PEMBAHASAN Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana Aktivitas terbang A. cerana di perlebahan tradisional mulai pada pukul dan berhenti pada pukul (Gambar 20 & 21), dengan durasi 12.5 jam. Bila dibandingkan dengan data matahari terbit dan terbenam maka aktivitas terbang harian A. cerana mulai 44 menit sebelum matahari terbit (06.34 ± 0.004) dan berhenti 10 menit setelah matahari terbenam (18.20 ± 0.002) (Lampiran 1). Hasil ini berbeda dengan Singh (2008) yang meneliti aktivitas mencari pakan A. cerana di Kathmandu, Nepal dengan durasi aktivitas mencari pakan A. cerana selama 10 jam. Perbedaan ini disebabkan oleh letak geografis (altitude dan latitude) yang berbeda di daerah subtropik. Hal tersebut menyebabkan lama penyinaran matahari berbeda antara daerah tropis dan subtropis. Aktivitas terbang A. cerana yang mencari pakan pada siang hari menunjukkan lebah pekerja bersifat diurnal, karena aktivitas ini dipengaruhi oleh cahaya. Drickamer et al. (2002) menyatakan lebah A. mellifera yang bekerja di dalam sarang merupakan siklus aktivitas harian, tetapi pada saat mencari pakan merupakan perilaku adaptasi terhadap cahaya. Aktivitas terbang A. cerana bervariasi pada setiap koloni (Gambar 20 & 21). Variasi aktifitas terbang A. cerana dapat disebabkan oleh faktor dalam dan faktor luar koloni. Pada A. mellifera, faktor yang mempengaruhi dalam koloni berupa kebutuhan pakan untuk anggota koloni termasuk larva yang mempunyai banyak larva akan aktif mencari pakan (Keller et al. 2005). Dalam penelitian ini tidak didapat data jumlah larva dan imago dalam koloni, sehingga faktor dalam koloni tidak dapat dilihat pengaruhnya. Faktor luar yang mempengaruhi berupa ketersediaan dan kelimpahan pakan di sekitar sarang dan faktor lingkungan. Pada saat mulai mencari pakan, jumlah lebah yang keluar sebanyak tiga individu dalam satu menit. Tiga menit setelah lebah pertama yang masuk ke sarang, lebah yang keluar meningkat menjadi 23 individu dalam satu menit (data tidak dipublikasikan). Lebah madu yang pertama keluar dari sarang dapat dengan cepat menemukan sumber pakan dan disebut lebah pemandu (recruiter). Lebah pemandu (recruiter) dalam mencari pakan menggunakan cara navigasi udara

2 39 (celestial navigation) dan penanda (landmark) agar dapat dengan cepat kembali ke sarang. Sistem navigasi udara digunakan saat lebah madu keluar dari sarang untuk mencari pakan di lokasi yang baru dan belum dikenali. Sistem navigasi udara menggunakan cahaya matahari sebagai kompas. Jika kondisi cuaca mendung, navigasi udara terganggu dan lebah mencari pakan secara acak. Setelah mendapatkan sumber pakan yang memadai, maka lokasi tersebut akan ditandai dengan bentuk-bentuk simetri misalnya sebuah pohon. Penggunaan bentuk-bentuk simetri untuk menghindari kesalahan pada lebah pekerja yang lain (Dyer 1996). Sistem navigasi pada lebah madu menjadi tiga tahapan yaitu: (1) Inisiasi Penerbangan vektor (initial vector flights), adalah penerbangan lebah madu saat keluar dari sarang untuk mencari pakan. Lebah merekan semua informasi selama perjalanan. Lebah madu pada tahapan ini menggunakan navigasi udara. (2) Penerbangan kurva (curved flights), adalah proses penerbangan lebah madu saat mencari pakan. Terbang mencari pakan mempunyai pola acak dengan kecepatan yang rendah, dengan durasi terlama daripada tahap pertama dan ketiga. (3) Penerbangan kembali ke sarang (homeward flights), adalah penerbangan saat kembali ke sarang setelah mendapatkan muatan (nektar atau polen). Pada tahapan ini lebah madu mencari jarak terdekat kembali ke sarang dan dengan kecepatan lebih tinggi dari tahapan penerbangan yang lain (Menzel et al. 2006). Setelah sampai di sarang, lebah akan menginformasikan sumber pakan yang ditemukan pada lebah pekerja yang lain (recruitment). Informasi sumber pakan kepada lebah pekerja lain melalui tarian lebah. Ada dua jenis tarian lebah yaitu round dance dan wag-tail dance. Round dance untuk menginformasikan jarak sumber pakan kurang dari 10 m. Sickle dance yang merupakan peralihan antara round dance ke wag-tail dance untuk jarak sumber pakan antara m dan wag-tail dance untuk jarak pakan yang lebih dari 100 m dari sarang (Gary 1992). Variasi Aktivitas Terbang Harian A.cerana Koloni AC1SK dan AC3SK mempunyai aktivitas terbang yang tidak normal yaitu aktivitas terbang harian dan mencari lebih rendah dari koloni lain (Gambar 20 a,c). Aktivitas terbang AC1SK dan AC3SK yang tinggi pada siang

3 40 hari merupakan indikator lebah pekerja mencari tempat baru untuk kabur dari sarang. AC1SK dan AC3SK kabur setelah pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen. Penyebab AC1SK dan AC3SK adalah perubahan posisi sarang yang diturunkan dari ketinggian delapan meter ke satu meter dan pemasangan sensor suhu di dalam saran yang dilapisi lilin lebah (wax). A. cerana di perlebahan tradisional sangat sensitif terhadap gangguan. Ruttner (1988) menyebutkan gangguan dari peternak merupakan salah satu faktor penyebab koloni A. cerana kabur. Faktor lain adalah ketersediaan sumber pakan yang menurun di lingkungan dan faktor lingkungan. Kondisi tersebut sesuai dengan di Muzaffarpur, Bihar, India dimana pada bulan Juli-Agustus jumlah sumber polen bagi A. cerana paling rendah (enam jenis), sedangkan pada bulan Mei dan November sumber polen bagi A. cerana tertinggi (15 dan 19 jenis) Suryanarayana (et al. (1992). Kondisi lingkungan di SK pada bulan Juli suhu udara rata-rata 27 ± 2.34 C, dengan kelembaban udara ± 9.66% (Lampiran 7 & 8) tidak mendukung kehidupan koloni A. cerana. A. cerana di Chitwan, Nepal banyak yang kabur dari sarang pada Bulan Mei-Juli karena ketersediaan nektar dan polen rendah di alam, kondisi iklim yang tidak mendukung, parasit dan predator (Pokhrel et al. 2006). Koloni lebah madu banyak mengkonsumsi cadangan pakan di sarang sebelum kabur, sehingga sarang sudah kosong saat ditinggalkan. Koloni AC2SK dan AC4SK mempunyai pola aktivitas terbang harian yang berbeda tetapi pola aktivitas mencari polen sama (Gambar 20 b,d). Perbedaan aktivitas terbang harian dapat disebabkan oleh perbedaan sumber pakan (selain polen) yang diambil oleh kedua koloni. Kondisi lingkungan di SK yang kering pada bulan Juli-Agustus menyebabkan A. cerana lebih banyak mencari air pada siang hari. A. cerana mencari air di tempat-tempat penampungan air untuk binatang liar yang disediakan oleh TNBB (Gambar 27). Air diperlukan oleh koloni lebah terutama untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban saat udara panas (Hebert 1992).

4 41 Pip pa air Gambar 27 A. cerana mencari air di penampungan air. Secara umum koloni A. cerana di ML memiliki puncak aktivitas terbang harian pada pagi hari yaitu pukul (Gambar 21). Hal ini disebabkan sumber pakan bagi A. cerana melimpah padaa pagi hari dan faktor lingkungan mendukung A. ceranaa untuk mencari pakan. Hasil ini sama dengan yang dikemukaka an Darmayanti (2008) yang menyatakan puncak aktivitas mencari pakan A. cerana di Sukabumi pukul Aktivitas terbang harian tiap koloni A. cerana di ML bervariasi. Variasi terjadi pada waktu puncak aktivitas terbang dan jumlah individu yang masuk ke sarang tiap 10 menit pengamatan. Aktivitas terbang harian AC1ML dan AC2ML (Gambar 21) memiliki jumlah sel kosong tertinggi (Tabel 1) yang disebabkan AC1ML dan AC2ML mungkin mengalami efek temporal age polyethism. Kekurangan n pakan (terutama nektar) pada A. mellifera meningkatan lebah yang keluar dari pupa. Hal itu diakibatkan oleh peningkatan produksi juvenile hormone sehingga perkembangann lebah pekerja lebih cepat untuk siap bekerja diluar sarang (Schulz et al. 1998). Aktivitas terbang harian AC4ML paling rendah (Gambar 21d) yaitu pada saat puncak jumlah yaitu (488 indivudu) sedangkan koloni yang lain jumlahnya > 600 individu. Aktivitas terbang AC4ML yang rendah disebabkan perbedaan jumlah individu tiap koloni dan masa pertumbuhan awal koloni. Koloni yang sedang tumbuh memiliki jumlah larva yang banyak tetapi jumlah pekerja rendah, sehingga pekerja yang terbang mencari pakan terbatas. Jumlah koloni pada perlebahan tradisional A. cerana tidak dapat dihitung, karena setiap sisir sarang pada A. cerana melekat langsung pada dinding kotak sarang. AC4ML mempunyai

5 42 jumlah pupa tertinggi di sarang, sehingga diduga koloni AC4ML sedang masa pertumbuhan. Aktivitas Mencari Polen A. cerana Hasil analisis polen dari tungkai A. cerana pada masing-masing lokasi menunjukkan lima tipe polen terdapat di SK, tujuh tipe polen di ML dan tujuh tipe polen terdapat di SK dan ML (Tabel 2). Lima tipe polen yang terdapat di SK mempunyai waktu mekar bunga yang berbeda dengan tujuh tipe polen yang terdapat di ML. Adanya sumber polen yang berbeda antara SK dan ML menyebabkan perbedaan puncak aktivitas mencari polen pada kadua lokasi. Aktivitas mencari polen A. cerana di ML puncaknya pada pukul , sedangkan di SK pada pukul (Gambar 22). Tujuh tipe polen yang sama di SK dan ML mempunyai waktu mekar bunga sama. Hal ini terlihat pada pukul jumlah A. cerana yang mencari polen sama antara SK dan ML. Pengamatan di lapang menunjukkan, A. cerana pada pagi hari banyak mengunjungi Ceiba petandra, Cocos nucifera, D. metel, dan M. charantia untuk mencari polen sedangkan siang hari pada S. grandifora dan T. procumbens. Cocos nucifera dan L. leucocephala lebih melimpah di ML daripada di SK. Kelimpahan Cocos nucifera karena menjadi tanaman pokok di perkebunan rakyat. L. leucocephala merupakan tanaman inang untuk vanili (Vanila mexicana), pakan ternak, dan sumber sayuran bagi masyarakat. Di SK T. procumbens, A. spinosus merupakan herba liar yang melimpah saat musim panas dan S. grandiflora ditanam masyarakat sebagai pagar hidup dan pakan ternak. Masyarakat di ML banyak menyadap bunga Cocos nucifera untuk memperoleh nira dan A. cerana banyak mengunjungi sisa sadapannya. Perlebahan tradisional di SK dekat dengan perkebunan Ceiba petandra dan semak-semak liar, sedangkan di ML perlebahan terletak di perkebunan Cocos nucifera dan T. cacao. A. cerana mencari sumber pakan yang melimpah dan dekat dengan sarang (area fidelity). Sifat area fidelity ini untuk efisiensi aktivitas mencari pakan (Gary 1992). Persentase aktivitas mencari polen dalam satu koloni menunjukkan pertumbuhan koloni tersebut. Aktivitas mencari polen AC2SK dan AC4SK yaitu

6 43 33dan 35% dari aktivitas terbang harian, sedangkan koloni A. cerana di ML hampir sama yaitu antara 23-27% (Gambar 23). Persentase tersebut mengindikasikan koloni A. cerana di SK banyak mempunyai larva sedangkan di ML dalam kondisi yang sama (23-27%) memiliki sedikit larva dalam koloni. Aktivitas mencari polen berbanding lurus dengan jumlah larva. Larva lebah madu mengeluarkan feromon yang menjadi stimulus langsung bagi lebah pekerja untuk mencari polen. Polen merupakan sumber protein yang penting untuk perkembangan fisiologis lebah pekerja (Keller et al. 2005). Larva diberi makan campuran polen dan nektar oleh lebah perawat. Cahaya sangat berpengaruh terhadap aktivitas terbang harian dan aktivitas mencari polen (Gambar 24). Cahaya yang tinggi dapat menaikkan suhu dan menurunkan kelembaban udara. Sehingga A. cerana mengurangi aktivitas di luar sarang saat intensitas cahaya sangat tinggi. Pada saat suhu udara naik dan kelembaban turun, A. cerana banyak mencari air untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam sarang (Gambar 28). Lebah pekerja banyak melakukan fanning di lubang sarang untuk mengalirkan udara ke sarang (data tidak dipublikasikan). Data lingkungan dari Stasiun Klimatologi Negara, Bali menunjukkan selama bulan Juli-Agustus hanya sekali turun hujan dengan volume yang kecil (16.5 ml) sehingga lingkungan sangat panas bagi koloni A. cerana. Kondisi di SK yang lebih kering daripada ML menyebabkan koloni di SK mudah kabur karena ketersediaan pakan di lingkungan yang berkurang, lingkungan panas dan gangguan oleh manusia. A. cerana sebagai Serangga Penyerbuk Koloni A. cerana mengumpulkan 5-9 tipe polen (Tabel 3), yang menunjukkan A. cerana bersifat generalis dalam mencari polen. Sifat generalis pada lebah karena kandungan nutrisi dari setiap polen berbeda-beda, sehingga setiap koloni mengumpulkan berbagai tipe polen untuk mencukupi kebutuhan protein (Hebert 1992). Sifat generalis A. cerana dalam mencari polen menguntungkan bagi penyerbukan terutama di lahan pertanian. Di SK dan ML pada periode Juli-Agustus minimal terdapat 19 tumbuhan yang dikunjungi A. cerana. Bunga Cocos nucifera dan A. pinata (Arecaceae) berbentuk infloresen,

7 44 bunga ini mekar selama beberapa hari. Cocos nucifera menjadi sumber polen sepanjang tahun karena masa pembungaan sepanjang tahun. T. procumbens (Asteraceae) merupakan bunga majemuk dan pada setiap bunga tabung terdapat banyak kepala serbuk sari yang mengandung polen. Bunga S. grandiflora dan E. variegata (Papilionaceae) berbentuk bendera, lebah mempunyai keahlian dalam mengambil polen. Bunga L. leucocephala dan M. pudica (Mimosaceae) berbentuk bongkol, A. cerana yang mengambil polen berjalan-jalan di permukaan bunga. Di SK ditemukan koloni yang mengambil polen dari Polygonum. Hal ini menunjukkan koloni A. cerana mampu bertahan dengan sumber protein yan mempunyai kandungan nutrisi rendah. Rendahnya kandungan nutrisi pada Polygonum yaitu ( mg/g BK) dibandingkan Brasicaceae ( mg/g BK) di kemukakan oleh (Szezesna 2006). Polen dan nektar sebagai sumber pakan pokok lebah madu dihasilkan oleh bunga. Polen dan nektar merupakan daya tarik primer bagi lebah madu untuk mengunjungi bunga. Sedangkan aroma (odour), bentuk, dan warna bunga merupakan daya tarik sekunder (Faegri & van der Pijl 1971). Perilaku lebah yang selalu mengunjungi bunga membantu proses penyerbukan. Penyerbukan terjadi saat lebah mencari pakan pada bunga kemudian secara tidak sengaja memindahkan butiran polen ke stigma yang merupakan bagian bunga untuk menerima polen. Adaptasi lebah sebagai serangga penyerbuk yang mencari polen terlihat pada banyaknya rambut-rambut pada tubuh lebah dan adanya keranjang polen pada tungkai belakang. Rambut-rambut pada tubuh lebah mempercepat saat panen polen, polen dari seluruh tubuh disisir menggunakan tungkai dan dimasukkan ke keranjang polen (Gambar 7). Sihag dan Mishra (1995) menyatakan A. cerana mempunyai karakter yang mendukung sebagai serangga penyerbuk yaitu frekuensi kepakan sayap lebih tinggi (305/detik) daripada A. mellifera (235/detik). A. cerana mempunyai areal mencari makan lebih kecil (>1 km) daripada A. mellifera (3-4 km). A. cerana mempunyai jumlah kunjungan pada bunga lebih tinggi ( permenit) dibandingkan A. mellifera ( permenit) sehingga A. cerana lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumber pakan (Devkota & Thapa 2005). Delaplane dan Mayer (2000) menyatakan

8 45 keuntungan secara ekonomi dari penyerbukan yang dilakukan lebah tidak saja peningkatan produksi pertanian, tetapi penyediaan benih bagi banyak tumbuhan, baik tumbuhan liar atau tumbuhan budidaya. Penyerbukan pada Angospermae terjadi dalam tiga tahapan yaitu: (1) Pelepasan polen dari organ kelamin jantan pada bunga. (2) Transfer polen dari organ kelamin jantan ke organ kelamin betina bunga. (3) Keberhasilan penempatan butir polen yang diikuti oleh proses perkecambahan polen. Tahapan ketiga merupakan awal dari proses pembuahan. Polen merupakan sel kelamin jantan pada bunga yang dihasilkan oleh bagian pada bunga yaitu anter, sedangkan stigma adalah tempat menerima polen (Faegri & vander Pijl 1971). Bunga dan lebah masing-masing mengembangkan mekanisme adaptasi mutualisme sehingga masing-masing pihak tergantung dengan yang lain. Proses adaptasi bersama-sama antara bunga dan serangga penyerbuk merupakan proses koevolusi. Tumbuhan mengembangkan cara-cara agar rewards yang dikeluarkan bunga dapat diakses oleh serangga tertentu. Anatomi dan fisiologi bunga sangat berhubungan dengan struktur dan perilaku dari serangga penyerbuk. Sebagai contoh karakter bunga (nektar, polen, ukuran, bentuk, warna, dan aroma) yang menyesuaikan dengan ukuran tubuh serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk mengembangkan adaptasi untuk meningkatkan efektifitas penyerbukan melaui penglihatan, sistem olfaktori, anatomi tubuh, daya tarik makanan dan perilaku (Fahem at al. 2004). Tumbuhan memelihara keragaan dari keturunannya dengen berbagai cara, salah satunya dengan mekanisme self incompatibility. Keberhasilan mekanisme self incompatible memerlukan agen untuk dapat mentransfer polen pada tempat yang tepat atau agen penyerbuk. Agen penyerbuk yang terbanyak adalah dari kelompok serangga. Tumbuhan angiospermae yang bergantung pada serangga penyerbuk sebesar 70% (Fahem et al. 2004). Tumbuhan menghasilkan polen dan nektar dalam jumlah besar untuk menarik serangga penyerbuk berkunjung. Identifikasi Polen Dari tipe polen yang ditemukan periode Juli-Agustus di SK dan ML menunjukkan tanaman tersebut mempunyai periode pembungaan Juli-Agustus

9 46 dan ada yang berbunga sepanjang tahun. Tiga polen yang belum teridentifikasi merupakan informasi tentang flora lokal yang spesifik untuk tiap lokasi (Ramalho & Giovannini 1986). Cocos nucifera dan L. leucocephala ditemukan pada semua koloni baik di SK dan ML sehingga dua spesies tumbuhan ini merupakan sumber polen yang utama bagi A. cerana. Jongitvimol dan Wattanachaiyingcharoen (2006) menyatakan polen yang diambil oleh semua koloni merupakan sumber pakan yang utama. Cocos nucifera selain sebagai sumber polen utama, juga menjadi sumber nektar utama yang tesedia sepanjang tahun (Bhargava et al. 2009). Polen dari satu individu A. cerana mempunyai warna yang sama, hal ini dapat menunjukkan bahwa A. cerana mengunjungi bunga yang sama dalam satu kali perjalanan mencari polen (floral fidelity). Sifat floral fidelity penting untuk efisiensi pencarian pakan dan memudahkan dalam mengambil sumber pakan. A. cerana indica mempunyai sifat floral fidelity paling tinggi kemudian A. florae, A. dorata, dan A. mellifera (Fahem et al. 2004). Bunga yang mekar disekitar perlebahan A. cerana di SK dan ML tidak semua dimanfaatkan sebagai sumber polen. Di SK 50% bunga mekar disekitar sarang sebagai sumber polen sedangkan di ML 48%. Hal ini dapat disebabkan karena SK dikelilingi hutan alami yang mempunyai keragaman tumbuhan lebih tinggi daripada di ML yang merupakan perkebunan. Diantara tumbuhan yang tidak dimanfaatkan sebagai sumber polen, terdapat bunga yang sering dikunjungi oleh A. cerana misalnya mangga (M. indica), kelor (M. oleifera), kangkung (I. crassicaucalis), dan gamal (G. sepium). Berdasarkan Perum Perhutani (1993) tercatat M. indica, papaya (C. papaya), mete (A. ocidentale), jeruk (Citrus sp) merupakan tumbuhan sumber polen dan nektar bagi lebah. Berdasarkan Beberapa faktor yang diduga menyebabkan tumbuhan di sekitar sarang tidak dimanfaatkan sebagai sumber polen adalah Ketersediaan polen di alam sedikit, sehingga dimanfaatkan oleh koloni yang lain, bukan koloni yang diamati. Hal ini diketahui dari pengamatan pada bunga kecubung (D. metel). Sebelum pengamatan lebah yang keluar dari sarang pada pagi hari ditandai dengan cat kayu pada toraksnya. Hasil pengamatan pada bunga kecubung tidak terlihat A. cerana yang di beri cat sampai jumlah A. cerana pada bunga kecubung berkurang. Bunga-bunga yang

10 47 sering dikunjungi menghasilkan nektar, sehingga tidak teridentifikasi sebagai sumber polen. A. cerana di SK banyak ditemukan pada bunga gendarusa (J. gendarussa), tetapi polen gendarusa tidak ditemukan dalam sampel tungkai A. cerana. Kandungan nutrisi dari polen bunga disekitar sarang kurang, sehingga A. cerana tidak memanfaatkan. Di SK dan ML banyak ditemukan kelor (M. oleifera) yang sedang berbunga, tetapi polen kelor tidak ditemukan dalam sampel polen dari tungkai A. cerana. Tumbuhan sumber polen bagi A. cerana yang tidak terambil pada sampel bunga di sekitar sarang dapat disebabkan karena pengambilan sampel bunga dalam penelitian ini hanya dalam radius satu kilometer. Dengan demikian, kemungkinan A. cerana mencari sumber polen lebih dari jarak tersebut. Untuk penelitian selanjutnya, prosedur pengambilan sampel bunga di sekitar sarang harus diperhatikan agar semua bunga yang mekar dapat terambil dengan baik. Berdasarkan faktor-faktor di atas masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan di sekitar sarang, baik sebagai sumber polen atau nektar. Data polen di SK dan ML yang merupakan sumber polen bagi A. cerana atau tidak, dapat digunakan sebagai database polen di Bali Barat, dan tumbuhan yang mempunyai periode pembungaan pada bulan Juli-Agustus. Keberadaan tumbuhan berbunga di sekitar sarang baik sebagai sumber pakan atau tidak, perlu diperhatikan, karena lebah madu selain memerlukan nektar dan polen juga memerlukan resin yang diambil dari tumbuhan. Resin diperlukan sebagai perekat pada sarang yang disebut sebagai propolis. Lebah menggunakan propolis sebagai pelapis dinding sarang dan menutup lubang sarang yang terlalu besar sehingga ruangan dalam sarang selalu hangat. Propolis juga digunakan untuk menutup organisme yang berpotensi sebagai penyakit misalnya kecoak atau larva lebah mati yang tidak dapat dikeluarkan dari sarang (Gary 1992). Karakter Sarang A. cerana Luas sarang A. cerana tidak berhubungan secara signifikan dengan jumlah pupa (Tabel 6). Lebah membangun sarang baru saat musim berbunga dimana sumber nektar berlimpah (Pratt 1999), sehingga koloni memerlukan sisiran sarang baru untuk menyimpan madu. Pada A. cerana yang masih liar, koloni akan

11 48 menempati sarang yang sama selama beberapa tahun (Sasaki et al. 1995). Jumlah pupa dapat dipakai ukuran untuk menentukan status koloni, karena jumlah pupa sebanding dengan jumlah larva. Pada Keller et al. (2005) disebutkan faktor yang mempengaruhi aktivitas mencari polen adalah jumlah larva dan adanya feromon yang dikeluarkan oleh larva sebagai stimulus untuk mencari polen. Dengan demikian diperlukan penelitian lebih lanjut hubungan antara aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dan larva dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Pengembangan Perlebahan Tradisional A. cerana di Bali Barat Perlebahan tradisional A. cerana yang sudah berlangsung selama tiga generasi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan bertujuan untuk melindungi populasi A. cerana di hutan, melindungi A. cerana sebagai serangga penyerbuk, melindungi tumbuhan sumber pakan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Bali Barat. Pelestarian dan pengembangan perlebahan A. cerana meliputi beberapa aspek yaitu: Penggantian Gelodok dengan Sarang Modern Penggantian gelodok ke sarang modern perlu dilakukan berkaitan dengan pelestarian koloni A. cerana. Selama ini peternak mendapatkan koloni A. cerana langsung dari hutan. Pada saat panen madu, peternak mengambil semua sisiran sarang sehingga koloni kabur (Artha 15 Agustus 2008, komunikasi pribadi). Penggantian gelodok ke sarang modern diharapkan saat panen sisir sarang yang diambil hanya yang mengandung madu, sedangkan yang mengandung larva atau pupa tidak dipanen. Langkah ini dapat mempercepat A. cerana membangun sarang baru untuk menggantikan sarang yang dipanen, dan dapat meningkatkan frekuensi pemanenan madu, karena koloni A. cerana tidak membangun sisir sarang yang baru secara keseluruhan. Penggantian gelodok ke sarang modern memerlukan beberapa tahapan agar koloni A. cerana dari gelodok mau menempati sarang modern. Sarang modern adalah sarang yang didalamnya terdapat bingkai sarang tempat melekatkan sisir sarang. Penggunaan bingkai pada sarang modern bertujuan untuk memudahkan pemeriksaan kondisi sarang dan perawatan rutin pada sarang.

12 49 Berdasarkan Widjaja C, 4 Juni 2008 (komunikasi pribadi) A. cerana yang akan dipindahkan ke sarang modern harus melalui urutan tahapan pemindahan koloni yaitu: 1. Koloni A. cerana di dalam gelodok yang akan dipindahkan ke sarang modern diambil dari tempat asalnya dan ditempatkan ke tempat baru, dimana sarang modern akan ditempatkan dengan kondisi koloni tetap dalam gelodok. 2. Koloni dalam gelodok didiamkan selama ± 7-10 hari untuk beradaptasi dengan lokasi yang baru. 3. Setelah masa adaptasi koloni A. cerana dipindahkan ke sarang modern dengan cara memindahkan sisir sarang dari gelodok dan diikat pada bingkai sarang yang baru. Kemudian ratu A. cerana dipindahkan ke sarang modern sehingga lebah pekerja akan mengikuti ratu di sarang yang baru. Ketersediaan Pakan di Sekitar Sarang A. cerana Di SK terdapat ± 30 koloni A. cerana yang ditempatkan di pohon-pohon di hutan, sedangkan di ML terdapat ± 150 koloni A. cerana yang ditempatkan perkebunan C. nucifera atau T. cacao. Banyaknya koloni A. cerana di SK dan ML berhubungan dengan ketersediaan pakan di lokasi tersebut. Dari hasil penelitian ini tumbuhan penghasil polen bagi A. cerana (19 tipe) dapat dilestarikan atau kelimpahannya ditingkatkan. Usaha lain dapat dengan mendatangkan tumbuhan sumber pakan ke Bali Barat. Ketersediaan pakan sepanjang tahun juga harus diperhatikan, sehingga masih diperlukan penelitian yang menyeluruh tentang sumber pakan sepanjang tahun. Berdasarkan Parman Juli 2008 (komunikasi pribadi) pada bulan Desember-Januari sumber nektar yang paling banyak dari pohon sonokeling (Dalbergia latifolia). Waktu yang tepat untuk memanen madu juga harus diperhatikan oleh peternak. Panen madu sebaiknya dilakukan di awal musim berbunga, agar koloni mempunyai waktu yang panjang untuk menimbun cadangan pakan untuk musim paceklik. Pemanenan madu di awal musim berbunga juga diharapkan tidak mengganggu pertumbuhan koloni.

13 50 Tumbuhan mangrove banyak tumbuh pantai SK. Perum Perhutani (1993) menyatakan pohon api-api (Avicenia marina) menyediakan polen dan nektar bagi A. cerana. Kathiresan dan Bingham (2001) menyatakan Lumnitzera littorea dan Bruguiera sp. banyak dikunjungi oleh A. dorsata. Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam Adanya perlebahan tradisional A. cerana di SK dan ML merangsang masyarakat untuk menanam dan melestarikan tumbuhan sumber pakan A. cerana. Usaha ini mendukung konservasi tumbuhan di hutan dan perkebunan. Berdasarkan hasil penelitian ini tumbuhan liar di hutan yang sebelumnya tidak dilaporkan sebagai sumber polen harus diperhatikan. Tumbuhan liar adalah T. procumbens, D. metel, A. spinosus dan tipe polen yang belum teridentifikasi. Masyarakat yang sadar akan pentingnya tumbuhan sumber pakan untuk A. cerana (khususnya polen) merupakan kader pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan yang lestari akan meningkatkan kunjungan wisata ke TNBB. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data tumbuhan penting bagi A. cerana di TNBB dan Dinas Kehutanan Provinsi Bali. Pihak TNBB dapat mengembangkan wisata alam di lokasi perlebahan tradisional A. cerana terutama pada musim berbunga dimana wisatawan dapat memanen sendiri madu dari A. cerana.

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen 32 PEMBAHASAN Aktivitas A. cerana Terbang Harian dan Mencari Polen Aktivitas terbang harian A. cerana lebih awal dibandingkan dengan aktivitas harian mencari polen. Aktivitas terbang harian A. cerana dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN 4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) 53 PENDAHULUAN Kunjungan serangga penyerbuk tergantung pada ketersediaan serbuksari dan nektar tanaman

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Asosiasi antara serangga penyerbuk (insect pollinators) dengan tanaman angiospermae merupakan bentuk asosiasi mutualisme yang spektakuler. Asosiasi ini diduga telah terjadi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana

PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana PEMBAHASAN Jumlah Imago dan Variasi Perilaku Lebah Pekerja Apis cerana Keluarnya imago lebah dari sel sarang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Lingkungan sel sarang yang stabil dan hangat pada daerah

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, I. PENDAHULUAN Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa Serang terletak pada ketinggian 800-1200 dpl dan memiliki curah hujan bulanan mencapai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buana Sakti dan sekitarnya pada bulan November -- Desember 2011. B. Objek dan Alat Penelitian Objek pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu merupakan salah satu alternatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk madu secara nasional. Beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana, 48 Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk mengambil madunya disebut peternakan lebah.orang yang bertenak lebah disebut peternak lebah.selain madu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Produksi Aneka Ternak Kmoditi Lebah Madu: Prof. Dr. Ir. H. MOCHAMMAD JUNUS, MS Disusun oleh : Kelompok 4 / Kelas

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat 33 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada selama 12 bulan yaitu dari bulan Januari s/d Desember 2010 berlokasi di Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu. Jarak antara lokasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN PENGELOLAAN LEBAH HUTAN Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi POSISI LEBAH HUTAN DALAM KELUARGA LEBAH MADU FAMILY Apidae SUBFAMILY Apinae GENUS Apis SUBFAMILY Meliponinae GENUS Trigona, Mellipona,

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON Ahmad Nurohim 1), Mochammad Junus 2), Sri Minarti 2) 1) 2) Student

Lebih terperinci

Warta. Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao

Warta. Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao Forcipomyia spp.: Sang Penghulu Bunga Kakao Fakhrusy Zakariyya 1), Dwi Suci Rahayu 1), Endang Sulistyowati 1), Adi Prawoto 1), dan John Bako Baon 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebah Trigona Lebah trigona adalah lebah yang tidak memiliki sengat atau dikenal dengan nama Stingless bee (Inggris), termasuk famili Apidae. Berikut adalah klasifikasi dari lebah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa A. Luas Hutan Tanaman khususnya HTI Nasional: Definitif : 9 juta Ha Target s/d

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Lokal Pengetahuan berdasarkan definisi secara umum merupakan luaran dari pembuatan model tentang bagaimana memfungsikan alam semesta, dengan cara melogika bagaimana

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Biologi Lebah Madu A. cerana TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Distribusi A. cerana di Asia Lebah madu termasuk dalam Klas Insecta, Ordo Hymenoptera, Subordo Apocrita, Superfamili Apoidea, Famili Apidae, Subfamili Apinae, dan genus Apis

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangga merupakan kelompok hewan dengan jumlah spesies serta kelimpahan tertinggi dibandingkan denga n makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Terdapat berbagai

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica )

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) CARA PRAKTIS Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) Pelatihan Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Oleh : TIM PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga polinator adalah serangga yang berfungsi sebagai agen menempelnya serbuk sari pada putik (Erniwati, 2009). Menurut Prakash (2008) serangga yang berperan

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH

BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari, S. Hut PENDAHULUAN Dulu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya lebah madu Trigona sp ini. Hanya jenis Apis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman dahulu, manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

Permasalahan OPT di Agroekosistem

Permasalahan OPT di Agroekosistem Permasalahan OPT di Agroekosistem Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Konsekuensi Penyederhaan Lingkungan Proses penyederhanaan lingkungan menjadi monokultur pertanian memberi dampak

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi Klasifikasi tanaman stroberi sebagai berikut (Benson, 1957) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan viabilitas diperlukan untuk menduga keberhasilan proses fertilisasi atau viabilitas suatu polen yang ditunjukkan oleh diameter polen pepaya, daya berkecambah polen pepaya,

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Koloni dan Distribusi Lebah Madu Lebah merupakan serangga yang termasuk kedalam genus Apidae dan ordo Hymenoptera (serangga bersayap selaput). Lebah bersifat polimorfisme, yaitu

Lebih terperinci

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI

OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis cerana EMILIA DARMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 OBSERVASI PERILAKU BERDASARKAN UMUR PADA LEBAH PEKERJA Apis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara tropis yang dilalui garis ekuator terpanjang, Indonesia memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya tersebar

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman mangga (Mangifera indica L.) adalah tanaman asli India yang sekarang ini sudah banyak dikembangkan di Negara Indonesia. Pengembangan tanaman mangga yang cukup

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian

Lebih terperinci

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L. PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) Husnul Jannah Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram E-mail: nung_okas@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sancang, Kecamatan Cibalong,, Jawa Barat, merupakan kawasan yang terletak di Selatan Pulau Jawa, yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Hutan Sancang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

Lebah Polinator Utama pada Tanaman Hortikultura

Lebah Polinator Utama pada Tanaman Hortikultura Lebah Polinator Utama pada Tanaman Hortikultura PENDAHULUAN Lebah merupakan serangga penghasil madu, royal jeli, propolis, lilin, dan penyerbuk tanaman (polinasi). Pada umumnya semua tanaman berbunga merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah Kopi termasuk komoditas perkebunan yang banyak diperdagangkan di dunia internasional. Negara Indonesia merupakan peringkat ke-4 penghasil kopi terbesar di dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas burung merupakan salah satu komponen biotik ekosistem yang berperan dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Peran tersebut dapat tercermin dari posisi

Lebih terperinci

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih Produksi benih non hibrida meliputi : inbrida untuk tanaman menyerbuk sendiri bersari bebas/open bebas/open pollinated (OP) untuk tanaman menyerbuk silang Proses produksi lebih sederhana, karena hampir

Lebih terperinci

PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK. Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati

PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK. Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75 pissn 2599 1205, eissn 2599 1183 Maret 2017 PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI TENTANG LEBAH MADU. merupakan satu ordo dengan tawon. Lebah madu dapat

BAB II INFORMASI TENTANG LEBAH MADU. merupakan satu ordo dengan tawon. Lebah madu dapat BAB II INFORMASI TENTANG LEBAH MADU 2.1 Lebah Madu Lebah madu adalah serangga sosial yang termasuk dalam ordo Hymenoptera yang artinya sayap bening. Dalam ordo ini terdapat 100.000 species serangga, termasuk

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. penangkaran sederhana dan penangkaran modern. Penangkaran sederhana

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. penangkaran sederhana dan penangkaran modern. Penangkaran sederhana 48 V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Persyaratan Teknis Penangkaran 1. Tempat pemeliharaan Penangkaran lebah madu pada dasarnya ada dua macam, yaitu penangkaran sederhana dan penangkaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peran sangat penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-Ukuran Kulit Kokon C. trifenestrata Rataan, simpangan baku, koefisien keragaman berbagai ukuran kokon panjang kokon, lingkar bagian medial kokon, lingkar ¼ bagian posterior

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi dalam berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di seluruh wilayah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid. TAMBAHAN PUSTAKA Distribution between terestrial and epiphyte orchid. Menurut Steeward (2000), distribusi antara anggrek terestrial dan epifit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya vegetasi lain dan juga

Lebih terperinci