Mekanisme Akuntabilitas
|
|
- Yenny Sudirman
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mekanisme Akuntabilitas Apa yang dimaksud dengan Mekanisme Akuntabilitas ADB? Mekanisme Akuntabilitas Asian Development Bank (ADB) menyediakan satu forum yang independen bagi orang yang terkena dampak proyekproyek yang dibantu ADB. Mekanisme ini memungkinkan orang yang terkena dampak proyek untuk menyuarakan kekhawatiran mereka dan mengupayakan penyelesaian terhadap masalah mereka. Mereka juga bisa meminta dilakukannya tinjauan kepatuhan terhadap dugaan pelanggaran ADB terhadap kebijakan dan prosedur operasionalnya. Melalui desain dan prosedur pelaksanaan proyek, ADB selalu berupaya untuk selalu mencegah masalah dan memastikan pemenuhan kebijakan dan prosedur sejak proyek dimulai. Oleh karena itu, Mekanisme Akuntabilitas adalah merupakan pilihan terakhir. Mekanisme Akuntabilitas mempunyai dua fungsi,yaitu Fungsi Penyelesaian Masalah yang dipimpin oleh Fasilitator Proyek Khusus (Special Project Facilitator/SPF), dan Fungsi Tinjauan Kepatuhan oleh Panel Tinjauan Kepatuhan (Compliance Review Panel/CRP). Orang-orang yang terdampak proyek dapat memilih apakah akan menggunakan fungsi penyelesaian masalah atau tinjauan kepatuhan. Untuk memberikan akses yang mudah dijangkau oleh orang yang terkena dampak proyek, seorang petugas penerima pengaduan akan menerima semua pengaduan. Prinsip-prinsip panduan Cepat tanggap terhadap permasalahan penduduk yang terdampak proyek Adil terhadap semua pemangku kepentingan Independen dan transparan Efektif dari segi biaya, dan efisien Melengkapi sistem-sistem lain di ADB (termasuk sistem supervisi, audit, kendali mutu, dan evaluasi) Apa yang dimaksud dengan fungsi penyelesaian masalah? Apa yang dimaksud dengan fungsi penyelesaian masalah? Fungsi penyelesaian masalah merespons permasalahan yang dihadapi penduduk setempat yang terkena dampak proyek-proyek yang dibantu ADB. Fungsi ini membantu mereka yang terkena dampak langsung, material dan merugikan yang diakibatkan proyek-proyek yang dibantu ADB. Fungsi ini menggunakan pendekatan-pendekatan nonformal, fleksibel, dan berbasis konsensus untuk menyelesaikan masalah. Fungsi ini tidak menyalahkan siapa pun, namun berfokus pada upaya mencari cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi orang yang terkena dampak proyek. SPF memimpin fungsi penyelesaian masalah dan melapor langsung kepada Presiden ADB. Fungsi penyelesaian masalah dalam Mekanisme Akuntabilitas tidak menggantikan fungsi administrasi proyek dan penyelesaian masalah dalam departemen operasi. Apa yang dimaksud dengan fungsi tinjauan kepatuhan? Fungsi tinjauan kepatuhan melakukan penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran ADB terhadap kebijakan dan prosedur operasionalnya. CRP terdiri dari tiga anggota dengan salah satunya di antaranya bertindak sebagai ketua. CRP adalah sebuah badan pencarian fakta yang bertindak atas nama Dewan Direktur ADB. CRP menyelidiki dugaan pelanggaran oleh ADB terhadap kebijakan dan prosedur operasionalnya dalam proyek yang dibantu ADB. Pelanggaran dapat saja terjadi selama penyusunan, pemrosesan, atau pelaksanaan sebuah proyek yang mengakibatkan dampak langsung, material atau merugikan pada penduduk setempat. Suatu tinjauan kepatuhan tidak menyelidiki negara peminjam, badan pelaksana, atau klien sektor swaswa.
2 Siapa yang dapat mengajukan pengaduan? Untuk kedua fungsi penyelesaian masalah dan tinjauan kepatuhan, pengaduan dapat diajukan oleh kelompok mana pun yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang berada di satu negara peminjam tempat keberadaan satu proyek yang dibantu ADB, atau di sebuah negara anggota yang berdekatan langsung dengan negara peminjam tersebut, dan yang terkena dampak langsung, material dan merugikan; wakil setempat dari orang-orang yang terdampak proyek tersebut; wakil bukan dari wilayah setempat (dalam kasus-kasus pengecualian dengan tidak adanya perwakilan setempat, dan kondisi tersebut disetujui oleh SPF atau CRP); atau untuk CRP, satu anggota Dewan ADB atau lebih. Kerahasiaan Identitas pengadu akan dirahasiakan apabila diminta oleh pengadu. Identitas para wakil pengadu tidak akan dirahasiakan. Pengaduan tanpa nama tidak akan dterima. Batas waktu untuk mengajukan pengaduan Tanggal terakhir batas pengajuan pengaduan adalah 2 tahun sejak tanggal tanggal akhir pinjaman atau hibah. Tanggal ini diketahui sebelumnya, disampaikan kepada publik, dan dapat dilihat di situs web ADB. Cara mengajukan pengaduan Pengaduan harus diajukan secara tertulis dan sebaiknya ditujukan kepada petugas penerima pengaduan (complaint receiving officer) di amcro@adb.org. Pengaduan dapat dikirimkan melalui surat biasa, faksimili, surat elektronik ( ), atau disampaikan baik langsung kepada petugas penerima pengaduan maupun melalui kantor ADB mana pun. Pengaduan dapat diajukan dalam bahasa resmi ataupun bahasa nasional yang digunakan di negara berkembang yang menjadi anggota ADB. Hal-hal apa yang tidak memenuhi syarat sebagai pengaduan untuk fungsi penyelesaian masalah dan tinjauan kepatuhan? hal-hal yang tidak berkaitan dengan perbuatan atau kelalaian ADB; hal-hal dimana para pengadu tidak menunjukkan itikad baik untuk berupaya menyelesaikannya dengan departemen operasi yang bersangkutan; hal-hal yang berkenaan dengan proyek yang dibantu ADB dua tahun atau lebih sejak tanggal akhir pinjaman atau hibah untuk proyek tersebut keputusan yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa, termasuk jasa konsultasi; pengaduan yang bersifat main-main, menimbulkan kebebencian, bersifat sepele, atau pengaduan yang digunakan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif; dan dugaan pemalsuan atau korupsi. Hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat untuk fungsi penyelesaian masalah Fungsi penyelesaian masalah juga tidak akan mencakup hal-hal yang sedang atau sudah ditangani oleh CRP, kecuali pengaduan yang dianggap tidak memenuhi syarat untuk tinjauan kepatuhan oleh CRP. Hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat untuk fungsi tinjauan kepatuhan Fungsi tinjauan kepatuhan juga tidak akan mencakup hal-hal yang sedang ditangani oleh fungsi penyelesaian masalah sampai dengan selesainya langkah 3 dalam proses penyelesaian masalah (lihat diagram). Apa yang harus dilakukan sebelum mengajukan pengaduan Menunjukkan itikad baik, dengan berupaya menyelesaikan permasalahan dengan departemen operasi ADB.
3 PROSES PENERIMAAN PENGADUAN Dalam 2 hari sejak menerima pengaduan Langkah 1: Menerima dan mencatatkan pengaduan Pengaduan diajukan kepada petugas penerima pengaduan (complaint-receiving officer/cro). CRO memberitahu SPF, ketua CRP, dan departemen operasi (operations department/od) tentang pengaduan yang masuk, disertai salinan surat pengaduan. CRO mencatatkan pengaduan di situs web Mekanisme Akuntabilitas (Accountability Mechanism/AM). Catatan: i. Pengaduan yang diterima oleh departemen lain di ADB harus diteruskan ke CRO. ii. CRO memastikan agar kerahasiaan identitas para pengadu dijaga apabila diminta. Dalam 2 hari sejak menerima pengaduan Langkah 2: Memberitahu diterimanya pengaduan CRO mengirimkan pemberitahuan pada pengadu, bahwa pengaduan telah diterima dan mengirimkan satu paket informasi kepada pengadu tersebut. CRO memberi waktu 21 hari kalender kepada para pengadu yang telah memilih antara fungsi penyelesaian masalah atau tinjauan kepatuhan, untuk mengubahnya bila diinginkan dan memberitahu CRO. Jika pilihan mereka tidak jelas, CRO meminta para pengadu untuk mengklarifikasi pilihan mereka. Dalam 5 hari setelah batas waktu 21 hari untuk para pengadu untuk mengubah pilihan mereka Langkah 3: Meneruskan pengaduan CRO memutuskan untuk meneruskan pengaduan untuk ditangani kepada (i) SPF, atau (ii) ketua CRP, atau (iii) departemen atau kantor lain (jika pengaduan berada di luar mandat AM). CRO mengirimkan keputusannya kepada (i) SPF; (ii) ketua CRP; (iii) OD; dan (iv) departemen atau kantor lain, jika ada. Jika tidak ada keberatan atas keputusan CRO (lihat Catatan di bawah), CRO akan meneruskan pengaduan kepada pihak yang relevan untuk ditangani. Catatan: Dalam 3 hari sejak keputusan CRO, SPF, ketua CRP, OD atau departemen serta kantor lain yang relevan dapat mengajukan keberatan apabila merasa bahwa CRO telah salah mengartikan pilihan fungsi yang telah diambil para pengadu. Mengembalikan pengaduan kepada para pengadu (apabila diperlukan) CRO akan mengembalikan pengaduan kepada para pengadu yang disertai permintaan untuk memberikan klarifikasi tentang pilihan fungsi apabila i. pilihan pengadu tidaklah jelas; atau ii. ada keberatan yang diajukan oleh SPF, ketua CRP, OD, atau departemen serta kantor lain yang relevan. Para pengadu harus mengklarifikasi pilihan mereka dalam waktu 60 hari kalender sejak permintaan dari CRO untuk memberikan klarifikasi tersebut. Catatan: Apabila pengaduan harus dikembalikan, CRO sekali lagi mengirimkan paket informasi untuk menjelaskan dua fungsi yang tersedia. Dalam 2 hari sejak meneruskan pengaduan kepada pihak yang relevan, atau tidak adanya klarifikasi dari para pengadu tentang pilihan mereka Langkah 4: Memberitahu para pengadu CRO memberitahu para pengadu dan wakil mereka, jika ada, tentang pihak mana yang akan menangani pengaduan dan petugas yang dapat dihubungi. Apabila para pengadu tidak mengklarifikasi pilihan mereka dalam 60 hari kalender, CRO akan memberitahu mereka bahwa proses AM telah berakhir.
4 PROSES PENYELESAIAN MASALAH Dalam 21 hari sejak SPF menerima pengaduan Langkah 1: Menentukan kelayakan Kantor Fasilitator Proyek Khusus (Office of the Special Project Facilitator/OSPF) memilah pengaduan untuk menentukan apakah pengaduan memenuhi syarat atau tidak OSPF berkonsultasi dengan para pengadu, peminjam, dan OD yang bersangkutan. Apabila diminta, OSPF memastikan dijaganya kerahasiaan identitas para pengadu. SPF melaporkan keputusan tentang kelayakan kepada Presiden, dengan tembusan kepada wakil presiden, OD yang bersangkutan, dan CRO. OSPF memberitahu para pengadu pada saat kelayakan telah ditentukan. SPF meneruskan pengaduan kepada OD apabila para pengadu tidak menunjukkan itikad baik sebelumnya untuk berupaya menyelesaikan masalah dengan OD. Sekitar 120 hari sejak penentuan kelayakan untuk menyelesaikan tinjauan dan pengkajian Langkah 2: Tinjauan dan kajian terhadap pengaduan yang memenuhi syarat kelayakan Tinjauan bisa meliputi kunjungan lapangan, wawancara, dan pertemuan dengan para pengadu, peminjam, dan pihak-pihak lain yang dipandang dapat membantu dan berguna oleh SPF. OSPF memperoleh informasi dari OD dan, jika diperlukan, meminta saran dan bantuan OD. OSPF mengirim misi pencari fakta atas prakarsanya sendiri atau berpartisipasi, setelah berkonsultasi dengan OD, dalam misi administrasi proyek khusus yang dilaksanakan OD. OSPF menyelesaikan tinjauan dan kajian, dan SPF memberikan laporan temuan kepada Presiden, dengan tembusan kepada wakil presiden yang bersangkutan. OSPF mengirimkan temuannya kepada para pengadu, peminjam, dan OD, serta meminta masukan dari mereka. SPF (i) memutuskan untuk melanjutkan proses penyelesaian masalah, atau (ii) memutuskan bahwa upaya lanjutan dalam penyelesaian masalah tidak akan bermanfaat sehingga mengakhiri proses tersebut. Waktu yang diperlukan untuk penyelesaian masalah tergantung pada sifat, kerumitan, dan ruang lingkup masalah Langkah 3: Penyelesaian masalah OSPF membantu semua pihak untuk terlibat dalam penyelesaian masalah. OSPF dapat memfasilitasi dilakukannya dialog konsultatif, mendorong pertukaran informasi, melakukan upaya pencarian fakta bersama-sama, membantu pembentukan suatu mekanisme mediasi, dan/atau menggunakan pendekatan-pendekatan lain untuk penyelesaian masalah Tindakan-tindakan perbaikan yang mencakup perubahan dalam proyek perlu menjalani proses persetujuan sesuai prosedur ADB yang berlaku dan persetujuan dari peminjam. Setelah langkah 3 berakhir (baik ada kesepakatan ataupun tidak), SPF mengirimkan laporan kepada Presiden, dengan tembusan kepada wakil presiden dan OD yang bersangkutan. Laporan tersebut berisi rangkuman pengaduan, langkah-langkah yang telah diambil untuk menyelesaikan masalah, keputusan yang diambil para pihak, dan kesepakatan para pihak (jika ada). OSPF mengirimkan laporan kepada para pengadu, peminjam, CRP, dan Dewan sebagai informasi. Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai, maka proses penyelesaian masalah berakhir sampai di sini. Satu pihak dapat keluar atau tidak terlibat dalam proses penyelesaian masalah kapan pun. Tindakan ini mengakhiri proses tersebut. Setelah langkah 3 berakhir, para pengadu dapat meminta dilakukannya tinjauan kepatuhan dalam waktu yang bersamaan dengan pelaksanaan dan pemantauan tindakan perbaikan (langkah 4). Umumnya tidak lebih dari 2 tahun Langkah 4: Pelaksanaan dan pemantauan OSPF memantau pelaksanaan tindakan-tindakan perbaikan yang telah disepakati oleh semua pihak. Sebagai bagian dari proses pemantauan, OSPF berkonsultasi dengan para pengadu, peminjam, dan OD. OSPF menyusun laporan pemantauan tentang pelaksanaan tindakan perbaikan, untuk dikirimkan kepada para pengadu, peminjam, dan OD. Laporan-laporan juga dikirimkan kepada Presiden dan Dewan sebagai informasi. Langkah 5: Kesimpulan dari proses penyelesaian masalah Setelah pemantauan tindakan-tindakan remedial selesai dilakukan, OSPF menyusun sebuah laporan akhir dan mengirimkannya kepada Presiden, para pengadu, peminjam, OD, CRP, Komite Tinjauan Kepatuhan Dewan (Board Compliance Review Committee/BCRC), dan Dewan sebagai informasi.
5 PROSES TINJAUAN KEPATUHAN Langkah 1: Meminta tanggapan Manajemen CRP melaksanakan kajian awal terhadap pengaduan dan menentukan apakah pengaduan tersebut ada di dalam mandatnya. Manajemen akan menanggapi dalam 21 hari Apabila pengaduan tersebut ada di dalam mandatnya, CRP lalu meneruskan pengaduan kepada Manajemen untuk mendapatkan tanggapan, dengan menembuskannya kepada BCRC. CRP memberitahu peminjam dan anggota Dewan yang mewakili negara peminjam bersangkutan tentang telah diterimanya pengaduan. Apabila diminta, CRP memastikan terjaganya kerahasiaan identitas para pengadu. Dalam 21 hari sejak diterimanya tanggapan Manajemen Langkah 2: Menentukan kelayakan CRP meninjau pengaduan, tanggapan Manajemen, dan dokumen-dokumen lain yang relevan, dan menentukan kelayakan pengaduan. CRP memberitahukan para pengadu, peminjam, anggota Dewan yang mewakili negara yang bersangkutan, Manajemen, dan OD tentang keputusannya terkait kelayakan tersebut. CRP meneruskan pengaduan kepada OD apabila para pengadu tidak menunjukkan itikad baik sebelumnya dengan berupaya menyelesaikan masalah dengan OD. Langkah 3: Otorisasi Dewan untuk dilakukannya tinjauan kepatuhan CRP mengirimkan laporan kelayakan melalui BCRC kepada Dewan. Apabila CRP memutuskan bahwa pengaduan tersebut memenuhi syarat, CRP akan merekomendasikan melalui BCRC agar Dewan memberikan otoritasasi dilakukannya tinjauan kepatuhan. Dalam 21 hari kalender sejak diterimanya rekomendasi CRP Dalam 7 hari sejak diterimanya otorisasi dari Dewan Dewan memutuskan apakah akan memberikan otorisasi untuk dilakukannya tinjauan kepatuhan atau tidak. Kantor Panel Tinjauan Kepatuhan (Office of the Compliance Review Panel/OCRP) memberitahukan para pengadu tentang keputusan Dewan. Dalam 10 hari sejak diterimanya otorisasi Dewan Langkah 4: Melaksanakan tinjauan kepatuhan CRP menyusun kerangka acuan untuk tinjauan kepatuhan dan disetujui oleh BCRC OCRP memberikan kerangka acuan kepada Dewan sebagai informasi, beserta satu salinan untuk Manajemen Tinjauan kepatuhan bisa meliputi kajian dokumen, pertemuan, diskusi, dan kunjungan lapangan. Waktu yang diperlukan untuk tinjauan kepatuhan tergantung pada sifat, kerumitan, dan ruang lingkup proyek serta dugaan adanya pelanggaran. CRP memulai tinjauan kepatuhan setelah kerangka acuan disetujui oleh BCRC. CRP berkonsultasi dengan semua pihak yang relevan. Setelah tinjauan kepatuhan selesai dilaksanakan Langkah 5: Rancangan (draft) laporan oleh Panel Tinjauan Kepatuhan CRP mengirimkan satu rancangan laporan yang berisi temuan-temuannya kepada para pengadu, peminjam, dan Manajemen untuk mendapatkan komentar dan tanggapn CRP mengirimkan rancangan laporan kepada BCRC untuk ditinjau. Komentar dan tanggapan diberikan dalam periode 45 hari sejak rancangan laporan dikeluarkan. Langkah 6: Laporan akhir Panel Tinjauan Kepatuhan CRP merevisi laporan apabila diperlukan. CRP mengirimkan laporan akhir kepada Dewan melalui BCRC. Dalam 21 hari kalender sejak menerima laporan akhir CRP Langkah 7: Dewan mempertimbangkan laporan Panel Tinjauan Kepatu Dewan mempertimbangkan laporan CRP.
6 Dalam 7 hari sejak Dewan mempertimbangkan laporan CRP OCRP mengirimkan laporan CRP kepada para pengadu dan peminjam. Sekitar 60 hari setelah Dewan mempertimbangkan laporan CRP Langkah 8: Tindakan-tindakan remedial Manajemen Apabila laporan CRP menyimpulkan bahwa pelanggaran ADB telah mengakibatkan kerugian langsung dan material, Manajemen mengusulkan serangkaian tindakan perbaikan. Manajemen harus mendapatkan persetujuan dari peminjam tentang tindakan-tindakan perbaikan tersebut. Dalam 5 hari sejak Manajemen mengirimkan rancangan tindakan perbaikan CRP memberikan tanggapan pada usulan tindakan perbaikan dari Manajemen. Sekitar 60 hari sejak Langkah 7 Manajemen mengirimkan satu laporan tentang usulan tindakan perbaikan kepada Dewan, dilampiri tanggapan dari CRP. Dalam 21 hari kalender sejak menerima laporan Manajemen Langkah 9: Keputusan Dewan Dewan mengambil keputusan terkait usulan tindakan perbaikan dari Manajemen. Biasanya tidak lebih dari 3 tahun Langkah 10: Pemantauan dan konklusi CRP memantau pelaksanaan tindakan perbaikan dan menyusun laporan pemantauan per tahun (atau dalam kerangka waktu lain sesuai ketentuan Dewan). CRP memfinalisasi rancangan laporan dengan berkonsultasi dengan BCRC. OCRP memastikan laporan tersebut tersedia bagi para pengadu, peminjam, Dewan, Manajemen, staf, dan masyarakat umum. Asian Development Bank Stok Publikasi No. ARM Juli 2012 Dicetak di atas kertas daur ulang
Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas
Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas Mendengarkan Masyarakat yang Terkena Dampak Proyek-Proyek Bantuan ADB Apa yang dimaksud dengan Mekanisme Akuntabilitas ADB? Pada bulan Mei 2003, Asian Development
Lebih terperinciPedoman Informasi tentang Tahapan Konsultasi dalam Mekanisme Akuntabilitas ADB
Pedoman Informasi tentang Tahapan Konsultasi dalam Mekanisme Akuntabilitas ADB Kami mendengarkan orang-orang dan masyarakat yang terkena dampak proyek bantuan ADB @ 2005 Asian Development Bank Isi yang
Lebih terperinciTINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI
TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)
Lebih terperinciSUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan
No. Dokumen ID : AGRO-SFM-002-PR Tanggal Terbit Sebelumnya : N/A Halaman : 1 dari 11 1.0 LATAR BELAKANG Grup APRIL ("APRIL") telah mengumumkan Kebijakan APRIL Grup dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Lebih terperinciLAPORAN PENGKAJIAN CAO CAO ASSESSMENT REPORT
LAPORAN PENGKAJIAN CAO CAO ASSESSMENT REPORT Pengaduan tentang Rajamandala Hydropower Project MIGA (11862) Agustus 2016 Kantor Compliance Advisor Ombudsman untuk International Finance Corporation dan Multilateral
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS
Pedoman dan Tata Kerja Dewan Komisaris PEDOMAN DAN TATA KERJA Hal 1/11 RINCIAN PEDOMAN DAN TATA KERJA DAFTAR ISI 1.0 Statement of Policy..... 3 2.0 Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris.......... 3
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN UNTUK PENINJAUAN KEPATUHAN. I. Pendahuluan
Ini adalah terjemahan dari dokumen asli dalam Bahasa Inggris. Apabila terdapat kesalahan atau ketidak-sesuaian, dokumen Bahasa Inggris yang akan dipakai. Permohonan CRP No. 2012/1 Permohonan untuk Peninjauan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal
Piagam Audit Intern 1.0 PENDAHULUAN 2.0 VISI 3.0 MISI 1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal a. Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;
LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA
Lebih terperinciCatatan informasi klien
Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian
Lebih terperinciKebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa
Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa NEPCon Policies 1 December 2014 2011 Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa 2 Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memaparkan dan mengatur cara NEPCon
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciPiagam Audit Internal. PT Astra International Tbk
Piagam Audit Internal PT Astra International Tbk Desember 2010 PIAGAM AUDIT INTERNAL 1. Visi dan Misi Visi Mempertahankan keunggulan PT Astra International Tbk dan perusahaanperusahaan utama afiliasinya
Lebih terperinciKebijakan Pengungkap Fakta
KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA 1. Ikhtisar Amcor berkomitmen terhadap standar tertinggi praktik etis dan hubungan yang jujur, serta perlindungan bagi individu yang melaporkan kejadian atau dugaan terjadinya
Lebih terperinciProses Penyelesaian Perselisihan
Dokumen ID INDONESIA Proses Penyelesaian Perselisihan Latar Belakang ALS adalah skema yang bertujuan untuk mempromosikan penerapan pendekatan NKT secara lebih bermutu dan konsisten melalui a) penyediaan
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciPT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris
PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciMANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU INTERNAL SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STIKES HARAPAN IBU JAMBI
MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU INTERNAL SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STIKES HARAPAN IBU JAMBI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU STIKES HARAPAN IBU JAMBI TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU STIKES HI JAMBI VISI Menjadi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciStandar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Lebih terperinciKebijakan Manajemen Risiko
Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI
Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan
Lebih terperinciKomisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia
\ Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I
PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I 1.1. Pengertian Komite Audit dan Risiko Usaha adalah komite yang dibentuk oleh dan
Lebih terperinci2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1125, 2014 PPATK. Informasi Publik. Layanan. Standar. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.03/PPATK/07/14 TENTANG STANDAR
Lebih terperinciPERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan
PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2011 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 02 /M/PER/V/2011
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.987, 2012 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA. Mediasi HAM. Standar Operasional Prosedur. PERATURAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA NOMOR 001/KOMNAS HAM/IX/2011 TENTANG
Lebih terperinciPRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012
PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta
Lebih terperinciPiagam Audit Internal. PT Astra International Tbk
PT Astra International Tbk Agustus 2016 PIAGAM AUDIT INTERNAL I. Visi & Misi Visi Misi Visi 2020 Menjadi Kebanggaan Bangsa Grup Astra diakui memiliki standar kelas dunia dalam hal tata kelola perusahaan,
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.
PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember
Lebih terperinci2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 103/PMK.09/2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL
PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciStandar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
Lebih terperinciKOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI
SA Seksi 315 KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI Sumber: PSA No. 16 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti
Lebih terperinciLAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA
LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang
Lebih terperinciDEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS
Lebih terperinciMEKANISME KELUHAN PEKERJA
PROSEDUR TPI-HR-Kebijakan-04 Halaman 1 dari 7 MEKANISME KELUHAN PEKERJA Halaman 2 dari 7 Pendahuluan Keluhan didefinisikan sebagai masalah yang nyata atau dirasakan yang dapat memberikan alasan untuk mengajukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.IN.04.03 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KANTOR
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:
Lebih terperinciTATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TATA CARA PENILAIAN KETAATAN
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.04/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG
KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G
PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS
KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.580, 2010 KOMNAS HAM. Pemantauan. Penyelidikan. Prosedur.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.580, 2010 KOMNAS HAM. Pemantauan. Penyelidikan. Prosedur. PERATURAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA NOMOR 002/KOMNAS HAM/X/2010 TENTANG PROSEDUR PELAKSANAAN PEMANTAUAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1657, 2014 KEMENDIKBUD. Pengaduan. Penanganan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPiagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )
Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan
Lebih terperinciPERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI
Lebih terperinciBAB II PELAKSANA PENGAWASAN
- 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.135, 2012 OMBUDSMAN. Pembentukan. Tata Kerja. Perwakilan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME KERJA PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3
PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Pemilik Kebijakan Penyimpan Kebijakan Fungsi Corporate Secretary - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy & Portfolio Management Division
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAANN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL SERTIFIKASI
Lebih terperinciNOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA
Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciNaskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)
Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention) BAB 1 PRINSIP UMUM 1.1. Standar Definisi, Standar, dan Standar
Lebih terperinciStandar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciBuku Panduan Perlindungan Prosedural Pendidikan Khusus New Hampshire
Buku Panduan Perlindungan Prosedural Pendidikan Khusus New Hampshire Buku Panduan ini didasarkan pada Undang-Undang Pendidikan Penyandang Disabilitas tahun 2004 dan Peraturan NH tentang Pendidikan untuk
Lebih terperinciPERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT
PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat
Lebih terperinciKode etik bisnis Direvisi Februari 2017
Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168 /PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168 /PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN
Lebih terperinciPedoman Kerja Komite Audit
Pedoman Kerja Komite Audit PT Erajaya Swasembada Tbk & Entitas Anak Berlaku Sejak Tahun 2015 Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor
Lebih terperinciLembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek
PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 10 April 2014. Lembar Data Proyek Lembar Data Proyek (Project Data Sheets/PDS) berisi informasi ringkas mengenai proyek atau program:
Lebih terperinci2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1035, 2017 OMBUDSMAN. Laporan. Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN,
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS
Lebih terperinciTENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG
TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK TNI DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.EKON/05/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK
-- 1 -- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinci4.12 SYARAT DAN KONDISI YANG MENGATUR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU
4.12 SRAT DAN KONDISI NG MENGATUR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1. Syarat dan Kondisi ini mengatur Skema Verifikasi Legalitas Kayu (selanjutnya disebut sebagai Skema ) yang diselenggarakan oleh TROPICAL RAINFOREST
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013
SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA
Kebijakan Pengungkap Fakta KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA Pernyataan Etika Perusahaan (Statement of Corporate Ethics) Amcor Limited menetapkan kebijakannya terhadap pengungkapan fakta dan komitmennya untuk
Lebih terperinci