BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science itu sendiri merupakan singkatan dari kata natural science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya adalah pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Ahmad Susanto (2013:167) IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Trianto (2012:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah, seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Abdullah Aly dan Eny Rahma (2011:18) IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan yang tepat pada gejala-gejala alam yang didapatkan dengan cara observasi maupun eksperimen sehingga menciptakan sikap rasa ingin tahu, ilmiah, terbuka dan jujur. 8

2 Tujuan IPA Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menurut Trianto (2012:142) antara lain: a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap. b. Menanamkan sikap hidup ilmiah. c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan. d. Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya. e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Berdasarkan tujuan IPA yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA tidak hanya dimaksudkan agar siswa dapat menguasai materi pelajaran. Lebih jauh dari pada itu, pembelajaran IPA mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu membentuk sikap ilmiah, menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta untuk meningkatkan keimanan dan mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan atas keindahan alam yang telah Tuhan berikan. Oleh karena itu, saat melaksanakan pembelajaran IPA guru tidak hanya memperhatikan bagaimana caranya agar siswa mengusai materi pelajaran. Guru juga harus mampu mengarahkan proses pembelajaran agar dapat mencapai berbagai tujuan IPA di atas. Hal ini akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan IPA di SD Karakteristik IPA Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman dalam (Ahmad Susanto, 2013:170) yaitu: a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

3 10 b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam. d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja. e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif. Berdasarkan karakteristik IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA berdasarkan pada prinsip-prinsip dan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut maka siswa dalam pembelajarn IPA akan mendapat pengalaman melalui pengamatan langsung, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa dengan cara merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA Ruang Lingkup IPA Ruang lingkup IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) secara garis besar terdiri dari aspek-aspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat digambarkan secara spiral, yang artinya setiap bahan ajar disemua tingkat kelas disajikan ke dalam materi yang berbeda,

4 11 semakin tinggi tingkat kelasnya semakin dalam pula tingkat bahasa dan materi yang diajarkan. Dalam standar isi telah disebutkan beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa dalam proses belajar. Dengan adanya SK dan KD yang telah ditetapkan dalam standar isi, maka guru harus menyajikan bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD yang telah ditetapkan tersebut. Setelah guru memahami SK dan KD guru kemudian menjabarkannya kedalam indikator dan tujuan pembelajaran yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa Model Pembelajaran Make A Match Pengertian Model Make A Match Salah satu model kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam kelas adalah model pembelajaran make a match. Penerapan model pembelajaran make a match diperkenalkan oleh Lorna Curran pada tahun (1994). Tujuan dari startegi ini antara lain pendalaman materi, penggalian materi, dan edutainment. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar menguasi suatu konsep atau topik dalam suasana belajar yang menyenangkan. Miftahul Huda (2014: 135) make a match adalah salah satu model pembelajaran dimana siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Model ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Menurut Anita Lie (2002:55) make a match adalah teknik yang dikembangkan Loma Curran(1994) teknik dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk tingkat usia dan anak didik.

5 12 Rusman (2013:223) make a match merupakan suatu model yang dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa make a match merupakan model pembelajaran dengan menggunakan cara mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran make a match guru lebih berperan sebagai fasilitator dan ruangan kelas juga perlu ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran. Melalui model pembelajaran make a match maka siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disamping itu make a match juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match menurut Miftahul Huda (2013: ) adalah: a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari kemudian menuliskannya dalam kartu kartu pertanyaan. b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan pertanyaan yang telah dibuat dan menuliskannya dalam kartu kartu jawaban. c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (disini guru dapat membuat aturan ini bersama sama dengan siswa). d. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menggunakan kartu berpasangan ada 3 yaitu: (1) pendalaman materi, (2) penggalian materi, dan (3) untuk selingan. Pengembangan model kartu berpasangan pada mulanya untuk pendalaman materi.

6 13 Siswa melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dengan jawaban, tapi sebelumnya guru terlebih dahulu membekali siswa dengan materi yang akan dilatihkan Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Make A Match Ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran make a match seperti yang dikemukakan oleh Anita Lie (2002:55) bahwa salah satu keunggulan make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Sedangkan beberapa keunggulan make a match menurut Miftahul Huda (2013:253) yaitu : 1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. 2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. 3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. 5) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Selain memiliki keunggulan, Miftahul Huda (2013: ) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran make a match juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: a. Jika tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang. b. Banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya. c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan. d. Guru harus hati hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. e. Jika model pembelajaran make a match digunakan terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

7 Langkah-Langkah Pembelajaran Make A Match Sintak pembelajaran make a match menurut Miftahul Huda (2013 : 252) dapat dilihat pada langkah langkah kegiatan pembelajaran berikut ini: 1) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas pada siswa untuk mempelajari materi di rumah. 2) Siswa dibagi kedalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok diminta untuk berhadap hadapan. 3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. 4) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari / mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka. 5) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan. 6) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri. 7) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. 8) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dari jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. 9) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi. Anita Lie (2002:55-56) berpendapat bahwa langkah langkah pembelajaran make a match adalah: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review.

8 15 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. 4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Agus Suprijono (2009:94) menyatakan bahwa langkah langkah pembelajaran make a match adalah: 1. Guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu berisi pertanyaan. Kelompok ke dua adalah kelompok pembawa kartu berisi jawaban. Kelompok ke tiga adalah kelompok penilai. 2. Aturlah posisi kelompok kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kelompok ke dua berjajar saling berhadapan. 3. Jika masing masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok ke dua saling bergerak untuk mencari pasangan pertanyaan jawaban yang cocok. 4. Pasangan pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan jawaban kepada kelompok penilai. 5. Kelompok penilai kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan jawaban itu cocok. 6. Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok ke dua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecah menjadi dua, sebagian memegang kartu pertanyaan, sebagian lagi memegang kartu jawaban. 7. Permainan diulang sampai semua siswa pernah memposisikan dirinya menjadi kelompok pertama, ke dua, maupun kelompok penilai.

9 16 Berdasarkan langkah langkah pembelajaran make a match yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan langkah langkah pembelajaran make a match dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Make A Match Langkah langkah Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Kegiatan Awal Kegiatan Inti 1. Menyajikan informasi Melakukan kegiatan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan materi dilengkapi dengan alat peraga dan melakukan tanya jawab dengan siswa. 1. Melakukan kegiatan apersepsi dengan tanya jawab untuk menuju materi yang akan disampaikan. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 1. Menyampaikan materi kepada siswa 2. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang disampaikan. 1. Memperhatikan dan menanggapi apersepsi yang dilakukan guru dengan melakukan tanya jawab. 2. Menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. 1. Memperhatikan penjelasan dari guru. 2. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi. 3. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. 2.Mengorganisir peserta didik ke dalam tim tim belajar Guru membagi kelompok belajar secara heterogen. 1. Menjelaskan langkah-langkah permainan make a match 2. Mengelompokkan siswa ke dalam 2 kelompok, yakni kelompok A dan 1. Baris menurut kelompok masing masing dan berhadaphadapan dengan kelompok lain. 2. Masing-masing siswa menerima

10 17 3. Permainan make a match Guru memberikan instruksi agar kelompok yang mendapatkan kartu soal mencari pasangan berupa kartu jawaban, dan yang mendapatkan kartu jawaban mencari pasangan berupa kartu soal yang sesuai. 4. Presentasi Pasangan yang dipanggil urut berdasarkan nomor kartu soal yang diterima. 5.Mengevaluasi Mengoreksi apakah masing masing pasangan sudah benar dan sesuai atau belum. kelompok B. 3. Membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B 1. Meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B dengan waktu yang sudah ditetapkan. 2. Mengawasi aktivitas siswa dan memberikan bantuan pada siswa selama melakukan permainan. 1 Memanggil masing masing pasangan untuk melakukan presentasi. 1.Memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan tanggapan mengenai kecocokan kartu pasangan siswa yang sedang melakukan satu kartu. 1. Mencari kartu pasangan berdasarkan waktu yang telah ditentukan. 1. Membacakan kartu soal dan kartu jawaban dari pasangannya masing - masing. 1. Memberikan tanggapan tentang kecocokan kartu dari pasangan yang sedang melakukan presentasi. 2. Memperhatikan konfirmasi yang

11 18 Kegiatan Akhir 1.Membuat kesimpulan Menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari. presentasi. 2.Memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang melakukan presentasi. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. diberikan oleh guru. Membuat kesimpulan bersama guru. 2.. Refleksi Refleksi berupa penanaman nilai moral. Menanamkan nilai moral pada siswa. Membacakan pesan moral yang terdapat dalam kartu Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Agus Supridjono, 2009:5). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui kegiatan belajar. Menurut Ahmad Susanto (2013:5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan peilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah berhasil mencapi tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

12 19 Dimyati dan Mudjiono (2013:20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi berkat evalusi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Nana Sudjana (2004:39) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni: 1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. 2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi : 1. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. 2. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada siswa yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas atau kegiatan belajar guna mencapai sebuah tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes pada umunya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Menurut Sudjana (2014:35) tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam

13 20 bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Ada dua tes yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa meliputi: 1. Tes Uraian Tes uraian atau disebut juga dengan essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang sudah lama digunakan. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Tes uraian menuntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Hal itu merupakan kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian lainnya. Menurut Sudjana (2014:35) kelebihan tes uraian antara lain adalah: a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi. b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah bahasa. c. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis. d. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving). e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa. Adapun kelemahan dari tes uraian antara lain sebagai berikut: a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan. b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendaki.

14 21 c. Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar. 2. Tes Objektif Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Beberapa bentuk tes objektif, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda. a. Kebaikan dari tes objektif yaitu: Soal dapat disusun dengan mudah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian dapat dilakukan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif. b. Kelemahan dari tes objektif yaitu: Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi. Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata. Pada penelitian ini dalam mengukur hasil belajar siswa, guru memberikan soal tes yang berbentuk pilihan ganda yaitu dimana siswa mempunyai tugas untuk memilih satu jawaban yang benar atau paling tepat. Selain mengukur hasil belajar siswa dari ranah kognitif, hasil belajar siswa dapat diukur melalui ranah psikomotor dan afektifnya. Untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotorik dapat diukur melalui tes tindakan (perbuatan). Ada beberapa bentuk cara pengukuran untuk menilai hasil belajar ranah psikomotorik. Bentuk-bentuk penilaian hasil belajar ranah psikomotorik antara lain: penilaian unjuk kerja, penilaian produk, penilaian proyek dan portofolio. Sedangkan hasil belajar ranah afektif (sikap) dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung dan laporan pribadi. Dalam penelitian ini peneliti mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan ranah afektif yaitu dengan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan observasi.

15 Hubungan Pembelajaran Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPA Pembelajaran make a match lebih mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajarannnya. Dalam penerapan pembelajaran make a match diperoleh beberapa temuan bahwa make a match dapat memupuk kerjasama siswa dalam proses pembelajaran khususnya dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing masing. Selain siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, siswa dapat melatih dirinya untuk berfikir aktif dengan menemukan suatu jawaban. Dengan melihat keunggulan dari model maka a match, maka peneliti bermaksud untuk menerapkan model tersebut dalam pembelajaran IPA yang bertujuan untuk membangkitkan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA meningkat. Pembelajaran IPA itu sendiri bertujuan untuk menanamkan sikap ilmiah, rasa ingin tahu dan memberikan ilmu pengetahuan tentang gejala gejala alam pada siswa. Hal ini sesuai dengan materi yang akan diajarkan mengenai Peristiwa Alam dan Sumber Daya Alam. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model maka e match dimana guru akan membagi kartu soal dan jawaban yang berisi materi tentang peristiwa alam dan sumber daya alam dan diharapkan melalui model ini siswa akan lebih aktif, tidak bosan dan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Pada model make a match kartu soal yang berisi clue tentang isi jawaban sedangkan kartu jawaban berisi kalimat atau gambar yang menunjukkan isi dari clue soal. Dengan model make a match yang berbentuk kartu soal dan jawaban siswa diharapkan dapat lebih antusias dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran sehingga secara tidak langsung siswa dapat memahami materi melalui permainan yang dilakukan dan berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar siswa.

16 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Suratman (2012) dalam skripsi yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan Make a Match pada Siswa Kelas V SDN Timbang 01 Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Terbukti pada hasil belajar siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan 12 siswa yang mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 100% atau 17 siswa sudah tuntas. Astuti, Ria Yuni (2012) dalam skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa atau sebesar 58,3%. Pada siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 75%, dan yang belum tuntas terdapat 3 siswa atau sebesar 25%, sedangkan pada siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V. Pada penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah penerapan model pembelajaran maka a match untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian karakteristik siswa dan model kartu yang digunakan dalam permainan make a match. Berdasarkan penelitian sebelumnya, melalui penelitian tindakan kelas peneliti

17 24 menerapkan model pembelajaran make a match dengan tujuan meningkatkan hasil belajar IPA melalui kegiatan mencari pasangan sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua penelitian sebelumnya dimana model make a match yang menggunakan kartu soal dan jawaban lebih cenderung monoton, kurang variatif dan kurang jelas maksud dari masing-masing kartu baik kartu soal maupun jawaban. Dengan melihat kekurangan dari penelitian sebelumnya, maka peneliti akan memberikan suatu variasi baru yang bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi melalui permainan mencari pasangan atau make a match. Dengan melakukan kegiatan mencari pasangan melalui kartu soal dan jawaban diharapkan siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar pada mata pelajaran tersebut dapat meningkat. Penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan model make a match dimana pembelajarannya menggunakan kartu soal dan jawaban yang divariasikan dengan sebuah gambar yang bertujuan untuk menarik antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, selain itu dapat menambah kejelasan siswa dalam memahami materi yang disajikan melalui permainan maka a match. Kelebihan pada penelitian ini yaitu dalam pembelajarannya peneliti akan menggunakan model make match yang tidak hanya menggunakan kartu soal dan jawaban saja melainkan akan divariasikan dengan gambar gambar yang menggambarkan jawaban dari soal tersebut. Hal ini diharapkan dapat lebih memberikan ketertarikan siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, dengan menggunakan kartu soal dan jawaban yang divariasaikan dengan gambar diharapkan akan membuat siswa lebih jelas dalam memahami materi yang disajikan dalam permainan make a match yang berbentuk soal maupun jawaban.

18 Kerangka Berpikir Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model pembelajaran make a match hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN Bugel 01 Salatiga masih rendah. Dengan adanya hasil belajar tersebut peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan melakukan inovasi dengan menggunakan model-model yang variatif dalam proses pembelajaran yaitu salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Adapaun langkah pembelajaran dengan menggunakan model make a match adalah sebagai berikut: 1. Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2. Pada kegiatan inti guru menyampaiakan informasi. Informasi ini berisi materi yang akan diajarkan yang dimana dalam penyampaian materi dilengkapi dengan alat peraga dan dilakukan tanya jawab. 3. Guru mengorganisasi siswa ke dalam tim-tim belajar dimana guru membagi kelompok belajar secara heterogen. 4. Guru memberikan permaian make a match. Pada kegiatan ini guru akan memberikan intruksi agar kelompok yang mendaptkan kartu soal mencari pasangan berupa kartu jawaban, dan yang mendapatkan kartu jawaban mencari pasangan berupa kartu soal yang sesuai. 5. Presentasi. Dalam kegiatan presentasi pasangan akan dipanggil urut berdasarkan nomer kartu soal yang diterima. 6. Mengevaluasi. Guru dan siswa mengoreksi secara bersama-sama apakah masing-masing sudah benar dan sesuai atau belum. 7. Membuat kesimpulan. Guru bersama siswa membuat kesimpulan atas materi yang sudah dipelajari bersama. 8. Guru memberikan refleksi berupa penanaman nilai moral terhadap siswa. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan kerangka berfikir dibawah ini.

19 26 Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Model Make A Match PROSES PEMBELAJARAN GURU Belum menggunakan model pembelajaran namun menggunakan metode ceramah saja SISWA YANG DITELITI Hasil belajar siswa rendah. Di bawah KKM 70 TINDAKAN Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match 1. Apersepsi dan penyampaian tujuan pembalajaran. 2. Guru menyampaikan materi menggunakan media dan melakukan tanya jawab 3. Mengorganisasi siswa menjadi tim belajar 4. Permainan make a match ( guru memberi intruksi pada siswa untuk mencari pasangan sesuai dengan soal maupun jawabannya) 5. Presentasi 6. Evaluasi 7. Membuat kesimpulan 8. Refleksi SIKLUS I. Dengan menggunakan model pembelajaran make a match Ada peningkatan tapi belum tuntas SIKLUS II Perbaikan proses pembelajaran siklus II dengan make a match Kondisi akhir Hasil Belajar meningkat dengan baik dan tuntas sebanyak 100%

20 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka, kajian hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir maka dirumuskan suatu hipotesis bahwa penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SDN Bugel 01 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Hasil Belajar IPA 2.2.1 Hakekat Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses hasil belajar. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari 5 mata pelajaran utama yang diajarkan dari di sekolah dasar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas V SD 2.1.1 Hakikat IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari sains. Sanis (science) diambil dari kata latin scientia yang artinya harifahnya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XX/November 2016 PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XX/November 2016 PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN Risa Adilah Utami Guru SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta Abstrak Guru harus kreatif menggunakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori merupakan kerangka acuan yang digunakan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori yang dikaji

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Energi Bunyi Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Di Kelas IV SDN 1 Siwalempu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Energi Bunyi Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Di Kelas IV SDN 1 Siwalempu Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Energi Bunyi Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Di Kelas IV SDN 1 Siwalempu Asrini, Ratman, dan Najamuddin Laganing Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER DISIPLIN TANGGUNG JAWAB SERTA HASIL BELAJAR IPA Oleh Endang Retnowati

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh ELISA NIM F34211502 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Piaget dalam Heruman (2007:1), Anak SD berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01 Yudha Widhiatma 447 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01 Oleh Yudha Widhiatma 292013095@student.uksw.edu Wasitohadi wasitohadi@staff.uksw.edu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang baik akan dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball throwing menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah sebagai tempat pembentuk generasi bangsa yang berkualitas mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar adalah perubahan perilaku yang dialami siswa dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya, Quthb (2005, hal. 14). Belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Sal atiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.. Jenis, Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar Menurut Antony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg dan Kaput), belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci