BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Menulis Menulis adalah suatu pikiran, ungkapan ide, ilmu pengetahuan, atau pengalaman-pengalaman hidup yang dituangkan kedalam tulisan untuk menyampaikan sebuah pesan secara tidak langsung yang akan dibaca dan dipahami oleh orang lain. Menurut Tarigan (2011: 3) menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melaui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2001: 298 ) menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberi dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa. Penilaian yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Senada dengan pendapat tersebut Iskandarwassid (2008: ) menyebutkan bahwa seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua 5

2 6 keterampilan berbahasa ini merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa. Perbedaannya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. Penyampaian pesan dalam menulis dilaksanakan secara tertulis. Akhadiah (2004: 2) berpendapat bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Marwoto (2000: 298) menulis adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami orang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa menulis erat sekali kaitannya dengan kegiatan mengembangkan ilmu, proses belajar mengajar, upaya memperluas cakrawala berpikir, serta memperdalam pengetahuan umum. Lebih lanjut Hartati (2006: 30) mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi yang bersifat aktif-produktif. Menulis merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara tertulis kepada pihak lain. Dalam proses kegiatan tersebut diperlukan kemampuan untuk mengharmonikan berbagai aspek tulisan, yaitut memproses pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan. Menuangkan pengetahuan secara runtut dalam racikan bahasa yang baik selaras dengan corak wacananya serta menyajikannya sesuai dengan konvensi atau aturan penulisan. Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide, pikiran, dan gagasan yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Agar pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan. Dengan

3 7 demikian jelaslah bahwa menulis erat sekalli kaitannya dengan kegiatan mengembangkan ilmu. Kemudian proses belajar mengajar, upaya memperluas cakrawala berpikir. Hal itu agar mampu memperdalam pengetahuan umum. B. Kosakata Bahasa Indonesia 1. Kosakata Menurut Tarigan (2011: 2-3) pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, terampil berbicara, membaca, dan menulis.kualitas ketrampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin besar pula kemungkinan untuk terampil berbahasa.jadi kuantitas dan kualitas kosakata seseorang turut menentukan keberhasilannya dalam kehidupan. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesmpulan sebagai berikut: a. kualitas dan kuantitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya, b. perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual mempunyai suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan, c. semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga merupakan pengembangan konseptual, d. suatu pengajaran yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapat, kemampuan bawaan, status sosial, e. faktor-faktor geografis juga turut mempengaruhi perkembangan kosakata,

4 8 f. seperti juga halnya dalam proses membaca yang membimbing seseorang dari yang telah diketahui kearah yang belum atau tidak diketahui. Maka telaah kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama. Dari kata-kata yang telah diketahui menunjukkan kata-kata yang belum diketahui. 2. Pengaruh Kosakata Bahasa Indonesia Menurut Tarigan (2011: 17-19) kosakata BI berpengaruh pada 5 aspek. 5aspek itu adalah kemampuan mental. Perkembangan kosakata dan perkembangan konseptual. Kemudian teknik pengembangan kata. Berikut penjelasannya: a. Kosakata dengan Kemampuan Mental. Antara kosakata dan kemampuan mental seseorang terdapat hubungan yang erat yaitu suatu hubungan kausal. Kuantitas dan kualitas kosakata seseorang turut menentukan kualitas serta bobot kemampuan mentalnya. Kita harus menyadari bahwa kosakata merupakan suatu indeks bagi hakekat dan kualitas kehidupan mereka pelajari. Hal dimana tempat mereka berada serta seluk-beluk dan keharusan sendi bahasa akal pikiran mereka. Akal pikiran yang baik mencerminkan kosakata yang baik juga. b. Perkembangan Kosakata dan Perkembangan Konseptual. Perkembangan kosakata berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam tataran yang lebih baik atau kedalaman muatan-muatan atau susunan tambahan. Salah satu dari manfaat pentingnya pengembangan kosakata adalah mempelajari kaidahkaidah dari perubahan kata-kata dari satu jenis ke jenis yang lain. Maka telah

5 9 kosakata itu tidak boleh hanya memikirkan kata baru atau kata yang terkenal saja tetapi yang terpenting justru kata-kata yang tepat. Berarti hal itu menunjukkkan bahwa seseorang telah mempunyai pilihan kata atau diksi yang serasi. Dalam hal ini berarti bahwa antara kata-kata dan pikiran kritis terdapat hubungan yang erat. c. Teknik Pengembangan Kata. Dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kosakata para siswa yang berarti pula: 1) meningkatkan taraf kemampuan mental para siswa, 2) meningkatkan taraf perkembangan konseptual para siswa, 3) mempertajam proses berpikir kritis para siswa, 4) memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa. C. Kalimat Efektif Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain (Keraf, 2004: 38-39). Dalam komunikasi sehari-hari, kita memerlukanbahasa sebagai medium, karena bahasa memberikan kemungkinan yang sangat luas bila dibandingkan dengan cara-cara lain, misalnya gerak-gerik, isyaratisyarat dengan bendera atau panji, asap, dan sebagainya. Bahasa sebagai medium komunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila bahasa itu dikuasai oleh mereka yang masuk dalam lingkaran komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa dengan demikian tidak saja mencakup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis bahasa itu, tetapi juga mencakup beberapa aspek lainnya.

6 10 Menurut Keraf (2004: 38-39) aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi: 1. penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut, 2. penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif, 3. kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasangagasan, 4. tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang. Dengan mempergunakan aspek-aspek di atas, dapat diharapkan kita dapat berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa itu. Namun, penguasaan kaidahkaidah sintaksis dan kosakata saja belum memungkinkan dapat mempergunakan bahasa kita dengan hidup. Sebab itu diperlukan syarat-syarat lain. Hal itu dilakukan agar bahasa dapat dirasakan hidup, dan mudah dipahami. Bila kalimat-kalimat kita sudah memiliki kemampuan tersebut, maka kalimat-kalimat itu dapat disebut dengan kalimat yang efektif. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana kalimat itu dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau penulis. Di samping itu kalimat yang efektif selalu berusaha agar gagasan pokok selalu mendapatkan tekanan. Dapat dikatakan pula menmbulkan penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut: 1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis, 2. sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.syarat-syarat lain untuk menciptakan kalimat yang efektif misalnya kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan variasi, paralelisme, dan penalaran (Keraf, 2004: 39-40).

7 11 D. Karangan Narasi 1. Pengertian Karangan Narasi Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris naration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa menuntut kejadian secara kronologis atau dengan maksud memberi arti kepada seluruh atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah cerita itu (Resmini, 2008: 125).Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain : narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan Apa yang telah terjadi?. Selanjutnya menurut Semi (2003: 29), narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu kewaktu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam suatu urutan waktu yang diceritakan secara kronologis. Sehingga di dalam karangan narasi, cerita yang dihasilkan harus ditulis sesuai peristiwa demi peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan akan memunculkan kejadian yang saling bertalian dengan peristiwa yang lain. Menurut Keraf (2007: 136) dalam menulis, karangan narasi mempunyai kesamaan dengan deskripsi. Yang membedakannya adalah narasi mengandung imajinasi dan peristiwa atau pengalaman lebih ditekankan pada urutan kronologis. Sedangkan deskripsi, unsur imajinasinya terbatas pada penekanan organisasi

8 12 penyampaian pada sususan ruang sebagaimana yang diamati, dirasakan, dan didengar. Oleh karena itu, karangan narasi perlu memperhatikan unsur latar, baik unsur waktu maupun unsur tempat. Dengan kata lain, narasi mencakup dua unsur, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu: (1) Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Tujuan pertama disebut narasi informasional atau cerita ekspositoris, sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan pada pembaca setelah membaca karangan narasi tersebut. Sedangkan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang disebut artistik atau sugestif, sasaran utamanya berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Keraf (2007: ) mengemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif agar lebih jelas. Perbedaan terpenting adalah : No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. 2. Menyampaiakan informasi Menimbulkan daya khayal. mengenai suatu kejadian. 3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional. 4. Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar. Bahasanya lebih condong kebahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif. Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis yang ekstrim antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris digunakan untuk karangan faktual seperti biografi, autobiografi, sejarah, atau proses dan cara melakukan sesuatu hal. Sebaliknya, karangan narasi sugestif digunakan untuk karangan imajinatif seperti cerpen, novel,roman, dan drama.

9 13 2. Struktur Karangan Narasi Seperti yang diungkapkan Keraf (2007: ) struktur karangan narasi adalah tema, tokoh cerita, latar, posisi narator, dan alur. Tema adalah pokok persoalan yang mendasari cerita. Tokoh cerita adalah pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita. Posisi narator adalah fungsi seorang narator dalam menampilkan suatu cerita. Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu. Pemaparan yang lebih lanjut dijelaskan di bawah ini. a. Tema Tema sering disebut dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi suatu cerita. Tema terasa mewarnai sebuah cerita dari bagian awal sampai akhir. Pada hakikatnya tema adalah permasalahan pokok yang merupakan titik tolak penulis dalam menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan penulis. Tema dalam narasi dapat tersurat dan dapat tersirat. Disebut tersurat, bila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh penulisnya. Misalnya, pada judul atau pada penutup cerita dengan menggunakan pernyataan. Adapun tema tersirat adalah tema yang tidak ditulis secara eksplisit. Tema tersebut tersebar pada hamparan dankeseluruhan cerita. b. Tokoh cerita Seperti dalam kehidupan sehari-hari, peistiwa dalam narasi selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa

10 14 sehingga mampu menjalin suatu cerita, disebut tokoh. Sedangkan cara penulis menampilkan tokoh itu disebut penokohan. Penokohan merupakan unsur narasi yang tidak dapat ditiadakan. Melalui penokohan itulah cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup dalam angan-angan pembaca. Melalui penokohan itu pula pembaca dapat dengan jelas menangkap apa yang diceritakan penulis. c. Latar Latar cerita tidak dapat terjadi di dalam suatu kekosongan. Mestilah ada waktu dan tempat kejadian itu berlangsung. Suatu cerita pada hakikatnya merupakan lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakkan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu, di suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu tidak pernah lepas dari ruang dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpa latar. Penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya di dalam cerita (narasi) disebut latar atau seting. d. Posisi Narator Keraf (2007: 190) menambahkan, point of view dalam narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang narator, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak tanduk dalam narasi. Dengan kata lain, untuk menampilkan cerita mengenai kehidupan tokoh, penulis akan menentukan siapa orang yang akan berkedudukan sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Apakah penulis akan berdada di luar semata-mata sebagai penutur cerita, atau beada dalam cerita, atau masuk ke dalam salah satu tokoh cerita. Dalam menampilkan tokoh ceritanya, penulis (narator) akan

11 15 menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda-beda. Ada beberapa posisi penulis, yakni (a) penulis sebagai pelaku utama, (b) penulis sebagai pelaku tetapi bukan sebagai pelaku utama, (c) penulis serba hadir, dan (d) penulis sebagai peninjau. e. Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu atau hubungan tertentu sehingga membentuk satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pengertian di atas, Keraf (2007: 147) menjelaskan bahwa alur terbentuk dari rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik dan berusaha memulihkan situasi labil ke dalam situasi yang seimbang dan harmonis. Agar rangkaian peritiwa terjalin secara utuh, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni (1) tindakan-tindakan harus diatur sehingga bertalian satu sama lain, (2) tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, (3) suatu insiden harus mempunyai hubungan dengan insiden yang lain, dan (4) situasi dan tokoh yang telibat harus terikat dalam suatu kesatuan waktu. Oleh karena itu, baik tidaknya penggarapan sebuah alur dapat dinilai dari beberapa hal, yakni (1) apakah tiap insiden susul-menyusul secara logis dan alamiah, (2) apakah tiap pergantian insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya, dan atau (3) apakah insiden itu terjadi secara kebetulan. 3. Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Poerwadarminto, 2007: 707). Menulis merupakan ketrampilan berbahasa

12 16 yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Keterampilan menulis menghendaki ketuntasan bermacammacam keterampilan antara lain ketepatan dan kebakuan struktur. Disamping keterampilan menulis juga menuntut kemahiran dalam pemakaian ejaan, komposisi yang baik dalam bentuk pengembangan paragraf, tetapi keterampilan dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik teratur (Tarigan, 2008: 4). Dilihat dari segi kemampuan bahasa, menulis adalah aktivitas aktif, produktif, dan menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas menghasilkan bahasa, aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kompetensi berbahasa, penilaian yang dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jadi, penilaian kemampuan peserta didik mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat (Nurgiyantoro, 2001: 425). Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis adalah kegiatan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan menulis melibatkan cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkan pikiran, ide, gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang baik. Menulis adalah aktivitas menghasilkan bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut

13 17 dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya mendapat penekanan yang sama. Menurut Keraf (2007: 136) narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain : narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Kemampuan menulis narasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) minat dan motivasi siswa dalam menulis, (2) kemampuan siswa dalam menentukan topik, (3) pembiasaan terhadap tradisi menulis, (4) ketrampilan bahasa yang dimiliki siswa seperti kosakata, penggunaan tanda baca, dan struktur kalimat, (5) waktu yang dibutuhkan siswa untuk menuangkan ide atau gagasan, (6) media yang digunakan guru. D. Kriteria Karangan Menurut Nurgiyantoro dalam Iskandarwassid (2008: 250), penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas. Holistis berarti karangan yang dibuat berhubungan antara bagian satu dengan bagian lainnya dalam satu karangan. Impresif berarti memberikan kesan terhadap pembaca. Selintas berarti karangan yang dibuat secara sekilas. Dalam kaitannya dengan penilaian karangan, berikut beberapa kriteria: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) kohesi dan koherensi, (4) mekanik : tata bahasa, ejaan, tanda baca.

14 18 Berdasarkan penjelasan mengenai kriteria karangan,maka dalam memilih kriteria karangan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Berkaitan dengan karangan narasi Nurgiyantoro (2008: 250) menyebutkan empat kriteria aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika ingin menilai karangan narasi. Aspek tersebut yaitu kualitas dan ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian isi, kohesi dan koherensi, dan mekanik. Keempat aspek tersebut akan peneliti paparkan satu persatu sesuai kriterianya. Pemaparannya adalah sebagai berikut. 1. Kualitas dan Ruang Lingkup Isi Dilihat dari aspek kualitas dan ruang lingkup isi terdapat satu kriteria penilaian yaitu pemilihan judul. Judul merupakan inti sentral dalam sebuah karangan. Dalam sebuah karangan, judul merupakan inti yang mewakili keseluruhan isi karangan. Sebuah judul harus logis karena isi karangan merupakan penjabaran dari sebuah judul. Pada aspek kualitas dan ruang lingkup isi hasil tulisan siswa masih rendah yaitu pada kriteria pemilihan judul. Dalam sebuah karangan, judul adalah inti sentral yang mewakili keseluruhan isi karangan, jadi pemilihan judul harus logis. Logis berarti sesuai dengan isi karangan yang dihasilkan. Siswa dapat membuat judul dengan menentukan tema apa yang akan mereka pilih. Tema yang sudah dipilih akan menghasilkan judul yang sesuai dengan karangan yang dihasilkan siswa. Kaitannya dengan ciri-ciri karangan narasi, berupa cerita tentang pengalaman penulis maka siswa akan lebih mudah dalam menentukan judul karangan. Oleh sebab itu, pemilihan judul dalam karangan narasi siswa berkaitan erat dengan pengalaman penulis.

15 19 2. Organisasi dan Penyajian Isi Penilaian aspek organisasi isi meliputi empat kriteria yaitu kerangka karangan, uraian fakta dalam kalimat, pengembangan kalimat menjadi paragraf, dan penyusunan paragraf menjadi karangan narasi. Penulisan karangan terdapat bagian pendahuluan, isi, dan penutup yang disusun dalam sebuah karangan harus disusun secara logis.keseluruhan uraian yang ada dalam karangan narasi berupa cerita fakta yang diceritakan secara kronologis. Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis supaya terjadi keterkaitan ke paragraf selanjutnya. a. Kerangka Karangan Sebuah kerangka karangan harus memiliki ide-ide pokok yang susunan dan pengembangannya logis dan teratur. Susunan pengembangan dari setiap kalimat yang dihasilkan harus disesuaikan dengan kalimat sebelumnya. Dalam karangan narasi, isi karangan yang dihasilkan harus dipaparkan secara detail. Pemaparan cerita dalam karangan harus dijabarkan sehingga objek yang diceritakan lebih detail sehingga cerita mudah dipahami. Di dalam kerangka karangan siswa juga harus mampu membuat bagian pendahuluan untuk membuka cerita yang ditulis, kemudian isi karangan, dan yang terakhir adalah bagian penutup yang menarik pada sebuah karangan narasi siswa. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi siswa yaitu kejadian yang diceritakan disusun secara kronologis. Dalam penulisan karangan narasi siswa banyak terdapat kesalahan struktur kerangka karangan narasi. Kelengkapan sebuah struktur kerangka karangan narasi sangat menentukan kejelasan sebuah karangan. Kalimat yang benar dan jelas akan

16 20 mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Karangan narasi dikatakan tidak baik jika belum memenuhi tiga aspek (pendahuluan, isi, penutup) karangan narasi. Oleh karena itu karangan narasi harus sesuai dengan pedoman penilaian karangan narasi yang mencakup pendahuluan, isi, dan penutup. b. Uraian Fakta dalam Kalimat Keseluruhan uraian kalimat dalam karangan narasi berupa fakta yang bersifat memaparkan objek yang diceritakan. Fakta yang ditulis siswa berupa fakta tentang objek yang diceritakan dalam karangan narasinya. Oleh karena itu, siswa harus lebih menekankan pada objek yang akan diceritakan dan memaparkannya di dalam sebuah karangan narasi. Kaitannya dengan uraian fakta dalam kalimat pada karangan narasi, siswa lebih fokus pada objek daripada mengemukakan pendapatnya tentang sebuah objek yang dituju dalam cerita. Kriteria karangan narasi yang berupa uraian fakta dalam kalimat ini dapat dikaitkan dengan ciri-ciri karangan narasi yaitu peristiwa yang diceritakan adalah peristiwa yang berupa fakta atau yang benar-benar terjadi dan dialami oleh penulis. c. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf Setiap paragraf dalam sebuah karangan harus mempunyai kalimat utama yang disertai dengan kalimat penjelas yang sesuai. Dalam sebuah paragraf, harus terdapat kalimat utama yang dikembangkan dengan kalimat penjelas. Kalimat penjelas tersebut harus dijelaskan secara rinci sesuai dengan kalimat utamanya. Kaitannya dengan ciriciri karangan narasi, kriteria pengembangan kalimat menjadi paragraf yaitu menekankan susunan secara kronologis. Kronologis di sini dimaksudkan dalam mengembangkan kalimat menjadi paragraf harus ditulis secara urut dan rinci.

17 21 d. Penyusunan Paragraf menjadi Karangan Narasi Suatu karangan narasi urutan gagasan yang ditulis dan pengembangannya harus logis. Penyusunan paragraf harus kohesif dan koherensif baik antar kalimat dalam satu paragraf maupun paragraf dalam satu tulisan utuh. Apabila paragraf yang ditulis kohesif dan koherensif, maka karangan yang dhasilkan akan membentuk paragraf yang baik dan mudah dipahami. Penyusunan kalimat dalam karangan haus disesuaikan dengan kalimat utamanya. Kalimat utama dalam setiap paragraf mampu dikembangkan dengan kalimat penjelas sehingga menjadi menjadi karangan narasi yang sesuai dengan alur cerita. 3. Kohesi dan Koherensi Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat dalam satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis.hal inidilakukan agar terjadi keterkaitan ke paragraf selanjutnya (Nurgiyantoro, 2001:180).Menulis paragraf satu dengan paragraf selanjutnya harus mempunyai kesinambungan agar membentuk paragraf yang padu. Paragraf yang padu akan menghasilkan karangan narasi yang sesuai antar paragraf dan mempunyai kesinambungan antar paragraf. Kohesi dan koherensi yang baik akan membentuk cerita yang kronologis sesuai dengan ciri-ciri karangan narasi. a. Keruntutan Kalimat Karangan narasi harus mempunyai keterkaitan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Hal ini terjadi agar karangan narasi dapat dipahami alur ceritanya. Kalimat

18 22 yang dituliskan dalam satu paragraf mempunyai kesinambungan dan runtut sehingga menghasilkan kalimat yang padu dalam satu paragraf utuh. Kalimat yang ditulis siswa disesuaikan dengan cerita sesuai tema yang ditentukan. Dengan demikian, keruntutan kalimat dalam paragraf akan lebih mudah dikembangkan. b. Koherensi Paragraf Koherensi paragraf dalam karangan narasi merupakan aspek penting agar karangan narasi yang dihasilkan menjadi menarik. Paragraf satu dengan paragraf kedua harus mempunyai keterkaitan dan berkesinambungan. Paragraf yang ditulis harus padu dan koheren tetapi masih dalam satu topik atau tema yang dibahas dan diceritakan dalam karangan. Setelah keruntutan kalimat yang dihasilkan baik, maka paragraf yang dihasilkan akan baik. Semakin banyak ide yang dapat dikembangkan dalam cerita semakin baik pula koherensi paragraf yang dihasilkan. c. Kesatuan Topik Kaitannya dengan kesatuan topik, karangan narasi akan lebih menarik apabila terdapat lebih dari satu topik. Topik yang dimaksud adalah ide pokok yang dapat dikembangkan dalam cerita. Semakin banyak ide yang dapat dituangkan dalam karangan maka karangan akanlebih kreatif. Ide pokok yang diciptakan dapat dikembangkan menjadi ide-ide lainnya sehingga karangan narasi tidak membosankan. Kesatuan topik ini jika dikembangkan akan menjadi karangan narasi yang menarik dan melalui ide pokok yang ditemukan akan menjadikan karangan narasi lebih hidup. 4. Mekanik

19 23 Dalam menulis karangan, seorang penulis harus menguasai tata tulis yaitu menguasai ejaan dan aturan penulisan. Aspek ejaan yang dianalisis dalam karangan narasi berupa penulisan kata dan penggunaan tanda baca. Setiap karangan narasi yang dihasilkan siswa harus terdapat tanda baca yang tepat sehingga memudahkan dalam memahami isi cerita. Selain itu, penulisan kata yang tepat juga mempercepat pemahaman pembaca dalam membaca karangan narasi yang dihasilkan. Penulisan kata yang tidak baku akan menyulitkan pembaca dalam memahami isi karangan. a. Penulisan Kata Aspek penulisan kata dalam karangan narasi juga perlu diperhatikan dan dipahami oleh siswa. Penulisan kata dan penggunaan bahasa juga berpengaruh pada penulisan kata yang dihasilkan dalam karangan narasi siswa. Kata yang dihasilkan biasanya tidak baku dan sulit dipahami karena banyak kata yang tidak sesuai dengan ejaan atau aturan penulisan. Penulisan huruf kapital diawal kalimat juga berpengaruh pada karangan narasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, penulisan kata dan penulisan huruf kapital harus dipahami dan ditulis dengan baik agar karangan narasi mudah dibaca oleh orang lain. b. Penggunaan Tanda Baca Aspek tanda baca dalam setiap karangan pasti berpengaruh pada hasil karangannya. Apabila dalam karangan tidak terdapat tanda baca maka karangan itu tidak dapat dipahami maksud dan isi karangannya. Tanda baca yang salah juga berpengaruh pada pembaca sehingga pembaca sulit memahami isi karangan yang

20 24 dihasilkan. Karangan yang baik pasti mempunyai tanda baca yang sesuai sehingga mudah dimengerti. Penggunaan tanda baca yang sesuai akan mudah dipahami pembaca sesuai dengan keinginan penulis. Setelah mengetahui kriteria sebuah karangan yang baik dan sempurna, kita juga harus mengetahui langkah-langkah dalam menilai hasil karangan agar dapat mengetahui kekurangan apa saja yang ada dalam hasil karangan tersebut. Langkahlangkah dalam menilai hasil karangan adalah sebagai berikut. 1. Menentukan lebih dahulu dasar-dasar yang tegas yang akan dipergunakan untuk menilai hasil tersebut, misalnya aspek apakah yang akan dinilai. Apakah isi karangan, bentuk, tata bahasa, atau tanda baca serta ejaannya, lalu menentukan bobot atau tekanan pada tiap-tiap aspek tersebut. 2. Sewaktu memeriksa dan menilai karangan, pemeriksa atau penilai tidak mengetahui nama-nama siswa, agar hasil penilaian benar-benar objektif. 3. Sebelumnya, penilai membaca dahulu beberapa karangan secara sepintas untuk memperoleh gambaran secara umum untuk menentukan dasar penilaian, sehingga kriteria penilaian itu tidak berubah-ubah. 4. Menunjuk penilai lebih dari satu orang untuk menjaga agar nilai lebih objektif.

21 25 Bagan Kriteria Karangan Narasi Kriteria Karangan Narasi Kualitas dan Ruang lingkup Isi Organisasi dan Penyajian Isi Kohesi dan Koherensi Mekanik Pemilihan Judul 1. Kerangka Karangan 2. Uraian Fakta dalam Kalimat 3. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf 4. Penyusunan Paragraf menjadi Karangan Narasi 1. Keruntutan Kalimat 2. Koherensi Paragraf 3. Kesatuan Topik 1. Penulisan Kata 2. Penggunaan Tanda Baca

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Deskripsi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005: 707). Menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi ini dapat dilakukan dengan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO RUSMIN HUSAIN Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI Yayan Yayan 56@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam meningkatkan penguasaan dan penggunaan bahasa Indonesia secara baik, benar, terarah, dan

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen penting yang

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Bobot Mata Kuliah : 2 Sks GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Deskripsi Mata Kuliah : Dasar-dasar fundamental kemahiran bahasa. Penyusunan secara efektif dan analisis

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Dasar-dasar fundamental kemahiran bahasa. Penyusunan kalimat secara efektif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kemampuan menulis merupakan kesanggupan atau keterampilan yang dimiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Kemampuan menulis merupakan kesanggupan atau keterampilan yang dimiliki 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan menulis merupakan kesanggupan atau keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mengungkapkan maksud atau pesan tertentu yang diinginkannya dan

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Seorang penulis berkomunikasi melalui tulisan mereka untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu gabungan huruf, kata, dan kalimat yang menghasilkan suatu tuturan atau ungkapan secara terpadu sehingga dapat dimengerti dan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Vebriana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Vebriana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena manusia melakukan kegiatan berbahasa dalam kehidupannya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Rendahnya kemampuan menulis narasi menjadi permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang, hal ini dilatar belakangi

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran wajib yang telah ditetapkan di setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Nama Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : MU 002 Bobot Kredit : 2 SKS Semester Penempatan : I Kedudukan Mata Kuliah : Mata Kuliah Umum Mata Kuliah Prasyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kete-rampilan dan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kete-rampilan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kete-rampilan dan kemahiran berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 1 Kode / SKS : PB012101 / 1 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Peranan dan fungsi bahasa Indonesia Sub Instruksional Khusus

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk menemukan pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak didik merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa sangat memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kedudukan bahasa itu sangat penting sebab dengan bahasa dapat terlaksananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa dan mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Keterampilan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang wajib dipelajari dijenjang pendidikan dasar. Peranan Bahasa Indonesia sangat penting yaitu sebagai sarana komunikasi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Nama Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : MU 002 Bobot Kredit : 2 SKS Semester Penempatan : I Kedudukan Mata Kuliah : Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan dasar dari segala mata pelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan di dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa diarahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap telah belajar. Siswa dikatakan telah belajar apabila tujuan pembelajaran yang dirumuskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahasa Indonesia 1. Bahasa Indonesia Secara Umum Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Ditinjau secara umum,

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH RAHMAWATI NIM A1B ABSTRAK

SKRIPSI OLEH RAHMAWATI NIM A1B ABSTRAK KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII C MTs LABORATORIUM FAKULTAS TARBIYAH IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI OLEH RAHMAWATI NIM A1B113009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN WORD FLOW PADA SISWA KELAS XI SMK MA ARIF 9 KEBUMEN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN WORD FLOW PADA SISWA KELAS XI SMK MA ARIF 9 KEBUMEN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN WORD FLOW PADA SISWA KELAS XI SMK MA ARIF 9 KEBUMEN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh: Muslimah Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga memiliki peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci