BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dan Konsep Terkait 1. Mahasiswa Pengertian Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling tinggi dalam dunia pendidikan di Indonesia bahkan di dunia. Maka, tidak heran ketika mahasiswa menjadi pioneer pergerakan perubahan di Indonesia. Dalam konteks yang berbeda mahasiswa juga dituntut untuk menjadi teladan dalam hal apapun di masyarakat, lebih-lebih dalam pendidikan (Setyaningsih, 2008). 2. Permasalahan Pada Mahasiswa Terlepas dari peran mahasiswa, mahasiswa juga seorang manusia biasa yang tidak mungkin terlepas dari permasalahan. Mulai dari masalah akademik, masalah dengan orang tua, masalah dengan guru, masalah

2 dengan teman sebaya, dan masalah dengan lingkungannya yang lain, mereka dituntut mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat dan efektif (Setyaningsih, 2008). Menurut Abu Ahmadi dan Munawar (2005), terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh oleh orang tua, dan bergaul dengan anggota keluarga lainnya. Setiap hari berada di rumah dan hanya beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu, dapat di pahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk atau menempa pribadi seorang anak. Pada fase remaja terjadi perubahan pola sosialisasi antara orang tua dengan remaja, karena di pengaruhi oleh pola pikir pubertas, meningkatnya pola pikir idealis dan harapan serta terjadi pula perubahan pola pertemanan. Proses sosialisasi dalam keluarga seringkali mendatangkan masalah sehingga dapat mendatangkan konflik. Konflik tersebut disebabkan oleh karena tuntutan yang tinggi pada remaja yaitu belajar untuk mandiri. Di sisi lain kemandirian kadang di pandang orang tua sebagai tindakan melawan atau memberontak, sehingga di perlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan remaja Santrock (Siti, 2006). Stress pada remaja juga disebabkan karena tuntutan dari orang tua dan masyarakat. Orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus, tanpa melihat kemampuan si anak. Beban berat yang dialami remaja ini dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti sakit kepala, kurangnya nafsu makan, kecemasan yang berlebihan (Nasution, 2007).

3 Kondisi ekonomi keluarga yang rendah juga menimbulkan masalah bagi remaja. Usia remaja adalah usia dimana seseorang mempunyai banyak sekali keinginan, tidak mau kalah dengan teman-temannya. Mereka tidak mau kelihatan miskin di depan teman-temanya apalagi di depan pacarnya. Hal ini yang membuat tidak percaya diri, minder dan akhirnya mengalami stress. Hubungan antar remaja dan teman sebaya adalah hal yang utama dalam perkembangan remaja, para remaja diharap biasa mandiri, tidak dihubungkan lagi dengan orang tua. Remaja lebih membutuhkan dukungan dari teman-temannya dibandingkan dengan orang tua. Pada 120 remaja highscool di Amerika mengatakan bahwa perbedaan pendapat dengan orang tua sering terjadi, tuntutan orang tua dianggap sangat mengganggu, remaja takut tidak bisa memenuhi harapan orang tua. Sering terjadi ketegangan antara orang tua dan anak, laranganlarangan dari orang tua sering dilanggar oleh remaja. Remaja menganggap yang paling mengerti dirinya adalah teman-temannya (Nasution, 2007). Orang tua mempunyai fungsi dan peran yang amat penting bagi tahap-tahap perkembangan anak. Orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai Pembina pribadi yang pertama. Setiap reaksi emosi/sikap mental, kepribadian dan pemikiran di kemudian hari sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya. Kerapkali orang tua kurang memperhatikan hal-hal diatas, sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan adanya hubungan yang kurang mesra antara orang tua dan anak. Akibat kurang mesranya hubungan antara keduanya

4 membuat anak sulit untuk berkomunikasi. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak menyebabkan anak tidak mempunyai tempat untuk mengadu dan memberi rasa tenang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah, sehingga anak akan memendam masalah yang dihadapinya dan hal ini akan menekan jiwa dan perasaan anak, sehingga anak menjadi tertekan dan bila berlangsung khronis akan menyebabkan anak depresif. Setiawan (dalam Oktapriadi, 1998). Menurut Paryati (dalam Dien Anson 2009), Problematika yang sering di hadapi mahasiswa ketika belajar di perguruan tinggi adalah: 1) Kejenuhan dan Kemalasan Belajar di perguruan tinggi memakan waktu yang tidak sebentar. Hal ini sering kali mendatangkan rasa jenuh dan malas belajar. Belum lagi tuntunan kemandirian yang lain yang akan membawa pengaruh terhadap kehidupan psikis. 2) Ketidakmampuan mengelola waktu Waktu tak pernah kembali. itulah falsafah waktu. Efektifitas belajar di perguruan tinggi sangat bergantung pada bagaimana mahasiswa mengelola waktu tersebut. Dengan keterbatasan waktu tersebut mahasiswa dituntut untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 3) Kurang berminat pada mata kuliah atau dosen tertentu. Kurangnya minat pada matakuliah atau dosen tertentu dapat menjadi penghambat mahasiswa dalam belajar di perguruan tinggi. Demikian pula halnya dengan dosen, bila mahasiswa tidak suka dengan dosen

5 tersebut usahakan untuk tetap mengikuti perkuliahannya. Karena mahasiswa tidak mungkin menghindar dari dosen yang bersangkutan. Hilangkan perasaan tidak suka pada dosen tersebut. 4) Keuangan Kekurangan dan kelebihan uang akan menjadi problematik selama belajar di perguruan tinggi. Kekurangan uang akan menghambat mahasiswa dalam belajar karena tugas-tugas dan masalah yang berhubungan dengan finansial solusinya kurang dapat diatasi tanpa keuangan yang cukup. Sebaliknya kelebihan uang pun bisa menjadi masalah bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai banyak uang biasanya cenderung menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak penting (konsumtif). Fasillitas yang tersedia di kota besar sangat banyak, sehingga akan menjadikanya terlena dan lupa akan tugasnya sebagai mahasiswa. 5) Lingkungan pergaulan Keberhasilan belajar di perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan mahasiswa, jika mahasiswa bergaul pada lingkungan yang kondusif, tidak akan mengalami hambatan dalam belajar. Tetapi jika berada dalam pergaulan yang tidak kondusif, mahasiswa akan mengalami hambatan dalam belajar. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami drop out karena pengaruh lingkungan pergaulan.

6 6) Tempat kost Bagi yang berasal dari daerah lain atau kota lain, tempat kost adalah tempat yang sangat menentukan. Ditempat kost itulah mahasiswa akan belajar, istirahat dan bahkan bersosialisasi dengan lingkunganya. 7) Cinta dan pergaulan bebas Problematik yang paling banyak dialami oleh mahasiswa adalah masalah cinta. Jatuh cinta, pacaran, patah hati adalah siklus klasik, yamg hampir semua orang mengalaminya, termasuk mahasiswa. Namun dalam kenyataanya banyak pula mahasiswa yang mengalami hambatan belajar di perguruan tinggi hanya karena cinta. 3. Depresi a. Pengertian Depresi istilah yang makin akrab, yang barangkali juga makin sering dijumpai di masyarakat merupakan gangguan emosional yang mengganggu produktivitas penderitanya (Tapan, 2007). Davison, dkk (2006) mengatakan bahwa depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi adalah suatu gangguan kedaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian. Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan

7 (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan. Depresi mayor (major depression) adalah suatu gangguan suasana hati (a mood disorder) dimana individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat (demoralized), merasa terhina (self-derogatory) dan bosan. Individu dengan depresi mayor tidak merasa sehat, mudah kehilangan stamina, nafsu makan berkurang, lesu serta kurang gairah (Sadid, 2007). Depresi adalah kondisi mental yang ditandai oleh hati yang murung, sedih berkepanjangan, tidak nyaman, merasa bersalah, dan sering mengeluarkan air mata tanpa sebab yang jelas pula. Hal yang menambah kesulitan para penderita depresi adalah saat terserang depresi mereka juga sering mengalami gejala fisik, seperti lelah, sering sulit tidur, tidak bergairah, malas, dan enggan beraktivitas. Mereka terdiam, senang menyendiri, dan melamun tidak keruan. Bila ditanya sedang memikirkan apa, mereka tidak dapat menjelaskan apa yang dipikirkan, melainkan merasa seolah di hati ada yang mengganjal tanpa sebab jelas pula (Kompas, 2011). Menurut American Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain (Puji, 2008). Menurut Carella (2011), mahasiswa yang mengalami depresi biasanya tidak disebabkan oleh satu peristiwa, tetapi akumulasi dari berbagai

8 peristiwa yang menumpuk di mahasiswa, khususnya anak-anak. Sering kali, perasaan depresi terjadi jika mahasiswa merasa seperti dia tidak memiliki tempat di mana dia bisa mengungkapkan perasaan frustrasi atau marah. Diperkirakan bahwa sekitar 1 dari 33 siswa mungkin mengalami gejala depresi, dan di antara remaja, angka itu bisa setinggi 1 di setiap 8 siswa. Dan siswa yang mengalami depresi mungkin memiliki riwayat keluarga depresi. Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif, gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta bipolar. Gangguan depresif merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Gangguan depresif masuk dalam kategori gangguan mood, merupakan periode terganggunya aktivitas sehari-hari, yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala lainnya termasuk perubahan pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan konsentrasi, anhedonia (kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh diri. Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya (Depkes RI, 2007).

9 b. Etiologi Depresi hampir selalu dipicu oleh sejumlah pengalaman eksternal yang cocok dengan apa yang ada dalam jiwa, dan menjadi tidak normal ketika kondisi psikologis individu tak menampik peristiwa tersebut, baik secara sadar maupun tidak (Maurus, 2009). Depresi merupakan sekelompok penyakit gangguan alam perasaan dengan dasar penyebab yang sama. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap etiologi depresi, khususnya pada anak dan remaja menurut Stuart dan Sundeen (2006), disebabkan oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Adapun faktor predisposisi yaitu: 1) Teori Genetik Anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja. Dengan demikian, faktor gentik akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresi berat berkemungkinan menderita gangguan daripada sanak saudara dari derajat kedua. Sedangkan penelitian adopsi menemukan bahwa anak biologis dari orang tua yang menderita tetap berada dalam resiko menderita suatu gangguan alam perasaan walaupun mereka dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan (Wahyuningsih, 2000).

10 2) Pengalaman masa anak-anak Jika seorang anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, hidup dalam keluarga yang tidak harmonis maka akan menyebabkan goncangan emosi yang memicu respon fisiologis dan psikologis yang mengakibatkan depresi. 3) Faktor Kehilangan Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. 4) Faktor Kepribadian Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania. 5) Faktor Kognitif Teori-teori kognitif mementigkan pikiran-pikiran sadar remaja. Dua teori kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dari Piaget dan teori pemrosesan informasi. Psikolog Swiss tekenal, Jean Piaget ( ), menekankan bahwa remaja secara aktif mengkonstruksikan dunia kognitif mereka sendiri; informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget menekankan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukan

11 gagasan-gagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Sedangkan faktor presipitasi yang dapat menyebabkan depresi meliputi faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya : 1) Biologis Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit. Pendekatan biologis menemukan bahwa faktor genetis, sistem endokrin, dan neurotransmiter berperan dalam kemunculan depresi. Kemunculan depresi dalam prespektif biologi dapat dipahami bahwa kehidupan yang penuh stres mengaktifkan hormon stres, berefek luas pada sistem neurotransmitter khususnya serotonin, norepinephrine, dan circadian rhythms function (CRF). Pengaktifan hormon stres dalam jangka waktu lama akan mempengaruhi gen, menghasilkan perubahan jangka panjang pada struktur dan kimia di otak (Durand & Barlow, 2003). Pendapat lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi erat hubungannya dengan perubahan keseimbangan adrenergikasetilkolin yang ditandai dengan meningkatnya kolinergik, sementara dopamin secara fungsional menurun. 2) Psikologis Sampai saat ini tak ada sifat atau kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia dapat dan memang menjadi depresi dalam

12 keadaan tertentu. Tetapi tipe kepribadian dependen-oral, obsesifkompulsif, histerikal, mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya dengan menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan yang lainnya. Tidak ada bukti hubungan gangguan kepribadian tertentu dengan gangguan bipoler I pada kemudian hari. Tetapi gangguan distimik dan gangguan siklotimikberhubungan dengan perkembangan gangguan bipoler I di kemudian harinya. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta seseorang dan kehilangan harga diri. Salah satu pendekatan faktor psikologis adalah pendekatan psikodinamika. Pendekatan ini menekankan penyebab depresi sebagai rasa kehilangan dari suatu objek atau status. Proses hubungan antara orangtua dan anaknya merupakan sumber kehilangan, seperti : a). Perpisahan yang terjadi secara beruntun, missal dengan pengasuh, nenek, teman-teman dekat disamping orang tua dan saudara kandung. b). Kehilangan tiba-tiba, missal kematian orang dekat, dan dicintai seperti ayah, ibu, dan saudara kandung. c). Penolakan, missal pada anak yang lahir di luar perkawinan, kegagalan kontrasepsi, jenis kelamin anak yang tidak sesuai dengan harapan, anak mengalami cacat fisik maupun psikis.

13 d). Berkurangnya perhatian lingkungan, misalnya karena kelahiran adik atau datangnya orang baru. e). Depresi pada orang tua. Menurut Stuart (2006) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi psikis adalah : a). Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. b). Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri. c). Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka sukai. d). Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.

14 e). Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa tebeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat 3) Sosial Budaya Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan pekerjaan. Memahami depresi yang terjadi pada remaja memerlukan informasi mengenai pengalamannya pada masa remaja dan anak-anak. Ikatan antara ibu dan anak yang tidak memberikan rasa aman, tanpa rasa cinta dan kasih sayang dalam

15 pengasuhan anak, atau kehilangan salah satu orangtua pada masa anak-anak akan menciptakan set kognitif yang negatif. Skema kognitif yang negatif tersebut akan dibawa terus hingga mempengaruhi pengalamannya pada masa kehidupan selanjutnya. Pengalaman-pengalaman baru remaja putri yang berkaitan dengan kehilangan akan memicu munculnya depresi. Hubungan dengan keluarga atau teman sebaya berpengaruh pada munculnya depresi pada remaja. Orang tua yang mengalami depresi atau orang yang tidak hadir secara emosional, terlibat dalam konflik perkawinan, dan memiliki masalah ekonomi memunculkan depresi pada anak remaja mereka. Ketidakadaan hubungan yang dekat dengan sahabat, sedikitnya teman, dan penolakan dari teman sebaya dapat meningkatkan munculnya depresi pada remaja (Santrock, 2003). Berdasarkan penelitian Widosari (2010), depresi dapat membaik jika klinisi mengisi pada pasien yang terkena depresi suatu rasa pengendalian dan penguasaan lingkungan. Faktor lainnya yang menyebabkan depresi menurut Santrock (2003) adalah: 1) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan seperti kehilangan sesuatu, stress, mungkin bisa jadi variabel penyebab yang terpenting. Karena depresi dapat timbul pada keluarga, anak-anak yang depresi lebih sering ditemukan pada keluarga atau orang tua yang mengalami depresi

16 (lebih sering pada ibu). Interaksi ibu-ibu yang depresi pada anakanaknya bisa berakibat negatif. Pengalaman awal (hilangnya kasih sayang orang tua atau ketidakmampuan mendapatkan kepuasan melalui hasil keringat sendiri) mungkin juga menjadikan seseorang rentan terhadap depresi dikemudian hari. Dilaporkan bahwa orang tua dengan gangguan afektif cenderung akan selalu menganiaya atau menelantarkan anaknya dan tidak mengetahui bahwa anaknya menderita depresi sehingga tidak berusaha untuk mengobatinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah sanak saudara, status sosial keluarga, perpisahan orang tua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur keluarga banyak berperan dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan psikopatologi anak dibandingkan ayah yang mengalami depresi. Ada hubungan yang siginifikan antara riwayat penganiayaan fisik atau seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. Depresi juga bisa muncul karena salah asuh di rumah. Anak yang mendapat perlakukan tidak mengenakan dari orangtua cendrung mudah marah dan tidak puas. Tapi anak tidak tahu cara pelampiasannya sehingga mereka melampiaskan ke dirinya sendiri.

17 Contoh perlakuan orang tua yang tidak mengenakan adalah terlalu menuntut, selalu menyalahkan, tidak menghargai, atau sering berkata/berlaku kasar. Jika perlakuan seperti ini terus menerus diterima anak sementara lingkungan sosial maupun sekolah juga menyudutkannya maka anak bisa mengalami depresi. Di sekolah maupun lingkungan pergaulan lainnya anak-anak juga bisa mengalami berbagai kekecewaan misalnya anak sebaya umumnya sudah bisa melakukan sesuatu. Kalau ternyata anak tidak bisa, maka ia akan diejek oleh teman-temannya. Hal ini akan membuat dia kesal dengan dirinya sendiri. Dia akan bertanya-tanya kenapa dia bisa melakukan seperti yang orang lain lakukan. Akibatnya si anak menjadi tidak percaya diri dan akhirnya depresi. Penelitian pada mahasiswa fakultas kedokteran telah melaporkan hubungan frustrasi mahasiswa dengan kurangnya dukungan sosial sekolah mereka dan jumlah waktu untuk istirahat dan relaksasi tidak memadai.(morrison, 2001., Aktekin, 2001., Ball, 2002., dan Stewart 1999). Tanggung jawab dan masalah keuangan juga ditemukan sebagaisumber stres yang signifikan untuk mahasiswa kedokteran. (Morrison, 2001). Stewart(1999) mengemukakan bahwa hilangnya kesempatan untuk bersosialisasi danberekreasi memberikan kontribusi terhadap tingkat stres yang

18 lebih tinggi,prestasi akademik yang kurang baik dan menunjukkan gejala depresi yang lebihbanyak pada mahasiswa kedokteran di tahun terakhir kuliah. 2) Penelitian kembar Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipolar pada anak kembar monozigotik persen; untuk gangguan depresi berat angka kesesuaiannya 50 persen. Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah kira-kira 5-25 persen untuk gangguan bipoler I dan persen untuk gangguan depresi berat (Widosari, 2010). c. Gejala Gejala psikologis yang menyertai depresi klinis sangat luas. Hal ini dipengaruhi suasana hati, perilaku, serta pola pikir. Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa depresi dapat menimbulkan gejala fisik seperti rasa sakit dan nyeri yang tidak jelas penyebanya. Gejala depresi tersebut adalah: 1) Dipenuhi oleh pikiran negative 2) Merasa memiliki masa depan suram 3) Merasa tidak tenang dan mudah tersinggung 4) Cepat merasa lelah, tidur tidak tenang 5) Pola makan tidak normal yang mengarah bertambah atau berkurangnya berat badan

19 6) Menjadi sangat perasa dan sering menangis 7) Sulit berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mengingat sesuatu 8) Motivasi yang rendah, kehilangan minat melakukan hal yang biasanya di sukai 9) Rasa bersalah dan tidak berharga 10) Gelisah (gejala jiwa dan fisik sebagai antisipasi terhadap bahaya nyata atau hanya dalam bayangan) 11) Merasa tidak mampu atau tidak berdaya 12) Merasa suasana hati tidak akan pulih kembali 13) Rasa sakit dan nyeri fisik tanpa penyebab yang jelas rasa ingin mencelakakan diri sendiri, rasa ingin atau berusaha bunuh diri (Spencer dan Allan Young, 2010). d. Instrumen Pengukuran Tingkat Depresi Dalam mengukur tingkat depresi menggunakan Instrumen Beck Depresi Inventory (BDI) yang dirancang oleh Beck (1996), merupakan skala pengukuran tingkat depresi yang dapat digunakan sebagai instrument penyaringan di komunitas dan klinik. Instrumen ini terdiri dari 21 item gejala depresi, 15 diantaranya menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala somatik. Setiap gejala diranking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63, nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat. 21 item tersebut memuat tentang kesedihan,

20 pesimisme, perasaan gagal, perasaan tidak puas, perasaan bersalah atau berdosa, perasaan dihukum, rasa benci pada diri sendiri, mudah tersinggung, menarik diri dari lingkungan social, tidak mampu mengambil keputusan, penyimpangan citra tubuh, kelambanan dalam bekerja, menangis, gangguan tidur, kelelahan, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kecemasan fisik dan penurunan libido. Klasifikasi nilainya menurut beck, et.al (1996) adalah sebagai berikut: a. Nilai 0-13 menunjukkan tidak ada gejala depresi. b. Nilai menunjukkan adanya depresi ringan. c. Nilai menunjukkan adanya depresi sedang. d. Nilai menunjukkan adanya depresi berat. Dalam penelitian ini tingkat depresi dikelompokkan menjadi 2 yaitu nilai 0-13 menunjukkan tidak depresi dan menunjukkan bahwa responden mengalami depresi.

21 B. Kerangka Teori Faktor-faktor penyebab depresi : 1.Genetik 2.Biokimia 3.Lingkungan 4.Biologis 5.Psikologis 6.Sosial budaya Mahasiswa semester VI Depresi Gejala-gejala depresi : a. Dipenuhi oleh pikiran negative b. Merasa memiliki masa depan suram c. Merasa tidak tenang dan mudah tersinggung d. Cepat merasa lelah, tidur tidak tenang e. Pola makan tidak normal yang mengarah bertambah atau berkurangnya berat badan f. Menjadi sangat perasa dan sering menangis g. Sulit berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mengingat sesuatu h. Motivasi yang rendah, kehilangan minat melakukan hal yang biasanya di sukai i. Rasa bersalah dan tidak berharga j. Gelisah (gejala jiwa dan fisik sebagai antisipasi terhadap bahaya nyata atau hanya dalam bayangan) k. Merasa tidak mampu atau tidak berdaya l. Merasa suasana hati tidak akan pulih kembali m. Rasa sakit dan nyeri fisik tanpa penyebab yang jelas rasa ingin mencelakakan diri sendiri, rasa ingin atau berusaha bunuh diri Gambar 1. Kerangka Teori Sumber : From Roy, C.,dan Andrew, H. A The Roy Adaptation Model.

22 C. Kerangka Konsep Variabel independent Variable dependent Faktor Penyebab Depresi: 1. Lingkungan 2. Psikologis 3. Sosial Budaya Depresi pada mahasiswa semester VI: a. Depresi b. Tidak depresi Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesis H1 : Ada pengaruh faktor lingkungan terhadap tingkat depresi pada mahasiswa semester VI di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. H2 : Ada pengaruh faktor psikologi terhadap tingkat depresi pada mahasiswa semester VI di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. H3 : Ada pengaruh faktor sosial budaya terhadap tingkat depresi pada mahasiswa semester VI di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id MOOD DISORDER DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN & KARAKTERISTIK UTAMA gangguan yang melibatkan emosi yang berlebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling penting, karena pada masa ini

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan Pendekatan Umum Menuju Pemulihan P roses terjadinya gangguan jiwa berlangsung secara pelan pelan dan bertahap. Prosesnya bisa berlangsung berminggu-minggu hingga bertahun-tahun. Sering gejala awal dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang pasti akan mengalami kesulitan hidup, terkadang hal tersebut menjadi penyebab beberapa orang mengalami putus asa dan membuatnya depresi. Depresi menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Pedurungan Kidul RW IV Semarang. RW IV ini terdiri dari 5 RT dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, sejumalah faktor psikososial seperti stress, depresi, kelas sosial, dan kepribadian tipe A dimasukkan dalam faktor risiko klasik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung hingga dewasa. Proses mencapai dewasa inilah anak harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA 0 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PUSPA WARDANI F 100 000 066 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas perkembangan yang utama dari seorang wanita adalah hamil dan melahirkan seorang anak, dan kemudian membesarkannya. Kehamilan adalah masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi merupakan gangguan mental umum yang dikarakteristikkan dengan perasaan tertekan, kehilangan minat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani hidup, setiap manusia akan menemui berbagai permasalahan. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik Respon Perilaku Terhadap Stimuli Emosional Fight vs Flight Fight and Flight Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan depresi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun, sedangkan bunuh diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasuh Skizofrenia Selama 50 tahun terakhir, munculnya perawatan berbasis komunitas, penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa dukungan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana anak mengalami pola disiplin dan tingkah laku afektif. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melahirkan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita. Berbagai reaksi ibu setelah melahirkan akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tingkat emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

PENGANTAR. Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi

PENGANTAR. Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi Lampiran 1 PENGANTAR Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Dalam rangka menyusun tugas akhir, saya membutuhkan bantuan Bapak/Ibu untuk meluangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern saat ini semua individu pasti mengalami fase mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia dan hal itu sudah sewajarnya terjadi dan

Lebih terperinci

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d KEHILANGAN & BERDUKA Oleh Mfm Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang perempuan yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum perempuan menganggap kehamilan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: CITA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan ataupun kasus tawuran dan keributan antara pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENENTUAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RSJD PROP. SUMATERA UTARA 2010 Berilah tanda X pada nilai yang saudara pilih!! Nilai 0 : Tidak pernah sama sekali 1 : Kadang-kadang 2 : Cukup sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci