BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Widyawati Kusuma
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungsi Pengertian Fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:751) kata fungsi mempunyai arti sebagai berikut, yaitu : 1. Jabatan (pekerjaan yang dilakukan). 2. Faal (kerja suatu bagian tubuh). 3. Matematika besaran yang berhubungan. 4. Kegunaan suatu hal. 5. Peran sebuah unsur bahasa dalam satuan yang lebih luas. Pengertian Fungsi yang ke empat, yaitu kegunaan suatu hal, dapat diartikan sebagai pengertian yang cocok jika diartikan. 2.2 Pengertian Pengawasan Pengertian pengawasan menurut Revrisond Baswir (1997:118) adalah : Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan suatu pekerjaan atau kegiatan itu dilakukan sesuai dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan Pengawasan yang dimaksud disini adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas secara fungsional yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang undangan yang berlaku, pengawasan fungsional ini dilakukan oleh lembaga / unit / badan yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian dengan cara membandingkan antara peraturan / rencana / program dengan kondisi atau kenyataan yang ada.
2 Pengertian Badan Pengawasan Daerah, dan Fungsinya Salah satu Badan Pengawasan yang ada didaerah adalah BAWASDA. Berdasarkan Keputusan Walikota Sukabumi Nomor : 82 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi, dan tata kerja Badan Pengawasan Daerah pasal 2 bahwa : Badan Pengawasan Daerah adalah lembaga teknis daerah berbentuk badan, merupakan unsur penunjang pemerintah daerah, dibidang pengawasan yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Badan Pengawasan Daerah merupakan alat kontrol pemerintah yang berbentuk badan dan dipimpin oleh seorang kepala badan terutama dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan pemerintahan daerah. Sedangkan Badan Pengawasan Daerah sendiri mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang pengawasan dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Badan Pengawasan Daerah mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengawasan. 2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pengawasan. 3. Pembinaan terhadap seluruh perangkat Badan Pengawasan Daerah. Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pengawasan Daerah wajib menerapkan koordinasi, integritas, dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal. Kepala Badan Pengawasan Daerah selaku pemimpin, wajib memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing serta pemberian bimbingan dan petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugasnya Tujuan dan Ruang Lingkup Badan Pengawasan Daerah Mengenai tujuan Badan Pengawasan Daerah sebenarnya sudah tersirat dalam definisi Badan Pengawasan Daerah itu sendiri yaitu membantu seluruh manajemen pemerintahan agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif,
3 10 dengan jalan memberikan analisis, penilaian, saran dan keterangan dari operasional pemerintahan yang diperiksanya. Agar tujuan pengawasan Daerah tercapai, maka kegiatan-kegiatan pengawasan daerah harus mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Meneliti dan menilai tentang pelaksanaan pengawasan dibidang akuntansi, keuangan, dan operasi telah cukup efektif dan memenuhi syarat. 2. Menilai apakah kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan benar-benar ditaati. 3. Menilai kecermatan data-data akuntansi dan data-data lain dalam organisasi pemerintahan. 4. Menilai mutu atas pelaksanaan dari masing-masing tugas yang telah diberikan kepada masing-masing anggota manajemen pemerintahan. Bahwa ruang lingkup Badan Pengawasan Daerah harus mencakup pemeriksaan dan penilaian, kecukupan dan ketelitian dari sistem pengawasan daerah suatu instansi serta menunjukan kualitas pelaksanaan dalam tanggung jawab yang diberikan. Dalam Instruksi Presiden No.15 Tahun 1983 pada pasal 2 ayat 2 ditetapkan ruang lingkup pengawasan, yang meliputi : a. Kegiatan umum pemerintahan. b. Pelaksanaan rencana pembangunan. c. Penyelenggaraan pengurusan dan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara. d. Kegiatan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah. e. Kegiatan aparatur pemerintahan dibidang yang mencakup kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan Pentingnya Badan Pengawasan Daerah Akibat dari semakin luasnya kinerja pemerintahan, timbulah dampak negatif seperti makin jauhnya hubungan antara pimpinan dengan bawahan secara langsung. Dengan demikian diperlukan suatu alat penghubung untuk menjembataninya, peranan penting dari Badan Pengawasan Daerah dalam membantu manajemen pemerintahan untuk memeriksa dan mengawasi metode dan yang menjadi alat peningkatan pendapatan. Sehingga dengan adanya Badan
4 11 Pengawasan Daerah pelaksanaan pendapatan dapat terkontrol sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Badan Pengawasan Daerah dapat memberikan rekomendasi bagi perbaikan dalam pelaksanaan peningkatan pendapatan Independensi Badan Pengawasan Daerah Badan Pengawasan Daerah mempunyai wewenang untuk memeriksa dan mengawasi setiap bagian dalam pemerintahan, sehingga dalam melaksanakan kegiatannya, Badan Pengawasan Daerah dapat bertindak sesubjektif dan seefisien mungkin. Oleh karena itu pula, sebaiknya Badan Pengawasan Daerah tidak mempunyai wewenang langsung atas setiap bagian yang akan diawasi sehingga dapat mempertahankan independensi dalam organisasi pemerintahan. Independensi mengenai Badan Pengawasan Daerah tercantum dalam Norma Pemeriksaaan Aparat pengawasan fungsional pemerintah yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yaitu : 1. Dalam segala hal yang berhubungan dengan tugas pemeriksaan, aparat pengawasan fungsional pemerintah dan para pemeriksanya baik secara individu maupun kolektif harus bertindak dengan penuh integritas dan obyektivitas. Tujuan dari norma ini adalah untuk mendapatkan kesimpulan yang objektif, yaitu kesimpulan yang berdasarkan fakta yang dinilai dengan memakai ukuran yang menurut pertimbangan keahlian/ kemampuan teknis pemeriksa dapat dipergunakan. 2. Pemeriksa atau para pemeriksa yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan, secara atau setidak-tidaknya secara kolektif, harus mempunyai keahlian / kemampuan teknis yang diperlukan dalam bidangnya. Norma ini mewajibkan pemeriksa atau para pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya secara individu atau secara kolektif (dalam bentuk tim) memiliki keahlian / kemampuan teknis (mampu dalm teori dan praktek). 3. Dalam melaksanakan pemeriksaan dan menyusun laporan pemeriksa wajib menggunakan keahlian / kemampuan dengan cermat. Norma ini menghendaki agar pemeriksa menggunakan keahlian / kemampuan teknisnya dengan cermat yang dapat dipertanggung jawabkan dalam melaksanakan pekerjaan pemeriksaan dan pelaporan.
5 Program pemeriksaan Badan Pengawasan Daerah Dalam rangka mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran program yang akan dilakukan dimasa mendatang merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang merupakan aksi suatu program yang telah ditetapkan mungkin saja akan mencapai beberapa sasaran, sebaiknya beberapa program harus dilakukan untuk mencapai suatu sasaran. Program kerja Badan Pengawasan Daerah berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 dalam rangka pelaksanaan otonomi Daerah program kerja pengawasan tahunan (PKPT) yaitu : Badan Pengawasan Daerah disusun sendiri dan aparat pengawasan fungsional pemerintah (APFP) tingkat atas dalam hal ini Badan Pengawasan Daerah propinsi Jawa Barat dan BPKP jika akan melakukan pemeriksaan menyesuaikan dengan jadwal program kerja pengawasan tahunan (PKPT) tingkat Kabupaten / Kota. Dengan demikian Badan Pengawasan Daerah mendapat kesempatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Dinas / Instansi serta proyek-proyek pada pemerintah Kabupaten Sukabumi. Mengenai program kerja pemeriksaan Badan Pengawasan Daerah menurut Direktorat Jendral (1997 : 368) disebutkan bahwa tentang langkah-langkah program pemeriksaan yang harus dilaksanakan selama pemeriksaan yaitu : 1. Pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan obyek yang diperiksa. Pembicaraan pendahuluan ini bertujuan untuk memberitahukan secara resmi akan diadakannya pemeriksaan pada obyek-obyek yang bersangkutan, memberi gambaran yang tepat kepada Kepala Daerah / Pimpinan unit kerja. 2. Pengujian terbatas terhadap sistim pengendalian manajemen. Tujuan pengujian sistim pengendalian manajemen untuk menilai tingkat efisiensi dan efektifitas dan mengenali kemungkinan adanya kelemahan pengendalian manajemen dari kegiatan program yang diperiksa. 3 Pemeriksaan terperinci. Mencakup pemeriksaan terhadap kegiatan dan transaksi keuangan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan, efisiensi kerja,
6 13 pemanfaatan sumber dana dan daya, pencapaian tujuan yang ditetapkan. 4. Temuan dan pengembangan temuan. Syarat-syarat temuan yang dapat diteruskan : a) Dinilai penting untuk diteruskan kepada pihak-pihak lain. b) Berdasarkan fakta dan bukti yang relevan. c) Dikembangkan secara obyektif. d) Berdasarkan kepada pemeriksaan yang cukup memadai untuk mendukung setiap kesimpulan yang diambil. e) Meyakinkan. f) Kesimpulan harus logis dan jelas. 5. Pembahasan hasil pemeriksaan dengan atasan / pejabat yang diperiksa. Tujuan dari pembahasan hasil pemeriksaan dengan atasan / pejabat yang diperiksa adalah untuk : 1. Mempercepat penyusunan konsep laporan. 2. Mengurangi kemungkinan sanggahan terhadap laporan. 3. Lebih lengkap dan tepatnya konsep laporan. 4. Dapat lebih cepat dilakukan tindakan koreksi. Dengan langkah-langkah pemeriksaan yang disebutkan di atas akan dapat lebih mengefektifkan dalam pencapaian tujuan, sasaran dan penyusunan laporan. Laporan pengawasan daerah dibuat setelah selesai melakukan pengawasan. Laporan ini merupakan hal yang penting, dalam laporan ini dituangkan seluruh hasil pekerjaan Badan Pengawasan Daerah, dan merupakan realisasi dari tanggung jawab Badan Pengawasan Daerah untuk menginformasikan hasil pengukuran aktivitas Dinas Pemerintahan, terutama mengenai penilaian pelaksanaan tingkat pendapatan instansi pemerintahan. Laporan pengawasan yang efektif sangat bermanfaat bagi manajemen pemerintahan, Efektivitas laporan pengawasan sangat tergantung pada kualitas pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tetapi harus diperhatikan bahwa pekerjaan pengawasan yang baik pun akan kurang berarti, apabila penyajian laporan hasil pengawasan kurang berperan. Pelaporan hasil pengawasan berupa hasil monitoring atau pemantauan auditor terhadap auditee sangat erat hubungannya dengan ketentuan dalam Inpres
7 14 No.15 Tahun 1983, Bab VII mengenai tindak lanjut pengawasan fungsional. Pada dasarnya penerbitan laporan hasil pengawasan dilakukan setelah dibicarakan dengan pihak auditee, hasil pembicaraan dapat berisi kesepakatan atau ketidak sepakatan antara auditor dan auditee. Apabila terjadi ketidaksepakatan maka langkah berikutnya adalah pertanggung jawaban kedua belah pihak kepada atasannya masing-masing dan hasil penilaian atasannya akan berdampak pada penurunan atau peningkatan nilai prestasi kerja bawahannya. Dalam buku Pedoman Pemeriksaan Regular Aparat Pengawasan Fungsional dijajaran dalam Negeri (1997 : 403) mengenai laporan hasil pemeriksaan (LHP) yaitu : 1. Bentuk laporan. 2. Isi laporan hasil pemeriksaan. 1) Kulit depan. 2) Ringkasan hasil pemeriksaan. 3) Uraian hasil pemeriksaan. 4) Uraian temuan hasil pemeriksaan. 5) Penyampaian laporan. Tahap akhir dan langkah kerja Badan Pengawasan Daerah adalah tahap tindak lanjut. Tindak lanjut merupakan usaha untuk memperoleh keyakinan dari Badan Pengawasan Daerah bahwa tindakan yang layak dan tepat dari hasil temuan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Menurut Hiro Tugiman (1997 : 75) Tentang tidak lanjut Audit menyatakan bahwa : Tindak lanjut audit intern didefinisikan sebagai proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan audit yang dilaporkan Berdasarkan pernyataan di atas maka Badan Pengawasan Daerah harus menentukan bahwa manajemen pemerintahan telah melakukan tindakan perbaikan dengan hasil yang telah sesuai harapan, atau manajemen pemerintahan telah menerima resiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas temuan yang dilaporkan.
8 15 Aktivitas Badan Pengawasan Daerah dikatakan efektif apabila manajemen pemerintahan memanfaatkan hasil pekerjaan Badan Pengawasan Daerah. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Daerah dapat dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan oleh Dinas Permukiman dan Bangunan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sehingga dapat diindikasikan bahwa keberhasilan suatu program Badan Pengawasan Daerah dapat dilihat dari tindak lanjut yang diberikan Badan Pengawasan Daerah kepada Dinas Permukiman dan Bangunan dalam mencapai tujuan peningkatan pendapatan. 2.3 Pengertian Pendapatan Pengertian pendapatan menurut IAI (2004:23.2) adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Menurut Eldon S Hendriksen (2000:374) yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo, mengungkapkan pendapatan sebagai berikut: Pendapatan (revenue) dapat didefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan harus diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah di selesaikan. Adapun Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004, Pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan Sedangkan menurut Mardiasmo (2002:65) tentang pendapatan asli Daerah menjelaskan : Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang digali dari dalam wilayah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
9 16 kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan peningkatan aset yang berasal dari aktivitas normal perusahaan / organisasi yaitu penjualan barang atau pemberian jasa Sumber-Sumber Pendapatan Pendapatan pada dasarnya dikelompokkan pada dua sumber yaitu: 1. Pendapatan Operasional adalah pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan dengan jenis usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang dan terus-menerus tiap periode. 2. Pendapatan Non Operasional adalah pendapatan yang bersumber dari luar aktivitas utama perusahaan dan tidak berhubungan langsung dengan aktivitas utama perusahaan Sedangkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undangundang No. 33 Tahun 2004 Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah terdiri atas : 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Bagian laba milik perusahaan Daerah 4. Lain-lain pendapatan asli yang sah Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pajak Daerah Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. 2. Retribusi Daerah Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemeritah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
10 17 3. Bagian laba perusahaan milik Daerah Merupakan bagian keuntungan / laba bersih perusahaan daerah baik bag perusahaan daerah yang modalnya seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain : bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah. 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Bagi hasil bukan pajak yang didapat dari royalti, pertambangan, dan lain-lain yang terdapat di wilayah kerja daerah dan juga penjualan asset tetap daerah dan jasa giro 2.4 Pengertian Retribusi Pengertian Retribusi secara umum menurut Rochmat Soemitro (1997 : 53) adalah : Pembayaran-pembayaran kepada Negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara Dengan demikian, Retribusi Daerah adalah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena jasa yang diberikan oleh daerah secara langsung maupun tidak langsung, dan dapat dipaksakan. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa baik dari Pemerintah, maka tidak dikenakan pembayaran Macam-macam Retribusi Daerah Menurut Mardiasmo (2003:103) macam Retribusi terdiri dari : 1. Retribusi jasa umum. 2. Retribusi jasa Usaha. 3. Retribusi perijinan. Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Retribusi Jasa Umum Merupakan jasa yang disediakan / diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan.
11 18 2. Retribusi Jasa Usaha Merupakan kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya ala, barang atau prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 3. Retribusi Perizinan Merupakan jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta Ciri dan Objek Retribusi Kaho (1997 : 153) memberikan ciri-ciri mendasar dari Retribusi Daerah sebagai berikut : 1. Retribusi dipungut oleh Negara 2. Dalam Pemungutuan terdapat paksaan secara ekonomis 3. Adanya kontrasepsi yang secara langsung dapat ditunjuk 4. Retribusi dikenakan pada setiap orang / badan yang menggunakan jasa-jasa yang disiapkan Negara. Dalam perkembangannya, peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang Retribusi Daerah pada saat ini sebagai objek retribusi, berdasarkan pasal 18 undang-undang No Tentang Pajak Daerah dan Retribusi adalah : 1. Jasa Umum 2. Jasa Usaha 3. Perizinan Tertentu Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Objek Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan. 2. Objek Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut Prinsip Komersial karena pelayanan tersebut belum cukup disediakan oleh swasta.
12 19 3. Objek Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 2.5 Izin Mendirikan Bangunan Sesuai dengan ketentuan didalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi Nomor 20 Tahun 1996 tentang Izin Mendirikan Bangunan, bahwa Izin Mendirikan Bangunan yang dilaksanakan seksi perizinan Dinas Kabupaten Sukabumi, sebagai berikut : 1. Subjek IMB adalah setiap orang atau badan yang mendirikan bangunan di Daerah. 2. Objek IMB adalah setiap bangunan yang ada di Daerah. b) Mendirikan bangunan baru; c) Merombak, memperbaiki dan memugar bangunan lama baik sebagian maupun seluruhnya; d) Pemagaran baru atau pemugaran pagar; e) Membangun pelataran untuk parkir, lapangan tenis, lapangan basket dan seterusnya; f) Membangun teras tidak beratap atau tempat pencucian dan sejenisnya; g) Membangun instalansi pompa bahan bakar, pengolahan penyediaan air, pembuangan air industri dan sejenisnya; h) Membangun jalan, jembatan, plat beton, goronggorong, trotoar, dan sejenisnya; i) Perubahan konstruksi bangunan, relief, taman, monumen dan sejenisnya Fungsi Badan Pengawasan Daerah Dalam Menunjang Peningkatan Pendapatan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Badan Pengawasan Daerah bertanggung jawab pada pimpinan instansi pemerintahan, tanggung jawab Badan Pengawasan Daerah dapat tercapai dengan melakukan pengawasan dan memastikan serta menilai aktivitas yang terjadi dalam pemerintahan secara independen. Sebagaimana fungsi Badan Pengawasan Daerah yaitu :
13 20 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengawasan. 2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pengawasan. 3. Pembinaan terhadap seluruh perangkat Badan Pengawasan Daerah. Dalam rangka mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan untuk mencapai tujuan sebaiknya beberapa program harus dilakukan untuk mencapai suatu sasaran. Program kerja Badan Pengawasan Daerah menurut Direktorat Jendral (1997 : 368) yaitu : 1. Pembicaraan pendahuluan dengan obyek yang diperiksa. 2. Pengujian terbatas terhadap sistim pengendalian manajemen. 3. Pemeriksaan terperinci. 4. Temuan dan pengembangan temuan. 5. Pembahasan hasil pemeriksaan dengan atasan / pejabat yang diperiksa. Sehingga Badan Pengawasan Daerah mendapat kesempatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Dinas / Instansi serta proyek-proyek pada pemerintah Kabupaten Sukabumi. Dengan demikian akan dapat diketahui jangkauan pengawasan atas peningkatan pendapatan yang dijalankan oleh bagian yang diberi wewenang sesuai dengan tanggung jawabnya. Adapun pengertian pendapatan dalam hal ini pendapatan asli Daerah menurut UU RI No. 33 Tahun 2004, adalah sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pendapatan Asli Daerah bersumberkan dari pendapatan operasional dan non operasional salah satu pendapatan operasional dan didasarkan kepada Peraturan Daerah adalah Retribusi menurut Rochmat Soemitro (1997 : 53) Retribusi adalah : Pembayaran-pembayaran kepada Negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara
14 21 Fungsi pengawasan daerah dalam peningkatan pendapatan retribusi IMB meliputi seluruh aspek yang bersangkutan dengan pendapatan, tidak hanya mengevaluasi tingkat pendapatan saja tetapi meliputi seluruh kegiatan pada Dinas Permukiman dan Bangunan. Tujuan dilakukannya pemeriksaan terhadap pendapatan Daerah menurut Direktorat jendral (1997:296) adalah : Untuk mengetahui kebenaran formal dan material atas pendapatan asli Daerah, bagi hasil pajak / Bukan pajak / ekstensifikasi pendapatan daerah dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga dengan pengertian tujuan pelaksanaan pemeriksaan di atas maka fungsi Badan Pengawasan Daerah dalam menunjang peningkatan pendapatan retribusi IMB sangat berfungsi dikarenakan Badan Pengawasan Daerah melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pendapatan. Apabila didapatkan suatu temuan maka Badan Pengawasan Daerah akan memberikan saran-saran dan rekomendasi kepada pimpinan Dinas Permukiman dan Bangunan sehingga dengan rekomendasi tersebut akan memperbaiki kinerja dan sekaligus meningkatkan pencapaian pendapatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal dapat berbentuk suatu fungsi dalam organisasi, suatu divisi, perbaikan kinerja organisasi secara keseluruhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Keberadaan atau alasan diadakannya audit, khususnya audit internal dalam organisasi adalah audit tersebut ditujukan untuk memperbaiki kinerja organisasi. Audit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang bergulir di Indonesia telah membawa dampak perubahan yang besar di segala bidang kehidupan bangsa ini. Dampak perubahan yang paling terasa
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis pajak, tata cara pemungutan pajak dan seterusnya yang berkaitan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengawasan. Pemeriksaaan. Pengendalian Intern. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahaan. Rakyat sudah
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA
BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 39 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-1 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TATA RUANG KOTA KOTA SURAKARTA
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 20 Tahun 2009 Lampiran : - TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciNomor 61 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 61 TAHUN 2010
Nomor 61 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 1 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 61 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era teknologi yang telah berkembang saat ini, suatu perusahaan tidak dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan cepat
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Sejak beberapa tahun terakhir ini, di dalam
Lebih terperinciBAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek
BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Audit Secara umum, auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 32/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN, SISTEM DAN PROSEDUR PENGAWASAN DALAM PENERAPAN STANDAR AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA
WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,
SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anggaran Pendapatan 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : Anggaran Publik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pendapatan Asli Daerah 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-02.PW.02.03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten/ Kota telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur daerahnya
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:
2.1 Pengertian Internal Audit BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG
B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B a b V. K e s i m p u l a n d a S a r a n BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 85/2016 WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAWASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah
Lebih terperinciSALINAN NO : 14 / LD/2009
SALINAN NO : 14 / LD/2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI : D.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 1220 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku
5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
0 SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.
No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP
Lebih terperinci2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1042, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Pengawasan. Intern. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 8 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 03 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI
Lebih terperinciNomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a.
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG
WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TATA RUANG KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya era reformasi yang di prakarsai oleh mahasiswa 10 tahun silam yang ditandai dengan tumbangnya resim orde baru di bawah pimpinan Presiden Suharto, telah membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan Pengawasan merupakan bagian terpenting dalam praktik pencapaian evektifitas di Indonesia. Adapun fungsi dari pengawasan adalah melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan dari pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1975 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1975 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dipandang perlu untuk menegaskan kedudukan, tugas pokok,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN : 1999 NOMOR : 25 SERI : D NOMOR : 6
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN : 1999 NOMOR : 25 SERI : D NOMOR : 6 PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II S U R A K A R T A NOMOR 11 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sistem administrasi keuangan daerah di Indonesia ditandai dengan dua pendekatan, yaitu dekonsentarsi dan desentralisasi. Dekonsentrasi adalah administrasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga pemerintahan memang lebih terkesan sebagai lembaga politik dari pada lembaga ekonomi. akan tetapi lembaga pemerintahaan juga memiliki aspek sebagai
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2003 TAHUN 2003 NOMOR 14 S E R I D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keuangan negara yang baik akan menggambarkan keadaan suatu pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu mengoptimalkan seluruh
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN
Lebih terperinciStruktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang
134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1123, 2014 KEMEN KP. Pengawasan. Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan juga selaras dengan hak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I
PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I 1.1. Pengertian Komite Audit dan Risiko Usaha adalah komite yang dibentuk oleh dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA A CEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENGELOLA PERPARKIRAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinci2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN
Lebih terperinci1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:
LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 1989 TANGGAL : 20 MARET 1989 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT I. UMUM 1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan: a. Pengawasan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, DAN PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M
No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,
Lebih terperinciL E M B A R A N D A E R A H
L E M B A R A N D A E R A H TAHUN 2003 NOMOR 19 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG
PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG Inspektorat Kota Serang Fungsi pengawasan di Kota Serang mulai diselenggarakan sejak tahun 2007. Sejalan dengan reformasi otonomi daerah yang didasarkan atas azas desentralisasi
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. b. c. bahwa untuk
Lebih terperinci