Gambar 1. Populasi dan Pemotongan Domba Lokal di Indonesia.
|
|
- Ratna Budiman
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Potensi Domba Lokal Domba lokal mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada iklim tropis, interval beranak dan mortalitas yang relatif pendek, resisten terhadap parasit internal serta menghasilkan anak banyak (prolifik) (Rianto et al., 2004). Domba lokal juga termasuk ternak penghasil daging yang sangat potensial karena mampu mengkonversi bahan pakan berkualitas rendah menjadi produk bergizi tinggi. Populasi ternak domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2005, populasi domba mencapai ekor dan pada tahun 2010 menjadi ekor (Direktorat Jendral Peternakan, 2010). Potensi domba lokal di Indonesia masih memiliki fungsi secara ekonomis karena permintaan daging domba yang setiap tahun terus meningkat. Permintaan daging domba meningkat sebesar 3,6% per tahun dan konsumsi per kapita sebesar 1,5% per tahun (Karyadi, 2008). Peningkatan permintaan daging domba dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Permintaan daging domba yang meningkat juga dapat dilihat dari meningkatnya pemotongan domba setiap tahunnya. Populasi dan pemotongan domba lokal dari tahun 2005 sampai 2010 menurut Direktorat Jendral Peternakan (2010) dapat dilihat pada Gambar ekor Populasi Pemotongan Tahun Gambar 1. Populasi dan Pemotongan Domba Lokal di Indonesia. Menurut Diwyanto (1982), domba lokal di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu domba priangan/garut, domba ekor tipis, dan domba ekor gemuk. Domba priangan merupakan domba hasil persilangan tiga bangsa antara domba ekor 3
2 tipis jawa, merino dan cape dari Afrika Selatan (Devendra dan McLeroy, 1982). Ukuran domba priangan lebih besar dibandingkan domba ekor tipis jawa. Bobot badan domba priangan betina bisa mencapai kg dan bobot jantan mencapai kg (Devendra dan McLeroy, 1982). Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang memiliki tubuh dan ekor berukuran kecil, umumnya bulunya berwarna putih, domba ekor tipis betina umumnya tidak bertanduk dan jantan bertanduk kecil dan melingkar. Bobot badan betina dewasa bervariasi dari 26,11 kg dan domba jantan berkisar 34,90 kg (Einstiana, 2006). Domba ekor gemuk merupakan domba yang memiliki ekor yang besar, lebar, dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak. Bentuk tubuh domba ekor gemuk lebih besar dari pada domba ekor tipis. Menurut Malewa (2007), berat jantan dewasa domba ekor gemuk antara kg dan betina kg. Dewasa ini, produktivitas domba lokal masih rendah. Peningkatan produktivitas domba diperlukan dukungan ketersediaan pakan kontinyu dan berkualitas. Hal ini dibuktikan pertambahan bobot badan domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 g/ekor/hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan pertambahan bobot badan domba lokal mampu mencapai g/ekor/hari (Prawoto et al., 2001). Purbowati (2007) menyatakan bahwa domba yang diberi complete feed (17,35% protein kasar) dalam bentuk pelet 5,6% bobot badan menghasilkan PBB harian 164 g/ekor/hari. Santi (2011) juga menyatakan bahwa domba laktasi yang mengkonsumsi protein kasar sebesar 86,35 g/ekor/hari dan TDN 353,75 g/ekor/hari memiliki pertambahan bobot badan harian anak domba prasapih sekitar 145,045 g/ekor/hari. Konsumsi Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan pokok dan keperluan produksi (Tillman et al., 1998). Menurut Parakkasi (1999), tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh faktor hewan itu sendiri, faktor makanan yang diberikan, dan faktor lingkungan. Faktor ternak merupakan permintaan fisiologis ternak tersebut untuk hidup pokok dan produksi sesuai dengan kapasitas saluran pencernaan. Faktor ternak terdiri atas bobot badan, jenis kelamin, umur, faktor genetik, dan tipe bangsa. Faktor makanan terbagi menjadi tingkat 4
3 kecernaan pakan dan kualitas bahan makanan. Faktor lingkungan terdiri atas suhu, kelembaban, dan intensitas sinar matahari (Parakkasi, 1999). Menurut NRC (2006), domba laktasi dengan bobot badan 40 kg beranak tunggal membutuhkan bahan kering sekitar 3,5% dari bobot badan atau 1403 g/ekor/hari. Mathius (1996) menyatakan induk domba fase laktasi mampu mengkonsumsi pellet 1110 g/ekor/hari. Santi (2011) menyatakan domba lokal laktasi mampu mengkonsumsi rata-rata 538,57±117,79 g/ekor/hari. Konsumsi bahan kering umumnya akan meningkat setelah beranak. Hal ini disebabkan kebutuhan zat makanan untuk produksi susu dan volume perut yang lebih tinggi karena tidak ada fetus (Forbes, 2007). Konsumsi Air Minum Domba Laktasi Air merupakan zat makanan yang penting bagi makhluk hidup. Salah satu fungsi air pada ternak adalah sebagai komponen utama dalam metabolisme tubuh. Kekurangan air dalam tubuh akan penurunan konsumsi pakan dan produktivitas ternak sampai mengakibatkan kematian ternak (Church dan Pond, 1988). Menurut Parakkasi (1999), kebutuhan air minum pada ternak dipengaruhi oleh faktor makanan, faktor lingkungan (suhu dan kelembaban), aktifitas ternak, dan kondisi fisiologi ternak (fase pertumbuhan, bunting, atau laktasi). Kebutuhan air minum juga dipengaruhi oleh konsumsi protein, semakin tinggi konsumsi protein, maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi air minum. Hal ini diduga karena air digunakan untuk mengeluarkan hasil metabolisme N melalui urin (Parakkasi, 1999). Menurut NRC (2006), tingkat kebutuhan air minum fase laktasi lebih tinggi dibandingkan fase fisiologi lainnya. Hal ini dikarenakan air digunakan untuk sintesis susu. Kebutuhan air domba laktasi dihitung dengan rumus ml/kg BB 0,75 dengan BB adalah bobot badan induk (NRC, 2006). Kebutuhan Zat Makanan Domba Fase Laktasi Fase laktasi merupakan periode induk domba yang membutuhkan nutrisi lebih tinggi dibandingkan fase lainnya (NRC, 2006). Kurangnya pemberian zat makanan pakan pada fase laktasi akan menyebabkan penurunan bobot hidup induk secara drastis. Hal ini disebabkan penggunaan sumber energi cadangan dalam tubuh, terutama lemak tubuh. 5
4 Selama laktasi, penggunaan zat makanan pakan untuk pembentukan susu menjadi prioritas utama dibandingkan penggunaan proses lainnya didalam tubuh sehingga kandungan zat makanan pakan harus memenuhi kebutuhan produksi susu dan pertumbuhan anak (Gatenby, 1986). Kebutuhan protein pakan salah satunya dipengaruhi oleh kondisi fisiologis ternak. Ternak pada fase laktasi memerlukan protein yang lebih tinggi dibandingkan bunting dan pertumbuhan, terutama puncak laktasi. Pengaruh status fisiologis terhadap kebutuhan protein domba menurut NRC (2006) dapat dilihat dalam Gambar 2. gram/hari Gambar 2. 93,75 116, ,25 135, ,5 Awal Akhir Awal Tengah Akhir Bunting Laktasi Pengaruh Status Fisiologis terhadap Kebutuhan Protein pada Domba Berbobot Badan 25 kg dan Beranak Tunggal. Kebutuhan protein pada fase laktasi meningkat, maka memerlukan protein kasar ransum induk domba laktasi sebesar 15%, sedangkan Kearl (1982) menyatakan bahwa kebutuhan protein kasar induk domba laktasi dengan berat badan 20 kg adalah 12%. Sementara menurut Mathius (1996), kebutuhan domba lokal laktasi sebaiknya mengandung protein kasar sebesar 15%. Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai Tepung ikan merupakan salah satu hasil pengawetan ikan dalam bentuk kering yang dihilangkan seluruh lemaknya dan bagian-bagian ikan yang diolah (kepala ikan, isi perut ikan, dan lain-lain). Tepung ikan untuk bahan pakan biasanya berasal dari sisa-sisa hasil olahan maupun hasil penangkapan waktu musim ikan. Menurut Rasyaf (1990), Kandungan protein kasar tepung ikan sebesar 60% hingga 70% dan kaya akan asam amino esensial terutama lisin dan metionin yang selalu kurang dalam bahan makanan ternak asal nabati. 6
5 Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan sumber protein dimanfaatkan untuk makanan ternak. Bungkil kedelai memiliki kadar protein sekitar 49% dan TDN 84% (NRC, 2006). Kandungan zat makanan bungkil kedelai dan Tepung Ikan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Bungkil Kedelai dan Tepung Ikan Berdasarkan Bahan Kering. No. Zat Makanan Bungkil Kedelai Tepung Ikan % BK Abu 7,00 20,00 2. Protein kasar 49,00 66,00 3. Lemak 1,60 8,00 4. Serat Kasar 6,00 1,00 5. TDN 84 74,00 6. Ca 0,38 5,50 7. P 0,71 3,15 Sumber : NRC (2006) Berdasarkan kandungan zat makanan, bungkil kedelai dan tepung ikan mempunyai perbedaan. Kadar protein tepung ikan lebih tinggi dibandingkan bungkil kedelai, akan tetapi tepung ikan memiliki lemak yang tinggi sehingga menyebabkan bau tengik yang mengakibatkan penurunan palatabilitas. Tepung ikan yang bermutu baik harus memiliki butiran-butiran seragam, bebas dari sisa-sisa tulang, mata ikan, dan benda-benda asing (Moeljanto, 1992). Tingkat palatabilitas bungkil kedelai lebih tinggi dibandingkan tepung ikan. Stallings (2003) menyatakan tepung ikan merupakan bahan pakan yang kaya protein tetapi palatabilitas rendah, terutama bagi ternak ruminansia. Suplementasi bungkil kedelai dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi total bahan kering dibandingkan suplementasi tepung ikan lokal dan impor pada kambing kacang (Addulah et al., 2007). Berdasarkan tingkat degradasi dalam rumen, bungkil kedelai relatif tinggi terdegradasi dibandingkan tepung ikan. Bungkil kedelai memiliki tingkat degradasi mencapai 68,6% (Cleale et al., 1987), sedangkan tepung ikan sebesar 22% (Sardiana, 1984). Menurun Addulah et al. (2007), suplementasi tepung ikan memberi pengaruh pertambahan bobot badan lebih tinggi dibandingkan suplementasi bungkil kedelai pada kambing kacang. 7
6 Penyusutan Bobot Badan Induk Laktasi Induk domba selama laktasi mengalami penyusutan bobot badan. Hal ini dikarenakan pada awal laktasi aliran metabolit dari darah terjadi sangat cepat untuk proses produksi susu, sedangkan konsumsi induk belum memenuhi kebutuhan zat makanan induk sehingga menggunakan lemak tubuh sebagai cadangan sumber energi (Forbes, 2007). Menurut Mathius (1996) bahwa penurunan bobot badan induk selama laktasi mencapai g/ekor/hari. Penurunan bobot badan terjadi pada bulan pertama laktasi, kemudian akan meningkat kembali setelah satu bulan laktasi (Freer dan Dove, 2002). Peningkatan protein ransum secara nyata meningkatkan produksi susu, tanpa terjadi penurunan bobot hidup induk (Mathius et al., 2003). Bobot Lahir Anak Bobot lahir merupakan bobot anak pada saat dilahirkan, namun secara teknis lapangan penimbangan anak domba setelah lahir seringkali sulit dilakukan, sehingga bobot anak yang ditimbang dalam kurun waktu 24 jam sesudah lahir (Hardjosubroto, 1994). Faktor-faktor yang menentukan bobot lahir antara lain adalah jenis kelamin, bangsa tipe kelahiran, umur domba, kondisi induk dan ransum tambahan untuk induk saat bunting. Induk yang menghasilkan bobot lahir yang tinggi cenderung memiliki daya hidup yang tinggi saat dilahirkan dan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi (Inounu, 1996). Anak domba yang lahir kembar tiga baik jantan maupun betina bobot lahirnya rendah, sifat fisiknya lemah, pembagian saat menyusu pada induk tidak teratur, kompetisi memperoleh susu induk sangat tergantung kekuatan fisik (Partodiharjo et al., 1983). Devendra dan McLeroy (1982) menyatakan anak domba tipe kelahiran tunggal mempunyai perkembangan janin pada rahim induk domba yang lebih baik daripada tipe kelahiran kembar dua dan kembar tiga. Hal ini dikarenakan adanya kompetisi dalam uterus untuk mendapatkan zat-zat makanan yang terbatas dari induk melalui plasenta (Hinch et al., 1983). Rataan rendahnya bobot lahir pada domba erat hubungannya dengan bobot induk yang rendah, jika bobot induk rendah biasanya bobot anak domba yang dilahirkan juga rendah. Bobot lahir anak yang dilahirkan induk akan semakin meningkat bobotnya apabila induk semakin dewasa. Harahap (2008) menyatakan rata-rata bobot lahir anak domba jonggol adalah 1,90±0,56 kg. Campbell et al. 8
7 (1996) menyatakan bahwa bobot induk yang rendah berhubungan dengan menajemen pemberian pakan yang kurang baik. Induk-induk yang mendapat kadar protein konsentrat yang lebih tinggi pada sepertiga akhir kebuntingan menghasilkan anak dengan bobot lahir lebih besar dengan daya hidup yang tinggi (Inounu, 1996). Bobot Sapih Anak Bobot sapih adalah bobot disaat anak domba mulai dipisahkan dari induknya pada umur yang paling muda. Penyapihan anak biasanya disesuaikan dengan rataan bobot sapih umur tertentu, pada domba disesuaikan pada umur 90 hari (Hardjosubroto, 1994). Bobot sapih anak dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur sapih, umur induk dan produksi susu induk. Domba lokal yang mengkonsumsi protein kasar sebesar 86,35 g/ekor/hari dan TDN 353,75 g/ekor/hari memiliki bobot sapih anak berkisar 10,50-11,25 kg/ekor dengan rata-rata 10,88 kg/ekor (Santi, 2011). Sitorus dan Subandriyo (1986) menyatakan bahwa bobot anak saat disapih juga dipengaruhi oleh tipe kelahirannya. Beliarti (1981) menyatakan bahwa anak domba jantan memiliki berat sapih lebih tinggi dibandingkan dengan anak domba betina. Menurut Saputra (2008), jenis kelamin jantan pada domba jonggol (6,97±2,08 kg) lebih besar dibandingkan betina (6,47±1,79 kg). Bobot sapih meningkat bobotnya mengikuti dengan kedewasaan induk. Induk yang lebih tua akan menghasilkan anak dengan bobot sapih yang lebih besar dibandingkan dengan induk yang lebih muda (Saputra, 2008). Hasil penelitian Nafiu (2003) menunjukan kondisi pakan yang tinggi protein dan energi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot sapih domba, pada kondisi pakan jelek rataan bobot sapih sebesar 10,87 kg/ekor dan meningkat 12,57 kg/ekor pada kondisi pakan yang baik. Peningkatan kualitas pakan akan berdampak pada kualitas susu yang diproduksi oleh induk (Sumaryadi, 1997). Pertambahan Bobot Badan Anak Prasapih Pertumbuhan merupakan proses terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum mencapai dewasa. Laju pertumbuhan dari lahir hingga sapih sebagian besar dapat dipengaruhi oleh jumlah air susu yang dihasilkan induk. Faktor lain yang mempengaruhi laju pertumbuhan prasapih anak domba yaitu jenis kelamin, bobot lahir, dan kondisi lingkungan yang berpengaruh secara tidak 9
8 langsung terhadap produksi susu induk (Inounu, 1996). Soeparno dan Davies (1987) menyatakan pertambahan bobot hidup induk selama laktasi sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kandungan energi dan protein pakan sangat berperan terhadap produksi ternak (Banerjee, 1981); pakan berenergi ataupun berprotein tinggi akan menyebabkan efek yang menguntungkan, antara lain peningkatan pertumbuhan ternak. Pertambahan bobot hidup anak selama laktasi juga sangat dipengaruhi oleh tipe kelahiran (Subandriyo, 1996). Anak tunggal mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat karena mendapat lebih banyak susu, namun pada induk yang bisa menyapih anak kembar, total rataan pertambahan bobot hidup anak lebih besar daripada induk yang memiliki anak tunggal. Induk yang memiliki anak kembar lebih banyak menghasilkan susu dibandingkan induk yang beranak tunggal (Gatenby, 1986). Menurut Santi (2011), domba lokal yang mengkonsumsi protein kasar sebesar 86,35 g/ekor/hari dan TDN 353,75 g/ekor/hari memiliki rata-rata pertambahan bobot badan anak sebesar 162,81 g/ekor/hari pada umur 0-28 hari, sedangkan umur hari sebesar 127,28 g/ekor/hari. Pendugaan Produksi Susu Induk Periode laktasi adalah interval waktu selama proses keluarnya air susu induk semenjak anak lahir hingga proses menyusui anaknya atau pemerahan. Produksi susu induk berpengaruh pada pertumbuhan anak domba. Produksi susu dipengaruhi oleh gizi induk selama laktasi, tipe kelahiran, dan ukuran ambing. Penggunaan zat makanan untuk pembentukan susu selama laktasi menempati prioritas utama dibandingkan penggunaan untuk proses lain di dalam tubuh, sehingga gizi induk sangat mempengaruhi produksi susu dan pertumbuhan anak (Gatenby, 1986). Produksi susu pada tipe kelahiran kembar lebih tinggi dibandingkan dengan produksi susu tipe kelahiran tunggal. Hal ini dikarenakan kecukupan makanan untuk anak yang harus disediakan untuk induk sehingga pertumbuhan sel-sel sekretoris kelenjar ambing harus juga semakin tinggi agar dapat menyediakan makanan untuk anaknya (Capuco et al., 2003). Selisih produksi susu antara tipe kelahiran tunggal dan kembar pada domba priangan adalah 4,96 g/ekor/hari (Adriani, 1998). Produksi susu pada domba lokal yang mengkonsumsi protein kasar sebesar 86,35 g/ekor/hari dan TDN 353,75 g/ekor/hari sebesar 976,85 g/ekor/hari pada umur 10
9 0-28 hari, sedangkan pada umur hari sebesar 763,69 g/ekor/hari (Santi, 2011). Berbeda dengan penelitian Raharjo (2008) yang menyatakan produksi susu induk per laktasi di daerah tropis untuk domba lokal yang dipelihara secara ekstensif adalah 355,29±72,43 g/ekor/hari. Rendahnya produksi susu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas pakan. Mortalitas Anak Lahir Hingga sapih Mortalitas adalah persentase kematian anak yang didapatkan dari jumlah anak yang mati dibagi jumlah anak yang dilahirkan. Menurut Inounu (1996), keragaman tingkat kematian anak dipengaruhi oleh interaksi genotif dan manajemen, serta zat makanan pakan. Kemampuan hidup anak domba sebesar 90% pada kelahiran tunggal, 68% pada kelahiran kembar dua, dan 60% 65% pada kelahiran kembar tiga (Inounu, 1996). Gatenby (1986) menyatakan bahwa mortalitas pada anak kelahiran tunggal 5,5%, kembar dua 9,8%, dan kembar tiga atau lebih adalah 27,8%. Tingkat kematian anak kembar lebih tinggi dibandingkan anak tunggal. Hal ini berhubungan dengan gangguan sifat keindukan pada saat kelahiran yang dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan pada sepertiga akhir kebuntingan. Faktor yang mempengaruhi daya hidup anak adalah interaksi genotip dan sistem manajemen dan pertambahan bobot badan induk dan Kematian prasapih pada anak domba sering terjadi pada umur antara 1-6 hari setelah kelahiran (Inounu, 1996). Tingkat kematian anak domba di UP3-Jonggol adalah sebesar 21,50% (Harahap, 2008). Tingkat mortalitas yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat nutrisi pakan. Jumlah anak yang dilahirkan secara langsung akan mempengaruhi kemampuan hidup anak karena adanya kompetisi dalam uterus untuk mendapatkan zat-zat makanan yang terbatas dari induk melalui plasenta, tetapi dengan pemberian nutrisi yang baik pada akhir kebuntingan maka akan dihasilkan daya hidup maksimal 94% atau mortalitas 6% pada kelahiran kembar tiga dengan total bobot lahir diatas lima kilogram (Saputra, 2008). Menurut Santi (2011), domba laktasi yang mengkonsumsi protein kasar sebesar 86,35 g/ekor/hari dan TDN 353,75 g/ekor/hari dapat menurunkan mortalitas sampai 0%. Inounu et al. (1993) menambahkan bahwa untuk mendapatkan daya tahan hidup yang tinggi maka anak domba yang dilahirkan harus memiliki bobot lahir 1,5 kg. 11
10 Efisiensi Penggunaan Pakan Efisiensi pakan merupakan nilai yang menggambarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi diubah menjadi produk ternak yang dihasilkan dalam waktu tertentu. Menurut Parakkasi (1999), efisiensi pakan dipengaruhi oleh genetik, kualitas pakan, suhu, dan lingkungan. Freer dan Dove (2002), bentuk fisik pakan dapat mempengaruhi efisiensi, rumput yang ukurannya pendek lebih efisien dibandingkan rumput yang lebih panjang. Pakan yang mempunyai kecernaan yang tinggi maka akan meningkatkan efesiensi pakan karena dapat meningkatkan penyerapan zat makanan untuk kebutuhan ternak (Parakkasi, 1999). Forbes (2007) menambahkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi efesiensi pakan diantaranya adalah laju perjalanan pakan dalam saluran pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, dan komposisi zat makanan pakan. Pertambahan bobot badan untuk menghitung efisiensi pakan domba laktasi dihitung dari pertambahan bobot badan anak dan penyusutan bobot badan induk. Menurut Gatenby (1986), penggunaan zat makanan pakan untuk pembentukan susu selama laktasi menempati prioritas utama dibandingkan penggunaan untuk proses lain di dalam tubuh, sehingga gizi induk sangat mempengaruhi produksi susu. Freer dan Dove (2002) menambahkan bahwa pertumbuhan anak selama laktasi hanya dipenuhi dari produksi susu induk. Penyusutan bobot badan induk terjadi dikarenakan aliran metabolit darah terjadi sangat cepat untuk proses produksi susu. Menurut Forbes (2007), penyusutan bobot badan pada induk laktasi disebabkan oleh belum terpenuhi kebutuhan zat makanan sehingga menggunakan lemak tubuh sebagai cadangan sumber energi. Income Over Feed Cost (IOFC) Perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC) merupakan salah satu cara menghitung keuntungan ekonomis pemeliharaan ternak. Keuntungan dihitung dari selisih penerimaan dengan pengeluaran. Menurut (Boediono, 2002), penerimaan merupakan hasil yang diterima produsen dari penjualan output, sedangkan pengeluaran input yang dipakai untuk menghasilkan suatu output tertentu. Analisis pendapatan dengan cara ini didasarkan pada harga jual domba, harga beli bakalan, dan biaya pakan. Induk domba laktasi menghasilkan anak domba lepas sapih sehingga keuntungan dipengaruhi oleh bobot sapih anak. Menurut Sinegar (2003), 12
11 bobot lahir yang rendah anak menghasilkan bobot sapih yang rendah, sebaliknya bobot lahir yang tinggi akan menghasilkan bobot sapih yang tinggi. Korelasi Korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Bowman (1974) menyatakan bahwa untk mengukur derajat hubungan antara dua sifat atau peubah, maka digunakan keofisien korelasi (r). Nilai koefisien ini berkisar negatif satu sampai positif satu. Semakin besar nilai koefisien berarti semakin erat hubungan antar kedua peubah tersebut, sedangkan nilai negatif atau positif menyatakan sifat hubungan variabel tersebut (Warwick et al., 1983). Menurut Sugiono (2006), tingkat hubungan internal koefisien korelasi terdiri atas tingkat hubungan sangat rendah pada interval 0,00 sampai 0,19; interval koefisien 0,20 sampai 0,399 memiliki tingkat hubungan rendah; interval koefisien 0,40 sampai 0,599 memilki tingkat hubungan sedang; interval keofisien 0,60 sampai 0,799 memiliki tingkat hubungan kuat; dan interval koefisien 0,80 sampai 1,000 memiliki tingkat hubungan sangat kuat. 13
PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Potensi Domba Lokal
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Domba Lokal Populasi ternak domba terus meningkat dari tahun 2003 (7.810.702) sampai 2007 (9.859.667), sedangkan produksi daging kambing dan domba pada tahun 2007 adalah 148,2
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
Lebih terperinciGambar 2. Domba didalam Kandang Individu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciGambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kambing adalah salah satu jenis ternak penghasil daging dan susu yang sudah lama dikenal petani dan memiliki potensi sebagai komponen usaha tani yang penting
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawa (PE) betina. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis serta memiliki sifat karakteristik seasonal polyestrous. Klarifikasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Ternak domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan dan umumnya berupa domba-domba lokal. Domba
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut mempunyai akses bebas pada pakan dan tempat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Ternak domba termasuk dalam phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, subfamili Cuprinae, famili Bovidae, genus Ovis, dan spesies Ovis aries. Domba adalah ternak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan tumbuhan) karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba lebih menyukai rumput dibandingkan
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum
HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang
3 TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia Ternak atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah
Lebih terperinciFORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN
AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Domba
TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara dan Eropa sampai ke Afrika. Ternak domba secara umum termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba dan Potensinya Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar
37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Lokasi Asal Induk Domba
TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Lokasi Asal Induk Domba Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) dibawah pengelola Fakultas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang
TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan daging sapi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2012)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivore non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut
PENGANTAR Latar Belakang Populasi ternak khususnya ruminansia besar yaitu sapi potong, sapi perah dan kerbau pada tahun 2011 adalah 16,7 juta ekor, dari jumlah tersebut 14,8 juta ekor adalah sapi potong
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing jenis ini mampu
Lebih terperinciLampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan
LAMPIRAN 38 Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan R1 R2 R3 Ulangan Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total ---------------------------------------------g/ekor/hari---------------------------------------------
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami proses persilangan, ayam ini dapat dipanen lebih cepat yaitu 2 bulan (Munandar dan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinci