HASIL DAN PEMBAHASAN .
|
|
- Utami Kusuma
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Penanaman kedelai dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor. Masa penelitian di lapang dilakukan selama tiga bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni Benih kedelai yang ditanam menggunakan benih kuning Varietas Anjasmoro dan benih hitam Varietas Detam 1. Perlakuan pemupukan terdiri atas perlakuan tanpa pemupukan, N, P, dan K, N dan P, N dan K, serta P dan K. Pupuk N yang digunakan adalah urea dengan dosis 50 kg urea ha -1, pupuk P menggunakan SP-36 dengan dosis 150 kg SP-36 ha -1, dan pupuk K menggunakan KCl dengan dosis 100 kg KCl ha -1, dosis ini didasarkan atas rekomendasi Balai Penelitian Tanah (2010). Musim hujan berlangsung selama penelitian, sehingga di daerah penelitian masih mendapatkan curah hujan yang tinggi. Penyiraman hanya dilakukan selama beberapa hari setelah tanam. Pengendalian gulma di lahan penelitian dilakukan secara manual. Gulma yang banyak ditemui di lapang antara lain: (1) rumput: Axonopus compressus, (2) gulma berdaun lebar: Mimosa pudica, Ageratum conyzoides, Caladium sp, Oxalis barrelieri, dan Cleome rutidospermae. Hama yang menyerang tanaman kedelai selama penelitian antara lain belalang (terutama dari jenis Valanga sp.), kepik hijau (Nezara viridula) dan kepik polong (Riptortus linearis). Selama pertanaman ditemukan juga penyakit seperti karat daun dan virus mosaik kuning. Serangan hama cukup sedikit dan tidak mengganggu pertanaman secara luas sehingga tidak dilakukan penyemprotan hama sedangkan untuk penyakit dilakukan pencabutan pada tanaman yang terserang. Pengamatan keadaan vegetatif tanaman di lahan dimulai saat 2 MST dan pengamatan berakhir saat tanaman memasuki masa generatif (6 MST). Tanaman kedelai mulai berbunga pada 35 HST, hal ini sesuai dengan deskripsi varietas (Balitkabi, 2005). Panen dilakukan ketika telah mencapai masak fisiologi berdasarkan kriteria tertentu (Tabel 1). Pemanenan dilakukan sebanyak dua kali karena tingkat kemasakan antar petak tidak sama, panen pertama dilakukan pada 85 HST sedangkan panen kedua dilakukan pada 91 HST. Pada Varietas Anjasmoro, hal ini sesuai dengan perkiraan umur panen berdasarkan deskripsi
2 20 varietas (Balitkabi, 2005), yakni HST, akan tetapi pada Varietas Detam 1 hal ini melebihi umur panen yang seharusnya 82 HST. Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan vegetatif dan produksi benih serta mutu benih yang dihasilkan, termasuk kandungan antosianin yang diduga berkorelasi dengan vigor daya simpan benih. Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Benih Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi benih dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dan interaksi antara varietas dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah pengamatan. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (3-6 MST), jumlah daun (2-3 MST), dan bobot benih per tanaman. Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Kedelai, Jenis Pemupukan, dan Interaksinya terhadap Pengamatan Vegetatif dan Produksi Benih Peubah pengamatan Perlakuan V P V * P KK (%) Tinggi tanaman 2 MST tn tn tn MST * tn tn MST * tn tn MST * tn tn MST * tn tn Jumlah daun 2 MST * tn tn MST ** tn tn MST tn tn tn MST tn tn tn MST tn tn tn Bobot benih per tanaman * tn tn Bobot benih per petak tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% * = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% ** = nyata berdasarkan uji F pada taraf 1% V = Varietas; P= Pemupukan; V*P=Interaksi antar faktor KK= Koefisien keragaman Perbedaan yang terdapat antara Varietas Anjasmoro dan Detam 1 dalam penelitian ini terkait dengan sifat genetik antar varietas yang berbeda-beda dan memiliki karakteristik tersendiri seperti yang dijabarkan pada deskripsi
3 varietasnya masing-masing (Lampiran 1 dan 2). Perbedaan varietas dimaksudkan terutama untuk mengetahui faktor-faktor yang belum ada pada deskripsi terkait vigor daya simpan benih dan kandungan antosianin serta ada atau tidaknya interaksi perlakuan pemupukan dengan varietas terhadap peubah-peubah yang diamati. Pertumbuhan tanaman terjadi karena adanya proses-proses pembelahan sel dan pemanjangan sel. Proses-proses tersebut memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuhnya. Salah satu faktor lingkungan tumbuh yang penting bagi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan unsur hara dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap komponen pertumbuhan kedelai disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Kedelai pada Berbagai Perlakuan Pemupukan Perlakuan pemupukan Umur tanaman (minggu setelah tanam) Tinggi tanaman (cm) Tanpa pupuk N, P, dan K N dan P N dan K P dan K Jumlah daun (helai) Tanpa pupuk N, P, dan K N dan P N dan K P dan K Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada komponen pengamatan vegetatif yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun mulai dari awal pertumbuhan sampai dengan akhir masa vegetatif secara umum meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan pemupukan pada petak perlakuan mampu mendukung masa vegetatif tanaman kedelai. Perlakuan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal ini diduga karena hara di dalam tanah telah mampu menyuplai hara sesuai kebutuhan 21
4 tanaman, terutama untuk mendukung pertumbuhan tinggi tanaman dan penambahan jumlah daun. Ketersediaan hara yang cukup di dalam tanah sebelum penanaman diduga menjadi penyebab tidak adanya respon yang cukup nyata pada perlakuan pemupukan yang berbeda. Masing-masing unsur N, P, dan K memiliki peran dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara yang penting untuk proses metabolisme dan membangun struktur anatomi tanaman, Fosfor berperan mempercepat terjadinya pembelahan sel yang menyebabkan pembentukan dan perkembangan batang dan daun kecambah tanaman lebih cepat (Hardjowigeno, 2003), sedangkan kalium berperan penting dalam fotosintesis, meningkatkan pertumbuhan tanaman, indeks luas daun, dan meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun (Gardner et al., 1991). Berdasarkan Tabel 4 bobot benih per petak Varietas Anjasmoro tidak berbeda nyata dengan Varietas Detam 1 tetapi memiliki bobot benih per tanaman yang nyata lebih tinggi dibandingkan Varietas Detam 1. Varietas Anjasmoro memiliki bobot benih per tanaman sebesar g sedangkan Varietas Detam 1 hanya 9.09 g. Tabel 4. Bobot Benih per Tanaman dan Bobot Benih per Petak pada Berbagai Perlakuan Varietas dan Pemupukan Perlakuan Bobot benih per tanaman (g) Bobot benih per petak (g) Varietas Anjasmoro 11.42a Detam b Pemupukan Tanpa pupuk N, P, dan K N dan P N dan K P dan K Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Pertumbuhan organ vegetatif akan mempengaruhi hasil tanaman. Semakin besar pertumbuhan organ vegetatif yang berfungsi sebagai penghasil asimilat (source) akan meningkatkan pertumbuhan organ pemakai (sink) yang akhirnya akan memberikan hasil yang semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan hasil 22
5 23 penelitian yang menunjukkan bahwa keragaan agronomis pada Varietas Anjasmoro (tinggi tanaman dan jumlah daun) relatif lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan Varietas Detam 1 sehingga menyebabkan produksi (bobot benih per tanaman) yang lebih baik pada Varietas Anjasmoro dibandingkan dengan Varietas Detam 1. Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa P sangat berperan dalam pembentukan komponen produksi, seperti pembentukan bunga, buah, dan biji. Akan tetapi perlakuan pemupukan pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang nyata pada kedua komponen produksi, baik bobot benih per tanaman maupun bobot benih per petak (Tabel 4). Pemberian hara diduga sudah melebihi batas kritis sehingga tanaman tidak memberikan respon terhadap perlakuan pemupukan. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa pemupukan pun sudah dapat menghasilkan produksi sebesar g tan -1 atau sebesar 2.5 ton ha -1. Viabilitas dan Vigor Benih yang Dihasilkan Viabilitas Potensial Pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa perlakuan varietas, pemupukan maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata pada tolok ukur DB. Daya berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas benih yang memperkirakan parameter viabilitas potensial benih dari lot benih. Pada Tabel 5 terlihat bahwa secara keseluruhan viabilitas potensial benih cukup bagus karena seluruhnya memiliki nilai DB lebih dari 80%. Vigor Kekuatan Tumbuh Indeks vigor dan kecepatan tumbuh menggambarkan vigor kekuatan tumbuh benih. Benih yang memiliki vigor yang tinggi akan tahan terhadap deraan sehingga tetap mampu menghasilkan kecambah normal sedangkan benih yang memiliki vigor rendah tidak tahan terhadap deraan suhu dan kadar air tinggi sehingga banyak menghasilkan kecambah abnormal atau mati. Indeks vigor merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya jumlah kecambah normal pada hitungan pertama dalam pengujian viabilitas. Nilai indeks
6 vigor yang tinggi mengindikasikan vigor benih yang tinggi pula, sedangkan kecepatan tumbuh digunakan untuk mengetahui kekuatan tumbuh benih di lapangan yang suboptimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas maupun pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai IV dan K CT. Tidak ada pengaruh interaksi antara kedua perlakuan tersebut baik terhadap IV maupun K CT. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan pada benih kedelai menghasilkan variasi IV berkisar antara % dan variasi kecepatan tumbuh berkisar antara % etmal -1. Perlakuan Tabel 5. Mutu Fisiologi Benih Kedelai pada Berbagai Perlakuan Varietas dan Pemupukan Viabilitas Potensial (V P ) Vigor Kekuatan Tumbuh (V KT ) Vigor Daya Simpan (V DS ) DB (%) K CT (% etmal -1 ) IV (%) V PCT (%) Varietas Anjasmoro Detam Pemupukan Tanpa pupuk b N, P, dan K a N dan P ab N dan K a P dan K ab Interaksi tn tn tn tn KK (%) Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% Vigor Daya Simpan berdasarkan Metode Pengusangan Cepat Terkontrol Kondisi tanah tidak hanya mampu mendukung pertumbuhan vegetatif yang optimal tetapi juga produksi benih serta mutu benih saat panen, baik viabilitas potensial maupun vigor kekuatan tumbuhnya. Benih yang diproduksi tidak selalu segera ditanam tetapi seringkali harus disimpan sehingga vigor daya simpan benih menjadi hal yang penting diperhatikan dalam produksi benih. Pada penelitian ini untuk menggambarkan vigor daya simpan benih dilakukan dengan menggunakan metode Controlled Deterioration sehingga hal ini dapat menduga perbedaan viabilitas benih setelah melewati suatu periode 24
7 25 penyimpanan. Pengusangan cepat terkontrol atau Controlled Deterioration dilakukan dengan menggunakan waterbath dengan menggunakan suhu 41 o C selama 48 jam pada benih yang telah ditingkatkan kadar airnya hingga 22%. Nilai pengukuran kadar air selama penderaan selengkapnya disajikan pada Lampiran 4. Harrington (1972) menyatakan bahwa suhu dan kadar air tinggi merupakan faktor penyebab menurunnya daya berkecambah dan vigor. Benih yang memiliki vigor daya simpan yang tinggi akan tetap memiliki peformansi yang baik dibandingkan benih yang bervigor rendah meskipun didera pada suhu dan kadar air yang tinggi. Metode pengusangan cepat terkontrol sudah banyak digunakan pada berbagai penelitian dan terbukti mampu membedakan benih yang memiliki vigor tinggi dengan benih yang bervigor rendah. Penelitian Wahyuni (2011) membuktikan bahwa metode ini dapat menunjukkan adanya variasi ketahanan terhadap pengusangan cepat diantara lot benih yang diuji baik berdasarkan tolok ukur DB, IV maupun K CT. Pengujian setelah pengusangan menunjukkan bahwa lot yang satu mempunyai ketahanan lebih tinggi dibandingkan lot yang lain. Hanafiah (2005) menyatakan bahwa saat tanaman berkecambah dan mulai membentuk perakaran, semua hara yang dibutuhkan untuk aktivitas disuplai oleh biji, kemudian begitu akar mulai berpenetrasi ke dalam tanah, sebagian hara yang dibutuhkan diserap dari tanah dan sekeliling akar (rhizosfer). Persentase penyerapan hara ini makin meningkat selaras dengan habisnya cadangan hara di biji. Selanjutnya tanaman bergantung pada unsur hara tanah dan udara. Pada tahap ini dan selanjutnya maka pengaruh pemupukan dapat dilihat. Mutu benih tidak berpengaruh nyata dalam hal viabilitas potensial yang ditunjukkan dengan tolok ukur DB, maupun vigor kekuatan tumbuh yang ditunjukkan dengan tolok ukur K CT dan IV, walaupun demikian pemupukan ternyata berpengaruh nyata terhadap V PCT yang mengindikasikan vigor daya simpan benih (V DS ). Berdasarkan Tabel 5, pemupukan lengkap N, P, dan K (83.33%) serta N dan K (80.00%) menghasilkan benih dengan vigor daya simpan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk (61.33%), sedangkan pemupukan N dan P serta P dan K tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemupukan.
8 26 Tercukupinya kebutuhan hara di dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan vegetatif bahkan produksi benih hingga viabilitas potensial dan vigor kekuatan tumbuh benih, belum cukup untuk menghasilkan benih yang tahan terhadap deraan, khususnya deraan terhadap pengusangan cepat terkontrol. Penambahan hara N dan K dapat meningkatkan V PCT secara nyata. N dan K adalah unsur yang paling perlu ditambahkan pada tanah. Pada penelitian ini ketersediaan P pada tanah diduga sudah cukup dan mampu menyuplai kebutuhan hara P bagi tanaman, karena penambahan N dan K (tanpa P) (V PCT = 80.00%) sudah mampu memberikan peningkatan yang nyata dibandingkan dengan kontrol (V PCT = 61.33%) dan tidak berbeda nyata dengan pemupukan N, P, dan K (V PCT = 83.33%). Sesuai dengan mekanisme dan proses pertumbuhan tanaman, secara fisiologis tumbuhnya benih memiliki keeratan hubungan dengan aspek tersedianya hara di dalam tanah. Sumarna (2008) menjelaskan bahwa pada awal pertumbuhan tersedianya hara untuk tumbuhnya benih didukung oleh kandungan hara pada keping lembaga (cotyledone) yang sangat terbatas hingga benih menghasilkan organ tanaman dan anakan tingkat semai, pertumbuhan selanjutnya akan sangat ditentukan oleh tersedianya energi hara dari lahan. Masing-masing unsur N, P, dan K memiliki peran dalam mendukung terbentuknya benih yang bermutu baik. Ketersediaan P berperan dalam pembelahan inti sel untuk membentuk sel-sel baru dan memperbesar sel itu sendiri (Yamin, 1986), sedangkan menurut Sirappa (2002), nitrogen juga merupakan hara esensial yang berfungsi sebagai bahan penyusun komponen inti sel. Unsur kalium sendiri menurut Havlin et al. (1999) dapat meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP). Menurut Akil (2009), kandungan ATP dalam benih berkaitan dengan vigor benih, apabila kandungan ATP menurun, maka vigor juga semakin menurun. ATP diperlukan untuk biosintesis sel-sel baru, berkurangnya ATP ditunjukkan oleh daya berkecambah dan vigor rendah. Vigor Daya Simpan berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai. Daya simpan
9 27 merupakan perkiraan waktu benih mampu untuk disimpan. Benih yang mempunyai daya simpan lama berarti mampu melampaui periode simpan yang panjang dan benih yang setelah penyimpanan masih memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi dikatakan memiliki vigor daya simpan (V DS ) yang tinggi (Sadjad et al. 1999). Pengujian DHL merupakan salah satu parameter yang dapat mengindikasikan vigor daya simpan benih. Menurut ISTA (2007) semakin tinggi nilai daya hantar listriknya maka viabilitas benih semakin menurun, hal ini diakibatkan karena makin besar pula kebocoran elektrolit pada benih. Masing-masing unsur N, P, dan K memiliki peran dalam mendukung permeabilitas benih. Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengemukakan pentingnya unsur K dalam meningkatkan kadar lignin. Dalam hal ini Marwanto (2003) menyatakan bahwa benih kedelai yang memiliki kandungan lignin lebih tinggi mempunyai vigor daya simpan yang lebih baik. Menurut Hartawan et al. (2011) kandungan protein berkorelasi negatif dengan nilai DHL. Kandungan protein yang tinggi pada membran sel akan meningkatkan integritas membran sel sehingga tidak banyak mengalami kebocoran. Peningkatan protein pada benih kedelai dipengaruhi oleh serapan nitrogen oleh bakteri rhizobium dan fiksasi nitrogen. Dalam hal ini, unsur P berperan penting sebagai komponen ATP yang merupakan sumber energi dalam fiksasi nitrogen dan sebagai komponen penyusun protein. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa varietas maupun pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap DHL akan tetapi terdapat interaksi antara varietas dengan pemupukan yang berpengaruh nyata terhadap DHL. Tabel 6 menunjukkan adanya interaksi antara varietas dan perlakuan pemupukan. Berdasarkan nilai rataan yang diperoleh, Varietas Detam 1 memiliki nilai DHL yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro. Perbedaan nyata antara kedua varietas terlihat pada perlakuan pemupukan N dan P yang menunjukkan bahwa Varietas Detam 1 memiliki nilai DHL yang lebih rendah dengan μmhos cm -1 g -1 berbeda nyata dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki nilai DHL μmhos cm -1 g -1. Hal ini menunjukkan bahwa Varietas Detam 1 (kedelai hitam) cenderung memiliki nilai DHL yang lebih rendah dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro (kedelai kuning), artinya permeabilitas
10 membran dan vigor daya simpan pada kedelai hitam khususnya pada perlakuan N dan P lebih baik dibandingkan dengan kedelai kuning. Pada Tabel 6 juga dapat dilihat bahwa Varietas Anjasmoro pada perlakuan pemupukan N dan P memiliki nilai DHL paling tinggi ( μmhos cm -1 g -1 ) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada Varietas Anjasmoro, kurangnya unsur K dalam pemupukan menyebabkan tingginya nilai DHL yang menunjukkan tingginya tingkat kebocoran elektrolit pada benih dan mengindikasikan vigor daya simpan benih yang rendah. Hal ini diduga sebab makin banyak kandungan K pada benih makin banyak pula kandungan lignin yang merupakan komponen penyusun dinding sel yang berfungsi melindungi cadangan makanan dan embrio sehingga vigor daya simpan semakin baik. Tabel 6. Interaksi Perlakuan Pemupukan dan Varietas pada Daya Hantar Listrik Benih Kedelai Perlakuan Daya Hantar Listrik (μmhos cm -1 g -1 ) Anjasmoro Detam 1 Rataan Tanpa pupuk b b ab N, P, dan K b b a N dan P a b a N dan K b b b P dan K b b ab Rataan a a Keterangan: Angka pada kolom dan baris yang berbeda dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT 28 Kandungan Antosianin Antosianin merupakan salah satu antioksidan. Antioksidan diduga berguna untuk mempertahankan viabilitas benih karena memiliki kemampuan untuk mengurangi efek radikal bebas yang terbentuk selama penyimpanan. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa kandungan antosianin berbeda sangat nyata pada varietas yang diuji. Kandungan antosianin pada varietas kedelai hitam yaitu Detam 1 (1.308 μmol 100g -1 ) nyata lebih tinggi dibandingkan pada kedelai kuning yaitu Anjasmoro (0.418 μmol 100g -1 ). Hal ini sesuai dengan pernyataan Futura et al. (2002) yang menyatakan bahwa kedelai hitam mengandung banyak antosianin. Adanya perbedaan kandungan antosianin benih diakibatkan karena faktor genetik
11 pada benih kedelai oleh warna kulit benihnya. Hasil tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Agustin (2010) yang menyatakan bahwa kandungan antosianin pada kedelai hitam Varietas Detam 1 nyata lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning Varietas Anjasmoro. Tabel 7. Kandungan Antosianin Benih Kedelai Perlakuan Kandungan antosianin (μmol 100g -1 ) Rata-rata ± standar deviasi Uji DMRT Anjasmoro Tanpa pupuk ± N, P, dan K ± N dan P ± b N dan K ± P dan K ± Rata-rata ± Detam 1 Tanpa pupuk ± N, P, dan K ± N dan P ± a N dan K ± P dan K ± Rata-rata ± Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Berdasarkan analisis statistik perlakuan pemupukan maupun interaksi antara varietas dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan antosianin benih. Penelitian lain pada tanaman Aglaonema menyebutkan bahwa perlakuan pemberian nutrien memberikan hasil bahwa peningkatan konsentrasi nitrogen atau fosfor dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kadar klorofil daun, tetapi menurunkan kadar antosianin pada daun (Widiatningrum, 2008). Antosianin merupakan salah satu jenis metabolit sekunder yang banyak dihasilkan pada tanaman dan biosintesisnya diinduksi oleh berbagai cekaman biotik dan abiotik. Salah satu jenis cekaman abiotik adalah cekaman hara, misalnya dengan cara pengaturan pemupukan. Pada beberapa penelitian lainnya dilaporkan bahwa unsur N dan atau P yang terbatas diketahui dapat menginduksi akumulasi antosianin (Gould, 2004). Perbedaan hasil yang terjadi pada penelitian ini diduga karena tanah telah menyediakan kandungan hara yang cukup bagi pertumbuhan kedelai, sehingga 29
12 30 baik unsur N, P, maupun K tidak menjadi faktor pembatas pembentukan antosianin. Menurut Delgado et al. (2006) aplikasi K dalam dosis yang tinggi bahkan dapat menurunkan kandungan antosianin. Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam pembentukan antosianin tanaman kedelai kurang respon terhadap pemupukan. Hubungan antara Kandungan Antosianin dengan Vigor Daya Simpan Benih Tingginya kandungan antosianin dan permeabilitas benih yang lebih baik (nilai DHL rendah) pada kedelai hitam seharusnya mengindikasikan vigor daya simpan yang baik pula. Menurut Purwanti (2004), kebocoran membran sel akibat deteriorasi menyebabkan penurunan vigor dipercepat. Semakin lama benih disimpan semakin bertambah tua sel-sel dalam benih. Proses penuaan pada kedelai kuning yang disimpan pada suhu tinggi nampak dipercepat dibanding kedelai hitam, sehingga kebocoran membran sel-sel benih semakin tinggi dan permeabilitas sel juga meningkat. Heatherly et al. (1995) juga menyatakan bahwa benih yang memiliki kulit yang kurang permeabel lebih mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa V PCT Anjasmoro yang tidak berbeda nyata dengan V PCT Detam 1. Hal ini diduga bahwa V PCT yang digunakan tidak cukup peka untuk membedakan vigor daya simpan antar varietas tetapi lebih peka dalam membedakan vigor daya simpan antar perlakuan pemupukan. Berdasarkan hasil ini maka uji korelasi dilakukan pada masing-masing varietas secara terpisah. Hasil korelasi antara kandungan antosianin benih dengan vigor daya simpan benih melalui pengusangan cepat terkontrol dan uji DHL dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Korelasi Kandungan Antosianin dengan Vigor Daya Simpan Benih Tolok ukur Varietas Anjasmoro Detam Koefisien Korelasi (r) Pengusangan Cepat Terkontrol (%) tn tn Daya Hantar Listrik (μmhos cm -1 g -1 ) tn tn Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%
13 31 Aktivitas antioksidan yang dimiliki antosianin diduga dapat meningkatkan vigor daya simpan benih, namun hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kandungan antosianin tidak berkolerasi dengan vigor daya simpan benih baik melalui pengusangan cepat terkontrol pada Varietas Anjasmoro (r = tn ) dan Varietas Detam 1 (r = tn ) maupun melalui uji DHL pada Varietas Anjasmoro (r = tn ) dan Varietas Detam 1 (r = tn ) (Tabel 8). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan antosianin pada Varietas Anjasmoro maupun Detam 1 tidak bisa menduga vigor daya simpan benih kedelai yang dipengaruhi perlakuan pemupukan (mutu fisiologis) baik melalui uji pengusangan cepat terkontrol maupun melalui uji DHL. Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 dapat dilihat indikasi bahwa kandungan antosianin Varietas Anjasmoro dan Detam 1 berbanding terbalik dengan nilai daya hantar listriknya. Varietas Detam 1 memiliki kandungan antosianin yang tinggi dengan nilai DHL yang rendah, sebaliknya Varietas Anjasmoro memiliki kandungan antosianin yang rendah dengan nilai DHL yang tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Agustin (2010) yang menyatakan bahwa kandungan antosianin pada berbagai varietas kedelai hitam dan kuning (mutu genetik) memiliki korelasi negatif dan erat terhadap tolok ukur daya hantar listrik (r = -0.65).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman kedelai dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 meter diatas permukaan laut. Lahan yang digunakan merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar
Lebih terperinciEffect of N, P, and K Fertilization in Two Varieties of Soybeans (Glycine max (L) Merr.) Seeds on Anthocyanin Content in Relation to Seed Vigor
Pengaruh Pemupukan N, P, dan K pada Dua Varietas Benih Kedelai (Glycine Max (L) Merr.) terhadap Kandungan Antosianin dan Hubungannya dengan Vigor Benih Effect of N, P, and K Fertilization in Two Varieties
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala
viabilitas 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas dan Vigor Benih Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam
Lebih terperinciPENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA DUA VARIETAS BENIH KEDELAI
PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA DUA VARIETAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TERHADAP KANDUNGAN ANTOSIANIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN VIGOR BENIH SOPHIA FITRIESA A24070079 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat hasil. Penggunaan benih bermutu tinggi dalam budidaya akan menghasilkan panen tanaman yang tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh tingginya vigor awal yang merupakan hasil dari faktor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang paling dikenal. Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang
HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan
Lebih terperinciyang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan
1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat rampai atau tomat ranti banyak disukai oleh konsumen karena tomat mempunyai rasa yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam
23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun berbeda konsentrasi berpengaruh nyata terhadap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan
14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam parameter tinggi tanaman pada lampiran 5a hingga 5h menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun, waktu aplikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Menurut Irwan (2006), kandungan gizi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih
4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman
2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Metode Pengusangan APC IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM ini dirancang untuk dapat melakukan pengusangan cepat secara fisik maupun kimia. Prosedur
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk
12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas
16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Hortikultura dan rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian ini
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan
13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.
21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan
Lebih terperinci4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih
TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciKERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P
Zubir et al.: Keragaan Pertumbuhan Jagung Dengan. KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P Zubir Marsuni 1), St. Subaedah 1), dan Fauziah Koes 2) 1) Universitas
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN
AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut
Lebih terperinciBAHAN METODE PENELITIAN
BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciLampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F
LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Asal Kebun 1 651.11 651.11 35.39** 0.0003 Ulangan 2 75.11 37.56 2.04 0.1922 Galat I 2 92.82 46.41 2.52 0.1415 Posisi Batang 2 444.79 222.39
Lebih terperinciINTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia
INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Percobaan bertujuan untuk melihat pengaruh takaran
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Mengenai Buncis Secara Umum Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Amerika. Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe
Lebih terperinciHasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan
IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi
Lebih terperinciPRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013
PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB yang berada pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut dengan tipe tanah latosol. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Secara agronomis biji merupakan hasil budidaya yang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinci