BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori Kesinambungan Supervisi Akademik a. Pengertian Kesinambungan Kesinambungan sama artinya dengan berkelanjutan. Berkelanjutan sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi akademik artinya supervisi dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah/ madrasah. Supervisi yang berkesinambungan merupakan supervisi yang dilakukan secara terus menerus, periodik dan berkelanjutan. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktuwaktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk,1981 dan Weingardner, 1973). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang (Kumpulan makalah, 20 Agustus 2011). Sumber: 13-supervisi-akade-mik. 9

2 Pengertian kesinambungan supervisi akademik adalah pelaksanaan kegiatan supervisi akademik oleh kepala sekolah kepala guru dalam rangka membantu guru dalam meningkatkan tugas dan fungsinya guru dalam mengelola proses pembelajaran sehingga tercapai profesionalitas dalam tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik dan pengajar di sekolah. Kegiatan supervisi akademik harus senantiasa dilaksanakan secara terus menerus dengan berkelanjutan meskipun terjadi perubahan oleh kepala sekolah maupun pengawas selaku seorang supervisor, dalam hal terjadi mutasi atau perpindahan tugas bagi kepala sekolah dan pengawas namun pelaksanaan supervisi dapat dilanjutkan oleh orang lain karena ada dokumen program perencanaan supervisi kademik di sekolah. Pelaksanan supervisi akademik akan senantiasa berkelanjutan atau berkesinambungan itu sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan monitoring dari atasan, maka sangat penting perlunya pengawasan dari atasan selalu mengontrol pelaksanaan supervisi akademik di sekolah untuk meningkatkan profesional tugas bagi kepala sekolah dan pengawas di sekolah. Pelaksanaan supervisi akademik dilakukan secara terus menerus, periodic, berkelanjutan dengan diawali melalui proses perencanaan supervisi akademik yang telah diprogramkan sebelumnya dengan matang. b. Supervisi Akademik Supervisi Akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan 10

3 pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran menurut Daresh, 1989, Glickman,et al.2007 dalam bukunya (Prasojo & Sudiyono, 2009). Supervisi akademik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk menilai unjuk kerja guru dalam proses pembelajaran dari kegiatan awal, inti dan kegiatan penutup. Bukan hanya kegiatan unjuk kerja guru dalam pembelajaran yang dinilai oleh kepala sekolah namun lebih dari itu. Penekanan supervisi akademik lebih menuju kepada bagaimana kepala sekolah membantu guru dalam mengembangkan kemampuan dalam upaya meningkatkan dirinya pada kemampuan profesionalitas dirinya dibidang akademik beserta meningkatkan profesi dan karier selanjutnya. Supervisi Akademik merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas untuk membantu guru dalam mengelola pembelajaran yang diikuti dengan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru antara lain adalah mempersiapkan proses yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu membuat perencanaan pembelajaran atau RPP. Setelah selesai membuat RPP guru harus mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran dengan melaksanakan semua seluk beluk pengajaran mulai dari apersepsi sampai dengan penilaian, Tugas seorang supervisor dalam hal ini kepala sekolah harus mampu untuk memberikan teladan bagaimana membuat RPP yang sesuai serta mampu memberikan 11

4 nasehat serta memberikan pengarahan jika guru mendapatkan kesulitan dalam membuat RPP. Begitu pula seandainya guru mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran kepala sekolah selaku supervisor sebaiknya mampu memberikan pengarahan dan nasehat bagaimana melaksanakan pengajaran yang sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah yang telah direncanakan oleh guru sesuai dengan RPP. Kepala sekolah juga terlebih dahulu mampu untuk memberikan contoh merencanakan penilaian dalam usaha membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Pengawas, kepala sekolah/madrasah, dan guru perlu memahami prinsip-prinsip dan tujuan supervisi dan tujuan supervisi akademik dalam rangka pelaksanaan Proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Konsep supervisi akademik, secara konseptual, perlu untuk dipahami oleh kepala sekolah pengawas dan guru. Supervisi tidak hanya mengoreksi guru dalam mengajar di kelas namun lebih dari itu tidak lain adalah membantu dalam hal melaksanakan semua proses pengajaran baik dari awal, inti maupun akhir pengajaran. Terlebih lagi Tujuan dari supervisi tidak hanya menilai unjuk kerja guru dalam mengajar lebih jauh lagi supervisi merupakan kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran sesuai dengan tujuan kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembang- 12

5 kan kemampuannya mengelola proses pembelajar-an untuk mencapai kom-petensi yang diharapkan. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya dalam pengajaran untuk memperoleh kompetensi bagi peserta didik agar memperoleh prestasi yang diharapkan. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, dan membantu guru dalam rangka mengembangkan kemampuan profesionalismenya, dengan demikian juga penting dilakukan penilaian unjuk kerja guru dalam proses pengajaran Supervisi akademik adalah supervisi yang diikuti dengan pertanggung jawaban dari supervisor untuk dapat dipergunakan hasil kerjanya dengan keyakinan dan dapat diuji dengan menggunakan instrument yang telah dikaji oleh yang berwenang sehingga bisa dipertanggung jawabkan, bersifat ilmiah. Mengarah pada pengendalian dan pembinaan bidang akademik melalui kegiatan dan proses pembelajaran di sekolah agar hasil belajar siswa menjadi 13

6 lebih baik. Dengan demikian, supervisi akademik adalah kegiatan pengawasan dari kepala sekolah atau supervisor yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi dalam upaya meningkatkan kualitas peserta didik melalui usaha memotivasi, membimbing, membina, dan mengarahkan guru-guru yang terkait dengan kegiatan aka-demik secara langsung. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu dengan demikian merupakan tugas yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh kepala sekolah sehingga kegiatan supervisi akademik tidak hanya dilaksanakan secara tiba-tiba waktunya atau hanya bersifat musiman namun harus senantiasa dilaksanakan secara terus menerus sehingga tidak akan terputus pelaksanaan supervisi akademik di sekolah. Dapat dikatakan bahwa supervisi akademik tidak hanya dilaksanakan hanya jika ada kesempatan. Tetapi harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang dan permasalahan semakin komplek. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran (Prasojo & Sudiyono, 2009). Oleh sebab itu, sasaran supervisi akademik adalah guru dalam proses pembelajaran yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/ metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan 14

7 teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas Pengajaran akan berhasil jika seorang guru mampu memenuhi semua target kompetensi yang harus dikuasai tercapai disampaikan dan memenuhi sasaran kepada anak didik sesuai dengan target pengajaran yang diharapkan. Tujuan dari supervisi akademik itulah akan tercapai Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan meningkatkan kemampuannya melalui teknik teknik tertentu. Metode yang dipergunakan, teknik penilaian serta tindak lanjut dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir dari pembelajaran terpenuhi dengan maksimal senantiasa akan berpengaruh tercapai tidaknya kompetensi pengajaran yang dicapainya. c. Supervisi Akademik Berkesinambungan Supervisi Akademik merupakan serangkaian kegiatan yang membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini harus diikuti dengan pelaksanaan supervisi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan supervisi akademik oleh kepala sekolah secara berkelanjutan atau berkesinambungan antara program yang telah dilakukan sebelumnya dengan program sekarang tentang supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah secara terus menerus dan periodik. Artinya bahwa program kegiat- 15

8 an supervisi akademik harus senantiasa dilaksanakan secara terus-menerus atau berkelanjutan dan secara periodik sesuai waktu yang telah diprogramkannya. Dalam pelaksanaan supervisi akademik tidak berarti bahwa pelaku supervisi seperti Kepala sekolah /pengawas selaku supervisor boleh berubah atau boleh ganti tetapi asal program supervisi itu ada maka supervisi tetap dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dicantumkan pada program supervisi akademiknya. Program perencanaan supervisi akademik yang dirancang oleh kepala sekolah juga sangat penting membantu pelaksanaan supervisi akademik secara berkesinambungan. d. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik Tujuan supervisi akademik merupakan salah satu cara mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang pendidik maupun pengajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Supervisi akademik sesuai dengan fungsinya yaitu mampu mengembangkan kemampuan profesionalitas dalam tugas pokok dan fungsinya guru dalam mengelola proses pengajaran yang ingin dicapainya dikelas sebagai sasaran. Guru mampu meningkatkan, mengembangkan serta mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan dirinya dalam membuat Penelitian Tindakan kelas serta bidang pengembangan diri lainnya. Demi Pengembangan dalam hal kariernya. 16

9 e. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik Suatu pekerjaan agar dapat dilakukan secara baik, terarah, dan menghasilkan hasil yang optimal maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip dalam melakukan pekerjaan itu. Demikian juga dengan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah/madrasah atau supervisi secara umum, perlu memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut dalam bukunya (Prasojo & Sudiyono, 2009): 1. Objektif (data apa adanya ) 2. Bertanggung jawab 3. Berkelanjutan 4. Didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan 5. Didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah 6. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah. 7. Sistematis,artinya dikembangkan sesuai dengan perencanaan program supervisi yang matang dan sesuai dengan tujuan pembelajaran 8. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah. 9. Sistematis,artinya dikembangkan sesuai dengan perencanaan program supervisi yang matang dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. 10. Objektif, artinya masukan sesuai dengan aspek aspek instrumen. 11. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya. 12. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalahmasalah yang mungkin akan terjadi. 17

10 13. Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. 14. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara Supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. 15. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah asih, dan asuh, dalam mengembangkan pembelajaran. 16. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi Pelaksanaan supervisi akademik. 17. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. 18. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kema nusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sangat antusias, dan penuh humor. 19. Berkesinambungan, artinya supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah /madrasah 20. Terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan. 21. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan (Prasojo & Sudiyono,2009 ) Prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas tidak lain merupakan acuan dan panduan dalam pelaksanaan supervisi akademik bagi kepala sekolah dan pengawas untuk dapat dipergunakan dalam melaksanakan tugas seorang supervisor. f. Dimensi-dimensi Substansi Supervisi Akademik Dimensi-dimensi supervisi akademik meliputi: (1) Kompetensi kepribadian; (2) Kompetensi pedagogik; 18

11 (3) Kompotensi professional; (4) Kompetensi sosial. Yang diletakkan pada instrument penilaian kepala sekolah pada saat kegiatan supervisi akademik keempat dimensi-dimensi tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan guru dalam pengajaran pada langkah langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sering dijumpai di sekolah oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik hanya datang ke sekolah dengan membawa instrumen pengukuran kinerja. Kemudian masuk ke kelas melakukan pengukuran terhadap kinerja guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah tugasnya, seakan-akan supervisi akademik sama dengan pengukuran kinerja guru dalam proses pembelajaran, namun dengan demikian dimensi-dimensi yang dikemukakan diatas untuk menjadikan acuan tugas dalam pelaksanaan supervisi akademik di sekolah/madrasah. Kepala sekolah tidak akan salah persepsi ataupun salah langkah dalam menjalankan tugas mensupervisi kepada guru. Dengan demikian, berarti esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa lepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran untuk mencapai kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan Program Supervisi Akademik Salah satu tugas kepala sekolah adalah merencanakan supervisi akademik. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka 19

12 kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat rencana program supervisi akademik. Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan pelaksanaan dan perencanaan pemantauan dalam rangka membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. g. Manfaat Perencanaan Program Supervisi Akademik Manfaat perencanaan program supervisi akademik adalah sebagai berikut Sebagai pedoman pelaksanaan dan penga-wasan akademik; Untuk menyamakan persepsi semua warga sekolah tentang supervisi akademik, menjamin efektif dan penghematan tenaga daya dan sumber lainnya seperti waktu, tenaga dan biaya. Merencanakan Pogram supervisi merupakan keharusan bagi setiap kepala sekolah dan pengawas untuk meningkatkan profesionalisme guru serta sebagai acuan pelaksanaan kegiatan supervisi akademik agar tidak lepas dari aturan yang sudah ditentukan. Program Supervisi akademik merupakan adalah awal kegiatan supervisi sebagai tempat pinjakan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Perlu adanya kegiatan tindak lanjut setelah dilaksanakannya supervisi akademik dilaksanakan terutama setelah kunjungan kelas dan refleksi supervisi dilaksanakan Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Supervisi Akademik Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik adalah obyektif artinya data yang diperoleh 20

13 atau didapatkan apa adanya, bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.berkelanjutan atau berkesinambungan dalam pelaksanaannya yang berarti terus menerus dilaksanakan,tidak hanya dilakukan kadang-kadang saja,didasarkan pada standar nasional pendidikan.didasarkan pada kebutuhan di lapangan disesuaikan kondisi dan situasi yang ada di lingkungan. Prinsip tersebut harus senantiasa dipakai untuk pedoman dalam pelaksanaan supervisi akademik di sekolah. Prinsip-prinsip itu hanya tinggal tulisan belaka jika tidak dilaksanakan bagi kepala sekolah dan pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik di sekolah, maka pentingnya prinsip-prinsip diatas dijadikan pedoman dalam kegiatan supervisi akademik Ruang Lingkup Perencanaan Supervisi Akademik Ruang lingkup supervisi akademik meliputi: (1) Pelaksanaan KTSP; (2) Persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru; (3) Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan peraturan pelaksanaannya; dan (4) Peningkatan mutu pembelajaran. Maksud dari mutu pembelajaran ini meliputi: Pertama, model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses. Kedua, proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik menjadi SDM yang kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Ketiga:, peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta kebebasan berpikir sehingga 21

14 dapat melaksanakan mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan. Keempat, keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh guru. Kelima, bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya. Bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran agar siswa mampu: (1) meningkat rasa ingin tahunya, (2) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan, (3) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi, (4) mengolah informasi menjadi pengetahuan, (5) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, (6) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain, dan (7) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar. Supervisi akademik juga mencakup dokumen kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi administratif. Sasaran utama supervisi akademik adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat dan buku pelajaran serta 22

15 kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan-kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat. 2.2 Teknik-Teknik Supervisi Akademik Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, et al. 2007). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Bentuk teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok. Teknik teknik supervisi akademik penting dipelajari oleh kepala sekolah dan pengawas sebagai seorang supervisor agar pelaksanaan kegiatan supervisi 23

16 akademik senantiasa dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah dibakukan sehingga tidak akan menyimpang dalam pelaksanaannya Teknik Supervisi Individual Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru. Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kualitas pembela-jaran guru bersangkutan. Teknik supervisi individual ada empat macam yaitu, tahnik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perorangan berlaku untuk satu guru. Supervisor hanya berhadapan dengan satu orang guru, sehingga hasil supervisi akan diketahui kualitas pembelajarannya antara supervisor dengan guru itu sendiri. Adapun teknik supervis individual ada lima macam yaitu kunjungan kelas, seorang guru yang memegang satu kelas dikunjungi oleh supervisor pada saat guru mengajar di kelas oleh kepla sekolah atau pengawas. Dari supervisi yang dilakukannya akan memperoleh bagaimana kualitas guru tersebut dapat diketahui oleh supervisor. Tehnik selanjutnya adalah observasi kelas, observasi ini dilaksanakan oleh supervisor untuk menentukan apakah instrument supervisi semua didukung oleh guru untuk memyiapkan segala sesuatu yang harus dipersiapkan untuk mendukung pelaksanaan supervisi. Setelah pertemuan secara kunjungan kelas serta observasi maka perlu melakukan refleksi diri untuk menilai 24

17 seberapa kemampuan yang dicapainya dalam penilaian setelah dilaksanakan supervisi. Kunjungan Kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas yang telah dipersiapkan oleh guru. Dengan tujuan untuk menolong guru itu dalam mengatasi masalah di kelasnya. Observasi kelas adalah pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh supervisor secara teliti agar data diperoleh secara benar dan obyektif, sesuai dengan aspek aspek situasi pembelajaran. Data yang benar dan cermat akan membantu guru di saat mengalami permasalahan atau kesulitan pada proses pembelajaran. Kunjungan Antar Kelas merupakan kunjungan guru lain mengunjungi kelas kita. Tujuannya untuk berbagi pengalaman dengan teman dalam pengelolaan pengajaran di kelas. Kunjungan antar kelas sebaiknya direncanakan jauh hari sebelumnya dengan matang supaya dipersiapkanatau diseleksi guru-guru yang akan dikunjungi serta tentukan guru-guru yang akan mengunjungi. Fasilitas perlu dipersiapkan. Supervisor mengikuti dengan pengamatan yang cermat, selanjutnya adakan tindak lanjut untuk menyampaikan pesan dan kesan setelah kegiatan berlangsung. Bentuk tindak lanjutnya berupa percakapan pribadi antara guru yang diamati dengan guru yang mengamati,ada semacam penegasan dan pemberian tugas tugas tertentu. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru yang bersangkutan. Adakan perjanjian untuk kegiatan kunjungan berikutnya. 25

18 Dalam pelaksanaan supervisi akademik di sekolah oleh kepala sekolah maupun pengawas dalam pelaksanaannya terserah akan menggunakan tehnik apapun siserahkan asal tidak menyimpang dalam menggunakan tehnik semua disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat dan siapa yang akan disupervisi sehingga pelaksanaannya merasakan nyaman dalam keadaan dan kondisi yang nyaman dan kondusif. Supervisi akademik akan terlaksana tanpa ada kendala yang berarti tercapai harapan dan tujuannya. Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betulbetul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru. Supervisi akademik tercapai dengan suasana yang nyaman dan kondusif. Tujuan supervisi sesuai dengan harapan akan tercapai. 26

19 2.3 Kerangka Pikir Pelaksanaan evaluasi supervisi akademik di SD di Tegalrejo Magelang bisa dilihat sebagaimana skema gambar berikut: Faktor yang mendukung Perencanaan Supervisi akademik Pelaksanaan Supervisi akademik Hasil Supervisi akademik Faktor penghambat Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian 2.4 Penelitian Relevan Supaya berkesinambungan dengan penelitian terdahulu dan agar tidak terjadi tumpang tindih fokus penelitian, maka peneliti perlu membandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut: Abdurrahman (2011). Pelaksanaan Supervisi Akademik di SDN 1 Banjarnegara Tahun ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi di sekolah, dalam pelaksanaannya masih 27

20 menunjukkan berbagai permasalahan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian pengetahuan tentang Agama Islam, maka perlu adanya supervisi akademik oleh kepala sekolah. Mayoritas metode pembelajaran Agama Islam selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya peserta didik kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi peserta didik untuk belajar materi PAI. Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolahsekolah yang digunakan oleh guru cenderung monoton dan membosankan, sehingga menurunkan motivasi belajar siswa. Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada prestasi belajar. Untuk menjawab persoalanpersoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Dengan adanya supervisi akademik, maka guru akan selalu menjaga kedisiplinan dan kinerjanya. Murtiyasa (2010), Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah di SD Negeri 1 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini supervisi akademik mampu meningkatkan kinerja guru khususnya dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi berbagai macam 28

21 kendala yang menghambat, maka guru menggunakan beberapa solusi di antaranya adalah dengan melengkapi aturan yang dibutuhkan atau dengan melakukan perbaikan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan. Persamaan antara penelitian Abdurrahman dengan penelitian tesis ini adalah keduanya membahas pelaksanaan supervisi akademik. Pada penelitian Abdurrahman prestasi belajar siswa akan diraih dengan adanya kreativitas guru dalam pengelolaan pembelajaran, salah satunya dengan pembelajaran kontekstual. Sementara pada penelitian tesis ini, prestasi belajar akan diraih oleh pengelolaan guru yang baik dalam pembelajaran, hal ini juga bergantung dengan adanya supervisi akademik kepala sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran. Sementara relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtiyasa adalah sama-sama membahas tentang pentingnya supervisi akademik guna meningkatkan kinerja guru bukan peningkatan mutu pembelajaran. Suwaebah (2001), Pelaksanaan Supervisi Akademik pada SMK Negeri 1 Indramayu dan SMK Negeri 1 Sindang di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil penelitian pada Suwaebah menjelaskan bahwa pelaksanaan supervisi akademik pada SMK Negeri 1 Indramayu dan SMK Negeri 1 Sindang di Kabupaten Indramayu menunjukkan bahwa kedua sekolah tersebut dalam pelaksanan supervisi akademik terdapat kesamaan peningkatan perencanaan dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Setelah dilaksanakannya supervisi akademik oleh 29

22 pengawas dan kepala sekolah dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi akademik dapat dilaksanakan oleh pengawas dan kepala sekolah dapat memberi motivasi/dorongan kepada guru untuk mengembangkan kemajuan keprofesionalismenya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kemajuan terhadap guru dalam kegiatan belajar mengajar di SMKN 1 Indramayu dan berlangsungnya SMK N 1 Sindang di Kabupaten Indramayu. Mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, karena semakin sering dilakukan supervisi semakin meningkat kemampuan yang dimiliki oleh guru terutama dalam berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar, karena semakin berlangsungnya supervisi oleh pengawas dan kepala sekolah dapat diketahui kekurangan atau kelemahan guru kemudian dicarikan solusinya. Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh profesional kinerja guru, karena semakin profesional seorang guru maka dapat menunjukkan kinerjanya sehingga kualitas pembelajaran dapat dicapai denga baik. Dan terjadi peningkatan terutama dalam proses belajar mengajar. Kiong Mui Lie,Usman Radiana, H. Tomo Djudin (2013), Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah dalam upaya pembinaan Profesionalisme Guru di SMA. Pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah dalam upaya pembinaan Profesionalisme Guru di SMA Santo Petrus Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan supervisi akademik oleh kepala sekolah dalam upaya pembina-an profesionalisme guru di SMA Santo Petrus Pontianak. 30

23 Penelitian beresifat kualitatif, dengan pen-dekatan studi kasus (case study). Hasil Penelitian ditemukan bahwa: (1) perencanaan. Dalam melakukan supervisi akademik kepala sekolah selalu mengguna-kan instrumen pengamatan; belum semua guru mengetahui jadwal dan tujuan supervisi akademik; penggunaan metode/strategi sangat bervariasi, dan sasaran belum terarah; (2) Pelaksanaan supervisi akademik sering menggunakan teknik yang bersifat individual; 3) tindak lanjut yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih banyak melalui pembinaan kelompok. Rauh, Dantes & Anggan (2013). Kontribusi Gaya Kepemimpinan Supervisi Akademik Kepala terhadap Kinerja Guru SD Gugus III Kecamatan Sukasada Sekolah dan Budaya Organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar kontribusi simultan gaya kepemimpinan, supervisi akademik kepala sekolah dan budaya organisasi terhadap kinerja guru sekolah dasar di gugus III Kecamatan Sukasada. Penelitian menggunakan pendekatan ex post facto. Populasi dalam penelitian ini (delapan sekolah dasar) yang terdiri dari 55 orang guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis menggunakan analisis statistik (Multiple Regresion). Hasil penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan berkontribusi signifikan terhadap kinerja guru SD di Gugus III Kecamatan Sukasada sebesar 37,7%. Supervisi akademik kepala sekolah berkontribusi signifikan sebesar 39,8%, dan budaya organisasi berkontribusi sebesar 43,9%. Secara simultan gaya kepemimpinan supervisi akademik kepala sekolah dan 31

24 budaya organisasi merupakan faktor yang strategis untuk mewujudkan kinerja guru SD di Gugus III Kecamatan Sukasada, dengan kontribusi simultan sebesar 65,00%. 32

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU 4 SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Saiful Bahri, M,Pd Pembantu Ketua Bidang Akademik STKIP Bina Bangsa Meulaboh ABSTRAK Profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang

Lebih terperinci

BAHAN BELAJAR MANDIRI Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Dimensi Kompetensi Supervisi

BAHAN BELAJAR MANDIRI Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Dimensi Kompetensi Supervisi TUT WURI HANDAYANI BAHAN BELAJAR MANDIRI Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Dimensi Kompetensi Supervisi DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Saiful Bahri, Supervisi Akademik...

Saiful Bahri, Supervisi Akademik... SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Saiful Bahri 11 Abstrak Profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif,

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Implementasi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Banggai Kepulauan Oleh Ida Roswita R. Sapukal Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan yang dimiliki guru harus senantiasa dikembangkan agar kinerjanya semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, bahwa kesadaran guru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya

Lebih terperinci

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik PENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU NON PNS DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI CABEAN 2 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Al Munawar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian Tinjauan Pustaka akan didiskripsikan tentang teori peningkatan kinerjaruru, teori supervisi kunjungan kelas, PTS melalui supervisi kunjungan kelas, kajian penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat dalam proses edukasi yang khas. Proses interaksi guru dan peserta didik merupakan inti dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

Document Title KATA PENGANTAR

Document Title KATA PENGANTAR Document Title Page 1 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah

SUPERVISI AKADEMIK. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah TUT WURI HANDAYANI SUPERVISI AKADEMIK Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK DAN SMP INSAN CENDEKIA YOGYAKARTA SKRIPSI

PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK DAN SMP INSAN CENDEKIA YOGYAKARTA SKRIPSI PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK DAN SMP INSAN CENDEKIA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung

Lebih terperinci

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

PENGUATAN KOMPETENSI ADMINISTRATOR DAN SUPERVISOR PERSEKOLAHAN YANG TERDIDIK Oleh: H. Syaiful Sagala

PENGUATAN KOMPETENSI ADMINISTRATOR DAN SUPERVISOR PERSEKOLAHAN YANG TERDIDIK Oleh: H. Syaiful Sagala PENGUATAN KOMPETENSI ADMINISTRATOR DAN SUPERVISOR PERSEKOLAHAN YANG TERDIDIK Oleh: H. Syaiful Sagala Abstrak Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor persekolahan berfungsi membangkitkan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur

Lebih terperinci

HO-3D-02 SUPERVISI AKADEMIK. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HO-3D-02 SUPERVISI AKADEMIK. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang HO-3D-02 SUPERVISI AKADEMIK I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi kurikulum 2013 sebagaimana diatur dalam Permendikbud no. 81.A memerlukan perhatian dan usaha yang serius untuk memastikan implementasi

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara. 95 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas peradaban suatu bangsa. Tujuan pelaksanaan pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas)

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas) Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas) Wildan Zulkarnain Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Jl. Semarang

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUMEN VALIDASI DESAIN

LAMPIRAN INSTRUMEN VALIDASI DESAIN LAMPIRAN INSTRUMEN VALIDASI DESAIN VALIDASI DESAIN PANDUAN PELAKSANAAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU BAGIAN I: IDENTITAS PAKAR 1. Nama :... 2. Jenis Kelamin :... 3. Umur

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK Oleh : Falah Yunus 1 guruvalah.20m.com

SUPERVISI AKADEMIK Oleh : Falah Yunus 1 guruvalah.20m.com 1 A. Pengertian Supervisi Akademik SUPERVISI AKADEMIK Oleh : Falah Yunus 1 guruvalah.20m.com Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran, hal ini

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 aminhaedari@yahoo.com PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN 138 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Kompetensi pedagogik dan profesional guru PAI yang belum tersertifikasi terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri se Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti

Lebih terperinci

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya kapasitas intelektual bagi generasi penerus. Oleh sebab itu, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan dipandang sebagai lembaga yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kelangsungan hidup bangsa. Pendidikan berkualitas sangatlah diperlukan dalam usaha untuk kemajuan bangsa dan negara. Sebagaimana disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Endah Yanuarti SMK Muhammadiyah Tepus e-mail: endahyanuarti22@yahoo.co.id Abstrak Penelitian Tindakan Sekolah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelengaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE

PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE 1 PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE Oleh *Abusmar, **Cut Zahri Harun, ***Nasir Usman *Abusma, M.Pd,

Lebih terperinci

TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY

TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY Supahar/Team Teaching Sebuah TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY Pendahuluan Oleh: Supahar Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstraks Salah satu agenda dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu kualitas pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not educate, that there are teachers who do not successfully educate. No teacher who did not manage to educate,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

temuan yang diperoleh sebagaimana dikemukakan dalam Bab IV,

temuan yang diperoleh sebagaimana dikemukakan dalam Bab IV, BAB V KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Sesuai dengan masalah yang diteliti serta hasil dan temuan yang diperoleh sebagaimana dikemukakan dalam Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Nk Zahroh

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Nk Zahroh PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Nk Zahroh (IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Email: zahrohnk@gmail.com) Abstract : Professional teachers are teachers who have the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 NAMA :... INSTANSI :... NUPTK :... KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada

Lebih terperinci

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2011 Page 1

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2011 Page 1 Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2011 Page 1 Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2011 Page i Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mendidik dan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Supervisi Akademik 1. Hakekat Supervisi Akademik Supervisi merupakan suatu bagian yang penting dalam pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin Madrasah dan profesional dalam bidang kependidikan. Namun kenyataan di lapangan membuktikan bahwa tidak semua

Lebih terperinci

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG 1 Syaifullah Syam, 2 Yadi Ruyadi, 3 Lisda Apriyani 1 Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia 2 Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung cepat dan masif menuntut kemampuan sumber daya pendidikan melakukan penyesuaian yang bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Indonesia pada pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dilakukan analisis pembahasan tentang kinerja pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik di SMK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha membantu individu dalam mengembangkan potensinya agar mencapai perwujudan diri. Perwujudan diri akan tampak dari

Lebih terperinci

Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi Kepala Sekolah 1 of 8 3/22/2012 2:32 PM AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN Kompetensi Kepala Sekolah Posted on 29 Januari 2008 A. Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengembangkan sekolah tidak terlepas dari adanya kepemimpinan dari seorang pemimpin yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengembangkan sekolah tidak terlepas dari adanya kepemimpinan dari seorang pemimpin yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengembangkan sekolah tidak terlepas dari adanya kepemimpinan dari seorang pemimpin yang berkualitas. Sekolah yang unggul dimulai dari pemimpin yang

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin* 212 SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN Oleh Zainuddin* Abstrak Supervisi akademik berpengaruh kepada kegiatan membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013

PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013 PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013 A. Latar Belakang Pendidikan agama Islam pada sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam sistem pendidikan nasional, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIKDASMEN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SD MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SD MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SD MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Sri Giarti sgiarty@gmail.com Magister Manajemen Pendidikan FKIP UKSW Salatiga ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional dan saling berinteraksi, bergantung, dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah mempunyai tugas dalam pengembangan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah mempunyai tugas dalam pengembangan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepala Sekolah mempunyai tugas dalam pengembangan peningkatan kualitas pendidikan ditingkat sekolah. Dalam hal ini bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua masalah pokok, yakni 1) bagaimana mengadaptasikan dengan benar kurikulum dan metode pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG RINGKASAN TESIS Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Guru menjadi

Lebih terperinci

Supervisi-Pendidikan Page 1

Supervisi-Pendidikan Page 1 SUPERVISI PENDIDIKAN Oleh: Lantip Diat Prasojo A. Pendahuluan Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007).

Lebih terperinci