HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Iwan Kusnadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Sel-Sel Darah Eritrosit (RBC) Dari hasil penelitian, sel eritrosit pada landak Jawa terlihat berbentuk bikonkaf dengan variasi bentuk (Gambar 6), dan tidak memiliki inti.beberapa sel eritrosit landak Jawamemiliki bentuk seperti bulan sabit. Ukuran diameter total sel eritrosit pada landak Jawa adalah 7.98±0.055 µm (Lampiran 7) denganratarata area bikonkaf 4.15±1.135 µm (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa area bikonkaf pada sel eritrosit landak Jawa mengisi lebih dari setengah ukuran diameter sel eritrositnya.diameter bikonkaf yang relatif lebih besar ini diduga sebagai adaptasi untuk dapat mengikat oksigen dengan jumlah yang lebih banyak.berdasarkan morfologinya, sel eritrosit landak Jawa mirip dengan mamalia pada umumnya seperti yang dilaporkan oleh Tizard (1988), Jain (1993), dan Williams (1987), yaitu sel eritrosit hewan mamaliatidak memiliki inti dengan ukuran diameter 4-9 µm. Variasi morfologi sel eritrosit yang terdapat pada landak Jawa dapat dilihat pada Gambar 6. a b c Gambar 6Variasi morfologi sel eritrosit pada landak Jawa. Keterangan: Sel eritrosit dengan bentuk bikonkaf yang berukuran besar (1a), kecil (2b), sedang (3b). Sel eritrosit dengan bentuk bikonkaf seperti bulan sabit (4c).Bar 10 µm. Leukosit (WBC) Leukosit merupakan sel darah yang aktif dalam sistem pertahanan tubuh (Schalm 1971).Jumlah sel leukosit pada masing-masing jenis hewan bervariasi, bahkan pada setiap individu dalam satu spesies. Menurut Frandson (1992), meningkatnya jumlah sel leukosit merupakan pertanda adanya infeksi. Fluktuasi
2 jumlah sel leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya: stress, aktivitas fisiologis, status gizi, umur dan lain-lain (Dellmann dan Brown 1992). Dari hasil penelitian, jumlah sel leukosit yang diperoleh dapat dilihat padatabel 4. Tabel 4 Hasil analisis rataansel leukosit dari masing-masing landak Jawa Kode Landak (Jenis Kelamin) Sel leukosit (x10 3 /mm 3 ) A ( ) 12.5 B ( ) C ( ) 5.5 D ( ) 9.15 E ( ) Rataan Tingkat kesalahan (SD) 2.87 Berdasarkan data daritabel4,menunjukkan bahwa jumlah sel leukosit yang diperoleh dari masing-masing landak Jawa berbeda-beda.hal ini membuktikan bahwa setiap individu memiliki derajat ketahanan tubuh yang berbeda-beda walaupun masih dalam spesies yang sama.dari hasil penelitian, rataan jumlah sel leukosit yang diperoleh adalah 10.11±2.87 (x10 3 /mm 3 ) dalam kisaran (x10 3 /mm 3 ).Landak C memiliki jumlah sel leukosit yang paling rendah dari kelima landak tersebut.walaupun demikian, jumlah sel leukosit ini masih dalam kisaran angka pada kondisi normal atau fisiologisbila dibandingkan pada hewan rodensia lain dan selama penelitian landak C tidak memperlihatkan gejala klinis sakit.selain itu, pada waktu pengambilan darah landak dilakukan dalam kondisi teranastesi, sehingga dapat meminimalisir keadaan stress pada landak. Secara umum, nilai normal sel leukosit pada landak Jawa relatif lebih dekat dengan kelinci dan beberapa rodensia lain. Perbandingan nilai normal jumlah sel leukosit pada landak Jawa dengankelinci dan beberapa rodensia lain dapat dilihat pada Tabel 5.
3 Tabel 5 Perbandingan nilai normal jumlah rataansel leukosit pada landak Jawa dengan beberapa spesies hewan Jenis hewan Sel leukosit (x10 3 /mm 3 ) Landak Jawa 10.11±2.87 Kelinci Putih New Zealand* 8.179±1.882 Kelinci Wild Jack* 4.908±2.193 Marmut* ±2.891 Tikus Long Evants* 8.309±2.365 Tikus Sprangue-Dawley* 9.975±2.680 Mencit strain Regular Yellow* 6.333±3.721 Mencit strain Paker* 7.517±3.009 Sumber: *Jain Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 5, jumlah sel leukosit pada landak Jawa lebih dekat dengan jumlah leukosit pada tikus jenis Sprangue-Dawley, yaitu 9.975±2.680(x10 3 /mm 3 ) dan marmut, yaitu ±2.891 (x10 3 /mm 3 ). Dari kedekatan jumlah ini, diduga bahwa landak Jawa memiliki respon imunnon spesifik yang relatif sama dengan tikus jenis Sprangue-Dawley dan marmut. Pemeriksaan lanjut yang dilakukan yaitu pemeriksaan diferensiasi dari masing-masingjenis sel leukosit pada setiap landak. Sel leukosit pada landak Jawa dapat dibedakan menjadi dua yaitu sel leukosit yang memiliki granul (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan sel leukosit yang tidak memiliki granul (limfosit dan monosit).persentase nilai normal diferensiasi sel leukosit dari masing-masing landak Jawa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel6 Persentase rataan diferensiasi sel leukosit dari masing-masing landak Jawa Kode Landak Diferensiasisel leukosit (%) (Jenis Kelamin) Limfosit Monosit Neutrofil Eosinofil Basofil A ( ) B ( ) C ( ) D ( ) E ( ) Rataan SD Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 6, hal yang menarik untuk dikaji adalah tingginya persentase sel eosinofil dan rendahnya persentase sel neutrofil pada landak C dan landak D bila dibandingkan dengan landak lain.hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya infeksi agen penyakit tertentu. Infeksi parasit (cacing dan protozoa) dapat menyebabkan nilai sel eosinofil yang tinggi (Tizard
4 1988) dan nilai sel neutrofil yang rendah (Levine 1978). Menurut Levine (1978), sel neutrofil yang rendah terjadi sebagai akibat dari adanya cacing muda yang telah menembus dinding usus masuk ke rongga peritoneum dan menginfeksi organ di sekitarnya. Menurut penelitian identifikasi telur cacing yang dilakukan oleh Muhni (2011) pada tinja landak C dan landak D ditemukan beberapa jenis telur cacing, yaitu Strongyloid dan Trichuris. Hal ini diduga menjadi penyebab persentase sel eosinofil lebih tinggi dan persentase sel neutrofil lebih rendah pada landak C dan landak D dari pada landak lain. Meskipun demikian, data-data mengenai tingginya persentase sel eosinofil dan rendahnya persentase sel neutrofil pada landak C dan landak D masih dalam kisaran normal, bila dibandingkan dengan beberapa rodensia lain. Nilai normal persentase sel leukosit pada landak Jawa relatif lebih dekat dengan nilai normal persentasesel leukosit pada kelinci dan beberapa rodensia lain yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan landak Jawa. Perbandingan nilai normal persentasediferensiasisel leukosit pada landak Jawa dengan kelinci danbeberapa rodensia lain dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Perbandingan nilai normal persentase rataan diferensiasi sel leukosit pada landak Jawa dengan beberapa spesies hewan Jenis hewan Diferensiasi sel leukosit (%) Limfosit Monosit Neutrofil Eosinofil Basofil Landak Jawa 70.9± ± ± ± ±0.84 Kelinci putih New Zealand* 62.5± ± ± ± ±2.2 Kelinci Wild Jack* 54.2± ± ± ± ±0.6 Marmut* 71.4± ± ± ± ±0.15 Tikus Long Evants* 68.3± ± ± ± ±0.20 Tikus Sprangue-Dawley* 71.1± ± ± ± ±0.28 Mencit strain Regular Yellow* 74.3± ± ± ± ±0.40 Mencit strain Paker* 76.9± ± ± ± ±0.06 Sumber: *Jain Limfosit Data persentase diferensiasi sel leukosit yang terdapat pada Tabel 7, menunjukkan bahwa persentase normal sel limfosit pada landak Jawa lebih dekat dengan persentase normal sel limfosit pada tikus jenis Sprangue-Dawley, yaitu 71.1±8.7%.Menurut Dellman dan Brown (1992), masa hidup sel limfosit adalah berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, akan tetapi hal ini
5 tergantung pada kebutuhan tubuh. Hal ini diduga sebagai penyebab persentase sel limfosit yang relatif lebih dominan atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis sel leukosit lain. Dari hasil penelitian, ukuran rata-rata sel limfosit adalah 8.5±0.5 µm (Lampiran 8).Menurut Bacha dan Bacha (1990), ukuran sel limfosit dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kecil, sedang, dan besar.sel limfosit pada mamalia memiliki ukuran dengan kisaran 6-15 µm. Menurut Jain (1993), morfologi sel limfosit mamalia dibedakan atas dua tipe yaitu tipe besar dan tipe kecil. Sel limfosit tipe kecil merupakan sel limfosit dewasa yang memiliki diameter 6-9 µm. Sel limfosit tipe besar merupakan sel limfosit muda yang memiliki diameter 9-15 µm.oleh karena itu, sel limfosit pada landak Jawa memiliki ukuran sedang bila dibandingkan dengan mamalia pada umumnya (Gambar 7). a b Gambar 7 Variasi morfologi sel limfosit pada landak Jawa. Keterangan: a: sel limfosit muda. b: sel limfosit dewasa. Bar 10 µm. Monosit Persentase normal sel monosit pada landak Jawa lebih dekat dengan persentase normal sel monosit pada mencit jenis Paker, yaitu1.6±1.5% (Tabel 7).Menurut Dellman dan Brown (1992), sel monosit memiliki masa hidup jam dalam sirkulasi.hal ini diduga sebagai penyebab persentase sel monosit jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan persentase sel limfosit. Menurut Bacha dan Bacha (1990), ukuran sel monosit mamalia merupakan ukuran sel leukosit yang paling besar, yaitu15-20 µm dan berbentuk seperti kacang. Hal yang sama terlihat pada sel monosit landak Jawa, yaitu memiliki inti yang terlihat seperti kacang atau melengkung dan terletak disalah satu sisi sitoplasmasel. Landak Jawa memiliki ukuran diameter rata-rata sel monosit sebesar 10.5±0.5 µm (Lampiran 8).Ukuran sel monosit pada landak Jawa ini relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran sel monosit pada mamalia lain
6 yang dilaporkan oleh Bacha dan Bacha (1990). Variasi morfologi sel monosit pada landak Jawa dapat dilihat pada Gambar 8. a b c Gambar 8 Variasi morfologi sel monosit padalandak Jawa. Keterangan: a: bentuk inti melengkung.b: bentuk inti lebih melengkung seperti kacang.c: bentuk inti lebih jelas dengan lekungan seperti kapal kuda. Bar 10 µm. Neutrofil Persentase sel neutrofil dari data Tabel 7, menunjukkan bahwa persentase normal sel neutrofil landak Jawa lebih dekat dengan persentase normal sel neutrofil pada marmut, yaitu 23.4±9.5%. Menurut Tizard (1988), sel neutrofil dibentuk di dalam sumsum tulang selama 3-7 hari. Sel neutrofil bermigrasi dalam peredaran darah, yang tinggal selama 12 jam sebelum bermigrasi ke dalam jaringan. Proses pembentukan sel neutrofil relatif lebih cepat, karena pada saat terjadi infeksi bakteri, sel neutrofil harus segera bermigrasi untuk melawan infeksi tersebut. Oleh karena itu, hal ini diduga yang mempengaruhi persentase sel neutrofil relatif lebih tinggi dari pada jenis sel leukosit lain, kecuali sel limfosit. Dari hasil penelitian, ukuran sel neutrofil pada landak Jawa sebesar 14±0.5 µm (Lampiran 8).Menurut Bacha dan Bacha (1990), sel neutrofil tikus memiliki ukuran µm dan memiliki inti sebanyak 3-5 lobus.dengan demikian, ukuran sel neutrofil pada landak Jawa juga mirip dengan ukuran sel neutrofil pada tikus.gambaran beberapa jenis sel neutrofil yang ditemukan pada landak Jawa seperti yang disajikan pada Gambar 9.
7 a b c d e Gambar 9 Variasi morfologi sel neutrofil pada landak Jawa. Keterangan:a: inti sel neutrofil terdiri dari 5 lobus yang besatu,sehingga terlihat seperti satu inti yang besar.b: inti sel neutrofil terdiri dari 5 lobus. c: inti sel neutrofil terdiri dari 4 lobus yang bersambung.d: inti sel neutrofil terdiri dari3 lobus yang bersambung.e: inti sel neutrofil terdiri dari 4 lobusyang terpisah jelas.bar 10 µm. Basofil Persentase normal sel basofil pada landak Jawa lebih dekat dengan persentase normal sel basofil pada kelinci putih jenis New Zealand, yaitu 2.7±2.2% (Tabel 7).Sel basofil pada landak Jawa memiliki inti 2 atau 3 lobus yang ditutupi oleh granul dan berukuran 11±3 µm (Lampiran 8). Hal ini mirip dengan sel basofil pada mamalia umumnya, yaitu sel basofil pada mamalia memiliki ukuran diameter 12 µm dan terdapat granuldengan inti 2 atau 3 lobus (Bacha dan Bacha 1990). Secara fisik sel basofil terlihat seperti limfosit. Akan tetapi, sel basofil dapat dibedakan dengan sel limfosit, yaitu berdasarkan ukuran dan dengan adanya granul. Sel basofil memiliki ukuran yang lebih besarbila dibandingkan dengan sel limfosit dan memiliki granul. Morfologi sel basofil landak Jawa dapat dilihat pada Gambar 10. a b Gambar 10 Variasi morfologi sel basofil pada landak Jawa. Keterangan: a: sel basofilyang didominasi oleh granul, namun masih mengandung sedikit sitoplasma. b: sel basofil yang hampir seluruh sel didominasi oleh granul. Bar 10 µm. Eosinofil Persentase sel eosinofil yang terdapat pada Tabel 7, menunjukkan bahwa persentase normal sel eosinofil landak Jawa lebih dekat dengan persentase normal sel eosinofil pada tikus jenis Long Evants, yaitu 3.6±3.1%. Persentase sel
8 eosinofil relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan persentase jenis sel leukosit lain. Hal ini dipengaruhi oleh waktu paruh yang dimiliki sel eosinofil hanya 30 menit dalam aliran darah, kemudian sel eosinofil tersebut bermigrasi ke dalam jaringan tubuh yang memiliki waktu paruh sekitar 12 hari(tizard 1988). Ukuran sel eosinofil yang diperoleh dari hasil penelitian 11.5±0.5 µm (Lampiran 8). Bentuk dan ukuran sel eosinosil pada landak Jawa ini mirip dengan hewan mamalia pada umumnya, yaitu memiliki inti sebanyak 2 lobus dan ukuran diameter µm (Bacha dan Bacha 1990). Variasi morfologi sel eosinofil landak Jawa dapat dilihat pada Gambar 11. a b Gambar 11 Variasi morfologi sel eosinofil pada landak Jawa. Keterangan: a: inti dengan 2 lobus yang terpisah.b:inti dengan 2 lobus yang bersambung seperti bentuk kacamata.bar 10 µm. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (PCV), dan Eritrosit (RBC) Kadar Hb, persentase PCV, dan jumlah RBC dipengaruhi oleh spesies hewan, umur, jenis kelamin, nutrisi, serta keadaan fisiologis yaitu laktasi, kebuntingan, sirkulasi estrus, suhu, dan lingkungan (Sturkie 1976).Nilai Hb, PCV, dan RBC yang diperoleh dari masing-masing landak Jawa dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil rataan analisis nilai Hb, PCV, dan RBC dari masing-masing landak Jawa Kode Landak Hb (gr %) PCV (%) RBC (x10 6 /mm 3 ) (Jenis Kelamin) A ( ) B ( ) C ( ) D ( ) E ( ) Rataan SD
9 Menurut Tizard (1988), Perbedaan nilai normal hematologi dari masing-masing individu dipengaruhi oleh kemampuan laju metabolisme tubuh dan status kesehatan masing-masing individu tersebut. Data yang diperoleh dari Tabel 8, menunjukkan bahwa landak C dan landak D memiliki nilai Hb, PCV, dan RBC lebih rendah dari pada nilai rataan dan kelima landak lain. Pada landak ini diketahui juga memiliki persentase sel eosinofil yang tinggi dan terdapat telur cacing dalam tinjanya.hal ini diduga berpengaruh terhadap rendahnya nilai Hb, PCV, dan RBC.Selain itu landak D merupakan landak yang berkelamin betina.perbedaan jenis kelamin dapat menjadi faktor perbedaan nilai Hb, PCV, dan RBC. Menurut Sturkie (1976), hewan betina memiliki nilai Hb, PCV, dan RBC lebih rendah dari pada nilai Hb, PCV, dan RBC pada hewan jantan. Hal ini dipengaruhi oleh laju metabolisme, yaitu laju metabolisme pada hewan betina lebih rendah dari pada jantan. Nilai rataan Hb, PCV, dan RBC pada landak Jawa relatif lebih dekat dengan nilai rataan Hb, PCV, dan RBC pada kelinci dan beberapa rodensia lain yang telah dilaporkan oleh Jain (1993) pada Tabel 9. Tabel 9 Perbandingannilai rataan Hb, PCV, dan RBC pada landak Jawa dengan beberapa spesies hewan Jenis hewan Hb (gr/dl) PCV (%) RBC (x10 6 /µl) Landak Jawa 14.33± ± ±0.49 Kelinci Putih New Zealand* 13.3± ± ±0.39 Kelinci Wild Jack* 15.97± ± ±0.78 Marmut* 12.09± ± ±0.47 Tikus Long Evants* 15.2± ± ±0.65 Tikus Sprangue-Dawley* 14.8± ± ±0.62 Mencit strain Regular Yellow* 13.1± ± ±0.90 Mencit strain Paker* 13.4± ± ±0.62 Sumber: *Jain Menurut Whittow (1977), hewan yang hidup di daerah terestrial di dalam lubang tanah membutuhkan simpanan oksigen lebih tinggi dari pada hewan yang hidup di
10 daerah terestrial di permukaan tanah. Landak Jawa merupakan satwa terestrial yang membuat sarang berupa lubang di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 meter sebagai tempat peristirahatannya (Setiawan 2007).Dengan demikian, landak membutuhkan simpanan oksigen lebih tinggi dari pada hewan yang hidup di daerah terestrial di permukaan tanah. Berdasarkan data dari Tabel 9, nilai PCV yang relatif dekat dengan nilai PCV pada landak Jawa adalah marmut, yaitu 42.1±3.1 gr%, begitu juga dengan nilai RBC, yaitu 5.09±0.47 (x10 6 /mm 3 ), sedangkan nilai Hb yang relatif dekat dengan landak Jawa adalah tikus jenis Sprangue-Dawley, yaitu 14.8±0.8 gr/dl.perbedaan nilai Hb, PCV, dan RBC yang dikandung oleh masing-masing spesies hewan, dipengaruhi oleh kebutuhan fisiologis tubuh hewan tersebut. Oleh karena itu, nilai fisiologis Hb, PCV, dan RBC dari spesies hewan berbeda-beda, walaupun masih dalam ordo hewan yang sama. MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin), dan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) Nilai MCVberhubungan dan mempengaruhi ukuran sel darah merah, sedangkan nilai MCHdan MCHC berhubungan dan mempengaruhi jumlah atau konsentrasi Hb pada setiap sel darah merah.nilai MCV, MCH, dan MCHC diperoleh dari hasil perhitungan nilai Hb, PCV, dan RBC (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Hasil analisis MCV, MCH, dan MCHC pada landak Jawa dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil analisis rataan MCV, MCH, dan MCHC dari masing-masing landak Jawa Kode Landak (Jenis Kelamin) MCV (femtoliter) MCH (pigtogram/sel) MCHC (gram desiliter) A ( ) B ( ) C ( ) D ( ) E ( ) Rataan SD
11 Berdasarkan hasil analiasis nilai rataan MCV, MCH, dan MCHC pada landak Jawa yang terlihat pada Tabel 10, relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai normal MCV, MCH, dan MCHC pada kelinci dan beberapa rodensia lain yang dilaporkan oleh Jain (1993). Perbadingan nilai normal MCV, MCH, dan MCHC pada landak Jawa dengan nilai normal MCV, MCH, dan MCHC pada kelinci dan beberapa rodensia lain dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan nilai rataan MCV, MCH, dan MCHC pada landak Jawa dengan beberapa spesies hewan Jenis hewan MCV (fl) MCH (pg) MCHC (gr/dl) Landak Jawa ± ± ±3.75 Kelinci Putih New Zealand* 70.4± ± ±1.1 Kelinci Wild Jack* 63.62± ± ±1.07 Marmut* 83.0± ±1.2 - Tikus Long Evants* 57.3± ± ±1.5 Tikus Sprangue-Dawley* 59.0± ± ±1.2 Mencit strain Regular Yellow* 49.1± ± ±1.1 Mencit strain Paker* 49.0± ± ±1.0 Sumber: *Jain Nilai MCV pada suatu spesies hewan menggambarkan ukuran diameter sel eritrosit dari hewan tersebut. Dari data yang terdapat pada Tabel 11, terlihat bahwa nilai MCV pada landak Jawa relatif lebih besar bila dibandingkan dengan nilai MVC pada kelinci dan beberapa rodensia lain Hal ini terlihat juga pada ukuran area bikonkaf dan ukuran diameter sel eritrosit pada landak Jawa relatif lebih besar bila dibandingkan dengan mamalia pada umumnya (Gambar 5). Namun, menurut Schalm (1971), nilai MCV pada kelinci sebesar fl, sehingga nilai MCV ini relatif lebih mirip dengan nilai MCV pada landak Jawa. Menurut Whittow (1977), kelinci merupakan hewan yang hidup di daerah terestrial yang membuat lubang di dalam tanah. Dengan adanya kemiripan habitat dan perilaku pada kelinci dan landak Jawa merupakan faktor yang mempengaruhi kemiripan ukuran sel eritrosit. Nilai MCH dan MCHC pada hewan menggambarkan intensitas warna atau kandungan heme dari eritrosit tersebut.data yang diperoleh dari Tabel 11, terlihat bahwa nilai MCH dan MCHC pada landak Jawa relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai MCH dan MCHC pada kelinci dan beberapa rodensia lain (Jain 1993).Namun, menurut Schalm (1971), nilai MCH dan MCHC pada
12 kelinci pg dan gr/dl.berdasarkan data ini, maka nilai MCH dan MCHC pada landak Jawa lebih dekat dengan nilai MCH dan MCHC pada kelinci.oleh karena itu, dapat diduga bahwa kandungan hemedan intensitas warna sel eritrosit pada landak Jawa relatif sama dengan kandungan heme dan intensitas warna sel eritrosit pada kelinci. Dari hasil analisis nilai MCV, MCH, dan MCHC landak Jawa memiliki nilai yang relatif lebih tinggi terhadap kisaran normal pada kelinci dan beberapa rodensia lain. Tingginya nilai MCV, MCH, dan MCHC pada landak Jawa ini diduga sebagai adaptasi terhadap habitat dan perilaku membuat sarang berupa lubang di dalam tanah. Landak Jawa memerlukan konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi dan ukuran eritrosit lebih besar untuk dapat mengikat oksigen lebih banyak. Hal ini diperlukan karena di dalam sarang berupa lubang didalam tanah kadar oksigen lebih rendah dibandingkan dengan di permukaan tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Landak Hystrix javanica, Sunda Porcupine/ Javan Porcupine
TINJAUAN PUSTAKA Landak Landakmerupakan salah satu hewan mamalia dengan ordo rodensia dan famili Hystrixdae (Cigremiset al. 2008). Landak memiliki sifat soliter dan nokturnal. Selain itu, landak memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir
Lebih terperinciSTUDI HEMATOLOGI PADA LANDAK JAWA (Hystrix javanica) ELSYE MINAR SINAMBELA
STUDI HEMATOLOGI PADA LANDAK JAWA (Hystrix javanica) ELSYE MINAR SINAMBELA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER INFORMASI Dengan ini saya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciTabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba
3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciIndek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)
Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang
HASIL DAN PEMBAHASAN Hemoglobin Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang Hemoglobin burung merpati jantan dan betina sebelum dan sesudah dilatih terbang selama penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 3 Waktu : 50 menit Pokok Bahasan : 1. Evaluasi Eritrosit dan Interpretasinya (Lanjutan) Subpokok Bahasan : a. Fase fase proses pembentukan eritrosit.
Lebih terperinciGAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI
GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN GITA WIDARTI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kegiatan penelitian dilakukan oleh
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.
Lebih terperinciBila Darah Disentifus
Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciHasil Perlakuan Dosis Akut Asap Divine Pada Mencit (Blood count dan Lineage Erytrocyte)
Hasil Perlakuan Dosis Akut Asap Divine Pada Mencit (Blood count dan Lineage Erytrocyte) Fatma Ayatiliulil Albab Mahasiswa Program Pasca Sarjana Biologi Universitas Brawijaya Malang 13 Agustus 2012 Perlakuan
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),
Lebih terperinciLaporan Praktikum V Darah dan Peredaran
Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Jumlah sel darah merah yang didapatkan dalam penelitian ini sangat beragam antarkelompok perlakuan meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Pola kenaikan
Lebih terperinciPROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA
PROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA SKRIPSI DIANTI DESITA SARI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
Lebih terperinciHEMATOLOGICAL STUDY IN THE FRUITS-EATER BAT (Cynopterus sp.)
HEMATOLOGICAL STUDY IN THE FRUITS-EATER BAT (Cynopterus sp.) Anisa Rahma, Desrayni Hanadhita, Andhika Yudha Prawira, Danang Dwi Cahyadi, Supratikno, Aryani Sismin Satyaningtijas, Srihadi Agungpriyono Study
Lebih terperinciIV.Kajian Pustaka : 1. Sel darah merah (eritrosit)
I. Judul : Struktur sel darah pada manusia, ikan, dan katak II. Hari/tanggal : Sabtu/8 mei 2010 III. Tujuan : Mengamati bentuk dan struktur sel darah pada manusia, ikan, dan katak, serta membandingkan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh
21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan
Lebih terperinciTabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor
Lebih terperinciINTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING
PATOLOGI KLINIK VETERINER INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING OLEH: Drh. Anak Agung Sagung Kendran, M.Kes. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Karakteristik Kucing
3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Kucing kampung (Felis domestica) termasuk dalam ordo karnivora (pemakan daging). Fowler (1993) mengklasifikasikan kucing kampung (Felis domestica) sebagai berikut: kingdom
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciKompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya
SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem
Lebih terperinciANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE
ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian korpuskuli yakni
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu: Plasma
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes Disusun Oleh : Nama: Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 Prodi : Pendidikana IPA PRODI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerbau Lumpur Kerbau domestik di Asia memiliki nama ilmiah Bubalus bubalis. Menurut Roth (2004) susunan taksonomi kerbau domestik adalah kerajaan animalia, filum chordata, kelas
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Sel Darah Merah Pemeriksaan darah dilakukan selama tiga puluh hari dari awal kebuntingan, yaitu hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 15, dan 30. Pemilihan waktu pemeriksaan dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena atau arteri yang mengangkat oksigen dan bahan makanan ke seluruh
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang digunakan secara luas pada praktek klinis sehari-hari. Rentang referensi hematologi yang sesuai sangatlah diperlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.
Lebih terperinciSTRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah
STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN Achmad Farajallah Sistem Sirkulasi: mode umum Sistem transportasi internal akibat ukuran & strukturnya menempatkan sel-sel tubuh berada jauh dari lingkungan luar sistem yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Darah Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran pencernaan ke jaringan tubuh, membawa kembali produk sisa metabolisme sel ke organ eksternal,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Superovulasi Superovulasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah korpus luteum yang dihasilkan dan peningkatan jumlah folikel yang berkembang hingga mengalami
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016, pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan selama 28 hari di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan
Lebih terperincistatistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks
Persentase Rasio gonad perberat Tubuh Cobia 32 Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh cobia yang dianalisis statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. beriklim kering. Umumnya tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tanaman Kecubung Kecubung termasuk tumbuhan perdu yang tersebar luas di daerah yang beriklim kering. Umumnya tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang tidak begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi. pada ibu hamil adalah anemia.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah anemia. Anemia adalah berkurangnya massa sel darah merah yang berarti dan berhubungan dalam penurunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil perkawinan silang, seleksi dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi, terutama
Lebih terperinciGAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA
1 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG
Lebih terperinciIMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 2.1. Taksonomi dan Biologi Luak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Luak atau Paradoxurus hemaphroditus yang berada di daerah pulau Jawa menurut Shiroff (2002) memiliki susunan taksonomi sebagai berikut: Kingdom
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan April sampai dengan Desember 2011. Lokasi pemeliharaan pada penelitian ini bertempat di Laboratorium Lapang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati
TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati mencakup sekitar 255 spesies dengan penyebaran yang hampir meliputi seluruh dunia. Kecuali di kutub dan beberapa kepulauan samudera. Bulunya yang khas berwarna
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J. A: Sonogram duodenum pada posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika muskularis, dan S: serosa. B: Skema
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indeks Eritrosit Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciGAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL)
Laporan Praktikum ke-3 Hari/Tanggal : Jumat/ 17 Maret 2017 m.k Manajemen Kesehatan Kelompok : VII Organisme Akuatik Asisten : Niar Suryani GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL) Disusun oleh: Nuralim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Proses Fermentasi Sabut Kelapa Sawit Sabut kelapa sawit (SS) yang difermentasi oleh jamur Pleurotus ostreatus pada penelitian ini dijadikan sebagai bahan pakan pengganti
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. (2009), dimana kesalahan pengambilan spesimen pada fase pra-analitik dari
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan hubungan positif antara lama penundaan preparasi spesimen darah terhadap perubahan morfologi leukosit darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordate Kelas : Aves Ordo : Galliformes
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Diferensiasi Leukosit Tubuh manusia maupun hewan sepanjang waktu terpapar oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan parasit dalam berbagai tingkatan
Lebih terperinci