Kebijakan Lanskap Hidup Olam. April Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kebijakan Lanskap Hidup Olam. April Kebijakan Lanskap Hidup Olam April"

Transkripsi

1 Kebijakan Lanskap Hidup Olam April 2018 Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

2 Kebijakan Lanskap Hidup Olam Mewujudkan Tujuan Inti kami Memikirkan Kembali Pertanian Global: Menumbuhkan Secara Bertanggung Jawab menjadi tindakan dan hasil positif untuk bumi dan manusia. Daftar Isi Kebijakan Lanskap Hidup Olam I. Pendahuluan 3 II. Cita-cita dan Tujuan 4 Kebijakan ini: Cita-cita kami 4 Tujuan kami 4 III. Bagaimana Kebijakan ini diterapkan: 5 Dalam perkembangan kami sendiri 5 Dalam rantai pasokan pihak ketiga 5 IV. Implementasi, pemantauan, dan evaluasi 6 V. Peningkatan berkelanjutan 6 VI. Komitmen yang Terikat 7-9 VII. Lampiran 1: Kebijakan Lanskap Hidup Menghilangkan praktik yang tidak diperbolehkan Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

3 Kebijakan Lanskap Hidup Olam I. Pendahuluan: Konversi yang tidak berkelanjutan atau eksploitasi berlebihan terhadap hutan dan habitat alami lainnya untuk makanan, bahan bakar, serat, dan tujuan lain dapat mengancam sistem pendukung kehidupan alami kita, termasuk tanah, udara, air, semua makhluk hidup, serta iklim global, dengan implikasi serius bagi generasi mendatang. Pertanian menghadapi tantangan besar dalam menghasilkan makanan dan serta yang cukup bagi 9,5 miliar orang pada tahun 2050, sekaligus mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja dan peluang mata pencaharian yang layak di daerah pedesaan, serta melestarikan habitat alami dan keanekaragaman hayati. Tanggapan yang terutama didasarkan pada mengurangi bahaya, fokus pada upaya untuk menghilangkan praktik yang tidak diperbolehkan seperti penggundulan hutan pada skala pertanian atau perkebunan individu, atau peningkatan bertahap oleh perusahaan-perusahaan yang mewakili sebagian kecil dari rantai pasokan, tidak akan cukup untuk memenuhi tantangan ini. Sebaliknya, kita perlu memikirkan kembali pertanian global, bergeser dari ekstraksi sumber daya yang merusak, dan menuju dampak positif bersih pada skala besar (Kotak 1), berdasarkan pembuatan dan pemulihan modal alam dan sosial dalam lanskap hidup (Kotak 2).. Kotak 1: Pendekatan positif bersih kami Kebijakan Lanskap Hidup kami mengadopsi prinsip positif bersih untuk mengganti lebih banyak sistem pangan dan pertanian dari yang kami keluarkan. Pendekatan ini bersifat regeneratif: bertujuan untuk memberikan dampak positif tiga kali lipat untuk: Petani dan sistem pertanian yang sejahtera misalnya, produksi yang layak secara ekonomi yang menopang penghidupan yang layak bagi petani dan pekerja pertanian, termasuk peluang kerja yang aman dan layak, akses ke pelatihan & keuangan, serta penetapan harga yang adil. Masyarakat yang berkembang misalnya, revitalisasi masyarakat pedesaan untuk hidup dengan baik, menikmati akses ke layanan penting seperti kesehatan, pendidikan, dan sanitasi, serta memperoleh makanan bergizi untuk semua. Regenerasi dunia penghidupan misalnya, memelihara atau memulihkan ekosistem yang sehat yang mendukung populasi hewan dan tumbuhan yang layak (keanekaragaman hayati), meningkatkan layanan ekosistem lokal (misalnya, pengaturan air, kesuburan tanah, dan pengendalian erosi), serta mengatur iklim global (penyimpanan karbon dan emisi gas rumah kaca). Pendekatan ini bersifat transparan: Kami akan menentukan dan mengomunikasikan target terukur untuk perubahan positif, serta akan memantau dan melaporkan kemajuan kami Pendekatan ini bersifat materiil: Kami fokus pada area di mana kami dapat membuat perbedaan terbesar serta membangun pengalaman dan kekuatan kami yang ada sebagai sebuah organisasi. Pendekatan ini bersifat sistemik: Kami akan bekerja dengan pelanggan, mitra, dan pemangku kepentingan kami untuk memengaruhi perubahan yang diperlukan untuk mencapai dampak positif bersih pada skala masyarakat, lanskap, dan rantai pasokan. Kotak 2: Apa yang kami maksud dengan Lanskap Hidup Lanskap Hidup adalah area lahan yang luas di mana petani dan penanam yang makmur, masyarakat pedesaan yang berkembang, dan ekosistem yang sehat hidup berdampingan. Pertanian, perkebunan, dan aktivitas penggunaan lahan lainnya direncanakan dan dikelola sedemikian rupa untuk mempertahankan atau meningkatkan habitat kritis, meregenerasi modal alam berupa ekosistem tanah, air, dan alam, serta menyimpan karbon. Dalam Lanskap Hidup, suara penduduk setempat berperan penting dalam proses pengambilan keputusan, sementara pertanian dan ekosistem alam di dalam dan sekitar mereka adalah sumber kebanggaan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi orang-orang yang tinggal dan bekerja di sana, membantu membangun modal sosial dan manusia. Lanskap Hidup juga merupakan area fokus bagi upaya bersama untuk memperlambat, menghentikan, dan akhirnya membalikkan dampak negatif aktivitas manusia, termasuk penggundulan hutan dan degradasi lahan. Lanskap Hidup tidak statis, tetapi dinamis, adaptif, dan fleksibel terhadap perubahan. Tidak ada satu pun definisi yang benar tentang Lanskap Hidup, selain skala besarnya: dari tempat ke tempat didefinisikan sebagai daerah tangkapan air, yurisdiksi, pola karakteristik habitat dan penggunaan lahan, zona biogeografi, atau unit yang didefinisikan secara budaya sebagaimana dipahami oleh penduduknya.. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

4 II. Cita-cita dan Tujuan Kebijakan ini Cita-cita kami Olam bermaksud ingin memberikan dampak positif tiga kali lipat di tempat-tempat di mana kami memperoleh sumber dan mengembangkan produk kami, bekerja di bisnis kami dan dengan mitra kami untuk membuat dan mempertahankan Lanskap Hidup, di mana petani yang makmur, masyarakat pedesaan yang berkembang, dan ekosistem yang sehat hidup berdampingan. Tujuan kami: 1. Untuk memastikan bahwa semua bisnis kami berkontribusi memberikan dampak positif tiga kali lipat melalui Lanskap Hidup sebagai bagian dari Tujuan Inti kami Memikirkan kembali Pertanian Global secara keseluruhan. 2. Untuk menginspirasi staf, pemasok, dan mitra kami untuk membagikan dan mendukung cita-cita kami 3. Untuk mengembangkan aliansi strategis, kemitraan, dan inisiatif yang diperlukan untuk meningkatkan tindakan kami Untuk mencapai tujuan kami, kami akan: Menetapkan, menerapkan, dan secara berkala meninjau strategi, target, dan garis waktu yang sesuai terkait dengan Cita-cita kami dalam operasi dan rantai pasokan kami, seperti yang dijelaskan dalam Kebijakan ini (bagian V). Mempertahankan keuntungan ekonomi yang tahan lama dari operasi kami, dan bekerja sama dengan pemasok kami untuk memaksimalkan efisiensi pertanian dan perkebunan serta kualitas produk kami, konsisten dengan menjaga modal alam. Berkontribusi dengan mitra kami untuk mendukung mata pencaharian pedesaan dan akses ke layanan penting di masyarakat petani tempat kami memperoleh sumber produk, misalnya melalui Piagam Mata Pencaharian Olam, sehingga membangun modal manusia dan sosial. Menghilangkan praktik yang tidak diperbolehkan terkait dengan pengelolaan lahan yang didefinisikan dalam Kebijakan ini (Kotak 3) dari operasi dan rantai pasokan kami. Menentukan, mengukur, dan memantau dampak (baik positif maupun negatif) terhadap modal alam dan sosial yang terkait dengan operasi dan rantai pasokan kami. Terus berupaya untuk mengatalisasi, membangun, dan mendukung kemitraan yang efektif untuk upaya konservasi skala lokal dan skala besar, termasuk restorasi lanskap 1 di lanskap tempat kami beroperasi.. Kotak 3: Peniadaan Praktik yang Tidak Diperbolehkan dalam Pengelolaan Lahan Praktik penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan berikut dilarang dalam operasi kami atau rantai pasokan pihak ketiga, dan jika ada, harus dihilangkan: Tidak ada aktivitas ilegal: Kepatuhan penuh terhadap hukum nasional dan internasional yang berlaku, termasuk hak asasi manusia dan tenaga kerja Menghormati Area yang Dilindungi Secara Hukum atau Area yang Diakui Secara Internasional Tidak ada konversi atau degradasi habitat kritis seperti area Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value - HCV) dan prioritas konservasi lain yang diakui secara nasional. Tidak ada konversi atau degradasi lahan gambut dengan kedalaman berapa pun. Tidak ada konversi atau degradasi habitat alami lainnya dengan tingkat karbon organik tinggi seperti hutan Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock - HCS). Tidak menggunakan api dalam persiapan lahan termasuk penanaman dan penanaman kembali. Tidak ada pembangunan tanpa Persetujuan Bebas, Sebelumnya, dan Diinformasikan (Free, Prior, and Informed Consent - FPIC) dari masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat, dengan mengakui hak tradisional dan adat. Detail tentang pendekatan kami ditetapkan dalam Lampiran 1: Kebijakan Lanskap Hidup - Menghilangkan praktik yang tidak diperbolehkan 1 Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

5 III. Bagaimana Kebijakan ini diterapkan Kebijakan Lanskap Hidup Olam berlaku untuk semua bisnis komoditas pertanian Olam, termasuk produksi hulu dan sumber pihak ketiga. Olam sudah memiliki serangkaian kebijakan dan pedoman berkelanjutan yang saat ini berada di bawah Kebijakan Lanskap Hidup (Tabel 1 di bawah). Tabel 1. Penerapan Kebijakan Keberlanjutan Olam lainnya Kebijakan Lanskap Hidup Pedoman Perkebunan, Konsesi, dan Pertanian Olam Pedoman Pemasok Olam Piagam Mata Pencaharian Olam Kebijakan Minyak Sawit Berkelanjutan Olam Perkembangan Olam sendiri Rantai pasokan pihak ketiga Praktik ketenagakerjaan membentuk dasar Kebijakan Ketenagakerjaan Olam yang akan datang. Komitmen kami saat ini terhadap standar Ketenagakerjaan tercantum dalam Pedoman Perkebunan dan Pertanian Olam, Pedoman Pemasok Olam, dan Kebijakan Minyak Sawit Berkelanjutan Olam. Dalam perkembangan kami sendiri: Di mana Olam mengendalikan operasi, persyaratan Kebijakan Lanskap Hidup kami akan diintegrasikan dalam kerangka kerja terperinci kami untuk uji tuntas, perencanaan, prosedur operasi standar, dan pelaporan. Untuk perkebunan dan pertanian kami sendiri, kerangka kerja terperinci ini akan terus menjadi Pedoman Perkebunan, Konsesi, dan Pertanian Olam (Olam Plantations, Concessions and Farms Code - OPCF), yang mencakup persyaratan kami untuk uji tuntas sosial dan lingkungan, serta pengelolaan tanah, air, lahan, dan keanekaragaman hayati, pupuk dan bahan kimia, energi, limbah dan daur ulang, transportasi, tenaga kerja, dan masyarakat setempat. OPCF akan ditinjau secara berkala untuk menyatukan pemahaman kami yang berkembang tentang persyaratan Lanskap Hidup. Jika diperlukan, unit bisnis dapat mengembangkan kebijakan khusus, seperti Kebijakan Minyak Sawit Berkelanjutan 2 (Olam Sustainable Palm Oil Policy - OSPOP) yang menafsirkan Kebijakan Lanskap Hidup dalam bentuk yang sesuai dengan bisnis. Bisnis kami dapat memilih untuk mematuhi standar sertifikasi internasional yang kredibel 3 jika tersedia, dan melengkapi persyaratan sertifikasi dengan elemen Kebijakan Lanskap Hidup tambahan. Sebagai perusahaan induk dari operasi bersertifikasi FSC, Olam mematuhi Pedoman FSC 4, aturan, dan peraturan, termasuk Kebijakan untuk Asosiasi. Dalam rantai pasokan pihak ketiga: Di mana kami memperoleh sumber produk makanan, serat, dan kayu dari pihak ketiga, dan karena itu tidak secara langsung mengendalikan operasi, kami bekerja sama dengan pemasok kami untuk memastikan pengendalian operasi sesuai dengan Kebijakan kami, termasuk Kebijakan Lanskap Hidup, melalui penerapan Pedoman Pemasok Olam, OSC, atau melalui Kebijakan khusus produk seperti Kebijakan Minyak Sawit Berkelanjutan Olam yang menetapkan target khusus, alat khusus produk, dan persyaratan pelaporan yang sesuai dengan bisnis dan Rantai Pasokan tersebut. Persyaratan untuk menghilangkan praktik penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan berlaku untuk semua pemasok kami sejak tanggal penerbitan Kebijakan ini dan bisnis kami dapat memilih untuk mengadopsi tanggal yang lebih awal sesuai dengan tuntutan sektor bisnis tersebut. Kebijakan sumber ini menggabungkan elemen kunci Kebijakan Lanskap Hidup. OSC atau kebijakan khusus produk, dapat disesuaikan dengan keadaan spesifik dari berbagai tanaman dan benih kami, tetapi seperti yang disebutkan di atas tidak akan pernah memberikan perlindungan yang kurang dari Kebijakan Lanskap Hidup Olam. Di mana kami memperoleh sumber dari petani kecil, bahasa dan alat implementasi yang kami gunakan akan disesuaikan untuk mempertimbangkan kapasitas teknis dan kebutuhan pelatihan mereka. Kebijakan Lanskap Hidup kami dirancang untuk diterapkan bersama dengan Kebijakan Perusahaan kami yang lain dan akan ditinjau setiap tahun Seperti yang memenuhi Pedoman ISEAL tentang Praktik yang Baik 4 FSC-C014998; FSC-C128941; FSC-C Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

6 IV. Implementasi, pemantauan, dan evaluasi Setiap bisnis Olam akan mengambil pendekatan berbasis risiko guna mengatasi cita-cita, tujuan, dan komitmen Kebijakan ini, serta menetapkan strategi dan rencana yang sesuai dengan peran kami dalam menumbuhkan, memperoleh sumber, mengolah, dan memperdagangkan setiap tanaman dan komoditas. Ikatan komitmen waktu kami untuk menerapkan kebijakan ini diuraikan dalam bagian VI dan dalam dokumen terlampir tentang peniadaan praktik yang tidak diperbolehkan. Kami akan melaporkan kemajuan secara keseluruhan terhadap Kebijakan Lanskap Hidup kami dalam Laporan Tahunan kami, dimulai dalam Laporan TF Kebijakan ini akan ditinjau setiap tahun dan komitmen kami akan diperbarui sebagaimana mestinya. V. Peningkatan berkelanjutan Olam mengakui bahwa menerapkan strategi positif bersih dan pendekatan skala lanskap terhadap produksi pertanian berkelanjutan adalah bidang baru dan menantang, membutuhkan pengembangan kerangka kerja baru untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Selama implementasi Kebijakan ini, kami akan mencari panduan dan nasihat dari jaringan multi pemangku kepentingan dari ahli yang relevan, lembaga pembangunan, lembaga nasional, investor, dan masyarakat sipil, untuk memandu kami melalui banyak tantangan ke depan, dan untuk berkontribusi pada peningkatan berkelanjutan kami. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

7 VI. Komitmen terikat waktu Kebijakan Lanskap Hidup Untuk memastikan keberhasilan penerapan Kebijakan ini di seluruh grup, Olam International akan menerapkan tindakan berikut: Menetapkan kerangka kerja Lanskap Hidup: Selama 2018: 1. Kami akan berkonsultasi secara luas tentang prinsip Lanskap Hidup dan menetapkan dasar untuk mengukur, menilai, dan melaporkan modal alam dan sosial secara tepat dalam operasi kami dan di lanskap tempat kami bekerja. 2. Kami akan membentuk kelompok multi pemangku kepentingan untuk membantu kami mengembangkan lebih jauh kerangka kerja dampak positif bersih untuk pertanian. 3. Kami akan menetapkan kerangka kerja tindakan untuk menjalankan prinsip Lanskap Hidup di wilayah geografis utama. 4. Kami akan mengembangkan serangkaian indikator yang terkait dengan Kebijakan ini untuk prioritas bisnis selama tahun Kami akan melaporkan indikator ini dalam laporan TF Pada tahun 2020: 5. Berdasarkan proses konsultatif kami, kami akan menganalisis kesenjangan dalam pendekatan kami saat ini terhadap sistem produksi Lanskap Hidup di wilayah geografis utama, yang meliputi bukan hanya penghilangan praktik yang tidak diperbolehkan, tetapi tujuan dampak positif tiga kali lipat. 6. Kami akan menyertakan dalam Laporan Tahunan kami penilaian standar dampak alam dan sosial pertanian dan penggunaan lahan di seluruh bisnis kami, termasuk sumber pihak ketiga. 7. Kami akan menetapkan rencana jangka panjang untuk menanamkan pendekatan positif bersih dalam sistem komoditas yang kami ikuti. Sedang berlangsung: 8. Kami akan terus mengatalisasi, membangun, dan mendukung kemitraan yang efektif untuk upaya konservasi skala lokal dan skala besar di lanskap tempat kami beroperasi. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

8 VI. Komitmen terikat waktu Kebijakan Lanskap Hidup Menerapkan Kebijakan Lanskap Hidup dalam pertanian dan perkebunan kami sendiri: Selama 2018: 9. Di mana kami mengendalikan operasi (misalnya, perkebunan kelapa sawit, karet, dan kopi), pedoman dan kebijakan kami yang ada sudah menetapkan penghilangan praktik yang tidak diperbolehkan, dan Kebijakan Minyak Sawit Berkelanjutan Olam sudah menetapkan komitmen kami terhadap dampak positif tiga kali lipat. Kami akan menganalisis kesenjangan dalam pedoman dan strategi lain yang berlaku untuk pertanian dan perkebunan kami sendiri serta menyatukan komitmen dan persyaratan baru Kebijakan ini. 10. Kami akan berpartisipasi dalam dan mendukung dialog multi pemangku kepentingan terkait elemen kunci Kebijakan kami, seperti inisiatif Kakao dan Hutan WCF, inisiatif Aliansi Hutan Tropis 2020, revisi standar RSPO, dan lainnya. 11. Kami akan meninjau Prosedur Pengaduan perkebunan kami yang ada, untuk memastikan masyarakat dan pemangku kepentingan yang terkena dampak dapat secara efektif mengomunikasikan keluhan kepada Olam 5 (misalnya, menghormati anonimitas pengadu jika diinginkan). 12. Apabila kami belum melakukannya (mis., untuk Minyak Sawit), kami akan mempublikasikan lokasi konsesi, perkebunan, dan pabrik kami sendiri di situs web kami. 13. Apabila kami belum melakukannya, kami akan menerbitkan ringkasan penilaian dampak lingkungan (EIA) yang relevan untuk pengembangan hulu kami sendiri, termasuk habitat kritis/hcv, penilaian hutan dan karbon hutan, penilaian lahan gambut dan habitat alami sesuai dengan praktik yang baik, dan hasil dari proses FPIC yang diizinkan secara hukum dan etika. 14. Kami akan melaporkan indikator yang dipilih untuk menilai kemajuan kami terhadap Kebijakan Lanskap Hidup dan melaporkan kemajuan (termasuk resolusi pengaduan) untuk perkebunan kami sendiri dalam Laporan Tahunan kami untuk TF Pada tahun 2020: 15. Kami akan mengumumkan strategi, target, dan garis waktu untuk mencapai Lanskap Hidup tempat kami mengelola pertanian dan perkebunan kami sendiri. Sedang berlangsung: 16. Kami akan mempertahankan keuntungan ekonomi yang tahan lama dari operasi kami sendiri konsisten dengan menjaga modal sosial dan alam. 17. Kami akan menerapkan peningkatan praktik terkait aspek lingkungan dan sosial dari produksi, sebagaimana tercantum dalam Pedoman Perkebunan dan Pertanian serta pedoman sertifikasi sukarela yang kami adopsi. 5 Building on the procedure for Olam s palm operations and our online Code of Conduct portal. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

9 VI. Komitmen terikat waktu Kebijakan Lanskap Hidup Menerapkan Kebijakan Lanskap Hidup pada pemasok pihak ketiga: Selama 2018: 18. Berdasarkan pada pekerjaan yang telah kami lakukan untuk sumber produk tertentu berisiko tinggi pihak ketiga, kami akan mengembangkan sistem di seluruh Olam untuk menilai risiko negara dan rantai pasokan khusus produk yang ditangani oleh Kebijakan ini. 19. Jika belum ada, semua bisnis akan melakukan penilaian risiko kepatuhan untuk praktik yang tidak diperbolehkan pada akhir Dalam bisnis di mana ada prioritas tinggi yang diakui untuk tindakan mengakhiri deforestasi dalam rantai pasokan (Minyak Sawit, Karet, Kakao, dan Kopi), apabila kami belum melakukannya, kami akan mengembangkan strategi dan target yang terkait dengan Kebijakan ini. Pekerjaan ini akan membangun komitmen kami yang ada untuk mengakhiri deforestasi dalam rantai pasokan Minyak Sawit kami secara global, dan dalam benih Kakao utama kami. 21. Berdasarkan penyusunan Pedoman Pemasok Olam, kami akan terus meningkatkan keterlibatan kami dengan pemasok pihak ketiga melalui mekanisme global di seluruh Olam untuk keterlibatan dan pemantauan pemasok untuk diadopsi dan disusun oleh semua bisnis. 22. Kami akan meninjau mekanisme khusus produk kami yang ada untuk mengatasi ketidakpatuhan oleh pemasok pihak ketiga dengan OSC atau Kebijakan produk, dan mengembangkan mekanisme global di seluruh Olam untuk mengatasi ketidakpatuhan untuk diadopsi dan disusun oleh semua bisnis. 23. Berdasarkan Prosedur Pengaduan kami saat ini dalam mekanisme pelaporan Minyak Sawit dan Pedoman Perilaku global kami, kami akan menyusun Prosedur Pengaduan global terkait dengan sumber pihak ketiga, memungkinkan semua pemangku kepentingan menyampaikan keluhan kepada Olam 6, dan melaporkan kemajuan dalam resolusi keluhan. 24. Kami akan membuat sistem dan proses yang relevan transparan bagi pemasok, pelanggan, dan pemangku kepentingan. Pada tahun 2020: 25. Keterlibatan pemasok dan sistem pemantauan kami yang ditingkatkan (lihat Tindakan 21) akan sepenuhnya dijalankan di seluruh rantai pasokan prioritas (Minyak Sawit, Karet, Kakao, dan Kopi). 26. Mekanisme kami yang ditingkatkan untuk mengatasi ketidakpatuhan dalam rantai pasokan (lihat tindakan 22) akan sepenuhnya dijalankan di seluruh prioritas rantai pasokan. 27. Unit Bisnis lain akan menerapkan Kebijakan ini berdasarkan prioritas yang sepadan dengan potensi dampak mereka terhadap modal alam dan sosial (baik positif maupun negatif) dalam rantai pasokan mereka, dan akan mempublikasikan strategi, target, dan garis waktu berdasarkan penilaian risiko mereka. 28. Apabila kami belum melakukannya, kami akan melaporkan masalah ketidakpatuhan dalam rantai pasokan kami dan mengungkapkan pendekatan kami untuk memperbaiki masalah, atau akhirnya memutus keterlibatan dengan pemasok yang tidak patuh. Sedang berlangsung: 29. Kami akan terus bersama mitra kami untuk mendukung mata pencaharian pedesaan di masyarakat pertanian tempat kami memperoleh sumber produk, misalnya melalui Piagam Mata Pencaharian Olam. 6 Menetapkan prosedur untuk operasi sawit Olam dan portal Pedoman Perilaku online kami. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

10 VII. Lampiran Kebijakan Lanskap Hidup Menghilangkan praktik yang tidak diperbolehkan Daftar Isi Ikhtisar Prinsip-prinsip panduan 1. Kepatuhan Hukum dan Peraturan 2. Menghormati Area yang Dilindungi Secara Hukum dan Area yang Diakui Secara Internasional 3. Mempertahankan keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem 4. Mempromosikan konservasi hutan dan mengurangi emisi karbon dari perubahan penggunaan lahan: Menerapkan strategi bebas deforestasi: Menjaga hutan stok karbon tinggi (HCS) dan lahan gambut 5. Tidak menggunakan api dalam pembukaan dan persiapan lahan 6. Persetujuan Bebas, Sebelumnya, dan Diinformasikan (FPIC) dari masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat Kebijakan Lanskap Hidup: menghilangkan praktik yang tidak diperbolehkan Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

11 Ikhtisar Prinsip-prinsip panduan Kebijakan Lanskap Hidup (Living Landscapes Policy - LLP) mengakui bahwa pencapaian manfaat positif bersih juga memerlukan penghilangan praktik yang tidak diperbolehkan dari operasi dan rantai pasokan kami. Oleh karena itu, kami mengharuskan operasi kami dan pemasok ketiga untuk melaksanakan: Tidak ada aktivitas ilegal: Kepatuhan penuh terhadap hukum nasional dan internasional yang berlaku, termasuk hak asasi manusia dan tenaga kerja Menghormati Area yang Dilindungi Secara Hukum atau Area yang Diakui Secara Internasional Tidak ada konversi atau degradasi habitat kritis seperti area Nilai Konservasi Tinggi (HCV) dan prioritas konservasi lain yang diakui secara nasional. Tidak ada konversi atau degradasi lahan gambut dengan kedalaman berapa pun. Tidak ada konversi atau degradasi habitat alami lainnya dengan tingkat karbon organik tinggi seperti hutan Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock - HCS). Tidak menggunakan api dalam persiapan lahan termasuk penanaman dan penanaman kembali. Tidak ada pembangunan tanpa Persetujuan Bebas, Sebelumnya, dan Diinformasikan (Free, Prior, and Informed Consent - FPIC) dari masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat, dengan mengakui hak tradisional dan adat. Persyaratan untuk menghilangkan praktik penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan berlaku untuk semua pemasok kami sejak tanggal penerbitan Kebijakan Lanskap Hidup. Pendekatan dan komitmen kami berdasarkan masing-masing tema ini dijelaskan secara terperinci dalam bagian 1-6 dokumen ini. Kami percaya bahwa kami harus secara aktif terlibat dengan pemasok kami bahkan ketika kami menemukan kelemahan atau kegagalan dalam kepatuhan yang ada saat ini. Perubahan sistemik dalam rantai pasokan di mana praktik yang tidak diperbolehkan tersebar luas dan merata hanya dapat dicapai dengan memberi pemasok (baik petani, kelompok petani, perantara, atau produsen) disinsentif untuk ketidakpatuhan dan insentif untuk kinerja yang baik, dan akan sering memerlukan intervensi dari berbagai pelaku. Prinsip panduan kami untuk menangani praktik yang tidak diperbolehkan adalah sebagai berikut: Kami akan menilai risiko yang terkait dengan persyaratan Kebijakan kami dalam rantai pasokan kami, dan menggunakan penilaian risiko ini untuk menentukan prioritas yang akan ditangani oleh bisnis kami dengan pemasok, mitra, dan pihak ketiga kami. Kami akan mengomunikasikan risiko ini kepada pemasok dan pelanggan kami secara berkelanjutan. Kami akan memastikan bahwa semua pemasok kami mengetahui praktik yang perlu kami hilangkan dari rantai pasokan, dan setuju untuk mematuhi Pedoman Pemasok Olam atau Pedoman Produk yang setara sebagai syarat melakukan bisnis dengan kami. Jika diperlukan, kami akan bekerja dengan pelanggan, mitra, dan pihak ketiga lainnya untuk melatih pemasok tentang persyaratan kami dan menangani faktor-faktor mendasar yang diperlukan untuk menghilangkan praktik ini dari rantai pasokan kami. Jika praktik yang tidak diperbolehkan dilaporkan dalam operasi kami sendiri atau pemasok pihak ketiga, kami akan menilai tingkat dan sifat ketidakpatuhan dan menetapkan rencana terikat waktu dengan pemasok kami untuk mengatasi masalah tersebut dan jika diperlukan memulihkan dampak negatif yang bersifat material dari ketidakpatuhan tersebut. Kami akan menarik diri dari keterlibatan dengan pemasok yang tidak dapat menunjukkan langkah positif untuk menghilangkan praktik yang tidak diperbolehkan dengan cara yang terikat waktu. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

12 1 Kepatuhan Hukum dan Peraturan Kami mengharapkan operasi kami sendiri dan pemasok kami menjalankan bisnis mereka dengan integritas dan sesuai dengan hukum dan peraturan terkait yang berlaku yang mengatur operasi, bisnis, industri, perdagangan, dan personel mereka, termasuk semua hukum dan peraturan terkait yang berlaku yang terkait dengan perlindungan lingkungan dan perlindungan dan perlakuan manusiawi terhadap hewan. Persyaratan kami untuk kepatuhan hukum dan peraturan meluas ke undang-undang dan peraturan yang mengatur hak-hak pekerja, hak asasi manusia, penghapusan eksploitasi dan diskriminasi, serta kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, dengan panduan dalam Pedoman Pemasok Olam, Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan, Pedoman Perilaku, dan kebijakan perusahaan lainnya. Kami dan pemasok kami akan menghormati Area yang Dilindungi Secara Hukum atau Area yang Diakui Secara Internasional sebagaimana didefinisikan dalam Kebijakan ini. Kami tidak akan secara sadar mengambil sumber dari lahan yang telah ditebang atau dibuka secara ilegal oleh pihak ketiga, baik pemasok adalah agen dari pembukaan lahan tersebut atau bukan. 2 Menghormati Area yang Dilindungi Secara Hukum dan Area yang Diakui Secara Internasional Kami tidak akan mengembangkan operasi di kawasan lindung yang memiliki tujuan manajemen yang memenuhi definisi IUCN Kategori I, IIa, IIb, atau III 7. Kami tidak akan membeli dari pemasok atau memperdagangkan produk yang ditanam di kawasan lindung yang memiliki tujuan manajemen yang memenuhi definisi IUCN Kategori I, IIa, IIb, atau III. Dalam kasus pengecualian, di mana pemasok pernah merambah kawasan tersebut di masa lampau, kami akan bekerja sesuai dengan Pemerintah, mitra lokal, dan masyarakat itu sendiri untuk membantu para petani kecil yang rentan guna menemukan cara alternatif untuk mendukung diri mereka sendiri, dan berkontribusi pada pemulihan kerusakan yang dilakukan terhadap kawasan lindung. Kami hanya akan mengembangkan, membeli dari petani kecil, atau memperdagangkan produk yang ditanam di kawasan lindung yang memiliki tujuan manajemen yang memenuhi definisi IUCN Kategori IV hingga VI jika produk tersebut ditanam dengan cara yang diperbolehkan oleh rencana manajemen yang diakui. Area yang Diakui Secara Internasional (IRA) adalah: Situs Warisan Dunia, Cagar Biosfer UNESCO, Situs Ramsar, dan Wilayah Keanekaragaman Hayati Utama. Kami hanya akan mengembangkan, membeli dari petani kecil, atau memperdagangkan produk yang ditanam di IRA jika produk tersebut ditanam dengan cara yang sesuai dengan mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai penetapan kawasan tersebut. 7 Kategori IUCN didefinisikan di sini: Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

13 3 Mempertahankan keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem Kami mengadopsi pendekatan tingkat lanskap dan ekosistem, bertujuan mencapai dampak positif pada konservasi keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem seperti pengaturan air, kesehatan tanah, dan pengendalian erosi, yang kami terapkan melalui alat dan panduan yang diakui secara internasional: Kami akan mendukung dan mensosialisasikan konsep nilai konservasi tinggi (HCV) sebagai alat yang praktis, kuat, kredibel untuk menilai, menentukan, dan menerapkan konservasi keanekaragaman hayati, penyediaan layanan ekosistem (misalnya, pengendalian erosi, pengaturan air) dan beberapa tujuan sosial dan budaya dalam pengelolaan lanskap 8. Kami akan mendorong penggunaan Habitat Kritis dan Habitat Alami (sebagaimana didefinisikan oleh Standar Kinerja Perusahaan Keuangan Internasional 6 dan panduan terkait) sebagai indikator adanya HCV. Area nilai konservasi tinggi dan habitat kritis mencakup setiap jenis ekosistem terestrial atau perairan yang penting, termasuk hutan, padang rumput, dan lahan basah. Kami menyadari bahwa beberapa ekosistem yang terdegradasi seperti hutan tropis yang ditebang dapat diklasifikasikan sebagai HCV atau habitat kritis dan memerlukan perlindungan atau restorasi. Kami akan mengadopsi alat yang tersedia untuk umum seperti Alat Risiko Komoditas IFC GMAP, alat risiko hutan Pengawasan Hutan Global, dan alat risiko ZSL PALM untuk menangani risiko tertentu terkait konversi dan deforestasi habitat alami. Kami akan melibatkan pihak-pihak yang memenuhi syarat untuk melaksanakan Penilaian Dampak Lingkungan dan Sosial yang ketat dan kredibel termasuk habitat kritis dan/ atau penilaian HCV pada pengembangan pertanian dan perkebunan baru kami, bergabung sebagai penginderaan jarak jauh yang sesuai, survei lapangan, analisis lanskap, dan konsultasi luas dengan LSM, pakar, dan masyarakat setempat. Penilaian kami akan ditinjau sesuai dengan persyaratan hukum dan mekanisme kontrol kualitas Jaringan Sumber Daya HCV. Tidak akan ada konversi atau degradasi habitat kritis atau area HCV di lokasi di bawah manajemen langsung kami. Nilai konservasi tinggi (HCV) akan dipertahankan dan ditingkatkan pada tingkat lanskap yang tepat di area-area di bawah manajemen langsung kami Kami tidak akan menerima konversi atau degradasi habitat kritis atau area HCV oleh pemasok pihak ketiga, atau secara sadar mengambil sumber dari area tersebut. 8 Kami akan mengikuti definisi dan panduan platform keahlian multi pemangku kepentingan global tentang HCV, Jaringan HCV sebagaimana berlaku. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

14 4 Mempromosikan konservasi hutan dan mengurangi emisi karbon dari perubahan penggunaan lahan: Menerapkan strategi bebas deforestasi: Kami akan mendukung dan mempromosikan strategi atau inisiatif bebas deforestasi, untuk menghentikan deforestasi di rantai pasokan kami dan untuk melindungi atau memulihkan hutan di tingkat regional, nasional, lanskap, yurisdiksi, dan/atau tingkat lokal tempat kami beroperasi. Langkah ini harus dilaksanakan melalui mekanisme yang diakui yang melibatkan pemangku kepentingan nasional misalnya: Rencana penggunaan lahan nasional/subnasional dan zonasi spasial yang menjelaskan dan menghormati pendekatan lanskap untuk pembangunan bebas deforestasi dan konservasi hutan. Kerangka kerja pengaturan nasional lainnya yang selaras dengan kebijakan ini (seperti kerangka kerja berkembang yang dikembangkan di Afrika Barat, dikatalisasi oleh Inisiatif Kakao dan Hutan World Cocoa Foundation). Standar dan inisiatif keberlanjutan sektoral termasuk standar sertifikasi yang mendefinisikan bebas deforestasi untuk sektor-sektor tertentu (misalnya, pendekatan FSC, RSPO 9, RTRS, HCS lihat di bawah) atau yurisdiksi (misalnya, perjanjian Produksi, Perlindungan, dan Inklusi) Kerangka kerja konsensus yang berkembang seperti Kerangka Kerja Akuntabilitas dan Dialog Hutan Memahami platform Bebas Deforestasi. Konsep dan pendekatan yang diadaptasi secara lokal untuk perlindungan hutan (termasuk praktik pengelolaan hutan yang sesuai secara tradisional dan budaya, dapat diakses oleh petani kecil), di mana hal ini selaras dengan elemen lain dari Kebijakan ini yaitu. Menjaga hutan stok karbon tinggi (HCS) dan lahan gambut Kami mengadopsi pendekatan tingkat lanskap dan ekosistem untuk melestarikan habitat kaya karbon, bertujuan mencapai dampak positif pada emisi gas rumah kaca dari penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan. Olam dan pemasok pihak ketiga kami akan mengikuti praktik terbaik internasional serta alat dan panduan yang diadaptasi secara lokal untuk mengidentifikasi dan melestarikan hutan dan habitat alami lainnya dengan biomassa atau karbon organik tingkat tinggi, misalnya: Pendekatan Stok Karbon Tinggi 10, di mana ini telah diakui melalui proses multi pemangku kepentingan yang melibatkan pemangku kepentingan nasional (misalnya, seperti yang dikembangkan oleh keanggotaan HCSA untuk digunakan dalam lanskap mozaik yang terfragmentasi di Asia Tenggara) Adaptasi nasional konsep Stok Karbon Tinggi yang diintegrasikan ke dalam kerangka kerja hukum dan pengaturan (misalnya, mengacu pada deklarasi Marrakesh TFA2020 atau Inisiatif Kakao dan Hutan WCF) atau standar sertifikasi yang kredibel seperti RSPO. Kerangka kerja konservasi karbon hutan nasional yang diakui seperti rencana REDD+ dalam Konvensi Perubahan Iklim PBB, Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC atau INDC), atau yang setara. Definisi hutan yang setara yang berlaku secara nasional atau ambang batas karbon yang ditetapkan melalui dialog multi pemangku kepentingan nasional, di mana hal ini selaras dengan elemen lain dari Kebijakan ini. Lahan gambut, dan terutama hutan rawa gambut tropis, adalah ekosistem yang sangat rapuh, yang pembukaannya untuk pertanian berkontribusi secara tidak proporsional terhadap emisi karbon buatan manusia. Tidak akan ada konversi hutan atau lahan gambut stok karbon tinggi di lokasi di bawah manajemen langsung kami. Kami tidak akan menerima konversi baru hutan atau lahan gambut stok karbon tinggi oleh pemasok pihak ketiga, atau secara sadar mengambil sumber dari area tersebut. Dalam kasus perkebunan yang ada di lahan gambut, Olam akan meminta pemasok mengembalikan lahan gambut pada akhir siklus tanaman. Jika memungkinkan, kami akan mendukung ilmu penunjang deskripsi hutan, biomassa hutan & estimasi stok karbon, dan keseimbangan karbon dari perubahan penggunaan lahan, untuk menerangkan proses di atas. 9 RSPO diharapkan mengembangkan kriteria tanpa deforestasi dalam revisi Standar lengkap keduanya, untuk disetujui pada Kami akan mengikuti definisi dan panduan platform keahlian multi pemangku kepentingan tentang HCS, Pendekatan Stok Karbon Tinggi sebagaimana berlaku. Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

15 5 Tidak menggunakan api 6 Persetujuan Bebas, dalam pembukaan dan Sebelumnya, dan persiapan lahan Diinformasikan (FPIC) dari masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat Penggunaan api dalam pembukaan dan persiapan lahan menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima seperti menyebarkan kebakaran hutan, menciptakan polusi udara, berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, merusak kesehatan, dan menurunkan kualitas tanah. Risiko kebakaran yang tidak terkendali sangat tinggi di lahan gambut yang dikeringkan, dan ekosistem yang rawan kekeringan. Kami tidak akan menggunakan api dalam persiapan lahan untuk penanaman atau penanaman kembali dalam operasi kami sendiri. 11 Kami mengadopsi pendekatan berbasis risiko untuk memahami dan menghilangkan insiden penggunaan api yang tidak bertanggung jawab untuk pembukaan lahan dalam rantai pasokan pihak ketiga kami, dan akan bekerja melalui proses verifikasi yang sesuai untuk mengidentifikasi dan menghentikan perdagangan dengan pemasok yang tidak mematuhi Kebijakan kami secara sistematis. Dalam kasus di mana ada banyak rantai pasokan makanan dan petani kecil secara individu menjadi sumber utama produk yang diperdagangkan, dan yang lainnya beroperasi dengan sistem tradisional pertanian berpindah, kami akan mempromosikan sistem pertanian berkelanjutan dan penghapusan pembakaran hutan melalui penerapan Pedoman Pemasok Olam, Piagam Mata Pencaharian Olam, dan melalui kemitraan yang sesuai. Kami menghormati hak penguasaan dan akses secara adat dan hukum Masyarakat Adat atau masyarakat setempat (IPLC) yang terkena dampak oleh operasi kami, dan akan bekerja dengan masyarakat tersebut untuk mencapai dampak positif pada mata pencaharian dan kesejahteraan mereka: Kami akan memperoleh Persetujuan Bebas, Sebelumnya, dan Diinformasikan (FPIC) 12 dari IPLC yang mungkin terkena dampak oleh perkebunan dan pertanian kami, sebelum mengembangkan lahan apa pun yang mungkin terhalang oleh hak-hak tersebut. Kami akan mengikuti panduan yang berkembang tentang praktik terbaik dalam prosedur FPIC dan Pemetaan Partisipatif 13, termasuk perencanaan kebutuhan masyarakat akan lahan dan mata pencaharian di masa mendatang. Proses FPIC kami adalah langkah pertama dalam hubungan berkelanjutan berdasarkan Konsultasi dan Partisipasi yang Diinformasikan (Informed Consultation and Participation - ICP) dengan masyarakat adat dan masyarakat setempat. Kami melihat masyarakat setempat ini sebagai rekan pemilik dan mitra dalam upaya kami melestarikan Lanskap Hidup. Kami akan membagikan dan memberikan wawasan tentang penerapan praktis FPIC dalam operasi kami kepada mitra dan pihak kami yang berdedikasi pada peningkatan proses FPIC yang berkelanjutan. Kami akan menawarkan dan mengembangkan peluang IPLC yang tepat untuk bekerja bersama kami atau memasok barang dan jasa kepada kami bila perlu, serta berkontribusi pada pengembangan masyarakat, konsisten dengan membangun modal sosial dan manusia. 11 Dalam keadaan luar biasa dan jika diizinkan oleh standar dan sistem sertifikasi yang kami kerjakan, mis., apabila hama dan penyakit menimbulkan bahaya yang terbukti dan signifikan terhadap tanaman, penggunaan api yang terbatas dengan kontrol ketat dapat diizinkan untuk menghancurkan potensi induk penyakit, jika tidak ada lagi alternatif yang layak 12 FPIC adalah asas yang diabadikan dalam perjanjian dan konvensi internasional seperti Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia Masyarakat Adat dan Konvensi ILO mengenai Penduduk Asli dan Masyarakat Adat dan dalam berbagai standar sertifikasi dan investasi, termasuk IFC, FSC, RSPO, dan banyak lagi. 13 Misalnya Pedoman FPIC program REDD PBB dan Panduan Persetujuan Bebas, Sebelumnya, Dan Diinformasikan Untuk Anggota RSPO Kebijakan Lanskap Hidup Olam April

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015 Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik

Lebih terperinci

Sustainability Policy

Sustainability Policy Sustainability Policy Progress Report 4 Dec 2014-31 Mar 2015 Komitmen Kelestarian Kebijakan Kelestarian Musim Mas Membawa manfaat bagi masyarakat sekitar. Laporan Triwulan terhadap Perkembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework/Kerangka Kerja Akuntabilitas (AFi) adalah suatu upaya kolaboratif untuk membantu perusahaan memenuhi komitmen rantai pasokan etis mereka terhadap rantai pasokan pertanian

Lebih terperinci

Forest Stewardship Council

Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) Kebijakan Asosiasi Tujuan Pada bulan Juni 2015, APRIL telah menerapkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan ("SFMP") 2.0 1 yang menyatakan komitmen Grup APRIL untuk: mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BRIDGESTONE GROUP. Versi 1.0. December BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL

BRIDGESTONE GROUP. Versi 1.0. December BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL BRIDGESTONE GROUP Versi 1.0 December 2017 1 BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL DAFTAR ISI PENDAHULUAN 03 FILOSOFI PERUSAHAAN BRIDGESTONE 04 MISI PENGADAAN BRIDGESTONE 06 KOMITMEN

Lebih terperinci

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) 1 1.Kebijakan Lingkungan 1.1 Dilarang Deforestasi Tidak akan ada pengembangan baru di kawasan stok

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN No Aspek Indikator Indikator Ekonomi 1 Kinerja Ekonomi Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan,

Lebih terperinci

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di AUDIT PEMANTAUAN DAN LAPORAN PENUTUPAN CAO Audit IFC Kepatuhan CAO C-I-R6-Y08-F096 27 Maret 2013 Respon Pemantauan IFC ke Audit CAO mengenai investasi IFC di Wilmar Trading (IFC No. 20348) Delta Wilmar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA) 6 March 2016 1. APP akan meningkatkan kegiatan pengelolaan hutannya untuk memenuhi standard FSC

Lebih terperinci

GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak

GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak sawit terkemuka dengan lahan tertanam total seluas 485,606 hektar (termasuk perkebunan plasma) pada 31 Desember 2015, berlokasi di Indonesia. Perusahaan

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR

PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR HARAPAN PEMASOK Saat Caterpillar melaksanakan bisnis dalam kerangka kerja peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, kepatuhan terhadap hukum saja belum cukup bagi

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok 1/11

Kode Etik Pemasok 1/11 1/11 Kami akan memimpin sebuah gerakan yang akan menjadikan cokelat berkelanjutan sebagai norma, sehingga cokelat yang kita semua cintai akan selalu hadir untuk generasi yang akan datang. Pengantar Sebagai

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru 1 November 2016 Judul Dokumen: Kode Dokumen: Lingkup: Jenis Dokumen: FAQ Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Lebih terperinci

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama POL-GEN-STA-010-00 Printed copies of this document are uncontrolled Page 1 of 9 Kode Etik PT PBU & UN Global Compact Sebagai pelopor katering di Indonesia, perusahaan

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA

KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA PLATFORM BERSAMA KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PENYELAMATAN HUTAN INDONESIA DAN IKLIM GLOBAL KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA KELOLA SDA DAN LINGKUNGAN YANG MELAMPAUI KARBON Kami, jaringan masyarakat sipil

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE Pada tanggal 1 Juli 2015, the Komite Keefektifan Pembangunan (Committee on Development Effectiveness/CODE) membahas draf kedua dari Tinjauan dan Pembaruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun keberadaan tanaman ini telah masuk hampir ke semua sektor kehidupan. Kondisi ini telah mendorong semakin meluasnya

Lebih terperinci

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012 For more information, contact: Leony Aurora l.aurora@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)8111082309 Budhy Kristanty b.kristanty@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)816637353 Sambutan Frances Seymour, Direktur

Lebih terperinci

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak

Lebih terperinci

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT merambah Sulawesi sejak tahun 1980 an dan ekspansinya tetap

Lebih terperinci

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2) PTabel Cara Penilaian Pelaksanaan Safeguards dengan menggunakan Alat Penilai Pelaksanaan Safeguards (APPS) berdasar Keputusan COP-16 dalam Sistem Informasi Safeguards (SIS) REDD+ di Indonesia Prinsip Kriteria

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru RSPO secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada: i. Para Anggota dari Kelompok Kerja Pengurangan Emisi RSPO ii. Perusahaan anggota RSPO yang ikut serta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Kemajuan Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Ringkasan Eksekutif November 2015 www.forestdeclaration.org An electronic copy of the full report is available

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,

Lebih terperinci

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) 1 Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) DR. ROSEDIANA SUHARTO SEKRETARIAT KOMISI ISPO Workshop Skema ISPO (P&C) untuk Minyak Sawit (CPO) sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergy)

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase 1 2 Latar Belakang Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. Banyak lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan telah terbakar dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebakaran gambut sangat mudah menyebar di areaarea

Lebih terperinci

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.

Lebih terperinci

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan masa depan hutan Menabur benih untuk masa depan yang lebih baik SNV menyadari besarnya dampak ekonomi dan lingkungan dari pembangunan sektor kelapa sawit

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku Valmet

Pedoman Perilaku Valmet Pedoman Perilaku Valmet Pedoman Perilaku Valmet Yth. Rekan Kerja dan Mitra Valmet, Pedoman Perilaku Valmet adalah seperangkat aturan yang menetapkan moral dan etika, tanggung jawab, dan praktik yang tepat

Lebih terperinci

APP SUSTAINABILITY ROADMAP

APP SUSTAINABILITY ROADMAP APP SUSTAINABILITY ROADMAP VISI 2020 LAPORAN KEMAJUAN TRIWULAN KEDUA 5 FEBRUARI 2013 Pokok-pokok penting di dalam roadmap tersebut adalah: 1. LATAR BELAKANG Pada tahun 2015, APP akan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI PROSES PENINJAUAN KEMBALI P&C 1. Mengapa proses peninjauan kembali P&C RSPO dilakukan setiap 5 tahun sekali? Ketika standarisasi

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan Center for International Forestry Research Siapakah kami Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM Disampaikan Oleh: Drg. Ida Suselo Wulan, MM Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Lebih terperinci

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali FPIC DAN REDD Oleh : Ahmad Zazali SEMINAR DAN LOKAKARYA Skill share pengalaman mengembangkan proyek redd di berbagai wilayah di indonesia, dilaksanakan oleh scale up, dinas kehutanan riau dan fakultas

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM Peningkatan Kapasitas Akar Rumput untuk REDD+ di kawasan Asia Pasifik Maret 2012 RECOFTC - The Center for People and Forests adalah satusatunya organisasi nirlaba internasional

Lebih terperinci

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Ringkasan Eksekutif Bismart Ferry Ibie Nina Yulianti Oktober 2016 Nyahu Rumbang Evaphilo Ibie RINGKASAN EKSEKUTIF Kalimantan Tengah berada di saat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

CAGAR BIOSFER Uji lapangan untuk Pembangunan Berkelanjutan

CAGAR BIOSFER Uji lapangan untuk Pembangunan Berkelanjutan CAGAR BIOSFER Uji lapangan untuk Pembangunan Berkelanjutan Cagar Biosfer adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama dengan program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keaneragaman

Lebih terperinci

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan BAB I. PENDAHU LUAN BAB I. PENDAHULUAN Hal pokok yang disajikan dalam bagian ini yaitu : (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan peneltian, dan (4) manfaat penelitian. Latar belakang memuat

Lebih terperinci

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO LATAR BELAKANG Sebaran Areal Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2014 Ekstensifikasi

Lebih terperinci

Bekerja sama untuk konservasi hutan

Bekerja sama untuk konservasi hutan Bekerja sama untuk konservasi hutan 1 Presentasi ini dikeluarkan oleh Golden Agri-Resources Ltd ( GAR atau Perusahaan ) guna keperluan pemberian informasi. Presentasi ini memuat pernyataan-pernyataan,

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci