IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 7 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Lokasi Penelitian Pada penelitian ini, karakteristik lokasi penelitian ditinjau berdasarkan dua aspek, yaitu kondisi karakteristik lingkungan dan kondisi karakteristik kumbung jamur tiram Karakteristik lingkungan Lokasi penelitian pertama terletak di Jalan Raya Puncak Gadog, tepatnya di desa Pandan Sari Ciawi Bogor. Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Bogor. Secara geografis, lokasi penelitian terletak pada 6,650 o LS dan 106,862 o BT dengan ketinggian 437 mdpl. Desa Pandan Sari terletak di bagian timur Kabupaten Bogor. Desa Pandan Sari merupakan desa pertanian yang didominasi oleh pertanian jamur tiram dan padi. Lokasi ini berada di DAS Ciliwung dan diapit oleh saluran-saluran irigasi. Lokasi penelitian kedua terletak di Kelurahan Cibadak, tepatnya di desa Kukupu Tanah Sareal Bogor. Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kota Bogor. Secara geografis, lokasi penelitian terletak pada koordinat 6,544 o LS dan 106,776 o BT dengan ketinggian 169 mdpl. Desa Kukupu terletak di bagian utara Kota Bogor dan diapit oleh perumahan Tamansari Persada dan Bukit Cimanggu City Karakteristik kumbung jamur tiram Pada lokasi penelitian di Desa Pandan Sari, kumbung inkubasi berukuran panjang 15 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 8 meter. Dinding kumbung inkubasi tidak ditutupi sehingga terkena paparan kondisi lingkungan di luar secara langsung. Kumbung inkubasi Pandan Sari memiliki kapasitas penyimpanan baglog. Kumbung inkubasi Pandan Sari dapat dilihat pada Gambar 4. Kumbung budidaya di Pandan Sari memiliki ukuran panjang 20 meter, lebar 10 meter dan tinggi 8 meter. Kumbung budidaya Pandan Sari sudah dilengkapi dengan dinding berventilasi. Kumbung budidaya Pandan Sari memiliki kapasitas baglog. Kumbung budidaya Pandan Sari dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Kumbung budidaya Pandan Sari (Sumber : dokumentasi pribadi). Pada lokasi penelitian kedua, yaitu di Desa Kukupu, kumbung inkubasi berukuran panjang 10 meter, lebar 7 meter, dan tinggi 7 meter. Kumbung inkubasi di Kukupu tertutup rapat oleh bilik bambu dengan ventilasi sedikit. Kapasitas penyimpanan kumbung inkubasi Kukupu adalah sebanyak baglog. Kumbung inkubasi Kukupu dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Kumbung inkubasi Kukupu (Sumber : dokumentasi pribadi). Gambar 4 Kumbung inkubasi Pandan Sari (Sumber : dokumentasi pribadi). Kumbung budidaya Kukupu memiliki ukuran panjang 10 meter, lebar 7 meter dan tinggi 7 meter. Kumbung budidaya Kukupu dilengkapi ventilasi pada dindingnya. Kumbung budidaya Kukupu memiliki kapasitas sebanyak baglog. Kumbung budidaya Kukupu dapat dilihat pada Gambar 7.

2 8 tekanan udaranya menjadi lebih rendah. Tekanan udara yang lebih rendah memungkinkan air untuk lebih mudah menguap. Kondisi suhu dan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi pada kedua lokasi dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 7 Kumbung budidaya Pandan Sari (Sumber : dokumentasi pribadi). 4.2 Kondisi Suhu dan Kelembaban Selama Periode Penelitian Suhu dan kelembaban relatif lingkungan pada kedua lokasi Berdasarkan pengukuran suhu bola kering dan suhu bola basah yang dilakukan pada kedua lokasi menunjukkan suhu udara ratarata selama 88 hari pada tanggal 11 April hingga 7 Juli 2011 di desa Pandan Sari terukur sebesar 27,4 o C, sedangkan suhu udara rata-rata di desa Kukupu selama 70 hari pada tanggal 18 September hingga 26 November terukur sebesar 29,6 o C. Berdasarkan uji t dua sampel pada nilai rata-rata suhu harian di kedua lokasi, kondisi suhu lingkungan sangat berbeda. Kelembaban relatif rata-rata pada tanggal 11 April hingga 7 Juli 2011 di desa Pandan Sari terhitung sebesar 87%, sedangkan kelembaban relatif pada tanggal 18 September hingga 26 November 2011 terhitung sebesar 81%. Berdasarkan uji t dua sampel yang dilakukan pada data kelembaban relatif kedua lokasi, kondisi kelembaban relatif lingkungan pada kedua lokasi sangat berbeda. Pada pengambilan data pertama di Pandan Sari mulai bulan April-Juli, nilai suhu udara rata-rata harian cenderung lebih rendah. Suhu udara yang lebih rendah disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di Pandan Sari saat periode pengambilan data. Selain itu, suhu udara yang lebih rendah juga dipengaruhi jenis tutupan lahan di Pandan Sari yang masih di dominasi oleh sawah dan badan air (sungai, saluran irigasi, dan kolam), sementara di Kukupu, jenis tutupan lahan yang dominan adalah lahan terbangun dengan sedikit jenis tutupan badan air. Nilai kelembaban yang tinggi juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Letak Pandan Sari lebih tinggi daripada Kukupu sehingga Gambar 8 Suhu rata-rata harian lingkungan. Gambar 9 RH rata-rata harian lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum suhu udara rata-rata harian di desa Pandan Sari cenderung naik. Kondisi ini disebabkan oleh waktu tanamnya yang jatuh pada awal musim kemarau sehingga suhu di awal waktu tanam lebih rendah dibandingkan di akhir waktu tanam. Sedangkan, secara umum suhu udara rata-rata harian di desa Kukupu cenderung turun. Hal ini disebabkan oleh waktu tanamnya jatuh pada akhir musim kemarau sehingga suhu di awal waktu tanam lebih tinggi dibandingkan di akhir waktu tanam.

3 Suhu dan kelembaban relatif di dalam kumbung pada kedua lokasi Kumbung jamur dibangun dengan tujuan menjaga kondisi iklim mikro di dalamnya dari kondisi lingkungan yang kurang sesuai dengan syarat tumbuh jamur tiram. Berdasarkan kebutuhan syarat lingkungan yang berbeda pada setiap fase jamur tiram, kumbung jamur tiram dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kumbung inkubasi dan kumbung budidaya. Kumbung inkubasi digunakan untuk jamur tiram pada fase miselium dan kumbung budidaya digunakan pada fase primordial dan fase pembentukkan tubuh buah. Kumbung inkubasi dibangun untuk memberikan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan miselium. Miselium jamur tiram membutuhkan suhu yang hangat untuk tumbuh dan tidak terlalu membutuhkan kelembaban yang tinggi. Pada kumbung inkubasi juga tidak diberikan perlakuan khusus. Kondisi suhu pada kumbung inkubasi di Pandan Sari lebih rendah daripada di dalam kumbung inkubasi di Kukupu. Suhu di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari sebesar 27,4 o C sedangkan nilai suhu di dalam kumbung inkubasi Kukupu sebesar 28,5 o C. Nilai kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi di Pandan Sari sebesar 87% sedangkan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi Kukupu sebesar 82%. Berdasarkan uji t dua sampel, kondisi suhu dan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari dan Kukupu sangat berbeda. Nilai suhu rata-rata harian di dalam kumbung inkubasi pandan Sari lebih rendah disebabkan oleh ukuran kumbung yang lebih besar dibandingkan dengan kumbung inkubasi di Kukupu. Disekitar kumbung inkubasi Pandan Sari juga terdapat saluran irigasi sehingga kelembabannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam kumbung inkubasi Kukupu. Konstruksi dinding kumbung di Pandan Sari juga kurang tertutup sehingga kondisi suhu dan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi terpapar oleh pengaruh lingkungan. Kondisi suhu dan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari dan Kukupu dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Kondisi suhu pada kumbung budidaya di Pandan Sari lebih rendah daripada di dalam kumbung budidaya di Kukupu. Suhu di dalam kumbung budidaya Pandan Sari yang terukur sebesar 26,7 o C sedangkan di dalam kumbung budidaya Kukupu terukur sebesar 27,7 o C. Nilai kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya di Pandan Sari terukur sebesar 88% sedangkan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi Kukupu sebesar 86%. Gambar 10 Suhu rata-rata harian di dalam kumbung inkubasi. Gambar 11 Kelembaban relatif rata-rata harian di dalam kumbung inkubasi. Berdasarkan uji t dua sampel, kondisi suhu di dalam kumbung budidaya kedua lokasi sangat berbeda, sedangkan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya di Pandan Sari dan Kukupu tidak berbeda. Kondisi kelembaban relatif kedua lokasi tidak berbeda karena adanya perlakuan penyiraman sehingga kelembaban dapat dikendalikan. Kumbung budidaya di Kukupu diberikan penyiraman 2-3 kali sehari, sementara kumbung budidaya Pandan Sari hanya diberikan penyiraman 1-2 kali sehari. Kondisi suhu dan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya di Pandan Sari dan

4 10 Kukupu dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. Gambar 12 Suhu rata-rata harian di dalam kumbung budidaya. dan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi terukur sama, yaitu sebesar 87%. Kumbung inkubasi Pandan Sari tidak dilengkapi oleh dinding yang rapat sehingga terpapar oleh kondisi lingkungan. Miselium jamur tiram membutuhkan suhu yang hangat untuk tumbuh. Suhu lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi yang kurang hangat menyebabkan laju pertumbuhan miselium terhambat sehingga di Pandan Sari membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai tutupan miselium sebesar 100%. Pada fase miselium, kelembaban relatif tidak terlalu berpengaruh bagi pertumbuhan miselium karena miselium tumbuh di dalam baglog. Kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15. Gambar 13 Kelembaban relatif rata-rata harian di dalam kumbung budidaya Suhu dan kelembaban relatif di lingkungan dan di dalam kumbung pada setiap lokasi dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung inkubasi tidak berbeda. Suhu rata-rata harian di lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi terukur sama, yaitu sebesar 27,4 o C. Hal tersebut juga terjadi pada uji t dua sampel yang dilakukan terhadap data kelembaban relatif lingkungan dan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi. Kondisi kelembaban relatif di lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari juga tidak berbeda. Kelembaban relatif lingkungan Gambar 14 Suhu rata-rata harian lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari Pertumbuhan Jamur Tiram Gambar 15 Kelembaban relatif rata-rata kumbung inkubasi Pandan Sari.

5 11 dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung budidaya Pandan Sari, dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung budidaya Pandan Sari sangat berbeda. Suhu lingkungan terukur sebesar 27,4 o C dan suhu di dalam kumbung budidaya terukur sebesar 26,8 o C. Kelembaban relatif lingkungan terukur sebesar 87% dan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya terukur sebesar 88%. dilakukan terhadap data kelembaban relatif lingkungan dan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya dapat disimpulkan bahwa kondisi kelembaban relatif lingkungan dan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya berbeda nyata. Perbedaan kondisi suhu dan kelembaban antara lingkungan dengan kumbung budidaya disebabkan oleh Kumbung budidaya Pandan Sari dapat menahan paparan kondisi iklim lingkungan. Selain itu, perbedaan kondisi iklim mikro tersebut juga disebabkan oleh adanya perlakuan penyiraman kumbung dan pengaturan sirkulasi melalui jendela dan pintu kumbung. Kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan dan di dalam kumbung budidaya Pandan Sari dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Gambar 16 Suhu rata-rata harian lingkungan dan di dalam kumbung budidaya Pandan Sari. dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung inkubasi Kukupu, dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu ratarata kumbung inkubasi Kukupu sangat berbeda. Suhu rata-rata harian lingkungan di Kukupu saat masa inkubasi terukur sebesar 29,6 o C dan suhu rata-rata harian di dalam kumbung inkubasi terukur sebesar 28,5 o C. Suhu di dalam kumbung inkubasi lebih rendah disebabkan oleh adanya sirkulasi udara dari dinding kumbung dan ketinggian atap kumbung yang memungkinkan sirkulasi udara menjadi lebih baik. Gambar 17 Kelembaban relatif rata-rata kumbung budidaya Pandan Sari. Uji t dua sampel juga dilakukan terhadap data kelembaban relatif harian lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi Kukupu. Berdasarkan uji t dua sampel, dapat disimpulkan bahwa kondisi kelembaban relatif lingkungan dan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi tidak berbeda. Kelembaban relatif lingkungan terukur sebesar 81% sementara kelembaban relatif di dalam kumbung terukur sebesar 82%. Kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya penyiraman di dalam kumbung inkubasi sehingga kelembaban relatifnya akan cederung mengikuti lingkungannya. Kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi Kukupu dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung budidaya Kukupu, dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu lingkungan dan suhu di dalam kumbung budidaya Kukupu sangat berbeda. Suhu ratarata harian lingkungan terukur sebesar 29,6 o C dan suhu rata-rata harian di dalam kumbung budidaya terukur sebesar 27,7 o C. Perbedaan kondisi suhu ini disebabkan oleh adanya ventilasi, bentuk kumbung yang tinggi, pengaturan jarak rak baglog dan adanya penyiraman.

6 12 Gambar 18 Suhu rata-rata harian lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi Kukupu. Sementara itu, uji t juga dilakukan terhadap data kelembaban relatif lingkungan dan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya. dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kelembaban relatif lingkungan dan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya Kukupu sangat berbeda. Kelembaban relatif lingkungan pada masa budidaya di Kukupu terukur sebesar 81% sedangkan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya Kukupu terukur sebesar 86%. Kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya lebih tinggi disebabkan oleh adanya perlakuan penyiraman. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kumbung mampu untuk memberikan kondisi iklim mikro yang berbeda dengan kondisi iklim mikro lingkungan. Kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan dan di dalam kumbung budidaya Kukupu dapat dilihat pada Gambar 20 dan Gambar 21. Gambar 19 Kelembaban relatif rata-rata kumbung inkubasi Kukupu. Gambar 21 Kelembaban relatif rata-rata kumbung budidaya Kukupu. Gambar 20 Suhu rata-rata harian lingkungan dan di dalam kumbung budidaya Kukupu. 4.3 Kondisi Lingkungan Kumbung dan Pertumbuhan Jamur Tiram Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di dalam kumbung. Pada fase miselium, kondisi lingkungan pada kumbung inkubasi yang paling mempengaruhi, sedangkan pada fase primordial dan fase pembentukkan tubuh buah, kondisi lingkungan pada kumbung budidayalah yang paling mempengaruhi. Unsur-unsur lingkungan yang paling mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram adalah suhu udara dan kelembaban relatif.

7 Suhu Laju metabolisme pada jamur tiram dipengaruhi oleh suhu sehingga suhu akan berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan perkembangan. Jamur tiram sebagai makhluk hidup saprofitik yang menguraikan selulosa, akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat saat fase miselium pada suhu yang lebih hangat. Suhu rata-rata harian di dalam kumbung inkubasi Kukupu menyebabkan laju pertumbuhan miselium lebih cepat dibandingkan di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari. Pada gambar 21 dan gambar 22 dijelaskan tentang lamanya masa inkubasi di Pandan Sari dan Kukupu. Masa inkubasi di Pandan Sari adalah 56 hari sedangkan masa inkubasi di Kukupu adalah 49 hari. Pada masa inkubasi, target yang paling utama adalah kecepatan pertumbuhan miselium jamur tiram, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi di dalam kumbung inkubasi Kukupu lebih baik dibandingkan dengan kondisi kumbung inkubasi Pandan Sari. Pada fase primordial dan pembentukkan tubuh buah, jamur tiram memiliki perbedaan kebutuhan panas dengan saat fase miselium. Pada fase primordial dan pembentukkan tubuh buah di kumbung budidaya Kukupu, suhunya lebih hangat dibandingkan di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari. Hal ini menyebabkan jamur tiram menjadi matang sebelum memasuki ukuran yang dikehendaki. Di dalam kumbung budidaya Kukupu, jamur tiram sudah harus dipanen saat ukurannya belum mencapai target yang diinginkan. Suhu yang lebih hangat di Kukupu menyebabkan laju metabolisme jamur tiram menjadi lebih cepat. Suhu yang lebih rendah terukur di dalam kumbung budidaya Pandan Sari. Suhu rata-rata harian di dalam kumbung budidaya Pandan Sari menyebabkan laju metabolisme jamur tiram menjadi lebih lambat. Masa panen di Pandan Sari memang lebih lama dibandingkan dengan Kukupu namun ukuran tubuh buah yang terbentuk sesuai dengan yang yang diharapkan. Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi kumbung budidaya di Pandan Sari lebih sesuai untuk fase primordial dan pembentukkan tubuh buah. Tubuh buah jamur tiram di kumbung budidaya Kukupu harus dipanen lebih cepat karena suhu yang lebih tinggi menyebabkan tubuh buah menjadi matang lebih cepat. Jika tidak dipanen maka jamur akan tua dan rasa jamur akan menjadi pahit Kelembaban relatif Pada pertumbuhan jamur tiram, kelembaban relatif menjadi salah satu faktor penting terutama saat pembentukkan tubuh buah. Salah satu kandungan utama tubuh buah pada jamur tiram adalah air. Pada fase miselium yang terjadi di kumbung inkubasi, kelembaban relatif tidak terlalu berpengaruh karena miselium tumbuh di dalam baglog plastik yang tidak mengalami kontak secara langsung dengan udara. Pada fase pembentukkan tubuh buah, jamur tiram juga menyerap air dari kelembaban udara. Semakin tinggi nilai kelembaban maka semakin besar ukuran tubuh buah jamur tiram yang terbentuk. Kelebihan kandungan air pada tubuh buah jamur tiram dapat menurunkan kualitas jamur tiram sehingga harga jamur tiram dipasaran saat musim hujan atau saat kelembaban terlalu hampir dipastikan jatuh. Kondisi ini memerlukan pengendalian faktor kelembaban relatif yang baik. 4.4 Heat unit Nilai heat unit jamur tiram mengalami perbedaan yang besar pada fase miselium dengan fase primordial dan pembentukkan tubuh buah. Pada fase miselium yang terjadi di dalam kumbung inkubasi, nilai heat unit yang diterima oleh jamur tiram lebih besar dibandingkan pada fase primordial dan pembentukkan tubuh buah di dalam kumbung budidaya. Hal ini disebabkan oleh fase miselium pada jamur tiram membutuhkan panas lebih banyak dibandingkan pada saat fase primordial dan pembentukkan tubuh buah. Kebutuhan panas yang lebih besar ini menyebabkan kumbung inkubasi dikondisikan lebih hangat dibandingkan dengan kumbung budidaya. Pada pengukuran di kedua lokasi, heat unit di Pandan Sari lebih rendah dibandingkan dengan heat unit di Kukupu pada jumlah hari yang sama. Hal ini disebabkan oleh suhu rata-rata harian di dalam kumbung inkubasi dan budidaya Pandan Sari lebih rendah dibandingkan dengan suhu rata-rata harian di dalam kumbung inkubasi dan budidaya Kukupu. Nilai heat unit jamur tiram pada dua lokasi Pandan Sari dan Kukupu dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui nilai koefisien variasi untuk lama fase dan heat unit. Nilai koefisien variasi lama fase miselium terhitung sebesar 12,5% sedangkan koefisien variasi heat unit miselium terhitung sebesar 6,9%. Tabel 1

8 14 Tabel 1 Nilai heat unit jamur tiram. Lokasi Pandan Sari Ketinggian (mdpl) T Rata-rata ( o C) Lama fase (hari) Heat unit (degree days) Inkubasi Budidaya Miselium Tubuh buah Miselium Tubuh buah ,4 26, ,6 652,9 Kukupu ,5 27, ,0 494,3 Variasi 12,5 28,2 6,9 24,3 juga menunjukkan nilai koefisien variasi untuk lama fase tubuh buah yaitu sebesar 28,2% sedangkan nilai koefisien variasi heat unit fase tubuh buah terhitung sebesar 24,3%. Nilai koefisien variasi lama fase dan nilai koefisien heat unit pada setiap fase mengalami kesalahan sehingga terjadi perbedaan nilai yang besar. Nilai koefisien lama fase menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien heat unit pada setiap fase. Kesalahan tersebut terjadi pada metode pengamatan sampel. Pengamatan yang dilakukan saat penelitian, dilakukan setiap minggu. Seharusnya, pengamatan fenologi tanaman dilakukan dalam durasi harian sehingga pertumbuhan dan perkembangan yang diamati memiliki resolusi yang lebih tajam. Pada pengamatan fenologi yang dilakukan secara harian, nilai koefisien variasi lama fase dan koefisien variasi heat unit tidak akan mengalami perbedaan yang besar. Kondisi suhu rata-rata harian di Kukupu yang lebih tinggi menyebabkan jamur tiram mengalami perkembangan yang lebih cepat daripada di Pandan Sari. Perkembangan pada jamur tiram membutuhkan sejumlah panas yang dapat dihitung dengan konsep heat unit. Semakin tinggi nilai suhu rata-rata harian maka perkembangan jamur tiram akan semakin cepat. Namun perkembangan yang cepat akan berakibat pada pertumbuhan jamur tiram yang kurang sempurna. Jamur tiram menjadi lebih cepat matang sebelum memasuki ukuran yang diharapkan. 4.5 Pertumbuhan Jamur Tiram Persentase tutupan miselium Fase miselium pada jamur berlangsung di dalam kumbung inkubasi. Pada kedua lokasi, kondisi kumbung inkubasi memiliki suhu rata-rata harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kumbung budidaya. Sedangkan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi lebih rendah dibandingkan dengan di dalam kumbung budidaya. Hal ini disebabkan pada kumbung inkubasi tidak ada perlakuan untuk mengontrol kondisi suhu dan kelembaban. Kondisi suhu yang hangat cocok untuk merangsang pertumbuhan miselium jamur tiram. Berdasarkan sampling pada minggu pertama yang dilakukan tujuh hari setelah baglog di produksi dan diletakkan di kumbung inkubasi, persentase tutupan miselium di Pandan Sari lebih banyak pada nilai kurang dari 25% yaitu sebanyak 66 sampel dan sebanyak 34 sampel sudah mencakup 25% tutupan miselium. Sampling pertama yang dilakukan di Kukupu menunjukkan hasil yang lebih cepat sebanyak 59 sampel memiliki persentase tutupan miselium kurang dari 25%, 32 sampel memiliki tutupan 25%, dan sebanyak sembilan sampel sudah mencapai tutupan 50%. Berdasarkan Gambar 22 dan Gambar 23, laju persentase tutupan miselium yang paling cepat terjadi di Kukupu. Di Pandan Sari, semua sampel baru dipindahkan ke kumbung budidaya setelah delapan minggu di dalam kumbung inkubasi. Sedangkan di Kukupu, seluruh sampel sudah dipindahkan ke kumbung budidaya setelah tujuh minggu. Pemindahan sampel dilakukan setelah penutupan miselium 100% pada permukaan baglog Pembentukkan tubuh buah dan produksi jamur tiram Pembentukkan tubuh buah terjadi di dalam kumbung budidaya. Kumbung budidaya mengalami modifikasi lingkungan melalui beberapa perlakuan, yaitu penyiraman dan pengaturan sirkulasi udara sehinggan kondisinya berbeda dengan kumbung inkubasi yang rata-rata suhunya lebih hangat dan kelembabannya lebih rendah. Bila suhu terlalu tinggi dan kelembaban rendah, tubuh buah jamur bisa menguning dan mengalami kekurangan bobot. Suhu juga berpengaruh pada laju pembentukkan tubuh buah. Pembentukkan tubuh buah di dalam kumbung budidaya Kukupu lebih cepat

9 15 dibandingkan dengan pembentukkan tubuh buah di dalam kumbung budidaya Pandan Sari. Penimbangan bobot panen sampel dilakukan menggunakan timbangan dengan akurasi 10 gram. Bobot panen yang ditimbang adalah bobot panen pertama seluruh sampel yang telah dipindahkan ke dalam kumbung budidaya pada kedua lokasi. dilakukan terhadap data bobot panen di kedua lokasi, kondisi bobot panen kedua lokasi sangat berbeda. Bobot rata-rata panen pertama di Pandan sari sebesar 214 gram/log sedangkan bobot rata-rata panen pertama di Kukupu sebesar 189 gram/log. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi iklim mikro kumbung budidaya Pandan Sari lebih mendukung untuk menghasilkan tubuh buah jamur tiram yang lebih baik daripada di dalam kumbung budidaya Kukupu. Gambar 22 Persentase tutupan miselium di kumbung inkubasi Pandan Sari. Gambar 23 Persentase tutupan miselium di kumbung inkubasi Kukupu. Tabel 2 Bobot hasil panen pertama. Lokasi Jumlah Sampel Bobot Rata-rata (gram/log) Bobot Total (gram) Pandan Sari Kukupu

RESPON PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA DUA KONDISI SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA RAIDINAL ALIFFAHRANA

RESPON PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA DUA KONDISI SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA RAIDINAL ALIFFAHRANA RESPON PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA DUA KONDISI SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA RAIDINAL ALIFFAHRANA DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur tiram merupakan komoditas hortikultura yang kaya akan protein dan saat ini masyarakat lebih memilihnya sebagai sumber nutrisi. Siswono (2003) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam % BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Jamur Tiram yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik dari segi rasa maupun kegunaannya. Produk jamur tiram ini sangat baik karena merupakan salah satu jamur kayu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur. 6 regresi linier berganda untuk semua faktor iklim yang dianalisis. Data faktor iklim digunakan sebagai peubah bebas dan data luas serangan WBC sebagai peubah respon. Persamaan regresi linier sederhana

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam bibit F2 jamur Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 koleksi

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) Oleh HADIYANTO 10712018 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLETAKNIK NEGERI LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkisar 50% - 100%,[1] sehingga Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkisar 50% - 100%,[1] sehingga Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang beriklim tropis dengan suhu hangat dan kelembaban yang cukup tinggi, sangat bagus untuk pengembangan budidaya jamur bila dikondisikam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan CV.Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

Lampiran 1. Layout Penelitian

Lampiran 1. Layout Penelitian Lampiran 1. Layout Penelitian Tingkat 4 G2.1 G1.1 B1.3 D3.1 I3.1 C2.3 A2.1 B1.2 H2.2 D3.3 E3.1 F3.1 I2.2 B1.1 D1.2 F1.1 G3.1 E1.3 D1.1 H1.1 Tingkat 3 E1.1 C2.2 B3.3 F3.3 E2.3 F2.2 G1.3 F2.1 D2.2 I1.2 B3.1

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian sejenis mengenai Kajian Kebutuhan Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi sebelumnya pernah ditulis oleh (Oktawirawan, 2015) dengan judul Kajian

Lebih terperinci

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG OLEH: ADHITYA NUGROHO 10.11.3831 S1 TI 1D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 A. ABSTRAK Banyaknya permintaan akan jamur merang dikalangan masyarakat akhir-akhir ini sedang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, tanaman selada belum dikelola dengan baik sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 dan selesai pada

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kota Depok 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 19 06 28 Lintang Selatan dan 106 43 BT-106 55 Bujur Timur.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Jamur Tiram Pertumbuhan jamur tiram ditentukan oleh jenis dan komposisi media yang digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan miselium,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pemanasan global yang diindikasikan sebagai penyebab perubahan iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah kondisi dimana terdapat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat setiap tahunnya justru semakin memperparah permasalahan di bidang pertanian. Bukan hanya dari tingkat kebutuhan beras yang

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN PANGAN MENJADI PERKEBUNAN SAWIT (STUDI KASUS DI DESA KUNGKAI BARU, KECAMATAN AIR PERIUKAN, KABUPATEN SELUMA) Umi Pudji Astuti,

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan. Variasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci