PENGENDALIAN PEREDARAN TSL BAKAUHEUNI MELALUI PEMBENTUKAN WILDLIFE RESCUE UNIT 24/7
|
|
- Hartanti Indradjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Dokumen ini disusun secara partisipatif Oleh: 1. Balai KSDA Bengkulu 2. Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung 3. Statiun karantina Ikan 4. Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan 5. Yayasan Scorpion 6. WCU-WCSIP 7. RPU-ILEU-YABI Sumatera PENGENDALIAN PEREDARAN TSL BAKAUHEUNI MELALUI PEMBENTUKAN WILDLIFE RESCUE UNIT 24/7 KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM ROLE MODEL 2018 BALAI KSDA BENGKULU 0
2 LAMPIRAN KONTRAK KINERJA ROLE MODEL 2018 BALAI KSDA BENGKULU BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU KERANGKA ACUAN KERJA ROLE MODEL BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU 1. Judul Role Model : Pengendalian Peredaran TSL dengan Membentuk Wildlife Rescue Unit 24/7 2. Pemrakarsa Role Model 2.1. Kementerian/Lembaga 2.2. Unit KerjaEselon I 2.3. Satuan Kerja : : : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal KSDAE Balai KSDA Bengkulu 3. Durasi Pelaksanaan : 12 bulan (Tahun 2018) 4. Lokasi : Pelabuhan Penyebrangan, Lampung Selatan, Provinsi Lampung. 5. Gambaran Umum Role Model 5.1. Latar Belakang Peredaran tumbuhan dan satwa liar secara illegal masih cukup marak terjadi. Peredaran TSL illegal diyakini memiliki nilai perdagangan yang tinggi. Data Ditjen PHKA tahun 2009 menyebutkan bahwa kerugian negara akibat perdagangan TSL illegal mencapai Rp. 9 T per tahunnya. Hal ini disebabkan diantaranya oleh tingginya permintaan atas produk-produk TSL, lemahnya regulasi administrasi penata-usahaan TSL, serta masih kurang efektifnya pengawasan peredaran TSL. Pelabuhan Penyebrangan memiliki posisi strategis dalam pengendalian peredaran TSL antar pulau. Pelabuhan ini menjadi gerbang utama keluarmasuknya TSL dari dan menuju Pulau Sumatera. Data dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Pulau Sumatera merupakan salah satu penyuplai TSL terbesar bagi pasar-pasar hewan di Pulau Jawa. Peningkatan efektivitas pengawasan di Pos Pelabuhan diyakini akan mampu mengurangi suplai produk TSL di pasar-pasar Pulau Jawa. Upaya untuk menurunkan jumlah TSL yang diperdagangkan secara illegal melalui Pelabuhan harus dilakukan secara komprehensif. Selain upaya intensifikasi pengawasan, diperlukan juga penguatan kelembagaan koordinasi, peningkatan efektivitas penanganan TSL sitaan, dan peningkatan efektivitas pencegahan peredaran TSL secara illegal. BALAI KSDA BENGKULU 1
3 5.2. Tujuan Dengan horizon waktu satu tahun, terdapat beberapa tujuan program role model ini yaitu: 1) Meningkatkan koordinasi dengan para mitra kunci terkait 2) Mengintensifkan kembali pengawasan peredaran TSL di Pelabuhan 3) Meningkatkan efektivitas penanganan TSL tangkapan 4) Meningkatakan efektivitas upaya pencegahan peredaran TSL secara ilegal 5.3. Kondisi Saat ini Saat ini upaya pengendalian peredaran TSL sudah dilakukan oleh Balai KSDA Bengkulu. Namun, diyakini masih banyak ruang perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengendalian TSL. Rentang kendali yang jauh memperlemah upaya pengendalian. Terlebih pelemahan upaya pengendalian in lebih banyak disebabkan oleh perampingan organisasi yang terjadi pada UPT Ditjen KSDAE pada tahun Lebih dari itu, hilangnya kewenangan penindakkan dari Balai KSDA Bengkulu mempersempit ruang gerak petugas lapangan. Hasilnya, pengendalian peredaran TSL melemah Peta Lokasi Program role model Pengendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 akan dilaksanakan di Pos Pelabuhan Penyebrangan Lampung Selatan dan daerah sekitarnya. Peta lokasi pelaksanaan program tersaji pada Gambar Kondisi yang diinginkan Kondisi yang diinginkan pada akhir 2018 adalah menurunnya jumlah peredaran TSL ilegal melalui Pelabuhan sehingga kegiatan peredaran TSL di Provinsi Lampung tahun 2018 menjadi lebih tertib. 6. Keterkaitan dengan RENSTRA DITJEN KSDAE dan/atau RKP 2018 Program Role Model engendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 sejalan (in line) dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, Renstra Kemenlhk dan Renstra Ditjen KSDAE Dalam RKP 2018, program role model ini mendukung pembangunan bidang Peningkatan Konservasi, Pengelolaan DAS serta Pelestarian dan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati. Program role model ini juga mendukung pencapaian sasaran program Kementerian BALAI KSDA BENGKULU 2
4 bidang KSDAE yaitu Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, pelaksanaan role model ini akan mendukung pencapaian 2 IKK Ditjen KSDAE , yaitu (a) Persentase peningkatan populasi 25 species satwa terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List Of Threatened Species sebesar 10% dari baseline data tahun 2013 dan (b) Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar Rp 520 juta. Hubungan keterkaitan program role model dengan rencana kerja pemerintah Tahun 2018, Renstra Kementerian LHK, dan renstra Ditjen KSDAE tersaji dalam Tabel 1. BALAI KSDA BENGKULU 3
5 Tabel 1. Matriks Keterkaitan Program Role Model dengan Program Prioritas Nasional, Sasaran Strategis Kementerian LHK dan IKK Ditjen KSDAE No. Program Role Model Prioritas Pembangunan Nasional /Bidang (RKP 2018) Sasaran Strategis KemenLHK Sasaran Program Ditjen KSDAE Kegiatan Ditjen KSDAE IKK Ditjen KSDAE 1 Pengendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 Peningkatan Konservasi, Pengelolaan DAS serta Pelestarian dan Pemanfaatan Keanekaragama n Hayati Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembagunan yang berkelanjutan (SS3) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi kenakeragaman hayati (SP1) Konservasi Spesies dan Genetik (K3) 1. Persentase peningkatan populasi 25 species satwa terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List Of Threatened Species sebesar 10% dari baseline data tahun Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar Rp 520 juta. BALAI KSDA BENGKULU 4
6 7. Indikator Pencapaian Proyek Terdapat beberapa output, outcome dan impact yang diharapkan dari program role model Pengendalian Peredaran TSL melalui Pembentukan WRU24/7 seperti yang tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Outputs, outcomes, dan impacts yang diharapkan dari program role model. Output/ Outcome/ Impact Uraian Kriteria Keberhasilan Indikator Output Pemantapan kelembagaan koordinasi Pembentukan unit tugas atau Wildlife Rescue Unit Terbbentuknya satu unit tugas Menyusun MOU antara Balai KSDA Bengkulu dengan Para Mitra terkait Terjalinnya MOU/ PKS dengan 3 mitra Pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan koordinasi Terbentuknya WA group Beroperasionalnya pos bersama Terbitnya SK Personil Posko Peningkatan kapasitas SDM petugas di Pos Pelabuhan Peningkatan Intensitas pengawasan Pos Pelabuhan Penempatan personil sistem 24/7 (24 jam dalam sehari/7 hari dalam seminggu) Revitalisasi pos jaga Balai KSDA Bengkulu di 1. SK Penempatan pegawai Terbangunnya 1 Unit pos jaga yang memadai Peningkatan efektivitas penanganan TSL hasil tangkapan Pembangunan fasilitas rehabilitasi satwa sementara di bakauheuni Terbangunnya 1 Unit fasilitas rehabilitasi sementara Peningkatan efektivitas pencegahan peredaran TSL ilegal Sosialisasi terhadap para pemegang izin pemanfaatan TSL Membangun sistem intelejen yang solid (lintas provinsi di Sumatera) Jumlah peserta sosialisasi dan/atau jumlah pemberitahuan Jumlah informasi valid dan akurat Outcome Penurunan jumlah temuan TSL illegal di Pelabuhan Jumlah temuan TSL illegal menurun Jumlah temuan TSL illegal menurun 30%. BALAI KSDA BENGKULU 5
7 Impact Pemanfaatan TSL yang lestari Pemanfaatan TSL dilakukan denganmemperhatikan prinsip kelestarian Pemanfaatan TSL dilakukan denganmemperhatikan prinsip kelestarian 8. Analisis Role Model 8.1. Analisis Teknis dan Identifikasi Mitra Terkait Secara teknis, program role model ini akan focus pada upaya pencegahan peredaran TSL Ilegal dengan lokasi target utama adalah Provinsi Lampung dan Bengkulu, penertiban lalu lintas TSL di pelabuhan, serta rehabilitasi TSL sitaan. Keterlibatan masyarakat umum akan difokuskan pada upaya pencegahan dan pelaporan, sementara upaya penertiban dan rehabilitasi akan mengandalkan tenaga profesional. Keberhasilan program ini akan bergantung pada upaya kolaborasi dengan berbagai mitra. Terdapat tiga mitra penting dalam upaya pengendalian TSL di Pelabuhan yaitu Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung, Stasiun karantina Ikan, dan Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan. Selain itu, untuk mendukung upaya pencegahan peredaran TSL dibutuhkan jejaring informasi yang terstruktur dan luas. Oleh Karena itu, diperlukan dukungan dari lembaga swadaya masyarakat dalam bidang pencegahan perdagangan satw liar. Beberpa mitra yang teridentifkasi pada kategori ini diantaranya adalah WCU-WCSIP, RPU-ILEU-YABI Sumatera dan Yayasan Scorpion Analisis Dampak Ekonomi Pelaksanaan program ini akan berdampak positif pada aspek ekonomi pemerintah. Penertiban peredaran TSL illegal akan menutup potensi kebocoran penerimaan negara dari sector bukan pajak (PNBP). Selain itu, penertiban peredaran TSL illegal akan mempersempit ruang gerak para pelaku perdagangan illegal sehingga memberikan peluang peningkatan pendapatan bagi para pelaku usaha yang memegang izin resmi Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Secara umum, program ini memiliki dampak yang sangat minimum terhadap aspek lingkungan sosial masyarakat. Pengetatan penertiban akan mempersempit ruang bagi peredaran TSL illegal sehingga menjauhkan jangkauan masyarakat kepada TSL yang diperdagangkan. Hal ini berpotensi berdampak sosial terutama pada para pecinta binatang. Sebaliknya, kegiatan pengendalian peredaran TSL akan berpotensi meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada institusi pemerintahan. Hal ini menjadi modal sosial yang berharga bagi pelaksanaan program pemerintah lainnya. BALAI KSDA BENGKULU 6
8 9. Tahapan-Tahapan Pencapaian Role Model Sasaran output, outcome dan impact program role model sebagaimana telah dijabarkan pada subbagian 7 akan diwujudkan melalui beberapa strategi dan rencana aksi. Terdapat 4 strategi yang ditetapkan untuk mewujudkan serangkaian sasaran yang telah ditetapkan, yaitu Pemantapan kelembagaan koordinasi, Intensifikasi pengawasan Pos Pelabuhan, Meningkatkan efektivitas penanganan TSL hasil tangkapan, serta Meningkatkan efektivitas pencegahan peredaran TSL illegal. Masingmasing strategi pencapaian sasaran akan diikuti oleh rencana-rencana aksi. Strategi dan rencana aksi program role model pengendalian peredaran TSL melalui WRU24/7 tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3. Strategi dan rencana aksi program role model pengendalian peredaran TSL melalui WRU24/7 Strategi Rencana Aksi Pelaksana Pemantapan kelembagaan koordinasi Intensifikasi pengawasan Pos Pelabuhan Membentuk unit tugas atau Wildlife Rescue Unit Menyusun MOU antara Balai KSDA Bengkulu dengan Para Mitra terkait ( Balai Karantina Pertanian, Balai Karantina Ikan, KSKP, Balai Gakkum, Lembaga Swadaya Masyarakat) Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan koordinasi (Misal: melalui WhatsApp Group) Melakukan koordinasi dengan ASDP terkait penyediaan pos di dalam pelabuhan Mendorong pembentukan pos bersama para mitra di dalam pelabuhan Meningkatkan kapasitas SDM petugas di Pos Pelabuhan Revitalisasi pos jaga Balai KSDA Bengkulu di Penempatan personil sistem 24/7 (24 jam dalam sehari/7 hari dalam seminggu) Membangun fasilitas rehabilitasi satwa sementara di bakauheuni Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders Seluruh stakeholders WCU-WCS Balai KSDA Bengkulu Balai KSDA Bengkulu Balai KSDA Bengkulu BALAI KSDA BENGKULU 7
9 Efektifkan penanganan TSL hasil tangkapan Efektifkan pencegahan peredaran TSL ilegal Koordinasi intensif dengan pengelola kawasan hutan atau area lainnya yang potensial dijadikan tempat pelepasliaran satwa tangkapan. Sosialisasi terhadap para pemegang izin pemanfaatan TSL Balai KSDA Bengkulu dan Unit Pengelola Kawasan (Taman Nasional, KPHL) LSM dan Balai KSDA Bengkulu Memperkuat sosialisasi di pelabuhan LSM dan Balai KSDA Bengkulu Sosialisasi terhadap pengusaha moda transportasi, perusahan jasa pengiriman barang, pos dan jasa penitipan barang Membangun sistem intelejen yang solid (lintas provinsi di Sumatera) LSM, Balai KSDA Bengkulu, Balai Karantina Pertanian, Balai Karantina Ikan. Yabi, WCS, Balai Gakkum, BKSDA, KSKP, Balai Karantina pertanian, Balai Karantina Ikan. BALAI KSDA BENGKULU 8
10 Tabel 4. Tata waktu tentatif pelaksanaan rencana aksi program role model pengendalian peredaran TSL melalui WRU24/7 No Rencana Aksi J F M A M J J A S O N D 1 Membentuk unit tugas atau Wildlife Rescue Unit 2 Menyusun MOU antara Balai KSDA Bengkulu dengan Para Mitra terkait ( Balai Karantina Pertanian, Balai Karantina Ikan, KSKP, Balai Gakkum, Lembaga Swadaya Masyarakat) 3 Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan koordinasi (Misal: melalui WhatsApp Group) 4 Melakukan koordinasi dengan ASDP terkait penyediaan pos di dalam pelabuhan 5 Mendorong pembentukan pos bersama para mitra di dalam pelabuhan 6 Meningkatkan kapasitas SDM petugas di Pos Pelabuhan 7 Revitalisasi pos jaga Balai KSDA Bengkulu di 8 Penempatan personil sistem 24/7 (24 jam dalam sehari/7 hari dalam seminggu) 9 Membangun fasilitas rehabilitasi satwa sementara di bakauheuni 10 Koordinasi intensif dengan pengelola kawasan hutan atau area lainnya yang potensial dijadikan tempat pelepasliaran satwa tangkapan. 11 Sosialisasi terhadap para pemegang izin pemanfaatan TSL 12 Memperkuat sosialisasi di pelabuhan BALAI KSDA BENGKULU 9
11 13 Sosialisasi terhadap pengusaha moda transportasi, perusahan jasa pengiriman barang, pos dan jasa penitipan barang 14 Membangun sistem intelejen yang solid (lintas provinsi di Sumatera) BALAI KSDA BENGKULU 10
12 10. Keberlanjutan Role Model Beberapa hal yang akan dilaksanakan Balai KSDA Bengkulu untuk memastikan keberlanjutan role model di masa yang akan datang adalah: a. Internalisasi program role model di kalangan internal Balai KSDA Bengkulu b. Memformalkan dukungan para pihak terhadap program ini dalam bentuk nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama Pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi program role model merupakan hal penting untuk memberikan masukan terhadap kebijakan strategis dan rencana aksi di masa yang akan datang. Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk menilai efektivitas pelaksanaan strategi dan rencana aksi serta pencapaian sasaran outputs, outcome dan impact, dan agar dapat melakukan penyesuaian rencana aksi sesuai dengan kebutuhan. Monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 3 (tiga) bulan. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan metode analisis komparatif. Analisis terhadap implementasi program role model dilakukan dua tahap, yaitu: 1. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi Monev ini untuk mengetahui pencapaian maksud dan tujuan dari masing-masing rencana aksi/kegiatan. 2. Monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian output dan outcome Monev ini untuk mengetahui progres pencapaian output dan outcome sebagaimana indikator yang telah dijabarkan pada Bagian 7 Dokumen ini. 11. Rencana Anggaran dan Biaya Role Model Alokasi anggaran kegiatan pencapaian pada tahun 2018 akan dibiayai oleh DIPA Balai KSDA Bengkulu, serta sumber pendanaan lain yang sah. Rincian biaya program role model terlampir. Penanggung Jawab Usulan Role Model Kepala Balai KSDA Bengkulu Ir. Abu Bakar NIP BALAI KSDA BENGKULU 11
Kerangka Acuan Kerja EKOWISATA TWA BUKIT KABA BERBASIS MASYARAKAT
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU KERANGKA ACUAN PROGRAM ROLE MODEL 2018 EKOWISATA TWA BUKIT KABA BERBASIS MASYARAKAT DESA SUMBER URIP KECAMATAN SELUPU
Lebih terperinciPerjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.
DATA MITRA BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERIODE 2011 S/D 2014 1. PT KHARISMA LABUAN WISATA Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Jangka
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang
Lebih terperinciREVITALISASI KEHUTANAN
REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan
Lebih terperinciRENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017
RENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017 BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT BANDUNG, OKTOBER 2016 DIPA 029 TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT
Lebih terperinciTENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciSUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PENGANTAR Sebagai konsekuensi dari perubahan nomeklatur Kementerian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam 2.1.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Balai Besar KSDA Jawa Timur merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Keanekaragaman hayati terbesar yang dimiliki Indonesia di antaranya adalah
Lebih terperinciDEBIROKRATISASI SEBAGAI TANTANGAN UTAMA DALAM IMPLEMENTASI RENSTRA SEKRETARIS JENDERAL
Pulau Tinabo, TN. Taka Bonerate. Foto oleh Asri, BTN. Taka Bonerate.. DEBIROKRATISASI SEBAGAI TANTANGAN UTAMA DALAM IMPLEMENTASI RENSTRA 2015-2019 SEKRETARIS JENDERAL ASSALAMU ALAIKUM WR.WB SELAMAT PAGI
Lebih terperinciPengelolaan dan Pengawasan Sumber Daya Genetik serta Scientific Access bagi Peneliti Asing
Pengelolaan dan Pengawasan Sumber Daya Genetik serta Scientific Access bagi Peneliti Asing Sosialisasi dan Diskusi tentang Perizinan Penelitian Asing Di Universitas Brawijaya, Malang 29 Juli 2016 Oleh:
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin
PENDAHULUAN Latar Belakang Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin telah turut menyumbang pada perdagangan ilegal satwa liar dengan tanpa sadar turut membeli barang-barang
Lebih terperinciCAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM
CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2016 JANUARI 2017 DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Pengantar Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
Lebih terperinciPelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah adalah Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat. Pelayanan
Lebih terperinciRencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun
Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN
Lebih terperinciKERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)
KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan
Lebih terperinciRENCANA ANGGARAN TAHUN 2016 PROGRAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN
RENCANA ANGGARAN TAHUN 2016 PROGRAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN Disampaikan oleh : NOVRIZAL TAHAR Setditjen penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan Jakarta, 10 Juli 2015 SASARAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur Balai Besar KSDA Jawa Timur merupakan salah satu dari 8 (delapan) Balai Besar KSDA di Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daerah pembagian wilayah yang
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS
TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT PEMBAHASAN ROAD MAP PUSAT KAJIAN ANOA DAN PEMBENTUKAN FORUM PEMERHATI ANOA Manado,
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciBurung Cekakak Tunggir-hijau, Sulawesi. Orang Utan, Kalimantan. Burung Cendrawasih, Papua
2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KSDAE Burung Cekakak Tunggirhijau, Sulawesi Orang Utan, Kalimantan Jakarta, Februari 2018 Burung Cendrawasih, Papua Direktorat Jenderal KSDAE merupakan instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Perintah, Pemerintah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... ii. DAFTAR GAMBAR... iii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUGAS DAN FUNGSI...
SETDITJEN KSDAE L APORAN CAPAIAN RENJA 2016 dan PROGRES CAPAIAN RENSTRA 2015-2019 Setditjen KSDAE Tahun 2016 Jakarta, Januari 2017 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii BAB
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN. NOMOR : SK.421/Menhut-II/2006. Tentang FOKUS-FOKUS KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.421/Menhut-II/2006 Tentang FOKUS-FOKUS KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN Menimbang: 1. bahwa dalam rangka lebih
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi
3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara hukum dan masyarakat sangatlah erat, karena hukum senantiasa dipengaruhi oleh proses interaksi sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG STANDAR DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNIS APARATUR SIPIL NEGARA PENYELENGGARA URUSAN PEMERINTAHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER
PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan perikanan tangkap adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan, dan sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS KEHUTANAN ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA
BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN 2015-2019 Tahun 2015 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR PEMOLAAN DAN INFORMASI
Lebih terperinciMEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT
MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT The conservation village is a conservation initiative that
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-32.5-/217 DS6-9464-235-812 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciDIGANDAKAN DAN SEBARLUASKAN OLEH PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
DIGANDAKAN DAN SEBARLUASKAN OLEH PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P.7/SETJEN/ROKUM/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciUSULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN Dasar Hukum Lingkungan Hidup UU No. 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 18/2008: Pengelolaan Sampah PP turunannnya Kehutanan UU No. 41/1999: Kehutanan
Lebih terperinci-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor kepuasan kerja dijelaskan oleh Umam (2010) bahwa terdapat dua indikator yaitu adanya ciri-ciri instrinsik dan ekstrinsik dari suatu pekerjaan yang menentukan
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban
Lebih terperinciPembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015
Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2014 1. Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi, Dinas Kean mempunyai
Lebih terperinciDaftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013
Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik
Lebih terperinciVII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA
VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciRENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015
RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL ) Nomor : / /2014 Banda Aceh, Maret 2014 M Lampiran : 1 (satu) eks Jumadil Awal
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)
SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) Para pejabat Eselon I dan II Lingkup Dephut yang saya hormati,
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
DESKRIPSI PEMBANGUNAN JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA (Areal Studi dan Konservasi Badak Jawa) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI
Lebih terperinci2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,
Lebih terperinci2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.204, 2016 KEMEN-LHK. UPT Taman Nasional. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG
Lebih terperinciA. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan
Lampiran Surat Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten Nomor : 522/ /Hutbun.1/2016 Tanggal : Nopember 2016 Perihal : Kajian Pembentukan UPTD Urusan Kehutanan pada Dinas Lingkungan Hidup dan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinci2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
No. 1185, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun 2016-2026. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS. Oleh : DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN Padang, 26 Oktober 2010
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS Oleh : DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN Padang, 26 Oktober 2010 DASAR HUKUM KKP (KP3K) SEBAGAI MA PP 60/2007 Pasal 53 KKP Sebagai MA Konservasi Sumberdaya
Lebih terperinciKERTAS POSISI TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN KAWASAN HUTAN LINDUNG. No: 003/KP/PPH/XII/2017
KERTAS POSISI TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN KAWASAN HUTAN LINDUNG No: 003/KP/PPH/XII/2017 A. Latar Belakang : Tantangan dan Permasalahan Bahwa ancaman
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 75 Telp. / Fax ( 0565 ) 23521 Sintang 78611
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar dan kota budaya, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal sebagai daerah pariwisata ini dibuktikan
Lebih terperinciOleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
Lebih terperinciAA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG
- 563 - AA. PEMBAGIAN URUSAN AN KEHUTANAN PROVINSI 1. Inventarisasi Hutan prosedur, dan kriteria inventarisasi hutan, dan inventarisasi hutan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung. Tahun (Perubahan)
RENCANA STRATEGIS Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Tahun 2015-2019 (Perubahan) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciSTRUKTUR ORGANISASI DAN RPJM II DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS -
STRUKTUR ORGANISASI DAN RPJM II DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS - DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN STRATEGIS
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daer
No. 1446, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Suaka Alam. Pelestarian Alam. Kawasan. Kerjasama. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.85/Menhut-II/2014
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dibuat sesuai ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG PEMETAAN PROSES BISNIS LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1
KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 1. PENDAHULUAN Program TFCA- Sumatera merupakan program hibah bagi khususnya LSM dan Perguruan Tinggi di Indonesia
Lebih terperinciPEDOMAN KRITERIA DAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN MAYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI
DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DIREKTORAT PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN DAN WISATA ALAM Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 7 Jalan.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
Lebih terperinciKERTAS POSISI TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP. No: 002/KP/PSLH/XII/2017
KERTAS POSISI TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP No: 002/KP/PSLH/XII/2017 A. Latar Belakang Kualitas lingkungan hidup dari tahun ke tahun semakin merosot, bahkan telah mengakibatkan pencemaran
Lebih terperinciPENYUSUNAN WORKPLAN & PMP. Bogor / Medan Juni 2014
PENYUSUNAN WORKPLAN & PMP Bogor / Medan Juni 2014 1 WORKPLAN AND PMP DESIGNING Hari 1 Diskusi Umum Ulasan Logframe Hari 2 Ulasan Workplan & PMP Timeline, Deliverables, Pelaksana Budget Hari 3 Menyusun
Lebih terperinciPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 128/Dik-1/2010 T e n t a n g
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.51/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN BURU DAN PERBURUAN. Oleh: Bambang Dahono Adji Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Jakarta, 18 September 2014
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN BURU DAN PERBURUAN Oleh: Bambang Dahono Adji Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Jakarta, 18 September 2014 BERBURU (PP. 13/1994 tentang Perburuan Satwa Buru) menangkap
Lebih terperinci2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom
BERITA NEGARA No.289 2016 KEMEN-LHK. Konsevasi. Amorphophallus. Rencana Aksi. Tahun 2015-2025. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.72/MENLHK-SETJEN/2015 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinci