HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 42 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Anakan Jumlah anakan juga dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan jadwal penjarangan dalam pemeliharaan tanaman gerbera. Pertambahan anakan yang cepat akan menguntungkan bagi perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan anakan sebagai bahan tanam baru, sehingga tidak perlu membeli bibit dalam jumlah banyak. Pertambahan anakan yang cepat mengakibatkan jadwal penjarangan anakan menjadi lebih sering. Pengamatan terhadap laju pertambahan jumlah anakan dilakukan pada tujuh varietas yaitu Varietas Ansofie, Aruba, Suny Boy, Starlite, Ornella, Pompadour, dan Elegance (Lampiran 1.). Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t pada tujuh varietas yang diamati diperoleh bahwa Varietas Starlite, Ornella, dan Elegance memiliki jumlah anakan paling banyak dibandingkan empat varietas lainnya. Laju pertumbuhan jumlah anakan gerbera pada tiap minggunya dapat dilihat pada (Gambar 20). Jumlah Anakan Minggu Setelah Tanam (MST) Aruba Suny Boy Starlite* Ansofi Ornella* Pompadour Elegance** Keterangan: Nilai pada grafik yang diikuti dengan tanda (*) menunjukan berbeda nyata pada taraf α = 5 % dan tanda (**) menunjukan berbeda nyata pada taraf α = 1 % berdasarkan uji t. Gambar 20. Jumlah Anakan beberapa Varietas Gerbera di Kebun Cibodas Pertambahan jumlah anakan dalam 8 minggu (61 69 MST) untuk Varietas Starlite adalah sebesar 0.80 anakan, Varietas Elegance sebesar 0.78 anakan, Varietas Ornella sebesar 0.60 anakan, Varietas Pompadour sebesar 0.50 anakan, Varietas Aruba sebesar 0.44 anakan, Varietas Ansofie sebesar 0.25 anakan, dan Varietas Suny Boy sebesar 0 anakan. Berdasarkan pertambahan anakan yang diamati diduga dalam waktu

2 43 1 tahun diperkirakan anakan yang akan dihasilkan Varietas Starlite adalah sebesar 4.8 anakan, Varietas Elegance sebesar 4.7 anakan, Varietas Ornella sebesar 3.6 anakan, Varietas Pompadour sebesar 3.0 anakan, Varietas Aruba sebesar 2.7 anakan, Varietas Ansofie sebesar 1.5 anakan, dan Varietas Suny Boy tidak menghasilkan anakan dari tanaman induknya. Rogers dan Tjia (1990), menyatakan gerbera dapat menghasilkan anakan per tahun dari tanaman induknya, sehingga pertambahan jumlah anakan tanaman gerbera di kebun Cibodas dapat dikatakan berlangsung lambat. Jumlah Bunga Jumlah bunga dalam satuan luas dapat diprediksi dari jumlah anakan per rumpun dan jumlah bunga yang dihasilkan. Jumlah bunga dipengaruhi oleh keberhasilan calon bunga untuk tumbuh menjadi bunga sehingga dapat dipanen. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa Varietas Elegance memiliki jumlah bunga yang lebih banyak dibandingkan varietas yang lain. Rata-rata jumlah bunga per rumpun dalam satu minggu untuk Varietas Elegance 4.11±0.557 tangkai, Varietas Ornella 2.11±0.385 tangkai, Varietas Pompadour 1.88±0.465 tangkai, Varietas Suny Boy 1.72±0.382 tangkai, Varietas Starlite 1.64±0.168 tangkai, Varietas Ansofie 1.63±0.306 tangkai dan Varietas Aruba 1.57±0.327 tangkai. Dari data tersebut diperkirakan dalam waktu 1 tahun jumlah bunga yang dihasilkan varietas Ansofie 9.78 tangkai, Varietas Aruba 9.42 tangkai, Varietas Suny Boy tangkai, Varietas Starlite 9.84 tangkai, Varietas Ornella tangkai, Varietas Pompadour tangkai dan Varietas Elegance tangkai. Jumlah bunga yang dihasilkan masih rendah terutama pada Verietas Ansofie, Aruba, Suny Boy dan Starlite. Menurut Singh (2006) dan Sheela (2008), produksi rata-rata bunga potong gerbera yang dibudidayakan di greenhouse adalah tangkai/ tanaman/ tahun. Berdasarkan pengamatan jumlah bunga pada 60 MST berbeda nyata dengan jumlah bunga pada 69 MST pada sebagian besar varietas yang diamati kecuali Varietas Ornella dan Elegance. Terdapat penurunan jumlah bunga dari minggu pertama pengamatan (Tabel 3). Penurunan produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya pemeliharaan, dan sanitasi lingkungan. Atap bangunan yang terbuka

3 menyebabkan bunga tidak terlindung dari cahaya dan air hujan. Hal tersebut ditemui di blok G, dimana bangunan di blok G tidak memiliki atap sehingga saat hujan bedengan tergenang air, sehingga mahkota bunga mengalami kerusakan dan kotor akibat terkena percikan air hujan. Tabel 3. Jumlah Bunga beberapa Varietas Gerbera pada 60 MST dan 69 MST Varietas Umur (MST) Aruba 2 a 0.8 b Suny Boy 1.7 a 0.5 b Starlite 1.6 a 0.5 b Ansofie 1.9 a 0.7 b Ornella 2.3 a 1.7 a Pompadour 2.3 a 1.0 b Elegance 3.6 a 3.6 a Keterangan: Nilai pada baris yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf α = 5%. Produksi bunga gerbera dipengaruhi oleh praktek budidaya, termasuk aplikasi pemupukan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, satu minggu setelah aplikasi pupuk NPK (15:9:20) dengan dosis 5 g/ tanaman, cenderung terjadi peningkatan jumlah bunga Gambar 21. Walaupun demikian, peningkatan yang terjadi tidak signifikan. Menurut Singh (2006), pupuk NPK (18:18:18) atau NPK (20:20:20) sebaiknya diberikan pada fase vegetatif yang berguna dalam menunjang pertumbuhan akar dan daun, sedangkan pupuk NPK (15:8:35) sebaiknya digunakan saat tanaman memasuki fase generatif. Di kebun Cibodas hanya mengaplikasikan pupuk dengan kadar N dan K yang tinggi untuk merangsang pertumbuhan generatif. Aplikasi pupuk NPK yang berimbang untuk pertumbuhan vegetatif tidak dilakukan selama magang. Diduga hal tersebut yang mengakibatkan produksi bunga potong gerbera belum mencapai optimum. Waktu pemupukan juga sangat menentukan produktivitas tanaman, dimana aplikasi pupuk di kebun Cibodas yang belum terjadwal dengan baik. Menurut Suma (2008), saat tanaman memasuki fase vegetatif pemupukan dilakukan 1 bulan sekali, sedangkan saat memasuki fase generatif pemupukan dilakukan 2 minggu sekali. 44

4 45 6 Jumlah Bunga (Tangkai) Sebelum Pemupukan 1 MSA Varietas Keterangan: Sby= Suny Boy Pomp= Pompadour Sta= Starlite Elg= Elegance Orn= Ornella MSA= Minggu Setelah Aplikasi Pupuk Gambar 21. Jumlah Bunga beberapa Varietas Gerbera Sebelum dan Setelah Pemupukan Berdasarkan data dari Divisi Pemasaran PT PSA, terjadi fluktuasi produksi bunga potong gerbera dalam satu tahun (Gambar 22). Total produksi bunga potong gerbera pada tahun 2010 adalah tangkai dengan rata rata produksi bunga potong gerbera tangkai/ m 2. Jumlah tersebut masih dibawah rata rata produksi bunga potong gerbera yang dihasilkan di dalam greenhouse. Menurut Sheela (2008), bunga potong gerbera yang dibudidayakan di greenhouse dapat menghasilkan 200 tangkai/ m 2 / tahun. 0 Sby Sta Orn Pomp Elg Jumlah Produksi (Ikat) Bulan Gambar 22. Produksi Gerbera PT PSA Tahun (Sumber: Divisi Pemasaran PT PSA)

5 46 Produksi yang stabil dapat diperoleh dengan teknik budidaya yang baik. Pemeliharaan tanaman diduga menjadi faktor yang paling penting dalam memproduksi bunga potong gerbera di dalam greenhouse. Pemupukan yang rutin sesuai dengan dosis dan kebutuhan tanaman pada setiap fase pertumbuhanya, pengendalian OPT yang tepat, dan pemeliharaan yang rutin dapat meningkatkan produksi bunga potong gerbera. Perawatan dan pemeliharaan greenhouse juga menjadi salah satu faktor pendukung produksi dalam budidaya gerbera. Panen Hingga saat ini, kriteria panen gerbera ditentukan oleh tingkat kemekaran bunga sehingga diameter bunga perlu diamati untuk menentukan waktu panen. Pada bunga potong lainnya, panjang tangkai bunga seringkali digunakan sebagai kriteria panen. Oleh karena itu, selain diameter bunga pengamatan juga dilakukan pada panjang tangkai bunga. Pertambahan panjang tangkai dan diameter bunga juga dapat digunakan untuk menduga berapa lama waktu yang dibutuhkan bunga potong gerbera untuk dapat dipanen. Grafik pertambahan panjang tangkai bunga menunjukkan bahwa puncak pertambahan panjang tangkai bunga terjadi pada minggu ke-3 setelah muncul bunga (MSB). Pertambahan panjang tangkai bunga melambat setelah 3 MSB hingga bunga dapat dipanen. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pertambahan diameter bunga. Pertambahan diameter bunga melambat saat memasuki 3 MSB (Gambar 23). Pertambahan diameter bunga meningkat tajam pada 4 MSB (Gambar 24). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa saat pemanjangan tangkai bunga mencapai maksimal, diduga penggunaan fotosintat beralih untuk pembesaran diameter bunga.

6 47 Pertambahan Panjang Tangkai Bunga (cm) Ansofi Aruba Suny Boy Starlite Ornella Minggu Setelah Berbunga (MSB) Gambar 23. Pertambahan Panjang Tangkai Bunga beberapa Varietas Gerbera Pertambahan Diameter Bunga (mm) Ansofi Aruba Suny Boy Starlite Ornella Pompadour Elegance Minggu Setelah Berbunga (MSB) Gambar 24. Pertambahan Diameter Bunga beberapa Varietas Gerbera Berdasarkan parameter diameter bunga, Varietas Aruba dan Elegance memiliki waktu panen seminggu lebih lama dibandingkan lima varietas yang lain. Verietas Elegance dan Varietas Aruba masih menunjukkan pertambahan diameter bunga hingga minggu terakhir pengamatan. Varietas Aruba dan Elegance belum mencapai diameter optimum, sehingga kedua varietas tersebut belum dapat dipanen pada 4 MSB. (Tabel 4) menunjukan bahwa bunga yang dipanen memiliki diameter bunga yang lebih kecil dibandingkan dengan literatur yang diperoleh.

7 48 Tabel 4. Perbandingan Diameter Bunga saat Panen di Kebun dengan Literatur Varietas Ans Arb Sby Sta Orn Pmp Elg Literatur (cm) Panen Kebun 4 MSB (cm) Literatur: Singh (2006) dan Sheela (2008). Sortasi di kebun Cibodas dilakukan beberapa saat sebelum pencontongan. Sortasi yang dilakukan baru sebatas membuang bagian mahkota bunga yang rusak terserang OPT. Bunga yang mengalami rusak fisik akibat defisiensi hara atau abnormal belum dipisah dan masih lolos sortasi. Bunga yang tingkat kerusakan mahkota bunganya 30 % langsung disisihkan, sedangkan mahkota bunga yang tingkat kerusakannya < 30 % masih dipertahankan dengan membuang bagian yang rusak. Tabel 5. Persentase Kerusakan Bunga saat Panen Varietas Kerusakan (%) Suny Boy 20.0 Elegance 60.0 Ansofi 30.0 Ornella 16.7 Marona 3.3 Pompadour 40.0 B.Oranye 20.0 Coklat 13.3 Aruba 40.0 Starlite 33.3 Fanta 26.7 Tabel 5 menunjukan bahwa Varietas Elegance memiliki tingkat kerusakan paling besar 60 %. Sebagian besar kerusakan diakibatkan oleh serangan kumbang yang menyukai warna-warna tertentu. Selain Varietas Elegance, terdapat beberapa varietas yang memiliki kerusakan lebih dari 30 % seperti Varietas Pompadour, Aruba, dan Starlite. Tingginya tingkat kerusakan bunga yang ikut terpanen disebabkan karena belum diterapkannya sortasi yang baik dalam pemanenan dan penanganan pasca panen

8 bunga gerbera di kebun Cibodas. Hingga saat ini, kriteria panen bunga gerbera di PT PSA adalah saat bunga telah membuka penuh. Seleksi kualitas atau grading pada gerbera dibedakan berdasarkan ukuran diameter bunga. Bunga dikategorikan tipe mini bila berukuran 5 7 cm, sedangkan bunga berukuran cm dikategorikan ke dalam tipe standar (Sheela, 2008). Walaupun panjang tangkai dan bunga tidak menjadi acuan standar grading bunga gerbera, namun panjang tangkai bunga akan mempengaruhi keadaan bunga saat dibungkus kertas. Satu ikat gerbera yang memiliki keragaman panjang tangkai bunga yang tinggi akan sulit dibungkus. Mahkota bunga dengan panjang tangkai lebih pendek akan cepat rusak karena mahkota bunganya tertumpuk oleh tangkai dari bunga yang lebih panjang. Hal tersebut secara tidak langsung akan mengurangi nilai estetika bunga di mata konsumen. Hasil pengamatan menunjukkan setiap varietas memiliki panjang tangkai, diameter tangkai, dan diameter bunga yang berbeda berdasarkan karakteristik masingmasing varietas (Tabel 6). Varietas Starlite memiliki panjang tangkai paling panjang namun tidak berbeda nyata dengan panjang tangkai Varietas Marona. Varietas Suny Boy memiliki diameter tangkai paling besar dibandingkan sepuluh varietas lainnya. Varietas Elegance memiliki diameter bunga paling besar dibandingkan dengan sepuluh varietas lainnya. Tabel 6. Panjang Tangkai, Diameter Tangkai, dan Diameter Bunga saat Panen Varietas/ Variabel P. Tangkai (cm) D. Tangkai (mm) D. Bunga (cm) Rasio DT:DB Suny Boy e 7.59 a cd 1:10.3 Elegance b 6.48 cb a 1:15.6 Ansofie f 6.11 c g 1:11 Ornella e 6.44 cb de 1:11.5 Marona ab 6.34 cb b 1:14.5 Starlite a 6.59c b b 1:13.6 Aruba f 5.63 d cd 1:13.8 Fanta b 6.47 cb c 1:12.3 Pompadour c 6.69 b fg 1:10.4 B Oranye de 5.58 d ef 1:13.1 Coklat cd 6.29c b g 1:10.4 Keterangan: n= 30 tangkai bunga/ varietas; Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α= 5%. 49

9 Pengamatan terhadap diameter bunga dilakukan karena diduga bunga berdiameter besar memerlukan tangkai yang kokoh. Tangkai bunga yang kokoh umumnya memiliki diameter besar. Rasio DT:DB menggambarkan perbandingan diameter tangkai bunga dan diameter bunga. Rasio DT:DB yang tepat diharapkan dapat memperpanjang masa pajang bunga (vaselife). Kehilangan hasil selama proses pasca panen dapat dilihat pada (Tabel 7). Nilai kehilangan hasil dalam proses pasca panen masih tergolong sangat rendah. Hal tersebut terlihat dari 9 kali pengamatan, dimana nilai kehilangan hasil tidak pernah mencapai 2%. Kecilnya nilai kehilangan hasil tidak berbanding lurus dengan persentase kerusakan. Diduga hal tersebut diakibatkan banyaknya permintaan dan terbatasnya jumlah bunga yang dapat dipanen, sehingga agar dapat memenuhi permintaan maka bunga yang rusak juga digunakan. Hal tersebut juga menggambarkan bahwa proses sortasi belum berjalan dengan baik di kebun Cibodas. Tabel 7. Persentase Kehilangan Hasil pada Proses Sortasi Bunga Gerbera di Kebun Cibodas Minggu Jumlah Bunga (tangkai) Kehilangan Hasil Pengamatan Panen Rusak (%)

10 51 Aspek Khusus Kelayuan bunga Pengamatan khusus terhadap aspek pasca panen juga dilakukan dalam kegiatan magang. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui masa pajang (vaselife) bunga potong gerbera varietas Starlite. Vaselife bunga potong antara lain ditentukan oleh tingkat kematangan bunga dan kondisi ruang simpannya. Tingkat kematangan bunga potong gerbera yang digunakan dalam percobaan ini adalah BM (belum matang) dengan < 2 lingkaran benang sari yang telah membuka, M (matang) dengan 2 lingkaran benang sari yang telah membuka, dan SM (sangat matang) dengan > 2 lingkaran benang sari yang telah membuka (Gambar 25). Percobaan dilakukaan dalam dua tempat yaitu, tempat bersuhu ruang dan tempat bersuhu dingin. Pengamatan dilakukan setelah bunga dipanen dan dilanjutkan setiap dua hari sekali. a b c Gambar 25. Penampilan Bunga pada Tingkat Kematangan Berbeda: (a) Tingkat Kematangan BM, (b) Tingkat Kematangan M, dan (c) Tingkat Kematangan SM Persentase kelayuan bunga dihitung dengan cara membagi jumlah bunga pita yang layu dengan jumlah bunga pita seluruhnya lalu dikalikan seratus persen. Pengamatan dihentikan sampai 50 % bunga layu (Halevy dan Mayak, 1981). Hasil yang diperoleh, menunjukan bahwa bunga yang dipanen pada saat terdapat < 2 lingkaran benang sari yang telah membuka (BM) memiliki masa pajang (vaselife) bunga lebih lama dengan persentase kelayuan yang lebih kecil (Tabel 8). Hal ini menunjukan bahwa

11 lingkaran benang sari yang telah membuka < 2 lingkaran (BM) saat bunga dipanen merupakan waktu yang tepat untuk memanen bunga potong gerbera Varietas Starlite. Tabel 8. Pengaruh Kematangan Bunga terhadap Pesentase Kelayuan Bunga Gerbera Varietas Starlite Hari Pengamatan Persentase Kelayuan Bunga (%) (HSP) BM M SM Ke b 1.6 b 4.8 a Ke b 8.2 a 14.2 a Ke b 26.3 a 35.5 a Ke b 57.1 a 50.7 a Ke b 69.9 a 65.0 a Ke b 81.1 a 79.1 a Ke b 87.9 a 86.2 a Ke b 97.5 a 94.6 a Keterangan: HSP= hari setelah panen; BM= belum matang; M= matang; SM= sangat matang; Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α= 5%. Ruang simpan hanya mempengaruhi persentase kelayuan bunga pada hari ke-4 setelah panen (HSP) (Tabel 9). Hal ini dikarenakan suhu cool storage belum sesuai dengan standar untuk menyimpan bunga potong gerbera. Suhu ruang simpan yang dimiliki kebun Cibodas berkisar antara C dengan RH %, sedangkan bunga potong gerbera baik disimpan pada suhu 5 C (Singh, 2006). Tabel 9. Pengaruh Suhu Ruang Simpan terhadap Kelayuan Bunga Gerbera Varietas Starlite Hari Pengamatan Persentase Kelayuan Bunga (%) (HSP) SR SD Ke a 0.4 b Ke a 4.0 a Ke a 17.3 a Ke a 32.6a Ke a 48.7 a Ke a 69.3 a Ke a 74.5 a Ke a 85.1 a Keterangan: HSP= hari setelah panen; SD= suhu dingin; SR= suhu ruang. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α= 5%. 52

12 53 Penampilan Bunga Penampilan bunga merupakan salah satu parameter mutu yang mudah diamati terutama oleh konsumen. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat penampilan bunga dan memberikan skor dari 1 5 (Gambar 26). Semakin rendah nilai penampilan bunga, menunjukan bahwa warna bunga semakin memudar, tangkai bunga bengkok, dan mulai terdapat jamur di permukaan mahkota bunga. Pengamatan dilakukan setelah panen dan dilanjutkan setiap dua hari sekali. a b c d e Gambar 26. Skor Penampilan Bunga Potong Gerbera: (a) Skor 1, (b) Skor 2, (c) Skor 3, (d) Skor 4, dan (e) Skor 5 Tingkat kematangan bunga memberikan pengaruh terhadap penampilan bunga gerbera Varietas Starlite kecuali pada 2 HSP, 12 HSP, dan 18 HSP Tabel 10. Bunga yang dipanen pada saat terdapat < 2 lingkaran benang sari (BM) menunjukkan penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan bunga yang dipanen pada saat (M) dan (SM), sedangkan penampilan bunga yang dipanen pada saat terdapat 2 lingkaran benang sari (M) tidak berbeda dengan bunga yang dipanen dengan saat terdapat > 2 lingkaran benang sari (SM). Hal ini menunjukan bahwa lingkaran benang sari < 2 (BM) saat panen merupakan waktu yang tepat untuk memanen bunga gerbera Varietas Starlite.

13 Tabel 10. Pengaruh Kematangan Bunga terhadap Penampilan Bunga Gerbera Varietas Starlite Hari Pengamatan Skoring Penampilan Bunga (Skor) (HSP) BM M SM Ke a 5.0 a 5.0 a Ke a 4.7 a 4.5 a Ke a 3.8 ab 3.7 b Ke a 2.7 b 2.8 b Ke a 2.5 a 2.5 a Ke a 2.0 b 2.0 b Ke a 1.8 ab 1.5 b Ke a 1.5 a 1.3 a Keterangan: HSP= hari setelah panen; BM= belum matang; M= matang; SM= sangat matang; Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α= 5%. Perlakuan ruang simpan tidak berpengaruh terhadap penampilan bunga gerbera, kecuali pada 4 HSP (Tabel 11). Hal ini dikarenakan suhu cool storage belum sesuai dengan standar untuk menyimpan bunga potong gerbera. Suhu ruang simpan yang dimiliki kebun Cibodas berkisar antara C dengan RH %, sedangkan menurut Singh (2006) bunga potong gerbera baik disimpan pada suhu 5 C. Tabel 11. Pengaruh Suhu Ruang Simpan terhadap Penampilan Bunga Gerbera Varietas Starlite Hari Pengamatan Skoring Penampilan Bunga (Skor) (HSP) SR SD Ke a 0.4 b Ke a 4.0 a Ke a 17.3 a Ke a 32.6a Ke a 48.7 a Ke a 69.3 a Ke a 74.5 a Ke a 85.1 a Keterangan: SD= suhu dingin; SR= suhu ruang.angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α= 5%. Diduga rasio antara diameter batang dan diameter bunga yang tepat diharapkan dapat menunda pembengkokan (bent neck) pada tangkai gerbera. Bunga gerbera yang dipanen pada saat benang sari < 2 lingkaran (BM) memiliki rasio diameter bunga dan 54

14 diameter tangkai bunga 1:13.3 (Tabel 12). Bunga tersebut memiliki vaselife yang lebih lama dibandingkan bunga yang dipanen pada saat (M) dengan rasio DT:DB (1:13.9) dan (SM) dengan rasio DT:DB (1:13.5) Tabel 12. Rasio Diameter Tangkai, Diameter Bunga dan Vaselife Bunga Potong Gerbera Varietas Starlite Tingkat Kematangan Bunga DT (mm) DB (mm) Rasio DT:DB Vaselife (hari) BM : a M : b SM : b Keterangan: DT= diameter tangkai; DB= diameter bunga. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf α= 5 %. Kelayakan Usahatani Kriteria kelayakan finansial yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya bunga potong gerbera diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Retun), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback Period). Hasil analisis kelayakan finansial budidaya bunga potong gerbera dalam waktu 5 tahun pada luas lahan 500 m 2 dengan tingkat diskonto 17 %, diperoleh nilai NPV Rp , IRR 35 %, Net B/C Nilai NPV sebesar Rp menunjukkan nilai sekarang dari penerimaan bersih yang akan diterima selama 5 tahun mendatang. Nilai IRR sebesar 35 % lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan yaitu sebesar 17 %. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut memiliki kemampuan untuk menutupi biaya atas modal yang dikeluarkan. Nilai NET B/C sebesar 1.65 > 1, menunjukkan Rp 1.00 investasi yang dikeluarkan saat ini akan menambah nilai pendapatan bersih sebesar Rp PP usaha ini adalah 3 tahun, yang berarti dalam waktu tiga tahun usaha ini dapat mengembalikan biaya investasi yang digunakan. Perolehan NPV yang positif, net B/C lebih besar dari satu, nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto, dan PP sebelum umur proyek berakhir, berarti bisnis bunga potong gerbera layak untuk dilakukan. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usahatani bunga potong gerbera dapat dilihat pada Lampiran

KEGIATAN PANEN DAN PASCA PANEN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) DI PT PURI SEKAR ASRI, LEMBANG, BANDUNG. EVA RACHMAWATY A

KEGIATAN PANEN DAN PASCA PANEN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) DI PT PURI SEKAR ASRI, LEMBANG, BANDUNG. EVA RACHMAWATY A i KEGIATAN PANEN DAN PASCA PANEN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) DI PT PURI SEKAR ASRI, LEMBANG, BANDUNG. EVA RACHMAWATY A24070082 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Lily

PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Lily 62 PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Lily Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif dilakukan terhadap 20 tanaman contoh untuk setiap varietas. Lily yang dibudidayakan di kebun produksi Cibodas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis 23 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis yang dikerjakan dalam budidaya bunga potong gerbera meliputi: persiapan lahan dan media tanam, persiapan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L) 1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L) Mantali Adrian. Azhar, Ikbal Bahua, Fitriah S. Jamin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun

Lebih terperinci

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV)

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV) 5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang 5.3.1 Net Present Value (NPV) Usaha penangkapan udang, yang dilakukan oleh nelayan pesisir Delta Mahakam dan sekitarnya yang diproyeksikan dalam lima tahun

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Proses Produksi

PEMBAHASAN. Proses Produksi PEMBAHASAN Proses Produksi Persemaian dan Nursery Media tanam untuk persemaian berupa rockwool merupakan pilihan yang baik, sebab menurut Resh (2004), rockwool dapat menyediakan oksigen, air, nutrisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci