BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan ajar di kalangan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan ajar di kalangan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan masalah dan persoalan penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Bagian pertama menyajikan tentang gambaran umum responden yang terpilih sebagai sampel, yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian untuk mengkaji indikator kemampuan menguasai bahan ajar di kalangan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu SMA Negeri di Salatiga yang terletak di jalan Tegalrejo No.79 Salatiga. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga didirikan pada tanggal 11 November Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mempunyai 74 karyawan yang terbagi yaitu seorang kepala sekolah, 60 guru tetap dua guru non tetap, lima staf TU, tiga staf perpustakaan, dan empat staf non akademik. Tahun Pelajaran 2011 / 2012 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mempunyai jumlah keseluruhan siswa sebanyak 954 siswa yang terdiri dari 329 siswa kelas X, 313 siswa kelas XI, 312 siswa kelas XII. Keseluruhan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga terbagi 508 siswa laki laki dan 446 siswa perempuan. Sebagai sekolah yang telah terakreditasi sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN), Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mempunyai sarana dan 41

2 prasarana yang cukup lengkap. Sarana dan prasarana tersebut digunakan untuk menunjang siswa baik dalam kegiatan akademis maupun non akademis. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 2 Salatiga yaitu : ruang kelas berjumlah 24 kelas dimana masing masing kelas terbagi menjadi delapan kelas X, 8 Kelas XI, dan 8 Kelas XII, satu ruang kepala sekolah, satu ruang wakil kepala sekolah, satu ruang tata usaha, satu lab bahasa, satu ruang unit kesehatan sekolah, enam kamar mandi guru, lima kamar mandi siswa, satu mushola, tiga cafetaria, satu lapangan bola basket, satu lapangan bola kaki, satu tempat parkir guru dan satu tempat parkir siswa. Setiap instansi pendidikan pastilah mempunyai visi dan misi yang harus dicapai dan nantinya diharapkan dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari hari. Adapun visi dan misi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga adalah sebagai berikut: a. Visi SMA Negeri 2 Salatiga Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mempunyai visi terwujudnya satuan pendidikan dengan lulusan yang unggul dalam prestasi, beriman, bertakwa, dan peduli lingkungan, serta mampu bersaing di era global. Visi tersebut mempunyai arti terwujudnya peningkatan prestasi dalam segala aspek agar mampu bersaing dalam dunia global dan mampu membentuk moral siswa yang beriman dan bertaqwa. b. Misi SMA Negeri 2 Salatiga Untuk mewujudkan visi tersebut di atas SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai misi sebagai berikut: 42

3 1) Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. 2) Melaksanakan kerjasama dengan perguruan tinggi maupun instansi lain. 3) Menyelenggarakan kegiatan akademik dan non akademik sebagai wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri secara optimal. 4) Menerapkan peraturan sekolah secara konsisten. 5) Meningkatkan semangat hidup yang agamis dan mewujudkan kerukunan antar umat beragama. 6) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial para peserta didik. 7) Menciptakan budaya sekolah yang mencintai lingkungan. 8) Melibatkan orang tua / wali peserta didik untuk memberikan bimbingan tentang budi pekerti yang baik. 9) Sekolah mengadakan koordinasi dan komunikasi dengan orang tua, masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta. 10) Melaksanakan program pengembangan diri bagi peserta didik untuk mengenal potensi diri. 2. Analisis Statistik Deskriptif a. Karakteristik Responden Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum 53 responden berdasarkan jenis kelamin, usia, guru rumpun mata pelajaran, dan masa 43

4 kerja. Pembahasan mengenai gambaran umum responden ini digunakan untuk mendukung serta melengkapi hasil analisis data penelitian. 1) Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga berjumlah 53 orang yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (f i ) Prosentase (%) Laki-laki 16 30,2 Perempuan 37 69,8 Jumlah Sumber : Data primer diolah, Juli 2012 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga berjumlah 53 orang yang di dominasi oleh guru perempuan sebanyak 37 orang (69,8%) sedangkan sisanya untuk guru laki-laki sebanyak 16 orang (30,2%) 2) Usia Berdasarkan usia para guru yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga,yang mempunyai usia kurang dari 30 tahun ada 1 orang (2%), yang berusia antara tahun ada 37 orang (70%) dan yang mempunyai usia diatas 50 tahun ada 28 orang (28%) Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi (f i ) Prosentase (%) < 30 tahun 1 2, tahun >50 tahun Jumlah Sumber: Data primer diolah,juli

5 Dilihat dari usia para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2 tersebut memperlihatkan bahwa para guru kebanyakan berusia antara tahun yaitu sebanyak 37 orang (70%). 3) Rumpun Mata Pelajaran Berdasarkan rumpun mata pelajaran yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri 2 Salatiga, guru rumpun mata pelajaran dikategorikan menjadi 5 rumpun yaitu guru rumpun Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi Informasi Komunikasi (MIPA dan TIK), rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), rumpun Bahasa, rumpun Agama serta rumpun Kewarganegaraan dan Seni Budaya. Banyaknya jumlah guru berdasarkan 5 rumpun mata pelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini : Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Guru Rumpun Mapel Rumpun Mata Pelajaran Frekuensi (f i ) Prosentase (%) MIPA & TIK Ilmu Pengetahuan Sosial 13 24,5 Bahasa 12 22,6 Agama 5 9,4 Kewarganegaraan & Seni Budaya 4 7,5 Jumlah Sumber : Data primer diolah, Juli 2012 Berdasarkan hasil penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga guru mata pelajaran yang paling dominan adalah guru rumpun mata pelajaran MIPA dan TIK sebanyak 19 orang (35,8%), sedangkan guru rumpun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ada 13 orang (24,5%), guru rumpun mata pelajaran Bahasa sebanyak 12 orang (22,6%), guru rumpun mata pelajaran Agama ada 5 45

6 orang (9,4%) dan guru rumpun mata pelajaran Kewarganegaraan dan Seni Budaya ada 4 orang (7,5%). 4) Masa Kerja Masa kerja para guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dapat dilihat seperti tabel 4.4. berikut ini : Tabel 4.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Frekuensi (f i ) Prosentase (%) < 10 tahun 5 9, tahun 22 41,5 >20 tahun 26 49,1 Jumlah Sumber : Data primer diolah, Juli 2012 Berdasarkan hasil penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4 tersebut terlihat bahwa guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga telah mempunyai masa kerja yang cukup memadai dan telah cukup banyak mempunyai pengalaman dalam bidang pendidikan hal ini ditunjukkan dengan masa kerja guru yang mempunyai jumlah dan prosentase terbesar adalah masa kerja lebih dari 20 tahun yaitu sebanyak 26 orang (49,1%) dari 53 orang guru. b. Hasil Temuan Penelitian Pada bagian ini dikemukakan hasil temuan yang diperoleh berkenaan dengan kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah juga kemampuan menguasai bahan pendalaman. 1. Kemampuan Menguasai Bahan Bidang Studi Dan Kurikulum Sekolah Hasil temuan penelitian tentang kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah 46

7 dapat diketahui sebanyak 18 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 34% responden sangat sering mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran, sementara sebanyak 33 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 62,3% responden sering mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran, dan sebanyak dua orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 3,8% responden kadang-kadang mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga menguasai bahan bahan bidang studi dan kurikulum sekolah lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y1.1. pada Lampiran 3 halaman 18. Selain itu sebanyak 17 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 32,1% responden sangat sering menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam penyampaian materi pembelajaran, sedangkan sebanyak 29 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 54,7% responden sering menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam penyampaian materi pembelajaran, sementara sebanyak tujuh orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 13,2% responden kadang-kadang menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam penyampaian materi pembelajaran. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam penyampaian materi pembelajaran lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y1.2. pada Lampiran 3 halaman

8 Disamping itu sebanyak 18 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 34% responden sangat sering mengkaji buku-buku teks mata pelajaran, sedangkan sebanyak 26 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 49% responden sering mengkaji buku-buku teks mata pelajaran, sementara sebanyak sembilan orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 17% responden kadang-kadang mengkaji buku buku teks mata pelajaran. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mengkaji buku-buku teks mata pelajaran lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y1.3. pada Lampiran 3 halaman 19. Sementara itu sebanyak 11 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 20,8% responden sangat sering merumuskan indikator pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, afektif, sedangkan sebanyak 33 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 62,3% responden sering merumuskan indikator pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, afektif, disamping itu sebanyak sembilan orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 17% responden kadangkadang merumuskan indikator pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, afektif. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga merumuskan indikator pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y1.4. pada Lampiran 3 halaman

9 Temuan lainnya adalah sebanyak 7 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 13,2% responden sangat sering melaksanakan kegiatan yang disarankan kurikulum mata pelajaran, sementara sebanyak 18 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 34% responden sering melaksanakan kegiatan yang disarankan kurikulum mata pelajaran, dan sebanyak 28 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 52,8% kadang-kadang melaksanakan kegiatan yang disarankan kurikulum mata pelajaran. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga melaksanakan kegiatan yang disarankan kurikulum mata pelajaran lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y1.5. pada Lampiran 3 halaman 20. Temuan terakhir adalah sebanyak 11 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 20,8% responden sangat sering merumuskan materi pembelajaran dari berbagai sumber bahan ajar, sedangkan sebanyak 32 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 60,4% responden sering merumuskan materi pembelajaran dari berbagai sumber bahan ajar, dan sebanyak 10 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 18,9% responden kadang-kadang merumsukan materi pembelajaran dari berbagai sumber bahan ajar. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga merumuskan materi pembelajaran dari berbagai sumber bahan ajar lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y1.6. pada Lampiran 3 halaman

10 Berdasarkan temuan temuan diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 15 orang dari 53 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 28,3% responden sangat mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, sedangkan sebanyak 30 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 56,6% responden mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, sementara sebanyak delapan orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 52,8% responden cukup mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah. Dengan menggunakan Modus (Mo) sebagai ukuran tendensi pusat maka dapat dikatakan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dalam menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y1. pada Lampiran 3 halaman Kemampuan Menguasai Bahan Pendalaman Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang kemampuan menguasai bahan pendalaman, dapat diketahui kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dalam menguasai bahan pendalaman. Sebanyak 17 orang dari 53 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 32,1% responden sangat sering mempelajari ilmu ilmu yang relevan, sedangkan sebanyak 25 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 47,2% responden sering mempelajari ilmu ilmu yang relevan, dan sebanyak 11 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 20,8% responden kadang-kadang mempelajari ilmu ilmu yang relevan. Kemampuan guru 50

11 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mempelajari ilmu ilmu yang relevan lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y2.1. pada Lampiran 3 halaman 22. Selain itu sebanyak 10 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 18,9% responden sangat sering membaca buku buku teks mata pelajaran lain yang mempunyai keterkaitan materi, sedangkan sebanyak 35 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 66% responden sering membaca buku buku teks mata pelajaran lain yang mempunyai keterkaitan materi, sementara itu sebanyak delapan orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 15,1% responden kadangkadang membaca buku buku teks mata pelajaran lain yang mempunyai keterkaitan materi. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga membaca buku buku teks mata pelajaran lain yang mempunyai keterkaitan materi lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y2.2. pada Lampiran 3 halaman 22. Disamping itu sebanyak 4 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 7,5% responden sangat sering mempelajari aplikasi bidang ilmu ke bidang ilmu lain, sementara sebanyak 27 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 51% responden sering mempelajari aplikasi bidang ilmu ke bidang ilmu lain, selanjutnya sebanyak 22 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 41,5% responden kadang-kadang mempelajari aplikasi bidang ilmu ke bidang ilmu lain. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mempelajari 51

12 aplikasi bidang ilmu ke bidang ilmu lain lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y2.3. pada Lampiran 3 halaman 23. Sementara itu sebanyak 15 orang guru dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 28,3% responden sangat sering memperdalam materi pembelajaran dengan membaca sumber bahan ajar lain, sedangkan sebanyak 24 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 45,3% responden sering memperdalam materi pembelajaran dengan membaca sumber bahan ajar lain, dan sebanyak 14 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 26,4% responden kadang-kadang memperdalam materi pembelajaran dengan membaca sumber bahan ajar lain. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga memperdalam materi pembelajaran dengan membaca sumber bahan ajar lain lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y2.4. pada Lampiran 3 halaman 23. Temuan lain sebanyak 10 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 18,9% responden sangat sering mempelajari cara menilai kurikulum sekolah, sementara sebanyak 33 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 62,3% responden sering mempelajari cara menilai kurikulum sekolah, dan sebanyak 10 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 18,9% responden kadangkadang mempelajari cara menilai kurikulum sekolah. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mempelajari cara menilai kurikulum sekolah lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y2.5. pada Lampiran 3 halaman

13 Temuan terakhir dari kemampuan menguasai bahan pendalaman adalah sebanyak 11 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 20,8% responden sangat sering menggunakan variasi metode mengajar sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, sedangkan sebanyak 30 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 56,6% responden sering menggunakan variasi metode mengajar sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, sementara sebanyak 13 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 24,5% responden kadang-kadang menggunakan variasi metode mengajar sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dalam menggunakan variasi metode mengajar sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y2.6. pada Lampiran 3 halaman 24. Berdasarkan temuan temuan diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 10 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 18,9% responden sangat mampu menguasai bahan pendalaman, sedangkan sebanyak 30 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 56,6% responden mampu menguasai bahan pendalaman sementara sebanyak 13 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 24,5% responden cukup mampu menguasai bahan pendalaman. Dengan menggunakan Modus (Mo) sebagai ukuran tendensi pusat maka dapat dikatakan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mampu menguasai bahan pendalaman. Kemampuan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dalam 53

14 menguasai bahan pendalaman lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y2. pada Lampiran 3 halaman Kemampuan Menguasai Bahan Ajar Berdasarkan temuan temuan yang terdapat pada kemampuan menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah juga kemampuan menguasai bahan pendalaman, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebanyak 16 orang dari 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 30,2% responden sangat mampu menguasai bahan ajar, sedangkan sebanyak 31 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 58,5% responden mampu menguasai bahan ajar, sementara sebanyak 6 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 11,3% responden cukup mampu menguasai bahan ajar. Berdasarkan 11,3% responden yang cukup mampu menguasai bahan ajar ini kebanyakan dari guru guru tersebut masih kurang dalam melaksanakan kegiatan yang disarankan kurikulum seperti mengikuti kegiatan seminar, lokakarya, ataupun mengadakan pertemuan dengan guru sejawat melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dengan tujuan untuk menambah penguasaan bahan bidang studi. Kemampuan menguasai bahan ajar guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 2.Y. pada Lampiran 3 halaman 25. B. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini, dikemukakan mengenai pembahasan atas temuan yang telah digambarkan dengan menggunakan landasan teori pada Bab II. 54

15 1. Pembahasan Kemampuan Menguasai Bahan Bidang Studi Dan Kurikulum Sekolah Penguasaan materi bidang studi dan kurikulum sekolah merupakan sub kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai dasar untuk melaksanakan program yang lebih bermakna. Menurut Harjanto (2008 : 225) bahan bidang studi memberikan inti informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan, selanjutnya informasi menumbuhkan pengetahuan dan hasil akhirnya adalah pemikiran intelektual dan pemahaman sedangkan pokok bahasan adalah nama satuan atau komponen mata pelajaran yang membahas isi bidang pengetahuan yang akan dipelajari. Dalam perencanaan pembelajaran, pokok bahasan dirinci ke dalam bagian bagian yang lebih kecil menjadi sub pokok bahasan sebagai materi pelajaran. Guru sebagai pendidik dan agen pembelajaran juga dituntut untuk menguasai kurikulum. Hal ini bertujuan untuk memperlancar proses pengajaran dan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Menurut Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional Pendidikan (SPN), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu." Yang dimaksud dengan isi dan bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan dan bahan kajian pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan. 55

16 Hasil penelitian terhadap 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dapat dikatakan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah. Hal ini terbukti dari banyaknya 30 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga atau 56,6% responden mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah. Banyaknya guru yang sering mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran dan merumuskan indikator pembelajaran mengindikasikan bahwa guru tersebut mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh M.Uzer Usman (2002 : 21) yang mengatakan bahwa penguasaan bidang studi oleh guru akan sangat membantunya dalam mengajar, sebab mengajar adalah suatu proses mengkomunikasikan pengetahuan kepada peserta didik. Dengan demikian kemampuan seorang guru dalam mengkomunikasikan pengetahuan sangat bergantung pada penguasaan pengetahuan yang akan dikomunikasikannya itu. Hal ini berarti bahwa proses dalam komunikasi dengan peserta didik, faktor penguasaan bahan bidang studilah yang dapat memampukan guru dalam mengkomunikasikan bahan ajarnya. 2. Pembahasan Kemampuan Menguasai Bahan Pendalaman Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi. Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus 56

17 menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Menurut Dick dan Carey dalam Hamzah B.Uno (2007 : 23) mengemukakan pendalaman materi merupakan sebuah kreatifitas guru untuk membantu siswa dalam memahami dan menyerap informasi dalam pelajaran, mengingat karakteristik siswa tidaklah sama Oleh karenanya penting bagi guru untuk menguasai bahan pendalaman agar pencapaian tujuan pembelajaran tercapai. Hasil penelitian terhadap 53 orang guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dapat dikatakan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mampu menguasai bahan pendalaman. Hal ini dibuktikan dari banyaknya 30 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga 56,6% responden mampu menguasai bahan pendalaman. Banyaknya guru yang sering membaca buku buku teks mata pelajaran lain yang mempunyai keterkaitan materi dan mempelajari cara menilai kurikulum mata pelajaran mengindikasikan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mampu menguasai bahan pendalaman. Hal tersebut sejalan dengan teori yang telah dikemukakan Kunandar (2007 : 63) yang mennyatakan upaya guru untuk menguasai bahan pendalaman dapat dilakukan dengan cara (1) mempelajari ilmu ilmu yang relevan, (2) mempelajari 57

18 aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu lain, (3) mempelajarai cara menilai kurikulum mata pelajaran. Menguasai bahan pendalaman merupakan salah satu sub kompetensi menguasai bahan ajar selain menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah. 3. Pembahasan Kemampuan Menguasai Bahan Ajar Kemampuan menguasai bahan ajar adalah keseringan dari kemampuan guru dalam menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, juga kemampuan menguasai bahan pendalaman melalui kegiatan menggali bahan ajar dari berbagai sumber bahan ajar. Menurut Hamzah B.Uno bahan ajar atau materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.. Suatu materi pembelajaran atau bahan ajar memuat pesan atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta informasi lain dalam pembelajaran. Atas dasar batasan itulah Oemar Hamalik (2001 : 139) menjelaskan bahwa bahan pengajaran merupakan bagian yang peting dalam dalam proses belajar mengajar, yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan pengajaran serta menentukan kegiatan-kegaiatan belajar mengajar. Hasil penelitian terhadap 53 orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga memperlihatkan sebanyak 16 orang guru sangat mampu menguasai bahan ajar, sedangakan sebanyak 31 orang guru mampu menguasai bahan ajar dan sebanyak enam orang guru cukup mampu menguasai bahan ajar. 58

19 Dari hasil temuan tersebut dapat dikatakan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga mampu menguasai bahan ajar. Hasil yang sangat baik mengingat sekolah tersebut masih sekolah berstandar nasional dan bukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Mampunya guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dalam menguasai bahan ajar tak lepas dari seringnya guru di sekolah tersebut dalam mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran sebagai upaya untuk menguasai bahan bidang studi dan seringnya membaca buku buku teks mata pelajaran lain untuk memperdalam atau memperluas materi pembelajaran. Sedangkan dari enam guru yang cukup mampu menguasai bahan ajar, kebanyakan dari guru tersebut masih kurang dalam hal melaksanakan kegiatan yang disarankan kurikulum mata pelajaran seperti mengikuti kegiatan seminar, lokakarya, ataupun mengadakan pertemuan dengan guru sejawat melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dengan tujuan untuk menambah penguasaan bahan bidang studi. Dalam Undang Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan tentang arti kompetensi profesional yang merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dengan kata lain jika guru tidak mampu menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam guru tersebut tidak mampu melaksanakan kompetensi profesionalnya dengan baik. 59

Lampiran 1. Slamet Widodo Mahasiswa ( ) Dr. Bambang Ismanto Kaprogdi Pendidikan Ekonomi

Lampiran 1. Slamet Widodo Mahasiswa ( ) Dr. Bambang Ismanto Kaprogdi Pendidikan Ekonomi Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 2 Salatiga Di Tempat Dengan Hormat, Perkenankan dengan ini, saya selaku mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumentasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumentasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumentasi dan teknik analisis data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA N I Jogonalan SMA Negeri 1 Jogonalan berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan pembelajaran pada tahun 1990, dimulai dengan Tahun Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan a. Letak geografis SMAN 1 Rejotangan terletak di Desa Buntaran Kecamatan Rejotangan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Bongomeme beralamat di Desa Dungaliyo Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang dikhususkan bagi mereka pemuda indonesia yang ingin mengabdikan dirinya sebagai guru dan bagi mereka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian M², SMA Negeri 1 Suwawa adalah sekolah yang dikelilingi oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian M², SMA Negeri 1 Suwawa adalah sekolah yang dikelilingi oleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Deskripsi Singkat Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Suwawa didirikan pada tahun 1991 dengan luas 10.812 M², SMA Negeri 1 Suwawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Gorontalo didirikan pada tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Gorontalo didirikan pada tahun 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitiain 3.1.1 Sejarah Singkat SMAN 3 Gorontalo Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Gorontalo didirikan pada tahun 1975 berlokasi di jalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai denngan masalah dan persoalan penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Bagian pertama

Lebih terperinci

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN A. Sejarah Ringkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Medan diresmikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perkembangan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Tentang Perusahaan 2.1.1 Sejarah SMA Negeri 1 Pandaan SMA Negeri 1 Pandaan berdiri pada tahun 1974 dengan nama SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri Gorontalo SMA Negeri Gorontalo adalah Sekolah Menengah Atas yang pertama berdiri di Grorontalo.

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA INSAN PENDIDIKAN YANG BERPRESTASI DALAM ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA

TERWUJUDNYA INSAN PENDIDIKAN YANG BERPRESTASI DALAM ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA TEGAR BERIMAN TERWUJUDNYA INSAN PENDIDIKAN YANG BERPRESTASI DALAM ILMU PENGETAHUAN, TEKLOGI DAN SENI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA Meningkatkan penghayatan dan pengamalan keagamaan Menumbuhkan rasa kebersamaan

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan terbanyak yang ada di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta sudah banyak

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI PONOROGO 2015 (STUDI KASUS SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 PONOROGO) A. Bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak hanya menuntut aspek kognitif saja, melainkan aspek afektif dan psikomotor juga sangat berpengaruh. Tujuan pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN. 3.1 Kerangka Berpikir. Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN. 3.1 Kerangka Berpikir. Gambar 3.1 Kerangka Berpikir BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN 3.1 Kerangka Berpikir Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 48 49 3.2 Gambaran Perusahaan 3.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan SMP Negri 5 sebelumnya adalah sebuah Asrama Belanda, kemudian

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN I Tabukan Kabupaten Barito SMAN I Tabukan berdiri pada tahun 2006 dengan SK Nomor: 422 Tahun 2006 dan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY 4.1.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pendidikan,

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH. YAYASAN HANG TUAH CABANG JAKARTA SD HANG TUAH 3 Jl. Teluk Mandar No. 70 Komp. TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Telp.

PROFIL SEKOLAH. YAYASAN HANG TUAH CABANG JAKARTA SD HANG TUAH 3 Jl. Teluk Mandar No. 70 Komp. TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Telp. YAYASAN HANG TUAH CABANG JAKARTA SD HANG TUAH 3 Jl. Teluk Mandar No. 70 Komp. TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Telp.7817787 Jakarta PROFIL SEKOLAH Sekilas Tentang Sekolah No. Izin Operasional : 5525/-1.851.48

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 3.1 Profil Responden 3.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 127 Jakarta terletak di Jl. Raya Kebon Jeruk No. 126 A, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. 1.2 Logo SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. 1.2 Logo SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya berdiri tahun 1978. Selama 35 tahun telah melakukan pengembangan dan pembaruan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya di bidang Geografi dapat dilaksanakan melalui perbaikan dan perubahan kurikulum, guru, metode pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, secara fundamental merupakan pernyataan dan tekad untuk membangun bangsa. Salah satu wujud nyata yang harus ditempuh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh kurang lebih 13

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kemudian di tahun 2008 dialih fungsikan menjadi Sekolah. Pada tahun 2008

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kemudian di tahun 2008 dialih fungsikan menjadi Sekolah. Pada tahun 2008 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3. 1 Sejarah Perusahaan Sebelumnya SMKN 7 Tangerang adalah sebuah tanah kosong, kemudian di tahun 2008 dialih fungsikan menjadi Sekolah. Pada tahun 2008 resmi dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

SPESIFIKASI JURUSAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA SP.UJM-JM-FE-UB.01

SPESIFIKASI JURUSAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA SP.UJM-JM-FE-UB.01 SPESIFIKASI JURUSAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA SP.UJM-JM-FE-UB.01 Revisi : - Tanggal : 2 Mei 2008 Dikaji ulang oleh : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 16 Desember 2013. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 96 dan kuesioner yang disebarkan kembali

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum SMA IPIEMS Surabaya SMA IPIEMS Surabaya telah mengalami banyak sekali perubahan dan perkembangan dalam sejarahnya yang relatif panjang. Dari perspektif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB II LOKASI PENELITIAN

BAB II LOKASI PENELITIAN BAB II LOKASI PENELITIAN Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Delanggu pada awalnya adalah SMP yayasan yang didirikan oleh para lurah / kepala desa dari kecamatan Delanggu, kecamatan Juwiring

Lebih terperinci

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian secara khusus dan sungguh-sungguh berdasarkan perencanaan sistematis dan rinci yang berorientasi ke masa depan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian. SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian. SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil SMP Negeri 2 Klaten SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no.2 dan jalan Pemuda no.4 Klaten. Lahan di jalan Pemuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Perkembangan SMP 28 Semarang SMP 28 Semarang berdiri tahun 1985 dengan lokasi sekolah berada di ujung barat wilayah Kota Semarang, tepatnya di kelurahan Mangkangkulon

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Yang dimaksud dengan gambaran umum obyek penelitian adalah gambaran yang menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari obyek

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMA Muhammadiyah 1 Taman Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Taman adalah Sekolah Menengah Atas Swasta yang bertempat di Jalan Raya Ketegan No 35 Sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat, maka kurikulum pendidikan harus mampu mengadopsi, mengakomodir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia harus disertai dengan revolusi mental yang sedang gencar dibicarakan saat ini. Karena dengan perbaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Rancah merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di kabupaten Ciamis yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan umum Pembelajaran dengan menggunakan media PowerPoint merupakan salah satu model pembelajaran seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

Bab 5 Penutup 5.1 Kesimpulan

Bab 5 Penutup 5.1 Kesimpulan Bab 5 Penutup 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar pendidikan agama antara siswa kelas IV SD yang berlatar belakang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Bandarlampung

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Bandarlampung BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Bandarlampung Sekolah menengah atas (SMA) merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro 47 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro Pembangunan Kota Metro bersandar pada Visi Kota Metro jangka panjang, yaitu terwujudnya Metro sebagai kota

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No : STD/SPMI/A.03 Tanggal : 20-12-2016 Revisi : I Halaman : 1-10 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN undiknas, 2016 all rights reserved

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Lebih terperinci

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi BAB I PENDAHULUAN Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa direncanakan sebaik

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai pondasi diri seseorang dalam kehidupan, mampu merubah kehidupan seseorang untuk berkembang. Pendidikan merupakan proses menuju perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Playen tahun ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Playen tahun ajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat belajar siswa dan pemanfaatan waktu belajar siswa di luar jam pelajaran sekolah dengan prestasi belajar PKn

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data Madrasah Aliyah Negeri 3 Barabai

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data Madrasah Aliyah Negeri 3 Barabai BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Madrasah Aliyah Negeri 3 Barabai 1. Gambaran Umum MAN 3 Barabai MAN 3 Barabai terletak di kelurahan Birayang sebagai ibu kota kecamatan Batang Alai Selatan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Barabai SMAN 1 Barabai didirikan pada tahun 1962 dan merupakan salah satu sekolah menengah atas

Lebih terperinci

BAB I MOTIVASI BELAJAR DAN STRATEGI MOTIVASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMA NEGERI 1 GROBOGAN

BAB I MOTIVASI BELAJAR DAN STRATEGI MOTIVASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMA NEGERI 1 GROBOGAN 1 BAB I MOTIVASI BELAJAR DAN STRATEGI MOTIVASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMA NEGERI 1 GROBOGAN A. Latar Belakang Masalah Peran guru dalam proses pembelajaran, adalah mengkondisikan

Lebih terperinci

STANDAR UNIVERSITAS DHYANA PURA

STANDAR UNIVERSITAS DHYANA PURA STANDAR UNIVERSITAS DHYANA PURA 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information Communication and Technology (ICT) merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Obyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Panggungroyom 01 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati dipimpin oleh seorang kepala sekolah bernama Legiman, A.Ma.Pd.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk. kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk. kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut: 139 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut: 1. Kerjasama guru dan orang dalam pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peran penting dari proses pendidikan. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat disepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan pengembangan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PURWANTORO TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan, yang menampung peserta didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun oleh : Nama : Damar Aji Widiarso NIM : 3101409034 Prodi. : Pend Sejarah FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini pembelajaran terhadap bahasa asing tidak hanya bahasa Inggris tetapi bahasa Jepang pun sudah diperkenalkan dikalangan siswa SMA di Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia melalui proses pembelajaran dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

1. Profil SMP Muhammadiyah 2 Depok. SMP Muhammadiyah 2 Depok terletak di Jalan Swadaya IV, Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman.

1. Profil SMP Muhammadiyah 2 Depok. SMP Muhammadiyah 2 Depok terletak di Jalan Swadaya IV, Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman. BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa adalah calon guru, maka sudah selayaknya mahasiswa memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran,

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Ombuli Pada Materi Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Metode Inquiri

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Ombuli Pada Materi Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Metode Inquiri Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Ombuli Pada Materi Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Metode Inquiri Merionto Soilo, I Made Tangkas, dan Ratman Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH. 1. Sejarah Singkat

Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH. 1. Sejarah Singkat Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH 1. Sejarah Singkat SMK Negeri 2 Pandeglang berdiri Tanggal 16 Mei tahun 1997 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tentang Pembukaan dan Penegrian sekolah

Lebih terperinci

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) INSTRUMEN PENELITIAN FUNDAMENTAL Tim Peneliti: Dr. Diding Nurdin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak pengaruh era globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SD Muhammadiyah 9 Banjarmasin

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SD Muhammadiyah 9 Banjarmasin BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SD Muhammadiyah 9 Banjarmasin Penelitian ini dilaksanakan dikelas V B SD Muhammadiyah 9 Banjarmasin tahun

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGUASAI BAHAN AJAR DALAM UPAYA PELAKSANAAN KOMPETENSI PROFESIONAL DI KALANGAN GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 2 SALATIGA

KEMAMPUAN MENGUASAI BAHAN AJAR DALAM UPAYA PELAKSANAAN KOMPETENSI PROFESIONAL DI KALANGAN GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 2 SALATIGA KEMAMPUAN MENGUASAI BAHAN AJAR DALAM UPAYA PELAKSANAAN KOMPETENSI PROFESIONAL DI KALANGAN GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 2 SALATIGA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci