HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian 1 Penetapan Metode Pengusangan Cepat untuk Mengidentifikasi Vigor Daya Simpan Benih Padi Gogo Percobaan ini dilakukan untuk menentukan metode pengusangan cepat yang sesuai untuk deteksi vigor daya simpan benih padi gogo. Metode pengusangan cepat yang dilakukan adalah pengusangan fisik pada suhu C dan RH 100%, penguapan dengan etanol 96%, dan perendaman dalam etanol 96%. Dari ketiga metode pengusangan ini dipilih satu yang sesuai digunakan untuk mendeteksi vigor daya simpan galur padi gogo. Pengusangan Fisik Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan pengusangan fisik dapat dilihat pada Lampiran 6-9. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan waktu pengusangan fisik terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (K CT ), dan laju pertumbuhan kecambah (LPK) pada Tabel 1 memperlihatkan faktor percobaan varietas maupun faktor pengusangan fisik memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Interaksi antar faktor varietas dan faktor pengusangan fisik memperlihatkan respon yang sama, yaitu tidak nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan pengusangan fisik serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah Variabel DB (%) IV (%) K CT (%/etmal) LPK (mg/kecambah) Varietas (V) Pengusangan fisik (F) Interaksi (V x F) Pr > F Pr > F Pr > F <0.0001** <0.0001** tn <0.0001** <0.0001** tn <0.0001** <0.0001** tn <0.0001** <0.0001** tn Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p 0.01; tn= tidak nyata; DB= daya berkecambah; IV= indeks vigor; K CT = kecepatan tumbuh; LPK= laju pertumbuhan kecambah

2 24 Pengaruh pengusangan fisik dan varietas terhadap DB, IV, K CT, dan LPK dari kelima varietas berbeda-beda (Tabel 2). Varietas Situ Patenggang memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan yang lebih besar dibanding varietas lain. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan pengusangan fisik selama 120 jam, dimana varietas Situ Patenggang masih memiliki daya berkecambah 24.67%, indeks vigor sebesar 5.33%, kecepatan tumbuh 4%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 4.37 mg/kecambah yang lebih tinggi dibandingkan varietas Limboto, Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6 dengan daya berkecambah masing-masing 0%, indeks vigor 0%, kecepatan tumbuh 0%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 0 mg/kecambah. Jika dilihat dari faktor daya berkecambah awal masing-masing varietas, yaitu 98.67% (Situ Patenggang), 98% (Limboto), 97.33% (Inpago 4) 98.67% (Inpago 5) dan 92.67% (Inpago 6), maka perbedaan respon terhadap deraan mungkin disebabkan adanya faktor genetik yang berbeda-beda antar varietas. Varietas yang kurang tahan terhadap deraan pengusangan fisik adalah varietas Inpago 6. Varietas Inpago 6 sudah tidak memberi nilai pengamatan terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah (secara berurut 0%, 0%, 0%/etmal, 0 mg/kecambah) pada pengusangan fisik selama 84 jam, sedangkan varietas lainnya masih memberikan nilai terhadap variabel yang diamati (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pengusangan dari jam terhadap kelima varietas dapat menurunkan rata-rata daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah disetiap titik waktu pengusangan. Rata-rata daya berkecambah kecambah kelima varietas berbeda nyata dengan kontrol pada pengusangan fisik selama 48 jam, rata-rata indeks vigor kelima varietas berbeda nyata dibanding kontrol pada pengusangan fisik selama 12 jam, rata-rata kecepatan tumbuh kelima varietas menunjukkan perbedaan yang nyata dibanding kontrol pada pengusangan fisik selama 36 jam, sedangkan rata-rata laju pertumbuhan kelima varietas berbeda nyata dibanding kontrol pada pengusangan fisik selama 60 jam. Ini berarti setiap titik pengusangan memberikan efek deraan yang berbeda-beda pada setiap variabel pengamatan.

3 25 Tabel 2 Pengaruh faktor tunggal pengusangan fisik dan varietas terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah Pengusangan fisik (jam) Situ Limboto Inpago Inpago Inpago Rata-rata Patenggang Daya berkecambah (%) a ab ab abc bcd cd de e f f f Indeks vigor (%) a b bc c c d e f fg g g Kecepatan tumbuh (%/etmal) a a ab bc bc cd d e f f f

4 26 Lanjutan Pengusangan Situ Limboto Inpago Inpago Inpago Rata-rata fisik (jam) Patenggang Laju pertumbuhan kecambah (mg/kecambah) a a ab ab ab b ab c d d d Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% data-data sebelum diolah ditansformasi kedalam (x + 0.5) 1/2 Semakin lama pengusangan fisik maka benih semakin mundur. Hasil penelitian Gholami dan Golpayageni (2011) pada benih padi yang mengalami pengusangan fisik selama 5 hari menunjukkan terjadi penurunan daya berkecambah dari 100% (kontrol) menjadi 40% pada hari kelima. Pengusangan fisik dilakukan dengan mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban yang tinggi (43-45 o C dan RH 100%), dimana suhu dan kelembaban yang tinggi saling berinteraksi dalam menyebabkan penurunan atau kemunduran benih. Benih bersifat higroskopis, ketika diusangkan benih akan menyerap air dari lingkungannya. Perubahan kadar air akan terus berlangsung sampai terjadi keseimbangan antara kadar air dan kelembaban disekitarnya. Selama belum terjadi keseimbangan, kadar air benih akan naik dengan semakin lama pengusangan fisik. Benih dengan kadar air tinggi akan aktif melakukan respirasi sehingga viabilitasnya cepat menurun. Harrington (1972) menyatakan setiap kenaikan 1% kadar air dan kenaikan 5 o C suhu akan mengurangi setengah daya hidup benih. Faktor kelembaban yang tinggi secara tidak langsung juga menyebabkan kondisi yang baik untuk pertumbuhan cendawan, sehingga terdapat benih yang terkontaminasi oleh cendawan selama pengusangan fisik dan mengakibatkan benih tidak dapat tumbuh normal.

5 27 Penguapan dengan Etanol 96% Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan penguapan dengan etanol 96% dapat dilihat pada Lampiran Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah (Tabel 3) memperlihatkan faktor percobaan varietas maupun faktor penguapan dengan etanol 96% memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Interaksi antar faktor varietas dan faktor penguapan dengan etanol 96% berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan indeks vigor, berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh, dan berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan kecambah. Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan penguapan dengan etanol 96% serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah Variabel DB (%) IV (%) K CT (%/etmal) LPK (mg/kecambah) Varietas (V) Penguapan dengan Etanol 96% (U) Interaksi (V x U) Pr > F Pr > F Pr > F <0.0001** <0.0001** ** <0.0001** <0.0001** ** <0.0001** <0.0001** * <0.0001** <0.0001** tn Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p 0.01; *)= berpengaruh nyata p 0.05; tn= tidak nyata; DB= daya berkecambah; IV= indeks vigor; K CT = kecepatan tumbuh; LPK= laju pertumbuhan kecambah Hasil pengamatan terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh (Tabel 4) serta laju pertumbuhan kecambah (Tabel 5) menunjukkan semakin lama penguapan dengan etanol 96% semakin menurun nilai dari variabel yang diamati. Setiap varietas umumnya memberi respon yang berbeda-beda.

6 28 Tabel 4 Pengaruh interaksi varietas dan waktu penguapan dengan etanol 96% terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh Penguapan dengan etanol (menit) Situ Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Daya berkecambah (%) a abc a a a-e a abc a-f a ab a-f ab a-d a-e a-d abc a-g ab a-e a-e abc a-d a-g abc a-f a-g a-f a-e a-h bc a-f e-i a-f a-e d-i dc a-h f-j a-g a-f g-j d c-i h-k e-i b-h jkl e i-l klm no lm mn f no no 5.33 pq no 6.00 pq g op no 2.00 q 4.00 pq 2.00 q 7.20 h Indeks vigor (%) a a abc ab c-g a ab e-h g-j bcd p-u b bcd d-g h-o b-e n-t b d-f f-i j-p g-l q-v c g-j h-n k-q g-l 8.00 s-x d g-j j-p m-s h-m 8.00 s-x de g-k l-r o-u i-p 6.67 u-y e o-u q-u r-w s-w 4.67 w-a f n-t 7.33 t-y 5.33 v-z 8.00 s-x 0.00 b 7.07 g v-z r-w 0.00 b 2.67 z-b 0.00 b 4.27 h y-b 4.00 x-a 0.00 b 1.33 a b 0.00 b 1.73 i Kecepatan tumbuh (%/etmal) a abc a-d abc a-h a ab b-h a-g a-f e-l b a-e a-h b-h a-f h-l b a-g b-i b-h a-h h-l bc b-h h-l e-l a-h i-m cd b-i klm f-l c-j lm de e-l klm h-l d-k 8.49 mn e j-m 8.37 mno lm i-m 6.50 nop 9.42 f mno 5.69 opq 2.50 st 5.88 pqr 3.31 s 5.07 g qrs 4.22 rs 0.81 uv 2.90 st 0.89 uv 2.57 h tu 2.91 st 0.30 v 0.68 uv 0.30 v 1.19 i Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% data-data sebelum diolah ditansformasi kedalam (x + 0.5) 1/2

7 29 Varietas Limboto dan Situ Patenggang lebih tahan deraan uap etanol dibanding varietas yang lain. Pada penguapan selama 200 menit, varietas Limboto dan Situ Patenggang memberikan nilai daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Varietas Limboto masih dapat berkecambah sebesar 17.33% pada penderaan selama 200 menit, begitu juga dengan varietas Situ Patenggang yang nilai daya berkecambahnya tidak berbeda nyata dengan varietas Limboto, yaitu sebesar 10.67%. Nilai indeks vigor varietas Limboto sebesar 4% dan Situ Patenggang 3.33%. kecepatan tumbuh varietas Limboto sebesar 2.91%/etmal dan Situ Patenggang 1.77%/etmal. Sedangkan untuk laju pertumbuhan kecambah varietas Limboto memberikan nilai tertinggi sebesar 2.90 mg/kecambah diikuti dengan Situ Patenggang sebesar 1.77mg/kecambah. Varietas yang kurang tahan terhadap deraan uap etanol 96% adalah varietas Inpago 4 dan Inpago 6. Hal ini dapat dilihat dari berbeda nyatanya nilai yang ditunjukkan oleh variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuh setelah didera dengan uap etanol selama 200 menit jika dibandingkan dengan varietas Limboto dan Situ Patenggang. Tabel 5 Pengaruh faktor tunggal penguapan dengan etanol 96% dan varietas terhadap laju pertumbuhan kecambah Penguapan dengan etanol (menit) Situ Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Laju pertumbuhan kecambah (mg/kecambah) a a a ab ab ab ab ab bc c d Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

8 30 Hasil pengamatan menunjukkan semakin lama penguapan dengan etanol 96% terhadap kelima varietas maka semakin menurun nilai dari daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah. Hasil penelitian Pian (1981) pada benih jagung menunjukkan semakin lama benih didera oleh uap etil alkohol semakin banyak etanol yang tertimbun dalam benih. Jumlah penimbunan etanol tersebut berkorelasi negatif dengan viabilitas benih. Penderaan dengan uap etanol juga menyebabkan tingkat kebocoran pada glukosa, nitrogen dan fosfor dari dalam benih semakin tinggi sehingga semakin menurunkan viabilitas benih. Perendaman dalam Etanol 96% Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman dalam etanol 96% dapat dilihat pada Lampiran Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah (Tabel 6) memperlihatkan faktor percobaan varietas maupun faktor perendaman dalam etanol 96% memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Interaksi antar faktor varietas dan faktor perendaman dalam etanol 96% terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah adalah berpengaruh sangat nyata. Tabel 6 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman dalam etanol 96% serta interaksi antara keduanya terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah Variabel DB (%) IV (%) K CT (%/etmal) LPK (mg/kecambah) Varietas (V) Perendaman dalam etanol 96% (C) Interaksi (V x C) Pr > F Pr > F Pr > F <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p 0.01; DB= daya berkecambah; IV= indeks vigor; K CT = kecepatan tumbuh; LPK= laju pertumbuhan kecambah

9 31 Hasil pengamatan terhadap daya berkecambah (Tabel 7) menunjukkan varietas Limboto dan Situ Patenggang lebih tahan terhadap perendaman dalam etanol 96% dibanding varietas yang lain. Nilai dari semua variabel pengamatan varietas Limboto dan Situ Patenggang lebih tinggi dan berbeda nyata jika dibanding varietas yang lain setelah direndam kedalam etanol 96% selama 20 menit. Setelah direndam dalam etanol 96% selama 20 menit varietas Limboto masih memiliki daya berkecambah sebesar 20%, indeks vigor 6%, kecepatan tumbuh 3.47%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 3.48 mg/kecambah. Varietas Situ Patenggang setelah direndam selama 20 menit dalam etanol 96% memiliki daya berkecambah sebesar 16.67%, indeks vigor 7.33%, kecepatan tumbuh 2.98%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 3.72 mg/kecambah. Varietas Inpago 4, Inpago 5, dan Inpago 6 dikategorikan memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah dibandingkan Situ Patenggang dan Limboto terhadap deraan perendaman dalam etanol 96%, karena setelah direndam selama 20 menit dalam etanol 96% masing-masing memperlihatkan nilai daya berkecambah 0%, indeks vigor 0%, kecepatan tumbuh 0%/etmal dan laju pertumbuhan kecambah 0 mg/kecambah. Tabel 7 Pengaruh interaksi varietas dan waktu perendaman dalam etanol 96% terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah Perendaman dalam etanol (menit) Situ Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Daya berkecambah (%) a a a a abc a ab ab a-e abc cde b ab a-d cde a-d gh c abc b-e efg c-f jk d a-d efg hi gh no e d-g fgh lm op mn f gh hi 9.33 qp 6.00 qr 6.67 qp g hij ij 6.00 qr 2.67 rst 4.00 qrs h kl kl 1.33 stu 0.67 tu 3.33 qrs i lm mn 1.33 stu 0.00 u 0.00 u 8.93 j mno mn 0.00 u 0.00 u 0.00 u 7.33 j

10 32 Lanjutan Perendaman dalam etanol (menit) Situ Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Indeks vigor (%) a ab c-f bc d-g a ab b-e l-p f-i o-s b bc f-j o-s g-k 6.67 q-u c b-e h-l o-s j-n 4.67 s-w c b-e k-o 5.33 r-v 7.33 q-u 4.00 t-w d e-h k-o 4.67 t-w 2.00 u-x 0.00 x e f-i j-o 1.33 vwx 0.67 wx 0.00 x ef i-m m-p 0.67 wx 0.00 x 0.00 x 9.73 f m-q 7.33 q-u 0.00 x 0.00 x 0.00 x 4.27 g p-t 4.67 t-w 0.00 x 0.00 x 0.00 x 2.80 g q-u 6.00 s-w 0.00 x 0.00 x 0.00 x 2.67 g Kecepatan tumbuh (%/etmal) a abc bcd abc def a ab b-e fgh def hij b abc efg hij efg 8.69 lm c c-f fgh jkl g-j 5.68 n d b-e hij 8.14 m 9.04 klm 2.28 qsr 9.60 e f-i jkl 4.06 op 1.98 qrss 2.92 pqr 6.57 f ijk 8.67 lm 1.57 stu 0.97 uv 1.02 tuv 4.67 g lm 7.73 m 0.93 uvw 0.43 vwx 0.60 u-x 3.70 h n 5.32 no 0.22 wx 0.10 x 0.52 vwx 2.36 i op 3.43 pq 0.21 wx 0.00 x 0.00 x 1.55 j pqr 3.47 pq 0.00 x 0.00 x 0.00 x 1.29 j Laju pertumbuhan kecambah (mg/kecambah) a 6.37 a-e 6.15 a-f 6.50 abc 4.75 c-j 6.16 a abc 6.18 a-f 5.31 a-i 6.05 a-f 4.51 e-k 5.72 ab abc 5.75 a-g 5.28 a-i 6.02 a-g 4.83 c-j 5.69 ab a-f 5.77 a-g 4.80 c-j 5.81 a-g 4.16 g-l 5.34 b a-d 5.10 b-i 5.55 a-h 5.01 b-i 4.58 d-k 5.34 b a-f 5.29 a-i 3.81 h-m 2.44 lmn 2.80 k-n 4.12 c a-g 5.41 a-h 2.38 mn 4.44 f-k 3.05 j-n 4.23 c b-i 6.76 ab 1.67 no 0.00 o 0.00 o 2.70 d a-i 5.80 a-g 0.00 o 0.00 o 0.00 o 2.20 de c-j 3.06 j-n 0.00 o 0.00 o 0.00 o 1.56 ef h-m 3.48 i-m 0.00 o 0.00 o 0.00 o 1.44 f Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% data-data sebelum diolah ditansformasi kedalam (x + 0.5) 1/2

11 33 Perendaman dalam etanol 96% mampu memundurkan mutu benih. Hasil penelitian Salehi et al. (2008) pada benih rumput yang direndam dalam etanol 10% menunjukkan rumput marga Lolium mengalami penurunan daya berkecambah dari 89.5% (0 jam perendaman) menjadi 5.75% (4 jam perendaman) dan marga Festuca dari 87% (0 jam perendaman) menjadi 6% (4 jam perendaman). Penelitian Addai dan Kantanka (2006) terhadap tiga genotipe kedelai menunjukkan setelah direndam dalam etanol 20% selama 2 jam, menghasilkan rata-rata daya berkecambah sebesar 35%, yang menurun jika dibandingkan dengan rata-rata daya berkecambah awal sebesar 100%. Penentuan Metode Metode yang dipilih didasarkan pada kurva yang dibentuk oleh data rata-rata variabel daya berkecambah dari hasil analisis regresi. Kurva yang dipilih adalah kurva dengan nilai R 2 tertinggi, dimana menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) semakin besar nilai R 2 maka model persamaan semakin mampu menerangkan variabel y. Selain melihat dari kurva daya berkecambah, metode yang dipilih juga didasarkan pada kemudahan pelaksanaan pengusangan dan kecepatan waktu pelaksanaan pengusangan. Waktu pengusangan yang digunakan adalah waktu pengusangan yang dibutuhkan untuk memperoleh daya berkecambah 80%. Hal ini disesuaikan dengan persyaratan sertifikasi benih bina tanaman pangan, dimana daya berkecambah minimal benih padi sebesar 80% (Deptan 2009). Hasil analisis regresi dari rata-rata daya berkecambah kelima varietas padi gogo pada pengusangan fisik, penguapan dengan etanol 96% dan perendaman dalam etanol 96% menunjukkan nilai R 2 tertinggi ada pada regresi kubik. Persamaan regresi kubik yang dihasilkan pada pengusangan fisik adalah adalah Y = x x x 3, dimana Y adalah daya berkecambah, x adalah waktu pengusangan fisik (jam). Nilai R 2 pada pengusangan fisik adalah 97,6% (Gambar 1). Daya berkecambah 80% diperoleh dari pengusangan fisik selama 37.5 jam atau 37 jam 30 menit.

12 Daya Berkecambah (%) Daya Berkecambah (%) Y = x x x 3 R 2 = 97.6% Waktu Pengusangan Fisik (Jam) Gambar 1 Kurva hubungan antara waktu pengusangan fisik dengan daya berkecambah benih Persamaan regresi kubik yang dihasilkan pada penguapan dengan etanol 96% adalah adalah Y = x x x 3, dimana Y adalah daya berkecambah, x adalah waktu penguapan dengan etanol 96% (menit). Nilai R 2 pada penguapan dengan etanol 96% adalah 96.4% (Gambar 2). Untuk memperoleh daya berkecambah 80% pada penguapan dengan etanol 96% maka diperlukan waktu penguapan selama 83.6 menit atau 83 menit 36 detik Y = x x x 3 R 2 = 96.4% Waktu Pengusangan dengan Uap Etanol 96 % (Menit) Gambar 2 Kurva hubungan antara pengusangan dengan uap etanol 96% dengan daya berkecambah benih

13 Daya Berkecambah (%) 35 Persamaan regresi kubik yang dihasilkan pada perendaman dalam etanol 96% adalah adalah Y = x x x 3, dimana Y adalah daya berkecambah, x adalah waktu perendaman dalam etanol 96% (menit). Nilai R 2 pada perendaman dalam etanol 96% adalah 99.4% (Gambar 3). Waktu perendaman yang diperlukan untuk memperoleh daya berkecambah 80% pada perendaman dalam etanol 96% adalah 3.4 menit atau 3 menit 24 detik Y = x x x 3 R 2 = 99.4% Waktu Pengusangan dengan Perendaman dalam Etnol 96% (Menit) 12 Gambar 3 Kurva hubungan antara waktu pengusangan dengan perendaman dalam etanol 96% dengan daya berkecambah benih Rekapitulasi dari semua hasil pengamatan terhadap metode pengusangan yang dilakukan menunjukkan bahwa metode pengusangan dengan cara direndam dalam larutan etanol 96%, memiliki kelebihan dari metode pengusangan fisik dan penguapan dengan etanol 96%. Kurva yang dibentuk oleh rata-rata daya berkecambah varietas dengan perendaman dalam etanol menunjukkan penurunan yang perlahan-lahan, dari daya berkecambah tinggi ke daya berkecambah yang rendah dan nilai R 2 dari kurva yang dibentuk lebih tinggi dari yang lainnya, yaitu 99.4% sedangkan untuk pengusangan fisik 97.6%, dan pengusangan dengan uap etanol sebesar 96.4%. Selain itu rata-rata daya berkecambah perendaman dengan etanol 96% menunjukkan perbedaan yang nyata antara titik pengusangan yang satu dengan titik pengusangan yang lainnya. Berarti setiap titik pengusangan mampu memundurkan benih dengan daya berkecambah yang berbeda-beda secara nyata

14 36 Metode perendaman dalam etanol 96% memerlukan waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan daya berkecambah 80%, yaitu 3 menit 24 detik dibanding dengan pengusangan fisik selama 37 jam 30 menit dan penguapan dalam etanol selama 83 menit 36 detik. Waktu pengusangan untuk menghasilkan daya berkecambah 80% diperoleh dari rumus regresi kubik dari masing-masing pengusangan. Metode perendaman dalam etanol lebih mudah dan cepat waktu pengujiannya dibanding pengusangan fisik dan penguapan dengan etanol. Perendaman dalam etanol 96% dapat mengatasi kelemahan metode pengusangan cepat cara fisik, yaitu tidak mengundang pertumbuhan cendawan selama perlakuan. Metode pengusangan fisik dalam pelaksanaanya memiliki kekurangan, yaitu dapat mengakibatkan benih berjamur sebelum ditanam, selain itu juga benih dapat menjadi basah karena terkena tetesan air, walaupun hal tersebut telah diminimalisir dengan memasang kain pada tray yang diletakkan diatas benih. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode pengusangan dengan perendaman dalam etanol 96% tersebut diatas dijadikan sebagai dasar untuk memilih metode pengusangan dengan perendaman dalam etanol 96% sebagai metode yang sesui untuk mengidentifikasi vigor daya simpan benih galur padi gogo. Waktu perendaman yang diperlukan untuk mengidentifikasi vigor daya simpan benih galur padi gogo adalah 3 menit 24 detik. Pengaruh Metode Pengusangan Cepat Terpilih (Perendaman dalam Larutan Etanol) Terhadap Mutu Fisiologi dan Fisikokimiawi Benih Perubahan fisiologi pada metode pengusangan cepat terpilih (perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik) diamati melalui tolok ukur daya berkecambah dan kecepatan tumbuh, sedangkan perubahan fisikokimiawi pada benih dideteksi melalui uji daya hantar listrik, kebocoran protein, kebocoran total gula dan kebocoran fosfor. Pengujian fisikokimiawi dilakukan pada air rendaman benih setelah perlakuan perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik. Hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati dapat dilihat pada Lampiran Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas pada

15 37 perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati (Tabel 8) memperlihatkan faktor percobaan varietas memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan daya hantar listrik, berpengaruh nyata terhadap kebocoran total gula, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kebocoran protein dan kebocoran fosfor. Sedangkan faktor perendaman dalam etanol 96% memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah dan kecepatan tumbuh, tetapi memberi pengaruh yang tidak nyata terhadap daya hantar listrik, kebocoran protein, kebocoran total gula, dan kebocoran fosfor. Interaksi antar varietas dan perendaman dalam etanol 96% tidak memberi pengaruh yang nyata pada variabel yang diamati. Tabel 8 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh varietas dan perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati Variabel DB (%) K CT (%/etmal) DHL (µs/g/cm) Kebocoran protein (µg/g) Kebocoran total gula (µg/g) Kebocoran fosfor (µg/g) Varietas (V) Perendaman dalam etanol 96% (C) Interaksi (V x C) Pr > F Pr > F Pr > F <0.0001** <0.0001** tn <0.0001** <0.0001** tn <0.0001** tn tn tn tn tn * tn tn tn tn tn Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p 0.01; *)=berpengaruh nyata p 0.05; tn= tidak nyata; DB= daya berkecambah; K CT = kecepatan tumbuh; DHL= daya hantar listrik. Semua varietas yang direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik mengalami penurunan daya berkecambah (Tabel 9) jika dibandingkan dengan kontrol. Benih padi yang berviabilitas tinggi adalah yang memiliki daya berkecambah minimal 80%, jika benih padi yang telah didera dengan perendaman dalam etanol 96% masih memiliki daya berkecambah 80% maka dapat diduga benih tersebut memiliki vigor daya simpan yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan semua varietas setelah direndam selama 3 menit 24 detik dalam etanol 96% masih memiliki daya berkecambah diatas 80%, kecuali varietas Limboto (71.33%). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Situ Patenggang,

16 38 Inpago 4, Inpago 5 dan Inpago 6 diduga memiliki vigor daya simpan yang lebih baik dibandingkan varietas Limboto. Kecepatan tumbuh dari varietas Situ Patenggang setelah direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik memberikan nilai tertinggi yaitu 17.12%/etmal, sedangkan kecepatan tumbuh terendah terdapat pada varietas Limboto yaitu 4.47%/etmal. Sadjad et al. (1999) menyatakan bahwa benih yang kurang vigor akan berkecambah normal untuk jangka waktu yang lebih lama dibanding benih yang vigor. Hasil pengamatan terhadap daya berkecambah dan kecepatan tumbuh menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata dari kelima varietas yang direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik dengan nilai rata-rata perlakuan kontrol. Adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan dan kontrol maka secara fisiologis perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik dapat digunakan untuk menilai vigor daya simpan benih. Nilai daya hantar listrik varietas setelah direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik cenderung meningkat (Tabel 9), walaupun tidak berbeda nyata dengan kontrol. Varietas Inpago 5 memiliki nilai daya hantar listrik terbesar yaitu 9.24 µmhos/g/cm dibandingkan varietas Situ Patenggang sebesar 8.41 µmhos/g/cm, Limboto sebesar 5.20 µmhos/g/cm, Inpago 4 sebesar 8.04 µmhos/g/cm dan Inpago 6 sebesar 7.70 µmhos/g/cm. Walaupun terdapat kencenderungan setiap varietas menunjukkan nilai daya hantar listrik setelah direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik yang lebih tinggi dibanding kontrol, namun rata-rata daya hantar listrik dari kelima varietas yang telah direndam dalam etanol 96% tidak berbeda nyata dengan ratarata kontrol dari kelima varietas. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik belum mampu menimbulkan kerusakan terhadap membran sel. Priestley dan Leopold (1980) menyatakan bahwa kerusakan membran pada benih kedelai yang didera dengan alkohol juga disebabkan oleh jumlah alkohol yang berpenetrasi kedalam benih, semakin banyak alkohol yang diserap oleh benih maka semakin rusak membrannya.

17 39 Tabel 9 Pengaruh faktor tunggal varietas dan perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati Perendaman dalam etanol (detik) Situ Patenggang Limboto Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Rata-rata Daya berkecambah (%) Kontrol a 3 menit 24 detik b Kecepatan tumbuh (%/etmal) Kontrol a 3 menit 24 detik b Daya hantar listrik (µmhos/cm/g) Kontrol a 3 menit 24 detik a Kebocoran protein (µg/g) Kontrol a 3 menit 24 detik a Kebocoran total gula (µg/g) Kontrol a 3 menit 24 detik a Kebocoran fosfor (µg/g) Kontrol a 3 menit 24 detik a Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Kebocoran hasil metabolisme berupa protein, total gula dan fosfor dalam air rendaman benih yang telah direndam dalam etanol selama 3 menit 24 detik antar varietas berbeda-beda. Setelah benih direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik, umumnya nilai kebocoran hasil metabolisme meningkat dibanding kontrol. Kebocoran protein tertinggi terdapat pada varietas Inpago 4 yaitu µg/g, kebocoran total gula dan fosfor tertinggi terdapat pada varietas Limboto yaitu µg/g dan µg/g. Penelitian Malik dan Shamet (2009) terhadap benih pinus yang disimpan selama 3 bulan pada suhu o C didalam pot tanah menunjukkan terdapat kenaikan protein yaitu 13.03% (sebelum disimpan) menjadi 15.96% serta penurunan daya berkecambah dari 95% (sebelum disimpan) menjadi 94.34%. Hasil penelitian Abdul-Baki dan Anderson (1970) menunjukkan kebocoran gula

18 40 pada air rendaman benih barley utamanya disebabkan oleh laju pemanfaat gula selama perkecambahan bukan oleh permeabilitas mebran, semakin viabel benih semakin laju penggunaannya sehingga semakin rendah konsentrasinya di dalam media perendam. Penelitian Ouyang et al. (2002) menunjukkan terdapat kenaikan kebocoran fosfor pada benih jagung yang diusangkan pada suhu 40 o C selama 4 hari dibandingkan benih jagung tanpa pengusangan. Priestley dan Leopold (1980) menyatakan kerusakan benih kedelai oleh alkohol disebabkan adanya elusi fosfolipida dan denaturasi protein membran. Perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada membran sel tetapi diduga merusak protein fungsional termasuk enzim sehingga dapat menurunkan daya berkecambah benih. Penelitian 2 Deteksi Vigor Daya Simpan 26 Galur Padi Gogo Metode perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik yang terpilih pada percobaan pertama diterapkan pada 26 galur padi gogo untuk mendeteksi vigor daya simpan padi gogo. Hasil analisis ragam pengaruh galur dan perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik terhadap variabel yang diamati dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi hasil analisis menunjukkan faktor galur padi gogo dan perendaman dalam etanol 96% berpengaruh sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah (DB) dan kecepatan tumbuh (K CT ). Interaksi antar galur padi gogo dan perendaman dalam etanol 96% memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap DB dan K CT (Tabel 10). Tabel 10 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh galur dan perendaman dalam etanol 96% selama 0 menit dan 3 menit 24 detik terhadap daya berkecambah dan kecepatan tumbuh Variabel DB (%) K CT (%/etmal) Varietas (V) Perendaman dalam etanol 96% (C) Interaksi (V x C) Pr > F Pr > F Pr > F <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** <0.0001** Keterangan: **)= berpengaruh sangat nyata p 0.01; DB= daya berkecambah; K CT = kecepatan tumbuh

19 41 Hasil penelitian menunjukkan respon galur-galur yang diuji terhadap perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik beragam (Tabel 11). Galur yang setelah direndam dengan etanol selama 3 menit 24 detik dan masih memiliki daya berkecambah 80% dikatakan memiliki vigor daya simpan yang baik. Semakin kecil selisih penurunan daya berkecambah antara kontrol dengan perlakuan, maka diduga semakin tinggi vigor daya simpan galur tersebut. Penelitian Addai dan Kantanka (2006) terhadap tiga genotipe kedelai menunjukkan genotipe kedelai yang setelah didera dengan etanol 20% selama 2 jam dan masih memiliki daya berkecambah yang lebih tinggi dibanding genotipe lain, pada penyimpanan suhu ruang selama empat bulan juga menunjukkan penurunan daya berkecambah yang lebih rendah dibanding genotipe lainnya. Penderaan terhadap 26 galur melalui perendaman dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik menunjukkan terdapat 22 galur yang daya berkecambahnya 80%. Galur-galur tersebut adalah B TB-1-2, B12154D-MR-10, B11592F- MR , B12158E-TB-1, B1279OE-TB-2-1, B12151D-MR-4, B1215D-MR- 11, B12825E-TB-1-22, B1282E-TB-2-11, B12159D-MR-40-1, B11604E-MR-2-4, B12497C-MR-37, B11584E-MR , B11923P-MR-35-5, B11913C- MR-1-2-4, B10162-Al-B109-6, B11602-MR-1-52, TB4101B-TB-21-2, B12825E- TB , B11913C-MR-1-2-3, B1580E-KN , dan B11629C-MR-1. Variabel pengamatan K CT (Tabel 11) menunjukkan dari 26 galur yang diusangkan terdapat 19 galur yang penurunan nilai kecepatan tumbuhnya tidak berbeda nyata dengan kontrol. Galur-galur tersebut adalah B TB-1-2, B12154D-MR-10, B11592F-MR , B12158E-TB-1, B1279OE-TB-2-1, B1215D-MR-11, B1282E-TB-2-11, B12159D-MR-40-1, B11604E-MR-2-4, B12497C-MR-37, B11923P-MR-35-5, B11913C-MR-1-2-4, B10162-Al-B109-6, B11602-MR-1-52, TB4101B-TB-21-2, B12825E-TB , B11913C-MR , B1580E-KN , dan B11629C-MR-1.

20 42 Tabel 11 Pengaruh interaksi galur dan perendaman dalam etanol 96% terhadap daya berkecambah, delta daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan delta kecepatan tumbuh Galur DB (%) delta DB K CT (%/etmal) kontrol 3 24 (%) kontrol 3 24 delta K CT (%) B TB a-d def d-m m-p 2.92 B11576F-MR a-d g a-g op 6.07 B12154D-MR a-e a-e k-o k-o 0.27 B11592F-MR a-e b-e b-k k-o 2.48 B12158E-TB a-e a-e b-k k-o 2.45 B1279OE-TB a-d a-e a-e e-n 2.90 B12151D-MR a-c a-e a-f g-n 3.10 B1215D-MR a-e a-e e-n k-o 1.33 B12825E-TB abc a-e abc e-n 3.61 B12825E-TB a-e g a-i p 6.93 B1282E-TB abc a-e a-h e-n 1.78 B12159D-MR a-e cde e-n l-p 2.88 B12158D-MR ab fg a-e p 7.63 B11604E-MR a-e ef e-n nop 3.10 B11592F-MR a-e h e-m 7.02 q 9.07 B12497C-MR a-d a-e a-j f-n 2.18 B11584E-MR a-d cde a-e i-o 3.96 B11923P-MR a-d a-e b-k h-o 1.68 B11913C-MR a-e a-e c-l h-o 1.46 B10162-Al-B a-e a-e b-k k-o 2.80 B11602-MR a ab a abc 0.77 TB4101B-TB a-e a-e c-k k-o 2.18 B12825E-TB a-d a-e a-f d-m 2.13 B11913C-MR a-e a-e e-n k-o 1.73 B1580E-KN a-c a-e a-e b-k 1.72 B11629C-MR abc a-e a-d f-n 3.77 Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% nama galur yang ditebalkan merupakan galur dengan vigor daya simpan yang lebih tinggi 3 24 = 3 menit 24 detik delta= selisih antara kontrol dan perlakuan perendaman dalam etanol 96% selama 3 24 DB= daya berkecambah K CT= kecepatan tumbuh

21 43 Tiga galur yang diduga memiliki ketahanan terhadap deraan etanol yang lebih baik diantara 24 galur tersebut diatas adalah B12154D-MR-10, B1215D- MR-11 dan B11602-MR Hal ini dapat dilihat dari variabel daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang memberi penurunan yang lebih kecil terhadap kontrol dibandingkan dengan galur lainnya dan nilainya tidak berbeda nyata dengan kontrol. Setelah direndam dalam etanol 96% selama 3 menit 24 detik pada variabel daya berkecambah nilainya menurun 0.67% terhadap kontrol untuk galur B12154D-MR-10, 0.66% untuk B1215D-MR-11 dan 1.33% untuk B11602-MR Penurunan nilai perlakuan terhadap kontrol pada variabel kecepatan tumbuh untuk galur B12154D-MR-10, B1215D-MR-11 dan B MR-1-52 berturut-turut 0.27%/etmal, 1.33%/etmal, dan 0.77%/etmal. Sifat galur yang tahan terhadap deraan perendaman dalam etanol 96% disebabkan sifat genetis. Ketiga galur tersebut diatas diduga memiliki vigor daya simpan yang paling tinggi diantara galur lainnya. Galur yang memiliki vigor daya simpan yang tinggi akan memiliki daya simpan yang tinggi pula. Galur yang diduga memiliki vigor daya simpan yang rendah adalah B11576F-MR-18-2, B12825E-TB-1-25, B12158D-MR-69 dan B11592F-MR Galur-galur tersebut walaupun memiliki daya berkecambah awal 90%, tetapi setelah direndam dalam etanol, daya berkecambahnya menjadi lebih kecil dari 80% dan berbeda nyata dengan kontrol serta memiliki delta daya berkecambah yang lebih besar dibanding galur-galur lainnya. Daya berkecmbah galur B11576F-MR-18-2 menurun 30.67% terhadap kontrol, B12825E-TB-1-25 menurun 25.33%, B12158D-MR-69 menurun 30%, dan B11592F-MR menurun 45.33%. Kecepatan tumbuh dari galur-galur tersebut juga mengalami penurunan yang berbeda nyata dengan kontrol dengan nilai delta kecepatan tumbuh yang besar. Penurunan nilai perlakuan terhadap kontrol pada variabel kecepatan tumbuh untuk galur B11576F-MR-18-2, B12825E-TB-1-25, B12158D- MR-69 dan B11592F-MR berturut-turut 6.07%/etmal, 6.93%/etmal, 7.63%/etmal, dan 9.07%/etmal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Kromatografi dan Analisis Tumbuhan, Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan

Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan Varietas/Genotipe Padi Sawah Padi Gogo Padi Rawa Aek Sibundong Batu Tegi B11586F-MR-11-2-2 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Informasi umum mengenai kondisi awal benih sebelum digunakan dalam penelitian ini penting diketahui agar tidak terjadi kekeliruan dalam penarikan kesimpulan (misleading

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah Batu Tegi B11586F-MR Aek Sibundong Jati Luhur Inpara 2

Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah Batu Tegi B11586F-MR Aek Sibundong Jati Luhur Inpara 2 LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Daftar Nama Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Penelitian Pendahuluan Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi

Lebih terperinci

Uji Hedonik. Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Jenis Contoh : Sosis Sapi : Nyatakan skor penilaian anda pada kolom di bawah ini.

Uji Hedonik. Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Jenis Contoh : Sosis Sapi : Nyatakan skor penilaian anda pada kolom di bawah ini. 53 Lampiran 1. Formulir Pengujian Hedonik Uji Hedonik Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Jenis Contoh : Sosis Sapi Instruksi : Nyatakan skor penilaian anda pada kolom di bawah ini. Karakteristik 495 324

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Metode Pengusangan APC IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM ini dirancang untuk dapat melakukan pengusangan cepat secara fisik maupun kimia. Prosedur

Lebih terperinci

Lampiran1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada Pengujian Pendahuluan. Genotipe Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah Situpatenggang

Lampiran1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada Pengujian Pendahuluan. Genotipe Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah Situpatenggang Lampiran1. Daftar Genotipe Padi Gogo, Rawa dan Sawah yang Digunakan pada Pengujian Pendahuluan Genotipe Padi Gogo Padi Rawa Padi Sawah Situpatenggang B10891B-MR-3-KN-4-1-1- MR-1 Aek Sibundong Inpago 5

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan terluas diantara empat spesies phaseolus yang diusahakan dan semuanya berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah Pepaya Varietas Sukma Rekapitulasi sidik ragam pada pepaya Varietas Sukma baik pada faktor tunggal maupun interaksinya dilihat pada Tabel 1. Faktor

Lebih terperinci

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL AMALIA ROSIDA

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL AMALIA ROSIDA PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL AMALIA ROSIDA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kacang tanah termasuk kelompok benih ortodoks yaitu benih yang memerlukan kadar air (KA) rendah agar viabilitas benih dapat dipertahankan selama di penyimpanan. Benih kacang tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH Oleh: NURUL FITRININGTYAS A10400019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Vigor benih menunjukkan potensi benih untuk tumbuh dan berkembang dari kecambah normal pada berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,6 juta ton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol 80 Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol Perlakua Tolok Hasil Analisis Regresi Peluan Kode**/*/NS Nilai b Persamaan Anov Kode

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya meningkat 1,48

Lebih terperinci

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT) Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT) Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH Oleh: NURUL FITRININGTYAS A10400019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Secara struktural benih itu sama dengan biji tumbuhan yang dihasilkan dari ovula yang dibuahi. Tetapi secara fungsional benih itu tidak sama dengan biji, sebab benih digunakan

Lebih terperinci

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor I. PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode penyimpanan benih mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor alami. Proses ini disebut deteriorasi. Kemunduran benih dapat juga tejadi oleh tindakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih memiliki rata-rata daya berkecambah awal sebesar 94%. Kadar air awal benih sebelum mendapatkan perlakuan adalah 5-5.6%. Keterangan lebih lengkap mengenai kondisi

Lebih terperinci

DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN PERLAKUAN ETANOL ASTRYANI ROSYAD

DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN PERLAKUAN ETANOL ASTRYANI ROSYAD DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN PERLAKUAN ETANOL ASTRYANI ROSYAD DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor terhadap Kekeringan pada Benih Padi Gogo dan Padi Sawah

Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor terhadap Kekeringan pada Benih Padi Gogo dan Padi Sawah Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor terhadap Kekeringan pada Benih dan Padi Sawah Testing for Seed Storability and Vigor to drought on Upland and Lowland Rice Feni Shintarika, Faiza Chairani Suwarno

Lebih terperinci

Alat Pengusang Cepat IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai

Alat Pengusang Cepat IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai TERRYANA ET AL.: ALAT PENGUSANG CEPAT BENIH KEDELAI Alat Pengusang Cepat IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai Accelerated Aging Machine IPB 77-1 MM for Soybean Seed Screening Based

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

METODE PENGUSANGAN CEPAT UNTUK PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH CABAI (Capsicum annuum L.)

METODE PENGUSANGAN CEPAT UNTUK PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) METODE PENGUSANGAN CEPAT UNTUK PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) Accelerated aging methods for seed vigor testing in relation to storability of pepper (Capsicum annuum L.) seed

Lebih terperinci

Bul. Agrohorti 6 (2) : (2018)

Bul. Agrohorti 6 (2) : (2018) Uji Tetrazolium pada Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) sebagai Tolok Ukur Viabilitas Tetrazolium Test on Winged Bean Seed (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) As Standard Measuring

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol

Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol Storability of Soybean (Glycine max L.) Seed After Accelerated Aging Treatment With Ethanol Nitasari

Lebih terperinci

Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.)

Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.) Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.) Evaluation of Vigor From Several Variable to Estimate Relabelling Extension of Rice Seeds (Oryza sativa

Lebih terperinci

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Percobaan bertujuan untuk melihat pengaruh takaran

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE Rahmawati 1) dan Syamsuddin 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Serealia dan 2) Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat ABSTRAK Kemunduran mutu

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI i PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Kacang Tanah Faktor-faktor yang ikut berperan terhadap peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah, antara lain varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Hortikultura dan rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian ini

Lebih terperinci

VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH BENIH JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) ATIKA MAYANG SARI

VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH BENIH JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) ATIKA MAYANG SARI VIGOR DAYA SIMPAN DAN VIGOR KEKUATAN TUMBUH BENIH JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) ATIKA MAYANG SARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh tingginya vigor awal yang merupakan hasil dari faktor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Padi Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo dan Padi Rawa

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Padi Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo dan Padi Rawa TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim yang dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan termasuk famili Graminae. Berdasarkan klasifikasi padi berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan

Lebih terperinci

STUDI DAYA HANTAR LISTRIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) Oleh Ida Puspita Brillianti A

STUDI DAYA HANTAR LISTRIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) Oleh Ida Puspita Brillianti A STUDI DAYA HANTAR LISTRIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) Oleh Ida Puspita Brillianti A34404055 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Mengenai Buncis Secara Umum Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Amerika. Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe

Lebih terperinci

Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan

Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan Viability of Jack bean seed (Canavalia ensiformis (L.)DC.) storaged in various types of

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) TIPE IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) RIAH BADRIAH A

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) TIPE IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) RIAH BADRIAH A PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) TIPE IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) RIAH BADRIAH A24080076 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

Suhu udara pengeringan ( C) Sumber: Otten et al. (1984)

Suhu udara pengeringan ( C) Sumber: Otten et al. (1984) 12 Tabel 2. Persentase biji retak setelah biji kacang-kacangan dikeringkan pada beberapa taraf kelembaban udara dan suhu udara pengeringan Kelembaban udara (%) Suhu udara pengeringan ( C) 40 50 60 10 17.2

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

Bab. Segitig. Mari menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. Segitiga dan Jajargenjang 103

Bab. Segitig. Mari menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. Segitiga dan Jajargenjang 103 Bab 4 Segitig gitiga dan Jajargenjang Mari menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. Segitiga dan Jajargenjang 103 104 Ayo Belajar Matematika Kelas IV A. Keliling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat hasil. Penggunaan benih bermutu tinggi dalam budidaya akan menghasilkan panen tanaman yang tinggi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Berat Kering Biji Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan hasil analisis varian dua jalur terhadap variabel berat kering biji jagung yang berasal dari posisi yang berbeda pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyimpanan Benih Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Umur Tanaman Pada Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji Padi pada Malai Terhadap Kematangan dan Viabilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji Padi pada Malai Terhadap Kematangan dan Viabilitas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Posisi Biji Padi pada Malai Terhadap Kematangan dan Viabilitas pada Berbagai Umur Panen Berdasarkan hasil analisis varian (ANOVA) menunjukkan bahwa posisi benih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum)

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum) 72 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum) Nama Varietas : Coker 176 Tanggal uji : 23 Juli 2010 Uji daya kecambah : 98% Uji kadar air : 6,9% penyimpanan : 16-18 C Tahun Lepas : 2011

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN ANTOSIANIN DENGAN KETAHANAN BENIH TERHADAP PENGUSANGAN CEPAT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HENY AGUSTIN A

HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN ANTOSIANIN DENGAN KETAHANAN BENIH TERHADAP PENGUSANGAN CEPAT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HENY AGUSTIN A HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN ANTOSIANIN DENGAN KETAHANAN BENIH TERHADAP PENGUSANGAN CEPAT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HENY AGUSTIN A24061070 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 53 PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Tita Kartika Dewi 1 1) Fakultas

Lebih terperinci