HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Tikus percobaan galur Spraque-Dawley

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Tikus percobaan galur Spraque-Dawley"

Transkripsi

1 5 Hewan Coba dan Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan lima kali ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Spraque-Dawley dengan jenis kelamin jantan, sehat, mempunyai aktivitas normal, dengan berat badan ± g, dan berumur ± 6 minggu (Gambar 4). Sebelum mendapatkan perlakuan, tikus diadaptasikan selama dua minggu untuk menyesuaikan kondisi fisiologis, menyeragamkan cara hidup dan makanannya, yaitu dengan memberi pakan standar dan air minum ad libitum. Selama perlakuan, tujuh minggu tikus diberi pakan standar dan air minum ad libitum. Adapun pembagian kelompok perlakuan, yaitu kelompok A sebagai kontrol tikus diinduksi aquades selama 7 minggu; kelompok B sebagai kelompok hepatotoksik, tikus diinduksi parasetamol dosis 250 mg/kgbb selama 7 minggu; kelompok C tikus diinduksi parasetamol 250 mg/kgbb selama 7 minggu, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgbb; kelompok D tikus diinduksi parasetamol selama 7 minggu, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgbb; kelompok E tikus diinduksi parasetamol sampai minggu ke-4, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgbb; kelompok F tikus diinduksi parasetamol sampai minggu ke-4, awal minggu ke-5 sampai minggu ke-7 diberi ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgbb. minggu ke-empat, ke-lima, ke-enam dan ketujuh. Darah tikus diambil melalui pembuluh vena ekor, dan ditampung dalam tabung sentrifus kemudian disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan serumnya (serum berada di bagian atas), serum berwarna kuning muda bening. Setelah itu dilakukan analisis kadar SGPT dan SGOT. Prosedur analisis SGPT dan SGOT mengikuti metode dari International Federation of Clinical Chemystry (IFCC). Penentuan kadar GPT dan GOT caranya sama hanya berbeda jenis reagen yang digunakan. Metode analisis GPT dan GOT adalah serum darah tikus diambil sebanyak 100 μl dicampur dengan reagen GPT sebanyak 1000 μl, setelah itu campuran disimpan di penangas air suhu 37 0 C kemudian absorbannya dibaca dengan menggunakan fotometer UV pada panjang gelombang 340 nm. Pembacaan dilakukan pada menit ke-1, 2 dan 3. Kadar GPT dicari dengan rumus Δ A/menit x Kadar GOT dicari dengan cara yang sama seperti GPT tetapi menggunakan reagen GOT. Analisis Data Statistik Analisis data terhadap kadar enzim SGPT dan SGOT menggunakan analisis ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0,05 dan kemudian dilanjutkan dengan uji duncan untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan antar kelompok percobaan. Data kadar SGPT dan SGOT dianalisis menggunakan program SAS. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3 Tikus percobaan galur Spraque-Dawley Penimbangan Berat Badan dan Analisis Kadar SGPT dan SGOT Penimbangan berat badan pada masa adaptasi dilakukan pada awal minggu pertama, akhir minggu pertama dan akhir minggu ke-dua. Setelah dilakukan perlakuan, penimbangan bobot badan dilakukan setiap hari untuk menyesuaikan dosis pemberian parasetamol dan ekstrak rumput mutiara. Pengambilan darah tikus dilakukan sebanyak lima kali, yaitu satu kali sebelum perlakuan, dan empat kali setelah perlakuan, yaitu akhir Ekstraksi Sebelum ekstraksi dilakukan perlu dilakukan beberapa perlakuan khusus. Tanaman rumput mutiara yang baru dipetik dikeringudarakan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mematikan enzim guna mencegah terjadinya oksidasi enzimatik atau hidrolisis senyawaan yang akan diisolasi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi digunakan untuk mengekstrak sampel yang relatif tidak tahan panas. Teknik ini digunakan karena relatif sederhana tapi menghasilkan produk yang baik (Meloan 1999, diacu dalam Wulandari 2005). Maserasi ini dilakukan dengan merendam serbuk kering rumput mutiara

2 6 dengan pelarut selama 3x24 jam dengan mengganti pelarut setiap 24 jam. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil ekstrak yang maksimal. Perbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi. Menurut Cowley (1973), diacu dalam Melawati (2006) perbandingan yang baik antara bahan dan pelarut adalah 1:10. Oleh karena itu penelitian ini juga menggunakan perbandingan tersebut. Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan untuk maserasi rumput mutiara adalah etanol 70%. Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut karena etanol 70% sering digunakan untuk ekstraksi dan menghasilkan senyawa bahan aktif yang optimal dan kemungkinan jumlah pengotor yang ikut dalam larutan pengekstrak sangat kecil (Harbone 1997). Rendemen ekstrak rumput mutiara yang telah dirotavapor/dipekatkan adalah sebesar 30.06% dari 3 kali ulangan. Rendemen ekstrak ini kemudian akan digunakan untuk menentukan dosis ekstrak yang akan diberikan ke tikus. Uji Fitokimia Sampel yang digunakan adalah ekstrak pekat rumput mutiara Penapisan fitokimia secara kualitatif dilakukan sebagai uji awal untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik, yaitu senyawa metabolit sekunder yang diharapkan dapat berperan sebagai antihepatotoksik. Penapisan fitokimia ini didasarkan pada metode Harborne (1987). Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak rumput mutiara mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan steroid (Tabel 1). Pada uji alkaloid sampel menunjukkan hasil positif terhadap ketiga pereaksi (Wagner, Mayer, dan Dragendorf). Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah jingga. Tanin ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna hitam kehijauan. Saponin ditunjukkan dengan adanya busa dan tetap stabil setelah didiamkan selama 10 menit. Steroid ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna hijau. Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dapat bersifat sebagai hepatoprotektor adalah flavonoid berdasarkan penelitian Ardiningsih (1995) dan saponin berdasarkan penelitian Kayun (2003). Menurut Robinson (1995), flavonoid sering merupakan senyawa pereduksi yang baik, karena mampu menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzimatis maupun nonenzimatis. Aktivitas antioksidan dari beberapa golongan flavonoid dapat menjelaskan mengapa flavonoid yang merupakan komponen aktif dari tumbuhan digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati (Robinson 1995). Keberadan saponin dalam tumbuhan dapat juga dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Lacaile dan Wagner (1996) aktivitas spesifik saponin termasuk aktivitas yang berhubungan dengan kanker, seperti sitotoksik, antitumor, antiperadangan, antialergenik, antivirus, antihepatotoksik, antidiabetes, dan antifungal. Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak pekat rumput mutiara. Uji Hasil Alkaloid + Flavonoid + Saponin + Triterpenoid - Steroid + Tanin + Keterangan : (+) = mengandung senyawa uji, (-) = tidak mengandung senyawa uji Hepatotoksik Parasetamol Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu ke-0 (sebelum perlakuan) kadar SGPT tikus kelompok B, E, dan D tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok A, sedangkan kelompok F dan C berbeda nyata dengan kelompok A tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok B. Hasil yang tidak berbeda nyata ini disebabkan oleh kondisi fisioligis hewan coba yang tidak seragam, lingkungan juga bisa mempengaruhi fisiologis hewan coba tersebut, ada beberapa tikus yang terlihat sangat agresif, ada tikus yang membuangbuang pakan yang diberikan, serta ada tikus yang terlihat lemah. Walaupun demikian kadar SGPT tikus masih dalam keadaan normal, hal ini sesuai dengan kisaran kadar SGPT tikus normal menurut Girindra (1989), yaitu sebesar 17 U/L 30.2 U/L. Kelompok C dan F kadar rata-rata kadar SGPTnya berada diluar kisaran normal, yaitu U/L dan U/L. Namun hal ini masih bisa dianggap normal karena nilai kadar tersebut tidak begitu jauh dari kisaran normal kadar SGPT tikus menurut Girindra (1989). Kadar SGOT tikus pada minggu ke-0 (sebelum perlakuan) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata setiap antar kelompok. Kadar SGOTnya tersebut berada dalam keadaan normal dan sesuai dengan kisaran kadar SGOT tikus normal menurut Girindra (1989), yaitu U/L.

3 7 Setelah dilakukan perlakuan pemberian parasetamol dosis 250 mg/kgbb selama 4 minggu terhadap kelompok B, C, D, E dan F telah menaikkan kadar SGPT 4-5 kali dan kadar SGOT tikus 4-6 kali keadaan normalnya, terlihat pada Gambar 4 dan 5. Kadar SGPT kelompok perlakuan yang diberi parasetamol 250 mg/kgbb berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan berbeda nyata dengan kelompok A (normal). Kadar SGPT kelompok E dan F tidak saling berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan kelompok B dan D, sedangkan kelompok C tidak berbeda nyata dengan kelompok B, D dan E. Kadar SGOT tikus setelah diinduksi perasetamol 250 mg/kgbb selama 4 minggu telah menyebabkan kenaikan kadar SGOTnya dan berbeda nyata dengan kelompok normalnya. Kenaikan 4-6 kali kadar SGPT dan SGOT mengindikasikan telah terjadi kerusakan fungsi hati yang bersifat hepatitis kronis. Menurut Suarsana dan Budiasa (2005) peningkatan kadar SGPT dan SGPT 1-5 kali lebih tinggi dari keadaan normalnya menunjukkan kerusakan hati yang terjadi bersifat hepatotoksis kronis. Kelompok B (kelompok hepatotoksik), yaitu tikus diinduksi perasetamol sampai minggu ke-7 ternyata mengalami kenaikan kadar SGPT dan SGOT yang cukup tajam pada minggu ke-7, Kerusakan fungsi hati yang terjadi dapat bersifat hepatotoksik kronis yang permanen. Uji Antihepatotoksik Setelah dilakukan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara, pada minggu ke-5 (seminggu setelah pemberian ekstrak etanol rumput mutiara), kadar SGPT kelompok C, D dan E berbeda nyata dengan kelompok B juga berbeda nyata dengan kelompok A. Kelompok F tidak berbeda nyata dengan kelompok B, tetapi berbeda nyata dengan kelompok C, D dan E Kelompok F penurunan kadar SGPTnya sangat kecil sehingga masih tidak berbeda nyata dengan kelompok B, dan berbeda nyata dengan kelompok C, D dan E. Namun semua kelompok yang telah seminggu diberi ekstrak etanol rumput mutiara berdasarkan uji statistik menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok A. Kadar SGOT setelah seminggu diberi ekstrak etanol rumput mutiara mengalami penurunan yang sangat kecil dan penurunannya belum begitu terlihat, sehingga kelompok yang telah diberi ekstrak etanol rumput mutiara pada minggu ke-5 memperlihatkan hasil uji statistik yang tidak berbeda nyata dengan kelompok B, dan berbeda nyata dengan kelompok A. Hal ini disebabkan pemberian ekstrak 400 maupun 800 mg/kgbb yang diberikan belum dapat melawan efek hepatotoksik parasetamol karena waktu pemberian masih relatif singkat. Penurunan kadar SGPT dan SGOT baru terlihat jelas setelah minggu ketujuh, tetapi pada minggu ketujuh pun belum mencapai keadaan normalnya seperti sebelum diberi perlakuan dan masih berbeda nyata dengan kelompok normal yang dicekok akuades, kemungkinan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara perlu diperpanjang lagi waktunya. Kadar SGPT pada minggu ke-7 berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa kelompok C, D, E dan F tidak saling berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap kelompok B. Kelompok C tidak berbeda nyata dengan kelompok A tetapi kelompok D, E, dan F berbeda nyata dengan kelompok A. Kadar SGOT tikus pada minggu ke-7 berdasarkan uji statistik menujukkan bahwa kelompok C, D, E dan F tidak saling berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap kelompok B dan juga terhadap kelompok A. Kelompok normal juga mengalami kenaikan kadar SGPT dan SGOT disebabkan tikus mengalami stres akibat pencekokan, dan pemotongan ekor untuk pengambilan darah, seperti terlihat pada Gambar 4 dan 5. Perlakuan C dan D ingin membuktikan apakah ekstrak etanol rumput mutiara bersifat hepatoprotektor. Pemberian ekstrak rumput mutiara dilakukan memasuki minggu ke-5 sampai minggu ke-7 dengan tidak menghentikan pemberian parasetamol. Hasil analisis memperlihatkan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara selama tiga minggu pada kelompok C dengan dosis 400 mg/kgbb dan kelompok D dosis 800 mg/kgbb dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus. Berdasarkan data statistik setelah pemberian ekstrak etanol rumput mutiara selama 3 minggu, pada minggu ke-7 kadar SGPT tikus kelompok C dan D menujukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) bila dibandingkan dengan perlakuan B juga berbeda nyata dengan kelompok A. Kadar SGOTnya pada minggu ke-7 memperlihatkan hasil uji statistik yang berbeda nyata terhadap kelompok B dan juga kelompok A, namun telah memperlihatkan penurunan yang cukup berarti (Gambar 4 dan 5). Perlakuan E dan F ingin membuktikan apakah ekstrak etanol rumput mutiara bersifat antihepatotoksik. Pemberian ekstrak rumput mutiara dilakukan memasuki minggu ke-5 sampai minggu ke-7 pemberian parasetamol

4 8 250 mg/kgbb dihentikan pada minggu ke-4. Hasil analisis memperlihatkan pemberian ekstrak etanol rumput mutiara selama tiga minggu pada kelompok E dengan dosis 400 mg/kgbb dan kelompok F dosis 800 mg/kgbb dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus. Hal ini dapat dilihat dari penurunan aktivitas enzim SGPT serta SGOT pada minggu ke-7, berdasarkan uji statistiknya berbeda secara nyata (P<0.05) bila dibandingkan dengan perlakuan B, tetapi kelompok E sudah tidak berbeda nyata dengan kelompok A sedangkan kelompok F masih berbeda nyata dengan kelompok A. Pemberian ekstrak etanol rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/hari/kgbb selama 3 minggu memperlihatkan efek sebagai hepatoprotektif yaitu mampu menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus yang terus dipapar dengan parasetamol. Ekstrak etanol rumput mutiara juga mempunyai efek antihepatotoksik, menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus akibat pemberian parasetamol selama 4 minggu. Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgbb selama 3 minggu pada kelompok yang dipapar terus parasetamol, yaitu kelompok C dan D pada minggu ke-7 berdasarkan uji statistiknya menunjukkan tidak saling berbeda nyata. Kelompok E dan F yang dihentikan pemberian parasetamolnya pada minggu keempat dan dilanjutkan dengan pemberian ektrak rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgbb selama 3 minggu menunjukkan adanya penurunan kadar SGPT dan SGOT yang tidak saling berbeda nyata. Kelompok E dan F juga tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok C dan D yang terus dipapar parasetamol. Artinya dari keempat kelompok tersebut dengan dosis ekstrak rumput mutiara 400 dan 800 mg/kgbb mampu melindungi hati dan mampu mengobati kerusakan fungsi hati. Hal ini menunjukkan bahwa sampai dengan dosis 800 mg/kgbb, pengaruh pemberian ekstrak rumput mutiara antara kedua dosis tersebut tidak berbeda, artinya pengaruh antara kedua dosis tersebut sama saja. Sehingga dosis 400 mg/kgbb sudah cukup efektif untuk menurunkan kadar SGPT maupun SGOT tikus pada tingkat 4-6 kali keadaan normalnya. Dosis 400 mg/kgbb tersebut tidak berbeda dengan hasil penelitian Ardiningsih (1995) yang menyatakan bahwa ekstrak kasar dari rumput laut (Sargassum sp.) dapat berfungsi sebagai antihepatotoksik pada ayam yang dinduksi parasetamol (250 mg/kgbb). minggu kekadar SGPT (U/L) minggu kekadar SGOT (U/L) SGPT kelompok A SGPT kelompok B SGPT kelompok C SGPT kelompok D SGPT kelompok E SGPT kelompok F Gambar 4 Kadar SGPT rata-rata tikus selama perlakuan SGOT kelompok A SGOT kelompok B SGOT kelompok C SGOT kelompok D SGOT kelompok E SGOT kelompok F Gambar 5 Kadar SGOT rata-rata tikus selama Perlakuan Bobot Badan Gambar 6 menyajikan rataan bobot badan hewan uji untuk keenam kelompok. Sebelum perlakuan selama masa adaptasi konsumsi pakan semua kelompok tikus sedikit kemungkinan masih belum bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan pemberian jenis pakan yang baru. Memasuki masa perlakuan 1-3 minggu kenaikan bobot badan tikus rata-rata naik, tetapi memasuki minggu keempat kelompok perlakuan yang diinduksi parasetamol mengalami penurunan rata-rata bobot badan. Hal ini disebabkan mungkin karena telah terjadi kerusakan jaringan hati oleh parasetamol sehingga fungsi hati dalam metabolisme menurun, akibatnya tikus berkurang dalam mengkonsumsi pakannya. Gambar 7 memperlihatkan penurunan bobot badan tikus kelompok B dari hari ke-28 mengalami penurunan drastis, hal ini dimungkinkan akibat kerusakan hati akut pada tikus mengakibatkan konsumsi pakan tikus berkurang akibat dari menurunnya fungsi metabolik hati. Kelompok C, D, E dan F setelah dilakukan pemberian ekstrak rumput mutiara dari hari ke-28 mengalami kenaikan bobot badan yang signifikan. Hal ini disebabkan jaringan hati yang rusak telah mengalami regenerasi sel akibat pemberian ekstrak rumput mutiara, sehingga kemampuan metabolismenya normal kembali.

5 9 bobot (gram) hari kelompok A kelompok B kelompok C kelompok D kelompok E kelompok F Gambar 6 Ratan bobot badan tikus selama perlakuan SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Rumput mutiara berpotensi menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus yang telah diinduksi parasetamol 250 mg/kgbb. Pemberian parasetamol dosis 250 mg/kgbb selama 4 minggu telah menyebabkan peningkatan kadar SGPT dan SGOT tikus 4-5 kali dari keadaan normalnya. Setelah pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgbb selama 3 minggu, terjadi penurunan kadar SGPT dan SGOT yang cukup berarti. Berdasarkan uji fitokimianya ekstrak etanol rumput mutiara mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Pemberian ekstrak etanol rumput mutiara dengan dosis 400 dan 800 mg/kgbb tidak berbeda nyata baik pada kelompok yang dihentikan pemberian parasetamolnya pada minggu keempat maupun yang terus dipapar parasetamol. Dosis 400 mg/kgbb ekstrak etanol 70% rumput mutiara mampu melindungi hati dan mengobati hati dari kerusakan atau peradangan, dosis tersebut sudah cukup efektif untuk menurunkan kadar SGPT dan SGOT tikus setingkat hepatitis kronik pada manusia. SARAN Sebaiknya dilakukan uji histopatologi hati dan waktu penelitian perlu diperpanjang untuk melihat penurunan kadar SGPT dan SGOT yang lebih signifikan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehubungan dengan pelarut-pelarut lain sebagai bahan pengekstrak yang spesifik yang berperan sebagai bahan pengekstrak dan identifikasi senyawa aktif yang berperan sebagai antihepatotoksik serta mekanismenya. antihepatotoksik, dan mempelajari mekanismenya dalam tubuh. DAFTAR PUSTAKA Adijuwana, Nur MA Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor: Pusat Antar Universitas IPB. Amelia G Potensi rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam) sebagai antioksidan alami [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [Anonim] Rumput mutiara. tanobat/ view.php?id=54. [2 Februari 2007]. Ardiningsih P Efek pemberian rumput laut (Sargassum sp.) terhadap kadar SGOT dan SGPT ayam [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Barry H, Rumack MD Acetaminophen Overdose. Am J Med Boyer TD. Rouff SL Acetaminopheninduced hepatic necrosis and renal failure. J Am Med Assoc 9: 218. Calbreath DF Clinical Chemistry. New York: Saunder Company. Casarett, Doull s Toxicology: The Basic Science of Poisons. New York: Macmillan Company. Chan K, Han XD, Kan YW An important function of nrf2 in combating oxidative stress: detoxification of acetaminophen. Proc Natl Acad Sci 98 (8): Clark R Hepatic damage and death from overdose of parasetamol. Lancet 1: Dalimartha S Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta: Penebar Swadaya. Davis M, Simmon CJ, Harisson NG, Williams R Paracetamol overdose in man: Relationship between patern of urinary metabolites and severity of liver damage. Quartz J Med XL:

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL 1 EKSTRAK ETANOL RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) SEBAGAI ANTIHEPATOTOKSIK PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI PARASETAMOL LUSIANA ALAWIYAH PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control group

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober 2009. Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING......... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Kimia dan 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penyiapan Bahan Daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang digunakan sudah berwarna hijau tua dengan ukuran yang sama. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ metabolisme terpenting dalam proses sintesis, penyimpanan, dan metabolisme. Salah satu fungsi hati adalah detoksifikasi (menawarkan racun tubuh),

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar landep (Barleria prionitis) yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan oneway Annova. Digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata n sampel, bila pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) mammae mencit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control group

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kandungan Metabolit Sekunder Daun Rhizophora mucronata Lamk. Kandungan metabolit sekunder pada daun Rhizophora mucronata Lamk. diidentifikasi melalui uji fitokimia. Uji

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum Pengaruh FRAKSI HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) terhadap serum glutamate piruvat transaminase PADA TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : -Laboratorium Penelitian dan

Lebih terperinci

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + +

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + + ml larutan uji. Campuran kontrol tanpa perlakuan dibuat sama seperti campuran sampel tetapi 1 ml larutan uji diganti dengan 1 ml air bebas ion. Campuran pembanding yang dibuat terdiri atas ml bufer fosfat.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor, faktor pertama dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K 7 Persentase inhibisi = K ( S1 S ) 1 K K : absorban kontrol negatif S 1 : absorban sampel dengan penambahan enzim S : absorban sampel tanpa penambahan enzim Isolasi Golongan Flavonoid (Sutradhar et al

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009 PENAPISAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-heksana DAN METANOL DAUN KELADI TIKUS Oleh: Drs. Ahmad Musir, MS, Apt Dra. Yunahara Farida, M.Si, Apt Dra. Titiek Martati, M.Si, Apt Bernard

Lebih terperinci

Uji Saponin Uji Triterpenoid dan Steroid Uji Tanin Analisis Statistik Uji Minyak Atsiri Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

Uji Saponin Uji Triterpenoid dan Steroid Uji Tanin Analisis Statistik Uji Minyak Atsiri  Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) terbentuknya warna merah karena penambahan H 2 SO 4. Uji Saponin. Sebanyak.1 gram ekstrak jawer kotok ditambahkan 5 ml akuades lalu dipanaskan selama 5 menit. Kemudian dikocok selama 5 menit. Uji saponin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum. 11 Analisis Lipid Peroksida Hati Pengukuran kadar lipid peroksida hati dilakukan pada akhir perlakuan. Sebanyak 1-2 gram hati disimpan dalam larutan NaCl 0.9% dingin. Hati segar tersebut dibuat 10% b/v

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley Yesi Restina 1, E. Mulyati Effendi 2 dan Ike Yulia W. 3 1,2&3 Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci