BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Pembahasan pada bab I ini berkaitan dengan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ( UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3) Pendidikan di sekolah dasar (SD) bertujuan memberikan bekal -tulisdasar yang bermanfaat bagi peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kema - SD menjadi sangat penting. Dalam pengajaran bahasa Indonesia di SD - hanya pada tahap keberwacanaan (di kelas-kelas awal) tapi juga pada tercapainya kemahirwacanaan (di kelas- Zuhdi, 2002: 30) Secara umum, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar berperan untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, serta mengungkapkan pikiran dan perasaan. Dengan alokasi waktu 5 jam pelajaran tiap minggunya pelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu mengembangkan keterampilan dasar kebahasaan, yang meliputi: mendegarkan, berbicara, membaca dan menulis. Membaca merupakan salah satu kunci pemerolehan ilmu pengetahuan. Keterampilan membaca mutlak dimiliki setiap peserta didik agar bisa mengikuti setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Bisa dikatakan bahwa semua kegiatan pembelajaran di dalam kelas melibatkan keterampilan membaca. Sebagai 1

2 2 keterampilan dasar, keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pelajaran sangat dipengaruhi oleh keterampilan membaca. Oleh karena itu, pembelajaran membaca mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran di sekolah. i dua syarat yaitu: (1) menggunakan pernyataan yang jelas dan tepat tentang apa yang harus diperhatikan atau dicari oleh siswa ketika membaca dan (2) memberikan gambaran yang mudah ditangkap oleh siswa tentang apa yang semestinya mampu mereka lakukan setel Untuk mencapai tujuan membaca tersebut peran aktif guru dalam menumbuhkan minat baca peserta didik amat diperlukan. Peserta didik harus lebih banyak dihadapkan dengan berbagai macam bacaan yang berguna untuk meningkatkan dan menumbuhkan kebiasaan membaca. Selain itu, materi bacaan yang menarik dan menantang juga dapat memotivasi siswa agar tertarik membaca dengan sungguh-sungguh. Seperti diungkapkan oleh Finnochiaro dan Bonomo 1973: 121) bahwa untuk menjaga agar motivasi atau dorongan membaca selalu besar, pengajaran yang dilakukan oleh guru hendaknya berjalan dalam dua arus yang sejajar: Pertama, guru membantu para pelajar membaca bahan-bahan yang menarik serta bermanfaat secepat mungkin. Kedua, guru secara sistematis mengajarkan hubungan-hubungan bunyi dan lambang yang diperlukan oleh para pelajar untuk memahami serta mendorong mereka membaca serta sesuai dengan tingkat kematangan para pelajar. (Tarigan, 2008: 17) Ada anggapan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD khususnya keterampilan membaca masih dianggap peserta didik sebagai pelajaran yang membosankan. Masih banyak guru yang menganggap bahwa pengajaran membaca selesai ketika anak sudah bisa membaca dengan lancar. Padahal pelajaran membaca tidak hanya sekedar sampai disitu. Pembelajaran membaca sebenarnya ada 2 tahap yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Pada pembelajaran membaca lanjut ini umumnya perkembangan peserta didik kurang diperhatikan.

3 3 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SDN 01 Gemawang, Wonogiri disimpulkan bahwa keterampilan membaca khususnya membaca intensif pada peserta didik kelas IV di sekolah dasar tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran membaca intensif bagi peserta didik dianggap sebagai materi pelajaran yang sangat membosankan. Ada anggapan bahwa pelajaran membaca intensif hanyalah sekedar membaca sekilas dan tidak jarang dari mereka yang belum paham benar apa maksud dari teks yang dibacanya. Pada pembelajaran bahasa Indonesia, guru umumnya belum terbiasa dengan model pembelajaran inovatif. Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini masih bersifat satu arah. Guru menjadi aktor utama di dalam kelas, sedangkan peserta didik cenderung pasif. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik salah satunya adalah terjadinya interaksi yang baik antara guru dan paserta didik. Dalam penyampaianya, guru lebih memilih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Disamping itu, pemahaman guru tantang model pembelajaran inovatif masih kurang sehingga guru merasa belum mampu menerapkan dalam penajaran sehari-hari. Pembelajaran ini menyebabkan peserta didik merasa bosan dan kurangnya perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran. Sehingga nilai keterampilan membaca intensif peserta didik kelas IV masih rendah. Permasalahan ini dapat diketahui setelah dilakukan observasi di SDN 01 Gemawang, Wonogiri. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan guru dalam keterampilan membaca intensif adalah 70. Hasil tes pratindakan yang dilakukan menunjukkan hasil keterampilan membaca intensif peserta didik kelas IV SDN 1 Gemawang, Wonogiri masih rendah. Hasil menunjukkan bahwa dari jumlah peserta didik sebanyak 12 hanya terdapat 3 peserta didik yang mendapat peserta didik mendapatkan skor < 70 atau belum memenuhi KKM. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik kelas IV SDN 01 Gemawang, Wonogiri belum mencapai batas KKM yang telah ditentukan.

4 4 Berdasarkan hasil observasi tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di kelas IV SDN 1 Gemawang, Wonogiri, dengan alasan pembelajaran membaca khususnya keterampilan membaca intensif masih kurang maksimal. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas diketahui bahwa belum banyak dilakukan upaya khusus untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif. Berdasarkan kondisi dan fakta tersebut, diperlukan solusi untuk meningkatkan keterampilan membaca peserta didik. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa serta sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dengan cara demikian interaksi antara peserta didik dengan guru dapat berjalan dengan lancar. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa. Isjoni (2010: 8) menyebutkan bahwa pembejalaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) muncul sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini dikhususkan untuk pembelajaran bahasa yaitu pelajaran mambaca dan menulis. Menurut Huda M. (2012: 126) model ini dirancang untuk mengakomodasi level keterampilan siswa yang beragam, baik melalui pengelompokan heterogen (heterogeneus grouping) maupun pengelompokan homogen (homogeneus grouping). Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC menuntut peserta didik untuk menguasai pikiran utama dari suatu wacana serta keterampilan membaca dan menulis lainnya secara bersama-sama. Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, guru memberikan sebuah bahan bacaan, kemudian peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi menyelesaikan masalah dalam bacaan tersebut. Model pembelajaran

5 5 kooperatif tipe CIRC dapat digunakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia khusunya pembelajaran membaca intensif. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, diharapkan peserta didik dapat membaca atau saling membaca, menangkap ideide pokok, menuliskan isi bacaan dan memberikan tanggapan terhadap isi bacaan. Hal ini sesuai dengan tujuan membaca intensif yaitu untuk memahami secara rinci isi dari sebuah bacaan. Peserta didik belajar dalam timnya untuk menguasai bahan bacaan serta saling mengoreksi satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat membantu peserta didik dalam membaca intensif. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Peserta Didik Kelas IV SDN 01 Gemawang, B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah penggunaan model pembelajaran kooperstif tipe CIRC dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif pada peserta didik kelas IV SDN 0 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, penelitian ini bertujuan untuk: Meningkatkan keterampilan membaca intensif menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada peserta didik kelas IV SDN 01 Gemawang, Wonogiri tahun ajaran 2012/2013.

6 6 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dipakai: a. Sebagai bukti empiris untuk peningkatan pembelajaran dengan model pembelajaran CIRC. b. Sebagai tambahan referensi pembelajaran yang inovatif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Menambah wawasan dan pengetahuan guru mengenai model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam meningkatkan keterampilan membaca intensif pada peserta didik kelas IV. 2) Meningkatkan profesionalisme guru dalam membelajarkan siswa, khususnya dalam membelajarkan keterampilan membaca intensif pada peserta didik kelas IV. b. Bagi Siswa 1) Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran keterampilan membaca intensif pada peserta didik kelas IV. 2) Meningkatkan nilai keterampilan peserta didik dalam pembelajaran membaca intensif pada peserta didik kelas IV. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca intensif dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada peserta didik kelas IV. 2) Menumbuhkan budaya meneliti di SDN 01 Gemawang, Wonogiri. 3) Memberi sumbangan positif bagi peningkatan mutu pembelajaran pembelajaran membaca intensif pada peserta didik kelas IV melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.