DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

Transkripsi

1 DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI... Halaman i ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Teori keagenan Teori prospek Teori penetapan tujuan Akuntabilitas Transparansi Partisipasi anggaran Kinerja anggaran berkonsep value for money Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Objek Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Jenis dan Sumber Data Jenis data Sumber data Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel Populasi Sampel Metode penentuan sampel Metode Pengumpulan Data Teknis Analisis Data Uji statistik deskriptif i

2 3.9.2 Intervalisasi data Uji reliabilitas Uji validitas Uji asumsi klasik Uji hipotesis ii

3 ABSTRAK Akuntabilitas dan transparansi adalah tuntutan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari pengelolaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai kedaulatan tertinggi dengan adanya pertanggungjawaban serta keterbukaan yang jujur dalam pelaksanaan kinerja anggaran yang didasarkan pada value for money. Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah sehingga hasil anggaran kinerja menjadi ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Partisipasi dalam penganggaran juga dinilai dapat meningkatkan kinerja manajerial pimpinan satuan kerja yang padaakhirnya meningkatkan kinerja pemerintah secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi anggaran terhadap kinerja anggaran. Penelitian ini dilakukan di SKPD Kota Denpasar tahun Pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan metode sampel jenuh. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dan teknik analisis data yang digunakan adalah AnalisisRegresi Linear Berganda. Kata kunci: kinerjaanggaran, value for money, akuntabilitas, transparansi, partisipasianggaran iii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era reformasi dan desentralisasi sekarang ini, Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan demi diwujudkannya aspirasi masyarakat dan dicapainya tujuan serta cita-cita bangsa. Sejak diberlakukannya otonomi daerah secara efektif, terjadi perubahan yang bersifat signifikan dan fundamental pada negara Indonesia. Hal ini mendapat sambutan dengan adanya pengesahan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dinamika penyelenggaraan pemerintah daerah dipengaruhi dengan adanya perubahan paradigma pemerintah dari sentralistik (terpusat) ke desentralistik (otonomi daerah) untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan berwibawa (Good Governance). Selain itu membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien. Dengan pengalokasian dana secara baik, maka akan berimplikasi pada pembangunan daerah dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kinerja anggaran mulai dalam proses penyusunan, pembahasan sampai pada penetapan APBD serta laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ), perhatian umumnya lebih terfokus pada besarnya anggaran. Penyusunan anggaran lebih menekankan pada input, di mana perubahan terletak pada jumlah anggaran yang meningkat dibanding tahun sebelumnya. Kinerja anggaran lebih mengutamakan penyerapan anggaran dibandingkan melakukan penghematan dana anggaran 1

5 sehingga banyak anggaran digunakan untuk hal-hal yang tidak perlu, tidak terjadi efisiensi anggaran, dan banyak penggunaan anggaran yang meyimpang dengan tujuan atau target kebijakan pemerintah. Permasalahan lain yaitu kinerja anggaran juga selama ini memiliki kelemahan perencanaan dalam pengalokasian anggaran belanja menyebabkan lemahnya kinerja pemerintah, sehingga ada unit kerja yang kelebihan pembiayaan dan ada pula unit kerja yang kekurangan pembiayaan (Loi, 2015). Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis untuk menilai apakah program/kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan dengan rencana tersebut, dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan. Pengukuran kinerja dimulai dengan proses penetapan indikator kinerja yang memberikan informasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan unit kerja sektor publik untuk memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat. Pengukuran kinerja bermanfaat untuk membantu para pengambil keputusan dalam memonitor dan memperbaiki kinerja serta berfokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan akuntabilitas publik (Anugriani, 2013). Akuntabilitas, transparansi, dan pertanggungjawaban tersebut diharapkan masyarakat dapat terwujud dalam pengelolaan anggaran daerah. Tolak ukur dalam anggaran belanja, baik yang berorientasi laba (swasta) maupun organisasi non profit (sektor publik) adalah value for money (VFM) yang meliputi penilaian efisiensi, efektivitas, dan ekonomis. Efisiensi dan efektivitas anggaran belanja 2

6 merupakan salah satu prinsip utama dalam penyelenggaraan anggaran belanja suatu organisasi sektor pubik agar dapat memberikan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal (Bastian, 2010). VFM harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah karena dalam konteks otonomi daerah, VFM merupakan jembatan untuk mengantar Pemerintah Daerah mencapai Good Governance. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.96 Tahun 2013, Pemerintah Kota Denpasar ditetapkan sebagai pilot project atau percontohan roadmap reformasi. Keputusan tersebut dibuat karena Pemerintah Kota Denpasar dinilai sangat konsisten dalam melaksanakan inovasi reformasi pemerintahan. Meskipun demikian, peringkat akuntabilitas kinerja Pemerintah Kota Denpasar selama berturut-turut sejak 2011 hingga 2015 masih pada kategori C. Kategori C berarti Pemerintah Kota Denpasar perlu melakukan perbaikan yang mendasar pada manajemen kinerja, sedangkan yang berkategori baik adalah peringkat CC ke atas (CC, B, A, AA), dengan rincian intepretasi sebagai berikut ( Tabel 1.1 Kategori Peringkat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Skor Nilai Intepretasi dan Karakteristik Instansi >85 AA Memuaskan: Memimpin perubahan, 100 berbudaya kerja, berkinerja tinggi dan akuntabel, perlu terus berinovasi >75-85 A Sangat Baik: Akuntabilitas kinerja baik, berkinerja baik, memiliki sistem manajemen kinerja yang andal, menggunakan knowledge management untuk membangun budaya berkinerja, perlu banyak inovasi. >65-75 B Baik: Akuntabilitas kinerja baik, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk manajemen kinerja, perlu sedikit perbaikan untuk sistem dan perlu banyak perbaikan untuk soft system. >50-65 CC Cukup baik (memadai): Akuntabilitas kinerja cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja bagi pertanggungjawaban, tapi perlu banyak perbaikan, termasuk sedikit perbaikan yang mendasar. 3

7 Skor Nilai Intepretasi dan Karakteristik Instansi >30-50 C Agak Kurang: memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi kurang diandalkan, perlu banyak perbaikan dan termasuk perbaikan yang mendasar D Kurang: sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk manajemen kinerja, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Penerapan prinsip-prinsip Good Governance diharapkan dapat memperbaiki kinerja pemerintah daerah dalam menjalankan roda pemerintahan daerah. Menurut Pieris dan Nizam (2008:132) terdapat 9 prinsip Good Governance sebagai berikut. 1) Prinsip partisipasi 2) Prinsip hukum dan aturan 3) Prinsip transparansi 4) Prinsip responsivitas 5) Prinsip orientasi konsensus 6) Prinsip keadilan dan kewajaran 7) Prinsip efisiensi dan efektivitas 8) Prinsip akuntabilitas 9) Prinsip visi strategis Pada penelitian kali ini penulis hanya mengambil 3 prinsip dari Good Governance karena masih terdapat penelitian-penelitian sebelumnya yang tidak konsisten. Prinsip yang diambil antara lain akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi anggaran. Penulis ingin menguji kembali pengaruh dari prinsip-prinsip tersebut pada kinerja VFM pada Pemerintah Kota Denpasar. 4

8 Prinsip Akuntabilitas adalah setiap pelaksanaan tugas, penggunaan sumber-sumber, serta penggunaan wewenang harus atau diperiksa baik oleh pihak yang berkepentingan maupun melalui lembaga independen. Mardiasmo (2002) menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas adalah sebagai kewajiban pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Menurut Adrianto (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap pengelolaan anggaran. Garini (2011) juga menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep VFM. Anugriani (2014) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh akuntabilitas, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran berkonsep value for money pada instansi pemerintah Kabupaten Bone yang mana hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep VFM. Namun penelitian yang dilakukan oleh Adiwirya (2014) menunjukkan bahwa akuntabilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep VFM. Prinsip transparansi berarti semua penyelenggaraan pemerintah harus terbuka kepada masyarakat umum, baik dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan maupun berkaitan dengan suatu keputusan perlu memiliki akses untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Transparansi dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu adanya kebijakan terbuka terhadap pengawasan, adanya 5

9 akses informasi sehingga masyarakat sebagai prinsipal dapat menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah sebagai agen, dan berlakunya prinsip check and balance antara lembaga eksekutif dan legislatif. Adrianto (2012) menyimpulkan bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap pengelolaan anggaran. Garini (2011), yang menyatakan bahwa transparansi (keterbukaan) dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan kinerja anggaran yang berkonsep VFM untuk menghasilkan anggaran yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kuat transparansi, maka semakin tinggi pula kinerja anggaran berkonsep VFM. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Anugriani (2014) yang menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep VFM. Proses penganggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan berbagai pihak. Penganggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran pimpinan satuan kerja dalam melaksanakan satuan program atau bagian dari program. Agar pelaksanaannya efektif, para pelaksana berpartisipasi untuk merencanakan anggaran. Partisipasi dalam penganggaran dinilai dapat meningkatkan kinerja manajerial pimpinan satuan kerja yang pada akhirnya meningkatkan kinerja pemerintah secara keseluruhan (Hermaningsih, 2009: 21). Kartika (2008) di Surakarta melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja manajerial dengan motivasi sebagai moderating variabel. Hasil penelitian Kartika menyebutkan partisipasi dalam proses penyusunan APBD berbasis kinerja manajerial dan interaksi antara partisipasi anggaran dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja 6

10 manajerial. Penelitian Milani (1997) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dengan pengukuran kinerja. Bahkan, penelitian lain seperti Locke dan Brian (1967) melaporkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut bertolak belakang atau negatif. Berdasarkan latar belakang diatas yang didukung dengan penelitianpenelitian terdahulu, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Anggaran pada Pemerintah Kota Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Apakah akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran? 2) Apakah transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran? 3) Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui secara empiris pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja anggaran. 2) Untuk mengetahui secara empiris pengaruh transparansi terhadap kinerja anggaran. 7

11 3) Untuk mengetahui secara empiris partisipasi anggaran terhadap kinerja anggaran. 8