BAB I PENDAHULUAN. Secara politik ekonomi, Pendirian BUMN mempunyai tiga alasan pokok : 1
|
|
- Farida Chandra
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang dalam penyertaan modalnya dikuasai oleh negara yang mana kekayaan negara di dalamnya jadi hal yang terpisah. BUMN menjadi hal yang sangat penting mengingat perannya dalam pembangunan perekonomian negara dan menjalankan roda bisnis yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak. Secara politik ekonomi, Pendirian BUMN mempunyai tiga alasan pokok : 1 1. Sebagai wadah bisnis dari aset asing yang dinasionalisasi (tahun 1950an) nasionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang fundamaental dalam struktur perekonomian Indonesia. Nasionalisasi ini mengakhiri dominasi ekonomi Belanda sekaligus menjadi titik awal pembentukan BUMN Indonesia; 2. Untuk membangun industri yang diperlukan oleh masyarakat, namun masyarakat sendiri atau swasta tidak mampu memasukinya, baik karena alasan investasi yang sangat besar atau risiko usaha yang sangat besar ; 3. Untuk membangun industri yang sangat strategis karena berkenaan dengan keamanan negara seperti industry pertahanan dan keamanan, perusahaan percetakan uang, pengelolaan stok pangan. 1 Riant Nugroho Dwijowijoto & Ricky Siahaan, 2005, BUMN Indonesia: Isu, Kebijakan dan Strategi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm
2 2 Alasan di atas termasuk pentingnya kehadiran BUMN dalam menggerakkan roda perekonomian negara. Atas perannya tersebut BUMN memiliki andil yang sangat besar namun tidak tertutup kemungkinan mengalami buruknya kondisi perusahaan. Parameter penilaian kondisi perusahaan BUMN mengacu pada Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP- 100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN, yang meliputi aspek keuangan (retrun on equity, return on investment, rasio kas, rasio lancar, collection period, inventory turn over, total asset turn over, rasio modal sendiri atas total aset) aspek operasional dan aspek administrasi. 2 Perihal kondisi perusahaan BUMN di masa datang, Kementerian BUMN menetapkan program arah dan rencana strategis melalui Keputusan Menteri BUMN Republik Indonesia Nomor: KEP-17/MBU/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian BUMN Periode serta perubahannya yaitu Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-161/MBU/2012. Kedua keputusan tersebut merupakan bagian dari Program Master Plan Kementerian BUMN tahun bahwa dalam perencanaan yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN pada Master Plan tersebut, dalam rentang waktu antara tahun 2010 sampai dengan 2014 dilaksanakan pembinaan semua badan usaha di bawah kendali Kementerian BUMN. Adapun pembinaannya meliputi : 3 1. Rightsizing 2 Moh Nurhadi Cahyono & Fadjar Judisiawan, 2011, Menilik Alat Ukur Penilaian Kinerja BUMN, Jurnal Riset Kementerian BUMN, Jakarta, hlm 5. 3 Lampiran Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-161/MBU/2012 tentang Perubahan atas Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-17/MBU/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian BUMN Periode , hlm
3 3 Kebijakan untuk melakukan Restrukturisasi BUMN menuju jumlah yang ideal berdasarkan 2 prinsip utama yaitu: a. Perlu tidaknya kepemilikan Negara mayoritas dipertahankan BUMN tertentu; b. Jenis tindakan yang akan dilakukan. 2. Restrukturisasi Upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. 3. Revitalisasi Upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN dengan melakukan pemberian pinjaman atau penambahan setoran modal guna memperbaiki dan meningkatkan nilai perusahaan. 4. Profitisasi BUMN secara bertahap dan berkesinambungan Peningkatan kegiatan penyebaran kepemilikan perusahaan BUMN kepada masyarakat umum dan swasta. Kebijakan Rightsizing menjadi salah satu arah kebijakan utama dalam Rencana Strategis BUMN periode Kebijakan Rightsizing dilatarbelakangi oleh kondisi kinerja BUMN saat ini yang kurang lebih 90% didominasi oleh 25 BUMN dari 141 BUMN, dimana ke-25 BUMN tersebut menguasai 97,16% dari total Aset, 91,73% dari total Ekuitas, 86,69% dari
4 4 total Penjualan dan 98,11% dari total Laba Bersih seluruh perusahaan BUMN. 4 Inefisiensi tersebut menimbulkan rendahnya produktifitas dan lemahnya daya saing sehingga diperlukan kebijakan Rightsizing untuk mencapai ukuran dan jumlah perusahaan BUMN yang ideal. Pencapaian tersebut selain menimbang perlu tidaknya kepemilikan Negara juga memperhatikan tindakantindakan terhadap perusahaan BUMNdalam upaya menjalankan kebijakan Rightsizing. Jenis tindakan dalam kebijakan Rightsizing dapat dilakukan dengan cara : 5 1. Stand Alone 2. Merger dan Konsolidasi 3. Holding 4. Divestasi 5. Likuidasi Pada Master Plan Kementerian BUMN tahun , kebijakan Holding BUMN diarahkan pada perusahaan dengan sektor usaha semen, perusahaan yang dituju untuk dilaksanakannya tindakan Holding ini adalah PT Semen Gresik Tbk. Optimalisasi Holding terhadap PT Semen Gresik Tbk menjadi isu strategis dalam Master Plan tersebut di samping kebijakan Stand 4 Kementerian Badan Usaha Milik Negara, 2010, Master Plan Badan Usaha Milik Negara Tahun , Jakarta, hlm Ibid.
5 5 Alone terhadap PT Semen Baturaja, hal ini guna meningkatkan skala ekonomis, leverage dan nilai perusahaan. 6 Pembentukan Holding PT Semen Gresik Tbk sebagaimana diamanatkan dalam Master Plan dan Rencana Strategis Kementerian BUMN dimulai pada saat diumumkannya hasil Keputusan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) PT Semen Gresik Tbk pada tanggal 20 Desember 2012, atas keputusan RUPSLB tersebut PT Semen Gresik Tbk bertransformasi dan berubah nama menjadi PT Semen Indonesia Tbk melalui Strategic Holding. Intensifikasi pembentukan Holding melalui Strategic Holding diyakini oleh PT Semen Indonesia bahwa seluruh potensi dan kompetensi perusahaan, baik dalam bidang operasional, produksi dan terutama pemasaran, dapat disatu-padukan dengan semakin baik untuk memberikan kinerja optimal. Mengingat beberapa Anak Perusahaan yang tergabung dalam Holding Company PT Semen Indonesia bergerak di bidang usaha yang sama dengan segmen pasar yang berbeda yakni PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang dahulu merupakan perusahaan negara, sejak dikeluarkannya Surat Ketetapan Menteri Keuangan Nomor S-326/MK.016/1995 yang pada intinya menginstruksikan konsolidasi PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa di bawah kedudukan PT Semen Gresik, mengakibatkan beralihnya penyertaan 6 Ibid., hlm 35.
6 6 modal negara pada PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa ke PT Semen Gresik. Sebelumnya PT Semen Gresik menjadi pemain utama dalam kegiatan usaha semen bersama anak usahanya, dimana PT Semen Gresik menjadi Operating Holding yaitu memegang peranan Induk Perusahaan di samping juga memproduksi dan memasarkan produk semen. Setelah berlakunya Holding Company berbasis Strategic Holding, PT Semen Gresik yang telah berubah nama menjadi PT Semen Indonesia ini memisahkan fungsi Operating dan fungsi Holding, yaitu PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa menjalankan kegiatan usaha di bawah payung PT Semen Indonesia. Pemisahan fungsi tersebut diyakini PT Semen Indonesia agar adanya kejelasan peran dan tanggung jawab di bawah entitas hukum yang terpisah dan memungkinkan PT Semen Indonesia beroperasi sebagai Holding Company "Murni" untuk mengelola semua anak perusahaan, dan dalam jangka pendek menghasilkan potensi pemanfaatan sinergi yang lebih tinggi serta peningkatan hubungan yang lebih baik seiring kerja sama antara Anak Perusahaan. 7 Meskipun kedua Anak Perusahaan PT Semen Indonesia tersebut adalah bekas perusahaan BUMN serta Anak Perusahaan lain yang pada awal pendiriannya murni bukan perusahaan BUMN, tetapi pada kenyataannya sekarang ini tetap menjadi campur tangan Kementerian BUMN dalam hal 7 PT Semen Indonesia, Together We Build a Better Future, situs diakses pada tanggal 12 Desember 2013
7 7 pengangkatan direksi dan komisaris, hal ini telah diatur pada Peraturan Menteri BUMN Nomor PER- 03 /MBU/2012 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara. Peraturan ini menyiratkan bahwa timbulnya intervensi birokratis pemerintah dalam pengurusan pengangkatan anggota direksi dan anggota dewan komisaris Anak Perusahaan PT Semen Indonesia. Fenomena seperti ini berkenaan dengan kebijakan yang akan diemban pada Anak Perusahaan, apabila kebijakan tersebut muncul dari Kementerian BUMN melalui PT Semen Indonesia, Anak Perusahaannya lah yang memikul kebijakan tersebut sehingga peran negara dalam hubungan Induk dan Anak Perusahaan terlihat jelas. Melihat pada latar belakang di atas, maka hal ini lah yang menjadi daya tarik dalam penelitian Holding Company BUMN dan fokus utama pada penelitian ini adalah Kedudukan Hukum Holding BUMN melalui Strategic Holding pada PT Semen Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kedudukan hukum (legal standing) PT Semen Indonesia dalam Strategic Holding BUMN?
8 8 2. Apa Implikasi Hukum PT Semen Indonesia sebagai Induk Perusahaan baik secara struktur dan kebijakannya terhadap anak-anak perusahaannya? C. Tujuan Penelitian Tulisan ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui kedudukan hukum/legal standing PT Semen Indonesia dalam Strategic Holding BUMN. 2. Mengetahui implikasi hukum PT Semen Indonesia sebagai Induk Perusahaan baik secara struktur dan kebijakannya terhadap anak-anak perusahaannya. D. Manfaat Penelitian Dari penulisan Tesis ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum pada umumnya dan hukum perusahaan serta Holding Company BUMN pada khususnya. 2. Secara Praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran akan Holding Company dan penerapan/pelaksanaanya bagi para pihak yang terkait dalam rangka Holding Company BUMN pada bidang sektor usaha semen. E. Keaslian Penelitian
9 9 Penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Perpustakaan Pusat Sejauh ini belum menjumpai permasalahan secara spesifik membahas tentang Kedudukan Holding BUMN di sektor usaha Semen setelah PT Semen Gresik Tbk berubah nama menjadi PT Semen Indonesia Tbk. Sebagaimana yang akan diteliti oleh penulis, topik dan penelitian ini adalah karya tulis penulis.
BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat belas perusahaan milik negara yang bergerak di bidang perkebunan. BUMN sendiri secara umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnisnya adalah melakukan restrukturisasi. Alasan utama restrukturisasi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghadapi era pasar bebas yang semakin ketat persaingan bisnisnya, hal tersebut yang memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Mengadakan penilaian atau analisis terhadap laporan keuangan perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat mengetahui perkembangan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa pemerintahan Margareth Thatcher di tahun 1979, dan hingga saat ini privatisasi berkembang menjadi sebuah
Lebih terperinciStrategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang
Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang Oleh Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence Dalam dua tahun ini, kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan peningkatan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu bank dalam perekonomian modern merupakan kebutuhan yang sulit dihindari karena bank telah menyentuh pada seluruh aspek kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau biasa yang disebut dengan BUMN diharapkan untuk, (1) memberikan sumbangan
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Keberadaan badan usaha milik negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk itu, BUMN diharapkan
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam Efektivitas Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank SUMUT B. Latar Belakang Penelitian
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimaksudkan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimaksudkan untuk membantu Pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat merupakan salah satu karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas penggunaan modal baik jangka pendek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang telah go public pasti memiliki informasi yang dibutuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan yang telah go public pasti memiliki informasi yang dibutuhkan pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi tersebut mencakup laporan perkembangan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Rasio likuiditas pada penelitian ini diproksikan dengan variabl current ratio.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Tabel 4.1 PT XL AXIATA TBK DAN ENTITAS ANAK. Rasio Profitabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas.
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dari BAB III mengenai perhitungan dan analisis rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas PT XL AXIATA Tbk 2013 dan 2014, maka dibuatlah kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecepatan dalam memasarkan produk, menambah kompetensi yang. berlebihan (Hitt, Ireland dan Hoskisson, 1997).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perusahaan melakukan proses merger dan akuisisi untuk mendapatkan sinergi, nilai tambah, dan keefektifan (Foster, 1994). Salah satu nilai tambah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-lembaga keuangan tersebut yang nampaknya paling besar
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu penggerak utama perekonomian nasional disamping perusahaan swasta dan koperasi. Dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapakan perusahaan dapat melanjutkan
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian setiap Negara saling berhubungan dan memiliki tingkat ketergantungan yang mutualis. Artinya kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia sejak tahun 1997 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari 56 emiten pada tahun 1989 menjadi 288 emiten pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Bank Dunia menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena tidak memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor yang paling
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti menginginkan mempunyai banyak investor dan kreditor. Banyaknya investor dan kreditor dapat memudahkan perusahaan dalam mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik di pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dalam bentuk saham merupakan salah satu bidang investasi yang banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik di pasar modal Indonesia. Investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan menurut Brigham dan Houston (2009) adalah untuk memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemilik perusahaan (stakeholder).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), dan koperasi. Agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam suatu perekonomian Indonesia di kenal tiga kelompok badan usaha yaitu perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), dan koperasi. Agar kinerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan pada
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan pada bab bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis Common size statement Hasil analisis Common
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN
Lampiran II-1 Pengumuman Nomor : PENG-01/Pansel.MBU/03/2016 Tanggal : 07 Maret 2016 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN 1. Nama Jabatan Kepala Biro Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan. Perusahaan dalam melakukan kegiatan investasi baik dalam bentuk investasi modal kerja atau aktiva tetap jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi paling
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi paling menarik di dunia, karena capaian ekonominya dengan tingkat GDP (PPP) sebesar satu triliun
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan perbankan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan perbankan sebelum dan sesudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompas.com harga saham Garuda pada saat Initial Public Offering (IPO), hargas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perusahaan penerbangan banyak diminati oleh banyak orang untuk berpergian karena pelayanan yang diberikan dan waktu yang relatif singkat dalam melakukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan tertentu. Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan, antara lain, (1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara efektif dan efisien. Terlebih lagi dalam situasi globalisasi seperti masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan ataupun organisasi pasti menginginkan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien. Terlebih lagi dalam situasi globalisasi seperti masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini, persaingan antar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini, persaingan antar perusahaan tidak hanya terjadi pada perusahaan sejenis di dalam negeri, tetapi juga pada perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewan direksi. Kepemilikan manajerial harus diikutsertakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profitabilitas cukup berpengaruh terhadap tingkat utang perusahaan. Perusahaan yang sebagian besar dananya berasal dari utang, maka laba akan dibagi antara pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Bank yang pada awal kemunculannya di Indonesia sejak penjajahan Belanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak perusahaan manufaktur yang berkembang di Indonesia, terutama perusahaan disektor barang konsumsi (Consumer Goods Industry) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaanperusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai masyarakat ekonomi, akhir-akhir ini kita mengetahui terdapat banyak perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di mana hal ini menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat berjalannya sistem perekonomian. Dalam beberapa tahun terakhir ini,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha merupakan salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan dengan usaha kecil menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Laporan Keuangan Bank CIMB Niaga Tahun 2006, 2007 Dan 2008... 83 Lampiran II : Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian Bank CIMB Niaga Tahun 2006, 2007 dan 2008... 93 Lampiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan di era globalisasi yang dinamis saat ini dituntut untuk lebih kreatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan di era globalisasi yang dinamis saat ini dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan bisnisnya seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYERTAAN DAN PENATAUSAHAAN MODAL NEGARA PADA BADAN USAHA
Lebih terperinciLihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini persaingan bisnis menjadi semakin kompetitif. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk tetap bertahan dan bahkan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Seiring pesatnya perkembangan dunia usaha dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern seperti saat ini banyak masyarakat indonesia yang ingin berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh, mahasiswa, bahkan pelajar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk dapat menjalankan usahanya secara maksimal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan, baik perusahaan yang berskala besar maupun perusahaan yang berskala kecil. Perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu menghadapi masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses pencapaian tujuan
Lebih terperinciBisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 RASIO PROFITABILITAS DAN AKTIVITAS PADA SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
RASIO PROFITABILITAS DAN AKTIVITAS PADA SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Lung Noverian Email: lung.noverian@yahoo.co.id Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang sangat ketat antarperusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang cukup signifikan, seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan ilmu teknologi komputer dan telekomunikasi, serta fragmentasi
Lebih terperinci30 Juni 31 Desember
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara yang seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayan negara
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana
EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana Sebagaimana Tujuan didirikan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ada Beberapa hal yaitu : a.
Lebih terperinciAnalisis Laporan Keuangan Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan. Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun
Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun 2002 2004 Abstrak Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak dari krisis ekonomi berupa memburuknya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dan Houston (1999:35) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi yang harus dihadapi perusahaan serta semakin cepatnya perkembangan teknologi, membuat persoalan persoalan manajemen semakin kompleks. Demikian
Lebih terperinciBadan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan Kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
Lebih terperinciNo Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6006 KEUANGAN. Modal Negara. BUMN. PT. Penatausahaan. Penyertaan. Tata Cara. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 325) PENJELASAN
Lebih terperinciPAPARAN PUBLIK PT INTI AGRI RESOURCES Tbk Dalam Rangka Ulang Tahun Pencatatan (Tahunan) Jakarta, 5 Juni 2018
PAPARAN PUBLIK PT INTI AGRI RESOURCES Tbk Dalam Rangka Ulang Tahun Pencatatan (Tahunan) Jakarta, 5 Juni 2018 1 Topik Bahasan Riwayat Singkat Susunan Pengurus Struktur Anak Perusahaan Aktifitas Usaha Perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan usaha yang semakin keras menuntut. perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaannya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi suatu
Lebih terperinciPT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen
Lebih terperinciYth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.
Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan ekonomi dan bisnis yang berkembang pesat seperti saat ini, perusahaan tidak hanya beroperasi untuk menghasilkan laba yang sebesarbesarnya tetapi perusahaan
Lebih terperinciANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE 2012-2014 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN 2008-2012 NAMA : DEWI KUSUMASTUTI KELAS : 3EB15 NPM : 21210905 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI Latar Belakang Masalah Analisis laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin canggih menjadikan perusahaan berusaha akan tetap eksis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi seiring dengan berkembangnya dunia teknologi dan komunikasi semakin canggih menjadikan perusahaan berusaha akan tetap eksis dan mengalami pertumbuhan dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan persaingan global saat ini banyak terjadi pada. perusahaan-perusahaan di negara berkembang. Salah satunya Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan persaingan global saat ini banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan di negara berkembang. Salah satunya Indonesia, dituntut untuk menunjukkan performa
Lebih terperinciANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK Nama : Bella Gusita Aritonang NPM : 21213693 Kelas : 3EB03 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dini Yartiwulandari,
Lebih terperinciPT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga
PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga 174,309,061,823 pihak relasi piutang lain - lain pihak hubungan istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam perusahaan. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil, akan mempunyai perhatian besar di bidang keuangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk bisa bersaing dan meningkatkan efisiensinya agar bisa tetap bertahan. Perusahaan yang berada
Lebih terperinciJURNAL ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGEVALUASI TINGKAT KESEHATAN DAN PERKEMBANGAN USAHA PADA PERUM PEGADAIAN CABANG KEDIRI (TAHUN )
JURNAL ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGEVALUASI TINGKAT KESEHATAN DAN PERKEMBANGAN USAHA PADA PERUM PEGADAIAN CABANG KEDIRI (TAHUN 2011 2015) Oleh : SHINTA MEINA TASARI NPM: 12.1.02.01.0007 Dibimbing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap akhir tahun, perusahaan membuat laporan keuangan yang digunakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap akhir tahun, perusahaan membuat laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan selama periode berjalan. Laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh setiap manajemen perusahaan. Dengan mengetahui. dimasa depan. Disebutkan bahwa terdapat tiga area penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performa atau kinerja suatu perusahaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap manajemen perusahaan. Dengan mengetahui perkembangan kinerja perusahaan,
Lebih terperinciMENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA
SALINAN KEPUTUSAN MOR : SK -166/NIBU/2012 TENTANG PEMBERIAN KUASA ATAS SEBAGIAN KEWENANGAN BUMN SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH SELAKU PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL PADA BUMN PEJABAT ESELON I KEMENTERIAN BUMN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang, atau dengan kata lain tempat bertemunya calon pemodal (investor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai sekarang belum bisa terselesaikan. Hal ini membuat banyak perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian negara Indonesia saat ini dalam keadaan yang kurang menguntungkan, dimana terjadinya krisis moneter yang berkepanjangan yang sampai sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan umum, restoran dan usaha jasa lain-lain. Bisnis ritel yang modern
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didirikan pada tahun 1986, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) telah mengoperasikan secara sukses sejumlah entitas anak di bidang ritel, investasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi komputer dan komunikasi yang semakin canggih telah menciptakan persaingan yang ketat antar perusahaan
Lebih terperinciRESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK
BAB XII RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK Oleh Dewi Triwahyuni KONSEP & LATAR BELAKANG BUMN DEFINSI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Badan usaha yang
Lebih terperinciPENJELASAN BAHAN MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN (RUPS TAHUNAN) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 31 Maret 2017
PENJELASAN BAHAN MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN (RUPS TAHUNAN) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 31 Maret 2017 1 MATA ACARA KE-1 Persetujuan atas Laporan Tahunan mengenai keadaan dan jalannya
Lebih terperinci