Yth 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Yth 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah"

Transkripsi

1 Yth 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional memiliki Unit Usaha Syariah RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.03/2014 TENTANG KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor../POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor.., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor..), perlu diatur ketentuan pelaksanaan mengenai penilaian kualitas aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut: I. UMUM A. Dengan meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko serta dalam rangka mengantisipasi dampak pengaruh perekonomian secara umum, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah selanjutnya disebut Bank, perlu meningkatkan kemampuan dan efektivitas khususnya dalam mengelola risiko kredit dan meminimalkan potensi kerugian dari penyediaan dana. B. Pengembangan industri perbankan syariah perlu didukung antara lain dengan perangkat penilaian kualitas aset lebih menggambarkan karakteristik akad dan usaha dibiayai serta produk ditawarkan Bank. C. Dalam rangka mengelola risiko kredit, Bank menetapkan kualitas aset dalam bentuk Pembiayaan berasal dari hasil penilaian atas faktor berpengaruh terhadap kondisi dan kinerja

2 terdiri dari prospek usaha, kinerja (performance), dan kemampuan membayar. D. Selanjutnya, untuk meminimalkan potensi kerugian dari penyediaan dana, Bank dapat melakukan Restrukturisasi Pembiayaan terhadap masih memiliki prospek usaha dan kemampuan membayar dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, prinsip syariah, dan standar akuntansi keuangan berlaku. E. Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian, perbaikan kualitas atas direstrukturisasi baru dilakukan setelah memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau margin/bagi hasil/ujrah dalam jangka waktu tertentu. F. Bank harus menyajikan laporan keuangan akurat dan komprehensif mencerminkan kinerja Bank secara utuh sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan berlaku bagi Bank, khususnya dalam pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. Selain memenuhi Standar Akuntasi Keuangan, Bank tetap harus menghitung Penyisihan Penghapusan Aset akan mempengaruhi perhitungan rasio permodalan Bank. II. KUALITAS PEMBIAYAAN A. Kualitas Pembiayaan ditetapkan berdasarkan analisis terhadap 3 (tiga) faktor penilaian yaitu prospek usaha, kinerja (performance), dan kemampuan membayar. B. Penetapan kualitas Pembiayaan dilakukan dengan mempertimbangkan signifikansi dan materialitas dari ketiga faktor penilaian dan masing-masing komponennya, serta relevansinya terhadap karakteristik bersangkutan. Kriteria masing-masing komponen dalam penetapan kualitas Pembiayaan adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. C. Kualitas Pembiayaan ditetapkan dalam 5 (lima) kategori penilaian, yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

3 D. Salah satu komponen dalam faktor penilaian prospek usaha sebagaimana dimaksud dalam huruf A adalah upaya dilakukan berskala besar dan/atau berisiko tinggi dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup, dibuktikan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan. Hasil AMDAL diperlukan oleh Bank untuk memastikan bahwa proyek dibiayai telah menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam rangka penyaluran dana, Bank harus memperhatikan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan wajib dilengkapi dengan AMDAL sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Memiliki AMDAL. Sementara dalam melakukan penilaian kualitas Pembiayaan, khususnya prospek usaha, Bank harus tetap memperhatikan hasil penilaian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. III. KUALITAS SURAT BERHARGA SYARIAH Surat berharga syariah dapat digolongkan menjadi surat berharga syariah diakui berdasarkan nilai pasar yaitu berupa surat berharga syariah tersedia untuk dijual (available for sale) dan/atau untuk diperdagangkan (trading), dan surat berharga syariah diakui berdasarkan harga perolehan yaitu untuk surat berharga syariah dimiliki hingga jatuh tempo (hold to maturity). Khusus untuk surat berharga syariah dalam bentuk sukuk, klasifikasi digolongkan menjadi surat berharga syariah diakui berdasarkan nilai pasar (trading) dan surat berharga syariah diakui berdasarkan harga perolehan (hold to maturity). Selain itu, dalam rangka mengakomodasi karakteristik tertentu dari surat berharga syariah tersedia di pasar dapat dimiliki oleh Bank, terdapat

4 juga surat berharga syariah dihubungkan atau dijamin dengan aset tertentu mendasari dan surat berharga syariah diterbitkan dan/atau diendos oleh bank lain. Untuk surat berharga syariah berdasarkan karakteristiknya tidak aktif diperdagangkan di bursa efek dan tidak memiliki peringkat, penilaian kualitas didasarkan atas ketentuan kualitas Penempatan apabila pihak melunasi adalah Bank lain di Indonesia, atau didasarkan atas ketentuan kualitas Pembiayaan apabila pihak melunasi adalah bukan Bank di Indonesia. Dalam hal surat berharga syariah memiliki lebih dari satu peringkat diperoleh dari lembaga pemeringkat berbeda maka digunakan adalah sebagai berikut: 1. memiliki 2 (dua) peringkat berbeda maka Bank wajib menggunakan peringkat terendah, 2. memiliki 3 (tiga) peringkat atau lebih berbeda maka Bank wajib menggunakan peringkat tertinggi kedua. Contoh: surat berharga syariah memiliki peringkat AA, A+, BBB+, maka dalam menilai kualitas surat berharga syariah tersebut, peringkat digunakan adalah peringkat tertinggi kedua yaitu A+. Peringkat investasi dalam penetapan kualitas surat berharga syariah mengacu kepada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengatur mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan. IV. TRANSAKSI REKENING ADMINISTRATIF Penetapan kualitas Aset Produktif dalam bentuk Transaksi Rekening Administratif (TRA) tidak berlaku untuk kewajiban komitmen dan kontinjensi dapat dibatalkan sewaktu-waktu tanpa syarat oleh Bank atau dibatalkan secara otomatis oleh Bank apabila kondisi menurun menjadi Kurang Lancar, Diragukan, atau Macet. Terhadap TRA perlu dihitung cadangan umum dan cadangan khusus. Namun untuk TRA dalam rangka perhitungan cadangan umum, fasilitas Pembiayaan belum ditarik tidak perlu dihitung. Untuk TRA dalam rangka perhitungan cadangan khusus

5 diperhitungkan hanya TRA berasal dari perjanjian bersifat committed. V. AGUNAN TUNAI Prime bank penerbit stanby letter of cedit (SBLC) diakui sebagai agunan tunai wajib memenuhi persyaratan memiliki peringkat investasi atas penilaian terhadap prospek usaha jangka panjang (long term outlook) Bank diberikan oleh lembaga pemeringkat, paling kurang: 1. AA- berdasarkan penilaian Standard & Poors; 2. Aa3 berdasarkan penilaian Moody s; 3. AA- berdasarkan penilaian Fitch; atau 4. Peringkat setara dengan angka 1, angka 2, dan/atau angka 3, berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat terkemuka lain ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal prime bank penerbit SBLC memiliki lebih dari satu peringkat diperoleh dari lembaga pemeringkat berbeda maka digunakan adalah peringkat terendah. VI. PENYEDIAAN DANA DI DAERAH TERTENTU A. Untuk meningkatkan fungsi intermediasi dan mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tertentu menurut penilaian Otoritas Jasa Keuangan memerlukan penanganan khusus, Bank diberikan perlakuan khusus selama jangka waktu tertentu dalam melakukan penilaian kualitas penyediaan dana kepada dengan lokasi kegiatan usaha berada di daerah tertentu dimaksud. Perlakuan khusus tersebut diberikan dalam melakukan penilaian kualitas, yaitu hanya didasarkan atas faktor ketepatan pembayaran pokok dan/atau margin/bagi hasil/ujrah. B. Penyediaan dana diberikan perlakuan khusus tersebut adalah Pembiayaan dan penyediaan dana lain (berupa penerbitan jaminan atau pembukaan letter of credit) sampai dengan jumlah Rp ,00 (lima milyar rupiah) untuk investasi dan/atau modal kerja.

6 C. Penetapan daerah tertentu dan jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam huruf A, ditetapkan dalam Surat Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. VII. PROPERTI TERBENGKALAI Properti terbengkalai (abandoned property) adalah aset tetap dalam bentuk properti dimiliki Bank tetapi tidak digunakan untuk kegiatan usaha Bank lazim. Termasuk dalam kegiatan usaha Bank lazim adalah properti digunakan sebagai penunjang kegiatan usaha Bank dan dimiliki dalam jumlah wajar, seperti rumah dinas, properti digunakan untuk sarana pendidikan, dan properti lain telah ditetapkan untuk digunakan dalam kegiatan usaha dalam waktu dekat. VIII. PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET DAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI Sejak berlakunya Standar Akuntansi Keuangan mengatur mengenai pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam rangka pencadangan kerugian aset, Bank diwajibkan membentuk CKPN sebagai pengganti Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) dalam laporan keuangan Bank. Dalam rangka memenuhi prinsip kehati-hatian perbankan, Otoritas Jasa Keuangan tetap mewajibkan Bank untuk menghitung PPA. Meskipun hasil perhitungan PPA tersebut tidak dicatat dalam laporan keuangan Bank, namun hasil perhitungan PPA tersebut akan mempengaruhi perhitungan modal dalam pemenuhan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dengan cara sebagai berikut: 1. PPA atas Aset Produktif a. Dalam hal hasil perhitungan PPA wajib bentuk atas Aset Produktif lebih besar dari CKPN telah dibentuk, maka Bank wajib memperhitungkan selisih perhitungan PPA dengan CKPN sebagai pengurang modal dalam perhitungan rasio KPMM.

7 b. Dalam hal hasil perhitungan PPA wajib bentuk terhadap Aset Produktif sama dengan atau lebih kecil dari CKPN telah dibentuk, maka Bank tidak perlu memperhitungkan selisih lebih PPA dalam perhitungan rasio KPMM. 2. PPA atas Aset Non Produktif Untuk Aset Non Produktif, Bank wajib memperhitungkan seluruh hasil perhitungan PPA sebagai pengurang dalam perhitungan rasio KPMM. IX. RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN Dalam rangka meminimalkan potensi kerugian akibat bermasalah, Bank dapat melakukan Restrukturisasi Pembiayaan atas mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau margin/bagi hasil/ujrah sepanjang bersangkutan masih memiliki prospek usaha baik dan dinilai mampu memenuhi kewajiban setelah Pembiayaan direstrukturisasi. Restrukturisasi Pembiayaan dimaksud dilaksanakan sesuai dengan prinsip kehatihatian, prinsip syariah, dan Standar Akuntansi Keuangan berlaku. Dalam rangka menerapkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah, Bank harus memiliki pedoman Restrukturisasi Pembiayaan memuat prosedur dan tata cara dalam melaksanakan Restrukturisasi Pembiayaan paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Analisis dan Dokumentasi Dalam melakukan analisis terhadap Pembiayaan akan direstrukturisasi, Bank paling kurang memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Evaluasi terhadap permasalahan, meliputi: 1) evaluasi terhadap penyebab terjadinya tunggakan pokok dan/atau margin/bagi hasil/ujrah didasarkan atas laporan keuangan, arus kas (cash flow), proyeksi keuangan, kondisi pasar, dan faktor lain berkaitan dengan usaha ;

8 2) perkiraan pengembalian seluruh pokok dan/atau margin/bagi hasil/ujrah berdasarkan perjanjian Pembiayaan sebelum dan setelah Restrukturisasi Pembiayaan. Perkiraan tersebut hendaknya didasarkan pada rasio keuangan, termasuk proyeksi rasio keuangan, mencerminkan kondisi keuangan dan kemampuan untuk membayar kembali Pembiayaan diterima; dan 3) evaluasi terhadap kinerja manajemen untuk menentukan diperlukannya restrukturisasi organisasi perusahaan, antara lain dapat dilakukan dengan cara penggantian pemegang saham, direksi, dan perubahan manajerial lainnya. Apabila diperlukan, Bank dapat menggunakan bantuan tenaga ahli eksternal untuk melakukan restrukturisasi organisasi tersebut. b) Pendekatan dan asumsi digunakan dalam perhitungan proyeksi arus kas (projected cash flows) dan nilai tunai (present value) dari angsuran pokok dan/atau margin/ujrah akan diterima. c) Analisis, kesimpulan, dan rekomendasi dalam melakukan penyesuaian persyaratan Pembiayaan seperti perubahan jangka waktu, dan/atau penambahan fasilitas. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan siklus usaha dan kemampuan membayar sehingga dapat memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau margin/bagi hasil/ujrah hingga jatuh tempo. d) Apabila Restrukturisasi Pembiayaan dilakukan dengan cara pemberian tambahan Pembiayaan, tujuan dan penggunaan tambahan Pembiayaan tersebut harus jelas. Tambahan Pembiayaan tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok dan/atau margin/bagi hasil/ujrah. Dalam hal Restrukturisasi Pembiayaan mengakibatkan kewajiban menjadi lebih besar, maka Bank dapat mensyaratkan adanya agunan baru.

9 e) Penyesuaian atas jadwal pembayaran kembali telah mencerminkan kemampuan membayar. f) Rincian terkait dengan transparansi persyaratan Pembiayaan termasuk kesepakatan keuangan dalam perjanjian Pembiayaan, seperti rencana rekapitalisasi perusahaan atau adanya klausul bahwa Bank dapat mengubah margin/bagi hasil/ujrah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sejalan dengan kemampuan membayar. g) Persyaratan bahwa perjanjian Pembiayaan dan dokumen lainnya berkaitan dengan pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan harus mempunyai kekuatan hukum. h) Kelengkapan dokumen diperlukan dalam rangka pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan. 2. Prosedur Pemantauan Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk memantau Pembiayaan telah direstrukturisasi guna memastikan kesanggupan untuk melakukan pembayaran sesuai persyaratan dalam perjanjian Pembiayaan baru. Beberapa langkah harus dilakukan Bank dalam rangka pemantauan pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan antara lain: 1) meminta untuk menyampaikan laporan keuangan dilengkapi dengan rasio keuangan pokok, perkembangan usaha, pelaksanaan rencana tindak (action plan), diperlukan Bank dalam rangka memantau kondisi usaha dan keuangan secara terus menerus. Nasabah juga melaporkan dampak dari berbagai tindakan ditempuh sebagai bagian dari Restrukturisasi Pembiayaan, seperti rekapitalisasi perusahaan dan kebijakan untuk tidak membagikan dividen; 2) mengevaluasi Pembiayaan telah direstrukturisasi setiap triwulan, termasuk apabila terdapat perbedaan signifikan antara proyeksi dan realisasi, antara lain dari angsuran pokok dan margin/bagi hasil/ujrah, arus kas, dan/atau nilai taksasi agunan; dan

10 3) menyusun langkah akan diambil jika ternyata kembali mengalami kesulitan membayar setelah Restrukturisasi Pembiayaan. 3. Penetapan kualitas Pembiayaan direstrukturisasi adalah sebagai berikut: 1) paling tinggi sama dengan kualitas Pembiayaan sebelum dilakukan Restrukturisasi Pembiayaan, sepanjang debitur belum memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga secara berturut-turut selama 3 (tiga) kali periode sesuai waktu diperjanjikan; 2) dapat meningkat paling tinggi 1 (satu) tingkat dari kualitas Pembiayaan sebelum dilakukan Restrukturisasi Pembiayaan, apabila telah memenuhi kewajiban pembayaran sebagaimana dimaksud dalam angka 1); dan 3) kualitas Pembiayaan ditetapkan berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar: a) setelah penetapan kualitas Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2); atau b) dalam hal tidak memenuhi syarat-syarat dan/atau kewajiban pembayaran dalam perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan, baik selama maupun setelah 3 (tiga) kali periode kewajiban pembayaran sesuai waktu diperjanjikan. Contoh 1: Pada bulan Januari 2015, Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan terhadap fasilitas Pembiayaan Murabahah A dengan kualitas Pembiayaan digolongkan Macet. Dalam perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan dinyatakan bahwa A harus membayar angsuran pokok dan/atau margin secara bulanan mulai tanggal 15 Februari Selanjutnya debitur A dalam 3 (tiga) kali periode pembayaran berturut-turut (15 Februari 2015, 15 Maret 2015, dan 15 April 2015) dapat memenuhi kewajiban pembayaran sesuai waktu perjanjian Restrukturisasi Pembiayan. Tabel 1

11 Periode Pemenuhan Perjanjian Kualitas Pembiayaanpada akhir bulan penilaian Pembayaran Persyaratan lain Februari 2015 memenuhi memenuhi Macet Maret 2015 memenuhi memenuhi Macet April 2015 memenuhi memenuhi Dapat naik satu tingkat paling tinggi menjadi Diragukan Mei 2015 memenuhi memenuhi Berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar Contoh 2: Pada bulan Januari 2015, Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan Murabahah terhadap fasilitas Pembiayaan B dengan kualitas Pembiayaan digolongkan Diragukan. Dalam perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan dinyatakan bahwa B harus membayar angsuran pokok dan/atau margin secara bulanan mulai tanggal 15 Februari Selanjutnya pada periode pembayaran ketiga (15 April 2015), B tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran pada waktunya. Dengan demikian kualitas Pembiayaan B sejak bulan Februari 2015 ditetapkan sebagai berikut: Tabel 2 Periode Pemenuhan Perjanjian Kualitas Pembiayaan pada Pembayaran Persyaratan lain akhir bulan penilaian Februari 2015 memenuhi memenuhi Diragukan Maret 2015 memenuhi memenuhi Diragukan April 2015 tidak memenuhi Berdasarkan faktor memenuhi penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar, paling tinggi Diragukan Mei 2015 memenuhi memenuhi paling tinggi Diragukan (sama dengan kualitas Pembiayaan sebelum restrukturisasi) Juni 2015 memenuhi Memenuhi paling tinggi Diragukan (sama dengan kualitas Pembiayaan sebelum restrukturisasi) Juli 2015 memenuhi Memenuhi Dapat naik satu tingkat paling tinggi menjadi Kurang Lancar Agustus 2015 dan seterus nya Berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar

12 Contoh 3: Pada bulan Januari 2015, Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan terhadap fasilitas Pembiayaan Murabahah C dengan kualitas Pembiayaan digolongkan Kurang Lancar. Dalam perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan dinyatakan bahwa C harus membayar angsuran pokok dan/atau margin secara bulanan mulai tanggal 15 Februari 2015, selain itu juga diminta mengganti salah satu pengurus selambat-lambatnya 31 Januari Nasabah C selalu dapat memenuhi kewajiban pembayaran pada waktunya. Namun penggantian pengurus dimaksud baru dilakukan pada bulan April 2015, sehingga sebelum penggantian pengurus tersebut, C dianggap tidak memenuhi persyaratan telah diperjanjikan. Dengan demikian kualitas Pembiayaan C sejak bulan Februari 2015 ditetapkan sebagai berikut: Tabel 3 Periode Pemenuhan Perjanjian Kualitas Pembiayaan pada akhir bulan penilaian Pembayaran Persyaratan lain Februari 2015 memenuhi tidak Berdasarkan faktor memenuhi penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar, paling tinggi Kurang Lancar Maret 2015 memenuhi tidak Berdasarkan faktor memenuhi penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar, paling tinggi Kurang Lancar April 2015 memenuhi memenuhi Dapat naik satu tingkat paling tinggi menjadi Dalam Perhatian Khusus Mei 2015 dan seterusnya memenuhi memenuhi Berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar 4. Pemberian Tenggang Waktu Pembayaran (grace period) Dalam melakukan restrukturisasi Pembiayaan, Bank dapat memberikan fasilitas kemudahan berupa pemberian tenggang waktu pembayaran (grace period). Pembiayaan

13 direstrukturisasi dengan pemberian tenggang waktu pembayaran (grace period) pokok dan margin/angsuran hanya berlaku untuk: 1) berdasarkan akad Murabahah, Istishna, dan Ijarah; dan 2) jenis penggunaan untuk modal kerja dan investasi. Kualitas Pembiayaan setelah direstrukturisasi dengan pemberian tenggang waktu pembayaran diatur secara berbeda, yaitu selama tenggang waktu pembayaran kualitasnya ditetapkan sama dengan kualitas Pembiayaan sebelum dilakukan restrukturisasi. Pada umumnya, tenggang waktu pembayaran dapat diberikan Bank kepada, dalam bentuk penundaan pembayaran pokok Pembiayaan, margin/ujrah, atau kombinasi dari keduanya. Contoh 1: Restrukturisasi Pembiayaan dilakukan terhadap fasilitas Pembiayaan Murabahah untuk modal kerja D dengan kualitas Pembiayaan digolongkan Kurang Lancar. Terhadap D, Bank memberikan tenggang waktu pembayaran pokok selama 3 (tiga) bulan, sedangkan pembayaran margin dilakukan setiap bulan. Selama periode tenggang waktu pembayaran (3 bulan) kualitas ditetapkan mengikuti kualitas sebelum dilakukan restrukturisasi, yaitu Kurang Lancar. Setelah berakhirnya masa tenggang waktu pembayaran (grace period), D dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, kualitas Pembiayaan D ditetapkan sebagai berikut: Tabel 4 Periode Pemenuhan Perjanjian Kualitas Pembiayaan pada akhir bulan Pokok Margin penilaian 1 - memenuhi Kurang Lancar 2 - memenuhi Kurang Lancar 3 - memenuhi Kurang Lancar 4 memenuhi memenuhi Kurang Lancar 5 memenuhi memenuhi Kurang Lancar 6 memenuhi memenuhi Dapat naik satu tingkat paling tinggi menjadi Dalam Perhatian Khusus 7 memenuhi memenuhi Berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar

14 Contoh 2: Restrukturisasi Pembiayaan dilakukan terhadap fasilitas Pembiayaan Murabahah E dengan kualitas Pembiayaan digolongkan Diragukan. Terhadap E, Bank memberikan tenggang waktu pembayaran pokok dan margin selama 6 (enam) bulan. Selama periode tenggang waktu pembayaran (6 bulan) kualitas E ditetapkan mengikuti kualitas sebelum dilakukan restrukturisasi, yaitu Diragukan. Setelah berakhirnya masa tenggang waktu pembayaran (grace period), E dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian Restrukturisasi Pembiayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, kualitas Pembiayaan E ditetapkan sebagai berikut: Tabel 5 Periode Pemenuhan Perjanjian Kualitas Pembiayaan pada Pokok Margin akhir bulan penilaian Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan Diragukan 7 memenuhi memenuhi Diragukan 8 memenuhi memenuhi Diragukan 9 memenuhi memenuhi Dapat naik satu tingkat paling tinggi menjadi Kurang Lancar 10 dan memenuhi memenuhi Berdasarkan faktor penilaian seterusnya prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar 5. Penerapan Prinsip Syariah dalam Restrukturisasi Pembiayaan 1) Bank dapat mengenakan ganti rugi (ta widh) kepada lalai atau melanggar perjanjian sehingga menimbulkan kerugian pada Bank. 2) Ganti rugi ditetapkan sebesar biaya riil dikeluarkan Bank dalam rangka penagihan hak seharusnya dibayarkan oleh dan bukan potensi kerugian diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang hilang (opportunity loss/al-furshah al-dha-i ah).

15 3) Penetapan ganti rugi dan cara perhitungan harus dituangkan dalam addendum akad Pembiayaan. 4) Restrukturisasi Pembiayaan dilakukan dengan mengacu kepada fatwa berlaku dan melalui konversi akad maka harus dibuat akad Pembiayaan baru. Semua jenis Pembiayaan dapat dilakukan restrukturisasi sepanjang memenuhi persyaratan restrukturisasi Pembiayaan yaitu: a. mengalami penurunan kemampuan membayar; dan b. memiliki prospek usaha baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi. Selain memenuhi persyaratan pada huruf a dan huruf b tersebut diatas, Bank juga wajib memenuhi prinsip syariah dengan mengacu pada fatwa serta ketentuan berlaku. Tata cara restrukturisasi dilakukan dengan mengacu pada Lampiran II Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. X. PENUTUP Dengan diberlakukannya Surat Edaran Otoritas Jasa keuangan ini maka: a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/DPbS tanggal 13 April 2011 perihal Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah; b. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah; dan c. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 perihal Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, dinyatakan tidak berlaku untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. XI. LAIN-LAIN

16 Lampiran I dan Lampiran II merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. XII. PENUTUP Ketentuan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa keuangan ini mulai berlaku pada tanggal Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS PERBANKAN, NELSON TAMPUBOLON BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

17 LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.03/2014 TENTANG KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

18 1. PENGGOLONGAN KUALITAS PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH FAKTOR A. PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Potensi pertumbuhan kegiatan usaha baik Beroperasi kapasitas optimum. Potensi pertumbuhan kegiatan usaha terbatas Potensi pertumbuhan kegiatan usaha sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan Kegiatan usaha Kelangsungan menurun usaha sangat diragukan dan sulit untuk pulih kembali Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti Kondisi pasar dan Pasar stabil Posisi di pasar baik, Pasar dipengaruhi Pasar sangat Kehilangan pasar posisi dan tidak tidak banyak oleh perubahan dipengaruhi oleh sejalan dengan dalam persaingan dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh kondisi perubahan kondisi kondisi perubahan kondisi perubahan kondisi perekonomian perekonomian perekonomian perekonomian perekonomian menurun Persaingan Pangsa pasar Posisi di pasar Persaingan usaha Operasional tidak terbatas, termasuk sebanding dengan cukup baik tetapi sangat ketat dan kontinyu. posisi kuat pesaing banyak pesaing, operasional dalam pasar namun dapat pulih perusahaan kembali jika mengalami melaksanakan permasalahan strategi bisnis serius baru pada Beroperasi pada Tidak beroperasi Kapasitas kapasitas pada kapasitas hampir optimum. optimum. tidak pada level dapat mendukung operasional

19 FAKTOR Kualitas manajemen (independensi, pengalaman, serta kompetensi) dan permasalahan tenaga kerja Dukungan dari grup atau afiliasi Manajemen sangat baik Tenaga kerja memadai dan/atau belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan tenaga kerja, atau pernah mengalami perselisihan/ pemogokan namun terselesaikan dengan baik. ringan telah Manajemen baik Manajemen cukup baik Tenaga kerja pada Tenaga kerja umumnya memadai, berlebihan pernah mengalami dan/atau terdapat perselisihan/ perselisihan atau pemogokan tenaga kerja telah diselesaikan dengan baik namun masih ada kemungkinan untuk terulang kembali. Perusahaan grup Perusahaan grup atau afiliasi stabil atau afiliasi stabil dan mendukung dan tidak memiliki usaha dampak memberatkan Upaya pengelolaan lingkungan hidup baik dan mencapai hasil paling kurang sesuai dengan persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan Upaya pengelolaan lingkungan hidup kurang baik dan belum mencapai persyaratan minimum sebagaimana diatur pemogokan dampaknya cukup material terhadap kegiatan usaha Hubungan dengan perusahaan grup atau afiliasi mulai memberikan dampak memberatkan Upaya pengelolaan lingkungan hidup kurang baik dan belum mencapai persyaratan minimum sebagaimana diatur Upaya dilakukan dalam rangka memelihara lingkungan hidup (sesuai dengan peraturan perundang- dalam peraturan perundang- dalam peraturan perundang- Manajemen kurang baik Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan keresahan dan/atau terdapat perselisihan atau pemogokan dampaknya cukup material terhadap kegiatan usaha Perusahaan grup atau afiliasi telah memberikan dampak memberatkan Manajemen sangat buruk Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah besar sehingga menimbulkan keresahan dan terdapat perselisihan/pemog okan tenaga kerja dengan dampak material bagi kegiatan usaha. Perusahaan grup atau afiliasi sangat merugikan Perusahaan belum Perusahaan belum melakukan upaya melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup pengelolaan lingkungan hidup berarti atau berarti atau telah dilakukan telah dilakukan upaya pengelolaan upaya pengelolaan namun belum namun belum mencapai mencapai

20 FAKTOR undangan berlaku) B. KINERJA (PERFORMANCE) NASABAH Perolehan laba Perolehan laba sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan target laba dan stabil Struktur permodalan undangan berlaku Perolehan laba sesuai target laba namun memiliki potensi menurun undangan berlaku, dengan penyimpangan cukup material Perolehan laba lebih rendah dari target laba Permodalan kuat Permodalan cukup Rasio dengan jumlah baik dan pemilik terhadap utang lebih mempunyai cukup tinggi rendah dari modal kemampuan untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan Arus kas Likuiditas dan modal kerja kuat Perolehan laba sangat kecil atau negatif Kerugian operasional dibiayai dengan aset utang Rasio modal terhadap tinggi Likuiditas dan Likuiditas kurang Likuiditas modal kerja dan modal kerja rendah umumnya baik terbatas penjualan perundangundangan berlaku persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan berlaku, dengan penyimpangan material persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan berlaku, dan memiliki kemungkinan untuk dituntut di pengadilan Mengalami kerugian besar Nasabah tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan utang Rasio modal terhadap sangat tinggi utang modal sangat Kesulitan likuiditas

21 FAKTOR Sensitivitas terhadap pasar Analisis arus kas Analisis arus kas Analisis arus kas Analisis arus kas Analisis arus kas menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan bahwa bahwa meskipun bahwa ketidakmampuan bahwa dapat memenuhi mampu hanya mampu mengembalikan tidak mampu kewajiban memenuhi memberikan porsi angsuran menutup biaya pengembalian kewajiban bagi hasil dan/atau serta produksi serta pengembalian sebagian angsuran porsi bagi hasil porsi bagi hasil serta Pembiayaan baru Pembiayaan baru tanpa dukungan porsi bagi hasil digunakan untuk digunakan untuk sumber dana namun terdapat memenuhi menutup kerugian tambahan indikasi masalah kewajiban operasional tertentu jatuh tempo apabila tidak diatasi akan memengaruhi pembayaran di masa mendatang Jumlah portfolio Beberapa portfolio Kegiatan usaha Kegiatan usaha Kegiatan risiko sensitif sensitif terhadap terpengaruh oleh terancam karena terancam terhadap perubahan nilai perubahan nilai perubahan nilai perubahan nilai tukar valuta asing tukar valuta asing tukar valuta asing tukar valuta asing tetapi masih relatif sedikit atau terkendali telah dilakukan lindung nilai secara baik C. KEMAMPUAN MEMBAYAR Ketepatan pembayaran pokok dan bagi hasil usaha karena fluktuasi nilai tukar valuta asing

22 FAKTOR a. Terdapat pembayaran angsuran pokok Pembayaran Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan angsuran pokok pembayaran pembayaran pembayaran pembayaran tepat angsuran pokok angsuran pokok angsuran pokok angsuran pokok waktu atau sampai dengan 90 telah melampaui 90 telah melampaui telah melampaui belum (tiga puluh) hari (sembilan puluh) 120 (seratus dua 180 (seratus jatuh tempo; dan atau terdapat hari sampai dengan puluh) hari sampai delapan puluh) hari tunggakan 120 (seratus dua dengan 180 (seratus atau terdapat pelunasan pokok puluh) hari atau delapan puluh) hari tunggakan sampai dengan 30 terdapat tunggakan atau terdapat pelunasan pokok (tiga puluh) hari pelunasan pokok tunggakan melampaui 90 setelah jatuh melampaui 30 (tiga pelunasan pokok (sembilan puluh) tempo; dan/atau puluh) hari sampai melampaui 60 hari setelah jatuh dengan 60 (enam (enam puluh) hari tempo; dan/atau puluh) hari setelah sampai dengan 90 jatuh tempo; (sembilan puluh) dan/atau hari setelah jatuh tempo; dan/atau Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari atau sama dengan 80% (delapan puluh persen) Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80% (delapan puluh persen) selama 3 (tiga) periode pembayaran Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80% (delapan puluh persen) selama 6 (enam) periode pembayaran atau Rasio RBH terhadap PBH sama dengan atau lebih kecil dari 50% (lima puluh persen) selama 3 Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80% (delapan puluh persen) selama lebih dari 6 (enam) sampai dengan 9 (sembilan) periode pembayaran atau Rasio RBH terhadap PBH sama dengan atau lebih kecil dari Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80% (delapan puluh persen) selama lebih dari 9 (sembilan) periode pembayaran atau Rasio RBH terhadap PBH sama dengan atau lebih kecil dari 50% (lima puluh

23 FAKTOR b. Tidak terdapat pembayaran angsuran pokok (RBH 80% PBH) (50% < RBH/PBH < 80% sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran) Pembiayaan belum jatuh tempo; dan Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari atau sama dengan 80% (delapan puluh (tiga) periode pembayaran (50% < RBH/PBH < 80% lebih dari 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) periode pembayaran atau RBH/PBH 50% sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran) 50% (lima puluh persen) lebih dari 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) periode pembayaran) (50% < RBH/PBH < 80% lebih dari 6 (enam) sampai dengan 9 (sembilan) periode pembayaran atau RBH/PBH 50% lebih dari 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) periode pembayaran) persen) lebih dari 6 (enam) periode pembayaran) (50% < RBH/PBH < 80% lebih dari 9 (sembilan) periode pembayaran atau RBH/PBH 50 % selama lebih dari 6 (enam) periode pembayaran) Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan pelunasan pokok pelunasan pokok pelunasan pokok pelunasan pokok belum melampaui melampaui 30 (tiga melampaui 60 melampaui (tiga puluh) hari puluh) hari sampai (enam puluh) hari (sembilan puluh) setelah jatuh dengan 60 (enam sampai dengan 90 hari setelah jatuh tempo; dan/atau puluh) hari setelah (sembilan puluh) tempo; dan/atau jatuh tempo; hari setelah jatuh dan/atau tempo; dan/atau Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80% Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80% Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80% Rasio RBH terhadap PBH lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dan lebih kecil dari 80%

24 FAKTOR Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan persen) (RBH 80% PBH) Nasabah selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat (delapan puluh persen) selama 3 (tiga) periode pembayaran (50% < RBH/PBH < 80% sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran) Nasabah menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat (delapan puluh persen) selama 6 (enam) periode pembayaran atau Rasio RBH terhadap PBH sama dengan atau lebih kecil dari 50% (lima puluh persen) selama 3 (tiga) periode pembayaran (50% < RBH/PBH < 80% lebih dari 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) periode pembayaran atau RBH/PBH 50% sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran) Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur tetapi masih akurat (delapan puluh persen) selama lebih dari 6 (enam) sampai dengan 9 (sembilan) periode pembayaran atau Rasio RBH terhadap PBH sama dengan atau lebih kecil dari 50% (lima puluh persen) lebih dari 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) periode pembayaran) (50% < RBH/PBH < 80% lebih dari 6 (enam) sampai dengan 9 (sembilan) periode pembayaran atau RBH/PBH 50% lebih dari 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) periode pembayaran) Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan meragukan (delapan puluh persen) selama lebih dari 9 (sembilan) periode pembayaran atau Rasio RBH terhadap PBH sama dengan atau lebih kecil dari 50% (lima puluh persen) lebih dari 6 (enam) periode pembayaran) (50% < RBH/PBH < 80% lebih dari 9 (sembilan) periode pembayaran atau RBH/PBH 50 % selama lebih dari 6 (enam) periode pembayaran) Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya

25 FAKTOR Kelengkapan dokumen Kepatuhan terhadap perjanjian Kesesuaian penggunaan fasilitas Dokumentasi lengkap dan pengikatan agunan kuat Tidak terdapat pelanggaran perjanjian Dokumentasi lengkap dan pengikatan agunan kuat Pelanggaran perjanjian tidak prinsipiil Dokumentasi kurang Dokumentasi lengkap dan lengkap pengikatan agunan lemah Pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian cukup prinsipiil tidak dan pengikatan agunan lemah Pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian prinsipiil Dokumentasi dan/atau pengikatan agunan tidak ada Pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian sangat prinsipiil Penggunaan dana Penggunaan dana Penggunaan dana Penggunaan dana Sebagian besar sesuai dengan kurang sesuai kurang sesuai kurang sesuai penggunaan dana pengajuan dengan pengajuan dengan pengajuan dengan pengajuan tidak sesuai dengan, dengan dengan pengajuan namun jumlahnya jumlah cukup jumlah tidak material material material Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis fasilitas diberikan fasilitas diberikan fasilitas diberikan fasilitas diberikan fasilitas diberikan sesuai dengan lebih besar dari lebih besar dari lebih besar dari lebih besar dari kebutuhan kebutuhan, namun kebutuhan dengan kebutuhan dengan kebutuhan dengan jumlahnya tidak jumlah cukup jumlah jumlah sangat material material material material Perpanjangan sesuai Perpanjangan kurang Perpanjangan tidak Perpanjangan tidak Perpanjangan tanpa dengan analisis sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan analisis kebutuhan kebutuhan analisis kebutuhan analisis kebutuhan (perpanjangan analisis kebutuhan (perpanjangan untuk untuk menyembunyikan menyembunyikan

26 FAKTOR Kewajaran sumber pembayaran kewajiban kesulitan keuangan) kesulitan keuangan) dengan penyimpangan cukup material Sumber Sumber Pembayaran berasal Sumber Tidak terdapat pembayaran dapat pembayaran dapat dari sumber lain pembayaran tidak sumber diidentifikasi diidentifikasi dan dari diketahui, pembayaran dengan jelas dan disepakati oleh disepakati. sementara sumber memungkinkan disepakati oleh bank dan. disepakati bank dan sudah tidak memungkinkan Sumber pembayaran sesuai Sumber pembayaran kurang Sumber pembayaran kurang Sumber pembayaran kurang Sumber pembayaran tidak dgn struktur/jenis sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan yg struktur/jenis struktur/jenis struktur/jenis struktur/jenis diterima pembiayan diterima diterima secara diterima secara diterima cukup material material 2. PENGGOLONGAN KUALITAS PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN ISTISHNA, DAN PEMBIAYAAN QARDH FAKTOR A. PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Potensi pertumbuhan kegiatan usaha baik Potensi pertumbuhan kegiatan usaha terbatas Potensi pertumbuhan kegiatan usaha sangat terbatas atau tidak Kegiatan usaha Kelangsungan usaha menurun sangat diragukan dan sulit untuk pulih kembali Kemungkinan besar

27 FAKTOR Kondisi pasar dan posisi dalam persaingan Beroperasi kapasitas optimum. mengalami pertumbuhan kegiatan usaha akan terhenti Pasar stabil Posisi di pasar baik, Pasar dipengaruhi Pasar sangat Kehilangan pasar dan tidak tidak banyak oleh perubahan dipengaruhi oleh sejalan dengan dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh kondisi perubahan kondisi kondisi perubahan kondisi perubahan kondisi perekonomian perekonomian perekonomian perekonomian perekonomian menurun Persaingan Pangsa pasar Posisi di pasar Persaingan usaha Operasional tidak terbatas, termasuk sebanding dengan cukup baik tetapi sangat ketat dan kontinyu. posisi kuat pesaing banyak pesaing, operasional dalam pasar namun dapat pulih perusahaan kembali jika mengalami melaksanakan permasalahan strategi bisnis serius baru pada Beroperasi pada Tidak beroperasi Kapasitas kapasitas pada kapasitas hampir optimum. optimum. tidak pada level dapat mendukung operasional. Kualitas manajemen (independensi, pengalaman, serta kompetensi) dan permasalahan tenaga kerja Manajemen baik sangat Tenaga kerja memadai dan/atau belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan tenaga kerja, atau pernah mengalami perselisihan/ Manajemen baik Manajemen cukup baik Tenaga kerja pada umumnya memadai, pernah mengalami perselisihan/ pemogokan tenaga kerja telah diselesaikan dengan baik Tenaga kerja berlebihan dan/atau terdapat perselisihan atau pemogokan dampaknya cukup material terhadap kegiatan usaha. Manajemen kurang baik Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan keresahan dan/atau terdapat perselisihan atau pemogokan Manajemen buruk sangat Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah besar sehingga menimbulkan keresahan dan terdapat perselisihan/pemogo kan tenaga kerja

28 FAKTOR Dukungan dari grup atau afiliasi pemogokan ringan namun telah terselesaikan dengan baik. namun masih ada kemungkinan untuk terulang kembali. Perusahaan grup Perusahaan grup atau afiliasi stabil atau afiliasi stabil dan mendukung dan tidak memiliki usaha dampak memberatkan Hubungan dengan perusahaan grup atau afiliasi mulai memberikan dampak memberatkan dampaknya cukup material terhadap kegiatan usaha. Perusahaan grup atau afiliasi telah memberikan dampak memberatkan Perusahaan belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup berarti atau telah dilakukan upaya pengelolaan namun belum mencapai persyaratan minimum sebagaimana diatur dengan dampak material bagi kegiatan usaha. Perusahaan grup atau afiliasi sangat merugikan Perusahaan belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup berarti atau telah dilakukan upaya pengelolaan namun belum mencapai persyaratan minimum sebagaimana diatur Upaya dilakukan dalam rangka memelihara lingkungan hidup (sesuai dengan peraturan perundangundangan berlaku) Upaya pengelolaan Upaya pengelolaan Upaya pengelolaan lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup baik dan mencapai kurang baik dan kurang baik dan hasil paling belum mencapai belum mencapai kurang sesuai persyaratan persyaratan dengan persyaratan minimum minimum sebagaimana diatur minimum sebagaimana diatur sebagaimana diatur dalam peraturan dalam peraturan dalam peraturan perundangundangan perundang- perundangundangan undangan berlaku. berlaku, dengan berlaku. penyimpangan cukup material. dalam peraturan perundangundangan berlaku, dengan penyimpangan material. dalam peraturan perundangundangan berlaku, dan memiliki kemungkinan untuk dituntut di pengadilan.

29 FAKTOR B. KINERJA (PERFORMANCE) NASABAH Perolehan laba Perolehan laba sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan target laba dan stabil Struktur permodalan Perolehan laba sesuai target laba namun memiliki potensi menurun Perolehan laba lebih rendah dari target laba Permodalan kuat Permodalan cukup Rasio dengan jumlah baik dan pemilik terhadap utang lebih mempunyai cukup tinggi rendah dari modal kemampuan untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan Arus kas Likuiditas dan modal kerja kuat Perolehan laba sangat kecil atau negatif Kerugian operasional dibiayai dengan aset utang Rasio modal terhadap tinggi Likuiditas dan Likuiditas kurang Likuiditas modal kerja dan modal kerja rendah umumnya baik terbatas penjualan utang modal sangat Mengalami kerugian besar Nasabah tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan Rasio utang terhadap modal sangat tinggi Kesulitan likuiditas Analisis arus kas Analisis arus kas Analisis arus kas menunjukkan menunjukkan menunjukkan bahwa bahwa meskipun bahwa dapat memenuhi mampu hanya mampu kewajiban pembayaran pokok dan margin tanpa memenuhi kewajiban pembayaran pokok membayar sebagian pokok dan margin dukungan sumber dan margin namun dana tambahan terdapat indikasi masalah tertentu apabila tidak Analisis arus kas menunjukkan ketidakmampuan pembayaran pokok dan margin Pembiayaan digunakan memenuhi kewajiban jatuh tempo Analisis arus kas menunjukkan bahwa tidak mampu menutup biaya produksi baru Pembiayaan baru untuk digunakan untuk menutup kerugian operasional

30 FAKTOR Sensitivitas terhadap pasar risiko diatasi akan memengaruhi pembayaran di masa mendatang Jumlah portfolio Beberapa portfolio Kegiatan usaha Kegiatan usaha Kegiatan usaha sensitif sensitif terhadap terpengaruh oleh terancam karena terancam karena terhadap perubahan nilai perubahan nilai perubahan nilai fluktuasi nilai tukar perubahan nilai tukar valuta asing tukar valuta asing tukar valuta asing valuta asing tukar valuta asing tetapi masih relatif sedikit atau terkendali telah dilakukan lindung nilai secara baik C. KEMAMPUAN MEMBAYAR Ketepatan pembayaran pokok dan margin Pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau margin belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok pembayaran angsuran pokok pembayaran angsuran pokok dan/atau margin dan/atau margin dan/atau margin telah telah telah melampaui 90 melampaui 120 melampaui 180 (sembilan puluh) (seratus dua puluh) (seratus delapan hari sampai dengan hari sampai dengan puluh) hari 120 (seratus 180 (seratus duapuluh) hari delapan puluh) hari Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan Nasabah selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan Nasabah menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur tetapi Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat

31 FAKTOR akurat akurat masih akurat meragukan dipercaya Kelengkapan dokumen Kepatuhan terhadap perjanjian Kesesuaian penggunaan dana Dokumentasi lengkap dan pengikatan agunan kuat Tidak terdapat pelanggaran perjanjian Dokumentasi lengkap dan pengikatan agunan kuat Pelanggaran perjanjian tidak prinsipil Dokumentasi kurang Dokumentasi lengkap dan lengkap pengikatan agunan lemah Pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian cukup prinsipil tidak dan pengikatan agunan lemah Pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian prinsipil Dokumentasi dan/atau pengikatan agunan tidak ada Pelanggaran terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian sangat prinsipil Penggunaan dana Penggunaan dana Penggunaan dana Penggunaan dana Sebagian sesuai dengan kurang sesuai kurang sesuai kurang sesuai penggunaan pengajuan dengan pengajuan dengan pengajuan dengan pengajuan, dengan dengan namun jumlahnya jumlah cukup jumlah tidak material material material besar dana tidak sesuai dengan pengajuan Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis Jumlah dan jenis fasilitas diberikan fasilitas diberikan fasilitas diberikan fasilitas diberikan fasilitas diberikan sesuai dengan lebih besar dari lebih besar dari lebih besar dari lebih besar dari kebutuhan kebutuhan, namun kebutuhan dengan kebutuhan dengan kebutuhan dengan jumlahnya tidak jumlah cukup jumlah jumlah sangat material material material material Perpanjangan sesuai Perpanjangan kurang Perpanjangan tidak Perpanjangan tidak Perpanjangan tanpa dengan analisis sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan analisis kebutuhan kebutuhan analisis kebutuhan analisis kebutuhan (perpanjangan analisis kebutuhan (perpanjangan

32 FAKTOR untuk menyembunyikan kesulitan keuangan) untuk menyembunyikan kesulitan keuangan) dengan penyimpangan cukup material 3. PENGGOLONGAN KUALITAS PEMBIAYAAN IJARAH, PEMBIAYAAN IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK, DAN MULTIJASA FAKTOR A. PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Kondisi pasar dan posisi dalam persaingan Potensi pertumbuhan kegiatan usaha baik Potensi pertumbuhan kegiatan usaha terbatas Pasar stabil Posisi di pasar baik, dan tidak tidak banyak dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh perubahan kondisi perubahan kondisi perekonomian perekonomian Persaingan Pangsa terbatas, termasuk sebanding posisi kuat pesaing dalam pasar pasar dengan Potensi pertumbuhan kegiatan usaha sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih Kegiatan usaha menurun Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan Kelangsungan usaha sangat diragukan dan sulit untuk pulih kembali Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian menurun

33 FAKTOR Kualitas manajemen (independensi, pengalaman, serta kompetensi) dan permasalahan tenaga kerja Dukungan dari grup atau afiliasi Upaya dilakukan dalam Manajemen sangat baik Tenaga kerja memadai dan/atau belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan Perusahaan grup atau afiliasi stabil dan mendukung usaha Upaya pengelolaan lingkungan hidup baik dan mencapai kembali jika melaksanakan strategi bisnis baru Manajemen baik Manajemen cukup baik Tenaga kerja pada Tenaga kerja umumnya berlebihan memadai, mengalami perselisihan/ pemogokan pernah tenaga kerja telah diselesaikan dengan baik namun masih ada kemungkinan untuk terulang kembali. dan/atau terdapat perselisihan atau pemogokan dampaknya cukup material terhadap kegiatan usaha Perusahaan grup Hubungan dengan atau afiliasi stabil perusahaan grup dan tidak memiliki atau afiliasi mulai dampak memberikan memberatkan dampak memberatkan mengalami permasalahan serius Manajemen kurang baik Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan keresahan dan/atau terdapat perselisihan atau pemogokan dampaknya cukup material terhadap kegiatan usaha Perusahaan grup atau afiliasi telah memberikan dampak memberatkan Upaya pengelolaan Upaya pengelolaan Perusahaan lingkungan hidup lingkungan hidup melakukan kurang baik dan kurang baik dan pengelolaan Manajemen sangat buruk Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah besar sehingga menimbulkan keresahan dan terdapat perselisihan/pemog okan tenaga kerja dengan dampak material bagi kegiatan usaha. Perusahaan grup atau afiliasi sangat merugikan belum Perusahaan upaya melakukan pengelolaan belum upaya

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/SEOJK.03/2015 TENTANG KUALITAS ASET

Lebih terperinci

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA - 2 - I. PEDOMAN PENILAIAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum No. 7/ 3 /DPNP Jakarta, 31 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Sehubungan dengan

Lebih terperinci

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan. Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/ 3 /DPNP tanggal 31 Januari 2005 PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha memiliki potensi pertumbuhan

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN II PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR Lampiran II Penetapan Kualitas Kredit PROSPEK

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 2 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF 1. Kemampuan Ketersediaan Hubungan

Lebih terperinci

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Lebih terperinci

Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA. Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA. Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. No.13/ 10 /DPbS Jakarta, 13 April 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DALAM BENTUK SELAIN PENYERTAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

2 meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi terutama yang berpihak kepada usaha mikro, kecil, dan menengah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan

2 meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi terutama yang berpihak kepada usaha mikro, kecil, dan menengah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan No.198, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5735). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA

Lebih terperinci

OOTORITAS JASA KEUANGAN ReREPUBLIK INDONESIA

OOTORITAS JASA KEUANGAN ReREPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA OOTORITAS JASA KEUANGAN ReREPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

2 dengan menjaga kualitas aset dan tetap melakukan penghitungan penyisihan penghapusan aset. Sebagai tindak lanjut dari diberlakukannya Pedoman Akunta

2 dengan menjaga kualitas aset dan tetap melakukan penghitungan penyisihan penghapusan aset. Sebagai tindak lanjut dari diberlakukannya Pedoman Akunta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Kualitas Aset. Bank. Unit Usaha. Syariah. Penilaian. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 347) PENJELASAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ITAS JASA K OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN INDONESIA SA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan No.197, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5734). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/6/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN (POJK) TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN (POJK) TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Dewan Komisioner Otoritas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/20/PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DAN LAPORAN DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.13/ 11 /DPbS tanggal 13 April 2011

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.13/ 11 /DPbS tanggal 13 April 2011 I. PENGGOLONGAN KUALITAS PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH 1. Ketepatan/Kemampuan Membayar a. Terdapat Pembayaran Angsuran Pokok Pembiayaan belum jatuh tempo atau tunggakan pembayaran angsuran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi makro ekonomi

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Penilaian Kualitas Aset dan Restrukturisasi Pembiayaan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Penilaian Kualitas Aset dan Restrukturisasi Pembiayaan Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Penilaian Kualitas Aset dan Restrukturisasi Pembiayaan Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Penilaian Kualitas Aset dan Restrukturisasi Pembiayaan Tim Penyusun

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha bank antara lain tergantung dari kemampuan dan efektifitas

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS BATANG TUBUH PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.03/... TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan No.142, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6085) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 15 /PBI/2012 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 15 /PBI/2012 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 15 /PBI/2012 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuntansi Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA BAB IV ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis Kreteria Pembiayaan Bermasalah pada Produk Griya ib Hasanah di

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/9/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada saat ini Indonesia

Lebih terperinci

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/2/PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 1 - Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/4/PBI/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/4/PBI/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/4/PBI/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Yth. Direksi Perusahaan Modal Ventura di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Sesuai dengan amanat ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M No.73, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Modal Minimum. Modal Inti Minimum. Bank. Perkreditan Rakyat. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5686) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 8/ 10 /PBI/2006 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK PASCA BENCANA ALAM DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN DAERAH SEKITARNYA DI PROPINSI JAWA TENGAH GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA, DIREKSI No. 31 / 147 / KEP / DIR SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha bank tergantung pada kesiapan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Data Kolektibilitas Debitur Tahun 2008 Bank Indonesia melalui PBI No:9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur mewajibkan bank umum melaporkan kualitas debitur untuk pemenuhan

Lebih terperinci

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan berlakunya

Lebih terperinci

1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah; RANCANGAN

1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah; RANCANGAN Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah; di Tempat RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah, di tempat.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah, di tempat. Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.05/2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan sistem

Lebih terperinci

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sehubungan

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.83, 2017 PERBANKAN. BI. Bank Umum Syariah. Jangka Pendek. Likuiditas. Pembiayaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6045) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan suatu bank berdasarkan

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2012 PERBANKAN. BI. Syariah. Jangka Pendek. Pendanaan. Fasilitas. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5376) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DAN LAPORAN DALAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2017 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI DAERAH TERTENTU DI INDONESIA YANG TERKENA BENCANA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 5 /PBI/2000 TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menggerakkan perekonomian nasional diperlukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/9/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Lebih terperinci

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA No.8/22/DPbS Jakarta, 18 Oktober 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

Lebih terperinci

No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam rangka Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/10/PBI/2015 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN PROPERTI DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.199, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Laporan Bank. Transparansi. Publikasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5353) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Penerapan Kebijakan Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah dan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan disiplin

Lebih terperinci