MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-X/2012

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SENIN, 10 DESEMBER 2012

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara [Pasal 2 huruf g] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Benny Kogoya ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Senin, 10 Desember 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Harjono (Anggota) 3) Achmad Sodiki (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Habel Rumbiak ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Selamat siang. Sidang Perkara Nomor 116/PUU-X/2012 dinyatakan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Ya, pada hari ini akan dimulai persidangan tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, khususnya Pasal 2 huruf g. Nah, saya pertama kali saya mohon pada Pemohon untuk menjelaskan siapa yang hadir di sini? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim Yang Saya Hormati, saya sendiri Habel Rumbiak, Kuasa dari Prinsipal yaitu Benny Kogoya. Saya sendiri hadir tanpa dihadiri oleh Prinsipal. Terima kasih. 3. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Ya, hari ini adalah sidang pendahuluan, maka saya mohon pada Pemohon untuk menjelaskan apa yang dimohonkan dalam perkara ini. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Berdasarkan kuasa tanggal 31 Oktober 2012, saya Habel Rumbiak untuk dan atas nama Benny Kogoya mengajukan pengujian materi terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara juncto perubahannya Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 dan seterusnya. Sebelum kami menyampaikan pokok-pokok permohonan ini, terlebih dahulu kami mohon izin untuk melakukan koreksi. Karena seharusnya tertulis di sini Pasal 1 ayat ayat g dan Pasal 2 huruf maaf Pasal 1 ayat (9) dan Pasal 2 huruf g dan seterusnya, yang sebetulnya kami telah sebutkan dalam angka 11, halaman 4 permohonan kami. 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Oke. KETUK PALU 3X 1

5 6. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Selengkapnya sebagai berikut. Bahwa pengujian ini adalah terhadap Pasal 1 ayat (9) dan Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan perubahannya, yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pasal 1 ayat (9) mengatakan bahwa keputusan dalam ruang lingkup politik. Dan Pasal 2 huruf g, Keputusan komisi pemilihan umum baik pusat maupun di daerah mengenai asas pemilihan umum bukan merupakan objek dari peradilan tata usaha negara. Berkenaan dengan kewenangan Mahkamah dan kedu kewenangan Mahkamah, kami tidak bacakan tetapi termasuk dalam permohonan kami. Berkenaan dengan legal standing, kami uraikan sebagai berikut yang kami akan teruskan dengan pokok-pokok permohonan. Bahwa Pemohon adalah salah satu anggota DPR terpilih di Kabupaten Tolikara. Bahwa berdasarkan perolehan suara dari kabupa DPRD Kabupaten Tolikara, maka posisi teratas atau perolehan terbanyak, atau perolehan kursi terbanyak adalah dari Partai Golkar. Dan kemudian perolehan kedua adalah Partai Demokrat, dan seterusnya adalah Partai Kebangkitan Bangsa. Bahwa Pemohon selain terpilih sebagai salah satu anggota DPR, juga termasuk salah satu yang dicalonkan untuk menjadi unsur pimpinan dari DPRD Kabupaten Tolikara Tahun 2009 sampai dengan Nah tetapi, pengangkatan unsur pimpinan DPR itu ternyata berdasarkan keputusan gubernur, seluruhnya adalah dari berasal dari Partai Golkar. Nah, inilah yang kemudian dipersoalkan oleh Pemohon ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Makasar, dan selanjutnya Mahkamah Agung. Dan namun namun permohonan Pemohon tidak diterima dengan dasar bahwa keputusan pengangkatan pengesahan unsur pimpinan DPR tersebut merupakan bagian dari ruang lingkup keputusan politik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (9) tadi, dan merupakan tindak lanjut dari keputusan komisi pemilihan umum, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat huruf g. Sehingga pengadilan kemudian menyatakan bahwa gugatan Pemohon itu penggugat itu tidak Pemohon dalam hal ini, tidak dapat diterima. Nah, atas dasar itulah kemudian Pemohon lebih lanjut mengajukan permohonan ini dengan argumentasi bahwa Pemohon dirugikan hak konstitusionalnya karena secara secara kepartaian, Pemohon telah diusulkan untuk menduduki posisi sebagai unsur pimpinan salah satu unsur pimpinan. Kedua. Perolehan kursi menurut Pemilihan Legislatif Tahun 2009, secara secara proporsional berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Pasal 335 dikatakan bahwa unsur pimpinan itu dibagi 2

6 secara proporsional mulai dari perolehan yang terbanyak kursi terbanyak, dan seterusnya urutan kedua, dan seterusnya. Pemohon diusulkan oleh Partai Demokrat sebagai salah satu calon dari Partai Demokrat untuk menduduki unsur pimpinan sebagai wakil ketua II, sesuai dengan perolehan kursi di Kabupaten Tolikara, DPRD Kabupaten Tolikara. Akan tetapi pada saat rapat paripurna persetujuan unsur pimpinan tersebut untuk kemudian diteruskan ke gubernur, ternyata yang terjadi adalah terjadi semacam voting atau semacam perlakuan ya dengan suara terbanyak para anggota DPR tidak menyetujui unsur pimpinan yang diusulkan. Sebaliknya menetapkan secara secara aklamasi atau secara mayoritas menyatakan bahwa unsur Pimpinan DPR Kabupaten Tolikara semuanya berasal dari Partai Golkar dan kemudian diusulkan oleh ke Gubernur Provinsi Papua melalui bupati setempat, dan keluarlah SK Nomor 174 Tahun 2009, tanggal 11 Desember 2009 dalam hal ini P-15 bukti terlampir. Yang menyatakan, Mengesahkan unsur pimpinan DPR tersebut. Pemohon kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura mempersoalkan SK dari gubernur tentang pengesahan unsur pimpinan ini. Namun sekali lagi bahwa walaupun mulanya gugatan penggugat Pemohon dikabulkan, namun kemudian melalui diputuskan Peradilan Tata Usaha Negara Tinggi Makasar dan Mahkamah Agung dinyatakan bahwa gugatan Pemohon tidak bisa diterima dengan dasar tadi bahwa SK Gubernur Nomor 174 tentang Pengesahan Unsur Pimpinan DPRD Tolikara tersebut masih dalam ruang lingkup keputusan politik dan masih merupakan tindak lanjut dari keputusan masih merupakan tindak lanjut dari undang-undang pengaturan dalam Undang-Undang PTUN tadi, Pengadilan Tata Usaha Negara tadi Pasal 2 huruf g. Sehingga tidak bisa menjadi objek dari Pengadilan Tata Usaha Negara dan gugatan penggugat gugatan penggugat atau Pemohon kemudian ditolak. Nah, inilah sebabnya menurut Pemohon ini merugikan, sangat merugikan hak-hak konstitusional Pemohon sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai kedudukan atau terpilih sebagai anggota DPR dan mempunyai hak konstitusional untuk dapat dipilih sebagai salah satu unsur pimpinan di DPRD setempat. Oleh karena itu, Pemohon memohon kepada Mahkamah untuk menerima, mengabulkan permohonan Pemohon ini. Kemudian menyatakan bahwa Pasal 1 ayat (9) dan Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan perubahannya itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Menyatakan bahwa Pasal 1 ayat (9) dan Pasal 2 huruf g Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan memerintahkan pemuatan putusan dalam perkara ini dimuat dalam Berita Negara. Atau apabila Mahkamah atau Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya. Terima kasih. 3

7 7. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, ya. Jadi selain Anda memberikan satu koreksi tapi memang dalam Pasal 1 angka 9 itu, itu yang harus jelas ya karena dalam permohonan ini belum terlihat apa isi dari Pasal 19 angka 9 tersebut. Karena dengan Pasal 1 angka 9 jelas apa yang dimaksud dengan wewenang keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut ya? Itu yang harus perlu dimaksudkan. Tapi Pasal 2 huruf g-nya tetap. Jadi Pasal 1 angka 9 dan Pasal 2 huruf g. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Ya, tetap ya. 9. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Undang-undang itu, ya. Kalau saya melihat dari pemaparan Anda tadi, maka saya melihat bahwa pemilihan ini tidak hanya berdasarkan tidak hanya dilandaskan pada Pasal 1 angka 9 dan Pasal 2 huruf g. Tapi sebetulnya tata cara pemilihan pimpinan anggota dewan itu lebih pada Undang-Undang MD3. Nah, itu yang Anda tidak dituliskan bagaimana dalam Undang-Undang MD3 itu? Karena kalau dikatakan bahwa pemilihan pimpinan itu dilaksanakan secara proporsional. Nah, proporsionalnya itu kalau proporsional semestinya kalau perolehan suaranya itu 20, 15, 10, itu proporsional. Tapi karena di sini ada 21, 2, dan 3 dan 1. Nah, mungkin mereka dianggap bahwa yang menang itu kan yang 21, begitu ya. Nah ini yang harus bisa menjelaskan kenapa kemudian dilakukan seperti ini? Nah, kemudian kalau Mahkamah itu kan sebelumnya hanya menguji norma. Nah, sekarang kok norma ini nanti hilang dalam petitum Anda diminta bahwa petitumnya sudah Pasal 1 angka 9 juga masuk yang perundangan? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Masuk. 11. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Masuk. Kalau Pasal 1 angka 9 itu dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, maka nanti kita malah bingung sendiri. Apa yang dimaksud dengan objektum itu, ya kan? Pasal 1 kan hanya definisi isinya. Nah, kemudian kalau Pasal 2 huruf g juga tidak ada, nah akibatnya apa? Karena putusan Mahkamah itu mestinya kalau itu dikabulkan, maka kerugian Para Pemohon yang potensial itu tidak akan terjadi lagi, ya. Sedangkan Pemohon di sini sudah sampai ke Mahkamah Agung. Tentunya kalau dikabulkan pun enggak ada artinya lagi, ya. Tapi nanti 4

8 lihat Anda harus merekonstruksi permohonan ini di di samping Anda memasukan Pasal dalam Undang-Undang MD3, sehingga menyatakan bahwa cara pemilihan seperti ini, itu salah. Tetapi juga harus dilihat bahwa kalau dilihat tadi itu seperti implementasi dari penerapan pasalpasal tersebut. Ya sehingga harus dikonstruksikan, sehingga bisa dilihat bahwa oh ini memang ada satu kerugian yang bisa terjadi kalau Pasal 1 angka 9 dan Pasal 2 huruf g itu tetap ada, ya? Kemudian, saya lihat ini kok setiap Anda mengatakan huruf 1 tentang kewenangan Mahkamah, mestinya enggak usah pakai tentang ya? Pakai kewenangan Mahkamah saja. Kemudian, kata bahwa-bahwa ini tidak perlu semua setiap kali ada kata bahwa di sini, ya? Dan juga kalau dua-duanya bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka kemudian harus dilihat bahwa dengan dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, maka pasal yang dimohonkan itu sudah tidak berlaku lagi, ya? Apakah mungkin dengan perhilangan pasal itu, tidak ada dampak dengan hal-hal yang lain. Itu yang perlu di... dipikirkan kembali. Kemudian, konstruksikan kembali secara sistematikanya sudah jelas. Tapi kemudian juga kerugian konstitusionalnya perlu diperjelas ya? Jadi karena di sini Anda mengatakan bahwa karena adanya permohonan dari gubernur yang tiga orang itu, kemudian dipilih, maka dia enggak ini... tapi apakah... tapi dia kan tetap sebagai anggota dewan ya, hanya tidak dalam pimpinan (...) 12. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Betul. 13. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, itu saja. Ya, saya rasa dari saya itu, mungkin dari Pak Pak Harjono? 14. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Mohon maaf ini, batuk ini. Jadi, saya... apakah Pemohon... (suara tidak terdengar jelas) Golkar, jadi bukan ini... karena haknya ada di Golkar sebagai pemenang II, ya kan? Ini kan anggota Golkar. Jadi, ya... eh, Demokrat, bukan Golkar. Demokrat. Kalau dia bukan pemenang II Demokrat, anggota ini tidak punya hak apa-apa. Oleh karena itu, pikirkan, yang memohon itu adalah Demokrat, ya? Yang kedua adalah kehilangan Anda itu kehilangan untuk mengajukan upaya hukum karena putusan Mahkamah Agung. Itu dulu, baru berakibat pada tidak terpilihnya atau kehilangan hak Anda untuk mengajukan upaya hukum. Karena yang Anda masalahkan ini kan upaya hukum? Apakah nanti akan terpenuhi, enggak, itu kan masih menunggu keputusannya. Tapi pasal yang Anda masalahkan kan pasal untuk 5

9 mengajukan upaya hukum, ya kan? Pasal 2 huruf g itu kan upaya hukum. Jadi, yang Anda dapatkan kalau itu enggak ada, yang Anda dapatkan upaya hukumnya untuk bisa menggunakan peradilan PTUN. Tapi belum ada jaminan bahwa putusannya nanti mesti memenangkan Anda, ya kan? Itu coba nanti Anda konstruksi, masukkan juga ke situ. Pertama adalah Partai Demokrat karena dia sebagai partai yang pemenang. Kalau Anggota Benny Kogoya ini kalau Partai Demokratnya enggak menang, dia enggak punya hak ini, ya kan? Itu saja, dua hal itu saja. 15. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih. Pak Sodiki? Ya. Jadi itu, maka di sini Anda menuliskan bahwa... nomor 22 ya? Bahwa gugatan Pemohon mulanya dikabulkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara... tata usaha... Jayapura yang pada pokoknya Putusan Gubernur Papua bertentangan dengan Pasal 335 Undang-Undang Nomor 27. Ini yang harus Anda jelaskan ya? Bahwa Pasal 335 itu apa isinya? Kemudian, dalam kenyataannya yang proporsional tadi kok kemudian yang dimenangkan hanya yang satu saja... yang nomor 1, ya kan? Dengan adanya dipilih sebagai (suara tidak terdengar jelas)... itu tigatiganya dari partai yang sama, partai pemenang itu, maka Pemohon... yang mestinya menduduki wakil I, itu kemudian tidak mendapatkan. Ya, itu dikonstruksikan kembali secara jelas. Dan kemudian juga pasal... harap dipikirkan Pasal 1 angka 9-nya, apakah dengan dihilangkannya Pasal 1 angka 9 itu kemudian Undang-Undang Pengadilan Tata Usaha Negara masih bisa jalan, apa enggak? Nanti jangan-jangan karena itu definisi, kok definisinya yang itu dikatakan bertentangan dengan Konstitusi, maka nanti bisa berdampak ya, kalau kecuali ditafsirkan agak lain. Tapi kalau dianggap bertentangan semuanya, itu bisa keseluruhan pasal, nanti enggak berlaku ya. Nanti tidak dikonstruksikan kembali. Nah, itu yang dapat dipesankan pada Pemohon. Anda mendapatkan waktu 14 hari apabila akan diperbaiki. Kalau tidak ada perbaikan, maka permohonan ini dianggap sebagai permohonan yang telah diperbaiki, ya? Sebelum saya tutup, ada hal yang perlu disampaikan? 16. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Tidak ada. Terima kasih. 6

10 17. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Karena tidak ada yang perlu disampaikan, maka sidang pada Perkara Nomor 116/PUU-X/2012, saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 10 Desember 2012 Kepala Sub Bagian Risalah, Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 7