BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal adalah sebuah penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan sehingga tidak lagi mampu bekerja sama dalam penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Ada dua tipe penyakit gagal ginjal yaitu akut dan kronis, masing-masing memiliki beberapa gejala yang menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal pada sistem metabolisme nutrisi makanan. Keduanya menggunakan terapi nutrisi yang sama, tergantung pada kerusakan renal dan metode perawatan yang digunakan [1]. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial, dan ekonomik yang sangat besar bagi pasien yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang ini jarang memiliki registrasi nasional untuk penyakit ginjal. Indonesia sendiri belum memiliki sistem registri yang lengkap di bidang penyakit ginjal, namun di Indonesia diperkirakan 100 per sejuta penduduk atau sekitar kasus baru dalam setahun. Survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia menunjukkan, 12,5 persen dari populasi mengalami penurunan fungsi ginjal. Secara kasar itu berarti lebih 25 juta penduduk. Di seluruh dunia tahun 2005 ada 1,1 juta orang menjalani dialisis kronik. Tahun 2010, diproyeksikan lebih dari 2 juta orang. Penyakit gagal ginjal kebanyakan diderita oleh usia lanjut karena penurunan fungsi ginjal, pola makan dan pola hidup yang buruk, dan pengaruh dari penyakit yang diderita sebelumnya seperti diabetes mellitus atau hipertensi [2]. Terapi pengganti untuk penderita gagal ginjak kronik yang paling banyak dilakukan di Indonesia adalah hemodialisis. Prosedur hemodialisis dapat menyebabkan kehilangan zat gizi, seperti protein, sehingga asupan harian protein

2 seharusnya juga ditingkatkan sebagai kompensasi kehilangan protein, yaitu 1,2 g/ kg berat badan ideal / hari,kebutuhan energi 35 kkal / Kg berat badan ideal / hari, dan beberapa komponen nutrisi lain yang perlu dibutuhkan[3]. Dua kondisi yang sering menyertai pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis ialah peradangan dan malnutrisi. Faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yaitu pemberian nutrisi yang kurang atau tidak seimbang, adanya gangguan metabolisme yang menyertai, dan/atau adanya kondisi penyakit lain yang menyertai[4]. Banyaknya penyakit gagal ginjal kronis di masyrakat perlu mendapatkan perhatian serius. Peran keluarga dan perawat rumah (care giver) dalam merawat pasien harus dilakukan dan diperhatikan betul. Penderita gagal ginjal perlu memperhatikan menu makanan yang dikonsumsi, karena banyak hal yang harus diperhatikan pada nutrisi makanan yang dikonsumsi oleh penderita gagal ginjal. Selain terjadinya inkonsistensi diet makanan oleh pasien gagal ginjal yang masih ceroboh memakan makanan yang sebenarnya dihindari, malnutrisi sering terjadi pada pasien gagal ginjal. Diet bagi pasien gagal ginjal perlu memperhatikan kebutuhan energi, protein, lemak, serat, dan natrium untuk mencukupi kebutuhan gizi yang memadai tetapi tidak memberatkan kerja ginjal. Faktor kondisi tubuh pasien, tingkat kerusakan renal, dan perawatan yang sedang dijalani oleh pasien juga mempengaruhi perencanaan diet makanan pada pasien tersebut. Faktor riwayat kesehatan pasien yang bermacam-macam dan berbagai macam nutrisi terkandung dalam makanan menyebabkan pasien, keluarga, dan perawat rumah harus ekstra hati-hati dalam menyiapkan menu makanan[1]. Kebutuhan nutrisi harian yang berguna menjadi informasi penting untuk diedukasikan ke masyarakat. Terjadinya banyak kasus nutrisi, seperti obesitas, kelebihan berat badan (overweight), atau kekurangan berat badan (underweight) menunjukkan bahwa masyarakat belum mendapat pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan nutrisi [5]. Survei yang dilakukan oleh APJII mengungkapkan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Survei yang dilakukan sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta jiwa Indonesia telah

3 terhubung dengan internet, adapun total penduduk Indonesia adalah 256,2 juta jiwa. Ontologi merupakan spesifikasi yang tegas dari sebuah konseptualisasi [9]. Sebuah ontologi dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pencarian informasi maupun manajemen pengetahuan [10]. Ontologi dapat terdiri atas klasifikasi yang sistematis, sehingga pandangan abstrak terhadap suatu informasi dapat menjadi terstruktur dan dapat dipelajari [9]. Ontologi dapat digunakan untuk menggambarkan domain pengetahuan dari nutrisi atau dapat juga untuk menggambarkan sebuah konsep misalnya sistem pakar. Dengan teknologi ini, dapat dikembangkan sebuah representasi secara formal dari domain pengetahuan dalam sistem tersebut maupun dengan sistem basis pengetahuan yang lain. Beberapa alasan tentang perlunya pengembangan suatu ontologi di antaranya, untuk berbagi struktur informasi yang dapat dimengerti antara sistem yang berbeda, untuk memungkinkan penggunaan kembali dari suatu domain pengetahuan, untuk memperjelas asumsi dari sebuah domain, untuk memisahkan domain pengetahuan dan cara kerja pengetahuan, dan untuk menganalisis domain pengetahuan [10]. Sherimon [11] dkk melakukan usulan penelitian yaitu pembangunan model ontologi untuk memprediksi beban resiko dari penyakit hipertensi,,menyebutkan bahwa ontologi ini berguna sebagai basis pengetahuan yang dapat diekstrak kemudian digunakan untuk proses pengambilan keputusan. Namun, usulan penelitian ini baru menyebutkan data yang akan dioleh berupa kuesioner pengguna dan belum disebutkan secara spesifik variabel apa saja yang diambil. Berkembangnya teknologi informasi dan ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk membantu memecahkan masalah persebaran informasi gizi dan perencanaan menu nutrisi makanan bagi pasien gagal ginjal menggunakan sistem yang cerdas yang dapat menangani kasus yang dialami oleh pasien. Sejauh ini, belum ditemukan penelitian yang membahas mengenai permasalahan menu diet makanan bagi pasien gagal ginjal, tetapi sudah dilakukan pada bidang kesehatan yang lain. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dalam perancangan sistem perencanaan diet bagi pasien gagal ginjal.

4 1.2 Perumusan masalah Dari latar belakang di atas dapat dibuat perumusan massalah yaitu ontologi yang dibuat atau diusulkan khususnya tentang ginjal kronis belum membahas tentang : 1. Entitas yang berhubungan dengan domain pengetahuan diet nutrisi untuk penderita ginjal kronis. 2. Aturan atau rule yang dapat digunakan untuk inferensi sehingga dapat memecahkan masalah. 3. Konsep formal diet nutrisi yang efektif sehingga mencakup domain pengetahuan dan dapat digunakan sebagai sistem pakar atau sistem rekomendasi. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Merancang ontologi dari domain pengetahuan gizi untuk penderita penyakit ginjal kronis. b. Merancang rules yang digunakan dalam pengembangan ontologi nutrisi ginjal kronis. c. Menguji dan mengevaluasi ontologi sebagai basis pengetahuan sistem rekomendasi asupan nutrisi penderita penyakit ginjal kronis. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu : 1. Memberikan sebuah sistem yang dapat membantu pasien, perawat rumah, dan keluarga untuk merencanakan menu diet makanan untuk pasien gagal ginjal, yang disesuaikan dengan kondisi pasien. 2. Menemukan metode yang baik untuk menentukan diet nutrisi pada pasien gagal ginjal berdasarkan dengan kondisi tubuhnya. 3. Memberikan informasi menu diet yang cocok untuk pasien gagal ginjal dan memberikan pengetahuan baru bagi keluarga dan perawat rumah.

5 4. Membantu seseorang yang bertugas di klinik, rumah sakit, atau panti jompo untuk merencanakan menu harian pasien. 5. Membantu keluarga pasien untuk menyiapkan menu makanan seharihari di rumah. 1.5 Batasan Penelitian Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Penentuan diet nutrisi didapat berdasarkan standar diet ginjal kronis dan daftar bahan makanan penukar. 2. Rekomendasi diet nutrisi ini diperuntukkan untuk penderita penyakit ginjal kronis baik yang belum maupun yang sudah menjalani perawatan dialisis. 3. Rekomendasi diet ini baru membahas tentang penghimpunan basis pengetahuan menggunakan ontologi.