup dengan HIV-AIDS Ford Foundation Australian Aids

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan di PMI antara lain mencakup pengerahan donor, penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien. Kegiatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

Sarkoidosis DEFINISI PENYEBAB

Sarkoidosis DEFINISI PENYEBAB Sarkoidosis DEFINISI Sarkoidosis adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya. Granuloma merupakan

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yang sangat mematikan dan merupakan penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAA 2.1 Epidemiologi HIV/AIDS Secara global Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan kasusa HIV tertinggi dia Asia sejumlah 380.000 kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan pada tahun

Lebih terperinci