Summary HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Summary HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI TAHUN 2013"

Transkripsi

1 Summary HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI TAHUN 201 Syahrul Aminuddin Hamid NIM Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Syahrul Aminuddin Hamid. 201.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD.Prof.DR. Aloei Saboe. Skripsi, Program Studi Ilmu Kepereawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Dengan Pembimbing I Suwarly Mobiliu S.Kp,M.Kep dan Pembimbing II Lia Amalia SKM,M.Kes. Di dunia, hampir 1 milyar orang menderita hipertensi. Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD prof.dr. Aloei saboe tahun 2012 sebanyak 11 kasus hipertensi. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara dini. Sehingga pengetahuan serta sikap merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa mencegah, serta mengendalikan penyakit hipertensi didalam keluarga itu sendiri. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.DR. Aloei Saboe.Desain Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. populasinya seluruh keluarga pasien yang datang berobat di poliklinik penyakit dalam dengan teknik accidental sampling sebanyak 6 responden. Analisa data dilakukan dengan SPSS. Hasil penelitian menunjukan dengan uji Chi square adanya hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi dengan hasil p value 0,011 (>0,05). Sedangkan sikap menunjukkan adanya hubungan antara sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi dengan hasil p value 0,014 (>0,05). Untuk itu diharapkan keluarga selalu memberikan dukungan dan perhatian dalam hal pencegahan hipertensi sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan penderita hipertensi. Kata Kunci : Pengetahuan Keluarga, Sikap Keluarga, Pencegahan Hipertensi, Kejadian Hipertensi

2 I. PENDAHULUAN Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut antara lain penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) termasuk hipertensi, diabetes mellitus dan kanker (Brunner & Suddarth, 2002). Salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan yang mempunyai tingkat mortilitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kuatitas hidup dan produktivitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi. Yang dimaksud hipertensi adalah sesuatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 MmHg atau lebih untuk usia 1-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmhg untuk usia diatas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001 dalam Wijaya, 2009). Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ tubuh manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari kematian ( juta pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 0% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia (Depkes RI, 200). Setiap tahunnya di amerika, hipertensi merupakan faktor penyebab yang terpenting pada kasus stroke, dan diantaranya berakhir dengan kematian. 40 % diantara mereka yang sembuh memerlukan perawatan khusus sepanjang sisa hidupnya dan 10% harus dirawat secara permanen di rumah sakit. Kira kira korban stroke di Amerika Serikat terganggu kemampuannya disebabkan kelumpuhan salah satu akibat tekanan darah tinggi yang sangat merugikan (Diehl, 200). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 200 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 1,%, dimana hanya,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. ( : 2012 ) Keluarga merupakan support system utama bagi pasien hipertensi dalam mempertahankan kesehatan. Keluaga memegang peranan penting dalam perawatan maupun pencegahan kesehatan pada anggota keluarga lainnya. Oleh sebab itu, keluarga harus memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

3 melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 200). Sedangkan sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 200). Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti (Notoatmodjo, 200). Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Upaya pencegahan terhadap pasien hipertensi bisa dilakukan melalui mempertahankan berat badan, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi konsumsi garam, diet tinggi serat, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran serta menjalankan hidup secara sehat. (ridwan, 2009). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo kasus hipertensi pada tahun 2011 laki laki 2154 jiwa dan wanita 29 jiwa, tahun 2012 penderita hipertensi laki-laki 566 jiwa dan wanita 8581 jiwa. Pada tahun 2012 juga angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi laki 199 jiwa dan wanita 112 jiwa (Dinkes Provinsi Gorontalo, 201 ). Sedangkan kasus hipertensi di Dinas kesehatan pada tahun 2011 berjumlah 5 jiwa, tahun 2012 kasus hipertensi naik berjumlah jiwa, dari laki-laki berjumlah 25 jiwa dan perempuan.646 jiwa (Dinkes, 201). Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD prof. Dr. Aloei saboe bahwa kasus hipertensi selama tahun 2011 sebanyak 992 jiwa dan pada tahun 2012 kasus hipertensi sebanyak 11 jiwa. Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi, sehingga pengetahuan serta sikap dari keluarga tentang hipertensi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa menanggulangi penyakit hipertensi didalam keluarga itu sendiri. Peningkatan kasus ini disebabkan antara lain karena rendahnya kesadaran keluarga maupun masyarakat untuk memeriksakan tekanan darahnya secara dini tanpa harus menunggu adanya gejala. Dari salah satu penderita hipertensi yang diwawancarai didapatkan bahwa hipertensi yang didapat dikarenakan oleh pola makan yang tidak sehat ataupun sembarangan dan kurangnya olahraga juga merupakan pemicu terjadi peningkatan terhadap kasus ini. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

4 Prof.DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof.DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Sementara jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 6 sampel tetapi yang menjadi respondennya yaitu salah satu anggota keluarga yang datang bersama pasien, dengan menggunakan tehnik Accidental Sampling. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis Univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu (variabel independen) pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi, sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dan (variabel dependen ) kejadian hipertensi. Sedangkan analisis bivariat untuk melihat hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi dan kejadian hipertensi dan melihat hubungan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1 Analisa Univariat a. Gambaran Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel.1Distribusi frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Jenis Kelamin Frekuen si Persenta se (%) Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel.1 menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 2 responden (4.8%) dan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 5 responden (52.2%). b. Gambaran Responden Menurut Kelompok Umur Tabel.2 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kelompok Umur (Tahun) Frekuen si Persenta se (%) Total Berdasarkan tabel.2 diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk kelompok Umur responden Tahun merupakan responden yang paling banyak yaitu 41 responden (61.2%) dan paling sedikit kelompok umur tahun yaitu 26 responden (8.8%).

5 c. Gambaran Responden Menurut Status Keluarga Tabel. Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Status Keluargadi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Status Keluarga Frekuensi Persentase (%) Anak Istri Suami Ibu 4 6 Ayah 4.5 Saudara 2 Total Berdasarkan tabel. diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang paling banyak yaitu Istri sebanyak 29 responden (4.%), sedangkan responden yang paling sedikit yaitu saudara kandung sebanyak 2 responden (%). d. Gambaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tabel.4 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Tingkat Pendidikan Freku ensi Persenta se (%) SD SMP SMA 25. Perguruan Tinggi Total Berdasarkan tabel.4 diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu SMA sebanyak 25 responden (.%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 12 responden (1.9%). e. Gambaran Responden Menurut Pekerjaan Tabel.5 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Pekerjaan Frekuens i Persentas e (%) IRT PNS Petani 10.4 Wiraswasta Pedagang 2 POLRI Mahasiswa 5.5 Tidak Ada 5.5 Total Berdasarkan tabel.5 diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam, responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak yaitu responden yang bekerja sebagai IRT yakni 24 responden (5.8%), sedangkan yang paling sedikit yakni anggota POLRI sebanyak 1 responden (1.5%).

6 f. Gambaran Responden Menurut Pengetahuan Tabel.6 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang Total Berdasarkan tabel.6 menunjukan bahwa dari 6 reponden di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe didapatkan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 40 responden (59.%), responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (26.9%), dan sisanya responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (1.4%). g. Gambaran Responden Menurut Sikap Tabel. Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Sikap di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Sikap Responden Frekuen si Persentas e (%) Baik 2 4. Cukup 49. Kurang Total Berdasarkan tabel. menunjukan bahwa responden pada anggota keluarga pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei saboe, didapatkan bahwa responden yang mempunyai sikap yang baik terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 2 responden (4.%), reponden yang mempunyai sikap yang cukup sebanyak responden (49.%), dan responden yang mempunyai sikap yang kurang sebanyak 11 responden (16.4%). h. Gambaran Responden Menurut Kejadian Hipertensi Tabel.8 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kejadian Persentase Frekuensi Hipertensi (%) Tidak Hipertensi Hipertensi Total Berdasarkan tabel.8 menunjukan bahwa responden berdasarkan kejadian hipertensi pada pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe, dari 6 responden didapatkan responden anggota keluarganya yang tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 8 responden (56.%), sedangkan mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 29 responden (4.%).

7 i. Gambaran kejadian hipertensi berdasarkan kelompok umur Tabel.9 Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kelomp ok Umur (Tahun ) Total Kejadian Hipertensi Hiperte nsi Tidak Hiperte nsi Jumlah n % n % n % Berdasarkan Tabel.9, menunjukan bahwa dari 41 responden yang kelompok umur tahun terdapat 18 (4.9%) responden yang anggota keluarga hipertensi dan 2 (56.1%) tidak hipertensi. Untuk 25 responden yang kelompok umur tahun yaitu 11 responden yang anggota keluarganya terdapat hipertensi (42.%), dan 15 tidak hipertensi (5.%). j. Gambaran kejadian hipertensi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel.10Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikandi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Tingkat Pendidi kan Kejadian Hipertensi Hiperte nsi Tidak Hiperte nsi Jumlah n % n % n % SD SMP 5 8. SMA PT Total Berdasarkan Tabel.10, menunjukan bahwa dari 12 responden yang berpendidikan perguruan tinggi terdapat 5 (41.%) responden yang anggota keluarga hipertensi dan (58.%) tidak hipertensi. Untuk 25 responden yang berpendidikan SMA yaitu 14 responden yang anggota keluarganya terdapat hipertensi (56%), dan 11 tidak hipertensi (44%). Untuk 1 responden berpendidikan SMP yaitu 5 responden yang anggota keluarganya hipertensi (8.5%) dan tidak hipertensi sebanyak 8 responden (61.5%). sedangkan untuk 1 responden yang berpendidikan SD terdapat 5 responden yang anggota keluarganya hipertensi (29.4%), dan tidak hipertensi 12 responden (0.6%).

8 Pekerjaa n k. Gambaran Kejadian hipertensi berdasarkan Pekerjaan Tabel.11Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kejadian Hipertensi Hipertens Tidak Jumlah i Hiperten si n % n % n % IRT 29. PNS Petani 42. Wiraswas ta Pedagang POLRI Mahasis wa Tidak Ada Total Berdasarkan Tabel.11, menunjukan bahwa dari 24 responden yang bekerja sebagai IRT terdapat (29.2%) responden yang angggota keluarga hipertensi dan 1 (0.8%) tidak hipertensi. Untuk 9 responden yang bekerja sebagai PNS yaitu 14 hipertensi (55.6%), dan 4 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (44.4%). Untuk responden bekerja sebagai Petani yaitu hipertensi (42.9%) dan yang anggota keluarganya tidak hipertensi sebanyak 4 responden (5.1%). Untuk 14 responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu responden yang anggota keluarganya hipertensi (50%) dan tidak hipertensi sebanyak responden (50%). Untuk 2 responden yang bekerja sebagai pedagang terdapat 2 hipertensi (100.%), dan tidak ditemukan responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi. untuk anggota POLRI ditemukan 1 tidak hipertensi (100%). untuk 5 responden ditemukan 2 orang mahasiswa yang anggota keluarganya hipertensi (40%), dan responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (60%). Sedangkan 5 responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu responden yang anggota keluarganya hipertensi (60%) dan tidak hipertensi sebanyak 2 responden (40%)..1.2 Analisis Bivariat 1. Hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi Tabel.12 Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe

9 Peng etahu an respo nden Kuran g Cuku p Kejadian Hipertensi Juml ah Hiper tensi Tidak Hiper tensi n % n % n % Baik 1 2 Total p V al ue X Berdasarkan tabel.12, menunjukan bahwa dari 40 responden yang berpengetahuan baik tentang pencegahan yaitu yang anggota keluarganya tidak hipertensi 28 responden (0%), dan yang anggota keluarganya hipertensi sebanyak 12 responden (0%). Untuk 18 responden yang berpengetahuan cukup yaitu 5 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (2.8%), dan 1 responden yang anggota keluarganya memiliki hipertensi (2.2%). Sedangkan 9 responden berpengetahuan kurang yaitu 5 tidak hipertensi (55.6%) dan menderita hipertensi sebanyak 4 responden (44.4%). Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.12 diatas yang diperoleh nilai Chi Square hitung (920) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991). pada penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 011 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. 2. Hubungan sikap keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi Tabel.1Hubungan Sikap Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Sika p Res pon den Kura ng Cuk up Kejadian Hipertensi Hipe rtensi Tida k Jumla h Hipe rtensi n % n % n % Baik Tota l p Val ue 0 14 Berdasarkan tabel.12, menunjukan bahwa 2 responden yang bersikap baik tentang pencegahan X

10 terhadap anggota keluarga yang tidak hipertensi 18 responden (8.%) dibandingkan dengan responden yang anggota keluaranya hipertensi yakni 5 responden (21.%). Untuk responden yang bersikap cukup tentang pencegahan terhadap anggota keluarga yang tidak hipertensi yakni 1 responden (51.5%) dan yang anggota keluarganya hipertensi yakni 16 responden (48.5%). sedangkan 11 responden yang bersikap kurang tentang pencegahan pada anggota keluarga yang tidak hipertensi yakni responden (2.%) dibandingkan dengan responden yang anggota keluarganya hipertensi sebanyak 8 responden (2.%). Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.1 diatas yang diperoleh nilai Chi Square hitung (8.59) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991). pada penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 014 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara sikap keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi..2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe. 1. Karakteristik Responden Dari hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 responden (4.8%) dan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 5 responden (52.2%). Hal ini dikarenakan responden yang datang bersama anggota keluarganya yang sakit di poliklinik lebih banyak suami istri. Menurut Karyadi (2002), menyatakan bahwa dimana kejadian hipertensi biasanya lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan, dikarenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun pada perempuan dewasa mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dari pada laki-laki hal ini umumnya disebabkan karena perempuan mengalami kehamilan dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Berdasarkan kelompok Umur responden menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang lebih banyak yaitu responden kelompok umur yakni 41 responden (61.2%), sedangkan yang terkecil responden yang kelompok umur sebanyak 26 responden (8.8%). Menurut Notoatmodjo (200), umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan pengetahuan, makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Dari segi pendidikan menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang

11 di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu SMA sebanyak 25 responden (.%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 12 responden (1.9%). dengan demikian pendidikan sangat penting bagi masyarakat, karena masyarakat yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan yang baik dan bisa mencegah masalah kesehatan yang di dapatkan. Berdasarkan Notoatmodjo (200) mengatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannya. Sebagian besar responden yang datang di poliklinik penyakit dalam bekerja sebagai IRT yakni 24 responden (5.8%), sedangkan yang paling sedikit yakni anggota POLRI sebanyak 1 responden (1.5%), Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden yang datang di poliklinik penyakit dalam adalah responden yang sudah tidak bekerja lagi, ini dikarenakan sebagian besar responden ini adalah ibu-ibu rumah tangga. 2. Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi Faktor predisposisi (predisposing faktors) merupakan faktor yang sangat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku pencegahan pada penderita hipertensi. Seseorang dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku pencegahan hipertensi maka secara langsung akan bersikap positif. berkaitan dengan keluarga, Keluarga merupakan unit terkecil yang dapat mempengaruhi kelompok yang lebih besar termasuk masyarakat. Anggota keluarga yang memiliki pengetahuan baik terhadap pencegahan hipertensi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga yang lain. Keluarga memiliki tugas dalam menunjang kesejahteraan dan kesehatan setiap anggota keluarganya masing-masing. Seperti di jelaskan oleh Friedman dikutip oleh Wahit (2006), dalam buku bahwa orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Selain itu, tugas dari keluarga adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi, dimana uji chi square yang dilakukan terhadap pengetahuan responden dengan kejadian hipertensi di dapat hasil analisis data yang di peroleh nilai Chi Square hitung (920) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991), maka dalam penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 011 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05.

12 Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan gambaran pengetahuan keseluruhan didapatkan ada 40 responden atau 59.% yang berpengetahuan baik dari 6 responden. Sedangkan berdasarkan hubungan pengetahuan keluarga dengan kejadian hipertensi untuk 29 responden yang pasien hipertensi sebagian besar berpengetahuan cukup yakni 1 responden. dan 8 responden yang pasien tidak hipertensi sebagian besar berpengetahuan baik yakni 28 responden. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan keluarga maka peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun sebaliknya, ditunjang dengan kesadaran yang baik serta perspesi yang benar juga akan berdampak terhadap upaya pencegahan yang baik pula. Ini terbukti dari hasil wawancara peneliti dengan responden didapatkan pengetahuan responden tentang hipertensi ini hanya pada batas mengetahui saja. Namun belum memiliki kesadaran dalam hal pencegahan terhadap hipertensi. Hal ini disebabkan sebagian besar hipertensi masih dinggap penyakit yang kurang berbahaya, mereka tidak melihat dampak selanjutnya dari hipertensi tersebut. hal ini terlihat dari sebagian responden yang mengatakan bahwa masakan yang tidak dibumbui dengan garam masakan itu tidak enak, sehingga perlu kesadaran masyarakat terhadap hal-hal yang harus dilakukan pada anggota keluarganya hipertensi. Seperti, mengurangi asupan garam disetiap makanan yang dimasak, mengurangi makanan yang bersantan, serta makanan-makanan dalam kemasan yang dapat menaikan tekanan darah. Selain itu juga responden kurang mengetahui bahwa untuk mengontrol hipertensi harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 1 minggu/bulan sekali, jadi hal ini memerlukan pengawasan dari keluarga tersebut. Tetapi sebagian besar yang peneliti dapatkan ternyata responden mendampingi anggota keluarganya ke poliklinik pada saat timbul tanda dan gejala hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (200), pengetahuan yang baik dan sikap yang tepat mendorong keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam hal ini pencegahan pada penderita hipertensi, dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus atau pengetahuan yang bersifat baik, sedang, buruk, positif, negatif yang tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu tindakan atau perilaku. Terlihat juga dari segi pendidikan bahwa sebagian besar yaitu 14 responden mempunyai anggota keluarga hipertensi dari 25 responden yang berpendidikan SMA, hal ini berbanding terbalik dengan responden yang berpendidikan SD dimana ada 12 responden yang keluarganya tidak hipertensi dari 1 responden, karena

13 banyak juga responden yang berpendidikan SD mempunyai pengetahuan yang baik. sehingga tidak selamanya pendidikan keluarga yang tinggi bisa meminimalkan kejadian hipertensi, begitupun sebaliknya pada keluarga yang berpendidikan rendah. Hal ini juga di sebabkan karena ditinjau dari segi pekerjaan bahwa yang berpendidikan SD sebagian besar bekerja sebagai IRT, sehingga informasi-informasi yang didapat dari tetangga, masyarakst, dan petugas kesehatan tentang hipertensi lebih banyak diketahui dibandingkan dengan orang yang berpedndidikan SMA yang sebagian besar terlalu banyak mengurusi pekerjaannya, sehingga informasi yang didapat tetang hipertensi lebih sedikit atau bahkan tidak ada karena kesibukannya untuk bekerja. Terbatasnya pengetahuan tetang pencegahan hipertensi berpengaruh langsung pada perilaku sehari-hari yang bisa mengakibatkan tidak terkontrolnya tekanan darah dan dapat menyebabkan hipertensi kembali. Menghadapi hal tersebut maka perlu dipikirkan upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga maupun penderita hipertensi. misalnya petugas kesehatan memberi penjelasan yang mendetail tentang hal-hal yang berhubungan dengan hipertensi. Hal ini sinkron dengan pendapat yang dikemukakan oleh Watson (200), bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan maupun dalam pencegahan bagian terpenting dalam memperbaiki kesehatan tersebut yang mencakup pengetahuan mengenai perawatannya maupun pencegahannya. Peran serta keluarga serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan keluarga dapat bermotivasi untuk menjaga dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan kejadian hipertensi. Semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin baik perawatan yang diberikan kepada pasien hipertensi, demikian pula sebaliknya.. Sikap Keluarga Tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata. sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup (sunaryo, 2004). dengan demikian sikap salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai kesehatan individu serta dapat menentukan cara pencegahan yang tepat untuk penderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Chi Square hitung (8.59) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991), maka diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 014 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara sikap tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. Dengan demikian untuk

14 meningkatkan kekuatan dalam melakukan pencegahan pada penderita hipertensi salah satunya dengan adanya keterlibatan, dimana keluarga dapat melakukan pencegahan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien hipertensi sehari-harinya dan tercipta status kesehatan yang optimal. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berpendapat bahwa dari 29 responden yang anggotanya hipertensi ada sebagian besar mempunyai sikap yang cukup dan kurang. Hal ini dikarenakan sikap dari keluarga yang kurang memperhatikan anggota keluarga yang hipertensi. Hal itu dibuktikan dari pekerjaan responden yaitu lebih banyak di luar rumah dibandingkan didalam rumah, itu terlihat dari tingginya pekerjaan PNS maupun wiraswasta, sehingga pasien hipertensi jarang mendapat perhatian lebih dari keluarga tersebut. Begitu juga pada pola makan pasien hipertensi, keluarga kurang memperhatikan dan membiarkan pasien hipertensi mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung kolesterol atau berlemak, garam serta makanan-makanan yang berkemasan, sehingga pola makan dari pasien tersebut tidak sehat dan menyebabkan terjadinya hipertensi. Dengan demikian, Sikap keluarga yang perduli sangat diperlukan untuk menghadapi yang membutuhkan perhatian. dalam dukungan emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga yang sakit. Dengan perhatian yang lebih maka penderita hipertensi merasa tidak sendiri dalam menghadapi penyakit, karena penyakit hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan perawatannya pun seumur hidup. Dengan demikian diperlukan pencegahan secara maksimal, salah satunya yang sangat berpengaruh yaitu kebiasaan pola makan dimana semakin tidak sehat pola makan seseorang maka peluang untuk terjadinya kejadian hipertensi semakin tinggi. Hal ini juga sesuai dengan teori sunaryo(2004), mengungkapkan bahwa sikap yang dimiliki baik keluarga maupun penderita sendiri atau perilaku tersebut akan memberikan dampak pada kesehatan penderita itu sendiri. pengalaman pribadi menjadi dasar pembentukan dari sikap seseorang yang akan membawa pengaru terhadap kesehatan. IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Sesuai dengan pembahasan hasil penelitian terhadap 6 responden tetang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.DR. Aloei Saboe di dapatkan kesimpulan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi, dengan p value 011, Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi, dengan p value Saran Bagi Rumah Sakit diharapkan selalu meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya

15 penderita hipertensi, seperti melakukan penyuluhan tentang hipertensi sehingga akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup penderita di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe. Bagi keluarga diharapakan selalu memberikan dukungan dan perhatian serta selalu memberikan informasiinformasi yang berkaitan dengan hipertensi sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan penderita. Bagi pasien diharapkan selalu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta menjalani pola makan yang sehat dan seimbang agar tekanan darah tetap normal. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Alimul, Azis Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Salemba Medika : Jakarta. Andarmoyo, Sulistyo Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. rineka cipta : Yogyakarta. Brunner & Suddarth Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1 Edisi 8. EGC : Jakarta. Corwin, Elizabeth Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta. Diehl, Hans Waspadai Diabetes Kolesterol Hipertensi. Indonesia Publishing house : Bandung. Gray, H,H, dkk Lecture Notes Kardiologi, edisi 4. Erlangga : Jakarta. Knight, John, F Jantung Kuat Bernafas Lega, volume. Indonesia Publishing House : Bandung. Notoatmodjo, Soekidjo Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo Ilmu Kesehatan Masyarakat : prinsip-prinsip dasar. Rineka Cipta : Jakarta Setiadi, 201. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Graha Ilmu : Yogyakarta Soeharto, Iman Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol, Edisi 2. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Suprajitno Asuhan keperawatan keluarga, aplikasi dalam

16 praktik. Monica ester. EGC : Jakarta. Ginting, Firdayani Hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di kecamatan medan Johor. Diakses tanggal 9 maret 201. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Masalah Hipertensi Di Indonesia. Diakses : 2 maret 201. Poerwati, Ririn Hubungan stress kerja terhadap hipertensi pada pegai Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Diakses tanggal 2 maret 201. Saputro, H,T Hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap kepatuhan minum dalam menjalankan diit hipertensi di Wilayah Andong Kabupaten Boyolali. Diakses tanggal 18 maret 201. Wijaya,I.P.A Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di poli penyakit dalam rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto. Diakses 9 maret 201.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

HERNAWAN TRI SAPUTRO J HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

*Korespondensi Penulis, Telp: ,   ABSTRAK PENGARUH EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Al-Kahfi 1, Adriana Palimbo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pernyataan ini diperkuat oleh data dari WHO (2014), yang menyebutkan bahwa tercatat satu milyar orang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini banyak terjadi permasalahan di berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan, yang tak kalah penting dari masalah kesehatan yang terjadi sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi, dan jumlah ini cenderung terus meningkat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai dimasyarakat seiring berubahnya pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah arterial yang abnormal. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan sekunder (Lewis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL 1) Rustam I. Laboko 1) Dinas Kesehatan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah ABSTRAK Penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU MAKAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI METRO UTARA TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU MAKAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI METRO UTARA TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU MAKAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI METRO UTARA TAHUN 2013 Ludiana, SKM., M.Kes Akper Dharma Wacana Metro Jl. Kenanga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus saat ini telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk dunia terkena diabetes

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkerja dan memiliki waktu yang sangat sedikit untuk melakukan pola hidup sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN PENELITIAN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN I Wayan Darwane*, Idawati Manurung** Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN Lampiran I Summary FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Cindy Pratiwi NIM 841409080

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius karena sering tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular adalah akibat dari terjadinya epidemiologi yang paralel dengan transisi teknologi di dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah berkembang menjadi suatu permasalahan pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah menyumbang 3 juta kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada masalah medik, ekonomi dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (581-592) TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR Rini Suharni, Indarwati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik tua maupun muda, baik kaya ataupun miskin. Penyakit hipertensi dikenal sebagai the sillent killer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dewasa ini, terbukti membawa dampak negatif dalam hal kesehatan. Orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas ibu, ayah, anak dan keluarga lain seperti nenek dan kakek. Keluarga memegang peranan penting

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn : HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu jenis penyakit menahun, yang angka kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014 HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014 Imelda Erman, Yeni Elviani, Bambang Soewito Dosen Prodi

Lebih terperinci