IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Desa Penelitian Desa Ketapang terletak di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan batasan wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Sidoharjo Sebelah Selatan : Desa Tawang dan Desa Timpik Sebelah Barat : Desa Susukan Sebelah Timur : Desa Gentan dan Desa Bakalrejo Secara geografis desa ketapang memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut : Pusat Pemerintahan Kecamatan : 1 km Pusat Pemerintahan Kabupaten : 55 km Pusat Pemerintahan Provinsi : 75 km Desa Ketapang terdiri dari 6 Rukun Warga (RW), 5 Dusun, 31 Rukun Tetangga (RT). Luas Wilayah Desa Ketapang adalah 316 Ha, dengan luas lahan sawah sebesar 160 Ha dan 156 Ha adalah areal bukan persawahan. Letak Desa Ketapang berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut,dengan suhu udara rata-rata o C dengan curah hujan rata-rata 21 mm /tahun Keadaan Penduduk Berdasarkan data demografi pada awal tahun 2016, jumlah penduduk Desa Ketapang, Kecamatan Susukan berjumlah jiwa yang terdiri dari lakilaki dan perempuan. Mata pencaharian penduduk Desa Ketapang Kecamatan Susukan cukup beragam, selain bertani penduduk Desa Ketapang Kecamatan Susukan juga bekerja diluar sektor pertanian, antara lain sebagai pengurus rumah tangga, pelajar/mahasiswa, pensiunan, PNS, TNI, pedagang, petani/pekebun, karyawan swasta,buruh tani, guru, sopir, perdagangan, perangkat desa dan wiraswasta. 17

2 Berikut data distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian No Pekerjaan Jumlah (jiwa) Jumlah Total Laki-laki Perempuan (Jiwa) 1. Belum bekerja/tidak bekerja Mengurus rumah tangga Pelajar/Mahasiswa Pensiunan PNS TNI Perdagangan Petani Karyawan Swasta Buruh Tani Guru Sopir Pedagang Perangkat Desa Wiraswasta JUMLAH Sumber : Data Monografi Desa Ketapang, Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah petani padi yang ada di Desa Ketapang. Petani padi yang menjadi responden adalah petani padi konvensional dan petani padi organik. Untuk mengetahui karakteristik responden dilihat berdasarkan umur petani, tingkat pendidikan, luas lahan dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel

3 Tabel.4.2. Karakteristik Responden Karakteristik Usia (Tahun) Kategori Organik Konvensional Orang (%) Orang (%) > Total Rata-rata usia 47,8 55,4 (sig) (0,001)* Pendidikan SD SMP SMA PT Total Rata-rata Pendidikan SMP SD (sig) (0,040)* Jumlah anggota keluarga < (Orang) Total Rata-rata Jumlah anggota keluarga 3 3 (sig) (0,308) tn < 0, % ,25-0, % 20 Luas Lahan (ha) % >0,5 1 3 % % Total Rata-rata Luas Lahan 0,34 0,36 (sig) (0,671) tn Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Keterangan : * berbeda nyata pada α = 0,05 tn : Tidak nyata a. Usia Rata-rata usia petani padi organik adalah 47,8 tahun, sedangkan rata-rata petani padi konvensional adalah 55,4 tahun. Sebagian besar usia petani padi organik adalah pada kisaran usia tahun (54%), kisaran usia tahun memiliki prosentase terkecil, sedangkan usia petani padi konvensional yang terbanyak pada kisaran usia tahun, dan tidak ada petani pada kisaran usia tahun. Jika dilihat dari nilai signifikansinya maka usia petani padi organik memiliki perbedaan secara signifikan dengan usia petani padi konvensional, Penelitian (Nurdin,2011), menjelaskan bahwa keatas biasanya sulit menerima hal-hal baru. petani yang berusia 50 tahun 19

4 b. Pendidikan Berdasarkan tabel 4.2 Rata-rata tingkat pendidikan yang ditempuh petani organik adalah SMP dan Rata- rata pendidikan petani padi konvensional adalah SD. Petani padi organik yang berpendidikan SD berjumlah 16 orang (54%), petani dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 6 orang (20%), dan SMA yaitu 5 orang (16%) sedangkan petani yang menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi berjumlah 3 orang (10%), sedangkan pada petani padi konvensional yang berpendidikan SD dalah 24 orang (80%), responden dengan pendidikan SMP sebanyak 5 orang (16%),dan tidak ada petani yang berpendidikan SMA, dan petani yang menempuh pendidikan perguruan tinggi berjumlah 1 orang (4%). Penelitian (Restu,2008) mendapatkan bahwa rata-rata pendidikan petani padi adalah pada tingkat sekolah dasar (SD). Jika dilihat dari nilai signifikansi, maka pendidikan petani padi organik dan petani padi konvensional memiliki perbedaan secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian penelitian (Restu,2008) yang mengatakan bahwa Biasanya petani mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar kurang memperhitungkan resiko yang akan dihadapinya dalam melakukan perubahan usahataninya. Hal ini karena petani melakukan perubahan mengikuti petani lain. Sedangkan petani yang berpendidikan akan selalu berhati hati dalam mengambil keputusan dengan terlebih dahulu memperhitungkan resiko yang akan dihadapinya. c. Jumlah anggota keluarga Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga paling banyak adalah 3-5 orang baik petani organik maupun petani konvensional dengan jumlah rata-rata anggota keluarga 3 orang. Menurut Barthan (2011), jumlah anggota keluarga merupakan salah satu penyedia jasa tenaga kerja. Jika dilihat dari nilai signifikansi, maka jumlah anggota keluarga petani organik tidak berbeda nyata secara statistik dengan jumlah anggota keluarga petani konvensional. d. Luas lahan Dari tabel diatas menunjukkan mayoritas respoden memiliki luas usahatani dengan luas 0,25-0,5 ha sebanyak 27 orang (90 %).untuk petani padi organik dan 20 orang (67 %) untuk petani konvensional dan luas lahan paling rendah yang 20

5 dimiliki petani adalah < 0,25 ha dengan jumlah petani 2 orang (7%) untuk petani padi organik sedangkan untuk petani padi konvensional tidak ada yang memiliki luas lahan kurang dari < 0,25 ha petani kebanyakan dalam menanam padi, baik itu padi organik maupun padi konvensional menggunakan lahan nya sendiri. Jika dilihat dari nilai signifikansinya maka luas lahan petani padi organik tidak berbeda nyata secara statistik dengan luas lahan petani padi konvensional. Menurut penelitian (Inggit, 2006) menjelaskan bahwa perbedaan luas lahan yang digarap oleh petani mempengaruhi tingkat produksi dari padi yang dihasilkan Analisis jumlah dan Biaya Usahatani Padi Organik dan Padi Konvensional Tabel 4.3 menjelaskan jumlah sarana produksi dan tenaga kerja yang digunakdalam usahatani padi organik dan konvensional dilokasi penelitian. Tabel 4.3. Jumlah sarana produksi Usahatani Padi Organik dan Padi Konvensional Sarana produksi Padi Organik Padi Konvensional Benih (kg/ha) 24,08 23,26 Pupuk kandang (kg/ha) 1214, ,97 Pupuk MOL (Liter/ha) 26,27 - Pupuk Ferinci (liter/ha) 3,29 - Pupuk urea (kg/ha) - 203,17 Pupuk ponska (kg/ha) - 199,92 Pestisida (liter/ha) 10 34,20 Tenaga kerja dalam dan luar 124,43 112,38 keluarga (HOK) / ha Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan table 4.3 dapat dilihat bahwa penggunaan benih yang digunakan petani padi organik lebih besar yaitu 24,08 (Kg/ha) daripada benih yang digunakan oleh petani padi konvensional yaitu 23,26 (Kg/ha), jumlah penggunaan benih berbeda karena jarak tanam dan jumlah bibit per lubang tanam berbeda. Jarak tanam untuk petani padi organik adalah 20 cm X 20 cm dengan jumlah bibit yang di gunakan 3-5 per lubang tanam sedangkan jarak tanam untuk padi konvensional adalah 25 X 25 dengan dengan jumlah bibit per lubang tanam adalah 2-3. Bibit yang digunakan oleh petani padi organik di Desa Ketapang merupakan bibit yang dibuat sendiri baik oleh anggota maupun ketua kelompok tani, yang nantinya ketua kelompok tani akan membagikan bibit tersebut kepada petani anggota lain yang tidak mampu membuat bibitnya sendiri. Varietas yang 21

6 ditanam oleh petani padi organik yaitu Menthik susu. Untuk pertanian konvensional, varietas bibit yang digunakan yaitu IR 64 dan umbul. Pupuk kandang yang digunakan petani padi organik rata-rata adalah 1214,24 kg/ha sedangkan pupuk kandang yang digunakan oleh petani padi konvensional adalah 1193,97 kg/ha Selain menggunakan pupuk kandang, petani padi organik pun menggunakan pupuk daun sebagai pupuk pelengkap, yaitu menggunakan mikroorganisme lokal (MOL). Hal ini dilakukan petani untuk menambah jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. MOL ini digunakan dengan cara disemprotkan menggunakan handsprayer. Pada umumnya MOL dibuat sendiri oleh petani karena menggunakan bahan-bahan organik. Berdasarkan data yang diperoleh dari petani kebutuhan MOL yang digunakan rata-rata sebesar 26,27 lt/ha. Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pada usahatani organik tidak menggunakan pestisida. Untuk pengendalian hama dan penyakitnya, para petani organik melakukannya dengan cara pengendalian fisik dan penyemprotan dengan menggunakan BAS Pengendalian fisik dilakukan dengan cara mencabut gulma yang berada dilahan dan pematang sawah, sedangkan penyemprotan hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati yaitu dengan BAS (Bio arang Sekam) yang biasanya dibuat sendiri. Pada petani padi konvensional, petani dalam melakukan pengendalian hama dan penyakitnya menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan oleh petani konvensional antara lain afidor, matador, hamador dan regent. Tenaga kerja yang digunakan petani dalam usahatani organik maupun konvensional adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga luar keluarga, ratarata penggunaan tenaga kerja pada usaha tani organik adalah 124,43 HOK. Tenaga kerja usahatani konvensional lebih rendah daripada usahatani organik yakni 112,38 HOK karena dalam pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit usahatani memerlukan tenaga kerja lebih banyak dari pada usahatani konvensional. 22

7 Tabel 4.4 menjelaskan tentang analisis biaya, penerimaan dan keuntungan usahatani padi organik dan padi konvensional di lokasi penelitian. Tabel 4.4. Analisis Biaya Usahatani Padi Organik dan Padi Konvensional Jenis Biaya Padi Organik Padi Konvensional Biaya Variabel Benih Pupuk kandang Rp/ha) Pupuk MOL (Liter/ha) Pupuk Ferinci Pupuk urea (Rp//ha) Pupuk ponska Pestisida Tenaga kerja dalam dan luar keluarga Biaya selep ( Rp/ha) Total biaya variabel (Rp./ha) Biaya tetap Irigasi Pajak (Rp/Ha) Total biaya tetap Total biaya variabel dan biaya tetap gabah Total biaya variabel dan biaya tetap beras Produktivitas Gabah (Kg/Ha/MT) 5812, ,94 Harga Jual Gabah (Rp/Kg) Penerimaan Gabah (Rp/Ha/MT) Produktivitas Beras (Kg/Ha/MT) 2990, ,91 Harga Jual Beras (Rp/Kg) Penerimaan Beras (Rp/Ha/MT) Keuntungan Usahatani dalam bentuk Gabah Keuntungan Usahatani dalam bentuk Beras Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi organik lebih kecil dibanding dengan rata-rata total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi konvensional, yaitu sebesar Rp untuk usahatani padi organik, dan Rp untuk usahatani padi konvensional. Menurut Paimin (1991), mengatakan besarnya penerimaan diperoleh dari hasil kali produktivitas dengan harga. Berdasarkan hasil perhitungan dari Tabel 4.4 diketahui rata-rata penerimaan usahatani padi organik dalam bentuk gabah Rp dan padi konvensional Rp Hal ini disebabkan pada harga jual padi organik Rp 5000/kg lebih tinggi dibandingkan harga jual padi konvensional Rp 4.000/Kg, sedangkan rata-rata penerimaan 23

8 usahatani padi organik dalam bentuk beras Rp dan rata-rata penerimaan untuk padi konvensional Rp Hal ini disebabkan pada harga jual padi organik Rp /kg lebih tinggi dibandingkan harga jual padi konvensional Rp 7000/Kg Menurut penelitian Inggit (2009) menyimpulkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani organik Rp dalam bentuk gabah dengan hasil GKP sebesar kg/ha, sedangkan rata-rata penerimaan usahatani konvensional dalam bentuk gabah, dengan hasil produksi GKP sebesar kg/ha.penelitian yang dilakukan di Desa Ketapang penerimaan yang diperoleh petani konvensional sebesar Rp dan penerimaan yang di peroleh petani organik sebesar Rp /haJika dilihat dari hasil produksi GKP per hektar ternyata padi organik lebih kecil jika dibandingkan dengan padi konvensional,dengan jumlah produksi 5812,79 kg/ha (padi organik) dan 6907,94 kg/ha (padi konvensional) namun rata-ratapenerimaan total petani organik lebih besar dari petanikonvensional, dengan rata-rata penerimaan Rp / ha (padi organik) dan Rp /ha. Besarnya rata-rata penerimaanyang diperoleh petani padiorganik dikarenakan harga jual GKP padi organik per kilogram lebih tinggi dari harga jual GKP padi konvensional per kilogramnya, yaitu Rp. 5000/Kgsedangkan harga GKP untuk padi konvensional adalah Rp. 4000/Kg. 4.4 Analisis Daya Saing Usahatani Padi Organik terhadap Usahatani Padi Konvensional Tabel 4.4. memaparkan tentang Analisis keunggulan daya saing usatani padi organik terhadap usahatani konvensional dalam bentuk gabah. Tabel 4.5. Analisis Daya Saing usahatani padi organik terhadap usahatani konvensional bersaing dengan dalam bentuk gabah Komoditas Produktifitas (kg/ha) Harga (Rp/Kg) Biaya Keuntungan Padi Organik 5812, Padi Konvensional 6907, Keunggulan padi organik 5321, terhadap padi konvensional (Gabah) Sumber : Analisis Data Primer,

9 Daya saing usahatani padi organik terhadap usahatani padi konvensional dapat diketahui melalui analisa tingkat harga dan produktivitas minimum. Berdasarkan Tabel 4.5, produktivitas minimum agar usahatani padi organik dalam bentuk produk gabah dapat bersaing dengan usahatani padi secara konvensional adalah 5.321,021 kg/ha, dimana tingkat tersebut masih dibawah capaian aktual, dengan selisih 491,769 kg. Hasil analisis tersebut menunjukkan saat ini usahatani padi organik masih mampu bersaing dengan usahatani padi konvensional Jika dilihat dari segi harga, harga minimum agar usahatani padi organik dalam bentuk produk gabah dapat bersaing dengan usahatani padi secara konvensional adalah Rp.4.577/kg., dimana tingkat tersebut masih dibawah capaian aktual, dengan selisih Rp. 423 Hasil analisis tersebut menunjukkan saat ini usahatani padi organik masih mampu bersaing dengan usahatani padi konvensional. Usahatani padi organik mampu bersaing dengan usahatani padi konvensional karena, biaya padi organik lebih efisien karena biaya pembelian pupuk lebih rendah dan harga padi organik cukup tinggi. Tabel 4.6. memaparkan tentanganalisis keunggulan kompetitif usatani padi organik terhadap usahatani konvensional dalam bentuk beras. Tabel 4.6. Analisis Daya Saing usatani padi organik terhadap usahatani konvensional dalam bentuk Beras. Komoditas Produktivitas (kg/ha) Harga (Rp/Kg) Biaya Keuntungan Komoditas Padi 2990, Organik Komoditas 3553, Padi Konvensional Keunggulan komoditas padi organik 2006, terhadap komoditas padi konvensional (Beras) Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Berdasarkan Tabel 4.5, produktivitas minimum agar usahatani padi organik dalam bentuk produk beras dapat bersaing dengan usahatani padi secara konvensional adalah 2006,921kg/ha, dimana tingkat tersebut masih dibawah capaian aktual, dengan selisih 983,579 kg/ha. Hasil analisis tersebut menunjukkan saat ini usahatani padi organik masih mampu bersaing dengan usahatani padi konvensional. 25

10 Jika dilihat dari segi harga, harga minimal padi organik dalam bentuk produk beras yang harus dicapai agar dapat bersaing terhadap padi konvensional adalah Rp /kg, dimana tingkat tersebut masih dibawah capaian aktual, dengan selisih Rp Hasil analisis tersebut menunjukkan saat ini usahatani padi organik masih mampu bersaing dengan usahatani padi konvensional. Usahatani padi organik mampu bersaing dengan usahatani padi konvensional karena, biaya padi organik lebih efisien karena biaya pembelian pupuk lebih rendah dan harga padi organik cukup tinggi 4.5 Analisis R/C Ratio Tabel 4.7 menjelaskan tentang analisis R/C Ratio usahatani padi organik dan padi konvensional di lokasi penelitian Tabel 4.7.Analisis R/C Ratio usahatani padi organik dan padi konvensional Keterangan Usahatani Padi Organik Usahatani Padi Konvensional Gabah Beras Gabah Beras Penerimaan (Rp/MT) Total biaya (Rp/MT) R/C ratio (Per MT) 3,87 3,92 3,23 2,43 Uji beda R/C ratio gabah organik vs konvensional Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Keterangan : * berbeda nyata pada α = 0,05 tn Tidak nyata (0,005) tn Uji beda R/C ratio beras organik vs konvensional (0,000) tn Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional baik dalam bentuk gabah maupun dalam bentuk beras layak untuk diusahakan karena memiliki nilai R/C Ratio > 1. R/C Ratio tertinggi didapat oleh usahatani padi organik yang hasilnya dalam bentuk beras, sedangkan R/C Ratio terendah pada usahatani padi konvensional dalam bentuk beras. Tabel 4.7 menjelaskan bahwa nilai R/C ratio atas penggunaan biaya usahatani padi konvensional lebih kecil dari R/C ratio usahatani padi organik baik dalam bentuk gabah maupun dalam bentuk beras. Pada usahatani padi organik dalam bentuk gabah didapat R/C ratio 3,87 artinya petani memperoleh keuntungan sebesar Rp 3,87 dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, sedangkan dalam bentuk beras R/C Ratio 3,92 artinya petani memperoleh keuntungan sebesar 3,92 dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan,pada petani padi konvensional 26

11 dalam bentuk gabah didapat R/C Ratio sebesar 3,23 artinya petani memperoleh keuntungan sebesar 3,23 dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, sedangkan dalam bentuk beras R/C Ratio 2,43 artinya petani memperoleh keuntungan sebesar 2,43 dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio padi organik dalam bentuk gabah lebih besar dibandingkan dengan nilai R/C Ratio padi konvensional bentuk gabah, dimana nilai R/C Ratio padi organik dalam bentuk gabah 3,87 sedangkan nilai R/C Ratio padi konvensional 3,23.hal tersebut dikatenakan penerimaan dari padi organik berbentuk gabah (Rp ) lebih besar dari penerimaan padi konvensional (Rp ) dan biaya yang dikeluarkan lebih besar padi konvensional (Rp ) dibandingkan dengan padi organik (Rp ). jika dilihat dari nilai signifikansinya R/C Ratio padi organik dalam bentuk ganah berbeda nyata secara statistik dengan R/C Ratio padi konvensional. Jika dilihat dari nilai R/C Ratio padi organic (dalam bentuk beras), nilai R/C Rasio padi organik lebih besar daripada nilai R/C Ratio padi konvensional, dimana nilai R/C Ratio padi organik adalah 3,92 dan padi konvensional adalah 2,43. Hal tersebut terjadi karena penerimaan yang diterima petani lebih besar padi organic(rp ) dibandingjkan dengan padi konvensional (Rp )dan biaya yang di keluarkan dalam budidaya padi organik (Rp ) lebih kecil dibanding dengan biaya padi konvensional (Rp ). jika dilihat dari nilai signifikansinya R/C Ratio padi organik berbeda nyata secara statistik dengan padi konvensional (dalam bentuk beras). Jumlah produksi beras dari usahatani padi organik adalah 2990,50 kg per ha, dengan harga beras per kg Rp dengan penerimaaan petani dari penjualan beras sebesar keuntungan petani adalah Rp per ha. nilai R/C Ratio dalam usahatani padi organik adalah 3,92 dimana angka ini menunjukkan usahatani ini mengalami keuntungan sehingga layak untuk dilanjutkan, penelitian Tamba dkk (2017 ) menyebutkan bahwa Jumlah produksi beras dari usahatani padi sawah dengan metode SRI adalah 3.014,51 kg per ha, dengan harga beras per kg Rp , maka penerimaaan petani dari penjualan beras sebesar Rp ,25 per ha. Pendapatan bersih petani dengan sistem tanam SRI ini adalah Rp ,01 per ha. Nilai RCR dalam usahatani 27

12 dengan sistem tanam SRI ini adalah 1,76 dimana angka ini menunjukkan usahatani ini mengalami keuntungan sehingga layak untuk dilanjutkan. Dengan demikian hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tamba dkk, (2017) yaitu usahatani padi organik dalam bentuk beras layak dan menguntungkan untuk diusahakan, meskipun nilai R/C Ratio penelitian (Tamba dkk, 2017) lebih kecil dari penelitian ini. Jumlah produksi petani padi organik adalah 5.812,79 gabah kering panen, petani menjual dalam bentuk gabah kering dengan harga jual gabah tersebut Rp 5000 per kg. Penerimaan petani dari penjualan gabah kering tersebut sebesar Rp per ha. Nilai RCR dalam penelitian ini adalah 3,87 dimana angka ini menunjukkan usahatani tersebut mengalami keuntungan dan layak untuk dilanjutkan. Hasil penelitian ini nilai R/C Ratio yang dihasilkan lebih besar dari Penelitian Tamba dkk, (2017) yang mengatakan Jumlah produksi petani padi dengan memakai metode SRI di Desa Rambah Salo Kecamatan Rambah Salo Kabupaten Rokan Hulu dalam penelitian Abdul Gafar (2014) adalah kg/ha gabah kering panen. Petani menjual dalam bentuk gabah kering dengan harga jual gabah tersebut Rp.3.568,00 per kg. Penerimaan petani dari penjualan gabah kering tersebut sebesar Rp ,00 per ha dan nilai RCR dalam penelitian ini adalah 2,48 dimana angka ini menunjukkan usahatani tersebut mengalami keuntungan dan layak untuk dilanjutkan. Tetapi dari hasil R/C Ratio yang didapatkan usahatani padi organik dalam bentuk gabah sama-sama layak dan menguntungkan untuk dijalanjan karena nilai RCR > 1. Jumlah produksi petani padi konvensional adalah 6907,94 gabah kering panen, Petani menjual dalam bentuk gabah kering dengan harga jual gabah tersebut Rp 4000 per kg. Penerimaan petani dari penjualan gabah kering tersebut sebesar Rp per ha. Nilai RCR dalam penelitian ini adalah 3,23 dimana angka ini menunjukkan usahatani tersebut mengalami keuntungan dan layak untuk dilanjutkan. Menurut penelitian Tamba dkk, (2017) jumlah produksi petani padi dengan sistem konvensional dalam penelitian Filardi dan Elida (2014) adalah sebesar 3.010,94 kg per ha gabah kering giling. Petani dalam penelitian ini menjual dalam bentuk gabah dimana harga gabah tersebut adalah sebesar Rp ,75 per 28

13 ha. Pendapatan bersih yang diterima oleh petani dalam penelitian ini adalah Rp ,19 per ha. Nilai RCR dalam penelitian ini sebesar 1,64 dimana usahatani ini mengalami keuntungan dan layak untuk dilanjutkan. penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian (Tamba dkk,2017) nilai R/C Ratio nya lebih tinggi, tetapi sama- sama menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai RCR > Analisis Titik Impas Usahatani Padi Organik Dan Konvensional Tabel 4.8. analisis titik impas produktivitas dan titik impas harga Usahatani Biaya Produktivitas (Kg/ha) Harga pasar TIP (Kg/ha) TIH Padi organik (gabah) , , Padi Konvensional , , (gabah) Uji beda TIP dan TIH (0,000) (0,853) gabah organik vs konvensional Padi organik (beras) , , Padi Konvensional , , (beras) Uji beda TIP dan TIH (0,000)* (0,287) tn beras organik vs konvensional Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Keterangan : * berbeda nyata pada α = 0,05 tn Tidak nyata 1. Analisis Titik Impas Produktifitas (TIP) Titik impas produktivitas merupakan produktivitas minimal yang harus dicapai agar usahatani yang dilakukan memperoleh keuntungan yang normal. Tabel 4.8 terlihat bahwa titik impas produktivitas aktual padi dalam bentuk gabah maupun dalam bentuk beras diatas nilai TIP berarti usahatani yang dilakukan menguntungkan petani. Dapat dilihat bahwa titik impas produksi usahatani padi dalam bentuk gabah adalah sebesar 1503,02 kg/ha dengan rata-rata produksi 5812,79 kg/ha Hasil produksi rata-rata padi sudah lebih besar dari titik impas produksi yaitu 5.812,79 kg/ha > 1.503,02 kg/ha, sehingga usahatani padi organik dalam bentuk gabah dapat dikatakan menguntungkan untuk dilaksanakan. Jika dilihat dari nilai signifikansinya titik impas produksi gabah padi organik dan padi 29

14 konvensional berbeda nyata secara secara statistik sedangkan, untuk usahatani padi dalam bentuk beras titik impas produksi nya adalah 761,28 kg/ha dengan rata-rata produksi 2990,50 kg/ha, maka hasil produksi rata-rata padi lebih besar dari titik impas produksi yaitu 2990,50 kg/ ha > 761,28 kg/ha sehingga usahatani padi dikatakan menguntungkan untuk dilaksanakan. Jika dilihat dari nilai signifikansinya maka titik impas produksi padi organik berbeda nyata secara statistik dengan titik impas produksi padi konvensional.penelitian Yasa,(2014) di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai mendapatkan hasil bahwa total BEP produksi usahatani padi organik adalah sebesar 3.957,9 kg dengan rata-rata 439,77 kg. Hasil produksi rata-rata padi organik sudah lebih besar dari BEP produksi yaitu kg > 439,77kg, sehingga usahatani padi organik dikatakan menguntungkan untuk dilaksanakan. Jika dibandingkan dengan penelitian ini maka nilai BEP produksi penelitian ini lebih kecil daripada penelitian Yasa,(2014), dimana nilai BEP produksi kg/ha, sedangkan nilai BEP produksi dalam penelitian ini hanya 1.503,02 tetapi jika dilihat dari rata-rata produksi usahatani padi maka hasil produsi rata-rata penelitian ini lebih besar dibanding dengan nilai rata-rata produksi usahatani padi Yasa, (2014), dengan nilai rata-rata 5812,79 kg > 439,77 kg/ha. 2. Analisis Titik Impas Harga (TIH) Titik impas harga menunjukkan harga minimum yang harus dicapai pada tingkat produktivitas aktual agar usahatani yang diusahakan oleh petani tidak mengalami kerugian. Pada Tabel 4.5 menunjukkan titik impas harga padi organik berbentuk gabah dan padi oeganik berbentuk beras di desa tersebut lebih rendah dari harga pasar yang berlaku, sehingga usahatani yang dilakukan oleh petani masih menguntungkan. Dari Tabel 4.5 menunjukkan rata-rata harga pasar gabah sebesar Rp 5000 dan nilai BEP Harga Rp dengan hasil rata-rata produksi 5812,79 kg/ha. Penelitian Yasa, (2014) menunjukkan total BEP harga usahatani padi organik adalah sebesar Rp kg dengan rata-rata Rp kg, dengan harga jual rata-rata padi organik Rp 4.078/kg Break even point harga telah tercapai,karena nilai harga jual rata-rata padi organik lebih besar dibandingkan 30

15 dengan nilai BEP harga, sehingga usahatani padi organik layak untuk dilaksanakan. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini nilai BEP Harga dari penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2014), dimana nilai BEP Harga dari penelitian ini adalah Rp 1.293, sedangkan nilai BEP Harga dari penelitian Yasa,(2014) adalah Rp 1.636, tetapi jika dilihat dari harga pasarnya, harga pasar dari penelitian ini lebih besar daripada penelitian Yasa (2014), dimana rata-rata harga pasarnya dari padi organik di desa ketapang Rp 5000 sedangkan rata-rata harga pasar dari penelitian yang dilakukan oleh Yasa 2014) hanya Rp /kg. Jika dilihat dari nilai signifikansinya maka titik impas harga dalam bentuk beras maupun titik impas harga dalam bentuk gabah padi organik tidak berbeda nyata secara statistik dengan padi konvensional. 31

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Letak Geografi Kabupaten Wonogiri adalah salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Letak Kabupaten Wonogiri secara geografis antara 110.41

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) DI DESA EMPAT BALAI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) DI DESA EMPAT BALAI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) DI DESA EMPAT BALAI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR Mario Francisco Tamba 1), Evy Maharani 2), Susy Edwina 2)

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif, III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif, yaitu salah satu metode penelitian dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pemilihan Lokasi Penelitian Daerah penelitian untuk budidaya padi sawah berdasarkan budidaya nonorganik, semiorganik, dan organik dipilih secara purposive, yaitu di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga Terdiri dari 9 Desa yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, dan metode kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Desa Penelitian Pada bagian ini diuraikan profil Desa Sambirejo, yaitu meliputi letak geografis, keadaan tanah, luas penggunaan lahan dan keadaan pertanian. Pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan sistem jajar legowo di Kabupaten Bantul menggunakan metode dekriptif analisis. Metode deskriptif bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Undaan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kudus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Undaan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kudus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Undaan Kecamatan Undaan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kecamatan Undaan berada diantara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Karangsewu, Pandowan dan Tirtorahayu yang terbagi dalam 75 pedukuhan, 148

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Karangsewu, Pandowan dan Tirtorahayu yang terbagi dalam 75 pedukuhan, 148 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI A. Gambaran umum Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 1. Letak geografis Desa Pondowan

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kecamatan Kretek Kecamatan Kretek merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul. Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Kretek 17 18 Secara geografis Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Desa Penelitian BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data sekunder, Desa Batur merupakan salah desa di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN Singgih Kusuma Wardani / 20110220024 Francy Risvansuna

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA 5.1. Karakteristik Petani Padi Padi masih merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh petani tanaman pangan di Kabupaten Konawe dan Konawe

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan 1. Kondisi Geografis Desa Sedayulawas memiliki luas

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa Kranggan,

Lebih terperinci