BAB I PENDAHULUAN. commit to user
|
|
- Agus Tanudjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada implementasi Kurikulum 2013 perlu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Standar proses yang semula berfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dituntut lebih lagi dilengkapi dengan aspek mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Proses pembelajaran dirancang dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada siswa (student centered learning). Pembelajaran tidak hanya berfokus pada hasil, melainkan proses. Tuntutan pengembangan Kurikulum 2013 berlaku pada semua bidang mata pelajaran termasuk biologi. Pembelajaran biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam atau biologi yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungannya. Pembelajaran biologi idealnya tidak hanya menekankan hasil belajar pada ranah kognitif saja, melainkan juga pada ranah psikomotorik, dan afektif (Rustaman, 2005:91). Kedudukan hasil belajar dalam biologi secara keseluruhan dapat dijabarkan sebagai berikut: hasil belajar kognitif yang berupa pengetahuan maupun pemahaman terhadap suatu konsep, hasil belajar psikomotorik yang ditunjukkan dari keterampilan proses untuk mendapatkan pengetahuan, dan hasil belajar afektif yang merupakan sikap siswa terhadap pembelajaran maupun sikap terhadap pengetahuan yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran (Wenno, 2008:10). Pembelajaran biologi bertujuan untuk memberi pengalaman langsung kepada siswa dengan mengembangkan pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah, pemahaman konsep, dan aplikasinya. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori, dan hukum-hukum sedangkan proses sains meliputi serangkaian kegiatan ilmiah yang akan membentuk sikap ilmiah (Wenno, 2008:2). commit to user 1
2 digilib.uns.ac.id 2 Kenyataan yang sering dijumpai di sekolah-sekolah adalah siswa terbiasa menerima konsep dan belajar pada domain kognitif yang rendah (Silberman, 2001:3). Pembelajaran bersifat satu arah, guru menjelaskan konsep-konsep, siswa hanya duduk dan mendengarkan. Pembelajaran masih bersifat teacher centered. Proses pembelajaran yang mengajak siswa untuk dapat mengembangkan hasil belajar sains secara proporsional masih sangatlah kurang. Siswa menjadi obyek pendidikan tanpa memperhatikan berbagai karakteristik dan emosi yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa menjadi kurang termotivasi, pasif, dan bosan. Keterampilan proses kurang diberdayakan dan hasil belajar biologi siswa kurang. Berdasarkan data PISA (Programme for International Student Assessment) 2009 yang dirilis dalam PISA 2009 Science Literacy Results prestasi literasi sains Indonesia masih tergolong rendah yaitu menduduki peringkat ke-60 dari 65 negara. Tahun 2012 Indonesia mengalami penurunan peringkat yaitu menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan keterampilan proses yang mendukung keberhasilan proses sains masih sangatlah kurang. Keterampilan proses sains yang meliputi kegiatan observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, berkomunikasi, dan melaksanakan percobaan belum terbiasa dilakukan siswa. Hasil observasi dan wawancara terkait dengan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMP Negeri 2 Tangen diperoleh skor sebesar 88,66% dan terdapat gap sebesar 14,4%, gap terdiri dari standar proses sebesar 3,7%, standar penilaian sebesar 3,71%, dan standar pendidik dan standar kompetensi kelulusan sebesar 2,78%. Berdasarkan nilai gap menunjukkan perlunya perbaikan pada standar proses. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu bukti masih kurangnya hasil belajar biologi didukung oleh data hasil analisis ujian nasional SMPN commit 2 to Tangen user Tahun Pelajaran 2012/2013
3 digilib.uns.ac.id 3 menunjukkan persentase penguasaan materi berkaitan dengan kompetensi dasar Sistem peredaran darah manusia sebesar 33,50% di tingkat sekolah, 40,60% di tingkat kabupaten dan 42,47% di tingkat provinsi dan 48,50% di tingkat nasional (BSNP, 2013). Rendahnya persentase penguasaan materi menunjukkan bahwa masih kurang dipenuhinya indikator-indikator yang menjadi tujuan dalam pembelajaran. Adanya permasalahan berkaitan dengan hasil belajar disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain motivasi, minat, dan kemampuan berpikir siswa. Faktor eksternal adalah faktor dari luar yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa meliputi lingkungan belajar siswa, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, dan alat pengajaran (Slameto, 2003:32). Fakta lain yang ditemukan di SMPN 2 Tangen terkait pembelajaran biologi adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran. Proses belajar mengajar di kelas masih berlangsung secara teacher centered, verbalistik atau masih didominasi metode ceramah, guru belum mengelompokan siswa (klasikal), guru kurang melatih pembelajaran menggunakan soal-soal pemecahan masalah, guru hanya menjelaskan produk dan sedikit proses, alasannya adalah padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan sesuai tuntutan kurikulum. Akibatnya dalam pembelajaran: 1) Siswa hanya memperhatikan penjelasan dari guru tanpa terlibat secara keseluruhan dalam proses pembelajaran (pasif), siswa mempelajari biologi dengan cara menghafal; 2) Siswa belajar secara individual, sehingga tidak ada interaksi antar siswa; 3) Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan pengalaman belajar siswa rendah, ketika siswa dihadapkan pada soal-soal pemecahan masalah (C4,C5) siswa tidak mampu menyelesaikan masalah dengan baik. commit to user
4 digilib.uns.ac.id 4 Hasil analisis terhadap bahan ajar yang digunakan guru dan siswa adalah buku paket biologi yang beredar di pasaran. Sajian buku yang digunakan hanya berisi materi dan soal yang level berpikir masih rendah, kurang mendorong siswa untuk membangun pengetahuan melalui proses pemecahan masalah secara kelompok. Analisis terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) bahwa LKS yang digunakan siswa hanya menggunakan LKS yang sudah disediakan pada buku teks sebagai bahan kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Padahal LKS tersebut sebenarnya bukanlah LKS yang benar-benar secara maksimal membantu siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif menuangkan ide-idenya serta memadukan aktivitas fisik dan mental mereka dalam proses pembelajaran, karena hanya menyajikan soal-soal latihan untuk dijawab oleh siswa secara tertulis saja. Masih sangat minim LKS yang secara kreatif dirancang oleh masing-masing guru dengan tujuan untuk mengkolaborasikan aktivitas fisik dan mental siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemukan tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, proses pembelajaran terkesan monoton, dan keberhasilan pembelajaran menjadi rendah. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran berkaitan dengan standar proses adalah dengan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran melalui teknik, strategi, metode, pendekatan yang digunakan oleh guru. Teknik, strategi, metode, dan pendekatan terkandung dalam model pembelajaran tertentu (Hamruni, 2012:5-7). Guru sebagai penanggung jawab perencanaan pembelajaran harus memiliki kemampuan memilih dan menerapkan model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan hasil belajar sains secara keseluruhan. Model pembelajaran yang diterapkan juga diharapkan dapat mengelola faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh pada proses belajar siswa. Perlu model pembelajaran inovatif yang dapat mendidik siswa dalam kemampuan menyelesaikan masalah dan melatih interaksi antar siswa. Model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) adalah model pembelajaran berbasis pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya commit to user masalah. Model DLPS juga dikenal
5 digilib.uns.ac.id 5 dengan model pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dalam model ini menyangkut proses mempertimbangkan berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi (Yuari, 2009). Siswa didorong untuk mampu menggali, mendapatkan data-data konkret, mengolah informasi yang diperoleh serta menarik kesimpulan berdasarkan faktafakta yang ada (Ilahi, 2010: 33). Siswa dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sintaks model DLPS yaitu: 1) identifikasi; 2) deteksi kausal; 3) solusi tentative; 4) pertimbangan solusi; 5) analisis kausal; dan 6) deteksi kausal lain. Model DLPS memiliki kelebihan diantaranya: memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan bertindak kreatif, merangsang perkembangan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dengan tepat, dan meningkatkan hasil belajar. Namun model pembelajaran DLPS memiliki kelemahan yaitu memerlukan waktu dan perencanaan yang matang (Yuari, 2009). Kurang memfasilitasi dan kerjasama dalam kelompok. Akibatnya siswa yang memiliki kemampuan pemahaman tinggi akan lebih mendominasi dan lebih cepat menguasai konsep, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan pemahaman rendah akan semakin tertinggal (Callahan, 1992:296; Ajaja, 2013:20l). Artinya dalam model DLPS pembelajaran siswa masih individual dan kurang melatih kerjasama antar siswa. Kelemahan dari proses pembelajaran DLPS tersebut dapat diatasi dengan memadukannya dengan unsur pembelajaran lain yang sesuai. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan pembelajaran DLPS yaitu Numbered Head Together (NHT). NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Struktur pembelajaran yang dikembangkan oleh Kagen (1993) ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil commit dan lebih to user dicirikan oleh penghargaan kooperatif
6 digilib.uns.ac.id 6 dari pada penghargaan individual. Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000:25). Kelebihan dari model NHT diantaranya: rasa percaya diri menjadi lebih tinggi, konflik antar pribadi berkurang, dan melatih kerjasama dalam kelompok. Hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga siswa dapat belajar lebih cepat dan dapat terjadi pemerataan antar siswa. Suasana belajar lebih menyenangkan dapat tercipta dan tejadi interaksi yang aktif antar guru dengan siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung efektif. Oleh karena itu, perlu diterapkan model pembelajaran perpaduan dari model pembelajaran DLPS dan NHT yang dapat saling melengkapi satu sama lain menjadi model pembelajaran. Model NHT mempunyai sintaks yaitu: 1) penomoran (numbering); 2) pengajuan pertanyaan; 3) berpikir bersama; 4) pemberian jawaban; 5) kuis individual; dan 6) penghargaan (reward). Kelemahan dari model NHT antara lain: kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi, tidak semua anggota kelompok dipanggil guru, dan tingkat pemahaman materi dalam pemecahan masalah rendah. Akibatnya kemampuan siswa dalam menghadapi soal-soal pemecahan masalah tidak mampu menyelesaikan dengan baik. Kelemahan dari NHT dapat dilengkapi dengan kelebihan dari model pembelajaran DLPS yaitu melatih siswa berpikir kreatif menyelesaikan suatu masalah/memecahkan masalah. Sebaliknya kelemahan dalam model DLPS yang masih individual dapat dilengkapi dengan menggunakan kelebihan dari model NHT yang melatih kerjasama antar siswa. Perpaduan kedua model pembelajaran diharapkan dapat saling melengkapi kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran DLPS dan model pembelajaran NHT. Mengubah paradigma pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered, sehingga siswa dapat berpikir kreatif dalam pemecahan masalah dan berinteraksi dengan kelompok serta dapat meningkatkan hasil belajarnya secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang, menunjukkan bahwa pengembangan perangkat dengan model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, sehingga mendorong peneliti commit untuk to melakukan user penelitian dengan judul
7 digilib.uns.ac.id 7 Pengembangan Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving dipadu dengan Numbered Head Together Pada Materi Peredaran Darah Manusia Kelas VIII SMPN 2 Tangen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik pengembangan produk model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT untuk meningkatkan hasil belajar SMPN 2 Tangen? 2. Bagaimanakah kelayakan produk model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT untuk meningkatkan hasil belajar SMPN 2 Tangen? 3. Bagaimanakah keefektifan produk model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT untuk meningkatkan hasil belajar SMPN 2 Tangen? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik pengembangkan model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Tangen. 2. Menguji kelayakan dari model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Tangen. 3. Menguji keefektifan model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Tangen. D. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan berupa model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT. Model pembelajaran ini merupakan perpaduan dua sintaks model pembelajaran yaitu model pembelajaran pemecahan masalah dan pembelajaran kooperatif. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan memasukkan kegiatan DLPS ke dalam tahapan NHT sehingga menjadi satu keterpaduan yang utuh. Pengembangan model pembelajaran yang dilakukan meliputi enam komponen model commit pembelajaran to user yaitu: 1) rasional teoritis logis
8 digilib.uns.ac.id 8 (teori dan pemikiran yang mendasari); 2) tingkah laku pembelajaran (langkah-langkah/sintaks); 3) sistem sosial; 4) peran dan tugas guru; 5) sistem pendukung; dan 6) dampak instruksional dan dampak pengiring. Berbeda dengan pembelajaran pemecahan masalah pada umumnya, pembelajaran ini juga mengelola lingkungan belajar siswa dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada kegitan yang dapat melatih keterampilan proses sains siswa. Adanya prinsip belajar kelompok secara kolaboratif lebih baik daripada belajar secara individu dapat membantu siswa untuk mendapatkan pemerataan konsep, sehingga tidak ada dominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi. Penghargaan bagi setiap karakteristik individu memungkinkan siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, penerapan teknik untuk meningkatkan memori juga menjadi salah satu tahapan dalam model pembelajaran ini, sehingga konsep yang diperoleh siswa setelah memecahkan masalah dapat terus diingat siswa. Selain produk model pembelajaran DLPS yang dipadu NHT, pengembangan juga dilengkapi dengan perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, LKS berupa lembar kerja siswa, panduan lembar kerja untuk guru, instrumen evaluasi, dan video pembelajaran. Video pembelajaran merupakan salah satu media yang membantu guru dalam kegiatan pembelajaran, membangkitkan keinginan dan minat baru sehingga hasil belajar siswa meningkat. E. Pentingnya Pengembangan Pentingnya dilakukan pengembangan model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT ini adalah: 1. Bagi siswa a. Meningkatkan keaktifan, pembangunan mental, dan pemahaman terhadap pembelajaran khususnya dalam materi mata pelajaran biologi. b. Memotivasi siswa untuk belajar lebih efektif dan menyenangkan. commit to user
9 digilib.uns.ac.id 9 c. Meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Bagi guru a. Sebagai wacana untuk guru mengembangkan perangkat pembelajaran biologi yang disesuaikan dengan berjalannya pembelajaran berdasarkan Kurikulum b. Sebagai media pembelajaran alternatif bagi guru dalam pembelajaran biologi. 3. Bagi sekolah a. Memberikan acuan dan informasi dalam pengembangan perangkat pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. F. Asumsi dan Keterbatasan Dalam penelitian pengembangan model pembelajaran DLPS dipadu dengan NHT ini terdapat asumsi dan keterbatasan sebagai berikut : 1. Asumsi Penelitian Penelitian pengembangan model pembelajaran DLPS dipadu NHT dikembangkan berdasarkan asumsi masih kurang dilatihnya keterampilan proses sains dan kurangnya motivasi belajar siswa. Analisis SNP di SMP Negeri 2 Tangen menunjukkan masih kurangnya pengelolaan standar proses. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan model pembelajaran yang sesuai. 2. Keterbatasan Penelitian Pengembangan model pembelajaran DLPS dipadu NHT hanya sesuai untuk materi biologi tertentu, yaitu pada konsep yang dapat dieksperimenkan. G. Definisi Istilah Definisi istilah dalam penelitian pengembangan ini antara lain: 1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis commit dalam to mengorganisasikan user pengalaman belajar
10 digilib.uns.ac.id 10 untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Winataputra (dalam Sugiyanto, 2008). 2. Double Loop Problem Solving (DLPS) adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah (Yuari, 2009). 3. Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). 4. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa mengalami pengalaman belajar. Hasil belajar sains meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif (Sudjana, 2010:22). commit to user
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan demikian akan menimbulkan perubahan
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa. Pembelajaran menurut Siregar dan Nara (2010) merupakan interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang terus-menerus melakukan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Salah satu yang mendapat sorotan yaitu pada sektor pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam dan dijelaskan ke dalam bahasa matematika. Karakteristik ilmu fisika seperti Ilmu Pengetahuan Alam lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya dan usaha untuk menjadikan masyarakat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga memiliki kemampuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajah dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, maju mundurnya kualitas manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Adapun tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu bangsa. Pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan bagian utama dari suatu sistem pendidikan. Belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam individu sebagai akibat interaksi individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya
Lebih terperinciTESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S
0 EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) YANG DIMODIFIKASI PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses berpikir. Belajar menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan memiliki daya saing yang tinggi. Salah satu elemen yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap positif pada diri peserta didik terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad 21, persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang pendidikan khususnya pendidikan sains yang sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa yang disebut dengan IPA membutuhkan sebuah pengalaman langsung, agar tujuan dari pembelajaran IPA tersebut dapat tercapai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi adalah salah satu bidang ilmu (science) yang mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Maka dalam mempelajarinya dibutuhkan fakta, realita,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan
Lebih terperinci2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Nuh pada hakikatnya bertujuan untuk menghilangkan tiga penyakit masyarakat yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan peradaban (Kompas, 2015).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Kalimat tersebut adalah bunyi pasal 31 ayat (1) UUD 1945. Pendidikan yang layak adalah pendidikan yang mementingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan tempat yang sangat strategis dalam pembangunan di negara kita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses tumbuh dan berkembangnya pendidikan sekarang ini, membawa suatu kenyataan bahwa hampir di semua negara baik yang telah maju maupun yang sedang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,terut a-ma di sekolah sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,terut a-ma di sekolah sekolah formal. Mengingat begitu pentignya peran matematika dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Hal ini
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Hal ini terbukti dalam data mengenai hasil buruk yang dicapai dunia pendidikan Indonesia pada beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan akan membentuk manusia yang berkualitas dan berpotensi tinggi.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciMengingat pentingnya bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan perlu. mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia pun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yakni belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran memiliki hakikat perancangan atau perencanaan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa, sehingga siswa tidak hanya berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini pendidikan masih belum lepas dari berbagai permasalahan. Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif perkembangan tersebut dengan terus munculnya inovasi-inovasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh: ANDIK SUMAWAN A.
IMPLEMENTASI METODE NHT (Numbered Head Together) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa VIIC di SMPN 3 Colomadu tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang sedang coba diterapkan oleh pemerintah ke beberapa sekolah sasaran saat ini yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar guru dalam membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Julianto, 2011). Guru hanya bertugas sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jika ditelisik pencapaian prestasi belajar IPA (biologi) siswa Indonesia menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru merupakan pendidik profesional. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, tugas utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyenangkan dan berpusat pada siswa semestinya harus selalu dilakukan seorang guru. Siswa antusias mengacungkan
Lebih terperincia. Kedua lembaga sama-sama menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan b. Kedua lembaga mementingkan suksesnya pembelajaran dengan bukti
207 Dari kedua temuan di atas, dapat disimpulkan persamaan kedua lokasi adalah sebagai berikut: a. Kedua lembaga sama-sama menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan baik yang terlihat dalam kegiatan pembiasaan
Lebih terperinciKata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar
PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas
Lebih terperinciIMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah, orang tua, maupun masyarakat, karena pembelajaran matematika di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan yang memliki peran yang sangat penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan
Lebih terperincidepan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan sadar dan bertujuan, maka pelaksanaannya berada dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara manusia untuk menggunakan akal /rasional mereka untuk jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yang akan datang
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KONSEP KLASIFIKASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta) DI KELAS VII B MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN STRATEGI STAD DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar untuk mengembangkan dirinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinci