BAB I PENDAHULUAN. Havinghurst (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa individu dewasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Havinghurst (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa individu dewasa"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa madya merupakan masa transisi dari dewasa awal menuju masa lanjut usia. Dewasa madya atau yang sering diistilahkan usia paruh baya dialami oleh individu yang berusia antara 40 sampai 60 tahun. Secara spesifik masa ini terbagi ke dalam dua subbagian, yaitu: usia madya dini yang membentang antara usia 40 hingga 50 tahun dan usia madya lanjut yang membentang antara usia 50 hingga 60 tahun (Hurlock, 1999). Havinghurst (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa individu dewasa madya memiliki sejumlah tugas perkembangan yang harus diselesaikannya sepanjang rentang kehidupan. Salah satu tugas perkembangan tersebut adalah penyesuaian terhadap perubahan fisik yang tentunya akan terjadi seiring dengan meningkatnya usia yaitu menopause yang terjadi pada wanita dan andropause pada pria (Papalia, Olds dan Feldman, 2007). Dibandingkan dengan menopause, andropause pada pria umumnya terjadi perlahan dan sangat lambat sehingga seringkali gejala fisik dan psikologis yang muncul tidak terlalu kelihatan ataupun terkadang bagi beberapa pria tidak menimbulkan gejala. Selain itu, Kebanyakan wanita relatif lebih sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan pola hidup yang datang bersamaan dengan masa menopause dibandingkan pria (Hurlock, 1999). Menopause merupakan peristiwa alamiah yang pasti akan dialami setiap wanita dan tidak dapat dihindari. Namun bagi sebagian wanita, menopause 1

2 2 dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Munculnya kekhawatiran yang berlebihan itu menyebabkan wanita sulit menjalani masa ini. Pada masa ini, wanita memasuki masa transisi yaitu peralihan dari periode reproduktif menuju non-reproduktif dan wanita dapat dikatakan mengalami menopause bila siklus menstruasinya telah berhenti selama satu tahun (Kasdu, 2002). Usia wanita memasuki masa menopause cukup bervariasi antara usia 45 tahun sampai 55 tahun dengan rata-rata usia 51 tahun dan datangnya menopause juga merupakan pertanda terjadinya masa transisi yang biasanya diiringi dengan perubahan fisik dan psikologisnya (Jones, 2007). Perubahan yang terjadi selama masa transisi inilah yang membutuhkan penyesuaian dan tidak semua wanita dapat menyesuaikan diri dengan baik selama menopause. Menurut Ibrahim (2005) sebagian orang memandang menopause sebagai masa kritis karena pada masa ini wanita mengalami penurunan jumlah hormon estrogen yang nantinya akan menyebabkan perubahan-perubahan fisik yang bersifat eksternal. Perubahan-perubahan fisik yang bersifat eksternal dapat dilihat dari perubahan penampilan kewanitaan yang menurun seperti payudara tidak kencang, bibir dan kulit menjadi kering dan kurang halus, rambut beruban, menipis dan mudah rontok, selaput bening mata menjadi lebih kering, lekuk tubuh menjadi rata, dan tubuh relatif menjadi lebih gemuk (Maspaitella, 2006). Selain mengalami perubahan fisik, menurut Gulli (dalam Longe, 2002) beberapa wanita juga merasakan gejala-gejala fisik yang menyertai menopause seperti rasa panas (hot flush) yang biasanya terjadi pada leher, wajah serta bagian

3 3 atas dada, keluarnya keringat yang terlalu berlebih, sulit tidur, iritasi pada kulit, kekeringan vagina, mudah lelah, sakit kepala, dan jantung berdebar kencang. Perubahan dan gejala fisik yang terjadi ketika menopause seringkali juga disertai dengan beberapa gejala psikologis. Papalia (2007) mengungkapkan bahwa gejala-gejala psikologis yang muncul dapat meliputi stres, frustasi, dan adanya penolakan terhadap menopause. Hurlock (1999) juga menyatakan bahwa pada masa menopause wanita menjadi lebih mudah tersinggung, tertekan, gelisah, gugup, kesepian, tidak sabar, gangguan konsentrasi, tegang, cemas, bahkan depresi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Maartens (dalam Novi & Ross 2007) yang menyatakan bahwa dari hasil self report yang berkaitan dengan depressed mood pada wanita menopause ditemukan bahwa 36% wanita premenopause, 47% wanita perimenopause, dan 46% postmenopause mengalami depressed mood. Penelitian yang dilakukan oleh Robertson (dalam Christiani, 2000) di Menopause Clinic Australia juga menemukan bahwa dari 300 pasien usia menopause terdapat 31,3 % pasien mengalami kecemasan dan depresi. Kecemasan dan depresi yang dialami wanita menopause umumnya berkaitan dengan kesulitan-kesulitan emosi yang mereka alami pada saat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan hormon dan psikologis yang terjadi selama menopause (Becker, Orr, Weizman, 2007). Simptom depresi yang terjadi selama menopause berkaitan juga dengan sikap yang negatif terhadap menopause yang berujung pada rendahnya harga diri pada wanita. Wanita yang memiliki sikap negatif terhadap menopause seperti merasa tua, kurang menarik, dan tidak

4 4 nyaman dengan gejala menopause yang muncul seringkali dikaitkan dengan munculnya banyak keluhan selama menopause dibandingkan dengan wanita dengan sikap positif. Begitu juga wanita dengan harga diri yang rendah menunjukkan penyesuaian diri yang lebih sulit terhadap menopause dibandingkan dengan wanita dengan harga diri yang tinggi. Mereka lebih sering mengalami kecemasan terkait dengan gejala-gejala menopause. Selain itu, mereka juga kurang percaya diri dan lebih sering mengeluhkan berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya (Lee, Kim, Park, Yang, Ko, dan Joe 2010). Berger (1999) mengungkapkan bahwa saat ini masih banyak orang yang menganggap menopause sebagai suatu masalah terkait dengan munculnya berbagai gejala fisik dan psikologisnya. Bagi beberapa wanita yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik selama menopause, kondisi ini akan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraannya. Kesejahteraan sering diistilahkan dengan well-being. Pimenta (2011) melalui hasil penelitiannya tentang menopause dan well-being pada 1003 wanita menopause menemukan bahwa depressive mood yang merupakan simptom menopause secara signifikan berkaitan dengan penurunan well-being seseorang. Selain itu stress dan pengalaman hidup yang negatif terkait krisis usia paruh baya juga memberi pengaruh yang besar terhadap well-being seseorang. Well-being sendiri diartikan sebagai fungsi optimal yang dimiliki individu (Ryan & Deci, 2001). Menurut Ryff (1989), well-being itu sendiri terkait dengan fungsi psikologi positif yang selanjutnya disebut sebagai psychological wellbeing. Psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari

5 5 potensi individu dimana individu dapat menerima masa lalunya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, menunjukkan sikap mandiri, mampu membina hubungan yang positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya, memiliki tujuan dalam hidup, serta mampu mengembangkan pribadinya. Menurut Keyes, Shmotkin & Ryff (2002), psychological well-being juga tidak hanya sebatas adanya kepuasan hidup dan keseimbangan antara afek positif dan negatif, namun juga berkaitan dengan pengalaman-pengalaman hidupnya. Psychological well-being pada seseorang dapat dilihat dari keenam dimensinya yaitu memiliki penerimaan terhadap diri sendiri, mandiri, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, penguasaan terhadap lingkungan, memiliki tujuan dan arti hidup serta mampu mengembangkan potensi dalam dirinya (Ryff dalam Papalia, 2007) Kenyataannya, tidak semua wanita yang mengalami menopause merasakan dampak negatif dari berbagai gejala fisik dan psikologis seperti yang disebutkan sebelumnya. Beberapa wanita menganggap menopause sebagai hal yang normal dalam hidupnya. Mereka justru menemukan kesenangan selama menopause, salah satunya dengan memperkuat benteng agama. Wanita menunjukkan perhatian yang lebih pada masalah agama dan persiapan menghadapi kematian (Ibrahim, 2002). Hal yang sama juga diungkapkan Lock (dalam Papalia, 2007) melalui penelitiannya terhadap wanita menopause yang menyatakan bahwa wanita-wanita jepang tidak menunjukkan penolakan terhadap menopause. Mereka memandang menopause sebagai masa perpaduan antara integritas, keseimbangan, kebebasan, dan kepercayaan diri.

6 6 Hal di atas menunjukkan bahwa beberapa wanita memiliki sikap yang positif terhadap menopause sehingga dapat menerima datangnya menopause dengan baik. Hal ini menunjukkan mereka memiliki psychological well-being yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ryff (1995) yang mengungkapkan bahwa salah satu kriteria seseorang dapat dikatakan memiliki psychological wellbeing yang baik jika seseorang dapat menerima keadaan dirinya, dimana seseorang itu mampu mengakui dan menerima berbagai aspek dalam dirinya baik yang positif maupun negatif, memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, dan memandang positif kehidupan yang dijalani sekarang dan juga masa lalunya. Tingkat well-being pada tiap orang berbeda. Menurut Keyes, Ryff dan Shmotkin (2002) well-being setiap orang itu berbeda karena dipengaruhi oleh faktor usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan ciri kepribadian. Selain faktor yang telah disebutkan diatas, kepercayaan terhadap peran yang mereka jalankan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap psychological well-being seseorang. Sollie dan Leslie (dalam Strong dan Devault, 1989) menjelaskan bahwa Peran yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari erat kaitannya dengan psychological well-being seseorang. Sebagain besar wanita yang menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga lebih menunjukkan gejala-gejala distress dan ketidakpuasan hidup dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Hal ini dikarenakan peran sebagai ibu rumah tangga sering dikarakteristikkan sebagai pekerjaan yang rutin dan monoton. Kondisi ini terkadang membuat mereka bosan dan mengurangi kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih luas dengan orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda (Berger, 1999).

7 7 Hal yang berbeda dirasakan wanita yang bekerja, bagi mereka yang memiliki pekerjaan yang memungkinkan baginya untuk mengembangkan diri dan karirnya merasakan kebahagiaan dan meningkatnya harga diri (Azar dan Vasudeva, 2006). Bekerja juga memungkin bagi wanita untuk menjalin hubungan yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda dalam dunia kerja. Seperti yang diungkapkan Berger (1999) yang menyatakan bahwa wanita menopause yang bekerja bisa berbagi solusi terhadap berbagai masalah seputar menopause dengan teman-teman kantornya hal ini memberikan kesempatan bagi wanita untuk memperluas komunikasi yang dapat membantu mereka mampu menangani berbagai masalah sehingga mengurangi resiko stres dan penyakit serta meningkatkan kepuasan diri dan pekerjaan. Selain itu bekerja juga membuat wanita dapat menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada suami. Sejumlah peneliti yang mempelajari wanita pada paruh kehidupan juga telah menemukan bahwa pekerjaan memainkan peranan penting dalam kesehatan psikologis wanita (Baruch dan Barnett dalam Santrock, 2002). Kesehatan wanita selama masa menopause seringkali dipengaruhi oleh kepercayaan mereka akan peran-peran yang mereka yakini. Wanita menopause yang merasakan kepuasan dalam pekerjaanya dikaitkan secara positif dengan tidak adanya gejala-gejala somatic dan psikologis selama menopause. wanita bekerja juga menunjukkan sedikitnya gejala-gejala menopause yang dialaminya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja (Dennerstein, Dudley, Guthrie, dan Barret, 2000; Lee, Kim, Park, Yang, Ko, dan Joe 2010).

8 8 Griffiths, MacLennan, & Wong, (2010) juga menyatakan bahwa wanita menopause yang bekerja lebih positif memandang datangnya menopause dan mampu menerima kondisinya dengan segala perubahan fisik dan psikologis. Mereka merasakan kepercayaan diri yang meningkat karena merasa masa ini merupakan pertanda mereka semakin matang dan dewasa serta dihormati oleh rekan kerja. Mereka juga menganggap menopause sebagai keadaan yang justru membuat mereka merasa bebas karena tidak direpotkan lagi dengan menstruasi setiap bulannya. Beberapa dari mereka juga merasa bahwa berhenti menopause bukanlah akhir dari segalanya tetapi merupakan tahapan yang menyenangkan karena mereka umumnya mereka memiliki karir yang bagus pada masa ini (Jones, 2007). Menurut Griffiths, MacLennan, & wong (2010) wanita bekerja umumnya mampu mandang positif aktivitas sehari-harinya dan keterlibatan mereka dengan rekan kerja lainnya. Hal ini juga mendorong mereka untuk merasa lebih yakin terhadap dirinya dan mampu menghadapi menopause dengan lebih baik. Selain itu, Carr (1996) melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa kesuksesan dalam pekerjaan memberi pengaruh yang positif bagi psychological well-being khususnya tujuan hidup dan kondisi psikologisnya. Wanita yang memiliki kepuasan dengan pekerjaannya diusia paruh bayanya umumnya lebih mampu menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan. Namun tidak demikian halnya bagi wanita yang tidak bekerja, mereka umumnya memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Rendahnya kualitas hidup pada wanita menopause yang tidak bekerja bisa dikarenakan adanya perasaan

9 9 terjadinya perubahan sosial dalam hidupnya yang dikaitkan dengan penuaan dan perubahan pada tubuh yang dialaminya (Jacob, Hyland dan Ley, 2000). Kenyataannya tidak semua wanita yang bekerja merasakan hal positif, Beberapa wanita yang bekerja juga merasakan hal yang negatif terhadap menopause. Mereka beranggapan bahwa menopause dan simptom-simptomnya menyebabkan mereka malu, cemas, dan kehilangan kontrol dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Misalnya, munculnya rasa panas di tubuh saat bekerja ataupun saat berada disekitar rekan kerja membuat mereka merasa tidak nyaman dan kurang dapat fokus pada pekerjaan yang nantinya dapat berdampak pada kompetensi dan profesionalisme mereka dalam bekerja. Selain itu beberapa wanita yang bekerja juga mengalami simptom menopause lainnya seperti gangguan mood, mudah lelah, konsentrasi menurun, dan kemampuan mengingat yang berkurang sehingga membuat mereka kurang percaya diri dalam menunjukkan performanya saat bekerja (Griffiths, MacLennan, & Wong, 2010). Namun demikian, kondisi lingkungan kerja yang kondusif seperti rekan kerja, atasan, ruang kerja yang mendukung dapat membuat wanita bekerja menjadi lebih nyaman dan mampu menjalami masa ini dengan baik (Paul, 2003). Selain itu peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan wanita bekerja juga dapat memberikan tekanan. Beberapa wanita usia madya masih memiliki anak yang belum dewasa sehingga mereka masih memiliki tanggung jawab sebagai ibu, istri dan wanita bekerja (Lindsay dalam Elgar & Chester, 2007). Berger (1999) mengungkapkan bahwa ketidakpuasan peran dikarenakan peran ganda ataupun ketidakmampuan untuk memenuhi peran utamanya inilah yang dapat menjadi

10 10 konflik dan menimbulkan berbagai tekanan yang akan menyulitkan wanita menopause saat bekerja. Akan tetapi, keberadaan suami yang bisa memahami berbagai perubahan fisik dan psikologis yang di alami selama masa menopause serta dukungan suami dan orang-orang di sekitar akan membantu wanita bekerja mengatasi berbagai masalah yang dihadapi sehingga mampu melewati masa ini dan menjalani kehidupan rumah tangga dan pekerjaannya dengan lebih baik Perubahan zaman saat ini telah mendorong terjadinya perubahan dalam bentuk keluarga. Sekarang ini banyak ditemukan bentuk keluarga dimana suami dan istri sama-sama bekerja di luar rumah. Terbukanya kesempatan bagi wanita untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik juga telah mendorong meningkatnya jumlah wanita yang terjun dalam dunia kerja.wanita yang bekerja umumnya termotivasi karena kebutuhan ekonomi. Tuntutan ekonomi yang begitu besar mendorong mereka bekerja agar dapat menambah penghasilan keluarga. Namun selain karena alasan ekonomi, sebagian besar wanita bekerja juga termotivasi karena alasan psikologis seperti harga diri dan kontrol diri. Alasan lainnya adalah dengan bekerja wanita mendapatkan dukungan sosial, pengakuan dan apresiasi dari tempatnya bekerja yang terkadang belum tentu mereka dapatkan di rumah (Hochschild dalam Strong & De Vault, dan Cohen 2011). Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan bekerja, wanita juga mendapat dukungan sosial dari rekan kerjanya. Menurut Berger (1999) wanita yang bekerja dapat membentuk jaringan sosial yang mendukungnya dan bisa berbagi seputar masalah yang dihadapi salah satunya menopause. Orang-orang dalam lingkungan kerja seringkali juga memberikan berbagai informasi yang dapat membantu

11 11 wanita memandang menopause dengan lebih positif dibandingkan dengan wanita yang jauh dari dunia kerja dan semua waktunya dihabiskan hanya untuk menjadi istri dan ibu rumah tangga saja. Menariknya, wanita yang bekerja dilaporkan memiliki simptom menopause yang lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang hanya menjadi ibu dan istri saja pada masa dewasa madya. Selain itu adanya sense of control pada wanita bekerja dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan rumah tangga juga dapat membantu wanita untuk memandang hidupnya lebih positif sehingga mengarah pada kondisi psikologis yang lebih baik (Ahrens & Ryff, 2006). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa menopause menimbulkan berbagai gejala fisik dan psikologis yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychological well being) wanita. Kesejahteraan psikologis wanita menopause juga erat kaitannya dengan peran mereka. Beberapa wanita yang bekerja memilki kondisi psikologis yang lebih baik dibandingkan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Namun, disisi lain beberapa wanita menopause yang bekerja juga mengeluhkan gejala menopause yang dapat mempengaruhi performa mereka dalam bekerja dan well-being. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah perbedaan psychological well-being pada wanita menopause ditinjau dari status bekerja.

12 12 B. RUMUSAN MASALAH Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini diajukan melalui pertanyaan: Apakah ada perbedaan psychological well-being pada wanita menopause ditinjau dari status bekerja? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan data secara langsung mengenai apakah ada perbedaan psychological well-being pada wanita menopause ditinjau dari status bekerja. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat pengembangan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan mengenai psychological well-being pada wanita menopause ditinjau dari status bekerja dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Beberapa manfaat praktis yang dapat diberikan dari penelitian ini: a. Memberi informasi mengenai gambaran psychological well-being wanita menopause dari sudut pandang wanita yang bekerja dan tidak bekerja.

13 13 b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan psychological well-being. E. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I :Pendahuluan berisikan uraian mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II :Landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti dan hubungan antara variabel dan hipotesa penelitian. BAB III :Metode penelitian berisi uraian mengenai metodelogi penelitian yang terdiri dari: identifikasi variabel, definisi variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data. BAB IV :Analisis data dan pembahasan yang berisi mengenai gambaran mengenai subjek penelitian, laporan hasil penelitian, hasil uji asumsi meliputi hasil uji asumsi normalitas dan homogenitas, hasil utama penelitian, dan pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dari penelitian ini dan saran-saran untuk pengembangan penelitian dan saran praktis yang ditujukan bagi wanita.

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ANTARA WANITA MENOPAUSE YANG BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA ABSTRAK

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ANTARA WANITA MENOPAUSE YANG BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA ABSTRAK Psikologia, 2013, Vol. 8, No. 2, hal. 50-58 50 PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ANTARA WANITA MENOPAUSE YANG BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Debby Anggraini Daulay dan Nana Zahara Siregar Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I. Masa madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan. manusia. Gallagher, Lachman, Lewkowictz, & Peng (2001), menyatakan bahwa

BAB I. Masa madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan. manusia. Gallagher, Lachman, Lewkowictz, & Peng (2001), menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia. Gallagher, Lachman, Lewkowictz, & Peng (2001), menyatakan bahwa dewasa madya ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan dan penyesuaian diri memiliki kaitan yang sangat erat. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan tidak akan dapat berjalan tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus menerus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern saat ini semua individu pasti mengalami fase mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia dan hal itu sudah sewajarnya terjadi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia, mulai dalam kandungan sampai mati, tampaklah manusia itu akan mengalami suatu proses yang sama, yaitu semuanya adalah selalu dalam perubahan. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi tua merupakan suatu proses bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan hingga berlangsung terus sepanjang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan tuntutan hidup bagi seseorang. Harter, Schmidt dan Keyes (2003) mengatakan bahwa pekerjaan merupakan bagian yang signifikan dalam hidup individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat kesehatan. Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan wanita sebagai makhluk yang terlahir dengan keindahan dan kelembutan. Setiap wanita akan menjaga keindahan yang telah dikaruniakan Tuhan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia. BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang peljalanan hidup manusia, mulai dari lahir sampai dengan menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Menopause didefinisikan sebagai menstruasi terakhir. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan) (Peter & Yeni, 1991). Saat ini, peran wanita telah bergeser

Lebih terperinci

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal seorang wanita dan suatu proses alamiah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan sekedar

`BAB I PENDAHULUAN. akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan sekedar `BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita 1. Defenisi Wanita Murad (dalam Purwoastuti dan Walyani, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instinktif

Lebih terperinci

Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian :

Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian : MASA DEWASA MADYA masa dewasa tengah/usia tengah baya Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian : Usia madya dini 40 50 th Usia madya lanjut 50 60 th Karakteristik Usia Madya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fase pre menopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan perubahan fisik berupa siklus haid yang tidak teratur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

Eni Yulianingsih F

Eni Yulianingsih F HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Eni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subjective well-being merupakan sejauh mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI GEJALA MENOPAUSE ABSTRAK

DESAIN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI GEJALA MENOPAUSE ABSTRAK DESAIN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI GEJALA MENOPAUSE Prawidya Destarianto 1, Riska Fitriani 2 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember 1email: prawidyadestarianto@yahoo.com 2email: riskafitri53@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah perempuan yang berada dalam dunia kerja (bekerja maupun sedang secara aktif mencari pekerjaan) telah meningkat secara drastis selama abad ke-20. Khususnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa, tua, dan lanjut usia. Begitu juga dalam rentang usia lanjut yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu tahun. Berhentinya

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Seorang wanita yang telah menginjak usia diatas 45 tahun akan mengalami proses penuaan yang dimulai dari indung telur yang selama ini menghasilkan hormon-hormon menjadi

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA Dwi Nastiti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo email: nastitidwi19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO meliputi: usia pertengahan (45 59 tahun), lanjut usia (60 74

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO meliputi: usia pertengahan (45 59 tahun), lanjut usia (60 74 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan akhir dari kehidupan dan proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Penggolongan lansia menurut WHO meliputi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu

BAB I PENDAHULUAN. beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu BAB I PENDAHULUAN Masa Lansia atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang. Masa lansia ini dikatakan pula sebagai suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi menjelang usia 50 tahun. Menopause adalah fase terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perjalanan kehidupan, manusia berada dititik- titik yang berbeda dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada perjalanan kehidupan, manusia berada dititik- titik yang berbeda dalam BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Pada perjalanan kehidupan, manusia berada dititik- titik yang berbeda dalam siklus kehidupan keluarga. Fase-fase siklus kehidupan keluarga mencakup meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya wanita tidak mungkin lepas dari menopause, karena menopause merupakan peristiwa yang pasti akan dialami oleh setiap wanita dan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan pernikahan. Wanita, memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dengan pria setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa wanita menganggap masa tua sebagai momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting, diantaranya sebagai sumber dukungan sosial bagi individu, dan juga pernikahan dapat memberikan kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita, dimana ovarium berhenti menhasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. dengan bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu akan selalu mengalami perubahan dalam dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah laku, cara

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

Masa Dewasa Madya Perkembangan Fisik, Kognitif, Karir dan Religiusitas. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng

Masa Dewasa Madya Perkembangan Fisik, Kognitif, Karir dan Religiusitas. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng Masa Dewasa Madya Perkembangan Fisik, Kognitif, Karir dan Religiusitas Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id MASA DEWASA MADYA Middle Adulthood / Paruh Baya Dimulai 35-45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan anggota

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Bagi kebanyakan orang yang telah bekerja dalam bidang apapun, bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat mengembangkan dirinya, mencapai prestise,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesehatan mental dikaitkan dengan tidak adanya gangguan psikologis daripada psikologis yang berfungsi positif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik secara fisik maupun psikologis. Namun kenyataanya, tuntutan tugas dan profesi dalam pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap sebagai suatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan pertumbuhan adalah tahapan alami yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan pertumbuhan adalah tahapan alami yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan adalah tahapan alami yang terjadi pada setiap individu sebagai sebuah proses yang mendasari perubahanperubahan yang terjadi di dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

Rina Setya Utami F

Rina Setya Utami F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA MENOPAUSE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menopause seorang wanita akan mengalami gejala-gejala, baik gejala fisik

BAB I PENDAHULUAN. menopause seorang wanita akan mengalami gejala-gejala, baik gejala fisik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan fase berhentinya siklus menstruasi secara alami pada setiap wanita dan dapat menyebabkan kekhawatiran karena pada saat menopause seorang wanita akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi perhatian individu (Moustafa, 2015). Kualitas hidup yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi perhatian individu (Moustafa, 2015). Kualitas hidup yang di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi mereka didalam konteks bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisinya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si MASA DEWASA Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II Oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si MASA DEWASA PERKEMBANGAN FISIK Masa awal dewasa (early adulthood) Ialah periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. Penyesuaian Diri terhadap Pensiun II.A.1. Penyesuaian diri Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan interaksi individu yang kontinu dengan diri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological 15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki. Sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari hasil angka sementara sensus tahun 2011 yang mencapai 228 juta penduduk, menggambarkan bahwa penduduk perempuan Indonesia lebih banyak dari pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia BABI PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia seseorang maka kondisi seseorang itu secara fisik maupun secara psikologis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi

Lebih terperinci