BAB VI SEJARAH GEOLOGI

Transkripsi

1 BAB VI SEJARAH GEOLOGI Sejarah geologi daerah penelitian dibahas sejak Kala Eosen Tengah dimana batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian. Kala Eosen Tengah - Oligosen Tengah diendapkan Satuan Batulempung Batupasir sebagai endapan Tidal (Gambar 6.1). Pada kala ini daerah penelitian berada pada daerah transisi antara darat dan laut. Pengendapan Formasi Bayah menurut Martodjojo berada pada daratan sampai transisi dengan kontinen berada di sebelah utara. Menurut Sribudiyani et al. (2003), pada kala ini daerah penelitian berada di batas tumbukan Lempeng Mikro Australia dan Lempeng Mikro Sunda yang berarah timurlaut - barat daya. Pada Kala Oligosen Tengah terjadi kenaikan muka air laut, sehingga diendapkan Satuan Batulempung secara selaras di atas Satuan Batulempung-Batupasir di lingkungan Neritik Tengah sampai Batial Atas (Gambar 6.2). Pada awal Kala Oligosen Akhir terjadi penurunan muka air laut global yang mengakibatkan pendangkalan, sehingga Satuan Batugamping diendapkan di daerah Neritik Dalam sampai Neritik Luar, di sebelah selatan daerah penelitian. Pada saat pengendapan Satuan Batugamping, Satuan Batulempung masih diendapkan di daerah yang lebih dalam sehingga terjadi hubungan menjemari antar keduanya (Gambar 6.3). Pada Kala Miosen Awal atau N4 - N5, Satuan Napal diendapkan melalui mekanisme turbidit pada lingkungan Neritik Tengah- Neritik Luar (Gambar 6.4). Lingkungan yang berubah menjadi lebih dalam daripada Satuan Batugamping ditafsirkan akibat adanya kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut ini apabila merujuk kepada Martodjojo (1984) diakibatkan oleh mulai aktifnya tektonik pada kala ini sehingga terjadi pendalaman cekungan. Pada Napal terdapat perselingan Kalkarenit-Kalsirudit yang menunjukan bahwa Satuan Batugamping masih diendapkan kala ini. Sumber material 131

2 Kalkarenit-Kalsirudit pada Napal diperkirakan berasal dari Satuan Batugamping yang lebih dangkal, sehingga hubungan keduanya ditafsirkan adalah menjemari. Pada Miosen Awal sampai Miosen Tengah bagian awal atau N6 sampai N9 (Biozonasi Blow,1969) di daerah penelitian diendapkan Satuan Batupasir-Batulempung yang kaya akan material volkanik pada lingkungan Neritik Luar sampai Batial. Satuan ini menutupi semua satuan yang lebih tua secara selaras di daerah penelitian (Gambar 6.5). Sistem pengendapannya adalah dengan mekanisme turbidit Perubahan lingkungan pengendapan menjadi lebih dalam dan melimpahnya material volkanik pada kala ini ditafsirkan akibat aktifitasnya tektonik yang aktif pada saat ini sehingga terjadi pendalaman cekungan dan pembentukan gunung api. Apabila merujuk kepada Sribudiyani et al. (2003), pada Kala Oligosen Akhir sampai Miosen Awal terjadi penurunan kecepatan dari pergerakan Lempeng Mikro Australia menyebabkan bergeraknya jalur subduksi menjadi lebih ke selatan Pulau Jawa dan membentuk terjadinya busur magmatik di sebelah selatan daerah penelitian, sehingga posisi daerah penelitian menjadi di belakang busur magmatik. Pada Kala Miosen Tengah bagian awal sampai Miosen Tengah bagian akhir atau N9 - N 14, volkanisme masih berlanjut dan Satuan Batupasir-Batulempung masih diendapkan. Pada kala ini pengendapan Satuan Batupasir-Batulempung diiringi oleh longsoran/ aliran massa gravitasi. Longsoran ini terjadi pada channel di daerah kipas atas - kipas tengah suatu kipas laut dalam sehingga diendapkan Satuan Breksi-Batupasir di atas Satuan Batupasir-Batulempung (Gambar 6.6). Sumber sedimen dari satuan ini berasal dari selatan daerah penelitian, dibuktikan dengan melimpahnya material volkanik dan terdapatnya fragmen batugamping. Pengendapan bersamaan dari Satuan Batupasir- Batulempung dan Satuan Breksi-Batupasir memberikan indikasi bahwa hubungan keduanya adalah perubahan fasies. Pada Kala Plio-Pleistosen terjadi deformasi dengan tegasan utama berarah relatif utara selatan (Gambar 6.7). Deformasi ini membentuk Pola Struktur Jawa yang memiliki arah barat-timur. Deformasi tektonik ini mengaktifkan Sesar Cimandiri yang pergerakannya mengiri. Daerah penelitian terletak pada Zona Sesar Cimandiri sehingga pembentukan strukturnya dipengaruhi oleh gerakan Sesar Cimandiri. Oleh karena itu terbentuklah 132

3 struktur-struktur di daerah penelitian, yaitu; sesar naik dengan arah bidang timurlautbaratdaya, lipatan barat-timur, sesar geser mendatar berarah timurlaut-barat daya dan tenggara-baratlaut (Gambar 6.8). Pola struktur tersebut tidak mengikuti Pola Jawa pada umumnya. Menurut Martodjojo (1984) pada Kala Pliosen mungkin sampai Pleistosen terjadi pengangkatan secara regional. Pengangkatan ini menyebabkan satuan batuan di daerah penelitian menjadi tersingkap dan tererosi. Pada permulaan Kala Pliosen terutama pada akhir Pliosen, terlihat perpindahan busur volkanik ke tengah Pulau Jawa, dimana pada Kala Miosen berada di selatan Pulau Jawa. Perpindahan ini mengakibatkan status beberapa cekungan di Jawa berubah. Pada Kala Pleistosen terjadi aktivitas vulkanik di utara daerah penelitian yang menyebabkan diendapkannya Satuan Tuf-Tuf Lapili yang menutupi secara tidak selaras semua batuan yang lebih tua (Gambar 6.9). Volkanisme yang terjadi berupa erupsi eksplosif yang ditandai dengan adanya endapan piroklastik jatuhan dan aliran. Dari kala ini sampai Resen, volkanisme terus berlangsung diiringi dengan proses erosi sehingga terendapkan material alluvial dan satuan batuan yang lebih tua dari Satuan Tuf-Tuf Lapili menjadi tersingkap. Model dari sejarah geologi tersebut digambarkan dengan kartun geologi di bawah ini: Gambar 6.1 Kartun geologi pada Eosen Tengah Oligosen Tengah. 133

4 Gambar 6.2 Kartun geologi pada Oligosen Tengah. Gambar 6.3 Kartun geologi pada Oligosen Akhir. Gambar 6.4 Kartun geologi pada Miosen Awal. 134

5 Gambar 6.5 Kartun geologi pada Miosen Awal-Miosen Tengah Gambar 6.6 Kartun geologi pada Miosen Tengah. Gambar 6.7 Kartun geologi pada Plio-Pleistosen. 135

6 Gambar 6.8 Kartun geologi pada Plio-Pleistosen. Gambar 6.9 Kartun geologi pada Pleistosen. 136