IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Pengaruh konsentrasi gula pada larutan perendaman terhadap total padatan terlarut buah stroberi (Fragaria sp) Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula terbaik terhadap total padatan terlarut pada rendaman buah stroberi. Pengamatan dilakukan setiap hari selama empat hari, dengan menggunakan alat refraktometer. Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix yaitu merupakan persentasi dari bahan terlarut dalam sampel. Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk penentuan konsentrasi awal gula untuk perendaman buah stroberi yaitu 10%, 20%, dan 30%. Menurut Minified dan Chem (1982), hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan manisan buah adalah konsentrasi larutan gula yang digunakan untuk perendaman awal tidak boleh terlalu tinggi. Jika buah direndam dalam larutan gula dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan air keluar dari dinding sel buah lebih cepat dari masuknya gula ke dalam buah. Dengan adanya perbedaan yang besar antara kecepatan keluar air dan masuknya larutan gula akan menyebabkan struktur sel dan tekstur buah menjadi keras dan berkerut LAMA PERENDAMAN (HARI) Total padatan terlarut ( Blanko 10% 20% 30% Gambar 2. Total padatan terlarut buah stroberi berdasarkan konsentrasi gula dan lama perendaman. Berdasarkan Gambar 2. Dapat dilihat bahwa perendaman dengan menggunakan larutan gula 30 % memberikan nilai padatan terlarut paling tinggi pada buah stroberi setelah perendaman yaitu 35 brix pada perendaman hari ketiga. Hal ini disebabkan dinding sel buah akan menyerap gula dari larutan gula dan mengeluarkan air yang ada di dalam buah hingga tercapai keseimbangan kadar gula dan air dalam bahan. Semakin tinggi konsentrasi larutan gula dalam perendaman, maka akan semakin tinggi gula yang diserap buah dan total padatan terlarut akan semakin tinggi. Untuk selanjutnya digunakan konsentrasi awal gula untuk perendaman buah stroberi dengan konsentrasi 30%. 26

2 2. Pengaruh lama perendaman terhadap kekerasan buah stroberi (Fragaria sp) Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui lama perendaman maksimumm terhadap tekstur atau kekerasan pada rendaman buah stroberi. Pengamatan dilakukan setiap hari selama empat hari, dengan menggunakan alat penetrometer. Angka yang diperoleh dirata - ratakan dan satuan yang digunakann adalah mm per 10 detik dengan beban tertentu yang dinyatakan dalam gram. Penelitian pendahuluan ini dilakukan penentuan lamaa perendaman maksimal buah stroberi dalam larutan gula 30% yang mempengaruhi kekerasan yaitu selama satu hari, dua hari, tiga hari, dan empat hari. Perendaman maksimal yang bisa dilakukan terhadap stroberi adalah tiga hari, sedangkan perendaman empat hari menyebabkan stroberi mudah hancur dan sudah tidak berbentuk lagi. Gambar 3. Nilai kekerasan buah stroberi dengan perendaman gula perendaman. 30% dan lama Perubahan tekstur yang terjadi pada buah dan sayuran segar setelah dipanen dapat disebabkan oleh hilangnya air sebagai akibat prosess respirasi dan transpirasi yang menyebabkan buah dan sayuran kehilangan sifat kekerasannyaa (Voisy et al., 1979). Selain dari proses metabolism stroberi sendiri, faktor lain yang menyebabkan buah kehilangan kekerasannya adalah pertumbuhan mikroorganisme. Gula sebagai bahan pengawet tidak berfungsi dengan baik, hal ini disebabkan karena konsentrasi gula hanya 30 %. Dengann konsentrasi gula yang rendah maka air masih tinggi, dan kandungann air yang tinggi dan mengandung gula merupakan subtrat yang baik untuk khamir. Adanya khamir dalam bahan akan menyebabkan bahan mengalami proses fermentasi yang menghasilkan alkohol yang akan merusak jaringan buah. Rusaknya jaringan buah akan menyebabkan buah lembek dan hancur. Hal inilah yang terjadi pada stroberi pada hari ke empat perendaman. 3. Pengaruh bahan pengawet terhadap warna, rasa, bentuk penampakkan manisan stroberi (Fragaria sp) kering Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bahan aditif terhadap warna, rasa, dan bentuk penampakkan tekstur buah kering stroberi. Pengamatan dilakukan selamaa lima hari selama perendaman buah dan pengeringan buah dalam oven. Pengamatan dilakukan dengan cara 27

3 perendaman buah selama 15 menit pada larutan natrium bisulfit dan larutan kapur sirih sebelum direndam pada larutan gula. Ada empat sampel larutan pengawet yang digunakan yaitu natrium metabisulfit 150 ppm, natrium metabisulfit 300 ppm, larutan kapur sirih 5%, dan larutan kapur sirih 7,5%. Bahan pangan yang diawetkan dengan menggunakan bahan kimia sebagai pengawet seperti asam benzoat dan asam sorbat, dapat mengalami kerusakan oleh mikroorganisme yang tahan terhadap bahan pengawet tersebut, misalnya jenis khamir Saccharomyces bacili dan Candida crusei (Buckle et al., 1987). Menurut Winarno (1995), khamir umumnya terdapat pada bahan yang mengandung gula. Anti mikroba dapat bersifat menghambat dan membunuh mikroba yang menggunakan bahan pangan untuk metabolismenya. Mekanisme kerja antimikroba yaitu antimikroba tersebut dapat mengganggu membran sel mikroba dengan cara mengganggu permeabilitas sel dan menghambat sintesa komponen dinding sel. Antimikroba juga dapat mengganggu mekanisme genetik mikroorganisme dan mengganggu aktivitas enzim intrasel. Tabel 2. Hasil pengamatan visual pengaruh bahan pengawet Perlakuan Parameter Warna Rasa Bentuk penampakkan Kapur sirih 5% Merah tua Getir Kisut Kapur sirih 7.5% Merah kehitaman Getir Kisut menggulung Na-Metabisulfit 150 ppm Merah agak terang Asam stroberi/ baik Melebar Na-Metabisulfit 300 ppm Merah terang Asam stroberi/ baik Melebar Kontrol Merah Asam stroberi/ baik Agak kisut Penggunaan bahan pengawet kapur sirih dengan konsentrasi 5% dan 7.5% memberikan warna yang gelap, rasa yang getir, dan tekstur yang kisut pada manisan stroberi kering. Penggunaan kapur dalam pembuatan manisan stroberi diharapkan dapat mempertahankan tekstur buah agar tidak kisut dan tidak hancur pada saat perendaman. Tetapi penampakan yang lebih baik tidak didapatkan dari manisan stroberi kering dengan menggunakan bahan pengawet kapur, bahkan warna manisan stroberi menjadi gelap, selain itu bahan pengawet kapur meninggalkan rasa pada manisan yang tidak diinginkan sehingga pengawet kapur tidak digunakan dalam penelitian utama. Penggunaan natrium metabisulfit memberikan warna merah terang dan bentuk melebar dengan rasa stroberi yang lebih manis. Penggunaan natrium metabisulfit pada awalnya diharapkan dapat mempertahankan warna manisan agar tetap berwarna merah seperti stroberi, hal ini disebabkan karena natrium metabisulfit dapat menahan laju oksidasi buah. Tekstur yang baik juga dihasilkan dari manisan stroberi, hal ini disebabkan karena natrium metabisulfit juga berfungsi sebagai anti mikroba selain sebagai anti oksidan. Selanjutnya bahan pengawet yang digunakan adalah natrium metabisulfit 150 ppm, natrium metabisulfit 300 ppm, dan tanpa bahan pengawet sebagai pembanding. 28

4 a b c d e Keterangan a : manisan menggunakan kapur sirih 7.5% b : manisan menggunakan kapur sirih 5% c : manisan sebagai control d : manisan menggunakan natrium metabisulfit 300 ppm e : manisan menggunakan natrium metabisulfit 150 ppm Gambar 4. Manisan stroberi kering dengan penambahan berbagai macam bahan pengawet Penggunaan natrium metabisulfit menghasilkan warna merah terang karena pada proses pembuatan manisan stroberi kering bisa mencegah oksidasi dari buah. Sehingga akan 29

5 mempertahankan warna pada buah dan seterlah menjadi manisan stroberi kering. Bentuk yang dihasilkan produk stroberi kering berbeda-beda karena pada saat perendaman ada beberapa buah yang hancur saat perendaman, hal ini disebabkan karena pertumbuhan mikroorgaisme dalam buah akan menghasilkan banyak air dan bisa menghancurkan bentuk buah dengan tekstur yang lembek. Sedangkan penggunaan natrium metabisulfit akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan mempertahankan tektur tetap keras sehingga tidak hancur saat perendaman. Rasa yang dihasilkan oleh produk manisan buah dipengaruhi oleh bahan pengawet, penggunaan bahan pengawet yang menggunakan bahan pengawet yang berlebihan akan menghasilkan rasa tertentu yang tidak diinginkan. Hal ini terjadi pada penggunaan kapur sirih, manisan stroberi terasa getir. 4. Uji proksimat buah stroberi (Fragaria sp) Air merupakan komponen yang mempunyai peranan penting dalam buah untuk siklus reproduksi dan proses fisiologi sehingga air akan mempengaruhi lama umur simpan buah. Buah stroberi merupakan salah satu buah yang mempunyai kandungan air yang tinggi, dapat dilihat dari Tabel 3. Menurut Dauthy (1995), kandungan air buah pada umumnya berkisar antara 80-90%. Sebagian besar dari buah stroberi adalah air, sehingga kadar air merupakan parameter yang harus diuji pada penelitian utama yaitu pada saat karakterisasi manisan stroberi kering dan perubahan mutu selama penyimpanan. Stroberi adalah salah satu buah yang kandungan mineralnya tinggi dan abu merupakan mineral yang tahan oleh pemanasan suhu tinggi, sehingga abu merupakan salah satu komponen yang akan diuji. Kadar abu merupakan salah satu unsur yang diharapkan jumlahnya kecil dalam manisan stroberi kering. Hasil uji proksimat dapat dilihat dari Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji proksimat buah stroberi Kandungan stroberi Persentase (%) Air 91 Abu 0.8 Lemak 0.6 Protein 0.6 Serat 0.3 Vitamin C Tidak terukur Pada umumnya buah memiliki kandungan lemak yang rendah sekitar 0.5% ( Dauthy, 1995). Stroberi merupakan salah satu buah yang kandungan lemaknya rendah. Dapat dilihat pada Tabel 3. bahwa kadar lemak stroberi yaitu 0.6 %. Selain lemak, kandungan yang rendah dalam buah stroberi adalah protein dan serat. Kandungan serat dalam stroberi paling kecil diantara yang lainnya, oleh karena itu buah stroberi cepat rusak. Vitamin C disebut juga asam askorbat. Vitamin C mudah rusak karena oksidasi terutama oleh suhu tinggi dan mudah hilang selama pengolahan, penyimpanan, dan pemasakan ( Dauthy, 1995). Sehingga vitamin C merupakan salah satu kandungan stroberi yang diuji proksimat, namun kadar vitamin C yang kecil tidak terukur oleh alat yang ada dilaboratorium. Keterbatasan alat di laboratorium menyebabkan kadar vitamin C tidak dapat diukur pada penelitian utama. 30

6 B. PENELITIAN UTAMA 1. Karakteristik Manisan Buah Kering Stroberi Karakteristik manisan buah kering stroberi yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisiko kimia (kadar air, kadar abu, kadar serat, kadar lemak, kadar protein) dan uji penerimaan panelis/ organoleptik terhadap manisan buah kering stroberi serta perubahan mutu selama penyimpanan. a. Kadar Air Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Perlakuan penambahan pengawet menggunakan natrium metabisulfit yang dikombinasikan dengan lama perendaman diharapkan mendapatkan manisan buah yang memiliki kadar air yang kecil sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dalam manisan. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan penggunaan bahan pengawet natrium metabisulfit dan lama perendaman terhadap kadar air manisan stroberi kering dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5. Kadar air paling tinggi adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm, kemudian disusul dengan perlakuan tanpa menggunakan bahan pengawet, dan yang paling rendah adalah perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm. Manisan stroberi kering yang baik adalah manisan yang mempunyai kadar air rendah, sedangkan manisan yang mempunyai kadar air tinggi adalah manisan kering yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena kadar air yang tinggi menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil analisis ragam (Lampiran 3a), menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengawet (tanpa bahan pengawet, natrium metabisulfit 150 ppm, dan natrium metabisulfit 300 ppm) berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air manisan buah kering stroberi. Sedangkan lama perendaman 48 jam, 72 jam, dan interaksi antara konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air manisan stroberi. Uji lanjut Duncan (Lampiran 3b) menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengawet natrium metabisulfit 150 ppm dan tanpa bahan pengawet tidak berbeda nyata, sedangkan natrium metabisulfit 300 ppm berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan natrium metabisulfit 300 ppm memiliki rataan kadar air terkecil dan nilainya berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan bakteri, kapang, dan khamir dapat dihambat pada konsentrasi SO ppm, dimana bakteri dan kapang lebih sensitif terhadap SO 2 dari khamir (Furia, 1968). Penambahan natrium metabisufit 300 ppm akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan akan tercemar dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sedangkan penambahan natrium metabisulfit 150 ppm dan tanpa bahan pengawet tidak akan bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme yang hidup dalam bahan akan bermetabolisme yang diikuti dengan pelepasan air sehingga kadar air dalam bahan pangan meningkat. Menurut Judoamidjojo (1989), pemecahan glukosa oleh mikroorganisme akan menghasilkan sejumlah air. 31

7 Selain menghasilkan air mikroorganisme juga menghasilkan asam. Adanya mikroorganisme dapat merusak komponen gizi yang ada pada manisan stroberi. A A A A kadar air(%) B B Keterangan Huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda Huruf yang beda menunjukkan perlakuan berbeda nyata A1B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam A1B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam A2B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam A2B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam A3B1 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam A3B2 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Gambar 5. Kadar air manisan stroberi kering Manisan stroberi kering yang diinginkan mempunyai kadar air yang rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dari keenam perlakuan pada manisan stroberi kering kadar air terendah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam, sehingga perlakuan ini terbaik untuk parameter uji kadar air. b. Kadar Abu Sebagian besar makanan yaitu 96 % terdiri atas bahan organik dan air, sisanya terdiri atas unsur mineral. Pada proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Menurut Desrosier (1988), abu merupakan bahan-bahan anorganik yang memiliki ketahanan cukup tinggi terhadap suhu pemanasan sehingga keberadaannya dalam bahan cenderung tetap. Hasil analisa kadar abu manisan stroberi kering disajikan pada Gambar 6. Pada Gambar 6. Dapat dilihat bahwa kadar abu paling tinggi yaitu 1.95% dari manisan stroberi kering adalah perlakuan penambahan natrium metabisulfit 150 ppm dengan 32

8 lama perendaman 72 jam dan kadar abu paling rendah yaitu 0.8% dari perlakuan penambahan natrium metabisulfit 150 ppm dengan lama perendaman 48 jam C kadar abu(%) B B B B A 0.0 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2 perlakuan Keterangan Huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda Huruf yang beda menunjukkan perlakuan berbeda nyata A1B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam A1B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam A2B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam A2B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam A3B1 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam A3B2 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Gambar 6. Kadar abu manisan stroberi kering Hasil analisis ragam (Lampiran 4a), menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengawet tidak pengaruh terhadap kadar abu. Sedangkan lama perendaman (perendaman 48jam dan perendaman 72 jam) dan interaksi antara konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap kadar abu. Uji lanjut Duncan (Lampiran 7a) menunjukkan bahwa lama perendaman 48 jam dan lama perendaman 72 jam berbeda nyata. Sedangkan interaksi antara konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman ditunjukkan dalam uji lanjut Duncan (Lampiran 4b) bahwa perlakuan penambahan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam dan mempunyai rataan kadar abu paling besar, berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan interaksi. Selain perlakuan diatas, perlakuan interaksi antara penambahan natrium metabisulfit 150 ppm dan perendaman 72 jam juga berbeda nyata dengan seluruh perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 8, bahwa perlakuan ini memilki kadar abu paling kecil. Sedangkan perlakuan yang lain yaitu Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam dan 72 jam, tanpa menggunakan bahan pengawet dengan lama perendaman 48 jam dan 72 jam tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap kadar abu. 33

9 Semakin lama perendaman buah stroberi dalam larutan gula semakin tinggi kadar abu manisan. Hal ini disebabkan larutan gula yang terdiri dari gula dan air yang digunakan selama perendaman mengandung mineral-mineral organik yang masuk pada stroberi melalui jaringan buah stroberi. Semakin banyak gula yang masuk maka akan semakin tinggi mineralmineral yang masuk. Selain gula dan air, hal yang mempengaruhi kadar abu adalah bahan pengawet yang digunakan, natrium metabisulfit merupakan pengawet yang mengandung mineral natrium. Imbibisi natrium metabisulfit bukan pada konsentrasi tapi pada waktu. Sehingga kadar abu akan semakin tinggi dengan perendaman yang lebih lama. Manisan stroberi kering yang diinginkan mempunyai kadar abu yang rendah. Dari keenam perlakuan pada manisan stroberi kering kadar air terendah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm lama perendaman 48 jam, sehingga perlakuan ini terbaik untuk parameter uji kadar abu. c. Kadar Protein Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno, 1994). Hasil analisa kadar protein dapat dilihat pada Gambar 7. A A A A A A Keterangan Huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda Huruf yang beda menunjukkan perlakuan berbeda nyata A1B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam A1B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam A2B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam A2B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam A3B1 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam A3B2 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Gambar 7. Kadar protein manisan stroberi kering Dari Gambar 7. Dapat dilihat bahwa kadar protein paling tinggi pada perlakuan tanpa menggunakan bahan pengawet dengan perendaman 72 jam sebesar 0.895% dan kadar 34

10 protein paling rendah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh perlakuan kadar protein dalam semua sampel relatif sangat rendah dan hampir tidak berbeda. Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa seluruh perlakuan yaitu konsentrasi bahan pengawet, lama perendaman, dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein manisan stroberi kering. Hal ini disebabkan karena kandungan protein yang kecil pada buah stroberi segar dan tidak ada penambahan bahan yang mengandung protein selama proses produksi sehingga tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kadar protein stroberi dari buah stroberi segar dan setelah menjadi produk manisan stroberi kering. Protein dianalisis dengan mengukur protein kasar menggunakan metode KJeldahl, pada metode ini yang diukur adalah nilai N ( nitrogen), sedangkan jika terjadi kerusakan pada protein maka nilai N akan tetap. Salah satu kerusakan protein yang tidak menghilangkan nilai N adalah koagulasi protein yang diakibatkan oleh pemanasan suhu tinggi. d. Kadar Lemak Lemak merupakan komponen bahan makanan yang penting bagi tubuh manusia. Pada umumnya buah-buahan segar mempunyai kadar lemak yang rendah. Sama hal nya dengan buah stroberi yang mempnyai kadar lemak yang rendah. A A A A A A Keterangan Huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda Huruf yang beda menunjukkan perlakuan berbeda nyata A1B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam A1B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam A2B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam A2B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam A3B1 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam A3B2 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Gambar 8. Kadar lemak manisan stroberi kering 35

11 Dari Gambar 8. Dapat dilihat bahwa kadar lemak paling tinggi pada perlakuan tanpa menggunakan bahan pengawet dengan perendaman 72 jam sebesar 0.44% dan kadar lemak paling rendah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh perlakuan kadar lemak dalam semua sampel relatif sangat rendah dan hampir tidak berbeda. Hasil analisa ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa seluruh perlakuan yaitu konsentrasi bahan pengawet, lama perendaman, dan interaksi antara keduanya yang diberikan kepada manisan stroberi kering tidak berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan karena kandungan lemak yang kecil pada buah stroberi dan tidak ada penambahan bahan yang mengandung lemak selama proses produk manisan stroberi kering. Selain itu, pengukuran kadar lemak menggunakan ekstraksi soxhlet yaitu pengukuran kadar lemak kasar sehingga perubahan kecil dan kerusakan yang menghasilkan asam lemak bebas ( FFA) akan terukur sebagai lemak. Sehingga menyebabkan tidak ada perubahan yang signifikan kadar lemak dari buah stroberi dan setelah menjadi produk manisan stroberi kering. Produk manisan stroberi kering yang diharapkan mempunyai kadar lemak yang rendah, hal ini disebabkan karena tingginya kadar lemak akan memperpendek umur simpan. Hal ini karena lemak akan menimbulkan ketengikan pada bahan. Kadar lemak terendah dihasilkan oleh perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam. e. Kadar Serat Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Material ini sangat penting dalam ilmu Biologi baik hewan maupun tumbuhan sebagai pengikat dalam tubuh. Serat tumbuhan biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan kadang-kadang mengandung pula lignin. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia ( Anonim, 2011). Dari Gambar 9. Dapat dilihat bahwa kadar serat paling tinggi pada perlakuan tanpa menggunakan bahan pengawet dengan perendaman 72 jam sebesar 0.44% dan kadar serat paling rendah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh perlakuan kadar serat dalam semua sampel relatif sangat rendah dan hampir tidak berbeda. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 7a), menunjukkan bahwa lama perendaman 48 jam dan 72 jam berpengaruh nyata terhadap kadar serat manisan stroberi kering. Sedangkan konsentrasi bahan pengawet (tanpa bahan pengawet, natrium metabisulfit 150 ppm, dan natrium metabisulfit 300 ppm) dan interaksi antara konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap kadar serat manisan buah kering stroberi. Uji lanjut Duncan (Lampiran 7b) menunjukkan bahwa lama perendaman 48 jam dengan lama perendaman 72 jam berbeda nyata. Dinyatakan dalam grafik bahwa semakin lama perendaman maka kadar serat akan semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan dengan lama perendaman 72 jam mempunyai kadar serat yang paling tinggi dan nilainya berbeda nyata dengan perlakuan perendaman 48 jam. Tingginya kadar serat dengan perendaman yang lebih lama disebabkan karena serat tidak larut dalam air. Sedangkan zat lain yang terkandung dalam stroberi akan larut dalam air. 36

12 Semakin lama perendaman akan semakin banyak zat lain yang larut dalam larutan gula. Hal ini menyebabkan serat yang tetap terhitung seolah-olah kadarnya meningkat sedangkan kadar zat lain berkurang. A A A B B B Keterangan Huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda Huruf yang beda menunjukkan perlakuan berbeda nyata A1B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam A1B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam A2B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam A2B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam A3B1 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam A3B2 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Gambar 9. Kadar serat manisan stroberi kering Manisan stroberi kering yang diinginkan mempunyai kadar serat yang tinggi. Dari keenam perlakuan pada manisan stroberi kering kadar serat tertinggi pada perlakuan tanpa bahan pengawet lama perendaman 72 jam, sehingga perlakuan ini terbaik untuk parameter uji kadar serat. 2. Rendemen Kandungan manisan stroberi kering diantaranya adalah air, lemak, serat, abu, protein, karbohidrat, dan gula. Perbedaan komposisi antar elemen ini akan menyebabkan perbedaan jumlah hasil akhir manisan stroberi yaitu rendemen. Rendemen akhir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Menunjukkan bahwa pada pengeringan pertama yaitu dengan lama perendaman larutan gula selama 48 jam, penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm mempunyai rendemen paling tinggi, sedangkan yang tertinggi kedua penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dan yang ketiga tanpa menggunakan bahan pengawet. Pengeringan kedua dengan lama perendaman 72 jam menghasilkan rendemen tertinggi pertama yaitu penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm, kedua tanpa menggunakan pengawet, dan yang 37

13 ketiga penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm. Ada perbedaan peringkat rendemen dalam pengeringan pertama dan pengeringan kedua yaitu antara nilai rendemen kedua dan ketiga, sementara rendemen pertama sama. Tabel 4. Rendemen manisan stroberi kering Produk Rendemen (%) A1B A2B A3B A1B A2B A3B Keterangan A1B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam A2B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam A3B1 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam A1B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam A2B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam A3B2 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Hasil analisis ragam ( Lampiran 8a) menunjukkan bahwa seluruh perlakuan yaitu interaksi antara konsentrasi natrium metabisulfit dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap rendemen manisan stroberi kering. Uji lanjut Duncan ( Lampiran 8b) menunjukkan bahwa konsentrasi natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini karena natrium metabisulfit berfungsi sebagai anti mikroba dan anti oksidasi sehingga dapat memperlambat kerusakan buah selama proses perendaman. Semakin tinggi konsentrasi natrium metabisulfit pada buah, maka persentase buah yang rusak selama perendaman semakin rendah. Rendahnya buah yang rusak selama perendaman, maka hasil akhir manisan akan tinggi sehingga rendemen manisan akan tinggi. Sedangkan natrium metabisulfit konsentrasi dibawah 200 ppm belum bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga penggunaan 150 ppm dan tanpa bahan pengawet tidak dapat berfungsi sebagai anti mikroba. Faktor lain yang berpengaruh pada rendemen manisan stroberi kering adalah banyaknya gula yang masuk selama proses perendaman, semakin banyak gula yang masuk maka rendemen akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan gula yang telah masuk pada buah 38

14 tidak akan berkurang selama proses pengeringan dan akan tetap berada di dalam manisan stroberi kering. Adanya gula dalam manisan akan menambah bobot pada penimbangan manisan stroberi kering. Banyak dan sedikitnya gula yang masuk ke dalam buah stroberi dipengaruhi oleh lama perendaman, semakin lama perendaman dalam larutan gula, gula yang masuk melalui jaringan buah akan semakin tinggi. Manisan stroberi kering yang baik yaitu manisan dengan rendemen yang tinggi. Dari keenam perlakuan rendemen yang paling tinggi pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam, sehingga dari parameter rendemen hasil terbaik pada penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam. 3. Uji Organoleptik Manisan Buah Kering Stroberi Skala hedonik pada manisan stroberi kering dinilai dengan skala 1 sampai 5, dimana pernyataan sangat suka bernilai 5, pernyataan suka bernilai 4, pernyataan netral bernilai 3, pernyataan tidak suka bernilai 2, dan pernyataan sangat tidak suka bernilai 1. Pada atribut warna panelis diminta memberikan ranking mulai dari 1 sampai 5. Dilakukan uji Kruskall Wallis pada data uji organolptik panelis, hasil uji data organoleptik warna (Lampiran 9) menunjukkan adanya pengaruh nyata semua perlakuan terhadap penilaian panelis terhadap untuk atribut warna manisan stroberi kering. Didapatkan hasil urutan ranking dari yang paling disukai sebagai berikut : perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm perendaman 72 jam (136.55), perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm perendaman 48 jam (110.73), perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm perendaman 72 jam (109.93), perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm perendaman 48 jam (87.95), kemudian perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 48 jam (50.27), dan perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 72 jam (47.57). Hasil tersebut menunjukkan bahwa warna manisan stroberi kering yang paling disukai panelis adalah perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dan lama perendaman 72 jam. Perlakuan yang disukai kedua yaitu penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi bahan pengawet lebih berpengaruh terhadap warna dibandingkan lama perendaman. Warna yang dihasilkan dengan penambahan natrium metabisulfit 300 ppm merah menyerupai warna buah stroberi aslinya sehingga panelis menyukai warna ini. Warna merah pada manisan stroberi yang menggunakan natrium metabisulfit 300 ppm dapat dipertahankan karena natrium metabisulfit dapat mencegah oksidasi. Proses oksidasi dapat ditekan sehingga ion warna pada stroberi dapat dipertahankan sehingga warna relative menyerupai warna stroberi segar. Selain sebagai anti oksidan, natrium metabisulfit juga dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba dalam buah stroberi akan menghasilkan asam dan alkohol yang dapat melarutkan zat warna. Pada atribut tekstur panelis diminta memberikan ranking mulai dari 1 sampai 5. Dilakukan uji Kruskall Wallis pada data uji organolptik panelis, hasil uji data organoleptik tekstur (Lampiran 10) menunjukkan semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur menurut penilaian panelis. Didapatkan hasil urutan ranking dari yang paling disukai 39

15 sebagai berikut : perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam (102.82), perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 72 jam (98.88), perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam (95.18), perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam (85.27), perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 48 jam kemudian perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 48 jam (82.73), dan perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam (78.12). Tekstur yang diharapkan pada manisan stroberi kering tidak terlalu keras dan tidak lembek. Pada atribut rasa panelis diminta memberikan ranking mulai dari 1 sampai 5. Dilakukan uji Kruskall Wallis pada data uji organolptik panelis, hasil uji data organoleptik rasa (Lampiran 11) menunjukkan semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rasa menurut penilaian panelis. Didapatkan hasil urutan ranking dari yang paling disukai sebagai berikut : perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam (105.72), perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam (97.78)perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam (94.25), perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 48 jam, kemudian perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 72 jam (84.12), dan perlakuan tanpa bahan pengawet dengan perendaman 48 jam (83.40), dan perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam (77.73). Rasa yang dihasilkan dari seluruh manisan stroberi disukai panelis dan tidak ada perbedaan rasa yang dihasilkan. Dari ketiga parameter di atas yaitu warna, rasa, tekstur yang paling disukai adalah penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam, sehingga produk terbaik dari hasil uji kesukaan terhadap panelis adalah penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam. 3. Perubahan Mutu Manisan Stroberi Kering Selama Penyimpanan Selama proses penyimpanan, produk pangan dapat mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat memunculkan beberapa reaksi yang berbeda dan menyebabkan penurunan mutu serta kehilangan kandunga nutrient. Kerusakan secara fisik juga dapat menurunkan umur simpan produk pangan (Labuza, 1982). Perubahan mutu dapat dilihat dari seberapa besar kenaikan atau penurunan disetiap parameter yang diujikan. Parameter mutu yang diamati selama penyimpanan 35 hari adalah kadar air dan kekerasan bahan. Hasil analisis selama penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14. a. Kadar air Perubahan kadar air manisan stroberi kering dapat dilihat pada Gambar 12. Berdasarkan grafik tersebut,dapat dilihat bahwa nilai kadar air cenderung naik pada semua jenis sampel produk yang yang diujikan selama waktu penyimpanan. Produk disimpan dalam satu jenis kemasan yang sama yaitu plastik HDPE dan disimpan pada suhu kamar. Berdasarkan Gambar 14. Pada penyimpanan minggu pertama kadar air yang paling besar adalah perlakuan tanpa menggunakan bahan pengawet dengan lama perendaman 48 jam, sedangkan kadar air yang paling kecil adalah pada perlakuan penggunaan natrium 40

16 metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam. Pada minggu kedua terjadi peningkatan kadar air disetiap sampel produk, kadar air paling besar adalah perlakuan tanpa menggunakan bahan pengawet dengan lama perendaman 48 jam, sedangkan kadar air yang paling kecil adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam. Pada penyimpanan minggu ketiga dan minggu keempat juga terjadi hal yang sama seperti minggu pertama dan minggu kedua. Kadar air akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya waktu penyimpanan. Hal ini disebabkan karena sifat bahan yang higroskopis. Higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui adsorpsi maupun absorbsi. Jika kelembaban relatif lingkungan tinggi, bahan akan menyerap sejumlah air dari lingkungan untuk menyesuaikan dengan kelembaban relatif lingkungan. Selain itu perbedaan persentase kadar air pada setiap produk disebabkan oleh konsentrasi bahan pengawet. Pertumbuhan bakteri, kapang, dan khamir dapat dihambat pada konsentrasi SO ppm, dimana bakteri dan kapang lebih sensitif terhadap SO 2 dari khamir (Furia, 1968). Penambahan natrium metabisufit 300 ppm akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan akan tercemar dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sedangkan penambahan natrium metabisulfit 150 ppm dan tanpa bahan pengawet tidak akan bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme yang hidup dalam bahan akan bermetabolisme yang diikuti dengan pelepasan air sehingga kadar air dalam bahan pangan meningkat. Menurut Judoamidjojo (1989), pemecahan glukosa oleh mikroorganisme akan menghasilkan sejumlah air. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak mikroorganisme dalam bahan pangan maka kadar air bahan pangan akan semakin tinggi. Sehingga dari penyimpanan minggu pertama sampai minggu keempat kadar air paling kecil adalah perlakuan dengan menggunakan natrium metabisulfit 300 ppm sedangkan kadar air paling besar adalah perlakuan tanpa menggunakan bahan pengawet. Tabel 5. Laju perubahan kadar air Perlakuan Laju perubahan kadar air A1B x A1B x A2B x A2B x A3B x A3B x 41

17 Gambar 10. Nilai kadar air manisan stroberi kering selama 4 minggu penyimpanan Keterangan A1B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam A1B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam A2B1 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam A2B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam A3B1 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam A3B2 : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Hasil analisis ragam (Lampiran 12a) menunjukkan bahwa laju perubahan kadar air selama penyimpanan dipengaruhi nyata oleh kedua faktor yang digunakan dalam pembuatan manisan yaitu konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman. Uji lanjut Duncan (Lampiran 12b) menunjukkan bahwa perlakuan A3B1, A3B2, A2B2, dan A2B1 tidak berbeda nyata dalam mempengaruhi laju perubahan kadar air manisan, perlakuan A1B1 dan A1B2 tidak berbeda nyata. Perlakuan A2B2, A2B1, dan A1B1 tidak berbeda nyata, sedangkan A1B11 dan A3B2 berbeda nyata. Laju perubahan kadar air yang berbeda nyata dari perlakuan satu dengan lainnya disebabkan perbedaan tingkat kadar air pada awal penyimpanan. Tingginya kadar air pada awal penyimpanann akan menyebabkan kadar air yang tinggi pula pada akhir waktu penyimpanan. Tingginya kadar air berbanding lurus dengan nilai AW (activity water). Activity water merupakan air bebas yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhnya mikroorganisme, semakin tinggi nilai AW semakin tinggi pula pertumbuhan mikroorganisme yang menghasilkan air dari prosess metabolisme sel. Perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam mempunyai laju perubahan kadar air yang paling rendah. Selain itu, perlakuan ini mempunyai rendemen yang paling tinggi yaitu % dan kadar air yang rendah, hal ini disebabkan karena gula lebih banyak yang masuk. Gula yang bersifat sebagai pengawet berfungsi menghambat pertumbuham mikroorganisme, semakin tinggi kadar gula dalam bahan akan semakin kuat dalam menahan lebih kuat pertumbuhan mikroorganisme. Kadar air yang 42

18 rendah juga menyebabkan perlakuan ini relatif lebih sedikit ditumbuhi mikroorganisme, karena air sebagai media untuk hidup mikroorganisme tidak tersedia. Natrium metabisulfit juga berfungsi sebagai anti mikroba dan anti oksidan. Konsentrasi natrium metabisultit yang tinggi dapat menekan laju oksidasi pada manisan stroberi kering selama penyimpanan. Hal ini menyebabkan laju perubahan kadar air manisan stroberi kering lebih kecil. Laju perubahan kadar air yang kecil akan membuat manisan stroberi disimpan lebih lama dan umur simpan lebih panjang. Laju perubahan kadar air pada manisan stroberi kering diharapkan kecil, karena laju perubahan yang kecil akan memperpanjang umur simpan produk. Produk terbaik pada parameter ini adalah penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam. b. Kekerasan Manisan Stroberi Kering Perubahan nilai kekerasan manisan stroberi kering dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa nilai kekerasan cenderung naik pada semua jenis sampel produk yang yang diujikan selama waktu penyimpanan. Produk disimpan dalam satu jenis kemasan yang sama yaitu HDPE, dengan suhu penyimpanan adalah suhu kamar. Berdasarkan Gambar 11. Dapat dilihat bahwa nilai kekerasan selalu naik disetiap minggunya. Berbanding lurus dengan kadar air, semakin tinggi kadar air maka bahan akan semakin lunak dan nilai kekerasan akan semakin tinggi. Pada minggu pertama nilai kekerasan yang paling kecil adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam, sedangkan nilai kekerasan paling tinggi adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam. Pada minggu kedua nilai kekerasan yang paling kecil adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam, dan nilai kekerasan yang paling besar adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam. Pada minggu ketiga dan keempat mempunyai nilai yang sama dengan minggu kedua yaitu nilai kekerasan yang paling kecil adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam, dan nilai kekerasan yang paling besar adalah pada perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam. Tabel 6. Laju perubahan kekerasan manisan stroberi kering Perlakuan Laju perubahan kekerasan A1B x A1B x A2B x A2B x A3B x A3B x 43

19 NILAI KEKERASAN MANISAN STROBERI KERING 20,0 A1B1 NILAI KEKERASAN (mm/s) 15,0 10,0 5,0 0, PENYIMPANAN MINGGU KE- A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2 Gambar 11. Nilai kekerasan manisan stroberi kering selama 4 minggu penyimpanan Keterangan A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2 : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 48 jam : Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dengan perendaman 72 jam : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 48 jam : Penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm dengan perendaman 72 jam : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 48 jam : Tanpa menggunakan pengawet dengan perendaman 72 jam Hasil analisis ragam (Lampiran 13a) menunjukkan bahwa laju perubahan kekerasan manisan stroberi kering selama penyimpanan dipengaruhi nyata oleh kedua faktor yang digunakan dalam pembuatan manisan stroberi kering yaitu konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 13b.) menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan natrium metabisulfit 150 ppm lama perendaman 48 jam dan 72 jam berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya. Penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm dan perndaman 72 jam mempunyai laju perubahan kekerasan paling rendah. Kadar gula yang tinggi mempengaruhi laju kekerasan manisan stroberi kering. Gula terdiri dari sukrosa yang cenderung dapat mengkristal sehingga akan menjadikan manisan stroberi lebih keras dibandingkan dengan manisan yang mengandung gula lebih rendah. Hal ini menyebabkan laju perubahan kekerasan stroberi lebih rendah pada perlakuan ini. Laju perubahan kekerasan pada manisan stroberi kering diharapkan kecil, karena laju perubahan yang kecil akan memperpanjang umur simpan produk. Produk terbaik pada parameter ini adalah penggunaan natrium metabisulfit 300 ppm lama perendaman 72 jam. 44

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengolahan Bumbu Pasta Ayam Goreng Proses pengolahan bumbu pasta ayam goreng meliputi tahapan sortasi, penggilingan, penumisan, dan pengentalan serta pengemasan. Sortasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat terhadap produk teh hijau. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar

Lebih terperinci

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan pangan dengan pengeringan Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Rata-rata kadar air kukis sagu MOCAL dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji lanjut DNMRT terhadap kadar air kukis (%) SMO (Tepung sagu 100%, MOCAL 0%) 0,331"

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Karakterisasi Wortel Segar Nilai gizi suatu produk makanan merupakan faktor yang sangat rentan terhadap perubahan perlakuan sebelum, selama, dan sesudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air dan Aktivitas Air Kadar air dendeng hasil penelitian adalah 19,33%-23,82% dengan rataan 21,49±1,17%. Aktivitas air dendeng hasil penelitian sebesar 0,53-0,84 dengan nilai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tahap Satu Penelitian tahap satu dilakukan untuk menentukan produk tsukuda-ni yang paling disukai panelis dengan perlakuan jenis larutan perendam. Larutan yang digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Permen Jelly Pepaya Karakteristik permen jelly pepaya diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobiologis terhadap produk permen jelly pepaya.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian diperoleh hasil kadar ikan kembung yang diawetkan dengan garam dan khitosan ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobial terhadap produk kopi instan formula. Analisis proksimat yang dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan

Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan Oleh : Zindy Sukma Aulia P. (2308 030 022) Rahmasari Ibrahim (2308 030 064) Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Formulasi Tepung Bumbu Ayam Goreng Pada proses pengolahan tepung bumbu ayam goreng, formula dasar diperoleh dari hasil survei dari internet dan buku yang kemudian dimodifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang TEKNIK PELAKSANAAN PERCOBAAN PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN BLANCHING TERHADAP MUTU ACAR BUNCIS Sri Mulia Astuti 1 Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang berpotensi ekonomi tinggi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY Ella Salamah 1), Anna C Erungan 1) dan Yuni Retnowati 2) Abstrak merupakan salah satu hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. PREPARASI SUBSTRAT DAN ISOLAT UNTUK PRODUKSI ENZIM PEKTINASE Tahap pengumpulan, pengeringan, penggilingan, dan homogenisasi kulit jeruk Siam, kulit jeruk Medan, kulit durian,

Lebih terperinci

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora KULIAH KE 8: PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PASCA PANEN & NILAI TAMBAH TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan berbagai teknologi pasca panen untuk memberi nilai tambah. Agricultural

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi sari kulit buah naga merah sebagai perendam daging sapi terhadap total bakteri

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN Kegunaan Penyimpangan Persediaan Gangguan Masa kritis / peceklik Panen melimpah Daya tahan Benih Pengendali Masalah Teknologi Susut Kerusakan Kondisi Tindakan Fasilitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGERINGAN BEKATUL Proses pengeringan bekatul dilakukan dengan pengering rak karena cocok untuk bahan padat, suhu udara dapat dikontrol, dan terdapat sirkulator udara. Kipas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Kandungan β-karoten dan Aktivitas Vitamin A Selama Penyimpanan Metode pertanian mempengaruhi komposisi kandungan gizi pada produk buah dan sayuran segar (Worthington 2001),

Lebih terperinci

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan Kusmajadi Suradi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Pendahuluan Dendeng merupakan produk olahan daging menggunakan kombinasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu adalah salah satu jenis makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan protein. Karena itu, tahu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP Pendinginan dan Pembekuan Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pendinginan dan pembekuan, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pendinginan dan pembekuan terhadap mutu pangan Indikator

Lebih terperinci

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi dan Analisis Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil berupa kadar ikan tuna yang diawetkan dengan metode penggaraman dan khitosan,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 9 BAB X AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, dan Laboratorium Analisis Kimia Pangan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Lebih terperinci

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan. Penentuan kadar serat kasar Kadar serat kasar dianalisa dengan menggunakan metode Sudarmadji dkk, 1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml kemudian ditambahkan 200 ml H 2 SO4

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur yang dapat dimakan dan dapat dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci