BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan GDP terbesar di ASEAN. Menurut McKinsey
|
|
- Sukarno Tanudjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan GDP terbesar di ASEAN. Menurut McKinsey Global Institute, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.1, total GDP Indonesia pada tahun 211 sekitar 4% dari total GDP seluruh negara ASEAN. Total GDP = USD 1848 Milyar (211) 2% 1% 1% % 6% 6% 13% 14% 18% 4% Indonesia Thailand Malaysia Singapura Vietnam Filipina Myanmar Brunei Kamboja Laos Gambar 1.1 Komposisi GDP di ASEAN Sumber: Conference Board Total Economy Database, IMF, World Bank dan Mckinsey Global Institute. Menurut Conference Board Total Economy Database, IMF, World Bank dan Mckinsey Global Institute, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.2, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan GDP yang paling cepat dan stabil di dunia. Pertumbuhan GDP Indonesia dekade 2-21 adalah 5.2% hanya kalah dari India 7.7% dan China 11.5%. 1
2 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % 11,5% 7,7% Pertumbuhan GDP ,2% 4,9% 4,9% 4,2% 4,% 3,9% 3,8% 3,7% 3,6% 3,5% 3,4% 3,1% 3,1% Gambar 1.2 Pertumbuhan GDP 2-21 Sumber: Conference Board Total Economy Database, IMF, World Bank dan Mckinsey Global Institute. Pada tahun 211, menurut World Bank, GDP Indonesia berada di peringkat 16 dengan USD 1131 Milyar dan telah berada di atas Australia, Polandia, Argentina dan Arab Saudi. Pada tahun 23, menurut PWC, GDP Indonesia diprediksi berada di peringkat 11 dengan USD 2912 Milyar dan telah berada di atas Turki, Italia, Korea Selatan, Spanyol, Kanada, Arab Saudi, Australia, Polandia, dan Argentina. Pada tahun 25, menurut PWC, GDP Indonesia diprediksi berada di peringkat 8 dengan USD 6345 Milyar, di atas Jerman, Prancis, Inggris, Turki, Nigeria, Italia, Spanyol, Kanada, Korea Selatan, Arab Saudi, Vietnam, Argentina dan hanya dibawah China, Amerika Serikat, India, Brazil, Jepang, Rusia, Meksiko. Detail mengenai posisi GDP Indonesia dapat dilihat pada Tabel
3 No Negara GDP ($ Milyar) Tabel 1.1 Proyeksi GDP Negara Proyeksi Negara GDP ($Milyar) Proyeksi GDP ($ Milyar) 1 A.S 15,94 China 3,634 China 53,856 2 China 11,347 A.S 23,376 A.S 37,998 3 India 4,531 India 13,716 India 34,74 4 Jepang 4,381 Jepang 5,842 Brazil 8,825 5 Jerman 3,221 Russia 5,38 Jepang 8,65 6 Russia 3,11 Brazil 4,685 Russia 8,13 7 Brazil 2,35 Jerman 4,118 Meksiko 7,49 8 Prancis 2,33 Meksiko 3,662 Indonesia 6,345 9 Inggris 2,287 Inggris 3,499 Jerman 5,822 1 Italia 1,979 Prancis 3,427 Prancis 5, Meksiko 1,761 Indonesia 2,912 Inggris 5, Spanyol 1,512 Turki 2,76 Turki 5,32 13 Korea Selatan 1,54 Italia 2,629 Nigeria 3, Kanada 1,398 Korea Selatan 2,454 Italia 3, Turki 1,243 Spanyol 2,327 Spanyol 3, Indonesia 1,131 Kanada 2,148 Kanada 3, Australia 893 Arab Saudi 1,582 Korea Selatan 3, Polandia 813 Australia 1,535 Arab Saudi 3,9 19 Argentina 72 Polandia 1,415 Vietnam 2,715 2 Arab Saudi 586 Argentina 1,47 Argentina 2,62 Sumber: World Bank, PWC Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan akan terus berlangsung didorong oleh permintaan konsumsi domestik. Menurut McKinsey Consumer and Shopper Insight (CSI Indonesia 211), pada tahun 22 diperkirakan terdapat 85 juta orang Indonesia yang menjadi bagian consuming class, naik 4 juta orang dari sebelumnya di tahun 21 hanya 45 juta orang Indonesia yang menjadi bagian consuming class. Selanjutnya pada tahun 23 diperkirakan terdapat 135 juta orang Indonesia yang menjadi bagian consuming class, naik 5 juta orang dari sebelumnya di tahun 22 hanya 85 juta orang Indonesia yang menjadi bagian consuming class. Pertumbuhan ekonomi yang cepat ini akan sejalan dengan kenaikan kebutuhan energi. Minyak bumi akan terus menjadi sumber energi terpenting di 3
4 MBSD Indonesia hingga 23. Menurut McKinsey Global Institute, nilai pasar energi Indonesia akan naik dari kondisi saat ini yaitu USD 8 Milyar menjadi USD 21 Milyar pada 23 dan kenaikan kebutuhan energi minyak bumi 3% per tahun dengan komposisi pada tahun 23 adalah 27% serta kebutuhan bahan bakar minyak diperkirakan akan meningkat 4% setiap tahunnya. Dengan basis penambahan dua kilang minyak baru dan modernisasi kilang minyak yang ada saat ini, kebutuhan bensin Premium di Indonesia pada tahun 225 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3 masih defisit 448 MBSD. Tanpa penambahan kilang minyak baru dan modernisasi kilang defisit kebutuhan Premium akan bertambah menjadi 784 MBSD. Kebutuhan Gasoline Tahun Delta Kebutuhan Gasoline Kapasitas Kilang Baru Modernisasi Kilang Lama Kapasitas Kilang Lama Gambar 1.3 Kebutuhan Gasoline di Indonesia 225 Sumber: Pertamina 4
5 MBSD Sedangkan kebutuhan LPG di Indonesia pada tahun 225 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.4 masih defisit 36 MBSD. Tanpa penambahan kilang minyak baru dan modernisasi kilang defisit kebutuhan LPG akan bertambah menjadi 52 MBSD Kebutuhan LPG Tahun Delta Kebutuhan LPG Kapasitas Kilang Baru 5 5 Modernisasi Kilang Lama LPG Non Kilang Kapasitas Kilang Lama Gambar 1.4 Kebutuhan LPG di Indonesia 225 Sumber: Pertamina Dengan basis penambahan dua kilang minyak baru dan modernisasi kilang minyak yang ada saat ini, kebutuhan Avtur di Indonesia pada tahun 225 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5 masih defisit 15 MBSD. Tanpa penambahan kilang minyak baru dan modernisasi kilang defisit kebutuhan Avtur akan bertambah menjadi 16 MBSD.Sedangkan kebutuhan Solar di Indonesia pada tahun 225 seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.6 akan surplus 268 MBSD jika dilakukan penambahan dua kilang baru dan modernisasi kilang. Tanpa 5
6 MBSD MBSD penambahan kilang minyak baru dan modernisasi kilang kebutuhan minyak Diesel/Solar akan defisit menjadi 243 MBSD Kebutuhan Avtur Tahun Delta Kebutuhan Avtur Kapasitas Kilang Baru Modernisasi Kilang Lama Kapasitas Kilang Lama Gambar 1.5 Kebutuhan Avtur di Indonesia 225 Sumber: Pertamina Kebutuhan Solar Tahun Delta Kebutuhan Solar Kapasitas Kilang Baru Modernisasi Kilang Lama Kapasitas Kilang Lama Gambar 1.6 Kebutuhan Solar di Indonesia 225 Sumber: Pertamina 6
7 Selain defisit kuantitas produksi dibandingkan kebutuhan, sebagai catatan Refinery Unit IV Cilacap dibangun pada tahun Tuntutan lingkungan yang semakin ketat serta perkembangan teknologi yang semakin tinggi merupakan daya pendorong bagi kilang minyak untuk menghasilkan produk Gasoline dan Solar yang ramah lingkungan terutama pada aspek kandungan Sulfur. Kandungan Sulfur dalam bensin Premium di Indonesia masih 5 ppm, hanya bensin di Bangladesh yang memiliki kandungan Sulfur yang sama. Sedangkan kandungan Sulfur di bensin negara lain sudah dibawah 5 ppm. Pada tahun 216 diharapkan turun menjadi 15 ppm dan pada tahun 219 kembali turun menjadi 5 ppm. Perbandingan spesifikasi bensin Premium di kawasan Asia Pasifik dapat dilihat di Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Spesifikasi Bensin Premium di Asia Pasifik Kandungan Sulfur (ppm) Negara Australia Bangladesh China Hongkong India Indonesia Jepang <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 Malaysia Selandia Baru Pakistan Filipina Singapura Korea Selatan Sri Lanka Taiwan Thailand Vietnam Sumber: Pertamina Kandungan Sulfur dalam Solar di Indonesia masih 35 ppm, paling tinggi dibandingkan dengan negara lain di Asia Pasifik. Pada tahun 216 diharapkan 7
8 turun menjadi 35 ppm dan pada tahun 219 kembali turun menjadi 5 ppm. Perbandingan spesifikasi Solar di kawasan Asia Pasifik dapat dilihat di Tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Spesifikasi Solar di Asia Pasifik Kandungan Sulfur (ppm) Negara Australia Bangladesh Brunei China Hongkong India Indonesia Jepang Malaysia Selandia Baru Pakistan Filipina Singapura Korea Selatan Sri Lanka Taiwan Thailand Vietnam Sumber: Pertamina Untuk pemenuhan kebutuhan kuantitas dan kualitas bensin Premium, LPG, Avtur, dan minyak Diesel/Solar maka diperlukan modernisasi kilang minyak Pertamina termasuk Refinery Unit IV Cilacap yang memiliki kapasitas 348 MBSD setara dengan 4% kapasitas total kilang Pertamina. Modernisasi kilang minyak tersebut akan menambah jumlah produksi bensin Premium 159 MBSD, LPG 11 MBSD, Avtur 17 MBSD dan minyak Diesel/Solar 255 MBSD. Selain itu modernisasi kilang minyak juga akan menurunkan kandungan Sulfur dalam bensin Premium dari 5 ppm menjadi 5 ppm dan menurunkan kandungan Sulfur dalam Solar dari 35 ppm menjadi 5 ppm. 8
9 I.2 Rumusan Masalah Kilang Refinery Unit IV Cilacap dibangun menggunakan teknologi tahun 197-an. Pada tahun 22 nanti maka kilang-kilang tersebut telah beroperasi selama 5 tahun. Kondisi ini perlu dipertimbangkan untuk kelangsungan operasional. Secara umum harus segera dilakukan upaya peningkatan kehandalan dan memperpanjang umur kilang. Kendala lainnya adalah tuntutan produk-produk yang berwawasan lingkungan dan dengan kualitas yang lebih baik seperti Premium bebas timbal dan rendah aromatik, emisi gas buang (flue gas & flare) rendah Sulfur, produk Solar rendah Sulfur, kebutuhan Naptha rendah Mercury, peningkatan kualitas buangan limbah cair dan pengelolaan sludge sesuai ketentuan baku mutu lingkungan serta keterbatasan dukungan utility akibat pendangkalan sumber air proses yang menyebabkan penurunan jumlah dan mutu air proses, yang mempengaruhi kinerja operasional, kelangsungan dan pengembangan Refinery Unit IV Cilacap. Tuntutan lingkungan yang semakin ketat serta perkembangan teknologi yang semakin tinggi merupakan daya pendorong bagi kilang minyak untuk menghasilkan produk Gasoline dan Diesel yang ramah lingkungan terutama pada aspek kandungan Sulfur. Saat ini standar kualitas BBM produk Refinery Unit IV Cilacap telah mengacu pada spesifikasi Euro 2. Sesuai regulasi dari pemerintah yaitu kandungan Sulfur pada produk Gasoline maksimum 5 ppm dan kandungan 9
10 Sulfur pada produk Solar maksimum 35 ppm. Untuk menaikkan ON produk Premium sudah tidak menggunakan TEL, tetapi menggunakan HOMC. Untuk memenuhi spek Euro IV untuk bensin Premium diperlukan modernisasi kilang yang ada saat ini dan penambahan unit baru. Begitu juga untuk memenuhi spek Euro IV untuk Solar juga diperlukan modernisasi kilang yang ada saat ini dan penambahan unit baru. Selain itu seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi, kecenderungan kebutuhan bahan bakar Indonesia, khususnya jenis Solar dan Gasoline diprediksi akan terus mengalami peningkatan yang signifikan di masa yang akan datang. Pertumbuhan tersebut bila tidak diikuti dengan investasi untuk meningkatkan kemampuan kilang untuk memproduksi tambahan produk tersebut dapat berimplikasi pada peningkatan impor BBM. Pengembangan dan modernisasi kilang Refinery Unit IV Cilacap dengan tujuan utama menekan impor BBM dan meningkatkan efisiensi serta memberikan nilai tambah produk kilang sebagai bagian dari peningkatan kompleksitas di setiap kilang Pertamina agar dapat menjadi kilang yang kompetitif. Modernisasi kilang Refinery Unit IV Cilacap membutuhkan biaya sangat besar. Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk modernisasi adalah sebesar USD 5.5 Milyar setara dengan Rp 71.5 Triliun hanya untuk kilang Refinery Unit IV Cilacap saja. Dengan kondisi saat ini dimana Refinery Unit IV Cilacap dimiliki 1% pemerintah maka biaya investasi seharusnya ditanggung sepenuhnya oleh 1
11 pemerintah. Investasi dapat dilakukan dengan penambahan modal pemerintah atau pengurangan deviden yang disetorkan Pertamina ke pemerintah. Dalam kondisi APBN terutama sisi penerimaan yang terbatas, secara logika penambahan modal pemerintah atau pengurangan deviden dapat menambah defisit anggaran APBN. Jika penambahan defisit tersebut ditutup dengan penerbitan surat utang negara (SUN) maka APBN akan semakin terbebani dengan bunga pinjaman atas SUN tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan hingga saat ini modernisasi kilang Refinery Unit IV Cilacap belum terlaksana. Sumber dana lain yang dapat digunakan untuk melakukan modernisasi kilang Refinery Unit IV Cilacap adalah dengan hutang atau penyertaan modal pihak lain. Untuk itu pilihan strategi spin off Refinery Unit IV Cilacap menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Usaha kilang minyak adalah usaha yang membutuhkan biaya yang besar dan memiliki resiko yang tinggi sehingga sudah menjadi common practice di dunia sebuah kilang minyak dimiliki tidak oleh satu perusahaan saja. Sebagai salah satu contoh adalah Pertamina dan oil company Russia, Rosneft akan membangun kilang minyak di Tuban, Jawa Timur kapasitas 3. barrel per hari dengan nilai investasi USD 13 Milyar setara dengan Rp 176 Triliun. Penandatangan nota kesepahaman telah dilakukan pada Mei 216. Menurut Menteri BUMN Rini Sumarno, perusahaan patungan akan dibentuk oleh Pertamina dan Rosneft dalam 3 bulan dan kepemilikan saham Pertamina adalah mayoritas yaitu 55%. 11
12 Untuk modernisasi kilang minyak Cilacap sebagai bagian dari investasi rencana perluasan kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP), Pertamina telah menandatangani Head of Agreement dengan oil company Arab Saudi, Aramco pada November 215. Menurut Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto, pada tahun ini akan diselesaikan penyusunan perusahaan patungan dengan Saudi Aramco. Pertamina akan mengambil porsi kepemilikan 55-6% dalam perusahaan patungan tersebut sedangkan Saudi Aramco akan mengambil sisanya yaitu sekitar 4%. I.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang akan dianalisa untuk didapatkan solusi/jawaban pada penulisan thesis ini adalah: Apakah strategi spin off Refinery Unit IV Cilacap adalah strategi yang tepat dan layak untuk diterapkan Refinery Unit IV Cilacap dalam usahanya menuju kilang kelas dunia?. I.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan mengkaji kelayakan strategi spin off untuk dilakukan Refinery Unit IV Cilacap dalam usahanya menuju kilang kelas dunia. 12
13 I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak seperti: 1. PT Pertamina (Persero) khususnya manajemen PT Pertamina (Persero), dan manajemen Refinery Unit Cilacap sebagai masukan untuk pengambilan keputusan jika melakukan spin off Refinery Unit IV Cilacap. 2. Pekerja PT Pertamina (Persero) khususnya pekerja Refinery Unit IV Cilacap dan serikat pekerja PT Pertamina (Persero) sebagai informasi alasan dilakukan spin off Refinery Unit IV Cilacap. 3. Pelaku industri migas, dan masyarakat umum sebagai bahan pembelajaran. I.6 Lingkup Penelitian Apabila digambarkan, ruang lingkup dan batasan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.7 berikut ini. Refinery Unit IV Cilacap Potensi Spin Off Analisis Internal Refinery Unit IV Tanpa Spin Off - Value Chain Analisis External Refinery Unit IV Tanpa Spin Off - Five Forces Analisis SWOT Refinery Unit IV Tanpa Spin Off Analisis Internal Refinery Unit IV Jika Spin Off - Value Chain Analisis External Refinery Unit IV Jika Spin Off - Five Forces Analisis SWOT Refinery Unit IV Jika Spin Off Kelayakan Spin Off Gambar 1.7 Ruang Lingkup & Batasan Analisis Penelitian 13
14 I.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan thesis yang dilakukan adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan: Dalam bab I ini akan dijelaskan segala hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori: Dalam bab II ini akan dijelaskan segala hal yang berkaitan dengan teori yang digunakan untuk melakukan analisa pada penelitian thesis ini. BAB III Metode Penelitian: Dalam bab III ini akan dijelaskan segala hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang dilakukan pada penulisan thesis ini. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: Dalam bab IV ini akan dijelaskan hasil analisis data yang telah dilakukan dan evaluasi terhadap hasil analisis data tersebut sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian dari thesis ini. BAB V Kesimpulan dan Saran: Dalam bab V ini akan dijelaskan hasil kesimpulan dari penelitian thesis ini dan akan diberikan saran-saran sebagai hasil tindak lanjut dari kesimpulan thesis ini. 14
BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI
Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan
Lebih terperinciNeraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$),
Negara Export t Beberapa Negara (juta US$), 2000-2014 2012 2013 2014 beberapa Negara beberapa Negara beberapa Negara Amerika Serikat 1545710 2336520-790810 1579050 2329060-750010 1623410 2410440-787030
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciAnggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster Pertama No. Negara 1 Republik Rakyat China Anggota Klaster Kedua No. Negara 1 Malaysia 2 Singapura Anggota Klaster Ketiga No Negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014
BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$62,45 juta, turun 29,68 persen dibanding
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/06/62/Th. IX, 1 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$124,19 juta, turun 13,01 persen dibanding bulan yang
Lebih terperinciCorruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.
Corruption Perception Index 2016 Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta. Apa itu Corruption Perception Index (CPI)? Indeks Gabungan Hingga 13 sumber data Menggambarkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat
Lebih terperinciMeningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional
SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Meningkatnya Impor Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama November 2015, Nilai Ekspor US$ 106,27 Juta dan Impor US$ 87,33 Juta Selama November 2015, total ekspor senilai US$ 106,27 juta, naik US$ 21,06 juta
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinci2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era millenium saat ini, perindustrian telah bertransformasi dengan sangat pesat. Diantaranya adalah industri otomotif terutama kendaraan bermotor. Kendaraan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/07/62/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Mei 2015 sebesar US$121,89 juta, turun 1,85 persen dibanding
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Desember sebesar US$69,62 juta, naik 49,17 persen
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciProspek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016
Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/11/62/Th. IX, 2 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan ember 2015 sebesar US$49,69 juta, turun 7,90
Lebih terperinciKORELASI EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN DI INDONESIA TAHUN
Hasil Penelitian Bidang Keuangan KORELASI EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN DI INDONESIA TAHUN 2003-2013 Oleh: Tutik Wiryanti STIE MANAJEMEN JASA & INDUSTRI INDONESIA,
Lebih terperinciDisampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005
Disampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005 Direktorat Pengolahan dan Niaga Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Jakarta
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014
Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008
38 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 198-28 Berdasarkan Gambar 4.1, periode 198 hingga 28 perkembangan GDP pertanian negara-negara
Lebih terperinciV. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.
V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciMasih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014
Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.
BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN Energi merupakan penggerak utama roda perekonomian nasional. Konsumsi energi terus meningkat mengikuti permintaan berbagai sektor pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang, Singapura, dan Malaysia (bisnis.news.viva.co.id). Perkembangan pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pasar modal di negara-negara kawasan Asia lainnya, seperti Jepang, Singapura,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012
BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/12/62/Th. VI, 3 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Oktober sebesar US$62,93
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 69/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015 Selama Oktober 2015, Nilai Ekspor US$ 85,21 Juta dan Impor US$ 71,73 Juta Selama Oktober 2015, total ekspor senilai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT BELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/KMK.04/2002 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017
Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest
Lebih terperinciLAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA
2017 LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA BAB I KONSUMSI BATUBARA DUNIA Grafik 1.1. Pertumbuhan Konsumsi Batubara Dunia, 1980 2017 Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi dan Impor Batubara China,
Lebih terperinciTABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN
TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 No 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Destination Country 1 Malaysia 1.807 1.320 1.178 804 1.334
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Perdagangan Indonesia: Defisit Neraca Perdagangan Mei 2012 Dapat Ditekan
SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia: Defisit Neraca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi adalah isu global yang terus menjadi topik perbincangan publik sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012
ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012 I. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 Lembaga 2011 2012 World Bank 6,4 6,7 IMF 6,2 6,5 Asian Development
Lebih terperinciOleh : Dr. Hempri Suyatna FISIPOL UGM
Oleh : Dr. Hempri Suyatna FISIPOL UGM DASAR PEMIKIRAN Negara wajib memberikan perlindungan dan mengupayakan pemenuhan atas hakhak sosial, politik, ekonomi dan budaya sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 56/11/72/Th. XV, 01 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH SEPTEMBER EKSPOR SENILAI US$ 32,12 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan ember (angka sementara) dibanding bulan us
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA
REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012
BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/08/62/Th. VI,1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Juni sebesar US$92,40 juta, turun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016
No. 51/09/17/Th. VII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 7,58 juta. Nilai Ekspor ini mengalami penurunan
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM
INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang bangsa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.
Lebih terperinciULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM
ULANGAN HARIAN I Mata Pelajaran Kelas Materi : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : IX : Potensi SDA dan SDM I. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 42/08/72/Th.XVIII, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2015, Nilai Ekspor US$ 28,73 Juta dan Impor US$ 23,94 Juta Selama Juni 2015, total ekspor senilai US$ 28,73
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya
Lebih terperinciMendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football
Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football Oleh Ketua Umum KADIN Indonesia Pada Rapat Kerja Kementerian Perdagangan RI Jakarta, 20 Februari 2016 Strategi Mendobrak Ekspor 1. Memanfaatkan
Lebih terperinciT0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2016
Agustus Mei 2013 2016 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I 2016 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai emerging country, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh tinggi. Dalam laporannya, McKinsey memperkirakan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 56/10/72/Th.XVIII, 01 Oktober 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Agustus 2015, Nilai Ekspor US$ 42,49 Juta dan Impor US$ 53,06 Juta Selama Agustus 2015, total ekspor senilai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 51/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2015, Nilai Ekspor US$ 21,82 Juta dan Impor US$ 82,70 Juta Selama Juli 2015, total ekspor senilai US$
Lebih terperinciLAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN Maret 2012
KEMENTERIAN HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Dalam laporan Purchasing Managers Index (PMI) yang dikeluarkan oleh HSBC, aktivitas sektor manufaktur Cina per Maret 2012 kembali mengalami kontraksi selama 5
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan
Lebih terperinciPotret Kinerja Migas Indonesia
Potret Kinerja Migas Indonesia Oleh: Mohamad Nasir 1 Pendahuluan Hingga saat ini, persoalan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tenaga listrik belum terselesaikan dengan baik dan tuntas. Di mana, setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016
No. 57/10/17/Th. VII, 3 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 18,26 juta. Nilai Ekspor ini mengalami peningkatan sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun 1997 1998 bermula di Thailand, menyebar ke hampir seluruh ASEAN dan turut dirasakan juga oleh Korea Selatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciEconomic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)
Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016
Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016
Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk
114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang
Lebih terperinciT0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017
Agustus Mei 2013 2017 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I 2017 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Latar belakang kenaikan harga minyak dunia yang terjadi akhir-akhir ini berbeda dengan fenomena kenaikan harga minyak dunia sebelumnya. Saat ini, kenaikan harga minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor
Lebih terperinci