BAB I PENDAHULUAN. Kota Banjarmasin adalah ibu kota propinsi Kalimantan Selatan yang berkembang di
|
|
- Leony Iskandar
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Banjarmasin adalah ibu kota propinsi Kalimantan Selatan yang berkembang di tepian sungai dan memiliki potensi alam berupa sungai-sungai yang membelah kotanya. Menurut Subiyakto (2008) ratusan tahun lalu, Sungai Martapura dilalui oleh kapal-kapal besar yang membawa barang-barang dari luar Kalimantan. Kelotok dan jukung berperan menyusuri sungai-sungai dan masuk hingga ke pedalaman Pulau Borneo (Kalimantan) untuk melakukan jual beli hasil kebun dan hutan mulai dari lada hingga hasil bumi berupa intan yang dibawa hingga ke Eropa. Ekspedisi pada tahun 1847 oleh bangsa Belanda menyusuri sungai yang berkelok-kelok dan saling tembus satu dengan lainnya menemukan kehidupan orang Banjar yang hidup di tepian sungai dan memanfaatkan sungai untuk keperluan seharihari dan terjalin intreraksi yang bersifat mutualisma dengan perahu sebagai sarana transportasi utama pada masa itu. Perahu merupakan alat transportasi utama di Kota Banjarmasin hingga tahun 1950an dan digunakan warga untuk menyusuri sungai yang menghubungkan kampung-kampung dan pasar. Perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk yang pesat kemudian merubah budaya warga tepian sungai dalam memanfaatkan potensi sungai. Fungsi sungai sebagai prasarana transportasi, khususnya untuk kapal angkutan manusia mulai menurun seiring dengan berkembangnya jaringan infrastruktur jalan darat yang dikenalkan kolonial. Orientasi bangunan berubah arah dari "muka" menghadap sungai menjadi "belakang", dimana pada zaman dahulu bagian "muka" tersebut memiliki akses langsung menuju sungai. Menurut Subiyakto (2013) sebagian badan sungai di Kota Banjarmasin di pusat kota ditutup dengan bangunan bahkan dijadikan lahan parkir. Pemanfaatan ruang sepanjang sempadan sungai di Kota Banjarmasin menjadi tidak terarah dengan pola perkembangan yang tidak teratur. 1
2 Sejak tahun 2010 Pemerintah Kota Banjarmasin memasukkan konsep penataan kota berbasis sungai ke dalam RTRW, salah satunya melalui program pemantapan fungsi jaringan Sungai Martapura sebagai jalur pergerakan regional dan jalur pergerakan dalam Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin dalam upaya mengembalikan sungai nya sebagai basis penataan kota mengadakan sayembara bertaraf internasional berupa penataan waterfront city dan menjadikan bantaran sungai sebagai ruang terbuka dengan konsep riverwalk. Sampai tahun 2014, realisasi konsep tersebut berupa Taman Siring Sungai Martapura sepanjang 3 km dari 5 km yang direncanakan, dengan relokasi permukiman sekitar KK. Relokasi perumahan pada badan sungai dilakukan melalui proses ganti rugi, penyediaan lahan khusus pada kawasan perumahan yang direncanakan dan melalui insentif dan disinsentif. Tepian Sungai Martapura direncanakan sebagai Obyek Wisata Tepian Sungai, dengan menata berbagai kegiatan wisata seperti pameran, musik dan wisata kuliner yang berbasis budaya lokal dan ramah lingkungan (sumber : RTRW Kota Banjarmasin ). RTRW Kota Banjarmasin dalam sub bab rencana perwujudan pola ruang kawasan lindung sempadan sungai dan rawa menetapkan bantaran sungai dan rawa harus bebas dari bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi untuk mempertahankan ekosistem sungai dan rawa. Untuk mendukung program tersebut diatur pula penyusunan database dan sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai. Gambar 1.1 tentang landuse eksissting dalam dokumen RTRW Kota Banjarmasin menunjukkan penggunaan lahan di Kota Banjarmasin yang didominasi oleh guna lahan berupa permukiman, perdagangan & jasa dan industri di sepanjang aliran Sungai Martapura. Gambar 1.1 berisi rencana pemanfaatan Kota Banjarmasin dalam dokumen RUTR Kota Banjarmasin menunjukkan penggunaan lahan sepanjang Sungai Martapura sebagai kawasan perumahan, perindustrian (besar, menengah dan kecil) juga sebagian perdagangan dan jasa. 2
3 3 Gambar 1.1. Peta Landuse Eksisting Kota Banjarmasin Sumber : RTRW Kota Banjarmasin
4 4 Gambar 1.2 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Banjarmasin Sumber : RUTR Kota Banjarmasin
5 1.2. Perumusan Masalah Kota memiliki keunggulan komparatif untuk mewadahi penduduk dengan berbagai macam kegiatannya dimana di dalam proses perencanaan sebuah kota kegiatan tersebut diatur berdasarkan jenisnya melalui tata ruang, sehingga tata ruang dapat disama artikan dengan tata laku. Melville dalam Suryantoro (2002) menyebutkan bahwa kota merupakan aglomerasi penduduk dengan kegiatannya. Aglomerasi yang terjadi berupa kegiatan penduduk dalam wilayah kota dengan kemampuan kota sebagai simpul produksi dan distribusi barang serta jasa, pusat pelayanan kegiatan serta pusat komunikasi. Aglomerasi menyebabkan sebuah kota mengalami perubahan pemanfaatan ruang, secara umum dapat diklasifikasikan dari lahan belum terbangun berupa lahan kosong dan lahan pertanian yang berubah menjadi lahan terbangun berupa permukiman dan lahan dengan fungsi pemenuhan kegiatan penduduk. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Banjarmasin, yang merupakan sebuah kota yang memiliki keunggulan komparatif berupa sungai-sungai yang membelah kotanya. Banjarmasin adalah sebuah kota yang berkembang dari tepian sungai, masyarakatnya memanfaatkan sungai dalam kehidupan sehari-hari dan terjadi sebuah hubungan yang bersifat mutualisma. Banjarmasin semakin berkembang dengan pola perkembangan tidak lagi linier mengikuti jaringan sungai tetapi sudah berpindah orientasi mengikuti pola perkembangan infrastruktur jalan. Kondisi yang terjadi adalah perubahan budaya yang tidak lagi mempergunakan peran dan fungsi jaringan sungai sebagai potensi kota. Menurut Subiyakto (2013) Kota Banjarmasin yang mendapat sebutan Kota Seribu Sungai oleh ekspedisi Belanda pada abad ke-19 makin pudar pada masa sekarang, hal ini terlihat pada sebagian badan sungai di pusat kota yang ditutup dengan bangunan dan dijadikan lahan parkir pebuah pusat pertokoan. Perubahan yang lain juga terlihat penamaan kampung di Kota Banjarmasin yang selalu dinamakan dengan nama sungai seperti Kampung Sungai Jingah, Kampung Sungai Bilu, Kampung Sungai Alalak dan Kampung Saka (kanal) 5
6 Permai. Pada masa sekarang kampung-kampung tersebut tetap menyandang namanya tetapi sungainya sudah tidak ada. Hilangnya sungai bagi orang Banjar berarti hilangnya asal-usul mereka menurut Suriansyah dalam Subiyakto (2013). Menurut Subiyakto (2010) pertumbuhan penduduk kota yang terus meningkat menjadi salah satu sebab tidak berfungsinya kanal, seiring dengan pertumbuhan penduduk perubahan pemanfaatan ruang juga semakin meningkat. termasuk adanya peningkatan pembangunan sarana fisik kota, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas komersial dan jasa, fasilitas jalan, dan fasilitas lainnya. Penelitian perubahan pemanfaatan ruang Kota Banjarmasin dilakukan dengan menggunakan interpretasi terhadap peta citra dan peta digital tahun 2005, 2010 dan 2014 dengan tinjauan utama pada perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Peta citra satelit digunakan sebagai alat untuk melakukan identifikasi dan interpretasi terhadap pemanfaatan ruang di tepian sungai. Peta citra satelit memperlihatkan gambaran objek secara lengkap yang ada di permukaan bumi, bahkan dapat dilakukan interpretasi terhadap objek yang tidak dapat dilihat secara langsung di lapangan. Sesuai dengan tinjauan utama permasalahan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin maka dalam penelitian ini dikemukakan dua permasalahan, yakni : 1. Bagaimana pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura sejalan dengan perubahan fungsi sungai yang menurun. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di tepian Sungai Martapura. Penataan bantaran Sungai Martapura didalam RTRW Kota Banjarmasin salah satunya disebutkan sebagai kawasan wisata dengan penggunaan lahan berupa pembangunan taman siring dan ruang terbuka, diharapkan pembangunan tersebut menjadi faktor untuk meningkatkan kembali interaksi antara manusia dengan sungai seperti dimasa lalu interaksi 6
7 yang bersifat mutualisma. Penggunaan lahan bantaran Sungai Martapura yang lain sebagai lahan permukiman, kegiatan industri dan perdagangan di Kota Banjarmasin masih dapat ditemui, penggunaan lahan berupa permukiman menunjukkan interaksi yang harmonis antara manusia dengan sungai, penggunaan lahan untuk kegiatan industri dan perdagangan diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi kota selain itu peran dan fungsi sungai sebagai salah satu jalur transportasi utama kota tempo dulu juga diatur didalam RTRW Kota Banjarmasin. Rencana perwujudan struktur ruang Kota Banjarmasin terkait dengan sistem transportasi menyebutkan upaya untuk mengintegrasikan transportasi sungai dengan darat yang menetapkan sistem trayek kendaraan umum/penumpang dan barang, perbaikan dan pembangunan terminal, halte dan dermaga. Pertumbuhan pembangunan sarana fisik yang pesat di Kota Banjarmasin dapat dipastikan berakibat langsung terhadap perubahan pemanfaatan ruang kota, dimana sangat diperlukan arahan dalam perencanaan melalui penelitian-penelitian sejenis, agar dapat tercapai pembangunan kota yang tertib terkait dengan pemanfaatan potensi kota dalam hal ini sungai di Kota Banjarmasin. Dari beberapa pembahasan di atas ditemukan satu inti masalah yang disusun menjadi sebuah bentuk pertanyaan penelitian (research question), yaitu : Bagaimanakah perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin dari tahun 2005 sampai tahun 2014 dan apakah faktor penyebabnya? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin ini adalah untuk : 1. Menggambarkan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin sejak tahun 2005 sampai tahun Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan guna lahan sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. 7
8 1.4. Lokasi Daerah Penelitian Lokasi yang diambil sebagai objek penelitian adalah kawasan sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin yang meliputi 5 (lima) kecamatan dengan dasar pertimbangan : (i) tersedianya data berupa peta citra satelit dan peta digital serta data sekunder lainnya untuk identifikasi keruangan pada lokasi penelitian, (ii) lokasi penelitian terletak di Kota Banjarmasin sebagai Ibu Kota Propinsi yang menjadi pusat pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya, serta aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya yang berakibat pada penggunaan lahan kota menjadi bervariasi sesuai dengan kebutuhan penduduk, (iii) lokasi penelitian dalam beberapa tahun terakhir menjadi fokus utama pemerintah kota dan pemerintah provinsi untuk dikembangkan dan ditata ulang melalui program revitalisasi. Kota Banjarmasin memiliki luas 98,46 km² yang terdiri atas 5 Kecamatan, Yaitu Kecamatan Banjarmasin Selatan seluas 38,27 km² (38,87%), Banjarmasin Timur seluas 23,86 km² (24,23%), Banjarmasin Barat seluas 13,13 km² (13,34%), Banjarmasin Tengah seluas 6,66 km² (6,76%) dan Banjarmasin Utara seluas 16,54 km² (16,80%) dengan total jumlah kelurahan sebanyak 52 Kelurahan yang terbagi menjadi 118 Rukun Warga dan Rukun Tetangga pada tahun Manfaat Penelitian Penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin ini diharapkan mempunyai manfaat secara ilmiah maupun terapan. Manfaat ilmiah dari penelitian ini berupa pengembangan pembahasan tentang perubahan pemanfaatan ruang di Kota Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, dengan fokus utama pembahasan tentang perubahan luas dan jenis penggunaan lahan serta faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Upaya identifikasi perubahan pemanfaatan ruang dan faktor yang 8
9 mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang, baik berupa faktor yang dapat diinterpretasi dari peta citra satelit dan peta digital atau dari luar peta citra satelit dan peta digital diharapkan dapat dilakukan langkah antisipasi terhadap pengaturan tata guna lahan di Kota Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, mengingat sungai merupakan keunggulan komparatif kota. Sedangkan manfaat terapan yang dapat diambil terhadap hasil penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin serta faktor yang mempengaruhinya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan agar didapatkan hasil optimal. Kajian terhadap perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin yang mendasarkan informasi dan interpretasi dari peta citra satelit multi waktu diharapkan pula dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan kota bagi upaya-upaya serupa di masa yang akan datang. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah mengenai pola perubahan pemanfaatan ruang di tepian Sungai Martapura dan pemanfaatan ruang yang tidak konsisten agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi rencana tata ruang agar dapat menjadi lebih relevan terhadap kondisi yang ada sekarang Keaslian Penelitian Penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang perkotaan memang telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bastoni (1998) dengan studi kasus Kota Atas Semarang. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1980 sampai tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan dan perluasan wilayah kota terhadap pemanfaatan lahan serta mengetahui pengaruh yang disebabkan oleh faktor fisikal kota terhadap pergeseran tata guna lahan di sana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pergeseran penggunaan lahan yang dipengaruhi oleh 9
10 faktor jaringan transportasi, selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah fasilitas umum yang nmenjadi pusat kegiatan serta faktor kemiringan lereng atau kondisi bentang lahan wilayah penelitian. Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Koesalireni (1999) dengan mengambil kasus pada kawasan hutan mangrove Teluk Benoa Propinsi Bali. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1983 sampai tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi di kawasan Teluk Benoa, kemudian melakukan pengamatan dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan pemanfaatan ruang di sana. Tujuan selanjutnya dari penelitian ini adalah untuk mengakji dampak yang muncul setelahnya. Penelitian ini menggunaka metode deskriptif kualitatif dengan teknik eksploratif dalam proses pengumpulan data primer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang terjadi dengan intensitas yang terus meningkat dan berdampak terhadap kebutuhan sarana dan prasarana. Penelitian tentang perubahan penggunaan selanjutnya dilakukan oleh Genep (2001) yang bertujuan untuk mengidentifkasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan lahan pada kawasan sempadan pantai di kawasan pariwisata Lovina, Buleleng, Propinsi Bali. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1991 sampai tahun Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan bersifat eksploratif dengan metode pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara dan pemilihan responden menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian diatas menunjukkan perubahan guna lahan yang terjadi pada kawasan pariwisata Lovina dipengaruhi faktor-faktor antara lain kurang efektifnya peran pemerintah dan lemahnya penegakan hukum, kurangnya pemberdayaan masyarakat khususnya lembaga adat, minimnya pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan serta keterlibatan pelaku ekonomi seperti pengusaha. 10
11 Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Bijuri (2005) dengan mengambil lokasi penelitian di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu pada sepanjang jalan arteri yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1992 sampai tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengenali faktor-faktor penyebab tingginya perubahan guna lahan dari lahan tidak terbangun (non-built up area) menjadi lahan terbangun (built up area) pada kiri dan kanan jalan arteri yang menghubungkan dua kota tersebut di atas. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan alat bantu kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang tergolong cepat dilihat dari Skala Likerts dengan pola memanjang, perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor daya tarik jaringan jalan, aksesibilitas, dan posisi pusat kegiatan atau dengan kata lain prospek bisnis. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian perubahan pemanfaatan ruang kota dengan fokus sepanjang kawasan Sungai Martapura Kota Banjarmasin dengan menggunakan bantuan interpretasi peta citra satelit dan peta digital multi waktu untuk mengidentifikasi perubahan jenis penggunaan lahan di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2014, serta menganalisis dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian sungai masih belum pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada beberapa unsur utama penelitian, yaitu : (i) lokasi penelitian, (ii) tahun penelitian, (iii) tahun data yang diambil sebagai waktu perekaman, (iv) analisis data, dan (v) kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi yang diajukan. 11
12 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian perubahan guna lahan sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Lebih jelasnya susunan sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang penelitian yang dimulai dari sejarah dan perkembangan perencanaan tata guna lahan, pengelolaan sungai, tinjauan historis Kota Banjarmasin, perumusan masalah, lokasi wilayah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Pustaka, bab ini membahas berbagai tinjauan teoritis dari beberapa literatur tentang penggunaan lahan dan tentang sungai yang akan digunakan sebagai pendekatan dalam melakukan analisis terhadap perubahan guna lahan di tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Bab III. Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan, penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan data penelitian, dan metode analisis data. Bab IV. Gambaran Umum Wilayah, bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah dan gambaran khusus lokasi penelitian. Bab V. Hasil Temuan di Lapangan, bab ini berisi tentang hasil temuan di lapangan yang diperoleh melalui pengumpulan data dan hasil analisis data. Bab VI. Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisi tentang kesimpulan hasil analisis penelitian yang digunakan dan rekomendasi sebagai respon terhadap kesimpulan yang diperoleh. 12
WATERFRONT CITY, BANJARMASIN Sebuah Upaya Inovatif Pengembalian Citra Kota
WATERFRONT CITY, BANJARMASIN Sebuah Upaya Inovatif Pengembalian Citra Kota Oleh: Raditya PU * Kepala Bappeda Banjarmasin Kota Seribu Sungai. Sudah sewajarnya jika sebutan tersebut diberikan masyarakat
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang memiliki beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih strategis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota di Pulau Kalimantan memiliki kaitan yang erat terhadap sungai. Hal ini dikarenakan kota-kota tersebut merupakan kota yang mengalami perkembangan dari jejalur
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk
Lebih terperinciV. ANALISIS DAN SINTESIS
V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis Fisik 5.1.1.1 Analisis Topografi Wilayah Banjarmasin bagian utara memiliki ketinggian permukaan tanah rata-rata 0,16 m di bawah permukaan air laut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciPangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI
BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciUKDW PENDAHULUAN BAB 1 1 UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR
ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : IKHSAN FITRIAN NOOR L2D 098 440 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi
Lebih terperinciKINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D
KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciLAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1
LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia
Lebih terperinciBab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di bagian pesisir pantai barat pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Air merupakan sumber kehidupan dan penghidupan, sekaligus melengkapi kehidupan manusia dan seluruh flora dan fauna yang ada di bumi. Air selain menopang kehidupan secara
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta
BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Selatan, pemerintah telah membuat kebijakan dan program yang tertuang dalam
Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pemilihan Kasus Kota Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi Kalimantan Selatan, mempunyai tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciKAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369
KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan perkotaan dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Banjarmasin merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), sebagai Kota Pusat Pemerintahan serta sebagai pintu gerbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciEVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG
EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh : ANIARANI ANDITA 15403045 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
Lebih terperinci2015 KEMENARIKAN SUNGAI MUSI SEBAGAI WISATA SUNGAI DI KOTA PALEMBANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wisata sungai (river tourism) sudah banyak berkembang di dunia. Banyak negara yang mengusung tema wisata sungai untuk menarik perhatian wisatawan datang ke negaranya,
Lebih terperinciBAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bahwa bumi dan air
Lebih terperinciWALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGAH TAHUN 2016-2036 DENGAN
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika A. Permasalahan Adapun Permasalahan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciSTUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR
STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para
Lebih terperinciBAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR
BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data
3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum Kota Banjarmasin yang terdiri dari kondisi fisik dasar, pemanfaatan lahan dan kependudukan. Selain itu, dibahas pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA
Lebih terperinciEvaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying
Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying 1 Indri Pebrianto, 2 Saraswati 1,2 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.
PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI. BUPATI BERAU Menimbang : a. bahwa dalam upaya tertatanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Kota Pekalongan Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia saat ini cukup pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal dalam permukiman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan modern saat ini, aktivitas manusia semakin bertambah dan berkembang. Berkembangnya aktivitas manusia, maka berkembang pula sarana dan prasarana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan berhubungan erat dengan dengan aktivitas manusia dan sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota dipengaruhi oleh adanya
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu sistem yang dibuat untuk membantu pergerakan manusia maupun barang dalam berpindah tempat baik dalam jarak dekat maupun jauh. Transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang berlandaskan UU No. 32 tahun 2004 yang merupakan revisi dari UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, memberikan kewenangan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
232 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah data dan hasil analisis penelitian diperoleh kemudian di dukung oleh litelature penelitian yang relevan, maka tiba saatnya menberikan penafsiran dan pemaknaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran
Lebih terperinciINTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)
INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan seutuhnya yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tersebut dapat tercapai bila seluruh kebutuhan
Lebih terperinciPERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR
PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : YUNIKE ELVIRA SARI L2D 002 444 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam
Lebih terperincifungsional, pendekatan kontekstual, pendekatan aspek pencitraan, pendekatan aspek teknis dan kinerja, serta pendekatan lokasi dan tapak.
BAB I PNDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, masyarakat sangat membutuhkan alat untuk mempermudah aktifitasnya dalam sehari hari, terutama teknologi transpotasi yang sampai sekarang
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D
STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciTUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;
Lebih terperinciIV. INVENTARISASI. Tabel 4 Luas, Nama Ibukota Kecamatan, dan Jumlah Desa/ Kelurahan di Kota Banjarmasin Tahun 2008
IV. INVENTARISASI 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasif Kota Banjarmasin secara geografis terletak pada koordinat 3 0 15-3 0 22 LS dan 114 0 98 BT berkedudukan sebagai ibukota Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor
Lebih terperinci